BAB I
PENDAHULUAN
modern dan kompleks memicu timbulnya masalah sosial. Hal ini dikarenakan adjustment
Masyarakat menjadi bingung dan cemas sehingga memuculkan konflik internal maupun
eksternal. Pada akhirnya, mereka dapat berperilaku semaunya tanpa memedulikan orang
lain yang dirugikan. Parahnya lagi, mereka dapat mengembangkan tingkah laku yang
sakit dapat muncul. Menurut Kartono (2011: 1), patologi sosial merupakan semua
tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola
disiplin, kebaikan, dan hukum formal. Bentuk tingkah laku yang tidak sesuai atau
tingkah laku yang ditunjukan berbeda dan menyimpang dari ciri-ciri dan karakteristik
Pada hakikatnya, gejala patologi sosial disebut fenomena penyakit sosial atau
pribadi sosiopatik. Pribadi yang sosiopatik ini dapat berarti pribadi tersebut sakit secara
sosial. Orang yang demikian dianggap tidak mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Hal yang demikian menyebabkan orang-orang dapat kehilangan arah dan
pegangan hidup sehingga norma-norma kebaikan dan bahkan norma hukum yang dapat
1
2
mengatur tingkah laku manusia tidak dipatuhi, dilanggar dan disimpang dengan berbagai
Fenomena ini memiliki bentuk yang beragam salah satunya tingkah laku
korupsi. Menurut Siahaan (2013: 34), korupsi adalah perbuatan yang bertentangan
dengan hukum yang dapat merugikan keuangan negara untuk dimiliki sendiri, orang lain
atau suatu badan negara serta dapat memiskinkan rakyat. Korupsi dianggap sebagai
tindakan yang bertentangan dengan norma kebaikan, moral dan bahkan hukum dan dapat
dianggap sebagai penyimpangan tingkah laku dalam suatu masyarakat. Tindak patologi
sosial berbentuk korupsi sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman Mesir Kuno dan
Romawi. Pada zaman tersebut, para pendeta yang memiliki jabatan dan kedudukan
keharusan menyajikan kurban kepada dewa mereka. Kerajaan Romawi pun tidak jauh
Karya sastra merupakan dunia dalam bahasa. Hal ini karena sastra menawarkan
sastra tidak pernah lepas dari peran seorang pengarang dalam berkreasi. Suatu karya
sastra yang berkualitas dapat lahir ke dunia dengan pengamatan yang tajam akan
lingkungan dan kemampuan yang lihai dalam berimajinasi seorang sastrawan. Karya
sastra yang baik sudah sepantasnnya mengemban misi-misi tertentu. Horatio (dalam
Noor, 2010: 14) mengatakan bahwa fungsi karya sastra hendaknya dulce et utile yaitu
menyenangkan dan berguna. Menyenangkan ini dapat berarti suatu karya sastra
memberikan suguhan yang membuat siapa saja yang menikmatinya menjadi terhibur
sehingga muncul gejolak emosi seperti perasaan senang, sedih, terharu bahkan perasaan
terispirasi. Berguna dapat berarti suatu karya sastra harus membawa manfaat berupa
3
Tuntutan karya sastra yang hendaknya berguna membuat para sastrawan selalu
berusaha untuk mewujudkan suatu karya sastra dapat memberikan manfaat kepada
penikmat sastra. Hal ini berarti karya sastra harus mampu membentuk pola pikir dan pola
laku ke arah yang lebih baik. Karya sastra yang demikian merupakan karya sastra yang
manusia yang demikian itu dapat berupa permasalahan yang berkaitan dengan masalah
yang berisi gambaran perasaan dan pikirannya sebagai anggota suatu masyarakat.
Menurut Endraswara (2013: 96), karya sastra dipandang sebagai produk dari suatu
kejiwaan dan pemikiran seorang pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau
subconscious setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious).
Dalam hal ini, seorang pengarang akan menangkap gejala kejiwaan kemudian diolah ke
dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaanya. Proyeksi pengalaman sendiri dan
pengalaman hidup sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam suatu
teks sastra.
dalam suatu karya sastra. Dalam hal ini, pengarang memilih dan mengangkat fenomena-
fenomena sosial yang ia temukan sebagai sumber menulis suatu karya sastra. Pengarang
Salah satu genre karya sastra yaitu novel. Novel merupakan salah satu jenis
prosa fiksi yang bersifat narasi. Berbeda dengan cerpen, novel memiliki kisahan cerita
yang lebih lengkap. Hal itu disebabkan novel tidak membatasi pengarang dalam
mengisahkan kehidupan manusia secara lengkap. Novel sebagai dunia yang diidealkan
gambaran kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan sumber inspirasi dalam mencipta
karya sastra merupakan hal-hal (fenomena) yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena
itu, fenomena kehidupan seperti fenomena patologi sosial yang merupakan hasil dari
pengamatan dan kontemplasi pengarang dapat ditemukan dalam suatu karya sastra.
Dalam hal ini, peneliti menemukan tindak patologi sosial pada para tokoh dalam
novel Negeri Para Bedebah karya Tere Liye. Kutipan novel di bawah ini akan
menunjukan fenomena tindak patologi sosial pada para tokoh berbentuk korupsi
berupa penyelewengan wewenang demi keuntungan pribadi yang dilakukan oleh tokoh
bernama Wusdi dan Tunga. Wusdi memiliki jabatan sebagai petugas kepolisian letnan
satu dan telah berpangkat bintang tiga sedangkan Tunga merupakan seorang jaksa senior.
Tunga ikut bergumam, Kami bisa saja menarik seluruh, tuntutan, tuduhan. Tapi
semua itu perlu biaya.
Apa saja apa saja yang bisa memastikan keluarga kami tidak diganggu. Akan
aku tebus. Papa mulai panik, massa diluar mulai merangsek masuk.
Wusdi dan Tunga menyeringai, saling lirik sebentar.
Wusdi dan Tunga santai menaiki mobil, perlahan membelah massa yang
beringas. Wusdi menurunkan kaca, memberikan kode ke gerombolan preman.
Tunga disebelahnya tertawa menepuk-nepuk tas penuh berkas berharga (Tere
Liye, 2013: 116).
Kutipan teks novel tersebut dapat menunjukan adanya perwujudan bentuk tindak
patologi sosial berbentuk tindak korupsi. Tokoh Wusdi dan Tunga merupakan pejabat
atau pegawai negeri. Wusdi menjabat sebagai petinggi kepolisian dan Tunga menjabat
5
sebagai seorang jaksa. Mereka merupakan pegawai negeri yang bergerak dalam bidang
pada oknum-oknum yang melakukan tindak pidana agar tidak dituntut oleh yang
berwajib dengan imbalan uang suap. Adapun demikian, tokoh-tokoh yang dianalisis
meliputi tokoh bernama Edward, Thomas, Ram, Wusdi, Tunga, Rudi dan Tuan Sinpei.
masalah penelitian yang diteliti. Mereka merupakan tokoh- tokoh yang melakukan tindak
patologi sosial.
Novel berjudul Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk merupakan
novel yang dikarang oleh Tere Liye. Kedua novel tersebut dipublikasikan oleh Gramedia
Pustaka Utama. Novel ini dicetak pertama kali pada Juli 2012. Tere Liye merupakan
pengarang yang sudah banyak menghasilkan novel. Karyanya selalu mendapat respon
positif dari para khalayak. Hal itu terbukti dengan beberapa karyanya yang beberapa kali
dicetak ulang. Novel berjudul Negeri Para Bedebah misalnya, novel ini sudah
mengalami cetak ulang 6 kali dalam tempo 1 tahun. Dalam hal ini, penulis menganalisis
novel berjudul Negeri Para Bedebah sebab saat peneliti membaca novel tersebut peneliti
dapat dibuktikan dengan menjamurnya berbagai ragam pendekatan yang digunakan untuk
membedah suatu karya sastra dalam sebuah penelitian, baik dalam bentuk jurnal ataupun
skripsi. Hal ini disebabkan karena semakin luasnya permasalahan yang diangkat dalam
suatu karya sastra sehingga pendekatan yang usang terkadang tidak mampu membedah
psikologi sastra yang tentu dalam penerapannya menelaah segi intrinsik karya sastra
6
khususnya perwatakan, sebab para pencipta karya sastra sering memanfaatkan hukum-
karyanya.
sasaran penelitian ini yang merupakan patologi sosial atau tingkah laku yang
bertentangan atau menyimpang yang semuanya itu menjadi objek yang dikaji dalam
tokoh. Unsur kejiwaan tokoh itu dapat berupa konflik batin, deviasi atau penyimpangan
tingkah laku, perubahan karakter, kepribadian ganda dan lain-lain. Endraswara (2013:
baik berupa unsur intrinsik maupun ekstrinsik dan tekanan pada unsur intrinsik, yaitu
tentang penokohan dan perwatakannya. Selain itu, Minderop (2013: 2-3) mengungkapkan
bahwa banyak penelaah sastra dengan psikologi tetapi yang terjadi aspek-aspek
dalam novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye
terkandung tindak patologi sosial pada para tokoh yang ditunjukan pada teks-teksnya.
Hal tersebut dapat terlihat dari cuplikan fenomena yang telah disebutkan di atas. Akan
tetapi, gejala tindak patologi sosial tersebut baru nampak sekilas dan belum dapat
patologi sosial pada para tokoh dalam novel berjudul Negeri Para Bedebah dan Negeri di
Ujung Tanduk secara lebih lengkap, objektif dan mendalam, maka peneliti
mengangkatnya menjadi sebuah penelitian dengan judul Tindak patologi Sosial Para
7
Tokoh Dalam Novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah bentuk tindak patologi sosial yang dilakukan para tokoh dalam novel
2. Apakah penyebab para tokoh melakukan tindak patologi sosial dalam novel Negeri
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan bentuk tindak patologi sosial yang dilakukan para tokoh dalam
2. Mendeskripsikan penyebab para tokoh melakukan tindak patologi sosial dalam novel
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
khususnya kajian psikologi sastra yang berkaitan dengan tindak patologi sosial.
tindak patologi sosial dan penyebab para tokoh melakukan tindak patologi sosial
8
2. Manfaat Praktis
selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan penelitian yang mengkaji objek tindak