Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

SEJARAH SASTRA

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rosmawaty M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : PUTRI WIDYANTI (2202111008)

Kelas : Reguler C

Mata Kuliah : Teori dan Sejarah

PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Kata Pengantar

Dengan mengucap puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan dan
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan critical book report
mengenai mata kuliah Sejarah Sastra Indonesia.

Critical book report ini bertujuan untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan dalam
duabuku pengetahuan bagi pembaca dan juga penulis mengenai Sejarah Sastra Indonesia.
Penulis menyadarin bahwa criticatal book report ini masih kurang memadai dan masih perlu
untuk disempurnakan, untuk itu diharapakan adanya kritik dan saran dari pembaca.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga critical book review ini dapat diselesaikan. Semoga Allah
SWT memberkati kita semua dengan keberkahan ilmu yang berguna.

Medan, 22 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan.................................................................................................................1

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR....................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan......................................................................................................2
1.4 Identitas Buku............................................................................................................3

BAB II Ringkasan Buku.........................................................................................................4

2.1 Buku Utama...............................................................................................................4

2.2 Buku Pembanding....................................................................................................10

BAB III Pembahasan.............................................................................................................11

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku.............................................................................11

BAB IV Penutup.....................................................................................................................12

4.1 Kesimpulan...............................................................................................................12

4.2 Saran.........................................................................................................................12

Daftar Pustaka........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR


Kemampuan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis
yang dianalisis.
Sering kali kita bingung memilih buku refensi untuk kita baca dan pahami, terkadang
kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan
misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu saya membuat CBR
ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus pada pokok
bahasan tentang Sejarah Sastra Indonesia.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


Tujuan dari penulisan Critical Book Report (CBR) ini, yaitu :
1. Melengkapin tugas mata kuliah Teori dan Sejarah Sastra.
2. Menambah wawasan dalam menulis Critical Book Report.
3. Memahami lebih dalam mengenai Sejarah Sastra.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku.
5. Mengetahui cara mengkritik buku yang baik dan benar.

1.3 Manfaat CBR


Manfaat dari penulisan Critical Book Report (CBR) ini, yaitu :
1. Critical Book Report bermanfaat untuk nambah wawasan dan literatur penulis
mengenai Sejarah Sastra.
2. Critical Book Report bermanfaat untuk melatih daya pikir mahasiswa dalam menilai
buku dengan cara memberikan kritikan yang membangun dan memenuhi tigas
perkulihan.
3. Critical Book Report bermanfaat untuk lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan
sebuah buku.
1.4 Identitas Buku
Buku Utama

Judul Buku : Sejarah Sastra Indonesia.

Nama Pengarang : Rosida Erowati, M.Hum

Ahmad Bahtiar, M.Hum

Penerbit : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2011

Cetakan : 1 (pertama)

Jumlah Halaman : ii-96

Website : www.lemliti.uinjkt.ac.id

No ISBN : 978-602-8606-98-1
BUKU PEMBANDING

Judul Buku : Pengantar Sejarah Sastra Indonesia

Nama Pengarang : Yudiono K.S

Penerbit : Grasindo

Tahun Terbit : 2010

Website : www.grasindo.co.id

Desain Sampul : Pagut Lubis

Jumlah Halaman : 74

No ISBN : 978-979-7598-49-5
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

2.1 BUKU UTAMA

BAB I HAKIKAT SEJARAH SASTRA

1.1 Pengertian Sejarah Sastra


Luxemburg, dalam Pengantar Ilmu Sastra menjelaskan bahwa sejarah sastra ialah ilmu
yang membahas periode-periode kesustraan,aliran-aliran, jenis-jenis, pengarang-
pengarang dan reaksi pembaca. Sedangkan menurut Zulfanur Z.F dan Sayuti Kurnia,
Sejarah Sastra ialah ilmu yang mempelajarin perkembangan sejarah suatu bangsa daerah,
kebudayaan, jenis karya sastra dan lain lain. Dengan demikian, Sejarah Sastra merupakan
pengetahuan yang mencakup uraian deskriptif tentang fungsi sastra dalam masyarakat,
riwayat para sastrawan, perbandingan gaya, dan perkembangan kesustraan.
1.2 Fungsi Sejarah Sastra
Sejarah Sastra dapat digunakan untuk penelitian sastra secara khusus dan budaya secara
umum. Dengan sejarah sastra juga kita dapat mengetahui persoalan-persoalan yang
timbul dalam kesustraan selama ini. Persoalan sastra erat kaitannya dengan perubahan
zaman dan gejolak sosial politik yang secara teoritis dipercaya besar pengaruhnya
terhadap warna kehidupan sastra. Karena pada dasarnya peristiwa-peristiwa kesustraan
selalu ada kaitannya dengan peristiwa sosial politik yang terjadi pada suatu bangsa.
Peristiwa sosial politik tidak hanya pijakan penulisan sejarah sastra tetapi menjadi bahan
penulisan atau latar sebuah karya sastra.
1.3 Kedudukan dan Cakupan Sejarah Sastra
Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra. Ilmu sastra adalah ilmu yang mempelajarin tentang
sastra dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah
sastra, dan kritik sastra. Ketiga bagian ilmu sastra tersebut saling berkaitan. Teori sastra
tiak dapat dilepaskan dari sejarah sastra dan kritik sastra demikian pula sebaliknya.
Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu
ke waktu, para penulis memilih karya-karya yang menonjol, karya-karya puncak dalam
suatu kurun waktu, ciri-ciri dari setiap kurun waktu perkembangannya, peristiwa-
peristiwa yang terjadi seputar masalah sastra. Untuk dapat melihat karya sastra yang
menonjol yang terjadi seputar masalah sastra. Untuk dapat melihat karya sastra yang
menonjol dan merupakan karya-karya puncak kurun waktu tertentu sejarah sastra pada
suatu waktu dapat diketahui melalui teori sastra.
Cakupan sejarah sastra ialah sejarah sastra jenis karya sastra meliputi sejarah
perkembangan puisi, novel, drama, esai dan lain-lain. Beberapa penulisan tentang sejarah
sastra berdasarkan jenis karya sastra berdasarkan jenis sastra diantaranya Perkembangan
Novel-novel Indonesia oleh Umar Junus (1974), Perkembangan Puisi Indonesia dan
Melayu Modren oleh Umar Junus (1984), Perkembangan Teater Modren dan Sastra
Drama Indonesia oleh Jacob Sumardjo (1997), Analisis Struktur Novel Indonesia
Modren 1930-1939 (1998) oleh Putri Minerva Mutiara dkk, Analisis Struktur Cerita
Pendek dalam Majalah 1930-1934:Studi Kasus Majalah Panji Poestaka, Peojangga
Baru, dan Moestika Romans (1999) oleh Atisah dkk, Antologi cerpen periode awal
(2000) oleh Erlis Nur Mujingsih dkk, Antologi Puisi Indonesia periode awal (2000) oleh
Suyono Suyatno, Cerpen-cerpen Pujangga Baru (2006) oleh Maria Josephine Mantik,
Kesustraan Rendah (2004) oleh Jacob Sumardjo, dan Novel-novel Indonesia Tradisi
Balai Pustaka 1920-1942 (2002) oleh Faruk.
1.4 Pandangan-pandangan dalam Penulisan Sejarah Sastra
Sejarah sastra dapat ditulis berdasarkan berbagai perspektif. Yudiono K.S merujuk artikel
Sapardi Djoko Damano “ Beberapa Catatan tentang Penulisan Sejarah Sastra”(2006),
bahwa penulisan sejarah sastra Indonesia dapat didasarkan pada perkembangan stilitik,
tematik, ketokohan, atau konteks sosial, yang semuanya merupakan sarana menempatkan
sastra sedemikian rupa sehingga memiliki makna bagi masyarakat, terkait dengan
berbagai permasalahan yang dihadain oleh masyarakatnya.
1.5 Problematika Penulisan Sejarah Sastra
Penulisan Sejarah Sastra sangatlah sulit dan kompleks. Hal itu disebabkan karena batasan
atau pengertian sastra Indonesia sangat kabur. Kesulitan lainnya ialah walaupun usia satra
Indonesia belumlah sepanjang sastra negara lain tetapi objek karya sastra sangat
berlimpah. Penelitian Ersnt Ulrich Kratz mencatat 27.078 judul karya sastra dalam
majalah berbahasa Indonesia yang terbit di koran dan majalah) tahun 1922-1982 (dalam
Bibliografi Karya Sastra Indonesia terdapat 466 judul buku novel, 348 judul kumpulan
cerpen, 315 judul buku drama, dan 810 judul buku puisi. Kesulitan lainnya ialah objek
selain karya sastra yang berupa jenis-jenis (genre) sastra : puisi, prosa dan drama juga
meliputi objek-objek lain yang sangat luas meliputi pengarang, penerbit, pembaca,
pengajaran, apreasiasi, esai, dan penelitian.

BAB 2 KELAHIRAN DAN PERIODE SASTRA INDONESIA

2.1 Pengertian Sejarah Sastra


Sastra Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia yang sudah berkembang abad ke-20
sebagaimana tampak pers (surat kabar dan majalah) dan buku, baik dari usaha swasta
maupun pemerintah kolonial. Dengan demikian penulisan Sejarah Kesustraan Indonesia
pada buku ini tidak dimulai penerbitan-penerbitan. Balai Pustaka tetapi ditarik mundur ke
tahun 1850-an sejak hadirnya karya-karya para aktivitis pergerakan nasional yang dikenal
dengan bacaan liar dan penulis para Tionghoa yang dikenal Sastra Indonesia Tionghoa
atau Sastra Melayu Tionghoa.
2.2 Beberapa Pendapat Kelahiran Sastra Indonesia
a. Umar Junus
Umar Junus berpendapat bahwa “Sastra Indonesia baru ada sejak 28 Oktober 1928”
Dengan dasar pemikiran itu, Umar Junus membagi Sastra Indonesia dengan
1. Pra Pujangga Baru atau Pra Angkatan ’33 (1928-1933)
2. Pujangga Baru Angkatan ’33 (1933-1945)
3. Angkatan ’45, dan seterusnya
b. Ajip Rosidi berpendapat bahwa tahun 1922 adalah lahirnya kesustraan Indonesia
karena tahun itu terbit kumpulan sajak Muhammad Yamin yang berjudul Tanah Air.
Kumpulan sajak ini pun, menurut Ajip, mencerminkan corak/semangat kebangsaaan,
yaitu tidak ada/tampak pada pengarang-pengarang sebelumnya.
c. A. Teeuw
Teeuw menyatakan lahirnya Kesustraan Indonesia Modren pada tahun 1920-an
karena pada saat itu lahirnya puisi-puisi kebangsaan dan bentuk soneta yang
digunakan pengarang.
d. Slamet Mulyana
Slamet Mulyana berpendapat bahwa Kesustraan Indonesia baru ada pada masa
kemerdekaan setelah mempunyai bahasa yang resmi sebagai bahasa negara.
Kesustraan sebelumnya kemerdekaan adalah Kesustraan Melayu, belum Kesustraan
Indonesia.
e. Sarjana Belanda
Hooykass dan Drewes, dua peneliti Belanda menganggap bahwa Sastra Indonesia
Maleis” menjadi “De Bahasa Indonesia” hanyalah perubahan nama termasuknya
sastranya. Dengan demikian Kesustraan Indonesia sudah mulai sejak Kesustraan
Melayu. Karena itu pengarang Melayu seperti Hamzah Fansuri, Radja Ali Haji,
Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Nurrudin Ar-Raniri, beserta karya Sastra Melayu
seperti Hang Tuah, Sejarah Melayu Bustanussalatina, Tajussalatina, dan lain-lain
adalah bagian dari Kesustraan Indonesia.
f. Pendapat Lain
Beranggapan bahwa lahirnya kesustraan Indonesia Modren adalah tahun 1920 karena
pada tahun itu novel Merari Siregar yang berjudul Azab dan Sengsara.
2.3 Beberapa Pendapat Periodesasi Sastra
Tujuan periode sastra adalah untuk memudahkan pengembangan sejarah sastra, selain itu
periode sastra menjadi penting untuk penciptaan karya sastra baru oleh sastrawan. Periode
sastra Indonesia berdasarkan bentuk, angkatan dan tahapan. Ketiga perspektif ini
menghasilkan pola penyajian yang berbeda. Maka penulisan sejarah sastra Indonesia
dalam buku sejarah ini membagi periode sebagai berikut :
a. Periode 1850-1933
b. Periode 1933-1942
c. Periode 1942-1945
d. Periode 1945-1961
e. Periode 1961-1971
f. Periode 1971-1998
g. Periode 1998- sekarang
2.4 Karakteristik Periode Sastra Indonesia
a. Periode 1850-1933
Karya sastra yang banyak ditulis adalah roman yang bealur lurus, gaya bahasanya
mempergunakan perumpamaan klise dan peribahasa-peribahasa , tapi menggunakan
bahasa percakapan sehari-hari, banyak digresi,bercorak romantis, dan didaktis.
Contoh sastra periode ini sastrawan Marah Rusli ( Siti Nurbaya), Abas St Pamuncak
(Pertemuan), Nur Sutan Iskandar (Katak Hendak Jadi Lembu, Karena Mertua, Salah
Pilih, Hubulang Raja), Abdul Muis (Salah Asuhan), Hamkah (Tenggelamnya Kapal
Van Der Wijck), Panji Tisna (Sukreni Gadis Bali), Selasih (Kehilangan Mestika).
b. Periode 1933-1942
Karya sastra yang banyak ditulis adalah puisi, selain drama, cerpen, roman yang
beraliran romatik, puisi jenis baru dan soneta. Puisi-puisi tersebut menggunakan kata-
kata nan indah, bahasa perbandingan, gaya sajaknya polos, rima merupakan sarana
kepuitisan.
Prosa yang ditulis menggunakan watak bulat, teknik perwatakan tidak analisis
langsung, alurnya erat karena tak ada digresi, mempersoalkan kehidupan masyarakat
kota seperti emansipasi, pemilihan perkerjaan, diwarnai idealisme, dan cita-cita
kengasaan, serta bersifat didaktis.
Pengarang yang masuk periode ini adalah Amir Hamzah (Nyanyian Sunyi, Buah
Rindu), Sutan Takdir Alisyahbana ( Layar Terkembang dan Tebaran Mega), J.E.
Tatenteng (Rindu Dendam), Armyn Pane (Belenggu), Sanusi Pane (Sandiyakalaning
Majapahit dan Madah Kelana), Mohammad Yamin (Indonesia Tumpah Darahku).
c. Periode 1942-1945
Periode ini ditandai dengan banyaknya karya propaganda dan sarat dengan politik
jepang. Untuk mempengaruhi rakyat Indonesia untuk membant Jepang dalam Perag
Asia Timur Raya , pemerintah melalui Balai Pustaka (Keimen Bunka Shidoso)
menerbitkan karya-karya baik novel, puisi, cerpen yang kebaikan dan unggulan
Jepang. Selain itu Jepang menggunakan sandiwara sebagai media propaganda.
Untuk melengkapi karya-karya propaganda, Jepang mengadkan sayembara penulis
Rosihan Anwar (“Radio Masyarakat”) sedangkan pemenang sayembara, seperti F.A
Tamboenan (Poesaka Sedjati dari Seorang Ajah), J.Hoetagalung (Keoli dan
Roomusya), dan A.M .Soekma Rahayoe (Banteng Barerong).
Pengarang yang menerbitkan novel propaganda lainnya adalah Nur Sutan Iskandar
berjudul Cinta Tanah Air (1944) dan cerita pendek “Putri Pahlawan Indonesia” Karim
Halim menerbitkan nove Palawija, ia juga pernah menyadur tonil karangan Hendrik
Ibsen berjudul de Kleine Eylof menjadi Djeritan Hideop Baroe. Semasa Jepang ia
menulis cerpen propaganda salah satu cerita pendeknya berjudul “Aroes Mengalir”.
d. Periode 1945-1961
Puisi, cerpen, novel, dan drama berkembang pesat dengan mengetengahkan masalah
kemanusiaan umum atau humanisme universal, hak-hak manusia (karena dampak
perang), dengan gaya realitas bahkan sinis ironis, disamping mengekpresikan
kehidupan batin/kejiwaan , dengan menggunakan filsafat ekstensialisme.
Pada karya sastra puisi menggunakan puisi bebas, dengan gaya
ekspesionisme,simbolik,realis, gaya sajaknya presmatis, dengan kata-kata yang
ambigu dan simbolik, dengan bahasa kiasan seperti metafora, juga ironi dan sinisme.
Sastrawan-sastrawan yang berkiprah dalam periode ini adalah Chairil Anwar (Deru
Campur Deru ,Kerikil Tajam yang Terempas dan yang Putus). Chairil bersama Asrul
Sani dan Rivai Apin menulis Tiga Menguak Takdir . sastrawan lainnya ialah Idrus
( Dari Ave Maria Jalan Lain ke Roma) Achiat K. Miharja (Atheis) Sitor Situmorang
(Surat Kertas Hijau dan Dalam Sajak), Pramudaya Antana Teor (Keluarga Gerilya,
Perburuan, dan Mereka yang dilumpuhkan ), Moctar Lubis (Jalan Tak Ada Ujung,
Tak Ada Esok, dan Si Jamal).
e. Periode 1961-1971
Periode ini meneruskan gaya periode sebelumnya terutama stuktur estetisnya,
mempersoalkan masalah kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan
dengan beorientasi pada bahan –bahan sastra dari kebudayaan Indonesia sendiri,
karena dampak parta-parta coraksastranya bermacam-macam, ada berisi keislaman
(Lesbumi), ide kenasionalisan (Lesbumi), ide rakyat (Lekra), dan ada yang bebas
mengabdi kemanusiaan. Banyak ditulis cerpen yang dimuat di berbagai media masa .
tidak muncul novel-novel besar.
Sastrawan-saastrawan yang muncul pada periodesasi ini W.S. Renda (Blues untuk
Bonie, Balda Orang-orang Tercinta ), Toto Sudarto Bachtiar (Suara) Nugroho Noto
Susanto (Hujan Kepagian dan Tiga Kota), Ramadhan K.H ( Priagan si Jelita),
Trisnoyuwono (Lelaki dan Mesiu), Toha Mochtar (Pulang), B. Sulatro (Domba-
domba Revolusi), dan Subagyo Sastrowardoyo (Simphoni).
f. Periode 1971-1998
Periode selain maraknya karya-karya populer juga banyaknya bentuk eksprementasi
sastra dalam sastra. Dalam karya puisi memunculkan 4 jenis karya puisi yaitu
mantera, puisi imajisme, puisi lugu, dan puisi lirik. Masalah yang diangkat dalam
puisi mempersoalkan masalah sosial , kemiskinan, pengangguran, jurang kaya dan
miskin, menggunakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat dalam balada. Prosanya
umumnya menggambarkan kehidupan sehari-hari yang kental dengan warna daerah
dan pedesaan.
Tokoh-tokoh penting sastrawan dalam periode ini adalah Umar Kayam (Priyayi, Sri,
Sumarah, Bawuk), Gunawan Muhammad (Asmaradana), Taufik Ismail (Tirani),
N.H.Dini (Pada Sebuah Kapal dan Dua Dunia).
g. Periode 1998-Sekarang
Periode ini ditandainya dengan maraknya karya-karya sastra,puisi, cerpen maupun
novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi . di rubik sastra
harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubik sajak-sajak peduli
bangsa dan sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan
buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial politik.
Proses reformasi politik yang dimulai tahun 1998 banyak melatar belakangi kelahiran
karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair
yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri,
Ahmadum Yosi Herfanda, Acem Zamzan Noer, dan Hartono Beny Hidayat dengan
media online: duniasastra(dot)com-nya, juga ikut meramaikan suasa dengan sajak-
sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya periode ini antara lain, Ayu Utami (Saman dan Larung), Radual
Tanjung Banua (Pulau Cinta di Peta Buta, Ziarah bagi yang Hidup, Parang Tak
Berlulu, dan Gugusan Mata Ibu), Habiburahman El Shirazy (Ayat-ayat Cinta, Di atas
Sajadah Cinta , Ketika Cinta Berbuah Surga, Pudarnya Pesona Cleopatra, Ketika
Cinta Bertasbih 1 dan 2 dan Dalam Mihrab Cinta).
2.1 BUKU PEMBANDING

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Pengantar
Sastra Indonesia berarti sastra berbahasa Indonesia yang sudah berkembang sejak awal
abad ke-20 sebagaimana tampak pada penerbitan pers (surat kabar, majalah) dan buku,
baik dari usaha kalangan swasta maupun pemerintah kolonial Belanda.
1.2 Sastra Indonesia
Sastra Indonesia ialah sastra berbahasa Indonesia, sedangkan hasilnya adalah sekian
banyak puisi, cerita pendek, novel, roman dan naskah drama berbahasa Indonesia.
1.3 Peta Masalah
Sastra (Kesustraan) Indonesia bukanlah objek kajian yang otonom. Setiap karya sastra
diciptakan oleh pengarang, dipublikasikan oleh penerbit, dinikmati oleh pembaca,
dikritik, diteliti, dicetak ulang dan sebagainya.

BAB 2 SEJARAH SASTRA INDONESIA

1.1 Pengertian Sejarah


Dalam Mengerti Sejarah (Gottschalk,1975) dijelaskan secara panjang lebar pengertian
sejarah sastra yang berasal dari bahsa Yunani istoria yang berarti ilmu.
2.2 Sejarah Sastra
Dalam Pengantar Ilmu Sastra (Luxerburg,1928 :200-212) dijelaskan bahwa dalam sejarah
sastra dibahas periode-periode kesustraan, aliran-aliran jenis-jenis, pengarang-pengarang,
dan juga reaksi pembaca.
2.3 Sejarah Sastra Indonesia
2.4 Periodesasi Sastra Indonesia
1. Masa kelahiran (1900-1945)
a. Periode Awal hingga 1933
b. Periode 1933-1942
c. Periode 1942-1945
2. Masa perkembangan (1945-1968)
a. Periode 1945-1953
b. Periode 1953-1961
c. Periode 1961-1968
BAB III

A. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

3.1 Dilihat dari Aspek Tampilan Buku


Menurut saya, jika dilihat dari aspek tampilan buku, buku utama lebih menarik
jika dibandingkan dengan buku pembanding. Hal ini dikarenakan pada cover buku
utama tulisan judulnya terlihat jelas dan berukuran besar serta warna cover juga
tidak mencolok. Sedangkan pada buku pembanding warna cover terlalu mencolok.

3.2 Dilihat dari Aspek Layout dan Tata Letak, serta Tata Tulis, termasukan
pengunaan font
Menurut saya, aspek layout dan tata telak serta tat tulis, termasuk penggunaan font
pada buku utama sangat baik, hal ini dikarenakan pada buku ini sangat tersusun
rapi, dapat dibuktikan dengan penyusunan bab dan sub-babnya serta jenis fontnya
juga sudah bagus dan mudah dibaca. Sedangkan pada buku pembanding , aspek
layout nya kurang rapi, dan fontnya kurang rapi sehingga sulit dibaca.

3.3 Dilihat dari Aspek Isi Buku


Menurut saya, isi pada buku utama lebih lengkap dan terperinci juga kata-katanya
mudah dipahami oleh kita. Sedangkan pada buku pembanding isinya kurang
lengkap dan isinya ada yang tidak sesuai oleh judul dan kata-katanya sedikit sulit
dimegerti.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra
yang berada di Indonesia. Sastra Indonesia sendiri merujuk pada sastra yang dibuat
wilayah kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk pada sastra yang bahasa
akarnya berdasarkan bahasa Melayu.

Periodesasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang


ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memilki ciri
tertentu yang berbeda dengan periode lainnya. Secara urutan waktu terbagi atas
periode 1850-1933, periode 1933-1994, periode 1994-1945, periode 1945-1961,
periode 1961-1971, periode 1971-1998 dan periode 1998 sampai sekarang.

B. Saran
Bagi pembaca diharapkan lebih selektif dalam memilih buku tentang sejarah sastra,
karena sangat begitu penting untuk dipahami, setiap buku tidak lepas dari kekurangan
dan kelebihan. Jadi sebagai pembaca kita harus mampu menelaah setiap teori yang
dipaparkan oleh setiap buku, apakah sudah benar atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

K.S, Yudiono.2010.Pengantar Sejarah Sastra Indonesia.Jakarta:Grasindo

Erowati Rosida, M,Hum.2011.Sejarah Sastra Indonesia.Jakarta : Lembaga Penelitian


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai