MAKALAH
Disusun sebagai Tugas
oleh
1901040074
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Sastra di
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arif Hidayat, S.Pd. M.Hum. selaku
dosen pembimbing mata kuliah Sosiologi Sastra yang telah membimbing dalam
penulisan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB IV PENUTUP...........................................................................................11
A. Simpulan.................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
LAMPIRAN.......................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
telinga. Kasus violence yang terjadi di dalam cerpen “Amanat Bapak” karya
Mugi Astuti dapat menjadi salah satu contoh mengenai kasus kekerasan dalam
rumah tangga yang banyak terjadi di Indonesia. Dengan demikian, di dalam
makalah ini menarik untuk dikaji tentang Fenomena Violence dalam Cerpen
“Amanat Bapak” karya Mugi Astuti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Seperti apakah kasus violence yang terjadi di dalam cerpen “Amanat
Bapak” karya Mugi Astuti?
2. Bagaimanakah tindakan violence yang dilakukan tokoh di dalam cerpen
“Amanat Bapak” karya Mugi Astuti?
3. Apakah yang menyebabkan sang tokoh melakukan tindakan kekerasan
dalam cerpen tersebut?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam makalah ini akan digunakan beberapa teori untuk menganalisis cerpen
yang berjudul “Amanat Bapak” karya Mugi Astuti, yaitu teori struktural genetik
dan teori sosiologi gender.
3
sastra. Dengan begitu secara eksplisit, Goldmann menawarkan aspek
sosiologis yang akhirnya terepresentasikan dalam struktur karya sastra. Untuk
itulah, disebut struktural genetik. Terkait strukturalisme genetik, Goldmann
menawarkan dua konsep, yaitu fakta kemanusiaan dan subjektif kolektif.
Fakta kemanusiaan adalah segala bentuk aktivitas verbal maupun fisik yang
berusaha dipahami ilmu pengetahuan. Hal ini meliputi kegiatan sosial tertentu,
kegiatan politik, budaya, seni, dan lain-lainnya. Faruk (2012: 57) menjelaskan
bahwa fakta kemanusiaan ini terdiri dari dua bagian, yaitu fakta individual dan
fakta sosial. Analisis kali ini difokuskan pada fakta sosial. Selain fakta
kemanusiaan, Goldmann juga menjelaskan konsep subjek kolektif. Subjek
kolektif adalah konsep yang digunakan untuk melihat aspek historis yang
menjadi dasar penciptaan karya oleh pengarang. Pengarang sangat jelas
merupakan bagian dari masyarakat. Hal inilah yang membuat pengarang tidak
bisa bebas nilai. Imajinasi dan kreativitas maupun pendapat individu diikat
oleh keberadaan kolektif masyarakatnya. Dengan kata lain, kesadaran yang
terbangun dalam suatu karya sastra merupakan kesadaran sosial ataupun
kesadaran kelas (Pawling, 1984: 29).
B. Teori Sosiologi Gender
Dalam perspektif sosiologi, konsep gender dipahami sebagai sifat yang
melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial dan
budaya (Eisenstein, 1981). Sosiolog melihat gender sebagai perilaku yang
dipelajari dan diproduksi sebagai kategori sosial yang tidak bersifat alamiah,
tetapi merupakan produk sosiokultural dan kekuatan historis yang secara
potensial dapat diubah. Berdasar pemikiran itu, mempelajari kehidupan
perempuan tidak dilakukan dalam posisi perempuan terisolasi dari kehidupan
laki-laki karena dalam konteks budaya keduanya berfungsi sebagai pasangan.
Dalam analisis sosiologi gender, dimensi gender menjadi arus utama
pembahasan dengan asumsi bahwa dimensi gender adalah dimensi dominan
yang mengalahkan semua dimensi lain dalam kehidupan sosial. Lebih dari
sekadar menganalisis dan melakukan berbagai kajian, perspektif sosiologi
gender sesungguhnya juga berupaya mencari bukti empiris, memahami dan
mengupayakan perubahan realitas ketidakadilan gender dalam kehidupan
4
sosial. Dengan kata lain, dalam kajian sosiologi gender ada aspek praksis yang
kental untuk melakukan perubahan dan perbaikan posisi tawar perempuan
(Alcoff, 1988).
Dalam studi sosiologi gender, relasi gender tidak hanya dilihat sebagai relasi
sosial antara perempuan dan laki-laki. Relasi gender dilihat sebagai ’’suatu
kesatuan pemahaman dan pemikiran tentang subordinasi perempuan dan
praktik-praktik budaya yang mempertahankannya, cara-cara yang menentukan
pilihan objek seksual, pembagian kerja secara seksual, pembentukan karakter
dan motif –sejauh hal tersebut diorganisasi dalam kategori feminitas dan
maskulinitas’’ (Barrett, 1988: 15).
Sosiologi gender mendasarkan akar analisisnya pada paradigma kritis
sehingga realitas sosial dilihat sebagai realitas yang ada di luar maupun di
dalam pikiran manusia, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Realitas
sosial diciptakan manusia dan realitas itu sering penuh dengan kontradiksi.
Paradigma kritis juga melihat sifat manusia dicirikan oleh sifat dialienasi,
dieksploitasi, dibatasi, dikondisikan, dan dijauhkan dari penyadaran akan
potensinya.
5
BAB III
PEMBAHASAN
“Ibu, sakit ya, Bu?” Tiba-tiba saja ia sudah berada di depanku, mengelus
pipiku yang merah bekas tamparan sang bapak barusan.
Keadaan yang tergambar dalam kutipan tersebut sangatlah jelas bahwa wanita itu
mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh suaminya sendiri, berupa
tamparan di pipi. Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak kasus
kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Dalam keluarga yang harmonis pun,
kekerasan dalam rumah tangga seperti dalam kutipan tersebut adalah hal yang bisa
dipungkiri dapat terjadi.
“Bukankah memukul tidak baik, Bu? Tapi kenapa Bapak sering memukul
Ibu?”
“Jika kaurasa itu tak baik, jangan lakukan, Nak. Apalagi kepada
perempuan. Kamu laki-laki, sudah seharusnya melindungi” Kubetulkan
selimutnya.
6
menjadi tonggak munculnya perceraian yang marak terjadi di kehidupan rumah
tangga dalam masyarakat.
Kasus kekerasan dalam rumah tangga tentulah memiliki akar permasalahan atau
sebab yang menjadi awal mula dilakukannya tindak kekerasan tersebut. Dalam
cerpen ini, penyebab adanya tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tokoh suami
tergambar dalam kutipan berikut.
Perjodohan sering kali menjadi salah satu sebab awal maraknya kekerasan dalam
rumah tangga yang terjadi di Indonesia. Di Indonesia, perjodohan masih terjadi di
era zaman yang semakin modern, seperti halnya pada budaya perjodohan yang
terjadi pada masyarakat suku Bugis di Kelurahan Mendahara Ilir, Kecamatan
Mendahara, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dimana para orang tua suku Bugis
masih mempertahankan budaya perjodohan terhadap anak-anaknya dalam rangka
7
melangsungkan pernikahan, namun tidak sedikit yang berujung pada kekerasan
dalam rumah tangga yang mengakibatkan perceraian.
Dalam kehidupan rumah tangga, kekerasan yang dilakukan tokoh suami tidak
hanya berdampak pada istri atau si wanita, melainkan juga berdampak pada
perilaku anak. Hal ini dapat tergambar dalam kutipan berikut.
“Mita sangat suka kelinci. Jadi aku berikan buku itu padanya. Tapi Danu
juga mau. Danu rebut itu dari Mita. Bukunya sobek. Jadi Adit pukul Danu
sampai jatuh.”
Kuelus tangannya. “Besok Ibu belikan lagi yang sama persis. Buat Danu
juga. Nanti Adit kasih ke Danu dan bilang maaf ya?”
Ia mengangguk pelan.
Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh Aswin, berdampak pada perilaku sang
anak. Hal tersebut muncul dalam kutipan cerpen di atas. Di sekolah, sang anak tak
segan memukul temannya hingga terjatuh.
8
justru berlari, lalu memelukku, sebelum memukuli badan sang bapak.
Namun apalah arti kepalan tangan Adit, selain menambah kemarahan
Aswin?
Kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dalam cerpen ini, merupakan
representasi dari berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
terjadi di dalam kehidupan masyarakat di lingkup keluarga yang disebabkan oleh
suami yang berwatak keras dan perjodohan. Representasi merupakan karakter dari
gambaran bahasa yang dibuat oleh pengarang di dalam karya sastranya. Sudut
pandang yang digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan kasus kekerasan
dalam rumah tangga ini adalah sudut pandang dari wanita yang menjadi korban
kekerasan yang dilakukan oleh suaminya sendiri.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai cerpen
“Amanat Bapak” karya Mugi Astuti maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Kasus violence yang terdapat dalam cerpen “Amanat Bapak” karya
Mugi Astuti ini merupakan representasi dari kasus kekerasan rumah
tangga yang terjadi di dalam masyarakat di lingkup keluarga yang
tidak harmonis yang disebabkan oleh watak keras dari suami dan
perjodohan.
2. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh tokoh suami dalam cerpen
“Amanat Bapak” karya Mugi Astuti merupakan tindakan berkala.
Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Aswin, tokoh suami dalam
cerpen ini berupa tindakan kekerasan baik secara fisik maupun non-
fisik. Kekerasan yang dilakukan secara fisik yaitu pukulan, tamparan
hingga berdarah, dan penjambakan. Kekerasan yang dilakukan secara
non-fisik adalah berupa sumpah serapah dan makian.
3. Peristiwa yang menjadi penyebab sang tokoh suami melakukan tindak
kekerasan kepada wanita dalam cerpen ini adalah karena perjodohan
yang tidak diinginkan oleh tokoh.
B. Saran
Berdasarkan makalah ini, penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Bagi yang akan melakukan penelitian mengenai fenomena violence
dalam karya sastra, disarankan dapat menjadikan makalah ini sebagai
acuan guna penelitiannya.
10
2. Bagi guru ataupun dosen sastra dapat menggunakan makalah ini
sebagai bahan untuk memahami mengenai fenomena violence yang
terjadi di dalam karya sastra.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ma’ruf, Ali Imron dan Farida Nugrahani. 2019. Pengkajian Sastra: Teori dan
Aplikasi. Surakarta: CV. Djiwa Amarta Press.
Astuti, Mugi. 2020. Amanat Bapak. Dikutip dari
https://lakonhidup.com/2020/07/05/amanat-bapak/. Diakses pada 20
Oktober 2020.
Kalsum, Umi. 2019. Dampak Perjodohan Terhadap Pasangan Suami Istri di
Kelurahan Mendahara Ilir, Kecamatan Mendahara, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, Provinsi Jambi. Dikutip dari
http://repository.uinjambi.ac.id/1554/. Diakses pada 31 Desember 2020.
Sigalingging, Hendra. 2020. Analisis Strukturalisme Genetik Novel Bulan Lebam
di Tepian Toba Karya Sihar Ramses Simatupang. Dikutip dari https://e-
journal.usd.ac.id/index.php/sintesis/article/view/2372. Diakses pada 24
Desember 2020.
Susanti, Emi. 2017. Perempuan, Relasi Kuasa, dan Sosiologi Gender. Dikutip
dari https://www.jawapos.com/opini/01/07/2017/perempuan-relasi-kuasa-
dan-sosiologi-gender/. Diakses pada 24 Desember 2020.
12
LAMPIRAN
“Amanat Bapak”
Karya Mugi Astuti
“Ibu, sakit ya, Bu?” Tiba-tiba saja ia sudah berada di depanku, mengelus pipiku
yang merah bekas tamparan sang bapak barusan.
“Adit…, Adit tidur lagi ya, Nak. Besok kan Adit harus sekolah. Jangan sampai
terlambat,” kataku. Kuusap kepalanya.
“Ibu….”
“Ya, Nak?”
13
“Bukankah memukul tidak baik, Bu? Tapi kenapa Bapak sering memukul Ibu?”
“Jika kaurasa itu tak baik, jangan lakukan, Nak. Apalagi kepada perempuan.
Kamu laki-laki, sudah seharusnya melindungi” Kubetulkan selimutnya.
“Kau tidurlah, besok kita bicara lagi. Kau sudah besar, sebentar lagi SMP, tahu
mana yang boleh kaucontoh atau tidak kan?”
Hiruk-pikuk pasar sudah terasa, meski masih dini hari. Aku bergegas melangkah
menuju ke tempat biasa menyetorkan jajanan.
“Mbak, yang kemarin masih sisa lima biji,” kata penjual makanan itu sambil
mengangsurkan plastik berisi returan getuk dan uang 190.000.
“La mbok dibuang aja kalau masih sisa, Mbah, atau berikan ke orang sekiranya
masih bagus,” kataku sambil menata getuk di wadah yang sudah dia sediakan.
“Ya gak penak ta, mosok aku bilang sisa tapi gakada barangnya. Eh, Mbak, bisa
bikin getuk tampahan gak? Ada yang pesan pakai tampah, mau buat prasmanan
sunatan,” sambungnya.
Aku menghitung ulang getuk-getuk dalam kemasan mika kecil itu sebelum
menjawab. “Bisa, Mbah. Mau yang harga 250.000 atau 300.000?” jawabku.
“Tampah cilik wae. Nanti kalau jadi pesen aku SMS kamu ya?”
14
Kustater motor matikku, menekan tuas gas menuju ke penjual singkong
langganan. Kuharap ia masih punya singkong jinten. Jenis singkong ini sangat
bagus untuk bahan baku bikin getuk. Hasilnya lebih cantik daripada jenis
singkong lain dan tentu saja getuknya lebih enak dan pulen.
Sesampai di rumah, kulihat Adit sudah rapi. Ia memang mandiri, meski anak
semata wayang. Aku juga tak pernah terpikir untuk memberikan adik supaya ia
tidak kesepian. Keadaan ekonomi keluarga belum stabil. Lagipula aku tak mau
ada bayi lagi di rahimku.
“Adit sarapan dulu ya, Nak. Ibu sudah beli bubur ayam kesukaanmu.” Kubuka
plastik kresek dan mengeluarkan bubur dalam kemasan sterofoam. Seperti biasa
kuambil dulu sendok plastiknya untuk kusimpan bersama sendok plastik bubur
ayam hari-hari sebelumnya. Siapa tahu suatu saat nanti aku membutuhkan banyak
sendok plastik. Lagipula aku tak ingin memakai terlalu banyak barang sekali
pakai. Kemajuan zaman dan teknologi tidak diimbangi dengan kebijaksanaan
pelaku. Budaya buru-buru menuntut semua hal harus instan. Lalu segala sesuatu
yang sekali pakai menjadi solusi. Akibatnya, sampah yang tidak bisa terurai
membebani bumi. Aku tersenyum malu; aku juga salah seorang penyumbang
sampah tak terurai di bumi.
Alih-alih membawa kotak makan atau termos untuk membeli bubur ayam sarapan
Adit, aku enteng saja memakai kemasan sterofoam dan membuangnya bersama
sampah sisa dapur. Mungkin sore ini aku harus membeli kotak makan sebelum
menjemput Adit pulang sekolah.
Sore ini, area makam seperti biasa. Hanya beberapa warga permukiman sekitar
makam sesekali melintas. Sinar matahari sudah tak begitu terik. Semilir angin
membelai kamboja, merontokkan beberapa daun dan bunga.
15
Aku bersimpuh di salah satu kijing makam keramik berwarna hijau tua dengan
tulisan nama bapakku di nisan. Kuelus tulisan nama yang tertulis di nisan itu,
sebelum kuletakkan beberapa tangkai bunga di bawahnya.
“Bapak, apa kau tahu amanat yang kauberikan padaku ini terlalu berat?”
gumamku.
Bayangan peristiwa itu selalu berkelebat setiap kali aku mengunjungi makam
Bapak. Terbayang tangan Bapak yang lemah meletakkan telapak tangan mungilku
dalam genggaman tangan Pakde Yo. Terbayang Ibu yang terisak pelan di samping
tempat tidur berseprai putih dalam ruangan berbau obat. Terbayang pula Pakde
Yo yang setiap Minggu mampir ke rumah untuk memberi uang kepada Ibu setelah
tubuh Bapak dimasukkan ke dalam liang lahat. Baru setelah lulus SMA, semua
hal menjadi jelas bagiku. Bapak sebatangkara memulai usaha bersama Pakde Yo.
Dan ketika sakit, ia menitipkan Ibu, aku, dan kedua abangku kepada Pakde Yo
dan istrinya. Untuk mengikat persaudaraan, akhirnya mereka menikahkan aku
dengan Aswin, anak satu-satunya Pakde Yo.
Aku menghela napas. Kuelus nisan hijau tua itu sekali lagi.
Aswin tak sepenuhnya salah. Kesalahanku juga yang membuat Aswin akhirnya
berubah perangai. Beberapa bulan setelah perkawinan kami, aku tak juga mau
Aswin dekati. Sementara itu setiap kali pertemuan keluarga, ada saja seseorang
yang bertanya kenapa aku tak kunjung hamil. Mungkin Aswin kalut hingga pada
suatu malam ia pulang dalam keadaan mabuk dan memaksaku untuk melayani di
ranjang. Dan, malam-malam neraka itu terus berlangsung hingga Adit lahir.
16
“Bapak, aku pulang dulu.” Kukibaskan rokku dari debu. Kuelus sekali lagi nisan
hijau tua itu sebelum aku melangkah pergi. Setiap Sabtu, Adit menginap di rumah
Pakde Yo. Jadi aku bisa leluasa mengunjungi makam Bapak.
Sejak pesuruh sekolah mengantar surat itu tadi pagi, aku sudah tahu Adit
membuat masalah lagi. Dan benar saja, Ibu Kepala Sekolah mengatakan Adit
memukul kepala temannya hingga berdarah garagara anak itu menyobek buku
anak perempuan yang sekarang ada di ruangan ini. Sekolah akan bertindak tegas
jika sekali lagi ada laporan Adit berkelahi dengan temannya.
Kuparkir motor matikku di depan tukang siomai favorit Adit, memesan dua porsi
siomai goreng dan mengajak dia duduk di bangku. Ia hanya diam sejak tadi.
Mukanya menunduk.
Kulihat seragam putihnya kotor. Satu kancing baju bagian atas hilang dan sakunya
robek.
Aku mengangguk.
17
“Mita sangat suka kelinci. Jadi aku berikan buku itu padanya. Tapi Danu juga
mau. Danu rebut itu dari Mita. Bukunya sobek. Jadi Adit pukul Danu sampai
jatuh.”
Kuelus tangannya. “Besok Ibu belikan lagi yang sama persis. Buat Danu juga.
Nanti Adit kasih ke Danu dan bilang maaf ya?”
Ia mengangguk pelan.
Kudengar pintu depan dibuka dengan kasar saat aku memindahkan singkong yang
telah matang ke ember plastik untuk kutumbuk. Adit yang sedang membantuku
mengelap daun pisang terkejut. Wajahnya menampakkan ketakutan. Belum
sempat aku berkata apa pun, Aswin sudah ada di depanku. Matanya merah. Bau
alkohol tercium dari mulutnya. Kurasakan rambutku perih karena dia jambak.
Selanjutnya yang kudengar adalah sumpah-serapah Aswin serta tangisan dan
teriakan Adit seperti biasa jika melihat sang bapak memukuliku. Adit menangis
meraung-raung dan berlari. Bedanya, kali ini ia tidak bersembunyi. Dia justru
berlari, lalu memelukku, sebelum memukuli badan sang bapak. Namun apalah arti
kepalan tangan Adit, selain menambah kemarahan Aswin?
18