Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SOSIOLOGI SASTRA

“ Analisis Sastra Marxis Dalam Novel Assalamualikum Beijing

Karya Asma Nadia ”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Sastra

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Sri Utorowati, M.Pd.

Disusun oleh :

Intan Rizki Amalia 2001040006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Sastra ini dengan baik dan tepat waktu.

Tugas ini saya buat untuk memberikan penjelasan tentang Analisis Sastra Maxkis
dalam novel Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia. Semoga makalah yang saya buat
ini dapat membantu menambah wawasan kita menjadi luas lagi.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan guna
kesempurnaan makalah. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jebul Suroso
selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan kepada Ibu Sri Utorowati
selaku pengampu Mata Kuliah Sosiologi Sastra serta kepada pihak-pihak yang telah
membantu ikut serta dalam penyelesaian makalah ini.

Atas perhatian dan waktunya, saya sampaikan terima kasih.

Purwokerto, 5 November 2021

Penulis
DAFTAR IS

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4

 A. Latar Belakang................................ ............................................................... 4


 B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
 C. Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6

 A. Teori Marxis ................................................................................................... 6


 B. Sinopsis Novel ................................................................................................ 6
 C. Feminisme............. .............................................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................10

 A. KESIMPULAN..................................................................................................10
 B. SARAN..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya sebuah karya sastra merupakan replika kehidupan nyata,


meskipun terkadang berbentuk fiksi namun karya sastra tetap memiliki dasar yang
dilihat dari aspek kehidupan sehari-hari. Karya sastra lahir di tengah-tengah
masyarakat sebagai hasil imajinatif yang menggambarkan sebuah kondisi sosial
yang saat itu sedang terjadi, oleh karena itu karya sastra dapat hadir dalam kalangan
masyarakat. Seorang pengarang mencoba mmenghasilkan suatu karya yang berasal
dari pandangan dunianya tentang realitas sosial yang terjadi disekitarnya untuk
menciptakan karya berdasarkan budaya dan kultur masyarakat tertentu. Pada
dasarnya karya sastra merupakan media untuk menyuarakan pandangan seorang
penulis tentang ilmu kemanusian dan kemasyarakatan.

Pandangan ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat langsung,


tetapi suatu gagasan, aspirasi, perasaan yang dapat mempersatukan kelompok sosial
masyarakat. Dengan begitu karya sastra dapat dijadikan pembelajaran untuk
kehidupan yang lebih baik dan tidak mengulang kondisi sosial yang sama di masa
mendatang.

Sastra dapat berbagai bentuk representasi budaya yang menggambarkan


relasi dan rutinitas jender. Dari berbagai bentuk representasi budaya tersebut
terbentuklah sebuah aliran pendekatan karya sastra Feminisme. Pendekatan ini
mengkaji sebuah kritikan atau tuntutan tentang penyetaraan jender yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat. Sehingga dengan begitu masyarakat akan dapat
menyetarakan hak dan kewajiban seorang perempuan dan laki-laki. Teori
pendekatan Feminisme ada bermacam-macam pendekatan yakni, feminis liberal,
feminisme radikal, feminis sosialis atau marxis, feminis postmoderenis, feminis
kulit hitam dan non barat dengan intensitas pada ras dan kolonialisme (Ratna,
2005:228).

Berbagai macam aliran feminisme memiliki perbedaan. Salah satunya aliran


feminisme marxis yang pendekatan sastranya mengerucut kepada kelas-kelas sosial
dan perempuan yang menjadi kelas tertindas. Pendekatan ini salah satunya dapat
diterapkan pada novel berjudul “Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori Marxisme?

2. Bagaimana sinopsis novel Assalamualikum Beijing?

3. Bagaimana unsur Fenimisme Marxisme dalam novel Assalamualikum


Beijing?

