Anda di halaman 1dari 14

METAMORFOSIS

Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya

Volume 12 Nomor 2 | hlm. 26-39


Bulan Mei – Oktober 2019
ISSN 1978-9842 http://ejournal.unibba.ac.id/index.php/metamorfosis

MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI KAJIAN SASTRA TERPADU


UNTUK PENGUASAAN EMPAT ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA

Dr. Diana Silaswati, M.Pd.


Deanty Rumandang Bulan, S.S., M.A.
Dani Hermawan, S.Pd., M.Pd.
(Tim Dosen Penelitian Kelompok)
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Bale Bandung
Email: dianasilaswati@gmail.com

Abstrak
Keterpaduan apresiasi kajian sastra yang terintegrasi-komunikatif dengan empat aspek keterampilan
berbahasa yang mewarnai pembelajaran ke arah literasi tingkat tinggi (high literacy), memungkinkan
mahasiswa dan lulusan memiliki kemampuan berpikir kritis-kreatif-inovatif dan kecakapan hidup untuk
dapat beradaptasi, berperan aktif, dan berfungsi maksimal di masyarakat yang dibanjiri arus globalisasi.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan atau menggali (explore), mengembangkan (develop
atau extention) dan menguji (testing) teori, khususnya untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran
dengan model apresiasi kajian sastra terpadu melalui pengintegrasian kurikulum apresiasi kajian prosa fiksi,
apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama. Teknik pengumpulan dan instrumen yang dipergunakan dalam
rangka memperoleh data, dilakukan melalui studi dokumentasi, observasi, kuesioner/angket, wawancara,
portofolio, dan Tes Hasil belajar pada mahasiswa Prodi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
UNIBBA angkatan tahun 2018-2019. Pengolahan dan analisis terhadap data yang terkumpul, dilakukan
dengan menggunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial, untuk melihat ada tidaknya perbedaan
yang berarti dari hasil pretest dan posttest pada kelas uji. Proses ujicoba ini dilaksanakan untuk menilai
efektifitas dan kelayakan model apresiasi kajian sastra terpadu dengan pengintegrasian kurikulum apresiasi
kajian prosa fiksi, apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama, dalam kegiatan pembelajaran untuk tujuan
peningkatan kemampuan mahasiswa terhadap penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa. Untuk
membandingkan kemampuan mahasiswa pada pretest dan posttest digunakan uji-t.Adapun hasil dari
penelitian ini, bahwa perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
apresiasi kajian sastra terpadu yang mengintegrasikan apresiasi kajian prosa fiksi, apresiasi kajian puisi, dan
apresiasi drama telah terukur dengan hasil cukup baik berdasarkan kriteria komponen kegiatan
pembelajaran, yaitu tujuan, bahan, metode, media, pendekatan, dan evaluasi. Hasil uji-t menunjukkan nilai
thitung (13,682) > ttabel (2,021) dalam df=38, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
mahasiswa dalam penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa sebelum diberi perlakuan dan sesudah
diberi perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian direkomendasikan bahwa model apresiasi kajian sastra
terpadu yang mengintegrasikan apresiasi kajian prosa fiksi, apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama dapat
digunakan pada kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
empat aspek keterampilan berbahasa.
Kata kunci: Pembelajaran, kajian, apresiasi, sastra terpadu, keterampilan berbahasa

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 26


FKIP Universitas Bale Bandung
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah merupakan dua hal yang tak mungkin dipisahkan.
Dalam suatu sistem pendidikan, tenaga Penalaran tak mungkin tanpa menggunakan
pendidik merupakan pihak paling berperan dalam bahasa, sebaliknya bahasa muncul (digunakan)
mengorganisasi dan mengelola elemen-elemen dalam bentuk-bentuk yang sangat logis atau
sistem pendidikan, seperti kurikulum, penyajian sesuai dengan nalar (Muryati, 2013: 124-125).
bahan pelajaran, sistem administrasi, evaluasi, Oleh karena itu, sangatlah penting segi penalaran
dan elemen lainnya. Berarti, tenaga pendidiklah ditanamkan dalam pembelajaran bahasa dan
yang paling bertanggung jawab bagi sastra. Penekanan pada penalaran harus
pemberdayaan dan keefektifan kegiatan belajar ditampakkan secara jelas dalam cara-cara
mengajar, karenanya harus selalu berupaya dan penyajian yang sangat terarah dan terfokus,
berusaha dalam pemilihan berbagai bahan ajar, melalui suatu lingkaran proses bergaul dengan
metode, strategi, pendekatan, dan teknik sastra yaitu penikmatan (apresiasi) terhadap
pembelajaran untuk mengaktualisasi kapasitas karya sastra.
belajar peserta didik, utamanya adalah dengan Mengapresiasi karya sastra di berbagai
membelajarkan peserta didiknya untuk tingkatan, ruang, dan umur, akan berbeda satu
keberhasilan mencapai tujuan yang sudah sama lain. Karenanya, mengapresiasi sastra di
direncanakan. perguruan tinggi otomatis akan memiliki tekanan
Mahasiswa sebagai peserta didik dalam suatu yang berbeda dengan mengapresiasi sastra di
sistem pendidikan tinggi, harus memiliki tingkatan pendidikan sebelumnya. Tingkat
kemampuan berpikir kritis-kreatif tingkat tinggi kecermatan mengapresiasi sastra (prosa, puisi,
dengan keterampilan yang multi-fungsi untuk dan drama) di perguruan tinggi harus mencapai
mengembangkan potensi diri yang diperlukan ke arah pemahaman sebagai suatu studi (kritik
dalam hidup dan berkompetisi untuk kepentingan dan penelitian), sedangkan di tingkat pendidikan
life skills di dalam kehidupan yang sesungguhnya bawahnya lebih cenderung ke apresiasi biasa
dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk kenikmatan. Mengapresiasi sastra bagi
di masyarakat. Seperti dikemukakan oleh mahasiswa membutuhkan lingkungan
Soeratno (2011: 36) bahwa, Era global yang pendidikan yang memberikan kesempatan luas
dihadapi oleh nasionalisme abad XXI melahirkan atau kaya dan keterampilan berpikir kritis-kreatif
berbagai tantangan, antara lain (a) ketahanan diri untuk menggunakan bahasa di dalam cara-cara
menghadapi fenomena global, (b) kesiapan yang fungsional.
menghadapi tantangan era kompetitif, dan (c) Karya sastra sebagai salah satu media
kesiapan meningkatkan kualitas diri sebagai pembelajaran bagi disiplin ilmu pendidikan
sumber daya manusia yang andal yang cinta dan bahasa, sastra Indonesia dan daerah di perguruan
bangga berbahasa, berbangsa, dan bertanah air tinggi mempunyai peran yang cukup besar dalam
satu, Indonesia. menyampaikan semangat berekspresi.
Menghadapi persoalan yang terkait dengan Memahami, memaknai, menilai karya sastra
nasionalisme tersebut, naskah karya sastra dan menjadi salah satu kompetensi yang harus
penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa dicapai mahasiswa, selain kompetensi
dapat menyediakan solusinya. Bahasa (sebagai kebahasaan yang diantaranya penguasaan
medium sastra) berkorelasi positif dengan terhadap empat aspek keterampilan berbahasa
penalaran dan pikiran. Hubungan bahasa dan (menyimak, berbicara, membaca, menulis).
pikiran ini telah banyak diteliti oleh para pakar, Dalam hal ini, karya sastra menjadi bacaan yang
salah satunya adalah yang dilakukan oleh Sapir wajib dibaca, dimaknai, dan dikreasikan oleh
dan Whorf, yang kemudian terkenal dengan mahasiswa. Dengan demikian, karya sastra atau
hipotesis Sapir-Whorf, yaitu bahwa bahasa kutipan karya sastra serta kalimat-kalimat yang
menentukan pikiran. Nalar dan bahasa (sastra) terkandung di dalamnya, dapat dijadikan sebagai

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP 27


Universitas Bale Bandung
hlm. 26 - 39 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 2 | Bulan Oktober 2019 | ISSN 1978-9842

alat untuk menyampaikan semangat berekspresi Adapun sub masalah penelitiannya dirumuskan
kepada generasi penerus bangsa melalui jalur sebagai berikut:
formal, sejalan dengan ungkapan Magnessen 1) Bagaimana mengintegrasikan kegiatan
dalam Silberman (Kusmana, 2010: 3) bahwa pembelajaran apresiasi kajian prosa fiksi,
“Kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama
dari apa yang kita dengar, 30 % dari apa yang kita menjadi model apresiasi kajian sastra terpadu?
lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 2) Apakah perencanaan model apresiasi kajian
70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa sastra terpadu baik digunakan dalam kegiatan
yang kita katakan dan lakukan”. pembelajaran untuk penguasaan empat aspek
Dalam membelajarkan apresiasi kajian sastra keterampilan berbahasa?
(Prosa fiksi, Puisi, drama) dan keterampilan 3) Apakah proses pelaksanaan pembelajaran
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dengan model apresiasi kajian sastra terpadu
menulis) kepada mahasiswa, dosen hendaknya efektif untuk penguasaan empat aspek
lebih memilih berbagai variasi pendekatan, keterampilan berbahasa?
strategi, bahan ajar dan metode yang sesuai dan 4) Apakah hasil kegiatan pembelajaran dengan
dapat memberikan penyadaran terhadap model apresiasi kajian sastra terpadu dapat
pentingnya berpikir kritis-kreatif bagi meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
mahasiswa, sehingga tujuan pembelajaran yang penguasaan empat aspek keterampilan
direncanakan dapat tercapai. Perlu diketahui berbahasa?
bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model 5) Apakah model apresiasi kajian sastra terpadu
pembelajaran akan tergantung pada tujuan dapat dijadikan alternatif kegiatan
pembelajarannya, kesesuaian dengan materi, pembelajaran untuk penguasaan empat aspek
tingkat perkembangan peserta didik keterampilan berbahasa?
(mahasiswa), serta kemampuan dosen dalam
mengelola pembelajaran dan mengoptimalkan 1.3 Tujuan Penelitian
sumber-sumber belajar yang ada. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
Berkaitan dengan masalah atau hal yang telah mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan
dipaparkan di atas, perlu dilakukan penelitian dan model apresiasi kajian sastra terpadu melalui
dikembangkan suatu kemasan kegiatan pembel- pengintegrasian kurikulum apresiasi kajian prosa
ajaran yang dilakukan secara komunikatif- fiksi, apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama.
integratif terhadap kurikulum apresiasi kajian Tujuan atau produk akhir penelitian melalui
sastra (prosa fiksi, puisi, drama) yang dapat pengembangan dan penerapan model apresiasi
mendongkrak penguasaan empat aspek kajian sastra terpadu pada kegiatan pembelajaran
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
membaca, menulis) yang secara tidak langsung pengembangan kegiatan pembelajaran untuk
dapat dijadikan alat untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
kemampuan berpikir kritis-kreatif mahasiswa penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa
dan pengembangan potensi dirinya. (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
Sementara itu, tujuan penelitian secara khusus
1.2 Perumusan Masalah
yang ingin dicapai untuk menunjang tujuan
Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas, umum penelitian ini adalah menganalisis dan
maka topik permasalahan penelitian ini adalah:
menjelaskan:
Apakah model apresiasi kajian sastra terpadu
1) Pengintegrasian kegiatan pembelajaran
efektif digunakan pada kegiatan pembelajaran
apresiasi kajian prosa fiksi, apresiasi kajian
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
puisi, dan apresiasi drama menjadi model
dalam penguasaan empat aspek keterampilan
apresiasi kajian sastra terpadu.
berbahasa?

28 METAMORFOSIS
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

2) Kualitas perencanaan model apresiasi sastra menjawab tantangan pendidikan di masa kini
terpadu yang digunakan dalam kegiatan adalah pembelajaran terpadu, karena banyak
pembelajaran untuk penguasaan empat aspek topik dan konsep yang tertuang pada beberapa
keterampilan berbahasa. mata kuliah tertentu yang mempunyai keterkaitan
3) Keefektifan proses pelaksanaan pembelajaran konsep. Dalam hal ini, pengkaitan beberapa
dengan model apresiasi kajian sastra terpadu konsep tersebut haruslah yang relevan dan tidak
untuk penguasaan empat aspek keterampilan dapat dipaksakan atau sekedar dikaitkan. Artinya,
berbahasa. pengkaitan ini harus mempertimbangkan
4) Hasil kegiatan pembelajaran dengan model berbagai hal, seperti kebutuhan dan minat
apresiasi kajian sastra terpadu dalam mahasiswa, disesuaikan dengan kurikulum, dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa berfungsi untuk mengefektifkan kegiatan pembe-
terhadap penguasaan empat aspek lajaran, sehingga ketika mahasiswa memperoleh
keterampilan berbahasa. pengetahuan baru, secara bersamaan akan
5) Model apresiasi kajian sastra terpadu sebagai mendapatkan juga kesempatan untuk menerap-
alternatif bahan ajar untuk penguasaan empat kannya dalam berbagai situasi baru yang semakin
aspek keterampilan berbahasa. kaya ragamnya sesuai dengan prinsip belajar
yang bermakna.
2. KAJIAN TEORITIK Pembelajaran terpadu merupakan suatu
2.1 Hakikat Pembelajaran Terpadu aplikasi salah satu strategi pembelajaran
Pembelajaran pada suatu sistem pendidikan berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang
pada umumnya, dan khususnya pembelajaran di bertujuan untuk menciptakan atau membuat
perguruan tinggi, tidak dapat diartikan secara kegiatan pembelajaran secara relevan dan
sederhana sebagai alih informasi pengetahuan bermakna bagi mahasiswa. Collins dan Dixon
dan keterampilan ke dalam benak peserta didik (1991: 6) menyatakan “integrated learning
atau mahasiswa. Pembelajaran yang efektif occurs when an authentic event or exploration of
seyogyanya dapat membantu peserta didik atau a topic in the driving force in the curriculum”.
mahasiswa untuk menempatkan diri dalam suatu Pelaksanaannya melibatkan brainstorming
mahasiswa yang diajak berpartisipasi aktif, kritis,
situasi dimana mereka mampu melakukan
dan kreatif mengeksplorasi topik, konsep, dan
konstruksi-konstruksi pemikirannya dalam
kejadian, baik secara intra maupun antar
situasi yang wajar, alami, dan mampu
kurikulum. Selanjutnya Drake & Burns (2004: 8)
mengekpresikan dirinya secara tepat mengenai
membedakan tiga pendekatan kurikulum terpadu,
apa yang mereka pahami, maknai, dan rasakan,
yaitu (1) Multidisciplinary, dilakukan dengan
serta mampu melaksanakannya. Hal ini
mengorganisasi standar dari kurikulum di sekitar
mengandung pengertian bahwa pembelajaran sebuah tema, terdiri atas pendekatan intra-
pada umumnya dan khususnya di perguruan disiplinari, penggabungan/fusion, learning
tinggi harus mampu memotivasi peserta didik centers/parallel disciplines, unit berbasis tema
atau mahasiswa untuk aktif, kritis, kreatif, dan (theme-based units), (2) Interdisciplinary,
inovatif. dilakukan dengan menggorganisasi kurikulum di
Untuk mewujudkan hal tersebut, tenaga sekitar materi bersama antar kurikulum.
pendidik khususnya dosen dituntut harus mampu Pembelajaran dilakukan dengan mengidentifikasi
dan memiliki kepandaian dalam memilih topik potongan atau irisan konsep dan keterampilan
yang sesuai untuk membimbing kegiatan antar kurikulum, dan (3) Transdisciplinary,
pembelajaran, begitu pula dalam merancang dan dilakukan dengan membangun kurikulum di
melaksanakan program pengalaman belajar di sekitar pertanyaan dan perhatian, dimana peserta
perguruan tinggi dengan tepat dan inovatif. Salah didik mengembangkan kecakapan hidup seperti
satu model pembelajaran yang tepat, inovatif, yang diterapkan pada interdisiplinari dan
serta dapat diterapkan di perguruan tinggi dan keterampilan dalam konteks kehidupan nyata.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


29
Universitas Bale Bandung
hlm. 26 - 39 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 2 | Bulan Oktober 2019 | ISSN 1978-9842

Manfaat dari pendekatan terpadu, diantaranya bahasa mengikat keseluruhan aspek kehidupan,
mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan untuk kemudian disajikan dengan cara yang khas
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran dan unik, agar peristiwa yang sesungguhnya
menjadi bermakna. Bermakna disini memberikan dapat dipahami secara lebih bermakna, lebih
arti bahwa melalui pembelajaran terpadu, intens, dan dengan sendirinya lebih luas, serta
mahasiswa akan dapat memahami konsep-konsep lebih mendalam. Aminuddin (2010: 38)
yang mereka pelajari melalui pengalaman menyatakan bahwa “Cipta sastra sebenarnya
langsung dan nyata yang menghubungkan antar mengandung berbagai macam unsur yang sangat
konsep dalam intra maupun antar kurikulum. Hal
kompleks”, Dalam memberi makna pada karya
ini dikarenakan dalam pembelajarannya secara
sastra, tentulah tidak cukup memahami dengan
sengaja mengaitkan dan memadukan beberapa
aspek. Dengan adanya pemaduan ini pula, menganalisis kebahasaannya saja, yang disebut
kemungkinan terdapat pembelajaran yang text grammar atau text linguistics, melainkan
terpotong-potong akan sedikit sekali terjadi, harus melalui studi khusus yang berhubungan
sebab mahasiswa dilengkapi dengan pengalaman dengan literary text, yaitu terikat kepada teks
belajar yang lebih terpadu sehingga akan karya sastra itu sendiri sebagai sistem tanda, yang
mendapat pengertian mengenai proses dan materi mempunyai konvensi sendiri berdasarkan kodrat
yang lebih terpadu pula. Para mahasiswa akan atau hakikat karya sastra.
terlibat dalam “konfrontasi yang melibatkan Kandungan berbagai macam makna yang
banyak pemikiran” melalui pokok bahasan yang begitu kompleks dengan beragam nilai keindahan
dihadapinya, dengan harapan penguasaan materi yang terwujud melalui media kebahasaan, media
pembelajaran akan semakin baik dan meningkat. tulisan, dan struktur wacana, menyebabkan
mahasiswa akan menemukan hakikat dari karya
2.2 Apresiasi Kajian Sastra
sastra sebagai karya yang memungkinkan
Apresiasi kajian sastra merupakan kegiatan
timbulnya interpretasi beragam. Jadi, orientasi
pembelajaran yang terdapat pada kurikulum
penelitian ini pada dasarnya adalah mengajak
program studi pendidikan bahasa dan sastra yang
para mahasiswa calon pendidik untuk melihat
diberikan melalui beberapa mata kuliah tertentu.
kembali sisi-sisi penting dalam mengapresiasi
Kegiatan apresiasi kajian sastra ini sangat penting
atau mengkaji karya sastra dengan memadukan
dalam pembelajaran bahasa dan sastra karena
dapat memperkaya, memperdalam, memperluas perkuliahan apresiasi kajian prosa fiksi, apresiasi
daya pikir dan daya analisis kritis, serta daya kajian puisi, dan apresiasi drama, yang secara
imajinasi. Pradotokusumo (2005: 55) terintegrasi pula dilakukan melalui kegiatan
menjelaskan bahwa “apa yang diartikan dan menyimak, berbicara, membaca, menulis.
dimaksudkan dengan pengkajian karya sastra
yaitu penyelidikan atau penelitian dengan 2.3 Empat Aspek Keterampilan Berbahasa
menelaah suatu karya sastra”. Karya sastra tidak Menyimak, berbicara, membaca, menulis,
akan mempunyai makna, tanpa ada pembaca merupakan empat aspek keterampilan dasar
yang memberikan makna kepadanya, karena berbahasa sehubungan dengan penggunaan
karya sastra adalah sebuah struktur tanda yang bahasa. Manusia menggunakan bahasa sebagai
bermakna. alat untuk berkomunikasi dalam berbagai
Menurut Ratna (2010: 15), karya sastra kegiatan, termasuk kegiatan ilmiah ataupun
membangun dunia melalui energi kata-kata dan sebagai alat berinteraksi dalam suatu masyarakat.
merupakan rekonstrusi yang harus dipahami Selain itu, bahasa juga digunakan sebagai alat
dengan memanfaatkan mediasi melalui kualitas bernalar, dan kenyataannya keterampilan
hubungan paradigmatis, sistem tanda, dan sistem berbahasa sangat penting dalam kehidupan
symbol. Kata-kata sebagai bahasa adalah sehari-hari. Keempat aspek keterampilan ini,
merupakan medium utama karya sastra, dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya.

30 METAMORFOSIS
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

Menyimak adalah suatu proses kegiatan Piscayanti (2012: 89) menyatakan bahwa
mendengarkan lambang-lambang lisan dengan “pembelajaran berbasis sastra mampu
penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk
interprestasi untuk memperoleh informasi, menjadi pembelajar yang lebih baik, bahkan
menangkap isi, serta memahami makna menjadi pembaca, pembicara, dan penulis yang
komunikasi yang disampaikan pembicara melalui lebih baik”. Pembelajaran apresiasi kajian sastra
ujaran atau bahasa lisan. Berbicara adalah terpadu diharapkan dapat membentuk,
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi menciptakan, dan menjembatani pemahaman
atau kata-kata untuk mengekpresikan, yang terkait, terorganisasi, dan lebih baik,
menyatakan, serta menyampaikan pikiran, sehingga dapat meningkatkan taraf kecakapan
gagasan, dan perasaan. Membaca, yaitu suatu berpikir dan memberikan pengalaman belajar
proses penyerapan informasi secara mendalam yang sangat positif, karena terjadi pemaduan
dari sebuah karya tulis untuk mengetahui pembelajaran secara intra maupun antar
informasi yang ingin disampaikan penulis. kurikulum dengan membentuk pendekatan
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan menyeluruh terhadap pengembangan creative
lambang-lambang grafis yang menggambarkan thinking mahasiswa untuk menciptakan/
suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga menghasilkan sesuatu karya, selain memberikan
orang lain dapat membaca lambang-lambang penerapan-penerapan yang menghadapkan
grafis tersebut (Byrne, 1981: 109). mahasiswa pada gagasan atau pemikiran yang
Pada dasarnya era globalisasi akan selalu lebih mendalam, besar, dan luas ketika
terkait dengan pertumbuhan masyarakat industri menghadapi situasi pembelajaran, sehingga dapat
yang sangat tergantung pada informasi dan mempertinggi kesempatan transfer pembelajaran
teknologi, sehingga standar literasi menjadi (transfer of learning).
meningkat ke arah literasi tingkat tinggi. Oleh Pergeseran paradigma pengajaran bahasa dan
karena itu, pendidik language arts pada sastra menuju ke pengajaran komunikatif-
umumnya dituntut untuk dapat meningkatkan integratif yang menyiapkan peserta didik agar
literasi tingkat tinggi pada peserta didiknya. memiliki kompetensi untuk dapat berpartisipasi
Hakikat berliterasi secara kritis diringkas dalam dalam masyarakat modern, disebut oleh Kern
lima verba, yaitu memahami, melibati, sebagai pendekatan literasi dalam komunikasi
menggunakan, menganalisis, dan mentrans- bahasa, yang berarti berpartisipasi dalam
formasi teks. Literasi mencakup kemampuan pemahaman dan penciptaan teks, baik lisan
reseptif dan produktif dalam upaya berwacana, maupun tulis. Pendekatan ini menurut Kern
baik secara tulis maupun lisan, dan selalu (2000: 15-16) “represents a style of teaching
melibatkan kolaborasi antara dua pihak yang educators ought to consider if they wish to
berkomunikasi, antara membaca-menulis, dan prepare learners for full participation in societies
antara mendengar-berbicara. that increasingly demand multilingual,
Salah satu tujuan program kebahasaan di multicultural and multitextual competence”.
perguruan tinggi adalah mempersiapkan Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu,
mahasiswa untuk melakukan interaksi yang dapat diketahui bahwa penelitian mengenai
bermakna, baik secara lisan maupun tulisan pembelajaran terpadu sudah banyak dilakukan,
dengan bahasa yang alamiah dan ilmiah melalui demikian pula halnya dengan penelitian
kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan pengajaran bahasa dan sastra, serta peningkatan
menulis. Agar interaksi dapat bermakna bagi terhadap masing-masing aspek keterampilan
mahasiswa, perlu didesain secara mendalam berbahasa. Namun sejauh ini, belum ada yang
model pembelajaran pada pendidikan bahasa dan meneliti mengenai perihal tersebut secara
sastra yang bertumpu pada komunikatif, terintegrasi atau memadukannya menjadi suatu
integratif, dan tematik yang didasari oleh aspek model pembelajaran, dimana mahasiswa saling
fleksibilitas, proses, kontekstual, dan mahasiswa mengaitkan, saling menghubungkan, dan saling
sebagai subjek yang tertuang dalam kurikulum. mengurut diantara bagian dari kegiatan

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


31
Universitas Bale Bandung
hlm. 26 - 39 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 2 | Bulan Oktober 2019 | ISSN 1978-9842

perkuliahan apresiasi kajian sastra (puisi, prosa, akhir (posttest). Pretest merupakan sebuah
drama). Mahasiswa diajak aktif berpikir, evaluasi yang dilakukan untuk menguji konsep
memahami, mengritisi, menganalisis, dan eksekusi yang direncanakan. Sedangkan,
menyintesis, dan mengevaluasi berbagai karya posttest merupakan evaluasi yang dilakukan
yang benar-benar mengeksplorasi kemampuan untuk melihat ketercapaian tujuan dan dijadikan
intelektual, untuk menghasilkan pemikiran, sebagai masukan untuk analisis situasi
karya, atau produk baru dalam dunia kesastraan berikutnya. Digunakannya desain eksperimen
yang meliputi berbagai genre. Keterpaduan one group pretest-posttest design dalam tahapan
belajar diimplementasikan secara penuh, dalam mengujicobakan model pembelajaran apresiasi
prioritas konsep, sikap, dan keterampilan yang kajian sastra terpadu, dengan pertimbangan
menembus secara urut unsur kemampuan bahwa model mengapresiasi atau mengkaji karya
intelektual, kekuatan imajinatif, dan kreativitas sastra dengan memadukan apresiasi kajian prosa
mahasiswa yang baik dan tinggi dalam fiksi, apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama,
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. yang secara terintegrasi pula dilakukan melalui
kegiatan menyimak, berbicara, membaca,
3. METODE PENELITIAN menulis tersebut, sama sekali belum pernah
3.1 Metode dan Desain Penelitian diberikan di Program Studi Pendidikan Bahasa
Sesuai tujuan utama penelitian ini, yaitu dan Sastra Indonesia FKIP UNIBBA. Jadi, model
menguji keefektifitasan model kegiatan dan materi ini belum dikenal dan benar-benar
pembelajaran apresiasi kajian sastra terpadu baru bagi mahasiswa. Rancangan eksperimennya
digunakan metoda eksperimen. Hal ini diilustrasikan sebagai berikut.
dimaksudkan agar dapat melihat pengaruh atau
gejala yang muncul akibat dari perlakuan model
pembelajaran apresiasi kajian sastra terpadu Kelompok
dalam kegiatan pembelajaran, menurut Sugiyono Eksperimen O1 X O2
(2010: 107), “metode penelitian eksperimen
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
(Creswell, 2010: 241)
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang Gambar 3.1
terkendalikan” Desain Eksperimen
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti O1 Merepresentasikan proses observasi atau
menentukan metode yang digunakan adalah pengukuran dengan instrumen penelitian yang
metode pra-eksperimen (pre-experimental dilakukan sebelum diberi perlakuan (treatment)
design), Creswell (2010: 238) menyatakan, X Merepresentasikan satu kelompok dalam peristiwa
bahwa “dalam rancangan pre-experimental, atau variabel eksperimental. Pemberian perlakuan
peneliti mengamati satu kelompok utama dan (treatment) pembelajaran mengapresiasi sastra
dengan memadukan apresiasi kajian prosa fiksi,
melakukan intervensi di dalamnya sepanjang
apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama, yang
penelitian. Dalam rancangan ini, tidak ada dilakukan terintegrasi melalui kegiatan menyimak,
kelompok kontrol untuk diperbandingkan dengan berbicara, membaca, menulis.
kelompok eksperimen”. O2 Merepresentasikan proses observasi atau
Metode pre-experimental design, dilakukan pengukuran dengan instrumen penelitian yang
dengan menggunakan rancangan pra-test pos-test dilakukan setelah diberi perlakuan (treatment)
pada satu kelompok (one group pretest-posttest X dan O yang berada dalam satu lajur
design). Di dalam rancangan atau desain merepresentasikan kelompok (X) dan observasi
eksperimen ini, mencakup satu kelompok yang (O) yang diaplikasikan pada individu-individu
diobseravsi pada tahap pre-test yang kemudian yang sama. Simbol matra ( ) dari kiri ke kanan
dilanjutkan dengan treatment dan post-test merepresentasikan pelaksanaan prosedur-prosedur
(Creswell, 2010: 241). Secara garis besarnya, treatment secara temporal.
(Creswell, 2010: 239)
proses evaluasi dilakukan di awal (pretest) dan di

32 METAMORFOSIS
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

Dalam penelitian yang menggunakan desain 3.2 Data dan Sumber Data
eksperimen, selain mempunyai keunggulan- Dalam penelitian ini data yang diperlukan
keunggulan juga mempunyai kelemahan- peneliti, yaitu data pemahaman mahasiswa
kelemahan. Seperti yang diungkapkan oleh mengenai apresiasi kajian sastra terpadu dan
Sugiyono (2010: 108), bahwa “dalam penelitian- empat aspek keterampilan berbahasa, juga data
penelitian sosial khususnya pendidikan, desain mengenai hasil belajar responden penelitian
eksperimen yang digunakan untuk penelitian dalam penguasaan empat aspek keterampilan
akan sulit mendapatkan hasil yang akurat, karena berbahasa sebelum dan sesudah diberi perlakuan
banyak variabel luar yang berpengaruh dan sulit (treatment). Adapun sumber data primernya
mengontrolnya”. Penggunaan pre-experimental adalah seluruh mahasiswa angkatan tahun 2018-
design dalam penelitian ini termasuk lemah, 2019 yang aktif mengikuti kuliah pada Program
karena tidak adanya kelompok kontrol dan Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
sampel tidak dipilih secara random, akan tetapi FKIP UNIBBA yang berjumlah 40 orang.
pada desain one group pretest-posttest design Penentuan sumber data berdasarkan alasan,
terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, dengan bahwa secara logis dan tradisional merekalah
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih yang akan menampilkan terjadinya perubahan
akurat, karena dapat membandingkannya dengan dikarenakan oleh adanya pemberian perlakuan
keadaan sebelum diberi perlakuan. (treatment). Sumber data lainnya yang
Dari gambar di atas dapat dijelaskan, bahwa merupakan sumber data sekunder adalah proses
pembelajaran dengan model apresiasi kajian
eksperimen dilakukan dengan membandingkan
sastra terpadu hasil rancangan peneliti, termasuk
hasil observasi O1 dan O2. (O1) adalah hasil dari
interaksi antara dosen dan mahasiswanya.
pretest untuk mengetahui kemampuan
mahasiswa dalam penguasaan empat aspek 3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
keterampilan berbahasa. Dalam hal ini, pretest Penelitian
diberikan sebelum memulai perlakuan untuk Teknik pengumpulan data adalah salah satu
menjaring dan mengukur kondisi awal dan bagian penelitian yang sangat penting.
kesiapan pengetahuan mahasiswa dalam hal yang Keberhasilan suatu penelitian sangat bergantung
berhubungan dengan materi yang akan diberikan kepada kelengkapan catatan lapangan (field
pada pemberian treatment. Selanjutnya, dalam notes) yang disusun peneliti. Sesuai rancangan
pemberian treatment atau perlakuan (X), penelitian, maka jenis data yang diperlukan
responden diberi pembelajaran tentang teori-teori dalam penelitian ini adalah 1) data mengenai
mengapresiasi atau mengkaji karya sastra dengan proses pengembangan produk berupa model
memadukan apresiasi kajian prosa fiksi, apresiasi apresiasi kajian sastra terpadu beserta perangkat
kajian puisi, dan apresiasi drama, selanjutnya pembelajarannya yang sesuai dengan prosedur
responden mempraktekannya dengan cara saling pengembangan yang ditempuh, 2) Data mengenai
mengaitkan, saling menghubungkan, dan saling tingkat kelayakan dan kualitas produk (model
mengurut yang dilakukan secara terintegrasi pula dan perangkat pembelajarannya), 3) Data tingkat
pemahaman dan kemampuan mahasiswa dalam
melalui kegiatan menyimak, berbicara,
melakukan apresiasi kajian sastra (puisi, prosa,
membaca, menulis. Setelah proses pemberian
drama) dan penguasaan terhadap empat aspek
perlakuan (treatment) selesai, responden diberi
keterampilan berbahasa. Adapun teknik
tes lagi sebagai posttest untuk melakukan
pengumpulan dan instrumen yang dipergunakan
pengukuran hasilnya (O2). Sehingga akhirnya
dalam rangka memperoleh data dilakukan
dapat diketahui efektifitas dari perlakuan yang
melalui studi dokumentasi, observasi,
akan ditunjukkan oleh perbedaan antara keadaan
kuesioner/angket, wawancara, portofolio, dan
sebelum diberi perlakuan (O1) dengan setelah Tes Hasil belajar
diberi perlakuan (O2).

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


33
Universitas Bale Bandung
hlm. 26 - 39 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 2 | Bulan Oktober 2019 | ISSN 1978-9842

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN pula unsur-unsur penimbang sebagai catatan


Sesuai dengan rancangan penelitian, maka dalam menentukan tindakan perbaikan yang
jenis data yang terkumpul dari pelaksanaan uji dapat memperkukuh dan melengkapi prinsip,
coba dalam penelitian ini terdiri atas data kondisi, dan strategi belajar mengajar.
mengenai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Kelemahan dan kekurangan model pembelajaran
pembelajaran dengan model apresiasi kajian berdasarkan hasil validasi expert selanjutnya
sastra terpadu beserta perangkat pembelajaran- dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki
nya, serta data mengenai kemampuan mahasiswa desain model apresiasi kajian sastra terpadu
dalam penguasaan empat aspek keterampilan beserta perangkat pembelajarannya, yang
berbahasa dari 40 orang mahasiswa kelompok uji dikembangkan secara terintegrasi atau
coba. Pengumpulan data kemampuan mahasiswa memadukannya menjadi suatu kegiatan
tersebut dilakukan dua kali, yaitu melalui pretest pembelajaran, dimana mahasiswa saling
yang diberikan sebelum perlakuan/treatment dan mengaitkan, saling menghubungkan, dan saling
posttest yaitu pengumpulan data sesudah mengurut diantara bagian dari kegiatan
perlakuan/treatment. perkuliahan apresiasi kajian sastra (puisi, prosa,
Sebelum membahas tentang hasil drama). Mahasiswa diajak aktif berpikir,
pengumpulan data melalui pretest dan posttest, memahami, mengritisi, menganalisis,
terlebih dahulu akan disajikan mengenai menyintesis, dan mengevaluasi berbagai karya
deskripsi dari perencanaan dan pelaksanaan yang benar-benar mengeksplorasi kemampuan
kegiatan pembelajaran, sebagai berikut. intelektualnya, untuk menghasilkan pemikiran,
karya, atau produk baru dalam dunia kesastraan
4.1 Deskripsi Perencanaan dan Pelaksanaan yang meliputi berbagai genre. Keterpaduan
Kegiatan Pembelajaran belajar diimplementasikan secara penuh, dalam
Inti dari perencanaan pembelajaran adalah prioritas konsep, sikap, dan keterampilan yang
kegiatan pemilihan, penetapan dan menembus secara urut unsur kemampuan
pengembangan metode yang didasarkan dan intelektual, kekuatan imajinatif, dan kreativitas
disesuaikan pada kondisi pengajaran yang ada. mahasiswa yang baik dan tinggi dalam
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu cara menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan Rancangan kegiatan pembelajaran dengan model
suatu perubahan. Dalam pengajaran terdapat apresiasi kajian sastra terpadu tersebut dapat
kegiatan memilih, menetapkan, dan dilihat melalui gambar berikut,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan. Ketika peneliti
melaksanakan kegiatan penyusunan dan
pengembangan perencanaan, penyusunan dan
pengembangan materi pada bahan ajar,
perencanaan untuk pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, serta perencanaan dan
pengembangan sistem dan substansi evaluasi
yang akan digunakan, baik evaluasi untuk
digunakan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, maupun evaluasi untuk menguji
kelayakan dan keefektifan kegiatan pembelajaran
dengan model apresiasi kajian sastra terpadu,
peneliti telah memanfaatkan penilaian expert.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Gambar 4.1
pembelajaran dengan menerapkan model Desain Model Keterpaduan Apresiasi Kajian Sastra
apresiasi kajian sastra terpadu memanfaatkan dengan Empat Aspek Keterampilan Berbahasa

34 METAMORFOSIS
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

Dalam perencanaan strategi dan prosedur 1) tahap orientasi, dilaksanakan pada pertemuan
kegiatan untuk melaksanakan pembelajaran, kesatu, 2) tahap pemahaman dan pendalaman
dilaksanakan melalui tahapan yang terdiri atas konsep, dilaksanakan pada pertemuan kedua dan
empat fase, yaitu sebagai berikut: ketiga, 3) tahap pengembangan kelancaran dan
a) Fase pertama: Orientasi. Mahasiswa kerincian berpikir, serta sikap kritis sebagai
menerima penjelasan mengenai prosedur tahapan aplikasi, dilaksanakan pada pertemuan
kegiatan pembelajaran yang akan keempat dan kelima, dan 4) tahap evaluasi
dilaksanakan. Setelah itu, mahasiswa sebagai tahapan penguatan dan pengayaan
dihadapkan pada apersepsi dari kegiatan terhadap kegiatan pembelajaran, dilaksanakan
pembelajaran berupa pretest. pada pertemuan keenam.
b) Fase kedua: Pemahaman dan pendalaman
konsep. Pada fase ini, mahasiswa menerima 4.2 Hasil Pengolahan dan Pembahasan Data
dan menyerap informasi dari materi. Dosen Pretest dan Posttest
bersama-sama dengan mahasiswa menilai dan 4.2.1 Deskripsi Hasil Pengolahan Data
mengkaji situasi masalah yang terdapat dalam Berdasarkan hasil penskoran, data
setiap materi. Pada fase ini strategi kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir
pemahaman konsep terhadap materi pada (posttest) mahasiswa Program Studi Pendidikan
bahan ajar dioptimalkan. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP
c) Fase ketiga: Pengembangan kelancaran dan UNIBBA angkatan tahun 2018-2019 dalam
kerincian berpikir, serta sikap kritis. fase ini, melakukan kegiatan pembelajaran mengkaji dan
merupakan tahapan aplikasi, mahasiswa mengapresiasi karya sastra dengan menggunakan
menerima dan menyerap informasi. Dalam hal Model Apresiasi Kajian Sastra Terpadu yang
ini, mahasiswa dihadapkan pada masalah- terintegrasi dengan empat aspek keterampilan
masalah yang disajikan melalui pengkajian, berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,
presentasi dan diskusi. Pada fase ini, dan menulis. Sebelum pengolahan data dilakukan
mahasiswa dihadapkan pada konsep: simbolik dengan mengunakan statistik Uji-t, terlebih
(pemahaman dari simbol ke simbol), dahulu dilakukan perhitungan distribusi normal,
pemberian makna oleh simbol dan penggalian uji homogenitas dan uji linieritas terhadap data
yang cermat atas makna, serta berpikir dengan yang terkumpul sebagai persyaratan teknik
menggunakan simbol sebagai titik tolaknya. analisis data. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil
d) Fase keempat: Evaluasi akhir, untuk dari pengolahan data-data tersebut di atas,
memberikan penguatan dan pengayaan peneliti telah merangkumnya dalam satu tabel.
terhadap hasil kegiatan pembelajaran dengan Tabel 4.1 berikut ini merupakan rangkuman
melakukan evaluasi dan mengkaji kembali hasilnya:
secara bersama (dosen, mahasiswa, dan Tabel 4.1
observer) mengenai strategi dan prosedur Deskripsi Hasil Pengolahan Data Pretest dan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Posttest Uji Coba
model apresiasi kajian sastra terpadu,
kemudian dilanjutkan dengan posttest, dan
fase terakhir ini diakhiri dengan pengisian
quesioner atau angket oleh mahasiswa.
Keempat fase tersebut, untuk menempuhnya
memerlukan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
sejumlah enam kali pertemuan. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan
rancangan yang telah disusun, dengan
seperangkat bahan-bahan pembelajaran yang
akan disampaikan kepada mahasiswa, yaitu

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


35
Universitas Bale Bandung
hlm. 26 - 39 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 2 | Bulan Oktober 2019 | ISSN 1978-9842

Dari tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam df = 38, menunjukkan t hitung lebih besar
dari pelaksanaan pretest dan posttest, dari t tabel dalam arti terdapat perbedaan yang
berdasarkan hasil perhitungan rata-rata, skor signifikan antara kemampuan mahasiswa
kemampuan awal (pretest) mahasiswa dalam sebelum diberi perlakuan (pretest) dan sesudah
penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa, diberikan perlakuan (posttest). Hasil uji
yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan perbedaan ini menunjukkan bahwa setelah
menulis, sebelum diberi perlakuan atau treatment kegiatan pembelajaran dengan diberikan
adalah 28,00 dari keseluruhan skor 60,00 yang treatment menggunakan model Apresiasi Kajian
dapat ditafsirkan bahwa kemampuan mahasiswa Sastra Terpadu beserta perangkat
pada saat pretest rata-rata tergolong kurang, pembelajarannya, kemampuan mahasiswa dalam
sedangkan rata-rata kemampuan akhir setelah penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa
mahasiswa diberi perlakuan atau treatment (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis),
hasilnya meningkat, dengan rata-rata hasil skor beserta pengetahuan dan pemahamannya
posttest menjadi 41,67 yang menunjukkan mengenai materi yang mempunyai kontribusi
kemampuan penguasaan mahasiswa menjadi terhadap kegiatan mengkaji dan mengapresiasi
lebih baik. karya sastra secara terpadu lebih tinggi
Nilai simpangan baku (SD) sebesar 9,539 dibandingkan dengan kemampuan sebelum
untuk hasil pengolahan data pretest pada tabel diberikan perlakuan/ treatment.
tersebut, dapat ditafsirkan bahwa penyebaran
skor data kemampuan mahasiswa dari pemberian 4.2.2 Pembahasan Hasil
pretest berukuran 9,539 terhadap skor rata-rata Keberhasilan dari kegiatan pembelajaran
sebesar 28,00 sedangkan untuk hasil pengolahan dengan menggunakan model Apresiasi Kajian
data posttest dengan simpangan baku sebesar Sastra Terpadu beserta perangkat
11,188, dapat ditafsirkan bahwa penyebaran skor pembelajarannya terbukti dapat meningkatkan
data posttest kemampuan mahasiswa berukuran kemampuan mahasiswa dalam penguasaan empat
11,188 terhadap skor rata-rata sebesar 41,67. aspek keterampilan berbahasa (menyimak,
Dalam pengujian distribusi normal, terlihat
berbicara, membaca, dan menulis), terlihat dari
pada skor pretest, nilai 2hitung (12,308) <
skor yang berkategori rendah sebelum diberi
2tabel (33,924), dan skor posttest nilai 2hitung perlakuan yaitu 13 dan sesudah diberi perlakuan
(7,795) < 2tabel (35,415), berarti dapat skor berkategori terendahnya menjadi 21. Skor
ditafsirkan bahwa baik data pretest maupun data yang berkategori sedang, yaitu antara 24 - 31
posttest berdistribusi normal. Pada pengujian sebelum perlakuan, sesudah diberi perlakuan skor
homogenitas skor pretes dan posttest hasil belajar
berkategori sedangnya menjadi antara 38 - 45.
terlihat homogen karena Fhitung (1,804) < Ftabel
Skor dengan kategori paling tinggi sebelum
(2,349) pada taraf nyata 0,05 dalam df = 24,14.
diberi perlakuan, yaitu sebesar 40 dan sesudah
Perbedaan kemampuan mahasiswa dalam
diberi perlakuan skor tertingginya menjadi 59,
penguasaan empat aspek keterampilan
dari skor total 60. Peningkatan skor-skor hasil
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,
belajar ini, lebih jelasnya dapat terihat dari hasil
dan menulis beserta pengetahuan dan
pemahamannya mengenai materi yang pengukuran skor rata-rata kemampuan awal
mempunyai kontribusi terhadap kegiatan mahasiswa dalam penguasaan empat aspek
mengkaji dan mengapresiasi karya sastra secara keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
terpadu, dapat dilihat dari hasil perhitungan uji-t membaca, dan menulis), yaitu dari rata-rata 28,00
atau uji perbedaan dua rata-rata antara hasil pada saat pretest dan setelah diberikan perlakuan
pretest dan hasil posttest yang telah atau treatment, rata-rata skornya meningkat yaitu
menghasilkan nilai thitung (13,682) > ttabel (2,021) menjadi 41,67.

36 METAMORFOSIS
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

Selisih perbedaan skor dari hasil pretes dan Dengan demikian, secara keseluruhan hasil
posttest dapat dilihat melalui grafik pada gambar belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan
4.2 di bawah ini, Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNIBBA
angkatan tahun 2018-2019 setelah diberi
perlakuan/treatment menunjukkan peningkatan
atau lebih baik daripada sebelum diberi
perlakuan/treatment, baik pada tingkat
pengetahuan dan pemahaman terhadap materi
yang berkontribusi dengan model Apresiasi
Kajian Sastra Terpadu, maupun kemampuannya
dalam penguasaan empat aspek keterampilan
berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis).
Dari terjadinya peningkatan hasil belajar
mahasiswa, yang dicapai melalui empat fase
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu tahap
orientasi, tahap pemahaman dan pendalaman
konsep, tahap pengembangan kelancaran dan
kerincian berpikir, serta sikap kritis sebagai
Gambar 4.2 tahapan aplikasi, dan tahap evaluasi sebagai
Grafik Selisih Perbedaaan Skor Pretest dan Posttest tahapan penguatan dan pengayaan, berarti model
Apresiasi Kajian Sastra Terpadu beserta bahan
Berdasarkan Grafik pada gambar 4.2 di atas, ajarnya dapat digunakan sebagai alternatif bahan
terlihat peningkatan skor-skor tes hasil belajar ajar untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa
yang ditunjukkan oleh garis posttest yang berada dalam penguasaan empat aspek keterampilan
di atas garis pretest secara keseluruhan. Dapat berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
dikatakan bahwa kemampuan mahasiswa menulis).
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Kegiatan Pembelajaran dengan model
Indonesia FKIP UNIBBA angkatan tahun 2018- Apresiasi Kajian Sastra Terpadu adalah untuk
2019 dalam penguasaan empat aspek membantu mahasiswa dalam mengembangkan
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, disiplin intelektualnya dan keterampilannya
membaca, dan menulis) sebelum perlakuan dalam mengkaji masalah tertentu, selain itu juga
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan untuk memberikan kesempatan kepada para
model Apresiasi Kajian Sastra Terpadu adalah mahasiswa dalam mengembangkan daya
rendah, sedangkan setelah proses belajar nalarnya dengan cara mencari, menemukan, dan
menggunakan model Apresiasi Kajian Sastra memecahkan masalah, serta memahami dirinya
Terpadu menjadi meningkat. Sehubungan sendiri dan kehidupan di masyarakat secara jelas,
dengan itu, kemampuan mahasiswa dalam karena model Apresiasi Kajian Sastra Terpadu
melakukan pengkajian dan mengapresiasi karya dengan prosedur yang dimilikinya dan
sastra yang terintegrasi dengan empat aspek ketajamannya dalam melakukan pengkajian dan
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, mengapresiasi karya sastra yang terintegrasi
berbicara, membaca, dan menulis. dapat dengan empat aspek keterampilan berbahasa,
dikatakan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
yang kurang menjadi baik, atau dari yang tidak menulis.
bisa menjadi bisa.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


37
Universitas Bale Bandung
hlm. 26 - 39 Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya
Vol. 12 No. 2 | Bulan Oktober 2019 | ISSN 1978-9842

5. KESIMPULAN dan saling mengurut. Pola kegiatan


Berdasarkan hasil penelitian yang telah pembelajaran ini dapat membuat mahasiswa
dicapai seperti yang tertuang pada bab lima, harus berpikir melalui proses sintesa kreatif
dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai dan mengkonstruksi makna, sehingga
berikut. dimungkinkan akan dapat meningkatkan
penguasaan mahasiswa terhadap empat aspek
1) Dengan melakukan apresiasi dan pengkajian
keterampilan berbahasa.
karya sastra melalui pola apresiasi kajian
sastra secara terpadu yang terintegrasi dengan 4) Hasil belajar mahasiswa Program Studi
kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
menulis, sangat bermanfaat untuk diajarkan UNIBBA angkatan tahun 2018-2019 dalam
atau diimplementasikan kepada mahasiswa, kegiatan pembelajaran dengan model
agar pembelajaran mengapresiasi sastra tidak Apresiasi Kajian Sastra Terpadu beserta
hanya sampai pada textual interrogation, perangkat pembelajarannya menunjukkan
tetapi menjadi academic exercise dalam upaya perbedaan atau lebih baik setelah diberikan
pengembangan daya nalar dan cara berpikir perlakuan (treatment), ditunjukkan oleh uji-t
kritis, yang memungkinkan dapat yang menghasilkan t hitung lebih besar dari t
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam tabel, yaitu thitung (13,682) > ttabel (2,021), dan
penguasaan empat aspek keterampilan dari nilai rata-rata posttest mahasiswa yang
berbahasa. lebih tinggi daripada nilai rata-rata pretest.
2) Perencanaan kegiatan pembelajaran dengan Hal ini berarti, penggunaan model Apresiasi
model Apresiasi Kajian Sastra Terpadu Kajian Sastra Terpadu beserta perangkat
beserta perangkat pembelajarannya, pembelajarannya yang digunakan dalam
berdasarkan angket pendapat mahasiswa, kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan
wawancara dengan dosen, dan hasil observasi kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
pada setiap tahapan implementasinya dalam empat aspek keterampilan berbahasa
kegiatan pembelajaran, dapat dinyatakan (menyimak, berbicara, membaca, dan
bahwa perencanaan pengajaran mempunyai menulis).
kualitas yang termasuk kedalam kategori 5) Hasil belajar yang telah dicapai oleh
baik, karena sudah sesuai dengan prinsip, mahasiswa dan kualitas proses belajar
kondisi, strategi pembelajaran, dan telah mengajarnya dapat dijadikan dasar untuk
disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa, menyimpulkan bahwa model Apresiasi Kajian
selain dapat membangkitkan motivasi dan Sastra Terpadu cukup efektif digunakan dalam
membuat mahasiswa menjadi pro-aktif. kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan
3) Dalam proses pelaksanaan kegiatan kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
pembelajaran dengan model Apresiasi Kajian empat aspek keterampilan berbahasa
Sastra Terpadu, penguasaan mahasiswa (menyimak, berbicara, membaca, dan
tentang esensi empat aspek keterampilan menulis). Penerapan model Apresiasi Kajian
berbahasa pada awalnya dapat dikatakan Sastra Terpadu beserta perangkat pembel-
dalam kategori kurang. Selama treatment ajarannya dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung melalui desain model kegiatan merupakan wahana yang efektif bagi
pembelajaran mengapresiasi sastra dengan pengembangan daya nalar dan cara berpikir
cara memadukan apresiasi kajian prosa fiksi, kritis mahasiswa, sehingga dapat
apresiasi kajian puisi, dan apresiasi drama dimanfaatkan sebagai alternatif dalam
pengembangan kegiatan pembelajaran untuk
yang dilakukan secara terintegrasi melalui
penguasaan empat aspek keterampilan
kegiatan menyimak, berbicara, membaca,
berbahasa.
menulis, serta mempraktekannya dengan cara
saling mengaitkan, saling menghubungkan,

38 METAMORFOSIS
Model Pembelajaran Apresiasi Kajian Diana Silaswati
Sastra Terpadu untuk Penguasaan Deanty Rumandang Bulan
Empat Aspek Keterampilan Berbahasa Dani Hermawan

DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. (2010). Pengantar Apresiasi Karya Piscayanti, K. Sonia. 2012. Jurnal Pendidikan
Sastra, Cara Mudah Memahami Karya Indonesia: Pengembangan Model
Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo Pembelajaran Sastra Berbasis Karakter
Byrne, Dionn. 1981. “Integrating Skills” dan Lokalitas dalam Mata Kuliah
Communication in the Classroom, dalam Drama. Vol. 1, No. 2, Oktober 2012 hlm.
Johnson & Keith dk. (Peny.). Brunt Hill: 79-90.
Longman. Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005.
Collin, Gillian & Hazel Dixon. 1991. Integrated Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia
Learning Planed Curriculum Units. Pustaka Utama.
Australia: Books Shelf Publising. Priyatni, Endah Tri. 2010. Membaca Sastra
Creswell, John W. 2010. Research Design, Dengan Ancangan Literasi Kritis.
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Jakarta: Bumi Aksara.
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rafiek, M. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan
Depdiknas. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II Praktek. Bandung: PT. Refika Aditama.
PGSD Dan S-2 Pendidikan Dasar. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural
Jakarta: Depdiknas. Studies. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Drake, S. M., & Burns, R. C. 2004. Meeting Ricoeur, Paul. 2012. Teori Interpretasi:
standards through integrated Memahami Teks, Penafsiran, dan
curriculum. Alexandria: Association for Metodologinya. Terj. Musnur Hery.
Supervision and Curriculum Jogjakarta: Ircisod.
Development (ASCD). Satoto, Soediro. 1995. Stilistika. Surakarta: STSI
Kern, N. 2000. Criteria for Authentic Project- Press
Based Learning. Denver: RMC Reseach Soeratno, Siti Chamamah. 2011. Sastra Teori &
Corporation. Metode. Yogyakarta: Elmatera
Kusmana, Suherli. 2010. Pembelajaran Bahasa Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan,
Indonesia yang Cerdas dan Kreatif. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R
Ciamis: APBI Mandiri Press & D. Bandung: Alfabeta
Muryati, Sri. 2013. Jurnal Serat Acitya: Tinjauan Suyatno. 2014. Teknik Pembelajaran Bahasa dan
Hipotesis Sapir-Whorf dalam Ungkapan Sastra. Surabaya: SIC.
Serah-Terima Bahasa Jepang. Vol. 2, Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu
No. 2, Juli 2013 hlm. 124-125. Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta:
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Prestasi Pustaka Publisher
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP


39
Universitas Bale Bandung

Anda mungkin juga menyukai