Anda di halaman 1dari 14

KEGIATAN KRITIK PERTAMA KALI DAN SEJARAH SERTA

KEGIATAN KRITIK SASTRA PADA KHAZANAH SASTRA


INDONESIA
Disusun oleh:

Kelompok 2 : 1. Lestari Putri Melani (2113041075)


2. Olanasia Kholifatul Jannah (2113041009)
3. Putri Soghita Rahayu (2113041019)
4. Umun Latifah (2113041021)
Kelas : 5A
Mata Kuliah : Kritik Sastra
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu : 1. Dr. Munaris, M.Pd.
2. Muharsyam Dwi Anantama, M.Pd.

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami haturkan atas kehadirat Allah SWT atas
karunia dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tak lupa sholawat beriringkan salam kami sanjung
agungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Makalah ini disusun sebagai upaya memenuhi tugas mata kuliah Kritik
Sastra yang diampu oleh Drs. Munaris, M.Pd. dan Bapak Muharsyam Dwi
Anantama, M.Pd. Selain itu, makalah ini ditulis dengan tujuan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai “Kegiatan Pertama Kritik
Pertama kali dan Sejarah serta Kegiatan Kritik Sastra Pada Khazanah Sastra
Indonesia”
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan guna
memperbaiki makalah ini dikemudian hari.

Bandar lampung, 19 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
2.1 Pengertian Kritik sastra dan Contoh Kritik Sastra ............................... 3
2.1.1. Kritik Terhadap Puisi Indonesia Modern .................................. 4
2.1.2. Kritik Terhadap Sastra Anak .................................................... 5
2.2 Kegiatan Kritik Sastra Pertama Kali ................................................... 6
2.3 Sejarah dan Kegiatan Kritik Sastra Pada Khazanah Sastra Indonesia ... 7
2.3.1. Sejarah dan Perkembangan Kritik Sastra
Pada Karya Sastra Indonesia ..................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................ 10
3.1 Simpulan ............................................................................................ 10
3.2 Saran .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan kritik sastra adalah salah satu aspek penting dalam memahami dan
mengapresiasi karya sastra. Kritik sastra memungkinkan kita untuk menggali
lebih dalam makna dan nilai yang terkandung dalam teks sastra, serta
meresponsnya secara kritis. Pada tulisan ini, kita akan menjelajahi dua aspek
yang berhubungan dengan kritik sastra, yaitu kegiatan kritik pertama kali dan
sejarahnya, serta peran kritik sastra dalam mengembangkan khazanah sastra.
Kritik sastra memainkan peran yang penting dalam mengembangkan
khazanah sastra. Dengan memberikan analisis mendalam terhadap karya-karya
sastra, kritikus sastra membantu pembaca untuk memahami berbagai makna
dan lapisan dalam sebuah teks. Mereka juga dapat mengidentifikasi tema-tema
yang relevan dengan konteks sosial, politik, dan budaya pada masa tertentu.
Kritik sastra juga memungkinkan penulis dan pembaca untuk lebih
menghargai nilai seni dalam karya sastra. Melalui penilaian estetika, kritikus
sastra dapat membantu mengenali keunggulan dalam gaya penulisan,
pengembangan karakter, dan struktur narasi. Dengan demikian, kritik sastra
membantu mendorong pengembangan karya sastra yang lebih berkualitas dan
bervariasi. Dalam konteks khazanah sastra, kritik sastra juga dapat berperan
dalam mempertahankan dan mengapresiasi warisan sastra sebuah budaya atau
bangsa. Mereka membantu menyelidiki bagaimana sastra dapat mencerminkan
perubahan-perubahan dalam masyarakat dan bagaimana pengaruh sastra dapat
berkembang dari satu generasi ke generasi berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian kritik sastra?
2. Bagaimanacontoh kritik sastra?
3. Kapan kegiatan kritik sastra pertama kali?
4. Bagaimana sejarah dan kegiatan kritik sastra pada khazanah sastra
Indonesia?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian kritik sastra
2. Mengetahui bagaimana contoh kritik sastra
3. Mengetahui kegiatan kritik sastra pertama kali
4. Mengetahui bagaimana sejarah dan kegiatan kritik sastra pada khazanah
sastra Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kritik sastra dan Contoh Kritik Sastra


Secara etimologis kritik berasal dari kata krites (bahasa Yunani) yang berarti
“hakim‟. Kata kerjanya adalah krinein (menghakimi). Kata tersebut juga
merupakan pangkal dari kata benda kriterion (dasar penghakiman). Wellek
(1978) istilah dan pengertian kritik selalu berkembang sepanjang sejarahnya.
Menurut Abrams (1981), kritik sastra adalah suatu studi yang berkenaan dengan
pembatasan, pengkelasan, penganalisisan, dan penilaian karya sastra.
Sementara itu, Hudson (1955) mengatakan bahwa kritik sastra dalam artinya
yang tajam adalah penghakiman terhadap karya sastra yang dilakukan oleh
seorang ahli atau yang memiliki kepandaian khusus untuk memudahkan
pemahaman karya sastra, memeriksa kebaikan dan cacat-cacatnya, serta
menentukan pendapatnya tentang hal tersebut. Menurut Jassin (via Pradopo,
1994), kritik sastra adalah pertimbangan baik buruk suatu karya sastra, serta
penerangan dan penghakiman karya sastra. Selanjutnya, Pradopo (1994)
mengatakan bahwa kritik sastra adalah ilmu sastra untuk “menghakimi” karya
sastra, untuk memberikan penilaian, dan memberikan keputusan bermutu atau
tidak suatu karya sastra yang sedang dihadapi kritikus. Kritik sastra merupakan
suatu cabang studi sastra yang langsung berhubungan dengan karya sastra
dengan melalui interpretasi (penafsiran), analisis (penguraian), dan penilaian
(evaluasi). Kritik sastra adalah bagian dari studi (ilmu) sastra yang langsung
berhubungan dengan karya sastra dengan melakukan interpretasi, analisis, dan
penilaian terhadap karya sastra. Perbedaan yang mendasar pada kegiatan kritik
sastra dengan apresiasi sastra dan telaah (kajian) sastra adalah adanya judgment
(penentuan keputusan) atas nilai baik buruk suatu karya sastra, yang tidak
diharuskan ada dalam aktivitas apresiasi sastra dan kajian sastra dalam arti
umum.

3
2.1.1. Kritik terhadap puisi Indonesia modern
Perhatikan contoh kritik sastra berikut yang membahas salah satu puisi
Indonesia modern karya Soebagio Sastrowardoyo.
Sita yang tidak Setia dalam Puisi “Asmaradana” Karya Subagio
Sastrowardoyo: Kajian Resepsi Sastra Ramayana merupakan salah satu karya
sastra klasik yang sampai saat ini mendapatkan sambutan (resepsi) dari
masyarakat pembaca. Di Indonesia cerita Ramayana, yang semula berasal dari
India, mendapatkan resepsi dalam berbagai bentuk, mulai dari Kakawin
Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna, Ramayana prosa dalam bahasa Jawa Baru
(Serat Rama), dalam Sastra Melayu Klasik, misalnya Hikayat Sri Rama, juga
menjadi dasar pementasan wayang kulit dan wayang orang. Di samping itu,
transformasi dan resepsi Ramayana juga ditemukan dalam sejumlah karya
sastra Indonesia modern, misalnya puisi “Asmaradana” karya Subagio
Sastrowardoyo, novel Anak Bajang Menggiring Angin (1984) karya Sindhunata
dan Kitab Omong Kosong (2004) karya Sena Gumira Ajidarma.

Subagio Sastrowardoyo

ASMARADANA
Sita di tengah nyala api
Tidak menyangkal
Betapa indahnya cinta berahi

Raksasa yang melarikannya ke hutan


Begitu lebat bulu jantannya
Dan Sita menyerahkan diri
Dewa tak melindunginya dari neraka
Tapi Sita tak merasa berlaku dosa
Sekedar menurutkan naluri
Pada geliat sekarat terlompat doa
Jangan juga hangus dalam api
Sisa mimpi dari sanggama

4
(dalam Keroncong Motinggo, hlm. 89)
Puisi tersebut tampak menggambarkan kembali peristiwa Sita yang harus
menjalani upacara dibakar api untuk membuktikan kesuciannya selama tinggal
di Alengka dengan perspektif yang berbeda. Dalam puisi tersebut Subagio
Sastrowardoyo menggambarkan bahwa Sita bukanlah perempuan yang setia
dan suci, seperti yang digambarkan dalam Ramayana. Subagio menggambarkan
tokoh Sita yang tidak setia, Sita yang tergoda oleh kejantanan Rahwana.
Akibatnya, ketika harus menjalani upacara dibakar api untuk membuktikan
kesuciannya, dia pun terbakar karena dewa tidak melindunginya. Meskipun
demikian, dia tidak menyesal karena kenangan bercinta dengan Rahwana
menurutnya sangat indah.

2.1.2. Kritik terhadap Sastra Anak


Berikut ini contoh kritik sastra yang membahas sastra anak Indonesia.
Membongkar Kesalahan Pola Asuh Anak dalam Cerita Anak di Indonesia (oleh
Else Liliani) Sastra merupakan media yang sangat efektif untuk mendidik anak-
anak. Apa penyebabnya? Karena dalam sastra terdapat nilai-nilai yang
bermanfaat bagi perkembangan anak-anak (Tarigan, 1995:6-12). Salah satu
jenis cerita yang dapat dikenalkan kepada anak-anak adalah cerita anak.
Menurut Lukens (2003:26), cerita anak merupakan sesuatu yang diyakini
bangsa atau masyarakat tertentu yang pada intinya menghadirkan kekuatan-
kekuatan supranatural. Cerita anak juga sering dikaitkan dengan cerita tentang
berbagai peristiwa dan kekuatan, asal-usul tempat, serta tingkah laku manusia.
Menurut Saxby (dalam Nurgiyantoro, 2005:173), kenyataan bahwa cerita anak
muncul pada setiap masyarakat atau kultur berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan untuk menjawab berbagai persoalan yang tidak
diketahuinya.
Menurut Rahman (2005:20-27), dalam bukunya Tahapan Mendidik Anak,
pola pengasuhan anak yang ideal antara lain tampak dengan pembekalan yang
dilakukan oleh para orang tua kepada anaknya, yang tidak saja meliputi
kemampuan materi, melainkan merupakan balancing (keseimbangan) antara
material dan imaterial yang meliputi kecerdasan emosi, intelektual, dan

5
spiritual. Kecerdasan-kecerdasan itu perlu diturunkan kepada anak dalam
rangka mempersiapkan anak sebagai seorang individu yang memiliki integritas
kepribadian dan moral yang baik (Sayuti, n.d.)

2.2 Kegiatan kritik sastra pertama kali


Kegiatan kritik pertama kali dalam sejarah dapat merujuk pada berbagai
jenis kritik tergantung pada konteksnya. Berikut adalah beberapa jenis kritik
pertama kali dan contohnya:
1. Kritik Sastra Pertama Kali:
Aristoteles (384-322 SM): Aristotle adalah salah satu tokoh pertama yang
secara sistematis menganalisis dan memberikan panduan tentang karya
sastra dalam karyanya yang terkenal, "Poetics." Dalam bukunya ini, dia
memberikan panduan tentang unsur-unsur dramatik dan struktur cerita.
2. Kritik Seni Pertama Kali:
Giorgio Vasari (1511-1574): Giorgio Vasari adalah seorang seniman dan
penulis Italia yang dikenal karena bukunya "Lives of the Most Excellent
Painters, Sculptors, and Architects" yang diterbitkan pada tahun 1550. Buku
ini memuat biografi dan penilaian karya-karya seni dari berbagai seniman
Renaissance.
3. Kritik Musik Pertama Kali:
Johann Mattheson (1681-1764): Mattheson adalah seorang musikolog
Jerman yang dianggap sebagai salah satu kritikus musik pertama. Dia
menulis karya-karya yang membahas musik dan memberikan pandangan
kritis terhadap komposisi musik zamannya.
4. Kritik Filsafat Pertama Kali:
Plato (427-347 SM): Plato adalah seorang filsuf Yunani kuno yang
mengeksplorasi banyak konsep filsafat dalam tulisannya, termasuk dialog-
dialognya seperti "The Republic," di mana ia memberikan kritik terhadap
berbagai aspek masyarakat dan pemerintahan.
5. Kritik Sosial Pertama Kali:
Jean-Jacques Rousseau (1712-1778): Rousseau adalah seorang filsuf
Prancis yang memberikan kritik sosial dalam karyanya "The Social

6
Contract" (1762). Dalam bukunya ini, ia mempertanyakan struktur sosial
dan politik yang ada pada zamannya serta mengusulkan ide-ide untuk
perbaikan. Setiap jenis kritik ini muncul dalam konteks sejarah yang
berbeda dan merupakan langkah awal dalam perkembangan pemikiran kritis
dan analisis dalam bidang-bidang tersebut. Kritikus-kritik ini membantu
membentuk pandangan kita tentang sastra, seni, musik, filsafat, dan
masyarakat melalui pemikiran kritis mereka (Buku Filsafat Umum Lengkap
- Edite, n.d.)

2.3 Sejarah dan kegiatan kritik sastra pada khazanah sastra Indonesia
2.3.1 Sejarah dan perkembangan kritik sastra pada karya sastra di
Indonesia
Kritik sastra sebagai bagian dari sistem sastra tentu saja berhubungan
erat dengan karya sastra, pengarang, penerbit, pengayom, dan juga pembaca.
Kritik sastra lahir karena ada karya sastra, penerbit, dan pembaca. Jadi, kritik
sastra itu berada dalam suatu sistem yang otonom dan secara tidak terelakkan
juga bergerak di tengah-tengah elemen yang menjadi lingkungan terdekatnya
(Supriatin, 2023).
Kritik sastra di Indonesia tentunya memiliki sejarah dan juga
perkembangannya. Berikut beberpa uraian singkat tentang sejarah kritik sastra
di Indonesia. Pertama, awal abad ke-20. Kritik sastra modern pertama di
Indonesia muncul pada awal abad ke-20, ketika sastra Indonesia mulai
mengalami pengaruh Eropa dan modernisasi. Beberapa tokoh seperti Ernest
Douwes Multatuli) dan Sastra Hindia-Belanda menjadi perintis kritik sastra
dengan mengulas karya sastra yang berkembang pada masa itu. Kedua,
pertengahan abad ke-20. Pada periode ini kritik sastra mulai sedikit berkembang
karena meningkatnya jumlah penulis dan peminat sastra. Contohnya HB Jassin
yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Pemilihan Puisi”. Ketiga, era orde
baru (1966-1998). Kritik sastra sering digunakan sebagai alat politik, dimana
banyak sekali aturan yang dibuat pemerintah sehingga banyak kritikus dan
penulis sastra yang mengalami tekanan dan penindasan. Keempat, pasca
reformasi. Pada era ini mulai ada perkembangan seperti kebebasan berpendapat

7
dan berekspresi sehingga banyak memunculkan kritik sastra yang lebih bebas
dan beragam. Terakhir, Kritik sastra kontemporer. Pada saat ini, kritik sastra di
Indonesia masih terus berkembang. Banyak sekali pendekatan-pendekatan yang
digunakan, seperti feminisme, poskolonial, dan budaya. Tidak hanya itu, saat
ini ktitik sastra juga menghubunkan dengan isu-isu sosial, politik, dan budaya.
Kemudian, sejarah kritik sastra Indonesia menurut Yudiono dibagi
menjadi masa ke masa sehingga dieroleh periodesasi sebagai berikut (Yudiono,
2009):
1. Kritik sastra Indonesia masa pertumbuhan: 1900-1945
Pada masa ini, banyak teori kritik sastra yang tertuang dalam bentuk esai di
beberapa surat kabar dan majalah yaitu dengan pandangan kritik sastra
ekspresif dan kritik sastra pragmatik. Tokoh-tokoh pada saat itu diantaranya
S. Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, Amir Hamzah, Sanusi Pane, J.E.
Tatengkeng, dan Sutan Sjahrir.
2. Kritik sastra Indonesia masa pergolakan: 1945-1965
Pada masa ini, mulai muncul pandangan yang beragam, bahkan sempat
berkembang polemic yang menjurus pada gejala terror budaya yang
dilakukan oleh kritikus kelompok Lekra terhadap pihak yang dianggap
bersebrangan dengan ideologinya. Surat Kepercayaan Gelanggang yang
menjunjung tinggi semangat humanisme universal harus berhadapan
dengan kelompok Lekra dengan realisme sosialis. Lalu, muncul Manifes
Kebudayaan yang mencoba menegakan prinsi karya sastra secara mandiri
dengan Pancasila sebagai filsafah kebudayaan. Tokoh-tokoh penting pada
masa itu, diantaranya H.B. Jassin, M.S. Hutagalung, Goenawan
Mohammad, Arif Budiman, Subagio, Ajip Rosidi, Bakri Siregar, dan
Pramoedya Ananta Toer.
3. Kritik sastra Indonesia masa pemapanan: 1965-1998
Pada masa ini, banyak muncul kririk sastra ilmiah di kalangan akademi yang
dirintis oleh Rawamangun. Setelah itu, munculah kritik sastra struktual,
sosiosastra, psikoanalisis, feminisme, dan lain-lain.
4. Kritik sastra Indonesia masa pembebasan: setelah 1998

8
Pada masa ini, kritik sastra mengalami revitalisasi. Kebebasan berekspresi
dan berpendapat menjadikan kritik sastra menjadi lebih bebas dan sangat
beragam. Tentunya hal ini membuat banyak sastrawan ataupun kritikus
mulai menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang beragam, seperti
kritik feminis, poskolonial, dan kritik sastra budaya

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Secara etimologis kritik berasal dari kata krites (bahasa Yunani) yang berarti
“hakim”. Kata kerjanya adalah krinein (menghakimi). Kata tersebut juga
merupakan pangkal dari kata benda kriterion (dasar penghakiman). Kegiatan
kritik pertama kali dalam sejarah dapat merujuk pada berbagai jenis kritik
tergantung pada konteksnya. Contohnya, Mattheson adalah seorang musikolog
Jerman yang dianggap sebagai salah satu kritikus musik pertama. Dia menulis
karya-karya yang membahas musik dan memberikan pandangan kritis terhadap
komposisi musik zamannya.
Kritik sastra di Indonesia tentunya memiliki sejarah dan juga
perkembangannya. Kritik sastra Indonesia masa pertumbuhan: 1900-1945,
banyak teori kritik sastra yang tertuang dalam bentuk esai di beberapa surat
kabar dan majalah yaitu dengan pandangan kritik sastra ekspresif dan kritik
sastra pragmatik. Tokoh-tokoh pada saat itu diantaranya S. Takdir Alisjahbana,
Armijn Pane, Amir Hamzah, Sanusi Pane, J.E. Tatengkeng, dan Sutan Sjahrir.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun, tentu saja kami menyadari
dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami akan dengan senang hai dan antusias menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki segala kekurangan yang
terdapat dalam makalah kami. Terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku Filsafat Umum Lengkap - edite. (n.d.).


Sayuti, S. A. (n.d.). Pengantar Kritik Sastra.
Supriatin, Y. M. (2023). Corak Kritik Sastra Khazanah: Lembaran Sastra Surat
Kabar Pikiran Rakyat Tahun 2000-an. Disastra: Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia, 5(1), 103. https://doi.org/10.29300/disastra.v5i1.8133

Yudiono, K. S. (2009). Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Grasindo.

11

Anda mungkin juga menyukai