C. Tujuan

1. Menjelaskan yang dimaksud dengan teori Marxisme

2. Menjelaskan sinopsis novel Assalamualikum Beijing

3. Menyimpulkan unsur Fenimisme Marxisme dalam novel Assalamualikum


Beijing
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Marxisme

Menurut Kristeva (2011: 68), teori marxisme digagas oleh Karl Marx
dengan tujuan mengkritik tindakan eksploitatif kelas borjuis terhadap kelas
proletariat dalam sebuah kapitalisme. Marx berpendapat bahwa pemenuhan materi
merupakan sebuah basis paling mendasar dari seluruh struktur kapitalisme.
Oleh karena itu, marxisme merupakan sebuah filsafat materialisme. Das Kapital
merupakan buah pikiran Marx tentang kritikan akan kapitalis dan sistem
perekonomiannya, dalam buku Das Kapital juga terdapat gagasan tentang surplus
value yang berujung pada penindasan buruh.
Ideologi feminisme marxist menyebutkan bahwa pada awalnya rutinitas
masyarakat terjadi dalam ranah domestik baik itu kegiatan reproduksi maupun
produksi. hal ini berubah ketika kapitalisme berkembang. Sebelumnya kaum
perempuan juga ikut andil dalam sanak keluarganya guna mempertahankan
kehidupannya dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Namun terjadi
perubahan yang signifikan saat kapitalisme berkembang. Perkembangan kapitalisme
membuat kesatuan produksi yang awalnya dilakukan di ranah domestik beralih
pada ranah yang skalanya lebih besar yaitu pabrik. berbeda dengan kaum laki-
laki, perempuan dianggap berada pada ranah reproduksi dan tidak layak
berpartisipasi pada kegiatan produksi. (Tong, 1998: 137)
Pemisahan seksual ranah produksi dan reproduksi dapat menimbulkan
suatu ketidakadilan karena produksi dan reproduksi tidaklah sebanding. Kegiatan
produksi yang beralih ke pabrik-pabrik ini menghasilkan nilai ekonomis
yangdapat menguntunkan pekerja di dalamnya. Sementara itu, kegiatan
reproduksi yang tetap di ranah domestik tidak demikian. Oleh karena itu,
perempuan mendapatkan ketidakadilan karena menempati posisi reproduksi yang
tidak menghasilkan nilai ekonomis. Perempuan dianggap lebih rendah dan
dinomor dua-kan karena nilai eksistensi ditentukan oleh materi. Feminisme marxist
mengkritik ketidakadilan ini dan menggegas pembebasan perempuan melalui
restrukturisasi seksis kapitalisme produksi dan reproduksi. (Tong, 1998: 152).

B. Sinopsis Novel Assalamualikum Beijing


Novel ini memceritakan tentang perjalanan hidup Asmara. Ia telah
dikhianati oleh Dewa, seseorang yang telah berhasil mengisi hatinya selama
beberapa tahun terakhir. Ia harus membatalkan pernikahan yang bahkan akan
diadakan sebulan lagi. Dewa berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri, Anita dan
dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya itu. Namun disisi lain, Dewa
terus menerus mengejar Asma, agar bisa menerima permintaan maafnya, dan tidak
memutuskan hubungan yang sudah lama mereka jalani. Namun terlambat, Ra sudah
menjadi Asma.
Asma pergi ke Beijing, karena ia ditawarkan pekerjaan oleh Sekar
sahabatnya, sebagai seorang reporter. Tanpa berpikir panjang ia segera menerima
tawaran tersebut, agar ia bisa sedikit melupakan masalah yang tengah dihadapinya
tersebut. Di Beijing dalam salah satu perjalanan, ia bertemu dengan Zhongwen.
Lelaki tampan, santun, perangainya gagah, dan yang memperkenalknannya pada
legenda Ashima, putri cantik dari Yunnan.
Lewat pertemanannya dengan Asma , Zhongwen mendapat banyak
pencerahan tentang islam dan hidayah yang kemudian mengantarkannya menjadi
seorang Mualaf. Karena kebaikan dan perhatian yang diberikan olehnya, Asma
mulai membuka hatinya untuk Zhongwen.
Namun sayangnya, sebelum hubungan Asma dan Zhongwen berlanjut,
musibah datang menimpa Asma. Ia didiagnosis menderita penyakit Sindrom
Antibodi Antifosfolipid (APS), yaitu sindrom darah kental. Penyakit itu
membuatnya sanhat sulit untuk hamil, apalagi melahirkan.
Di sisi lain, Zhongwen tidak tahu jika Asma telah kembali ke Indonesia dan
terkena penyakit APS. Ia mencari terus mencari keberadaan Asma. Saat ia tahu
keadaan Asma saat ini, ia langsung terbang dari Beijing ke Indonesia. Di masa
terpuruknya, Asma selalu mendapat dorongan dan dukungan dari keluarga, terutama
dari Zhongwen. Karena kesabaran dan kesetiaannya pada Asma, akhirnya
Zhongwen dan Asma menikah dan hidup bahagia di Beijing.

Novel ini mengajarkan kita tentang kesetiaan, kesabaran, dan perjuangan seseorang
dalam memdapatkan cinta, walaupun terhalang oleh perbedaan agama dan negara.
Novel ini banyak menceritakan kehidupan seorang muslimah, dalam menghadapi
berbagai cobaan atau rintangan hidup. Namun, ada beberapa kata pada novel ini
yang sulit dipahami. Tapi masih banyak sekali kelebihan yang bisa didapat dari
novel ini.

C. Unsur Feminisme
Feminisme marxist menyebutkan bahwa pada awalnya rutinitas
masyarakat terjadi dalam ranah domestik baik itu kegiatan reproduksi maupun
produksi. hal ini berubah ketika kapitalisme berkembang. Sebelumnya kaum
perempuan juga ikut andil dalam sanak keluarganya guna mempertahankan
kehidupannya dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan. Namun terjadi
perubahan yang signifikan saat kapitalisme berkembang. Perkembangan kapitalisme
membuat kesatuan produksi yang awalnya dilakukan di ranah domestik beralih
pada ranah yang skalanya lebih besar yaitu pabrik. berbeda dengan kaum laki-
laki, perempuan dianggap berada pada ranah reproduksi dan tidak layak
berpartisipasi pada kegiatan produksi. (Tong, 1998: 137)
Pemisahan seksual ranah produksi dan reproduksi dapat menimbulkan
suatu ketidakadilan karena produksi dan reproduksi tidaklah sebanding. Kegiatan
produksi yang beralih ke pabrik-pabrik ini menghasilkan nilai ekonomis yang
dapat menguntunkan pekerja di dalamnya. Sementara itu, kegiatan reproduksi
yang tetap di ranah domestik tidak demikian. Oleh karena itu, perempuan
mendapatkan ketidakadilan karena menempati posisi reproduksi yang tidak
menghasilkan nilai ekonomis. Perempuan dianggap lebih rendah dan dinomor
dua-kan karena nilai eksistensi ditentukan oleh materi. Feminisme marxist
mengkritik ketidakadilan ini dan menggegas pembebasan perempuan melalui
restrukturisasi seksis kapitalisme produksi dan reproduksi. (Tong, 1998: 152).

Dalam novel Assalamualaikum Beijing dalam dijelaskan feminismenya sebagai


berikut :

a. Feminisme Prilaku
Unsur feminisme prilaku merupaka sikap atau perbuatan seseorang dalam
melakukan sesuatu tindakan. Dari kutipan teks yang ada. Maka peneliti
dapat memilih kutipan unsur feminisme yang sesuai dalam novel beserta
analisisnya.

“Jangan ngomong seenaknya begitu”


“Bukan seenaknya, tapi Ra sudah janji untuk sekali ini aja, please..Dewa
sudah janji sama teman-teman kantor untuk mengenal kamu”
“Dewa ini bukan hal spele, aku nggak mungkin membiarkan mama jalan
sendiri.’(hlm:20).

Dalam kutipan teks tersebut, terlihat kebulatan tekad perempuan melawan


tindak diskriminasi gender. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan
persamaan haknya agar tidak terlihat lemah di mata laki-laki.
b. Feminisme Pemikiran
Unsur feminisme pemikiran adalah pandangan seseorang mengenai sesuatu
berdasarkan pemikirannya. Maka dari itu peneliti dapat menentukan unsur
feminisme pemikiran berdasarkan kutipan teks yang ada dalam novel
berserta analisisnya.

“Ra, tahu Anita?’


“Ya, kamu jatuh cinta sama Anita?” “Lebih dari itu.”
“Maksudnya? Aku nggak ngerti.” “Aku. maafkan Dewa, Ra!”
“Dewa salah, Ra. maafin Dewa!”
“Apa harus aku lakukan, Ra?”
“Ra, lakukan sesuatu. Jangan diam.” “Ra?”
“Lakukan apa yang menjadi prinsip lelaki dewasa dalam situasi sama:
Bertanggung jawab!”(hlm:63-65)

Dari kutipan teks di atas menunjukkan adanya pertentangan atas kepuasaan


laki-laki terhadap perempuan lain, sehingga Asma memberikan keputusan
yang bijaksana, tegas dan ikhlas meskipun itu sulit untuk diterima, karena
Asma berpikir kebahagiaanya tidak sebanding dengan mahluk kecil yang
tidak berdosa.
c. Feminisme Marxis
Feminisme marxis merupakan aliran yang memandang masalah perempuan
dalam rangka kapitalisme (berhubungan dengan sistem kekuasaan).
Kapitalisme atau penindasan kelas merupakan penindasan yang paling
utama. Penindasan kelas khususnya di kaitkan dengan cara kapitalisme
menguasai perempuan dalam kedudukan-kedudukan yang direndahkan,
bodoh dan hanya dipandang sebelah mata bahkan disamakan dengan kaum
buruh (proleter). Maka dari itu peneliti dapat menganalisis feminisme
marxis yang sesuai kutipan teks yang ada dalam novel yaitu sebagai berikut:

“Gue kira lo bakal nikah sama Ra!” “Kenapa jadi sama cewek ini sich?”
“Ya, Gue pikir lo sama Ra sudah kayak pranko sama amplop, jadi ya...”
“Simple aja, kalau ada cewek yang bisa memenuhi kebutuhan gue, kenapa
harus di tolak?”(hlm:78-79)

Pada kutipan teks di atas menunjukkan bahwa kaum perempuan di


manfaatkan sebagai daya tarik untuk kebutuhan pribadinya, karena Laki-laki
memiliki sifat yang keras, egois, dan keras kepala berdasarkan budaya
patriarti yang selalu menganggap bahwa perempuan itu lebih
lendah.(Ollenburger, 2002:25).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Unsur feminimse marxis terdapat 24 kutipan teks yaitu unsur feminisme


prilaku yaitu ada 10 kutipan teks dan unsur feminisme pemikiran ada 14 kutipan
teks sedangkan feminimse marxis terdapat 31 kutipan teks. Maka dari itu peneliti
dapat menyimpulkankan dari keseluruhan kutipan teks tersebut menunjukkan bahwa
posisi perempuan yang sabar dan berani menentang tindakan diskriminasi namun di
sisi lain perempuan tersebut juga masih di anggap lemah di mata kaum laki-laki
dan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,


kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumberyang lebih banyak, dan tentunya dapat dipertanggung
jawabkan kerena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Penuis juga ingin menyampaikan agar novel ini menjadi bacaan ataupun
wancana wajib untuk orang lain khususnya perempuan, karena di dalam novel ini
banyak mengandung pristiwa dan pembelajaran mengenai feminisme, baik itu
dalam ilmu sastra maupun dalam ilmu-ilmu lain. Karena melalui feminisme ini,
mahasiswa dapat mengerti bagaimana sebuah perjuangan menjadi sebuah
pergerakan dan dapat mengerti bagai mana seorang perempuan seharusnya
diperlakukan. Feminisme sejatinya tidak dipandang sebagai jalan untuk menentang
kaum laki-laki dan kodrat yang ada, tetapi feminisme merupakan pergerakan, cara
perempuan untuk meraih haknya agar dapat setara dengan laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA

Novel Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia

https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/2137/8/12.%20UNIKOM_Willi_BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai