1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan Critical journal review ini dengan
tepat waktu. Pembuatan Critical Journal Review ini di bertujuan untuk memenuhi
penyelesaian tugas pada mata kuliah Teori Sejarah Sastra. Tugas ini di buat oleh penulis dengan
berbagai kendala, apakah itu datang dari penulis sendiri atau itu berasal dari luar. Tetapi dengan
bantuan Yang Maha Kuasa, akhirnya tugas ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dalam
kesempurnaan dan tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya tugas-tugas selanjutnya. Penulis
berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Disaat kita membutuhkan sebuah referensi, tentu saja jurnal sebagai sumber bacaan kita
selain buku dalam mempelajari mata kuliah keterampilan bahasa reseptif. Sebelum
memuat materi yang terdapat dalam jurnal, sebaiknya kita terlebih dahulu mengkritisi
jurnal tersebut agar kita mengetahui jurnal mana yang lebih relevan untuk dijadikan
sumber bacaan. Selain itu, kita juga harus mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan
dari ketiga jurnal yang di analisis, hal ini dilakukan untuk menjadi peningkatan
kemampuan menyimak melalui metode, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa di dalam menilai sebuah jurnal. Di dalam makalah ini juga tidak ada maksud
untuk menyudutkan beberapa pihak tertentu. Pada laporan ini di sertakan keunggulan dan
kekurangan dari jurnal tersebut. Dengan demikian, diharapkan tidak ada pihak-pihak
yang tersinggung atas penyajian makalah ini, karena makalah ini dibuat dari sudut opini
pembaca
C. MANFAAT CJR
4
D. IDENTITAS JURNAL
e. Jurnal Utama
f. Jurnal Pembanding 1
g. Jurnal Pembanding 2
5
A. JURNAL UTAMA
ABSTRAK
PERMASALAHAN Bagaimana perkembangan sejarah dan isu-isu terkini dalam sastra
bandingan?
TUJUAN PENELITIAN Jurnal ini bertujuan untuk membahas perkembangan sejarah dan isu-isu
terkini sastra bandingan.
METODE PENELITIAN Jurnal ini menggunakan metode pencarian data dunia maya dalam rangka
mengumpulkan rujukan-rujukan dari sumber otoritatif pilihan yang dapat
menghasilkan suatu tulisan sintesis mengenai sejarah dan isu-isu terkini
dalam sastra bandingan.
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa perluasan lingkup kajian di dalam
sastra bandingan diwarnai dengan wacana dekonstruksi dan rekonstruksi
sastra dunia, dialog dan pertemuan antara Barat dan Timur, serta isu yang
terkait dengan era digital. Dari isu tentang sastra dunia dan pertemuan
Barat dan Timur, mazhab Cina menemukan jalan lahirnya sedangkan
kehadiran era digital membuat sastra bandingan merambah pada ranah
baru pada istilah yang memayungi beberapa isu mengenai penggunaan
media yang berbeda, yaitu intermedialitas.
KATA KUNCI Sastra bandingan, sastra dunia, mazhab Cina, era digital, intermedialitas.
Jurnal ini membahas mengenai perkembangan sejarah dan isu-isu terkni di dalam sastra
bandingan, yang di kembangkan dengan menggunakan metode pencarian data dunia maya dalam
rangka mengumpulkan rujukan dari sumber otoritatif pilihan yang dapat menghasilkan suatu
tulisan sintesis mengenai sejarah dan isu-isu terkini dalam sastra bandingan. Kemudian, jurnal ini
menjadikan kata Sastra Bandingan, Sastra dunia, Mazhab Cina, Era digital, dan intermedialitas
sebagai kata kunci yang nantinya akan di kembangkan. Sehingga, hasil penelitian pada jurnal ini
menunjukkan bahwa perluasan lingkup kajian di dalam sastra bandingan diwarnai dengan
wacana dekonstruksi dan rekonstruksi sastra dunia, dialog dan pertemuan antara Barat dan
Timur, serta isu yang terkait dengan era digital. Dari isu tentang sastra dunia dan pertemuan
Barat dan Timur, mazhab Cina menemukan jalan lahirnya sedangkan kehadiran era digital
membuat sastra bandingan merambah pada ranah baru pada istilah yang memayungi beberapa
isu mengenai penggunaan media yang berbeda, yaitu intermedialitas.
PENDAHULUAN
6
2006, p. 20) dalam suasana multikulturalisme dan mengemukanya perlawanan
terhadap homogenisasi kultural dari dominasi kebudayaan tertentu dalam
kajian sastra dan budaya (Bernheimer, 1995; Saussy, 2006; Zamora, 2004).
Sastra bandingan atau comparative literature adalah ilmu yang mengkaji karya
sastra dan segala jenis ekspresi atau produk budaya yang melintasi batas
linguistik dan atau latar belakang budaya. Menimbang peran dan manfaat
sastra bandingan, tidaklah aneh jika kemudian membuatnya menjadi mata
kuliah wajib dengan nama Sastra Bandingan (atau Ilmu Perbandingan Sastra)
di beberapa program studi yang mengajarkan bahasa dan sastra di Indonesia.
Terdapat setidaknya enam buku berbahasa Indonesia yang lazim digunakan
sebagai rujukan dalam pengajaran mata kuliah Sastra Bandingan di Indonesia.
Bukubuku tersebut adalah Teori Kesusastraan (1993)yang merupakan
terjemah dari buku karya René Wellek dan Austin Warren dengan judul Theory
of Literature, buku karya Andries Teeuw yang berjudul Sastra dan Ilmu
Sastra: Pengantar Teori Sastra(1984) pada bagian X-XI, dua buku karya
Endraswara Metodologi Penelitian Sastra(2013) dan Metodologi Penelitian
Sastra Bandingan (2011), serta dua buku karya Sapardi Djoko Damono yang
berjudul Pegangan Penelitian Sastra Bandingan (2005) dan Sastra Bandingan
(2009). Dari buku-buku berbahasa Indonesia yang terkait dengan sastra
bandingan ini, belum ada pembahasan berkenaan dengan perkembangan
terbaru di dalam sastra bandingan yang menghadirkan eksistensi mazhab Cina
dan isu-isu baru di dalam sastra bandingan. Kontribusi yang diharapkan dari
artikel ini adalah mengisi gap yang ada di dalam literatur pembelajaran sastra
bandingan yang terdapati di beberapa buku yang telah terbit di Indonesia serta
memberikan rujukan tambahan bagi pembelajaran dan praktik sastra
bandingan.
7
untuk memberi gambaran sastra Indonesia
mutakhir karya wanita pengarang. Adapun teknik
isi (content analysis) digunakan untuk mendalami
setiap isi dalam sastra Indonesia yang menjadi
objek pendukung dalam penelitian ini. data-data
tersebut dianalisis dengan menggunakan tiga
prosedur, yaitu: Identifikasi, Membandingkan, dan
Aplikasi.
8
oleh akademisi-akademisi Perancis dianggap sebagai tonggak kelahiran sastra
bandingan sebagai sebuah disiplin di dunia akademik sehingga tidaklah
mengherankan jika kemudian Perancis disebut sebagai negeri awal mula sastra
bandingan. Di Inggris, sastra bandingan hadir ketika Matthew Arnold
memperkenalkan istilah comparative literaturesdalam bentuk jamak pada
tahun 1857 di dalam sebuah ceramah yang ia berikan di Universitas Oxford
saat inaugurasi dirinya sebagai profesor di bidang sajak sebagai terjemah dari
istilah littérature comparéeatau histoire comparativeberkat pengaruh
akademisi Perancis. Di dalam ceramah ini, ia menyatakan bahwa “no single
event, no single literature is adequately comprehended except in relation to
other events, to other literatures(tidak ada sebuah kejadian, tidak ada sebuah
karya sastra yang cukup dipahami kecuali dengan keterkaitannya atas
kejadiankejadian lainnya, terhadap karya-karya sastra lainnya).” Istilah
comparative literature bahkan tercatat sudah ia pergunakan jauh sebelumnya
seperti tercantum di dalam sebuah surat yang tidak dipublikasikan yang ditulis
pada tahun 1848 sebagai terjemah dari istilah histoire comparative(Brown,
2013, p. 68; Jay, 2014; Şahin, 2015, p. 6).
9
pp.33–34) atau “untuk mengetahui bagaimana bangsa lain [di Eropa] berpijak,
sehingga kita juga tahu bagaimana diri kita berpijak [dalam masalah
kesusastraan]” (Anderson, 1971, p. 290). Oleh sebab itulah, konsep sastra
dunia atau world literaturejuga seharusnya dilihat dalam konteks suasana di
Eropa di masa itu (Beecroft, 2013). Waktu itu batasbatas negara bangsa
modern di Eropa mulai menjadi perhatian serius dan pembagian karya sastra
berdasarkan negara bangsa menjadi bagian yang seharusnya tidak terpisahkan
di dalam konstruk wacananya.
10
dalam sastra bandingan diyakini oleh Bermann (2009) sebagai sebuah
keniscayaan ketika interaksi dan pemahaman antarkebudayaan di era
globalisasi menjadi kian menguat. Di dalam artikelnya terkait dengan sastra
bandingan dan kajian penerjemahan, Bermann (2009, pp. 438–442)
menunjukkan bahwa kajian penerjemahan di dalam sastra bandingan dapat
dilihat sebagai manifestasi dari tiga hal, yaitu: 1. Terjemahan sebagai sebuah
teks yang kompleks sebab melibatkan tidak hanya pemindahan dari satu
bahasa ke bahasa lainnya tetapi juga kompleksitas lintas disiplin yang mungkin
terlibat di dalam proses penerjemahan dan diskursus yang terlibat di dalam
prosesnya dari teks original, 2. Penerjemahan sebagai sebuah proses yang tidak
pernah selesai sebab bagaimanapun juga tidak pernah ada terjemahan yang
sempurna. Di dalamnya selalu melibatkan ekspansi dan transformasi kata-kata
dan makna dari teks original sehingga melahirkan multiplisitas teks, 3. Kajian
penerjemahan dan sastra bandingan sebagai dua displin ilmu yang berbeda
dapat saling berkolaborasi di dalam penggarapan isu-isu yang terkait dengan
penerjemahan di dalam sastra bandingan.
Pada kajian folklor (folklore studies), kajian sastra bandingan dapat merujuk
kepada struktur cerita (grammar of narrative) dan fungsi naratif (narrative
functions) yang diperkenalkan oleh Vladimir Propp melalui bukunya yang
11
terbit pertama kali pada tahun 1928, Morphology of the Folktale(1968). Di
dalam kajian folklor Proppian, folklore dibandingkan struktur ceritanya dan
pola perkembangan ceritanya melalui fungsi aksi dari karakter yang ada di
dalamnya. Praktik sastra bandingan dalam kajian folklor lainnya adalah
dengan metode geografis-historis (Honko, 1986). Di dalam metode ini,
seorang komparatis folklor akan membaca dan membandingkan cerita yang
ada untuk melihat interpolasi antarcerita dan bagaimana ketergantungan
antarcerita dapat menyingkap keterkaitan dengan dugaan bentuk dan dari
wilayah mana cerita kemungkinan berasal. Dalam konteks yang lebih luas,
kajian folklor dapat dipergunakan untuk memetakan kemungkinan kekerabatan
budaya, distribusi struktur simbol dan makna, identifikasi pengaruh
lingkungan dan ekologi terhadap variasi yang muncul, serta hirarki pengaruh
satu kebudayaan kepada kebudayaan yang lain.
Pada tahun 1958, René Wellekmengkritik sastra bandingan karena belum juga
menghasilkan metodologi yang jelas di dalam praktiknya. Dengan ketiadaan
metodologi spesifik, sastra bandingan menjadi sebuah studi yang mengait-
kaitkan fragmen-fragmen yang tidak berkaitan di dalam jejaring keterkaitan
yang bisa dengan mudah dipecah dari keutuhan makna. Sastra bandingan
mazhab Perancis selama ini dianggap René Wellek hanya mengakumulasikan
sejumlah pararelisme, persamaan, dan terkadang identitas di dalam karya
sastra yang dibandingkan namun tidak pernah bisa menjelaskan makna dari
keterkaitan ini kecuali kemungkinan adanya fakta bahwa penulis terkemudian
membaca tulisan penulis sebelumnya. Ia mengkritisi bahwa kajian sastra
seharusnya bukan hanya pengakumulasian sumber dan pengaruh di dalam
sebuah karya namun tentang bagaimana bahan-bahan mentah dari sumber
yang tersedia diasimilasikan ke dalam struktur yang baru. Belum lagi masalah
yang timbul di dalam memahami keutuhan sebuah karya sastra yang hadir atas
dirinya sendiri dengan segala maknanya kemudian dipecah menjadi
pembicaraan tentang sumber dan pengaruh (Wellek, 2009, p. 164). Ia
menggugat studi sastra bandingan dalam tradisi Eropa yang berorientasi pada
kebanggaan nasional dan psikologi suatu bangsa melalui praktik
pembandingan karya sastrauntuk melacak sumber dan pengaruh sementara
melupakan nilai kesusastraan sebuah karya sebagai bentuk dari kesatuan
makna yang memiliki dunia dengan situasi khasnya, karakter dan kejadian di
dalamnya (Wellek, 2009, pp. 170–171). Gugatan Wellek ini yang menyindir
sastra bandingan sebagai kajian sumber dan pengaruh di dalam pemetaan
nasionalisme kultural di dalam tradisi Perancis kemudian kepada lahirnya
mazhab Amerika yang menekankan pada humanisme universal. Selain René
Wellek, nama lain yang terkenal dari mazhab ini adalah Henry H. H. Remak.
12
bandingan tidak benar-benar mati sebab sebenarnya iatelah muncul dalam
bentuk lain, yaitu pembandingan dan penilaian ulang model kultural Barat
dengan model kultural lain, berubah melalui metodologi baru menjadi kajian
gender dan budaya, pengkajian transfer interkultural melalui aktivitas
penerjemahan. Di dalam tulisannya terkemudian, Bassnett (2007) membahas
adanya perkembangan dalam pendekatansastra bandingan selain pengaruh
penerjemahan terhadap pembacaan yakni kajian pengaruh (influence) yang
melibatkan pencarian akan afinitas (kemiripan) dan intertekstualitas
(keterkaitan antarteks). Sementara itu di dalam buku berjudul Comparative
Literature: Theory, Method, Application (1998), Tötösy de Zepetnek
menyoroti perkembangan sastra bandingan. Ia (1998, pp. 15–19) menyatakan
bahwa sastra bandingan mulai bergeser kepada kajian budaya. Ini memiliki
implikasi pada sastra bandingan sebagai kajian sastra. Peletakan kajian sastra
ke dalam konteks kajian budaya telah menyebabkan kajian karya dalam
konteks kajian nilai kesastraan menjadi terpinggirkan sebab akhirnya faktor
budaya yang kerap menjadi fokus di dalam sastra bandingan.
Di balik deras kritik atas belum jelasnya teori dan metodologi sastra bandingan
untuk dapat disebut sebagai sebuah disiplin tersendiri di dalam kajian sastra,
Edmond (2016) justru tidak terlalu mempermasalahkannya. Menurutnya kerja
pembandingan bukanlah sebuah metode atau bahkan sebuah teknik akademik
melainkan sebuah strategi pewacanaan (discursive strategy) di dalam
merangkul dan memikirkan kembali keterkaitan antardisiplin. Sastra
bandingan tidak seharusnya meributkan diri pada aturan kebakuan di dalam
dirinya namun justru pada bagaimana sastra bandingan memiliki pengaruh
pada hubungan antardisiplin, menghasilkan temuan-temuan yang berpotensi
mengejutkan di dalam melihat manusia dan dunia. Dinamika dalam sejarah
perkembangan sastra bandingan selain melahirkan mazhab baru—seperti
terjadi dengan kelahiran mazhab Amerika Serikat yang membedakan diri
dengan mazhab Perancis dan kemudian disusul dengan munculnya mazhab
Cina pada akhir tahun 1970-an yang berkembang sebagai respons atas
Erosentrisme atas dua mazhab terkemuka sebelumnya di dalam sastra
bandingan (Lin & Huang, 2015)—kemudian juga melahirkan perluasan
lingkup sastra bandingan. Di dalam pendekatan sastra bandingan puritan, kerja
pembandingan terletak pada hubungan (connection) dan pengaruh (influence)
yang termanifestasikan dari kontak antara karya sastra satu dengan karya
lainnya. Kritik dari Wellek, Bassnett, dan Tötösy de Zepetnek melahirkan
pendekatan reformis. Pendekatan reformis mengerjakan sastra bandingan
dalam kaitan antara karya sastra dengan area lain yang terkait dengan wilayah
pengetahuan dan penciptaan seperti seni, filsafat, sejarah, ilmu sosial, agama,
dan segala bentuk ekspresi manusia (Blanariu, 2015, pp. 130–131).
13
meskipun diekspresikan melalui tradisi karya dan latar budaya yang berbeda.
Sementara itu, pendapat yang lain justru menekankan perlunya kontak
langsung sebagai latar dari kerja pembandingan karya di dalam sastra
bandingan. Adapun akademisi Cina yang melibatkan diri dalam pembicaraan
sastra bandingan, bukan dalam rangka mengunyah-unyah sesuatu yang
sebelumnya sudah ada di dalam mazhab Perancis dan Amerika. Tersebutlah
misal nama Shunqing Cao yang memberikan pemetaan yang lebih jelas antara
mazhab yang sudah ada dengan mazhab Cina. Bidang kajian di dalam sastra
bandingan menurut Shunqing Cao (2007, pp. 39–41) dapat terjadi dalam
cakupan: (1) kajian lintas negara, (2) kajian lintas bahasa, (3) kajian lintas
disiplin, dan (4) kajian lintas peradaban.
Perkembangan baru di dalam sastra bandingan ini menurut Cao adalah sesuatu
yang wajar di dalam disiplin sastra bandingan. Akademisi Perancis sebagai
peletak dasar disiplin sastra bandingan memulai dari konteks saat isu tentang
lintasbangsa dan negara hadir di dalam pembicaraan tentang pengaruh dan
keterkaitan karya-karya sastra di Eropa. Kajian lintas disiplin menjadi ciri khas
mazhab Amerika. Mazhab Amerika memperluas kajian di dalam sastra
bandingan dari pembandingan antarkarya sastra kepada pembandingan karya
sastra dengan segala bentuk ekspresi manusia atau bersifat lintas disiplin serta
mengaitkan pengaruh sebuah karya sastra terhadap ekspresi manusia di negara
lain di seluruh dunia. Sementara itu, akademisi Cina mengembangkan sastra
bandingan kepada kajian lintas peradaban disebabkan adanya kesadaran
konteks yang berubah di dalam dialog antara Barat dan Timur saat meletakkan
dan membangun ulang konsep sastra dunia (world literature) yang sebelumnya
berporos pada tradisi Erosentris. Di dalam masalah variasi atas sastra
bandingan, Cao (2007, pp. 47–49) juga menjelaskan 49) juga menjelaskan ada
empat variasi di dalam lingkup kerja sastra bandingan, yaitu: (1) variasi pada
level linguistik, (2) variasi pada imagologie atau kajian mengenai citra suatu
bangsa/negara, (3) kajian variasi kesusastraan dan variasi tesktual yang dapat
meliputi themeatologi, genealogi, similaritas dan afinitas, dan (4) kajian variasi
budaya atau sistem dan pola kultural. Yang masuk di dalam area kajian ini
adalah fenomena penyaringan budaya (cultural filtering). Penyaringan budaya
adalah proses dialog dan komunikasi kesusastraan saat penerima akan
menyaring pesan-pesan kesusastraan dari sumber melalui pemilahan,
penolakan, penciptaan ulang sesuai dengan konteks tradisi dan budaya
miliknya.
14
atau bangsa, penerjemahan, faktor-faktor yang menyebabkan suatu karya bisa
masuk dan diterima di negara lain, konsep mengenai suatu hal yang dipegang
oleh seorang pengarang asing di suatu periode waktu dibandingkan dengan
pengarang di suatu negara di periode waktu yang sama atau berbeda. Ketiga,
kajian atas sebuah karya sastra dengan segenap totalitasnya yang dibandingkan
dengan sastra dunia (world literature).
15
disiplin ilmu. Sastra bandingan harus beroperasi di dalam ruang-ruang lintas
disiplin dan menjelajah ruang-ruang antarlokasi, identitas, dan kebangsaan
sebagaimana terdapati di dalam kajian-kajian lainnya.
16
ANALIS SIMPULAN
Sastra bandingan yang pada mulanya lahir untuk mengkaji sastra kanon dari Inggris, Jerman,
Perancis, Italia, dan Spanyol dalam konteks akar tradisi sastra Eropa, pengaruhnya terhadap
sastra satu sama lain, dan pengaruhnya terhadap sastra bangsa-bangsa lainnya di Eropa, di dalam
perkembangan selanjutnya mengalami penyegaran pada penghujung tahun 1970an dengan
munculnya mazhab Cina. Mazhab ini hadir dengan paradigma baru yang berusaha mendislokasi
pusat sastra bandingan dari Eropa kepada kesejajaran akan penerimaan dan pengakuan variasi-
variasi di dalam menempatkan keliyanan dalam dialog antara Barat dan Timur. Sementara itu,
dunia digital telah mempengaruhi dan merombak batas-batas tradisional yang berkenaan dengan
sastra, kepengarangan, konstruk baru akan identitas dan budaya, media dan pengalaman baru di
dalam mengekspresikan dan meresepsi karya sastra dan produk budaya lainnya (Romero López,
2009; Ty, 2018). Era digital menghadirkan perspektif kosmopolitanisme dan ruang interaksi
sosial yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya yang mempengaruhi ruang lingkup sastra
bandingan (Boruszko, 2013), budaya transmedia, dan redefinisi lintas budaya dalam era
konvergensi budaya di lingkungan digital (Baetens & Sánchez-Mesa, 2015). Dalam keadaan
inilah kemudian kajian intermedialitas menjadi ranah baru yang ramai dikaji di dalam sastra
bandingan. Melihat dinamika sastra bandingan dengan isu-isu terkininya, sastra bandingan masih
jauh dari mati dan justru terlihat akan terus berkembang.
JURNAL PEMBANDING 1
ABSTRAK
PERMASALAHAN Bagaimana perkembangan sastra yang dibawa oleh para perempuan sebagai
salah satu penerus dari berjalannya proses kesusastraan Indonesia .
TUJUAN PENELITIAN Penelitian dalam jurnal ini ditujukan untuk memberikan informasi terkait
perkembangan karya sastra Indonesia yang ditulis oleh kaum perempuan sejak
1998 hingga saat ini.
METODE PENELITIAN Penelitian dalam jurnal ini menggunakan metode deksriptif analisis. Dengan
teknik menilik dan mencari dari berbagai sumber dan karya terkait penulis-
penulis perempuan tersebut.
HASIL PENELITIAN Perkembangan pesat terjadi dalam bentuk karya-karya sastra yang lahir oleh
adanya penulis-penulis wanita yang bermunculan dipelopori oleh Ayu Utami
sebagai pijakan awal pertumbuhan penulis-penulis wanita lainnya. Kontribusi
yang turut diberikan oleh para perempuan ini, menjadi penentu bagaimana
perkembangan sastra yang dibawa oleh para perempuan ini sebagai salah satu
penerus dari berjalannya proses kesusastraan Indonesia. Kemudian, terjadi
perubahan-perubahan gaya penulisan dalam hal pemenuhan selera pasar dan
pola tulisan murni yang saat ini mengikuti arus perkembangan zaman yang
tidak melulu menggunakan pola dan karakter tulisan senada, namun lahir hal-
hal baru dari penulis lain yang bermunculan.
17
KATA KUNCI Sastra, perempuan, karya
ANALISIS PENDAHULUAN
PARAGRAF 2 Peranan dan kontribusi yang diberikan oleh perempuan menjadi penting
18
sebagai pelengkap dalam sejarah sastra Indonesia untuk dapat
melakukan perbandingan antara karya yang dihasilkan oleh para
perempuan dengan karya-karya legenda sebelumnya yang diciptakan
oleh para pengarang laki-laki. Tidakkah para penulis perempuan ini juga
dapat melegenda sebagaimana mestinya dalam menciptakan karya sastra
yang serupa mengangkat tema dan permasalahan sosial masyarakat dari
sudut pandangnya sebagai perempuan dan dari sisi feminisme yang
dibawanya? Dalam hal ini peranan perempuan dilihat dari segi
produktivitasnya dalam menciptakan karya sastra dan pola-pola karya
sastra yang berubah hari ini dibanding dengan karya sastra yang lahir
sejak 1998 tersebut.
JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif
analisis. Menurut Sugiyono, metode analisis deskriptif adalah stalistik yang
digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Dalam penelitian ini metode deskriptif analisis digunakan untuk menjelaskan
tentang perkembangan yang dialami pola kepenulisan yang dibuat oleh para
perempuan mulai dari tahun 1998 sejak munculnya penulis Ayu Utami hingga
sampai pada masa kini melihat perkembangan dari bentuk pola dan jenis
tulisan yang dihasilkan oleh para penulis perempuan ini.
DESAIN PENELITIAN Desain penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau
fenomena-fenomena yang terjadi dalam menganalisis perkembangan
perempuan dan sastra dalam sejarah sastra Indonesia.
TEKNIK PENGUMPULAN Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses
DATA
analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya, kemudian di jadikan menjadi sebuah
laporan.
19
TEKNIK ANALISIS DATA Teknik isi (content analysis) digunakan untuk mendalami setiap isi dalam
sastra Indonesia yang menjadi objek pendukung dalam penelitian ini. Data-
data tersebut dianalisis dengan menggunakan tiga prosedur, yaitu: Identifikasi,
membandingkan, dan aplikasi.
Ditinjau dari sisi feminisme, sejak tahun 2000 begitu banyak fenomena
menarik yang terjadi pada pengarang perempuan Indonesia. Ayu Utami
menerbitkan novel Saman pada 1998. Novel ini mendapat begitu banyak
pujian, yang mana novel ini memiliki banyak pelajaran di dalamnya terutama
bagi para kaum dewasa dan juga bersifat jujur dalam penulisan dan argumen di
dalamnya. Novel ini menyentuh iman pembacanya. Akan tetapi, lahirnya karya
ini tidak terlepas dari berbagai kontroversi. Terlepas dari kontroversi yang
terjadi, Korrie Layun Rampan mencetuskan lahirnya angkatan 2000 dengan
menempatkan Ayu Utami sebagai tokoh muda yang memperbaharui warna
dunia kesusastraan Indonesia. Perempuan hadir dalam roman yang ada pada
1998. Misalnya, Ayu Utami mempublikasi karya yang penuh dengan deskripsi
panjang dalam sejarah kepenulisan kaum wanita. Sudut pandang yang
dibawakan oleh wanita dengan segala penghayatan perasaan membuat karya
yang tercipta penuh dengan cerita deskriptif dari setiap komponen laku dan
alur yang terjadi di dalam kisah kehidupan tokoh wanita dalam karya tersebut.
Seiring berjalannya waktu, ide penulisan dan karya sastra saat ini berubah
dalam segi pola dan tipografi penulisannya serta mengikuti selera pasar yang
diminati para konsumen saat ini. Penulis-penulis modern saat ini tidak lagi
terpaku pada deskripsi karya sastra panjang, rapat, dan monoton dalam
pembacaannya. Penulis saat ini memodifikasi bentuk karya sastra dengan
visual yang digandengkan dengan karya tulis di dalamnya, membangun
kutipan-kutipan pendek yang menggugah perasaan pembaca dalam sekali baca
sehingga hal-hal tersebut menjadi sesuatu yang membekas di hati pembaca
yang merasa bahwa apa yang tertulis adalah sebuah cerminan dari apa yang
sedang ia alami dalam hidupnya. Hal ini tentu berhubungan dengan selera
pasar yang sedang naik daun dan digandrungi saat ini. Secara literal dapat
dipaparkan, citra perempuan dalam karya-karya sastra Indonesia dapat
diklasifikasi menjadi empat bagian. Pertama, adanya keinginan untuk
merombak sistem hubungan laki-laki dan perempuan agar menjadi harmonis
dan bebas dalam menentukan pilihan termasuk dalam perihal menciptakan
sebuah karya. Kedua, adanya upaya untuk memprotes ketidakadilan gender
serta menuntut kebebasan dalam melakukan aktivitas di sektor publik. Ketiga,
usaha untuk menggugat ketidakadilan gender dalam budaya lokal, dalam hal
ini Jawa yang menganut patriarki yang kental. Dan terakhir adalah keinginan
untuk memperdengarkan suara perempuan yang mendekonstruksi dan
merekonstruksi nilai tradisi dunia perempuan.
20
Citra dan perkembangan perempuan dalam dunia kesusastraan adalah untuk
melihat citra yang berdiri pada masa sebelumnya dan membangun semangat
dan iklim baru dari pola tersebut. Citra yang dibangun oleh Ayu Utami sebagai
penulis perempuan dengan menciptakan karya yang berani menentang
stereotip-stereotip yang selama ini beredar di dalam masyarakat menciptakan
model dan pola pikir baru dalam perkembangan penulis perempuan, hingga
pada akhirnya bermunculan penulis-penulis perempuan lainnya. Citra Ayu
Utami yang sebelumnya telah dipercaya dapat memprakarsai munculnya
sejumlah penulis wanita lainnya untuk hadir dan memenuhi dunia sastra
dengan warna baru dan pola-pola unik yang lainnya. Kemenangan Ayu Utami
dalam Sayembara Mengarang Roman yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta
pada tahun 1998, menjadi titik balik bagi para perempuan dan pandangan yang
diarahkan kepada mereka. Perempuan dan sastra menjadi hal yang mencolok
dan menarik untuk dikaji, apabila dilihat dari sesuatu yang mereka hasilkan
serta keikutsertaannya
dalam membangun sebuah persepsi baru tentang esensi mereka di dunia
kepenulisan dan sastra. Khususnya apa yang terjadi pada era 1998, era di mana
para perempuan menjadi pusat perhatian yang mengubah pandangan dunia
sastra bahwa tidak hanya laki-laki yang dapat menghasilkan karya sastra yang
berkualitas di Indonesia.
Melihat bagaimana perempuan menulis sejak zaman Ayu Utami hingga hari
21
ini, terdapat perbedaan dalam selera pasar yang digandrungi hari ini. Melihat
bagaimana gejolak yang timbul ketika Ayu Utami mulai memunculkan diri ke
dalam dunia sastra, banyaknya perempuan yang muncul dengan berbagai
macam bentuk tulisan dan genre membawa perubahan dan berbagai macam
bentuk tulisan yang dikembangkan penulis perempuan hingga saat ini. Dari
generasi ini muncul juga penulis-penulis yang khusus menghadirkan tema-
tema Islami, misalnya dua bersaudara Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia.
Karya mereka jugadiapresiasi oleh masyarakat dengan banyaknya jumlah buku
yang terjual. Ketika Mas Gagah Pergi, kumpulan cerpen perdana Helvy Tiana,
pertama terbit pada 1997 dengan oplah 5.000 eksemplar terjual dalam sebulan
(Erowati dan Bahtiar (2011: 86).
Pada era pasca 1998 ini, munculnya penulis-penulis baru tidak lagi sebagai
ajang untuk menunjukkan apa yang tersirat sebagai sebuah penyampai pesan
belaka, namun juga untuk memenuhi selera pasar yang digandrungi saat ini.
Karya sastra populer mendominasi lapak lapak buku sastra hari ini. Novel atau
karya fiksi populer remaja menjadi destinasi yang ramai dikunjungi pembeli
daripada buku resep memasak dan buku sastra kanon lainnya yang telah lebih
dulu mendapatkan pengakuan pada kualitasnya. Namun, karya-karya yang
bergenre novel atau karya sejenis ini tidak lagi dapat ditampik dengan erba-
serbi bentuk karya yang hari ini mewarnai dunia kesusastraan di era modern
ini. Selera pasar menjadi hal yang penting untuk dilihat, demi dikenal dan
larisnya karya penulis-penulis tersebut di kalangan pembaca saat ini.
22
ANALISIS SIMPULAN
Sastra dan perkembangannya tidak hanya terbentuk dari satu elemen saja sebagai pembangunnya. Sebagai
pencipta, bukan hanya laki-laki yang dapat menghasilkan karya berkualitas dan bermutu di hadapan para
penikmat. Kehadiran Ayu Utami pada 1998 membuktikan bahwa perempuan juga merupakan pendiri dari
struktur besar kesusastraan Indonesia yang hingga saat ini terus mengalami regenerasi dan menciptakan
penulis-penulis perempuan lainnya yang tidak kalah dalam menciptakan karya-karya baru yang membuat
dunia kesuesastraan Indonesia semakin beragam. Para penulis perempuan lainnya yang hadir dengan
membawa beragam bentuk tulisan, mulai dari motivasi, pendidikan, keagamaan, dan percintaan dengan
pembawaan dan karakter yang tumbuh dari masing-masing kontemplasi dan pembentukan karakter yang
berbeda untuk menghasilkan karya yang disebarluaskan dan dibaca oleh banyak pembaca. Pergerakan
yang dimulai oleh Ayu Utami ini menjadi inspirator bagi munculnya penulis wanita lainnya yang
bergerak dalam bidang kesusastraan. Indonesia memiliki banyak penulis wanita yang bergerak aktif
menciptakan berbagai karya sastra dari genre-genre yang berbeda mulai dari genre religi, roman, dan
pendidikan, serta masalah rumah tangga, sosial, dan percintaan. Dewi Lestari yang hadir dengan
keberaniannya sama dengan Ayu Utami, Helvy Tiana Rosa dengan genre religinya dan masih banyak lagi
penulis saat ini yang muncul dengan tulisan-tulisan roman remaja yang kembali digandrungi.
C.JURNAL PEMBANDING KE 2
ABSTRAK
PERMASALAHAN Analisis teori sastra terbaru yang bisa dijadikan dasar kajian dalam
menganalisis karya sastra.
TUJUAN PENELITIAN Mengulas/Meneliti teori sastra terbaru perspektif Transdisipliner yang bisa
dijadikan dasar kajian dalam menganalisis karya sastra. Teori sastra terbaru ini
meliputi: (a) Teori Matematika Sastra, (b) Teori Fisiologi Sastra, (c) Teori
Fisika Sastra, dan (d) Teori Imunologi Sastra.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah library research atau riset kepustakaan dengan
memanfaatkan penelusuran pustaka. Riset kepustakaan tidak sekadar membaca
literatur atau membaca buku-buku yang dibutuhkan untuk bahan penulisan
artikel. Metode pengumpulan data kepustakaan dilakukan dengan membaca
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian yang sudah didapat .
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian Teori Sastra Terbaru Perspektif Transdisipliner menunjukan:
(a) Teori Matematika Sastra dengan memanfaatkan simbol matematika,
ternyata bisa menggugah agar hubungan keluarga semakin bagus. (b)Teori
Fisiologi Sastra merupakan perspektif pemahaman transdisipliner sastra yang
membahas tentang ekspresi tubuh. Konon, manusia itu mirip binatang, yang
sering tergiur pada ekspresi tubuh. (c) Teori Fisika Sastra, Alam itu
menyuguhkan fisika. Alam itu guru fisika bagi pengarang. Pengarang sering
menyuntikkan pesan melalui sebuah puisi. Puisi itu mencoba merangkai
getaran fisika sastra. (d) Teori Imunologi Sastra adalah teori yang muncul
ketika virus covid-19 merebak, sehingga terpikir daya imun. Imun berarti
ketangguhan atau kekebalan. Imunologi adalah ilmu tentang kekebalan tubuh.
Sastra itu mirip tubuh, membutuhkan imun.
KATA KUNCI Teori sastra terbaru, perspektif, dan transdisipliner
23
SIMPULAN ANALISIS ABSTRAK:
Jurnal ini mengulas mengenai teori sastra terbaru yang bisa dijadikan dasar kajian dalam menganalisis
karya sastra. Teori sastra terbaru ini meliputi: (a) Teori Matematika Sastra, (b) Teori Fisiologi Sastra, (c)
Teori Fisika Sastra, dan (d) Teori Imunologi Sastra. Metode yang digunakan adalah library research atau
riset kepustakaan dengan memanfaatkan penelusuran pustaka. Riset kepustakaan tidak sekadar membaca
literatur atau membaca buku-buku yang dibutuhkan untuk bahan penulisan artikel. Metode pengumpulan
data kepustakaan dilakukan dengan membaca, mencatat, mengkaji, dan mengolah bahan penelitian yang
sudah didapat. Hasil penelitian Teori Sastra Terbaru Perspektif Transdisipliner menunjukan: (a) Teori
Matematika Sastra dengan memanfaatkan simbol matematika, ternyata bisa menggugah agar hubungan
keluarga semakin bagus. (b)Teori Fisiologi Sastra merupakan perspektif pemahaman transdisipliner sastra
yang membahas tentang ekspresi tubuh. Konon, manusia itu mirip binatang, yang sering tergiur pada
ekspresi tubuh. (c) Teori Fisika Sastra, Alam itu menyuguhkan fisika. Alam itu guru fisika bagi
pengarang. Pengarang sering menyuntikkan pesan melalui sebuah puisi. Puisi itu mencoba merangkai
getaran fisika sastra. (d) Teori Imunologi Sastra adalah teori yang muncul ketika virus covid-19 merebak,
sehingga terpikir daya imun. Imun berarti ketangguhan atau kekebalan. Imunologi adalah ilmu tentang
kekebalan tubuh. Sastra itu mirip tubuh, membutuhkan imun. Selain itu, jurnal ini di sertakan dengan tiga
kata kunci, yang nantinya akan di jelaskan kembali di bagian hasil dan pembahasan.
PENDAHULUAN
ANALISIS Sastra semakin pesat perkembangannya, pencipta sastra dan peneliti sastra juga
wajib meningkatkan kualitasnya baik dari segi pemahaman teori maupun proses
penciptaan sastra yang makin berkualitas. Tulisan ini akan membahas isu-isu
terbaru yang terkait dengan “Teori Sastra Terbaru Perspektif Transdisipliner”
yang bisa dijadikan dasar kajian dalam menganalisis karya sastra. Teori Sastra
Terbaru Perspektif Transdisipliner ini meliputi: (a) Teori Matematika Sastra, (b)
Teori Fisiologi Sastra, (c) Teori Fisika Sastra, dan (d) Teori Imunologi Sastra .
JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode Riset
kepustakaan. Penelitian kepustakaan atau yang juga dikenal dengan sebutan
studi pustaka, review literatur, atau literature review adalah jenis penelitian
yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai
sumber pustaka, seperti buku, artikel, jurnal, dan laporan penelitian. Data yang
dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian atau
untuk mencapai tujuan penelitian.
DESAIN PENELITIAN Desain penelitian pada jurnal ini adalah, adanya perumusan masalah, berupa
pertanyaan yang akan di jawab peneliti. Kemudian, melakukan penelusuran
literatur. Seperti buku, dan jurnal. Kemudian, menganalisis hasil penelitian ke
dalam bentuk laporan.
TEKNIK PENGUMPULAN Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses
DATA
analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya, kemudian di jadikan menjadi sebuah
laporan.
TEKNIK ANALISIS DATA Teknik isi (content analysis) digunakan untuk mendalami setiap teori sastra
terbaru transdisipliner. Data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan tiga
prosedur, yaitu: Identifikasi, membandingkan, dan aplikasi.
24
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
RUMUSAN MASALAH Pembahasan lebih lanjut Teori Sastra Terbaru Perspektif Transdisipliner yang
meliputi: (a) Teori Matematika Sastra, (b) Teori Fisiologi Sastra, (c) Teori
Fisika Sastra, dan (d) Teori Imunologi Sastra
PENYELESAIAN Teori Matematika Sastra: Sastra dan matematika seolah-olah sulit
BERDASARKAN dipertemukan. Keduanya memiliki ruang yang berlainan. Keduanya berbeda
TEORI wilayah garap. Namun, esensinya bisa saling menunjang satu sama lain.
Matematika memiliki kebenaran mutlak atau eksakta. Sementara sastra itu
memiliki kebenaran relative. Aharoni (2014:1) menyatakan bahwa puisi itu
sering menyentuh matematika. Matematika itu juga indah seperti puisi.
Bahkan Growney (1994:21) menyatakan: “I find that students are pleased to
learn that mathematics can be found in literature and poetry as well as in the
sciences and finance and other traditional “applications.” Esensinya,
matematika itu sering bisa ditemukan dalam sastra. Jadi, berdasarkan pendapat
ini berarti matematika dan sastra itu bisa dipertemukan. Menurut hemat saya,
pertemuan keduanya bisa memunculkan perspektif teori kajian sastra yang
disebut matematika sastra. Menurut wawasan matematika sastra, ada puisi
yang bertujuan untuk kecerdasan pembaca. Puisi yang dilagukan, biasanya
menciptakan suasana semakin riang, disertai permainan matematika, dan
sambil tepuk tangan. Puisi dapat pula dijadikan acuan belajar matematika
sambil riang gembira. Bagi pemerhati etnomatematika, tentu saja hal ini sangat
penting agar pembaca mampu belajar matematika sambil berolah sastra.
Istilah fisiologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu physis dan logos
yang berarti alam dan cerita. Metode ilmiah yang digunakan dalam fisiologi
bertujuan untuk mempelajari fungsi fisika dan kimia dari biomolekul, sel,
jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan. Istilah
“fisiologi” dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua
kata Yunani Kuno: φύσις, physis, berarti “asal-usul” atau “hakikat” dan λογία,
logia, yang berarti “kajian”. Istilah “faal” diambil dari bahasa Arab, berarti
“pertanda”, “fungsi”, “kerja”. Atas dasar itu, maka fisiologi sastra bisa
diartikan sebagai ilmu sastra yang menceritakan tubuh, memfungsikan tubuh
sebagai cetusan estetis, dan teks-teks yang menggunakan tubuh sebagai
pijakan berkarya.
25
Menurut hemat saya, teori fisiologi sastra itu bisa berkembang dan bercabang-
cabang. Gejala tubuh manusia dalam sastra dapat berkembang luas: Pertama,
seksofisiologi sastra. Artinya, seksualitas dalam teks sastra yang
mengedepankan aspek fisik atau tubuh belaka. Asfar (2015:24-25) ketika
membahas cerpen berjudul Jangan Main-Main Dengan Kelaminmu,
memandang bahwa cerpen tersebut ada pintalan gaya feminism. Gaya itu
seolah-olah menjadikan tubuh perempuan sebagai objek fisiologi laki-laki.
Menurut teori fisiologi, memang tubuh wanita itu penuh keindahan. Oleh
sebab itu, kutipan cerpen berikut ini seakan-akan memberikan serpihan
seksualitas tingkat tinggi. Cinta di mulai dari mata turun ke perut dan dari
perut turun ke hati. Aneh, dari perut kok turun ke hati? Mungkin dari perut
turun ke bawah perut tapi mereka tidak tega mengatakannya walaupun tega
anaknya mempraktekkannya (Djenar Maesa Ayu, 2004: 29).
26
Pernyataan ini memuat pesan bahwa libido fisiologi sastra, mampu
menjelaskan pentingnya tubuh. Libido manusia akan meningkat manakala
menyaksikan tubuh yang sintal, molek, menawan, dan sejenisnya.
Biologi sastra atau fisiologi sastra adalah perspektif memahami teks sastra
yang berkaitan dengan tubuh. Tentu saja, yang paling penting adalah
memahami makna di balik ekspresi tubuh. Eksplorasi tubuh oleh sastrawan
tentu saja memiliki alasan mendasar. Rosida (2016:1) pernah menyatakan
bahwa pembicaraan tentang tubuh, menyeret tubuh individual sebagai
keragawian atau tubuh sosial. Tubuh sering dibentuk sedemikian rupa
mewakili gambaran kecantikan. Bagian-bagian tubuh sebagai bahan empuk
(objek), untuk dijadikan sebagai penggambaran, dianggap mampu mewakili
estetika. Di era postmodern, banyak penulis yang mengeksplorasi “tubuh”
dalam karya sastranya. Tubuh memang memegang peranan penting, bernilai
seni dalam dunia pos modern. Bagaimana jika karya sastra menyangkut
dengan organ intim, seperti alat kelamin? Semiotisasi tubuh dalam sastra
menyeret gaya bahasa yang vulgar. Merujuk pada seks, bersifat impulsif,
irasional dan penuh gairah. Inilah yang selalu dinilai melampaui batas norma
dan budaya. Sebab, hal ini masih dianggap tabu dalam lingkaran masyarakat,
penyandang budaya timur. Sebagian kritikus sastra mengesahkan adanya
karya-karya yang mengangkat tubuh, bertemakan seks. Bahkan mengesplorasi
“alat kelamin”, dinilai sebagai karya sastra tingkat ekspresifitas tinggi, indah,
berani dan mengusung ide feminis. Banyak pembaca yang malah
meminggirkan karya sastra tersebut dari bacaannya Terlepas dari itu, diksi
yang disajikan belum dapat diterima oleh masyarakat umum.
Gaya bahasa menjurus kearah yang vulgar, erotis. Seperti pada “Wajah
Sebuah Vagina” karya Naning Pranoto, tentang ketidak adilan dan kekerasan
terhadap perempuan, “Saman” karya Ayu Utami menggambarkan tentang cinta
dan seks, namun tidak melepaskan diri dari penggambaran politik dan agama
yang dilakoni oleh setiap tokohnya. “Jangan Main-Main dengan Kelaminmu”
karya Djenar Maesa Ayu, dengan jelas dan lugas memaparkan kebebasan
tubuh dan diri perempuan. Noor (2005:19) menyatakan bahwa teori sastra itu
bagian dari ilmu sastra. Belajar dari pernyataan ini, maka teori fisiologi sastra
pun membutuhkan ilmu. Fisiologi sastra sebagai ilmu kajian atau penelitian
27
sastra memang masih langka dibahas. Jarang sekali para pengkaji sastra yang
menyebut istilah fisiologi sastra. Pada setiap perhelatan sastra, memang telah
sering muncul, pembahasan ihwal fisik manusia (tubuh), namun keilmuan
yang dipakai memahami biasanya menggunakan feminisme sastra.
Pemahaman semacam ini sah-sah saja, sebab realitas yang muncul memang
perempuan secara fisik atau biologis menjadi objek seksual laki-laki. Namun,
realitas sastra sering juga melebihi hal tersebut. Realitas sastra tidak hanya
membahas fisik perempuan, melainkan juga laki-laki.
Teori Fisika Sastra: Teori fisika sastra hampir belum pernah diperbincangkan
oleh ilmuwan sastra mana pun. Hal itu terjadi, karena ada asumsi bahwa sastra
dan fisika sepertinya dua wilayah yang sulit dipertemukan. Luxemburg dkk
(1989:6) seorang ilmuwan sastra menyatakan bahwa sastra itu sering
mengungkapkan sesuatu yang tak terungkap kan. Hal ini sering terjadi ketika
sastrawan bermain simbol fisika, mengamati segelas air atau kopi panas,
jadilah karya sastra. Cermin, juga sering menjadi metafor karya sastra tentang
metafisik. Hal-hal fisik sering menginspirasi sastrawan. Ketika sastrawan
mengamati batu, jadilah sastra. Sastrawan itu kadang-kadang berlaku sebagai
fisikawan imajinatif.
28
sastra. Kata lucu saya kutip dari pengakuan siswa-siswa saya ketika akhirnya
saya menjadi guru fisika. Sastra saya pelajari secara otodidak bersama teman
saya sejak tahun 2012. Saya tidak akan menjabarkan apa itu sastra menurut
siapa atau buku-buku apa. Bagi saya intinya sastra adalah cara terbaik untuk
menyampaikan makna.
Pernyataan Mora sangat meyakinkan bahwa istilah fisika sastra itu mungkin.
Gabungan sastra dan fisika, disebut transdisipliner, sebab telah mengaitkan dua
wilayah keilmuan yang berbeda. Ada perpindahan disiplin yang dipadukan,
sehingga memunculkan teori sastra terbaru yang disebut fisika sastra. Teori
fisika sastra lebih tepat disebut sebagai sebuah perspektif pemahaman dan
sekaligus pengembangan teori sastra. Teori fisika sastra merupakan sebuah
integrasi dua wilayah keilmuan yang berbeda wilayah garap. Namun
realitasnya kedua wilayah itu saling bisa isi-mengisi.
29
jadilah perkawinan hangat antara sastra dan fisika, sehingga lahir ilmu baru
fisika sastra.
Saya ingin menarik sebuah situasi paralel lain dari kedua bidang ini, yaitu
fisika dan sastra. Keduanya bukan sebuah korespondensi linier, namun
pemetaan yang lebih mirip jejaringan. Di sini fisika elementer menjadi
menarik, dalam kait-mengaitnya dengan luang, peluang, bahasa dan sastra.
30
Simpul pertama: partikel-partikel sub-atomik menghidupi ruang luang dalam
arti sesungguhnya (bayangkanlah inti atom sebagai sebulir padi di dalam
stadion bola, atau elektron yang serupa lalat-lalat dalam katedral), meski
secara ontologis mereka bukan realitas fisik, namun semata
‘kecenderungan’ untuk ada. Kedua, peristiwa sub-atomik hanya bisa
terukur dan teramalkan lewat statistik distribusi peluang, tampilannya
tergantung pada konteks pengamatan dan memaksa pengamat untuk tak lagi
sekadar menonton namun mesti terlibat aktif. Semesta ini meminta untuk
dialami, peristiwa dan tampilannya psikedelik dan ilusif, hanya
menyisakan jejak dan getar membingungkan sementara dengan gesit
mereka telah menghambur pergi, terus, terus, entah ke mana. Ketiga,
masalahnya bagaimana membahasakan sesuatu yang serupa hantu ini. Sastra,
pertama dan terakhir, niscaya berurusan dengan bahasa dan merupakan proses
panjang berbahasa. Sastra dan fisika memang dua hal yang berbeda, nmun
dapat bersinergi. Sastra seing membidik hal-hal fisika, termasuk benda-benda,
sebagai simbol ekspesi. Sastra sering memanfaatkan realitas benda alam
semesta untuk mengurai fenomena apa saja. Itulah sebabnya fisika sastra
memang telah saatnya mendapat perhatian. Fisika sastra, adalah perspektif
memahami karya sastra yang memanfaatkan hal-hal fisik sebagai simbol.
Fisika sastra, merupakan upaya menyastrakan fisika dan sebaliknya sekaligus
memfisikakan sastra.
31
sastra yang membahagiakan.
Untuk itu imunitas sastra harus ditata, agar tetap sehat. Imunitas adalah
kekebalan, yang dipelajari dalam imunologi. Sastra membutuhkan imunitas.
Terlebih lagi ketika suasana pandemi yang semakin menggejala. Imunologi
berakar dari kata imunitas yang berarti kekebalan tubuh (Endraswara, 2020:
xv). Untuk menjaga imunitas sastra, bisa belajar dari ruh ilmu burung. Ilmu
burung memuat tiga hal, yaitu: (1) burung itu tahan serta mampu
menyesuaikan suhu apa pun, (2) burung memiliki kicauan yang menyenangkan
sehingga manusia terpesona, dan (3) burung memiliki mitos-mitos luar biasa,
serta bisa diajak bermain. Ketiga hal ini mampu melahirkan kekebalan
manusia setelah diserang corona bertubi-tubi. Imunologi juga berarti ilmu yang
mempelajari kemampuan tubuh untuk melawan atau mempertahankan diri dari
serangan patogen atau organisme yang menyebabkan penyakit.
32
atas bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu
rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing. Belajar dari
jaringan-jaringan tubuh itu, saya kira sastra pun perlu penguatan jaringan.
Salah satu penguatan jaringan yang perlu dikembangkan yaitu komunikasi
sastra. Dari perspektif imunologi sastra, jaringan itu penting, akan tersistem
komunikasi yang lancar. Oleh karena setiap insan sastra sering memiliki
tuntutan yang berbeda-beda, terutama tuntutan pribadi, maka perlu dikelola
secara profesional. Imunologi sastra sangat diperlukan untuk survival sastra.
Sastra sering kali tergoyang oleh suasana politik, terperdaya oleh segelintir
orang, dan sering terkoyak-koyak oleh orang yang memiliki kepentingan
pribadi
ANALISIS KESIMPULAN
Hasil penelitian terkait teori sastra terbaru menunjukkan hal sebagai berikut.
1.Teori Matematika Sastra Pemanfaatan simbol matematika, ternyata bisa menggugah agar hubungan
keluarga semakin bagus. Matematika sastra itu bisa lebih luas dari sekadar sastra matematika. Puisi
matematika boleh melukiskan apa saja tentang hidup. Termasuk lukisan perjalanan hidup atau dikenal
dengan sebutan sangkan paraning dumadi. Matematika ternyata sangat lentur dan fungsional, apa saja
boleh dilukiskan menggunakan simbol matematika.
2.Teori Fisiologi Sastra, Ilmu tentang tubuh itu disebut fisiologi. Maka fisiologi sastra berarti perspektif
pemahaman transdisipliner sastra yang membahas tentang ekspresi tubuh. Konon, manusia itu mirip
binatang, yang sering tergiur pada ekspresi tubuh.
3.Teori Fisika Sastra,
Alam itu menyuguhkan fisika. Alam itu guru fisika bagi pengarang. Pengarang sering menyuntikkan
pesan melalui sebuah puisi. Puisi itu mencoba merangkai getaran fisika sastra. itulah hakikat kehidupan
alam semesta.
33
BAB III
PEMBAHASAN
KEUNGGULAN Jurnal ini membahas perkembangan sejarah dan isu-isu terkini sastra
bandingan dengan sangat rinci. Apalagi, saat penulis merangkum
keseluruhan isi jurnal pada abstrak dengan jelas, berikut dengan kata
kunci. Bagian pendahuluan yang dipaparkan sudah baik sebab
menjelaskan latar belakang yang terkait dengan judul artikel. Tinjauan/
kajian pustaka yang disajikan pun sudah lengkap dan juga jelas sebab
memadukan berbagai lektur yang terkait dengan judul artikel sehingga
pembaca mudah dalam menemukan dan memahami informasi terkait
dengan judul artikel. Jurnal ini juga di tulis dengan ISSN, sehingga dapat
di pertanggung jawab kan.
KELEMAHAN Terdapat beberapa kata asing yang tidak di jelaskan secara rinci.
Pembaca harus mencari pengertian kata asing tersebut di internet.
Kemudian, jurnal ini condong lebih menjelaskan perkembangan sejarah
sastra dunia, dari pada sastra indonesia.
KEUNGGULAN Jurnal ini menjelaskan dengan jelas dan sangat konkret mengenai
bagaimana perkembangan sastra yang dibawa oleh para perempuan
sebagai salah satu penerus dari berjalannya proses kesusastraan
Indonesia. Penelitian pada jurnal ini, ditujukan untuk memberikan
informasi terkait perkembangan karya sastra Indonesia yang ditulis oleh
kaum perempuan sejak 1998 hingga saat ini. Dalam menyelesaikan
penelitian di dalam jurnal ini, penulis menggunakan metode deksriptif
analisis, yaitu dengan teknik menilik dan mencari dari berbagai sumber
dan karya terkait penulis-penulis perempuan tersebut. Sehingga, hasil
penelitian pada jurnal ini terjadinya Perkembangan pesat dalam bentuk
karya-karya sastra yang lahir, oleh adanya penulis-penulis wanita yang
bermunculan. Dipelopori oleh Ayu Utami sebagai pijakan awal
pertumbuhan penulis-penulis wanita lainnya. Kontribusi yang turut
34
diberikan oleh para perempuan ini, menjadi penentu bagaimana
perkembangan sastra yang dibawa oleh para perempuan ini sebagai salah
satu penerus dari berjalannya proses kesusastraan Indonesia. Kemudian,
terjadi perubahan-perubahan gaya penulisan dalam hal pemenuhan selera
pasar dan pola tulisan murni yang saat ini mengikuti arus perkembangan
zaman yang tidak melulu menggunakan pola dan karakter tulisan senada,
namun lahir hal-hal baru dari penulis lain yang bermunculan. Kata kunci
yang di cantumkan juga, sudah dapat menceritakan topik apa saja yang
penting di bahas dalam bagian isi jurnal.
Selain itu, jika di tinjau dari tata letak ataupun layout, jurnal ini tergolong
sudah sangat rapi. Identitas jurnal juga sudah lengkap.
KELEMAHAN Tidak ada abstrak dalam bahasa inggris di dalam jurnal. Kemudian,
beberapa kata tidak di awali dengan huruf kapital. Namun, di luar dari hal
tersebut, jurnal ini sudah tergolong sangat bagus. Bahasa yang di gunakan
mudah di pahami oleh pembaca.
KEUNGGULAN Di lihat dari aspek tata letak, identitas jurnal tertata rapi. Penulisan antar
paragraf rapi dan terlihat jelas perbedaan setiap pembahasannya. Margin
kanan kiri, atas dan bawah serasi dan terstruktur. Isi jurnal tersusun
dengan runtun. Pembaca dapat memahami materi yang terdapat pada
jurnal dengan baik. Di lihat berdasarkan isi, setiap struktur
pembahasannya mulai dari abstrak sampai kesimpulan di tulis dengan
jelas dan berkaitan satu sama lain. Tujuan penelitian sesuai dengan judul
yang di bahas. Metode penelitian di bahas dan di jelaskan dengan bagus
dan jelas. Hasil dan pembahasan pada jurnal ini di jelaskan dengan rinci,
di tambah dengan contoh-contoh puisi, potongan dialog cerpen, yang
menarik pembaca. Jurnal ini juga di tulis dengan ISSN, sehingga dapat di
pertanggung jawab kan.
KELEMAHAN Bahasa yang di gunakan dalam jurnal cenderung bertele-tele sehingga
terjadi pemborosan kalimat. Selain itu, jurnal ini menggunakan bahasa
yang jarang di dengar, apalagi saat membahas sesuatu kata yang bersifat
Vulgar.
35
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ketiga jurnal ini memang memiliki keunggulan serta kekurangan. Namun, meski begitu ketiga
jurnal ini memiliki kualitas yang cukup baik untuk digunakan sebagai referensi belajar atau
penelitian terutama untuk mata kuliah Teori sejarah sastra. Dapat kita lihat dari segi isi jurnal
pertama, kedua dan ketiga menjelaskan materi dengan cukup bagus, detail, kompleks dan cukup
lengkap serta banyaknya pendapat para ahli yang mendukung penelitian di dalam ketiga jurnal.
Meskipun ketiga jurnal memiliki perbedaan, tetapi ketiganya memberikan informasi yang
berguna untuk menambah pengetahuan para pembaca.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah Critical Journal Review ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan senantiasa membantu penulis dalam upaya evaluasi. Penulis berharap, bahwa
dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini ditemukan sesuatu yang
bermanfaat bagi pembaca.
36
DAFTAR PUSTAKA
Perempuan dan satra dalam sejarah sastra Indonesia . Pratiwi Retno Endah Padang ,Universitas
Andalas ,2021,Vols. 10, 2.(1978-6646).
37