Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS RUTIN

MATAKULIAH TEORI DAN KRITIK SASTRA INDONESIA


Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M. Pd.

DISUSUN OLEH:

NAMA :ORATNA SEMBIRING


NIM: 8206192003

KELAS : B
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIMED 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang karena rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Kami

mengucapkan terima kasih kepada Ibu : Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M. Pd.
sebagai dosen pengampu mata kuliah Teori dan Kritik Sastra Indonesia yang telah membimbing
saya dalam pembuatan Critical Book Review (CBR) ini. Penulisan ringkasan ini bertujuan
untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Dan Kritik Sasta Indonesia.
Saya menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran demi tercapainya laporan yang sempurna. Semoga tugas
ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran yang akan datang.
Sibolga, Desember 2020

i i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan.......................................................................................................................1

1.4 Manfaat.....................................................................................................................2

BAB II RINGKASAN JURNAL

2. 1.Ringkasan Buku I.....................................................................................................2

2.2.Ringkasan Buku II ...................................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku.............................................................................12

BAB. IV. KESIMPULAN………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Penulisan CJR
Critical Book Review (CBR) merupakan kegiatan yang penting bagi mahasiswa
karena dapat dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai buku sebagai sumber
referensi. Mahasiswa jadi mengetahui mana buku yang baik dan pantas menjadi sumber
referensi, serta mengetahui teknik-teknik atau cara-cara meriview. Terdapat beberapa
hal penting sebelum kita mereview buku seperti menemukan buku yang sesuai dengan
topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi buku dan meringkas isi buku yang
akan di review.
Melakukan Review terhadap sebuah buku merupakan kegiatan mendeskripsikan
atau menjelaskan bagian isi buku dan mengevaluasi bagian isi buku tersebut mengenai
kelebihan dan kekurangan buku dan bagaimana isi buku tersebut dapat mempengaruhi
pola pikir dan pola pemahaman kita terhadap suatu kajian atau masalah tertentu.
Selain itu dengan adanya kegiatan meriview ini mahasiswa akan dilatih untuk
berfikir dan bertindak secara kritis dan sistematis dalam menghadapi suatu
permasalahan yang ada. Dan dengan kegiatan review ini mahasiswa dapat
membandingkan suatu pernyataan dalam buku tersebut dengan beberapa pernyataan
menurut para ahli dalam beberapa buku yang lainnya.
B. Tujuan Penulisan CBR
Adapun tujuan dari pembuatan Critical Book Review ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai pemenuhan tugas yang telah diberikan dosen Pengampu Mata Kuliah
Filsafat Ilmu.
2. Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dalam pembuatan/penyusunan dari
Critical Book Riview (CBR).
3. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis satu atau lebih
buku. Serta mampu melihat kelengkapan dari buku yang di kritisi.
C. Manfaat CJR
Manfaat dari pembuatan CBR ini ialah sebagai berikut :
1. Melatih pembaca untuk memahami isi buku.
2. Melatih kemampuan untuk mengembangkan Ilmu berdasarkan teori-teori
kebenaran yang ada

1
3. Melatih kemampuan untuk menganalisis dengan kritis kebenaran ilmu yang
ada
4. Menjadi bahan evaluasi dalam pembuatan suatu buku di penerbitan
berikutnya.

BAB II
2.1. RINGKASAN BUKU I
A. Identitas Buku I

Judul Buku : STUDI, KRITIK, DAN APRESIASI SASTRA


Penulis : DR. S. EFFENDI
Penerbit : PUSTAKA MANDIRI
Tahun Terbit : 2016
Kota Terbit : TANGERANG
Jumlah Halaman : 201 Halaman
ISBN : 978-602-359-019-3

2
Ringkasan Buku:

Buku ini berisi terdiri dari 10 Bab, yang terdiri dari sejumlah karangan terpilih tentang
telaah sastra, kritik sastra, apresiasi sastra, dan politik sastra yang diterbitkan antara tahun 1966
sampai dengan tahun 1980. Tulisan-tulisan ini pernah dimuat dalam buku, majalah, surat kabar
dan terbitan yang pernah disajikan penulis dalam diskusi, sanggar kerja, seminar, kongres dan
penataran sastra. Karangan diurut secara kronologis dan pada akhir buku ini dilampirkan
karangan Arief Budiman dan Goenawan pada tahun 1968.

Bab 1 berisi tentang Memahami Drama: Sebuah penelitian Struktural, tulisan ini didedikasikan
dalam simposium Bahasa dan Kesusastraan berisi uraian atau analisis dengan pokok persoalan
penelitian drama. Seni cipta kesusastraan, dunia penciptaan, the life of literature Mohammad
untuk diskusi sastra secara aktif kreatif terjun bergelimang dalam dunia penciptaan “ dunia
keseniman-sastrawan” yang penuh dengan dinamika hidup, secara aktif-kreatif
memperkembangkan kehidupan sastra ke taraf yang lebih tinggi, baik kualitas maupun
kuantitas.

Sehubungan dengan telaah struktur sebuah cipta sastra tanpa mempertimbangkannya


dalam kebulatan atau satu organik antara bentuk dan isi, antara form dan meaning, punya resiko
formalisme yang bisamengacaukan pikiran peminat kesusatraan, terutama pikiran/perasaan
angktan muda kita yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Kecenderungan formalisme
dalam pengajarna kesusastraan kita belum dapat dihilangkan sama sekali. Bukan bermaksud
untk menghilangkan dari dunia pengajaran, tetapi sejalan dengan anggpan bahwa bentuk dan
isai, struktur dengan apa yang didukungnya merupakan satu kesatuan utuh, bulat, atau organik
yang mengimplikasinya hidupnya sebuah ciptaan, maka pendekatan struktural hnedaknya
dilakukan tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan mempertimbangkan aspek-aspek
psikologi, sosiologi atau filosofi untuk memperoleh kejelasan maksud dan pemahaman.

Proses keatif adalah urusan pencipta kondisi, situasi dan materi yang dihadapi dan
diolah seorang sastrawan berlainan dengan yang dimiliki dan dihadapi atau diolah sarjana
teknologi. Bukna merumuskan kaidah-kaidah dengan maksud mengajari cara mencipta atau
menulis sebuah drama. Tujuan yang hendak dicapai adalah mengantar pembaca/peminat drama

3
untuk cenderung bersikap objektif dalam menilai tiap karya untuk meningkatkan apresiasi dan
daya kritik dan menipiskan preferensi individual atas dasar like dan dislike.

Drama dalah cipta sastra yang menghimpun dua aspek, aspek yang dimiliki cipta sastra
dan aspek yang dimiliki seni-pentas atau seni teater. Demikianlah seorang penelaah
kesusastraan bisa menganggap drama sebagai salah satu ragam cipta sastra, sedangkan seorang
teaterawan akan menganggapnya sebgai salah satu jenis seni pentas di samping jenis-jenis lain,
seperti wayang orang, ludruk lenong, ketoprak, reog, seni tari, seni drama tari (Efendi:hal 6).

Bab 2: Tentang Kritik Sastra (Sebuah Pendirian lagi) (1968),

Kalau yang dimaksud dengan ilmu ialah pemakain norma-norma yang distandardisir
yang berlaku dan disetujui secara umum, maka kritik sastra bukanlah ilmu, bila yang dimaksud
dengan ilmu adalah pengertian yang benar tentang realitas adalah ilmu. Dan realitas di sini ialah
pertemuan yang merdeka antara pribadi sang kritikus dan karya sastra sebagai ekspresi seorang
manusia lain. Dia adalah seni, bila dimaksud dengan sni ialah kesanggupan kreatif untuk
mengungkapkan satu pengalaman estetik mengenai estetik menemui realitas terlepas dari
metode-metode yang sudah terbelunggu, kaku dan membelenggu.

Telaah sastra adalah kehidupan meneliti, menelaah kehidupann mencipta, cipta sastra
dan peminat sastra dalam rangka penusunan teori sastra dan pada gilirannya teori sastra
dipergunakan penelaah untuk menjelaskan dan meramalkan realitas suatu gejala atau peristiwa
dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. Cipta sastra adalah sebuah ilmu yang memiliki
sejumlah kaidah atau teori dalam validitas tertentu yang dapat digunakan sebgai kontrol
kebenarannya (Efendi: 24).

Bab 3: Apresiasi Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar (Sebuah Penelitian Sementara) (1970),

Bab ini berisi tentang penjabaran apresiasi sastra Indonesia untuk Seklah dasar. Meliputi
penafsiranujud sastra dan nilai estetis. Nilai estetis dalam kertas kerja dianggap dapat dijadikan
ancangan untuk menentukan apa itu prapencipta sasra dan kebutuhan anak didik dan faktor-
faktor lain yang berpenaruh sebelum sampai kepada penafsiran data yang tersedia. Selanjutnya
mempertimbangkan kriteria perkembangan anak didik, pra nilai estetis, kuantitas bahan,
tabulasi nilai dan penafsiran.

4
Bab 4: Sikap Budaya dan Seni Pujangga Baru (1970), pembaharuan dirintis oleh penyair
periode dua puluhan oleh Mohammad Yamin, Rustam Efendi dan Sanusi pane mencapai
puncak perwujudannya dalam penciptaan tahun tiga puluhan. Penyair yang terkemuka pada
periode ini adalah Amir Hamzah, Arjmin Pane, Sutan takdir Alisjahbana dan J.E. Tatengkeng.
Amir Hamzah, penyair terkemuka kelahiran Tanjungpura Langkat Sumatera Utara (1911) mulai
kegiatan ciptaanya dala biang persajakan pada 1932, pada usia yang masih cukup muda yaitu
21 tahun. Menurut penelitian H.B Jassin, ada enam sajak yang dimuat dalam majalah Timbul
yaitu: Mabuk, Hang Tuah, Dagang, Kenang-Kenangan, dan Rambutmu, sebuah sajak Dalam
Matamu dimuat dalam majalah Panji Pustaka ruangan “Memajukan Kesusatraan” yang diasuh
oleh Sultan Tahdir Alisjahbana.

Selain kumpulan sajak tadi, Amir hamzah juga menerjemahkan beberapa sajak ciptaan
penyair Parsi, India, Tiongkok, Jepang dan Turki yang kemudian dikumpulkan dengan judul
“Setanggi Timur” dimuat dalam Pujangga Baru th. VII, no. 4 Oktober 1939, juga beberapa
karangan prosa yang bersifat telaah dan ulasan, antara lain tentang “ Indonesia Baru” dan
tentang “Rindu Dendam” Kumpulan sajak J. Tatengkeng. J.E. Tatengkeng penyair kelahiran
1907, pada tahn 1934 menerbitkan kumpulan sajak “ Rindu Dendam” yang memuat 32 sajak.
Adapula ia menulis karangan prosa yang bersifat telaah tentang kritik sastra dan pendiriannya
tentang seni bahasa dan seni umumnya.

Sultan Takdir Alisjahbana kelahiran Natal Tapanuli 1908, dengan prosanya Tak Putus
Dirundung Malang, beberapa esai antara lain “Menuju Kesusastraan Baru” dalam Panji Pustaka
(1932). “Puisi Indonesia baru dimuat dalam Majalah Pujangga Baru berturut-turut 1934 sampai
1939. bersamaan dengan ini Armijn Pane dan Amir Hamzah mendirikan dan memimpin
Pujangga baru, bersamaan dengan ini menjadi pusat kreatif pengarang-pengarang atau
sastrawan periode ini.

Sikap budaya Pujangga baru ialah sikap batini dalam menafsirkan gejala-gejala
kehidupan manusia. Penafsiran gejala-gejala ini dilakukan secara sadar untuk menemukan nilai-
nilai baru, budaya baru, yang dianggap bermanfaat bagi pembinaan kehidupan masyarakat di
masa mendatang. Sikap budaya ini bersifat dinamis, tidak puas dengan nilai-nilai hidup dan
budaya yang telah ada dan berusaha mengembangkan nilai-nilai baru itu.

5
Bab 5: Romantis Remajadan Cita Ketuhanan Amir Hamzah (1970), tulisan ini berisi analisis
sajak-sajak karya Amir Hamzah. Sajak “Buah Rindu” yang dibuka dengan bunyi: Remukkan
rimdu/ Redamkan duka/rentapkan sendu/ Hati kelana. Pengucapan hati kelana Amir Hamzah
tenryata menjiwai nada pengucapan sajak-sajak yang terkumpul dalam “Buah Rindu”. ini tidak
berarti seluruh sajak Buah Rindu adalah sajak cengeng.

Bab 6: Penyair Sezaman (1970), sikap patriotik adalah sikap mencintai tanah air, membela dan
mempertahankan tanah air dari segala kemungkinan yang menginjak-injak kehormatannya.
Dalam sajak-sajak yang lahir pada periode tiga puluhan ini terasa nafas patriotisme dan cita
kebangsaan. Contoh sajak “Kembali” berikut ini: Ketika beta terjaga dii hari/Melihat alam
sepermai ini/terasa beta darah baru/Gembira berdebar di dalam kalbu…dini hari yang permai
menjelang fajar, dengan warna awan muda seakan di awang, kegirangan unggas, keindahan
kembang dan kemilau embun menyambut fajar mendatang, tersusun, selaras menghiasi dan
menciptakan keindahan dan kepermaian alam semesta Indonesia.

Nafas cinta tanah air Sultan tahdir Alisjahbana lebih terasa dalam polemik-polemiknya dalam
roman-romannya. Demikian juga dengan sajak-sajak Armijn Pane juga bernafaskan cinta tanah
air dan cita kebangsaan. Sajak ini lahir ketika bangsa Indonesia telah lama merasakan
penderitaan dalam cengkeraman penjajahan, ketika kehidupan suram, melarat. Amanat yang
disampaikan penyair dalam periode ini bertema pengharapan menuju pembebasan, menentang
keadaan yang menekan, etapi kemuadian bangkit kembali keberanian, kegembiraan dan
kepercayaan pada diri setelah terdengar suara kesadaran kebangsaannya.

Bab 7 Patriotisme dan Cita Ketuhanan Penyair Pujangga Baru (1970), ada bermacam-macam
reaksi orang terhadap sastra, ada yang menganggapnya sebagai buah lamunan iseng, tetapi ada
juga yang memaknainya sebagai perwujudan pengalaman indra dan pengalaman nalar. Dalam
pengalaman keintensifan ini sastra merekam beraneka pengalaman manusia, kegelisan,
kepedihan, kengerian, ketentraman, kegembiraan, kekaguman, gemercik air mengalir, semilir
angin menyentuh pepohonan, untaian padi menguning dan sebagainya.

Untuk dapat memahami dan menghargai sastra secara wajar pengalaman-pengalaman


yang tertuang dalam karya sastra itu kita harus mendekati dan menggaulinya secara intensif
pula. Dengan demikian tidak mustahil kita akan jatuh cinta, cinta pada sastra dan bahasa

6
Indonesia. Sikap yang kita ambil adalah terbuka tanpa prasangka, menuju apresiasi sastra
Indonesia.

Bab 8 Kebijaksanaan Pengembangan Sastra Daerah (1975), sastra daerah adalah karya seni atau
klasik yang diungkap dalam bahasa daerah dan memiliki ciri-ciri khas kebudayaan daerah. Kata
seni mengandung pengertian “keindahan” dan keindahan adalah suatu kenikmatan yang
bermanfaat dan kemanfaatan yang menikmatkan. Kata klasik menyiratkan pengertian dari
zaman kuno yang dianggap berharga. Sastra daerah hendaknya sesuai dengan kebutuhan
daerah, para sastrawan daerah hendaknya memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang menunjang tugas pengembangan sastra daerah.

Tujuan pengembangan sastra daerah adalah untuk menunjang pengembangan bahasa daerah
dan sastra Nasional, namun secara khusus bertalian dengan masalah-masalah yang dihadapioleh
masyarakat sastra daerah yang memerlukan pemecahan. Tujuannya yaitu untuk; tersedianya
sastra daerah, pengembangan mutu kualitas sastra daerah, mengefektifkan terwujudnya
pengembangan sastra daerah, memperkaya khazanah sastra daerah.

Bab 9: Fungsi Jurusan Sastra Indonesia dalam Pengembangan Sastra Indonesia Modern (1980),
output tamatan dari Jurusan sastra daerah diharapkan mampu melaksanakan tugas panggilannya
dalam mengembangkan bidang sastra Indonesia. Tetapi realitanya sering tamatan ini hanya
sekedar mencari pekerjaan semata. Diharapkan para penggerak kegiatan pengembangan sastra,
antaralain budayawan, cenndikiawan, sastrawan, seniman dan guru peminat sastra bekerja
untuk pengembangan sastra. Pengembangan ini hendaknya dilandasi kesadaran akan adanya
keterbatasan.

Pengembangan sastra yang diharapkan adalah yang berdaya cipta, kepekaan, kekritisan
dan wawasan sastrawan lebih berkembang. Sehingga karya sastra itu lebih dihargai oleh
masyarakat tidak hanya digunakan sebagai pengisi waktu senggang. Inilah yang diharapkan
akan terwujud bagi generasi yang akan datang.

Bab 10: Pembinaan Apresiasi Sastra Indonesia di SMP dan SMA (1984). sastra adalah
pengalaman sastrawan tentang sesuatu dalam kehidupan (benda, peristiwa atau gagasan) yang
diwujudkan dengan menggunakan bahsa secara kreatif sehingga terungkap bayangan kenyataan
(ilusi realitas) sesuatu dalam kehidupan itu. Pengalaman sastrawan dapat dicapai melaluipanca
indera (mata, telinga, penciuman, pengecap dan peraba). pengalaman indera terungkap lewat
7
lukisan (perian) tentang benda atau peristiwa dalam kehidupan. Pengalaman itu dapat juga
dicapai lewat akal budi (nalar). pengalaman nalar terungkap lewat tanggapan (penilaian atau
kritik) terhadap benda, peristiwa atau gagasan dalam kehidupan.

Di dalam tanggapan itu penilaian atau kritik sastrawan terhadap benar tidaknya atau
masuk akal tidaknya (kebenaran, kelogisan, kefalsafahan) atau baik tidaknya (etika, moral)
benda, peristiwa, atau gagasandalam kehidupan itu terungkap kuat sedang perasaan sastrawan
cukup tersirat. Dalam penilaian dan kritik seperti itu sikap sastrawan pun terungkap atau
tersurat kuat. Kegiatan belajar dan mengajar sastra di SMP dan SMA bertujuan untuk membina
kemampuan mengapresiasi karya sastra Indonesia sedemikian rupa sehingga murid SMP dan
SMA dapt menikmati dan menghargainya, terutama membina pengetahuan murid tentang sastra
Indonesia

RINGKASAN BUKU II
B. Identitas Buku II

Judul Buku : TEORI SASTRA Kajian, Teori dan Praktik


Penulis : DR. M. RAFIEK, M. Pd.
Penerbit : PT. REFIDIKA ADITAMA
Tahun Terbit : 2012
Kota Terbit : BANDUNG
Jumlah Halaman : 141 Halaman
ISBN : 978-602-8650-12-0

8
Buku ini terdiri atas 9 Bab berisi tentang hermeneutika Ricouer, hermeneutika Dilthey,
hermeneutika Habermas, folkor, sastra lisan, mitos, representasi perempuan dalam film India,
analisis struktural Claude Levi-Strauss, etnopuitika, analisis mitos Roland Barthes, dan analisis
Hikayat raja Banjar dengan hermeneutika Dilthey dan Ricoeur. Muatan berupa teori analisis
dan kritik sastra dengan melibatkan bidang ilmu lain seperti filsafat dan sejarah. Berikut ini
adalah ringkasannya:
Bab I. Hermeneutika Ricoeur Sebgai Alat Penafsir karya Sastra, hermeneutika menurut Ricoeur
(2006:57-58) adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsir teks. Gagasan
kuncinya adalah realisasi diskursus sebagai teks, sementara pendalaman tentang kategori-
kategori teks akan menjadi objek pembahasan selanjutnya. Secara ontologis, pemahaman tidak
dipandang lagi sebagai cara mengetahui tapi hendaknya menjadi cara mengada (way of being)
cara berhubungan dengan “segala yang ada” (the being) dan dengan “ke-mengada-an (the
being). hermeneutika adalah proses penguraian yang beranjak dari isi makna yang tampak ke
arah makna terpendam yang tersembunyi.
Objek intrepetasi yaitu teks dalam pengertian luas, dapt berupa simbol dalam mimpi
atau bahkan mitos-mitos dari simbol dalam masyarakat atau sastra dengan tujuan untuk
membongkar makna-makna yang masih terselubung atau usaha untuk membuka kipatan-lipatan
dari tingkat-tingkat makana yang terkandung dalam makna kesusastraan (sumaryono, 1999:
105)
Cara kerja hermeneutika Ricoeur dengan langkah langkah: (1) pemahaman dari simbol
ke simbol, (2) pemberian makna oleh simbol serta penggalian yang cermat atas makna, (3)
berpikir dengan menggunakan simbol sebgai titik tolaknya. Ketiga langkah ini berhubungan
erat dengan langkah-langkah pemahaman bahasa, yaitu semantik, refleksif, serta eksistensial
atau ontologis. Lebih lanjut menurut Ricoeur, langkah pemahaman semantik adalah
pemahaman pada tingkat ilmu bahasa yang murni, pemahaman refleksif adalah pemahaman
pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu mendekati ontologi, sedangkan pemahaman ontologis
adalah pemahaman pada tingkat being atau keberadaan makna (Sumayono, 1999:111).

Bab II. Hermeneutika Dilthey sebgai alat penafsir, Dilthey berpendapat bahwa fakta sejarah,
biografi, karya-karya orang besar, kehidupan budaya, tradisi religius, serta lembaga-lembaga
sosial sebagai jawaban siapa sesungguhnya manusia itu. Artinya dokumen sejarah memberikan

9
informasi tentang situasi kejiwaan suatu zaman, begitu juga dengan hukum, sastra, dan adat-
istiadat zaman tersebut.
Menurut Dilthey, lingkungan eksternal seperti keluaraga, kebudayaan, nilai-nil;ai yang
berbeda antara satu dengan yang lain ataupun kejiwaan internal seseorang harus dilihat secara
seksama dengan maksud untuk memahami perilakunya. Bukti-bukti dan penjelasan yang
dipergunakan dalam sejarah tidak harus ilmiah. Sebuah pengakuan seorang saksi mata dapata
memberi bobot, lepas dari segala penyimpangan alur ceritanya. Untuk membuktikan kebenaran
suatu peristiwa seorang peneliti sejarah harus meneliti banyak bahan dan data.

Bab III. Menafsirkan teks sastra bersama Habermas melalui kajian Hermeneutika, Habermas
berupaya menjabarkan hermeneutikanya ke dalam ekspresi-ekspresi kehidupan yang tersiri dari
tiga jenis, yaitu ekspresi linguistik, tindakan dan ekspresi pengalaman. Ketiganya menjadi objek
kajian hermeneutika (Hardiman, 2004: 193). ekspresi linguistik sangat terkait dengan konteks
kehidupan konkret, simbol-simbol linguistik (dialogal) yang dieksplisitkan dengan tindakan.
Tindakan dapat melengkapi makna yang diungkapkan bahasa. Tindakan dilakukan berpedoman
pada norma (komunikatif) dan interaksi.
Tindak wicara dimaksud untuk menampilkan perangkat hubungan antarpribadi. Tindak
wicara ini dapat berupa tawaran, penolakan, sah,nklaim keabsahanpernyataan kebenaran
ungkapanatau kesesuaian istilah berkaitan dengan dunia sosial, klaim ketulusan istilah berkaitan
dengan dunia subjektif. Termasuk tentang tindakan regulatif berkaitan dengan dunia norma-
norma sosial dan tindakan wicara ekspresi berkaitan dengan dunia subjektif (Lash, 2004:111).

Bab IV. Folklor, Sastra lisan, dan mitos di Kalimantan Selatan, folklore berasal dari bahasa
Inggris yang terdiri dari dua kata folk dan lore. Folk artinya kolekstif. Menurut Dundes, folk
adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan,
sehingga dibedakan dari kelompok-kelompok lain. Jadi definisi floklor adalah sebagian
kebudayaan suatu keolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun temurun, secara
tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai
dengan gerak isyarat alat pembantu pengingat.
Ciri-ciri floklor; (1) penyebaran secara lisan melalui tutur kata dari mulut ke mulut, (2)
bersifat tradisonal disebarkan dalam bentuk relatif atau terstandar paling tidak dua generasi, (3)
Variannya berbeda dan disampaikan dari mulut ke mulut dapat mengalami perubahan tetapi
hanya pada bentuknya saja tetapi esensinya tetap sama, (4) bersifat anonim yaitu penciptanya

10
sudah tidak diketahui lagi siapa pengarangnya, (5) biasanya berpola, misalnya cerita rakyat, (6)
berguna sebgai pendidik, pelipur lara, protes sosial, proyeksi keingina terpendam, (7) memiliki
logika tersendiri, (8) menjadi milik bersama, (9) bersifat polos dan lugu kadang merupakan
proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.

Bab V. Representasi perempuan dalam film Kuch-Kuch Hota Hai, Gallagher (1983) melakukan
penelitian tentang perempuan di media televisi Amerika yang menunjukkan adanya gambaran
global yang konssiten tentang perempuan yang dikomoditisikan dan distereotipkan ke dalam
citra biner baik buruk. Merupakan pengasan dan penyangkalan dalam studi tentang representasi
wanita di televisi India. Penegasan adalah watak perempuan sebagai seorang pasif dan
tersubordinasi, terikat pada pekerjaan rumah, suami dan anak. Penyangkalan adalah
penyangkalan atas kreatifitas, aktivitas dan individualitas perempuan khususnya dalam
kaitannya dengan kerja dan ruang publik.

Bab VI. Membaca Mitos dalam Hikayat raja Banjar bersama Claude Levi-Strauss, Penelitian ini
menitik bratkan telaah sastra dengan menggunakan pendekatan struktural-hermeneutika yang
dibaca peneliti dari buku tulisan Heddy Shri Ahimsa Putra. Bercermin dari penelitian-penelitian
terdahulu yang menggunakan konsep strukturalisme Claude Levi- Strauss, peneliti tertolong
untuk cepat memahami dan menganalisis cerytheme-cerytheme dalam suatu naskah yang
mungkin memuat mytheme-mytheme tertentu.

Bab VII. Pementasan Madihin Banjar: Kajian Etnopuitika, Kajian Etnopuitika merupakan
kajian ilmu baru dalam dunia sastra dan kebudayaan. Kajian ini menitikberatkan pada aspek
intrinsik karya sastra terutama dari segi pementasan. Sastra pentas atau dikenal dengan seni
pementasan menjadi objek sorotan yang digemari, baik dikalangan budayawan, satrawan
maupun akademisi, termasuk masyarakat seni.pementasan yang menjadi Kajian Etnopuitika
sudah sepantasnya diselidiki secara mendalam.

Bab VIII. Teori Mitos Roland Barthes


Definisi mitos menurut Barthes (2006:232-233) didasaarkan pada gagasan yang
bertanggungjawab. Mitologi dengan demikian memostulatkan kebebasan bahasa. Teori mitos
Roland Barthes memiloiki empat hakikat yaitu (a) mitos sebagai tipe wicara, (b) mitos sebagai
sistem semiologi, (c) mitos sebagai bahasa curian, (d) mitos sebgai wicara yang didepolitisasi.

11
Teori ini menurut Roland Barthes tidak hanya mengkaji mitos klasik tetapi juga mitos modern
dalam karya sastra. Mitos semula adalah cerita lisan yang dituturkan dari mulut ke mulut. Teori
ini juga menegaskan adanya unsur pinjaman dari mitos lain dalam karya sastra.

Bab IX. Hikayat Raja Banjar: Kajian jenis, Makna, dan Fungsi Mitos Raja. Fungsi yudikasi
mitos Hikayat Raja Banjar yang memerintah berdasarkan Kutara Aria Trenggana. Kutara Aria
Trenggana ini dibuat oleh Mangkubumi Aria Trenggana. Kutara ini disebut juga dengan nama
Kutara masalah Tahta Negeri. Kutara ini berfungsi untuk mengatur tata pemerintahan dan tata
kehidupan dalam kerajaaan Banjar. Fungsi ini juga berupaya menegaskan bahwa Kerajaan
Banjar sebagai negara bawahab Demak mengadopsi langsung undang-undang dari Kerajaan
Demak.

BAB III
KRITIKAN DAN PERBANDINGAN DARI KEDUA BUKU
A. Keunggulan Buku
Buku I

Judul Buku : STUDI, KRITIK, DAN APRESIASI SASTRA


Penulis : DR. S. EFFENDI
Penerbit : PUSTAKA MANDIRI
Tahun Terbit : 2016
Kota Terbit : TANGERANG
Jumlah Halaman : 201 Halaman
ISBN : 978-602-359-019-3

Keistimewaan Buku:
Buku Studi, Kritik, Dan Apresiasi Sastra ini ditulis dengan bahasa yang lugas dan
sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Tata bahasa, bahasa yang digunakan dalam
buku ini menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami penyampaian-penyampaian materinya, ukuran tulisan yang
digunakan sudah tepat dan dapat dibaca jelas oleh pembacanya. Berisi sejumlah karangan
terpilih tentang telaah sastra, kritik sastra, apresiasi sastra, dan politik sastra dengan tahun

12
penerbitan antara tahun 1966 sampai tahun 1980an. Lewat buku ini pembaca dapat
membandingkan teknik mengkritisi sastra antara tahun enampuluhan sampai pada era ini.

B. Kelemahan Buku

Buku Studi, Kritik, Dan Apresiasi Sastra ini dalam daftar isi ada bagian dari daftar isi
yang penulisannya tidak sesuai dengan pembagian bab dalam pembahasan. Kesalahan ini
ditemukan dalam peletakan bab. Bagian editor kurang memperhatikan secara teliti pengetikan
bagian daftar isinya sehingga tidak konsisten.

Catatan pinggir, daftar rujukan dari pendapat yang dikutip kurang lengkap. Bahasa yang
digunakan sederhana ( sekaligus) terkesan “dangkal”. Sehingga buku ini memang untuk
sekedar memperdalam pengetahuan tentang seni da teori sastra bagi pemula dan awam cocok
digunakan sebagai bahan bacaannya. Untuk digunakan sebagai rujukan atau literatur dalam
karya ilmiah kurang memadai karena daftar rujukan dan pengutipan dalam buku ini kurang
dapat diandalkan.

BUKU II

Judul Buku : TEORI SASTRA Kajian, Teori dan Praktik


Penulis : DR. M. RAFIEK, M. Pd.
Penerbit : PT. REFIDIKA ADITAMA
Tahun Terbit : 2012
Kota Terbit : BANDUNG
Jumlah Halaman : 141 Halaman
ISBN : 978-602-8650-12-0

TEORI SASTRA Kajian, Teori dan Praktik, bahasa yang digunakan dalam buku ini
menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit sehingga memudahkan pembaca
untuk memahami penyampaian-penyampaian materinya, ukuran tulisan yang digunakan sudah
tepat dan dapat dibaca jelas oleh pembacanya.
Dari aspek tata cara penulisan buku sudah mengikuti kaidah yang benar, penggunaan
ejaannya sesuai dengan aturan baku, dilengkapi juga dengan rujukan sumber kutipan dalam
buku ini sudah lengkap. Sangat cocok untuk dijadikan buku referensi.
13
Dari aspek isi buku, buku ini sudah dilengkapi dengan identitas-identitasnya sehingga
tidak menyulitkan pembaca jika hendak meresensi buku ini, isi dan penyampaian pada materi
ini disampaikan dengan jelas dan rinci. Buku ini mengadopsi dan memadukan berbagai disiplin
ilmu dalam mengulas pembahasan kritis sastra. Disiplin ilmu yang dipakai dalam buku ini
meliputi bidang ilmu sejarah, sosiologi dan filsafat. Buku ini sangat cocok digunakan sebagai
referensi bidang ilmiah di bidang sastra.

KEKURANGAN BUKU II
Penyampaian ide dalam paragraf cenderung memuat lebih dari dua ide pokok dalam satu
paragraf, sehingga paragraf-paragraf dalam buku ini cenderung panjang. Halaman 132, 133,
134, 136 da 137 dalam satu halaman terdiri dari satu paragraf saja.

IV. KESIMPULAN

Inti dari usaha mengkritisi ke-dua buku filsafat ini adalah bahwa pembaca sebagai pihak
yang sedang belajar teori dan kritik sastra sangat terbantu untuk memiliki kemampuan untuk
menganalisis atau melakukan krtik terhadap sebuah karya sastra. Pemahaman yang mendasar
tentang hakikat teori sastra yang seringkali tidak cukup hanya melibatkan bidang sastra itu
sendiri, tetapi perlu melibatkan bidang ilmu lain seperti filsafat dan sastra.
Dan resume dari ke-dua buku ini kiranya dapat menjadi salah satu “penunjuk arah”
bagaimana pencarian ini masih baru dimulai semoga petunujuk ini semakin jelas. Matakuliah
Teori dan Kritik Sastra yang sedang pembaca geluti saat ini adalah sebuah petunjuk awal untuk
mencari jalan yang sesuai dengan tuntutan keilmuan yang sistematis. Maka Buku Teori Sastra
Kajian Teori dan Praktik adalah salah satu buku yang dapat direkomendasikan sebagai sumber
rujukan yang berkualitas. Berbagai teori dan kajian yang didalami lewat resensi buku ini
sangat bermanfaat sebagai bahan pencerahan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
perkuliahan di semester ini.

DAFTAR PUSTAKA

14
Alwi, Hasan. Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Balai Pustaka. 2003
Effendi. Studi, Kritik, dan Apresiasi Sastra: PUSTAKA MANDIRI. Tangerang, 2016.
Rafiek. Teori Sastra Kajian Teori da Praktik: PT. REFIKA ADITAMA. Bandung, 2012

15

Anda mungkin juga menyukai