Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
KRITIK SASTRA NOVEL

DISUSUN OLEH :

Nama :
1. Revalia Nur Rahmat

PROGRAM KEAHLIAN
AKUNTANSI DAN KEUANGAN LEMBAGA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PRIMA UNGGUL
CILEDUG TANGERANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahamtullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang semua nantikan syafaatnya di akhirat
nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “KRITIK SASTRA NOVEL.”

Demikianlah makalah ini penulis buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang penulis angkat pada makalah ini, penulis
mohon maaf. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tangerang, 21 Januari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................2
LANDASAN TEORISTIS...........................................................................................2
BAB III..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
3.1 Analisis dan Kritik dengan Pendekatan Objektif.....................................................3
BAB IV........................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................10
4.1 KESIMPULAN......................................................................................................10
4.2 SARAN............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kritik sastra adalah salah satu cabang ilmu


sastra untuk menghakimi suatu karya sastra. Selain menghakimi karya sastra, kritik
sastra juga memiliki fungsi untuk mengkaji dan menafsirkan karya sastra secara lebih
luas. Kritik sastra biasanya dihasilkan oleh kritikus sastra. Penting bagi seorang
kritikus sastra untuk memiliki wawasan mengenai ilmu-ilmu lain yang berkaitan
dengan karya sastra, sejarah, biografi, penciptaan karya sastra, latar belakang karya
sastra, dan ilmu lain yang terkait. Kritik sastra memungkinkan suatu karya dapat
dianalisis, diklasifikasi dan akhirnya dinilai. Seorang kritikus sastra mengurai
pemikiran, paham-paham, filsafat, pandangan hidup yang terdapat dalam suatu karya
sastra. Sebuah kritik sastra yang baik harus menyertakan alasan-alasan dan bukti-
bukti baik langsung maupun tidak langsung dalam penilaiannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer?
1.

1.3 Tujuan

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer?
2.

1
BAB II

LANDASAN TEORISTIS

Dalam pendekatan objektif telah banyak dikembangkan metode-metode


penelitian, seperti formalisme Rusia, strukturalisme Perancis, strukturalisme
Cekoslavia, New Criticiam Amerika, istilah strukturalisme juga berkembang menjadi
post strukturalisme, strukturalisme dinamik, intertekstualisme, namun semuanya itu
tidak akan terperinci dalam pembicaraan ini.
Berdasarkan prinsip umum pendekatan objektif di dan unsur fiksi yang telah
dikemukakan maka terapan dalam cerpen dan novel tidaklah berbeda. Kedua fiksi ini
mempunyai unsur yang sama yakni gaya bahasa, sudut pandang, alur, penokohan,
latar, dan tema/amanat.
Dalam memahami karya sastra secara objektif, tentunya diperlukan adanya
cara untuk mengoperasikan teori itu. Dalam teori ini, terdapat pula pendekatan dan
penilaian secara objektif.
Pendekatan objektif (struktural) adalah pendekatan yang mendasarkan pada
suatu karya sastra secara keseluruhan, dan memandang karya sastra adalah sesuatu
yang berdiri sendiri. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri
berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek
intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema,
plot, setting, karakter, dan sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh
mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua
unsur-unsur pembentuknya.
Telaah struktur yang harus dikaitkan dengan fungsi struktur lainnya yang
dapat berupa paralelisme, pertentangan, inverse, dan kesetaraan. Dalam karya yang
lebih luas seperti novel, struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan
dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter,
setting, point of view. Untuk mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur
tersebut harus dihubungkan satu sama lain.

2
BAB III

PEMBAHASAN

Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipakai, dan dimanfaatkan oleh


masyarakat. Pengkajian terhadap karya sastra merupakan pemahaman karya sastra
yang lebih baik. Dengan demikin karya sastra dapat dinikmati lebih intens serta dapat
dimanfaatkan untuk memahami hidup ini (Teeuw, 1984:18).
Karya sastra merupakan suatu hasil cerminan dari kehidupan masyarakat pada
periode tertentu, sebab dalam hal penciptaan suatu karya sastra bahannya diperoleh
dari kehidupan sehari-hari lalu diolah sedemikian rupa ke dalam suatu karya sastra.
1. Karya sastra yang diambil kali ini adalah novel Gadis Pantai karya
Pramoedya Ananta Toer.
3.

3.1 Analisis dan Kritik dengan Pendekatan Objektif

Untuk mengetahui dan memahami cerminan suatu karya sastra diperlukan


suatu pemahaman tentang unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra. Dalam
makalah kritik sastra ini penulis menggunakan pendekatan objektif (struktural) untuk
mengetahui unsur-unsur yang ada di dalam karya sastra.

3
1. TEMA

Tema yang diangkat dalam novel Gadis Pantai adalah kritik pada feodalisme
Jawa, karena roman ini banyak menceritakan mengenai masyarakat yang berasal dari
golongan bawah dengan masyarakat yang berasal dari golongan
atas/ningrat/bangsawan, serta segala perlakuan tak berperikemanusiaan yang terjadi
dalam praktek feodalisme Jawa atas orang-orang yang dianggap “rendahan”/ berasal
dari kaum bawah yang umumnya lahir di kampung.

Kritikan : Adapun kritik yang ditujukan pada tema, sistem feodalisme adalah
melalui gambaran dalam cerita yang disebutkan bahwa semua yang ada di Gedung
Besar adalah rakyat jelata yang harus tunduk dan patuh pada Priyayi, dan mereka
tidak patut dihormati, disitu kami sedikit kesal mengapa semua orang dirumah
tersebut tunduk dan patuh kepada Bendoro besar, bagaikan Tuhan yang diagung-
agungkan. Sehingga salah seorang bujang atau pembantunya mau membohongi
orang agar tidak dianggap durhaka kepada Bendoro.

2. ALUR/PLOT

Maju, terbukti dari cerita mulai dari awal yaitu ketika Gadis Pantai tinggal di
kampung nelayan kemudian dibawa ke pendopo, bagaimana kehidupannya kemudian
di pendopo, bagaimana ia menyesuaikan diri sebagai ‘wanita utama’, menjalani hidup
dengan Bendoro, mengandung dan melahirkan bayinya dengan Bendoro serta
bagaimana ia diusir dari pendopo oleh Bendoro setelah melahirkan bayi pertamanya
yang berjenis kelamin perempuan dan ia memutuskan untuk pergi ke Blora karena
malu dengan Emak dan tetangganya di kampung.

4
Kritikan : Menurut kami, pada alur roman ini, Pram menyajikan cerita sangat
baik alurnya, semua berjalan maju tanpa sekalipun melihat masa lalu. Dengan
bagian awal cerita sebagai pendeskripsian tokoh utama, yaitu Gadis Pantai yang
bertubuh kecil, kulit putih bersih yang hidup di Kampung. Di bagian tengahnya
menghadirkan konflik baik yang terjadi dalam diri Gadis Pantai atau pun konflik
dengan tokoh yang lain. Lalu akhir dari bagian cerita tersebut yaitu keadaan yang
memprihatinkan yang terjadi pada diri Gadis Pantai akibat dari ‘keganasan’ praktik
Feodalisme.

3. GAYA BAHASA

Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa campuran. Bahasa indonesia
jaman dahulu dengan bahasa Jawa pada beberapa kata seperti “kanca” dan “colong”
serta sebutan bagi orang jawa seperti “Mas Nganten”, “Sahaya”, dan “Bendoro”.

Kritikan : Menurut pendapat kami, roman Gadis Pantai karya Pramoedya


Ananta Toer ini bahasa yang digunakan kurang komunikatif pada pembaca, sehingga
pembaca yang tidak mengerti atau belum mengerti tentang sastra, terkadang tidak
menangkap maksud dari hal yang coba dituangkan oleh Pramoedya Ananta Toer,
sang penulis dalam karyanya ini. Memang, gaya bahasa yang digunakan oleh beliau
merupakan gaya bahasa yang ada pada saat itu, belum tersentuh EYD dan belum
mengenal perubahan jaman yang pada saat ini, kita rasakan telah mengubah
sebagian besar bahasa yang kita gunakan.

Pramoedya hidup pada jaman penjajahan Belanda, dan memang setting dari cerita
ini adalah sekitar tahun 1930 atau 1940-an di mana penjajahan Belanda masih atau
bahkan sudah hampir berakhir karena pelayan tua pembantu Gadis Pantai, di dalam
cerita sering menceritakan mengenai bagaimana ia dan suaminya serta kakeknya
berjuang melawan penjajahan Belanda dan berulang kali mencoba untuk kabur dari
Kerja Rodi Belanda yang sangat menyiksa rakyat Indonesia pada saat itu.

5
Sehingga, bahasa yang digunakan pun masih bahasa kental pada saat itu dengan
sedikit perubahan dari pihak penerbit, kami rasa.

Di sisi lain, pada awal cerita, jujur kami merasa bosan membacanya karena sudah
tak sesuai lagi dengan perkembangan jaman pada saat ini, walaupun kami juga
mengerti bahwa justru novel-novel seperti ini yang banyak dicari dan digemari oleh
para sastrawan di Indonesia, lagipula novel ini juga telah diterjemahkan ke 42
bahasa, serta mendapatkan berbagai macam penghargaan dari berbagai pihak baik
dari dalam maupun di luar negeri. Tapi, kami akan bahas ini menurut sudut pandang
orang-orang biasa seperti kita.

6
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penjajahan belanda mengakibatkan adanya sistem feodalisme yang menjalar


ke darah daging para Priyayi Jawa. Keadaan ini adalah sebuah sistem sosial
masyarakat yang mengakibatkan ketidakadilan, kebodohan, kebobrokan mental, serta
tidak adanya pemerataan ekonomi. Praktik-praktik Feodalisme Belanda masih terasa
hingga kini, masih membekas tentang kerja paksa ”Rodi”, yang telah menginjak-injak
harga diri rakyat kecil. Juga perbudakan seks yang dilakukan oleh raja-raja Jawa,
Priyayi dan para Petinggi Belanda.
Gadis Pantai, dalam usia yang masih begitu belia telah kehilangan segalanya.
Karena begitu malu kembali ke kampungnya, Gadis Pantai dengan perasaan remuk
memilih berputar arah ke Selatan, ke Blora. Kisah sekuel Gadis Pantai terhenti di sini.
Lewat sekuel pertama ini, Pram meunjukkan kontradiksi negatif praktik feodalisme di
tanah Jawa yang tak memiliki adab dan jiwa kemanusiaan. Betapa seorang manusia
tak dihargai dari hatinya, namun dari pangkat dan golongan mana dia berasal. Layak
dijadikan perenungan.
Buku ini juga tidak negatif, sebab langkah pertama ke arah pembebasan dari
penindasan dan penghinaan telah diambil dari Gadis Pantai: ia mulai sadar tentang
kenyataan sosial di tempat hidupnya. Ia tidak dapat kembali ke masa lampau, ia harus
maju: ”Tanpa menengok ke belakang lagi, Gadis Pantai memusatkan matanya ke
depan, demikian dikatakan pada halaman penghabisan.
Pram melalui Roman ‘Gadis Pantai’ berhasil menguak kebengisan sistem
feodalisme Jawa. Dengan teknik kepengaranganya Roman ini berhasil menjadi
Roman sosio-kritis. Yang memperjuangkan rakyat kecil dan terutama wanita-wanita
Jawa yang dijadikan selir para Priyayi. Dengan adanya roman ini kita berharap di
masa sekarang tidak ada lagi praktik-praktik Feodalisme.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ananta Toer, Pramoedya. 2003. Gadis Pantai. Jakarta: Lentera Dipantara.


DEPDIKNAS. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua. Jakarta:
Balai Pustaka.

Daulay, M. Anggie. 2016. Kritik Sastra. Medan: Menara Padang Bulan.

Eseren, Ali. Potret Wanita Pesisir dalam Roman Gadis Pantai. Dalam:
http://imtcpt.wordpress.com/2009/01/21/potret-wanita-pesisir-dalam-roman-
gadis-pantai/ (diakses tgl 09 Maret 2016).

Jurual Studi Agama dan Masyarakat. Novel “Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta
Toer: Analisis Struktural Levi-Strauss”, Volume 5, Nomor I Juni 2008.

Anda mungkin juga menyukai