Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan globalisasi terjadi dengan cepat.

Keadaan demikian menghasilkan masyarakat modern yang kompleks. Masyarakat yang

modern dan kompleks memicu timbulnya masalah sosial. Hal ini dikarenakan adjustment

(penyesuai diri) terhadap keadaan masyarakat yang kompleks tidaklah mudah.

Masyarakat menjadi bingung dan cemas sehingga memuculkan konflik internal maupun

eksternal. Pada akhirnya, mereka dapat berperilaku semaunya tanpa memedulikan orang

lain yang dirugikan. Parahnya lagi, mereka dapat mengembangkan tingkah laku yang

menyimpang dari norma-norma umum. Kemudian, gejala-gejala sosial yang dianggap

sakit dapat muncul. Menurut Kartono (2011: 1), patologi sosial merupakan semua

tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola

kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga,

disiplin, kebaikan, dan hukum formal. Bentuk tingkah laku yang tidak sesuai atau

menyimpang tersebut kemudian dianggap sebagai diferensiasi. Hal ini dikarenakan

tingkah laku yang ditunjukan berbeda dan menyimpang dari ciri-ciri dan karakteristik

umum, dan bertentangan dengan hukum atau melawan peraturan legal.

Pada hakikatnya, gejala patologi sosial disebut fenomena penyakit sosial atau

penyakit masyarakat. Hal ini dikarenakan tindakan yang dilakukan mencerminkan

pribadi sosiopatik. Pribadi yang sosiopatik ini dapat berarti pribadi tersebut sakit secara

sosial. Orang yang demikian dianggap tidak mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Hal yang demikian menyebabkan orang-orang dapat kehilangan arah dan

pegangan hidup sehingga norma-norma kebaikan dan bahkan norma hukum yang dapat
1
2

mengatur tingkah laku manusia tidak dipatuhi, dilanggar dan disimpang dengan berbagai

macam bentuk tindakan.

Fenomena ini memiliki bentuk yang beragam salah satunya tingkah laku

korupsi. Menurut Siahaan (2013: 34), korupsi adalah perbuatan yang bertentangan

dengan hukum yang dapat merugikan keuangan negara untuk dimiliki sendiri, orang lain

atau suatu badan negara serta dapat memiskinkan rakyat. Korupsi dianggap sebagai

tindakan yang bertentangan dengan norma kebaikan, moral dan bahkan hukum dan dapat

dianggap sebagai penyimpangan tingkah laku dalam suatu masyarakat. Tindak patologi

sosial berbentuk korupsi sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman Mesir Kuno dan

Romawi. Pada zaman tersebut, para pendeta yang memiliki jabatan dan kedudukan

melakukan pemerasan kepada rakyatnya. Mereka melakukannya dengan alasan

keharusan menyajikan kurban kepada dewa mereka. Kerajaan Romawi pun tidak jauh

berbeda. Jenderal-jenderal melakukan pemerasan terhadap daerah-daerah jajahannya

hanya untuk memperkaya diri.

Karya sastra merupakan dunia dalam bahasa. Hal ini karena sastra menawarkan

fenomena kehidupan lengkap dengan manusia dengan segala permasalahannya. Karya

sastra tidak pernah lepas dari peran seorang pengarang dalam berkreasi. Suatu karya

sastra yang berkualitas dapat lahir ke dunia dengan pengamatan yang tajam akan

lingkungan dan kemampuan yang lihai dalam berimajinasi seorang sastrawan. Karya

sastra yang baik sudah sepantasnnya mengemban misi-misi tertentu. Horatio (dalam

Noor, 2010: 14) mengatakan bahwa fungsi karya sastra hendaknya dulce et utile yaitu

menyenangkan dan berguna. Menyenangkan ini dapat berarti suatu karya sastra

memberikan suguhan yang membuat siapa saja yang menikmatinya menjadi terhibur

sehingga muncul gejolak emosi seperti perasaan senang, sedih, terharu bahkan perasaan

terispirasi. Berguna dapat berarti suatu karya sastra harus membawa manfaat berupa
3

pesan-pesan kepada pembaca tentang bagaimana seharusnya dan sepantasnya menjadi

seorang manusia yang ideal.

Tuntutan karya sastra yang hendaknya berguna membuat para sastrawan selalu

berusaha untuk mewujudkan suatu karya sastra dapat memberikan manfaat kepada

penikmat sastra. Hal ini berarti karya sastra harus mampu membentuk pola pikir dan pola

laku ke arah yang lebih baik. Karya sastra yang demikian merupakan karya sastra yang

berisi permasalahan manusia yang sarat dengan nilai-nilai kehidupan. Permasalahan

manusia yang demikian itu dapat berupa permasalahan yang berkaitan dengan masalah

pendidikan, keagamaan, kejiwaan, hukum, politik, dan sosial.

Pada dasarnya, karya sastra merupakan ungkapan kejiwaan seorang pengarang

yang berisi gambaran perasaan dan pikirannya sebagai anggota suatu masyarakat.

Menurut Endraswara (2013: 96), karya sastra dipandang sebagai produk dari suatu

kejiwaan dan pemikiran seorang pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau

subconscious setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious).

Dalam hal ini, seorang pengarang akan menangkap gejala kejiwaan kemudian diolah ke

dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaanya. Proyeksi pengalaman sendiri dan

pengalaman hidup sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam suatu

teks sastra.

Karya sastra dihasilkan pengarang melalui perenungan berbagai fenomena

kehidupan dalam lingkungan sosial yang ia amati. Kemudian, pengarang merefleksikan

dalam suatu karya sastra. Dalam hal ini, pengarang memilih dan mengangkat fenomena-

fenomena sosial yang ia temukan sebagai sumber menulis suatu karya sastra. Pengarang

mengemukakan permasalahan itu berdasarkan pengalamannya dan pengamatannya

terhadap kehidupan. Kemudian secara selektif, pengarang menuliskan dalam genre-genre

sastra tanpa melupakan unsur hiburan dan tujuan karya sastra.


4

Salah satu genre karya sastra yaitu novel. Novel merupakan salah satu jenis

prosa fiksi yang bersifat narasi. Berbeda dengan cerpen, novel memiliki kisahan cerita

yang lebih lengkap. Hal itu disebabkan novel tidak membatasi pengarang dalam

mengisahkan kehidupan manusia secara lengkap. Novel sebagai dunia yang diidealkan

merefleksikan permasalahan yang ada pada masyarakat. Novel dianggap sebagai

gambaran kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan sumber inspirasi dalam mencipta

karya sastra merupakan hal-hal (fenomena) yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena

itu, fenomena kehidupan seperti fenomena patologi sosial yang merupakan hasil dari

pengamatan dan kontemplasi pengarang dapat ditemukan dalam suatu karya sastra.

Dalam hal ini, peneliti menemukan tindak patologi sosial pada para tokoh dalam

novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. Kutipan novel di bawah ini akan

menunjukan fenomena tindak patologi sosial pada para tokoh berbentuk korupsi

berupa penyelewengan wewenang demi keuntungan pribadi yang dilakukan oleh tokoh

bernama Wusdi dan Tunga. Wusdi memiliki jabatan sebagai petugas kepolisian letnan

satu dan telah berpangkat bintang tiga sedangkan Tunga merupakan seorang jaksa senior.

Penggalan novel berikut ini menunjukan adanya bentuk tindakan tersebut:

Tunga ikut bergumam, Kami bisa saja menarik seluruh, tuntutan, tuduhan. Tapi
semua itu perlu biaya.
Apa saja apa saja yang bisa memastikan keluarga kami tidak diganggu. Akan
aku tebus. Papa mulai panik, massa diluar mulai merangsek masuk.
Wusdi dan Tunga menyeringai, saling lirik sebentar.

Wusdi dan Tunga santai menaiki mobil, perlahan membelah massa yang
beringas. Wusdi menurunkan kaca, memberikan kode ke gerombolan preman.
Tunga disebelahnya tertawa menepuk-nepuk tas penuh berkas berharga (Tere
Liye, 2013: 116).

Kutipan teks novel tersebut dapat menunjukan adanya perwujudan bentuk tindak

patologi sosial berbentuk tindak korupsi. Tokoh Wusdi dan Tunga merupakan pejabat

atau pegawai negeri. Wusdi menjabat sebagai petinggi kepolisian dan Tunga menjabat
5

sebagai seorang jaksa. Mereka merupakan pegawai negeri yang bergerak dalam bidang

penegakan hukum. Mereka berdua kompak memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan

pribadi. Mereka melakukan persekutuan untuk korupsi dengan menjual pengampunan

pada oknum-oknum yang melakukan tindak pidana agar tidak dituntut oleh yang

berwajib dengan imbalan uang suap. Adapun demikian, tokoh-tokoh yang dianalisis

meliputi tokoh bernama Edward, Thomas, Ram, Wusdi, Tunga, Rudi dan Tuan Sinpei.

Para tokoh tersebut dianalisis dikarenakan tokoh-tokoh tersebut berhubungan dengan

masalah penelitian yang diteliti. Mereka merupakan tokoh- tokoh yang melakukan tindak

patologi sosial.

Novel berjudul Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk merupakan

novel yang dikarang oleh Tere Liye. Kedua novel tersebut dipublikasikan oleh Gramedia

Pustaka Utama. Novel ini dicetak pertama kali pada Juli 2012. Tere Liye merupakan

pengarang yang sudah banyak menghasilkan novel. Karyanya selalu mendapat respon

positif dari para khalayak. Hal itu terbukti dengan beberapa karyanya yang beberapa kali

dicetak ulang. Novel berjudul Negeri Para Bedebah misalnya, novel ini sudah

mengalami cetak ulang 6 kali dalam tempo 1 tahun. Dalam hal ini, penulis menganalisis

novel berjudul Negeri Para Bedebah sebab saat peneliti membaca novel tersebut peneliti

menemukan fenomena tindak patologi sosial yang dilakukan para tokoh.

Pendekatan penelitian karya sastra semakin bermacam-macam. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan menjamurnya berbagai ragam pendekatan yang digunakan untuk

membedah suatu karya sastra dalam sebuah penelitian, baik dalam bentuk jurnal ataupun

skripsi. Hal ini disebabkan karena semakin luasnya permasalahan yang diangkat dalam

suatu karya sastra sehingga pendekatan yang usang terkadang tidak mampu membedah

permasalahan yang semakin kompleks. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan

psikologi sastra yang tentu dalam penerapannya menelaah segi intrinsik karya sastra
6

khususnya perwatakan, sebab para pencipta karya sastra sering memanfaatkan hukum-

hukum psikologi untuk menghidupkan karakter tokoh-tokoh yang ia tulis dalam

karyanya.

Pemilihan pendekatan psikologi sastra dalam penelitian ini didasarkan pada

sasaran penelitian ini yang merupakan patologi sosial atau tingkah laku yang

bertentangan atau menyimpang yang semuanya itu menjadi objek yang dikaji dalam

psikologi. Menurut Noor (2010: 92), pemanfaatan teori-teori psikologi perkembangan,

psikologi kepribadian, dan sebagainnya digunakan untuk menafsirkan unsur kejiwaan

tokoh. Unsur kejiwaan tokoh itu dapat berupa konflik batin, deviasi atau penyimpangan

tingkah laku, perubahan karakter, kepribadian ganda dan lain-lain. Endraswara (2013:

104) mengungkapkan bahwa pendekatan psikologi sastra menekankan kajian keseluruhan

baik berupa unsur intrinsik maupun ekstrinsik dan tekanan pada unsur intrinsik, yaitu

tentang penokohan dan perwatakannya. Selain itu, Minderop (2013: 2-3) mengungkapkan

bahwa banyak penelaah sastra dengan psikologi tetapi yang terjadi aspek-aspek

kesusastraan terlupakan untuk diikutsertakan sehinggga seolah-olah penelaahan sastra

terfokus dengan psikologi semata.

Berdasarkan beberapa latar belakang di atas, peneliti memiliki asumsi bahwa di

dalam novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye

terkandung tindak patologi sosial pada para tokoh yang ditunjukan pada teks-teksnya.

Hal tersebut dapat terlihat dari cuplikan fenomena yang telah disebutkan di atas. Akan

tetapi, gejala tindak patologi sosial tersebut baru nampak sekilas dan belum dapat

menggambarkan secara keseluruhan, sehingga untuk mengetahui deskripsi gejala tindak

patologi sosial pada para tokoh dalam novel berjudul Negeri Para Bedebah dan Negeri di

Ujung Tanduk secara lebih lengkap, objektif dan mendalam, maka peneliti

mengangkatnya menjadi sebuah penelitian dengan judul Tindak patologi Sosial Para
7

Tokoh Dalam Novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere

Liye: Tinjauan Psikologi Sastra.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah bentuk tindak patologi sosial yang dilakukan para tokoh dalam novel

Negeri Para Bedebah Karya Tere Liye?

2. Apakah penyebab para tokoh melakukan tindak patologi sosial dalam novel Negeri

Para Bedebah Karya Tere Liye?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk tindak patologi sosial yang dilakukan para tokoh dalam

novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye.

2. Mendeskripsikan penyebab para tokoh melakukan tindak patologi sosial dalam novel

Negeri Para Bedebah karya Tere Liye.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan,

khususnya kajian psikologi sastra yang berkaitan dengan tindak patologi sosial.

b. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan kepada pembaca mengenai bentuk

tindak patologi sosial dan penyebab para tokoh melakukan tindak patologi sosial
8

c. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman pembaca berkaitan dengan

analisis psikologi sastra.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam penelitian

selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan penelitian yang mengkaji objek tindak

patologi sosial dalam suatu karya sastra.

b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang

tindak patologi sosial dalam kehidupan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai