Setiawan
Dosen PBSID FKIP Universitas Pasundan
Email: setiawan@unpas.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik cerpen Kompas 2013 melalui
pendeskripsian hasil analisis sistem kode dan pemananfaatan sebagai bahan ajar. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif-analitis, artinya setiap data yang diperoleh dianalisis. Data
kualitatif diperoleh dari hasil analisis terhadap karya sastra sesuai menurut teori telaah sastra.
Berdasarkan hasil analisis terhadap kode bahasa, empat cerpen pilihan kompas mempunyai
karakteristik kode bahasa yang berbeda satu sama lainnya. Kode sastra, tergambarkan pada ragam
gaya bahasa yang dibuat pengarang. Kode budaya dalam empat cerpen ini memiliki unsur-unsur
budaya seperti sistem kepercayaan, sistem kemasyarakat dan sistem mata pencaharian hidup.
Nilai-nilai dalam empat cerpen terdiri atas nilai moral, nilai sosial dan nilai agama/religius. Data
kuantitatifnya dilihat dari aspek hasil analisis mahasiswa dengan nilai tertinggi 90 dan nilai
terendah 50. Selanjutnya, berdasarkan analisis kode bahasa, kode sastra dan kode budaya terhadap
cerpen dan pedoman kriteria pemilihan bahan ajar, serta pemikiran dosen mata kuliah, maka
cerpen pilihan kompas 2013, dapat diandalkan sebagai materi atau bahan ajar karena mengandung
nilai-nilai berdasarkan hasil analisis.
Kata Kunci:Kode Bahasa, Kode Sastra, Kode Budaya, dan Bahan Ajar.
Abstract
This research is intended to know the characteristics of short stories Kompas 2013 through the
descriptions of code analysis and utilization of the results as teaching materials. This research
uses descriptive-analytical method, meaning that every data obtained is analyzed. Qualitative data
obtained from the analysis of literary works according to the theory of literature review. Based on
the results of the analysis of the language code, four short stories of compass choices have the
characteristics of different language codes with each other. Literary code, depicted on the variety
of styles made by the author. Cultural codes in these four short stories have cultural elements such
as belief systems, community systems and living livelihood systems. Values in four short stories
consist of moral values, social values and religious /religious values. Quantitative data seen from
the aspect of student analysis results with the highest score of 90 and the lowest score 50.
Furthermore, based on the analysis of language code, literary code and cultural code on the short
story and the criteria of the selection of teaching materials, as well as the thought of lecturers,
Reliable as a material or teaching material because it contains values based on the results of the
analysis.
103
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
104
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
105
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
106
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
107
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
pada konvensi masyarakatnya, karena adalah sebuah cerita yang dibaca dalam
merupakan cermin realitas budaya ma- sekali duduk, kira-kira berkisar antara
syarakat yang menjadi modelnya. setengah sampai dua jam. Pendapat Poe
Seorang semiolog asal Prancis lebih menitik beratkan cerpen dalam hal
yaitu Roland Barthes berpendapat bah- waktu pembacaan karena dilihat dari
wa ada jenis-jenis kode yang paling segi berapa lamanya seseorang dalam
penting yaitu kode sosial, kode estetik membaca sebuah cerpen. Bentuk cerpen
dan kode logis. ini masuk dalam karangan prosa fiksi.
Ketiga kode tersebut cenderung Isi dari cerpen ini sama halnya dengan
berubah-ubah (dinamis) berbeda dengan novel. Hanya saja cerpen memiliki plot
kode ilmiah yang cenderung statis. Ha- yang tunggal tidak ada penyimpangan-
kikatnya ketiga kode tersebut ialah pe- penyimpangan dalam alur penceritaan
nemuan manusia dan bagian dari produk seperti halnya novel.
kultur (budaya). Beberapa pendapat tersebut kira-
Beberapa persamaan dan perbeda- nya dapat diambil kesimpulan bahwa
an pada pendapat tersebut bahwa karya yang disebut dengan cerpen adalah
sastra memang tidak bisa terlepas de- karya sastra naratif yang bersifat fiksi
ngan pengarang sebagai bagian dari dengan plot tunggal dan bisa dibaca
pencipta, penikmat dan penjaga budaya. sekali duduk, sehingga sepanjang-
Maka penganalisisan kode budaya harus panjangnya cerpen tidak akan melebihi
dikembalikan kepada unsur dan sistem novel.
budaya setempat sesuai dengan yang
diceritakan pengarangnya. Bahan Ajar
Majid (2009:173) berpendapat
Cerpen bahwa yang disebut dengan bahan ajar
Secara etimologis bahwa ‘cerpen’ adalah segala bentuk bahan yang digu-
suatu akronim dari cerita pendek yang nakan untuk membantu guru/instruktur
diambil dari istilah bahasa Inggris yaitu dalam melaksanakan kegiatan belajar
short story atau diterjemahkan ke dalam mengajar.
bahasa Indonesia tepatnya menggunakan Pendapat lain telah diungkapkan
istilah cerita pendek atau cerpen. Bebe- Iskandarwassid (2011:171) bahwa bahan
rapa pendapat di bawah ini akan men- ajar merupakan seperangkat informasi
jelaskan bahwa pendefinisian cerita yang harus diserap peserta didik melalui
pendek sudah lama dikenal di kalangan pembelajaran yang menyenangkan.
ahli sastra di berbagai negara. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
Menurut Sedgwick seperti yang yang disebut dengan bahan ajar adalah
dikutip Tarigan (2011:179) bahwa cer- segala bentuk yang disusun untuk mem-
pen adalah penyajian suatu keadaan bantu pengajar dalam menyampaikan
tersendiri atau suatu kelompok keadaan informasi atau kegiatan pembelajaran
yang memberikan kesan yang tunggal kepada siswa.
pada jiwa pembaca. Dikatakan tunggal
karena titik permasalahan yang dibe- III. METODE PENELITIAN
rikan dalam sebuah cerpen tidak banyak Secara terminologis, metode pene-
penyimpangan atau digresi penceritaan, litian dapat didefinisikan sebagai cara
sehingga pembaca bisa secara langsung ilmiah untuk mendapatkan data yang
memahami maksud dari suatu cerpen. valid dengan tujuan dapat ditemukan,
Pendapat Poe seperti yang dikutip dikembangkan, dan dibuktikan, suatu
oleh Nurgiyantoro (2010:10) cerpen pengetahuan tertentu sehingga pada
108
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
gilirannya dapat digunakan untuk me- bahasa berjumlah 12 kata yang termasuk
mahami, memecahkan, dan mengantisi- jenis bahasa nomina seperti kata sipulut,
pasi masalah dalam bidang pendidikan penakik, balam, serambi, hantaran, ken-
(Sugiyono, 2010:6). duri, semang, tarikh. Kode bahasa verba
Jenis penelitian yang digunakan seperti kata diperam, mendedahkan,
adalah penelitian kualitatif. Penelitian membelot. Kode bahasa ajektif yaitu
kualitatif yang berpendapat bahwa meto- kata mencong. Kata ini diklasifikasikan
de penelitian kualitatif berlandaskan seperti berikut: Kode bahasa
pada filsafat postpositivisme, digunakan nomina/ben-da 8 kata, kode bahasa
untuk meneliti pada kondisi obyek yang verba/kerja 3 kata dan kode bahasa
alamiah. ajektif/sifat 1 kata.
Peneliti menggunakan metode Kode bahasa yang digunakan
deskriptif. Penelitian ini bersifat men- dalam cerpen kedua yaitu cerpen Ulat
deskripsikan, memaparkan dan menga- Bulu & Syekh Daun Jati ada yang meng-
nalisis data. Data yang diperoleh yaitu gunakan kode bahasa daerah sebagai
dari analisis kode bahasa, sastra dan tanda penguasaan penulisnya dalam pen-
budaya pada cerpen. ceritaan seperti kata ora sare pada para-
Oleh karena itu penelitian ini ber- graf 10. Cerpen kedua memiliki jumlah
sifat deskriptif, maka dalam meng- kosa kata yang menjadi kode bahasa
analisis dan mengolah data penulis ber- berjumlah 10 kata yaitu kode bahasa
sandarkan pada suatu teori agar dapat nomina seperti kata pageblug, belarak,
menganalisis. Penulis bertindak sebagai kisanak, perigi. Kode bahasa verba se-
peran utama dalam penelitian ini. perti, berkerugetan, menebahkan, berge-
Metode yang digunakan dalam mertak, kelebat. Kode bahasa ajektif
penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu kata lempung. Kata-kata ini dikla-
analitik. Metode penelitian ini diguna- sifikasikan seperti berikut: Kode bahasa
kan untuk menganalisis sistem kode nomina/benda 4 kata, kode bahasa ver-
yang terdapat dalam cerpen pilihan ba/kerja 4 kata dan kode bahasa ajek-
Kompas 2013. Sumber data yang sesuai tif/sifat 1 kata.
dengan masalah penelitian yaitu empat Kode Bahasa cerpen ketiga yaitu
teks cerpen pilihan Kompas 2013. Sum- cerpen Kota Tanpa Kata dan Air Mata
ber data yang akan diuraikan sebagai ditandai dengan adanya kata dari ber-
karya sastra berjenis cerpen pilihan bagai bahasa yang digunakan sebagai
Kompas 2013 sebagai representatif dari tanda oleh penulis untuk mendukung ide
karya sastra berbentuk prosa fiksi dari penceritaan yang ingin disampaikan se-
genre sastra Indonesia baru yang banyak perti kata hexagon dan Paving Block.
dibaca khalayak banyak. Pada cerpen ketiga memiliki jumlah
kosa kata yang menjadi kode bahasa
IV. HASIL DAN PEMABAHASAN berjumlah 13 kata yaitu kode bahasa
Kode Bahasa nomina seperti kata kepul, peron, gelak,
Berdasarkan kajian/analisis yang peluh, porselin, komoditas, ufuk. Kode
telah dilakukan, maka diperoleh data bahasa verba seperti menyeruak, memi-
bahwa kode Bahasa yang terdapat pada ntal, menyengapku. Kode bahasa ajektif
empat cerpen adalah sebagai berikut: seperti kata getas, parau dan riuh. Kata-
cerpen pertama yaitu cerpen Lelaki Ragi kata ini diklasifikasikan seperti berikut:
dan Perempuan Santan masih dipenga- kode bahasa nomina/benda 7 kata, kode
ruhi oleh bahasa minang dan melayu. bahasa verba/kerja 3 kata dan kode
Jumlah kosa kata yang menjadi kode bahasa ajektif/sifat 3 kata. Jumlah ini
109
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
lebih banyak dari pada cerpen yang Mata mengandung 9 kode sastra seperti
lainnya. kode sastra simile, metafora, personify-
Kode bahasa cerpen keempat kasi, hiperbola, ellipsis, asindenton,
ditandai dengan penggunaan bahasa defersonifikasi, oksimoron dan erotesis.
Indonesia dengan kosa kata yang jarang Cerpen keempat yaitu cerpen Pada Jam
digunakan seperti beludak, tube-tube 3 Dini Hari mengandung 8 kode sastra
dan terhuyung-huyung. Cerpen keempat seperti kode sastra tautology, perumpa-
lebih sedikit daripada cerpen ketiga. maan, alusi, katabasis, erotesis, hiper-
Namun masih lebih banyak daripada bola, sinekdoke dan personifikasi.
cerpen kesatu dan kedua. Pada cerpen
keempat yaitu cerpen Pada Jam 3 Dini Kode Budaya
Hari memiliki jumlah kosa kata yang Kode Budaya yang terdapat dalam
menjadi kode bahasa berjumlah 11 kata, empat cerpen tergambarkan dalam wuj-
yaitu kode bahasa nomina seperti kata ud kode budaya unsur-unsur budaya
gazebo, sulur-sulur, beludak, antah seperti kode kepercayaan, kode kema-
berantah, kefanaan, kontur, tube-tube. syarakatan dan kode ekonomi. Nilai-
Kode bahasa verba seperti kata ter- nilai budaya adalah seperti nilai moral,
huyung-huyung. Kode bahasa ajektif se- nilai sosial dan nilai agama.
perti kata kalut dan sephia. Kode bahasa Berdasarkan pertimbangan anali-
numeralia seperti kata seantero. Kata- sis kode bahasa, kode sastra dan kode
kata ini diklasifikasikan seperti berikut: budaya, keempat cerpen Kompas 2013
kata nomina/benda 7 kata, kata ver- layak dijadikan bahan ajar pada mata
ba/kerja 1 kata, kata ajektif/sifat 2 kata kuliah Apresiasi dan kajian Prosa Fiksi
dan kode bahasa numerelia/bilangan 1 Indonesia.
kata.
Bahan Ajar
Kode Sastra Jenis bahan ajar yang digunakan
Kode sastra yang terdapat dalam dalam pembelajaran menganalisis kode
dalam empat cerpen tersebut bisa terli- bahasa, kode sastra dan kode budaya
hat pada penggunaan gaya bahasa peru- cerpen pilihan Kompas 2013 ialah
langan, perbandingan, pertautan, dan lembar kerja mahasiswa. Lembar kerja
pertentangan. Formulasi yang dibuat mahasiswa tersebut disusun berdasarkan
masing-masing pengarang mempunyai tahap-tahap perumusan tujuan instruk-
persamaan dan perbedaan pada cerpen sional, analisis intruksional, merumus-
yang ditulisnya. kan capaian pembelajaran dan indikator
Cerpen pertama yaitu cerpen capaian pembelajaran, menyusun Renca-
Lelaki Ragi dan Perempuan Santan, na Pembelajaran Semester (RPS). Lem-
pengarang menggunakan kode sastra bar Kerja Mahasiswa (LKM).
seperti kode sastra defersonifikasi,
sinekdoke, erotesis, metafora, ellipsis, V. SIMPULAN
personifikasi, anabasis, prolepsis, simi- Berkenaan dengan analisis yang te-
le, dan oksimoron. Cerpen kedua yaitu lah diperoleh di atas, dalam hal ini
cerpen Ulat Bulu & Syekh Daun Jati disimpulkan bahwa keempat cerpen ya-
menggunakan kode sastra berjumlah 9 itu cerpen cerpen Lelaki Ragi dan
kode sastra seperti mesodilopsis, sinek- Perempuan Santan, Ulat Bulu & Syekh
doke, erotesis, personifikasi, alusi, epi- Daun Jati, Kota Tanpa Kata dan Air
tet, alegori dan innuendo. Cerpen ketiga Mata, dan Pada Jam 3 Dini Hari mem-
yaitu cerpen Kota Tanpa Kata dan Air punyai penggunaan kode bahasa yang
110
LITERASI, Jurnal Ilmiah Pend. Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Vol.7, No.2, Juli 2017 e-ISSN 2549-2594
beragam dengan campuran bahasa Indo- Segers, Rien T. 2000. Evaluasi teks
nesia baku dan bahasa daerah, kode sastra. Yogyakarta: Adicita.
sastra yang beragam dari berbagai jenis Sugiono. 2010. Metode penelitian
gaya bahasa yang dijadikan sebagai ciri pendidikan pendekatan kuanti-
kode sastra yang digunakan masing- tatif, kualitatif, dan R & D. Ban-
masing pengarang dan adanya kode dung: Alfabeta.
budaya yang variatif dengan mengang- Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip-
kat kode budaya lokal sebagai warna prinsip dasar sastra. Bandung:
penceritaan dalam cerpennya masing- Angkasa.
masing. Teeuw, Andreas. 1983. Membaca dan
menilai sastra. Jakarta: PT. Gra-
DAFTAR PUSTAKA media.
Aminuddin. 2013. Pengantar apresiasi Teeuw, Andreas. 1984. Sastera dan ilmu
karya sastra. Bandung: Sinar Ba- sastera. Bandung: Pustaka Jaya.
ru Algesindo.
Barthes, Roland. 2007. Petualangan
semiologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar
semiotika tanda-tanda kebuda-
yaan. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Iskandarwassid, 2011. Strategi pembe-
lajaran bahasa. Bandung: Rosda
Karya.
Luxemburg, Jan Van dkk. 1986. Pe-
ngantar ilmu sastra. Jakarta: PT.
Gramedia.
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan pem-
belajaran. Bandung: Rosda Kar-
ya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori
pengkajian fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pradopo. Rachmat Djoko. 2011. Bebe-
rapa teori sastra, metode kritik
dan penerapannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman K. 2010. Sastra dan
cultural studies representasi fiksi
dan fakta. Yogyakarta: Pustaka
pelajar
Rusyana, Yus. 1982. Metode pengaja-
ran sastra. Bandung: Gunung La-
rang.
Santosa, Puji. 1993. Ancangan semi-
otika dan pengkajian susastra.
Bandung: Angkasa.
111