BAB I
PENDAHULUAN
1. Identifikasi Permasalahan
Ditemukan masalahnya adalah masih rendahnya kualitas pembelajaran sastra Sunda terutam
dalam hal minat dan keberanian siswa dalam mengemukakan tanggapannya dalam pembelajaran sastra
Sunda. Indikatornya adalah hasil (prestasi) belajar siswa yang masih rendah atau kurang. Hal tersebut
disebabkan oleh rendahnya intensitas pemakaian bahasa Sunda di kelas. Strategi pembelajaran yang
diberikan oleh guru masih kurang efektif atau belum dapat meningkatkan gairah dan kerjasama di antara
siswanya. Sehingga permasalahan ini perlu segera diatasi.
Pelaksanaan pembelajaran ini dimulai dengan (1) mengkaji kurikulum dan literatur serta
informasi pendahuluan dari sumber data lapangan. (2a) langkah tersebut akan menghasilkan input untuk
penyusunan kriteria, skenario, dan penilaian pembelajaran sastra Sunda menggunakan RR. Di samping itu
teridentifikasi pula kinerja lapangan (2b). Langkah mengidentifikasi (3) membandingkan 2a) dan (2b).
Langkah ini akan menghasilkan kesenjangan, sehingga terungkap masalah ketercapaian hasil maksimum.
Langkah (4a) merujuk hasil kajian literatur (1) dan kriteria yang sudah dibentuk (2a) disusunlah alternatif
pemecahan masalah dan merancang bangun sistem pengembangan pembelajaran memahami konsep
membaca pemahaman dan berpikir dengan model RR (4a1). Hasil langkah (4al), yaitu rancang bangun
yang diimplementasikan di kelas (4a2). Hasil langkah (4a2) tersebut disempurnakan dalam seminar lokal
(4b) berupa uraian hasil lokakarya (4b) dalam revisi silabus dan Rencana Pembelajaran (skenario).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan strategi pembelajaran sastra Sunda dengan
menggunakan model RR, maka hasil setiap siklus dapat dideskripsikan seperti berikut ini:
DESKRIPSI HASIL SIKLUS I DAN SIKLUS II
a. Identifikasi Permasalahan
Masalah yang mengemuka adalah kurang atau rendahnya kualitas pembelajaran sastra Sunda,
terutama dalam minat dan keberanian siswa dalam mengemukakan tanggapan atas karya sastra yang
dibacanya. Hasil atau prestasi belajar siswa masih rendah.
Kualitas pembelajaran dan prestasi siswa yang masih rendah tersebut akibat dari gangguan
psikologis siswa itu sendiri. Rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan
ini adalah akan menerapkan strategi pembelajar model RR.
c. Pelaksanaan Tindakan
Di kelas RR guru menjelaskan melalui ceramah dan tanya jawab dasar-dasar prosedur inkuiri dan
strategi respons pembaca. Guru secara komprehensif menjelaskan pengertian hakikat sajak dan
kemungkinan masalah yang terdapat dalan sajak. Guru dengan cermat menguraikan prosedur inkuiri yang
terdiri dari lima fase dan strategi merespons yang terdiri dari kegiatan engaging (menyertakan),
describing (menjelaskan) atau problem solving (memecahkan masalah), conceiving (memahami),
explaining (menerangkan), connecting (mengaitkan), interpreting (menafsirkan), dan judging (menilai).
Siswa menyimak penjelasan dengan bersungguh-sungguh, dan kadang- kadang mereka bertanya.
Siswa terlihat tertarik oleh penjelasan guru dengan ditandai mereka mengajukan pertanyaan atau
mengemukakan pendapat. Sebagian besar siswa terlibat.
Sementara di kelas kontrol karena guru menggunakan teknik konvensional, maka dia tidak
menjelaskan tentang prosedur inkuiri dan strategi RR. Guru menjelaskan tentang prinsip-prinsip
pendekatan struktural.
Siswa lebih banyak menyimak penjelasan guru karena mereka belum menguasai teori. Siswa
menunggu pertanyaan guru, dan kadang-kadang ada yang bertanya, meskipun hanya satu dan dua orang.
2) Tindakan kedua; Mengkaji Unsur Hakikat (isi) Sajak dalam Kegiatan Kelompok
Di kelas RR dengan cermat dan bersungguh-sungguh guru mengajak siswa untuk melakukan
langkahlangkah strategi RR dan satu demi satu melalui prosedur inkuiri dalam mengkaji sajak "Dua”
“Néangan Bulan", dan "Tanah Sunda". Guru memberikan kebebasan merespon kepada siswa untuk
mengkaji tiga sajak Sunda dan masalah yang muncul dalam sajak sehingga terlihat stimulus dari guru
direspons oleh siswa melalui pernyataan-pernyataannya.
Sementara di kelas kontrol, guru mengajak siswa untuk mengkaji sajak dengan menggunakan
pendekatan struktural . Guru menggunakan teknik ceramah dan tanya jawab. Di kelas ini tidak terjadi
prosedur inkuiri dan strategi RR, karena guru tidak mengarahkan siswa untuk menggunakan pengkajian
seperti itu. Guru menjelaskan prinsip dan langkah mengkaji sajak dengan pendekatan struktural semiotik.
Siswa menyertakan pikirannya untuk mencari makna sajak. Siswa tidak banyak yang mengkaji,
karena kurang penguasaan cara pengkajian. Siswa lebih banyak berperan sebagai penyimak dalam
pengkajian sajak. Dalam memecahkan masalah yang timbul dalam mengkaji sajak siswa tidak
mengaitkan sajak dengan pengalaman masing-masing, karena mereka harus mengacu secara ketat pada
teks sajak atau data objektif yang dimiliki sajak.
Siswa yang mengikuti atau terlibat dalam kegiatan tidak terlalu banyak (sedikit) karena tidak ada
diskusi kelompok. Siswa mencari dan membahas konsep-konsep yang terdapat dalam sajak.
d. Analisis Tindakan
Di kelas RR guru meminta siswa secara bersungguh-sungguh untuk memecahkan masalah yang
mereka temukan dalam sajak setelah terlebih dahulu guru memberi stimulus contoh langkah-langkah
prosedur inkuiri untuk memecahkan masalah dan menggunakan strategi merespon masalah.
Sebagian besar siswa ikut terlibat dalam kegiatan kelompok untuk mencari pemecahan masalah
dalam sajak. Mereka tertarik untuk secara bebas memberikan respons terhadap masalah yang dibicarakan.
Sementara di kelas kontrol guru tidak menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah dengan
inkuiri, sehingga dia tidak meminta atau menganjurkan siswa untuk melandaskan pengkajiannya pada
teori itu. Siswa tidak menggunakan prosedur inkuiri dalam memecahkan masalah. Kajian sajak mereka
mengacu pada unsur objektif sajak tanpa menyertakan pengalamannya.
1) Merumuskan Hasil Kajian dan Menjelaskan Landasan Proses serta Teknil Kajiannya di Kelas
Di kelas RR guru melakukan tahap ini dengan memberikan stimulus berbentuk pertanyaan. Guru
menugasi siswa untuk merumuskan hasil kajian dan menjelaskan landasan dan teknik mereka dalam
mengkaji sajak dan memecahkan masalah. Siswa secara bergantian dan bersungguh-sungguh
mengemukakan rumusan hasil kajian hakikat sajak dan masalahnya, termasuk pula proses dan teknik
kajian mereka. Hasil kajian yang mereka rumuskan disusun berdasarkan hasil kajian misi yang mereka
lakukan dalam proses inkuiri di diskusi kelas maupun kelompok.
Siswa secara bergantian dan bersungguh-sungguh merumuskan kembali hasil kajian hakikat
sajak, masalah dalam sajak dan proses serta teknik kajiannya. Sementara di kelas kontrol guru tidak
menugasi manasiswa untuk merumuskan kembali secara lisan hasil kajian mereka. Guru tidak meminta
siswa untuk menjelaskan secara rinci tentang teknik pengkajian mereka. Siswa tidak melakukan kegiatan
ini karena mereka tidak ditugasi untuk melaksanakan kegiatan ini.
Di kelas RR guru secara jelas meminta pendapat siswa tentang hal yang harus dilakukan untuk
mengoptimalkan strategi merespons dan prosedur inkuiri yang sudah mereka gunakan dalam mengkaji
sajak. Guru melakukan penyimpulan penguatan langkah mengkaji sajak setelah menyimak pendapat
siswa tentang penguatan hasil dan langkah tersebut. Siswa secara bersungguh-sungguh memberikan
pendapat mereka tentang hasil pengkajian sajak dan pengayaan langkah- angkah mengkaji sajak. Pada
tahap ini terlihat siswa sangat bersungguh-sungguh mengajukan saran dan pendapatnya tentang hasil dan
teknik pengkajian sajak.
Sementara di kelas kontrol guru tidak meminta siswa melakukan langkah ini, meskipun kontrol
menggunakan tahap penguatan dan pengayaan langkah-langkah lan hasil kajian yang bersumber dari
siswa atau guru. Terlihat guru hanya membahas lagi hasil pengkajian siswa.
Siswa tidak melaksanakan tahap ini karena guru tidak meminta mereka untuk mengerjakan
kegiatan ini. Siswa menyimak penjelasaan guru tentang hasil pengkajian mereka.
3) Kondisi
Di kelas eksperimen (RR) terlihat kondisi proses belajar mengajar sebagai berikut.
1) Receptivity: Guru dan siswa terlihat menerima perbedaan pendapat di antara mereka, meskipun masih
terlihat satu orang yang mempertahankan diri pada pendapatnya. Sebagian besar siswa terlihat menyimak
pendapat orang lain dengan tekun.
2) Tentativeness: Siswa dalam kualitas dan kuantitas yang tinggi mengekspresikan respons berdasarkan
pengalaman yang berbeda. Sejumlah besar siswa menjelaskan landasan pengalamannya sebagai dasar
kajian.
3) Rigor: Mula-mula beberapa orang mengemukakan respons mereka terhadap sajak yang dibacanya, lalu
berkembang menjadi lebih banyak lagi siswa yang merespons. Perkembangan ini disebabkan oleh
kegiatan kelompok yang sangat tinggi dalam diskusi (kerja sama) memecahkan masalah yang menjadi
bagian dan prosedur inkuiri dan strategi RR. Siswa terlihat mempunya kepercayaan diri dalam
mengemukakan responsnya.
4) Cooperation: Kerja sama siswa sangat tinggi karena guru menugasi mereka untuk diskusi kelompok.
Mereka saling menunjang dalam memecahkan masalah sajak, terutama pada saat diskusi kelompok.
5) Suitable Literature: Prosedur pemilihan bahan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan guru. Bahan
dipilih oleh seluruh siswa peserta didik dengan tiga orang guru. .Langkah pertama guru memilih sejumlah
besar sajak dari berbagai angkatan dan persoalan. Selanjutnya siswa memilih beberapa sajak, dan dari
sajak-sajak itu guru memilih empat buah sajak sebagai bahan ajar dalam eksperimen.
Sementara di kelas kontrol terlihat kondisi proses belajar mengajar sebagai berikut ini.
1) Receptivity: Guru dan siswa berorientasi pada teks sajak sehingga keanekaragaman respons dan
persepsi tidak berkembang. Respons pembaca tidak dikembangkan, karena siswa harus menghasilkan
kajian yang objektif berdasarkan teks.
2) Tentativeness: Siswa terlihat memberikan respons yang berbeda, tetapi sangat terbatas karena mereka
harus mengacu pada teks sajak dan bukan pada pengalamannya pada saat mereka merespons. Kondisi
keanekaragaman yang menjadi ciri kekayaan kajian sajak, di kelas kontrol ini tidak bisa berkembang
karena model yang digunakan memiliki prinsip membatasi kemungkinan perbedaan penafsiran pembaca
pada saat membaca sajak.
3) Rigor: Hanya beberapa siswa yang mengeluarkan pendapatnya secara langsung di kelas. Kondisi ini
tidak berkembang menjadi lebih banyak lagi siswa yang merespons, karena perkembangan ini harus
disebabkan antara lain oleh kegiatan kelompok dalam diskusi kajian sajak. Karena kelas kontrol tidak
mempunyai langkah diskusi kelompok, maka kondisi rigor tidak bisa secara maksimal di kembangkan di
kelas.
4) Cooperation : Manasiswa tidak terkondisi untuK bekerja sama atau saling menunjang dalam diskusi di
kelas kontrol.
5) Suitable Literature: Prosedur pemilihan bahan sama dengan yang ditempuh oleh kelas eksperimen
(RR).
1) Prinsip-prinsip
Di kelas RR teramati penggunaan prinsip-prinsip proses belajar mengajar sebagai berikut ini.
1) Selection: Guru telah menciptakan proses belajar yang menarik hati siswa karena mereka diberi
kebebasan untuk merespons sesuai dengan pengalamannya dan mereka telah diberi kesempatan yang luas
untuk merespons karena ada fase diskusi kelompok dan diskusi kelas. Prinsip ini dapat ditemukan pada
kelas eksperimer RR yang berarti kelas eksperimen melaksanakan prinsip ini dalam proses belajar
mengajarnya.
2) Responses and Questions : Guru telah mengarahkan diskusi kelas dan diskusi kelompok agar siswa
memiliki kebebasan untuk merespons yang disesuaikan dengan pengalaman mereka. Siswa terlihat
melakukan kegiatan mengajukan pertanyaan dan merespons dalam frekuensi yang tinggi.
3) Atmosphere : Guru mengembangkan suasana kerja sama dan bukan persaingan dalam diskusi kelas
maupun diskusi kelompok. Di kelas eksperimen (RR) ini siswa terlihat bersungguh-sungguh memberikan
respons pada teks sajak yang dibacanya.
4) Forms of responses : Guru telah membenkan kebebasan kepada siswa untuk merespons yang
disesuaikan dengan pengalaman emosi mereka. Kadang-kadang terlihat respons siswa saling berbenturan.
Tetapi melalui diskusi kelas dan diskusi kelompok, persoalan perbedaan respons tersebut tidak menonjol.
B. ANALISIS DATA
Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan hasil penskoran, data tes awal (prates) dan tes akhir
(postes) siswa kelas 2 (XI) IPA 3 SMA Pasundan 2 hasil belajar dengan menggunakan model RR dapat
dilihat pada tabel 4.1
Rata-rata kemampuan awal (prates) siswa dalam mengkajii sajak sebelum perlakuan model RR
adalah 52,13. Artinya, berdasarkan kriteria kemampuan awalnya tergolong kurang.
Rata-rata kemampuan akhir setelah perlakuan MMRP adalah 72,25. Hal ini menunjukkan
kemampuan mengkaji sajak yang cukup baik.
Rata-rata kemampuan siswa dalam mengkaji sajak "Du’a" adalah 71,86. Artinya, kemampuan
siswa dalam mengkaji sajak "Du’a" tergolong cukup baik.
Rata-rata kemampuan siswa dalam mengkaji sajak “Néangan Bulan” adalah 69,28. Artinya,
kemampuan siswa dalam mengkaji puisi tersebut tergolong sedang.
Rata-rata kemampuan siswa dalam mengkaji sajak “Tanah Sunda” adalah 70,76. Artinya,
kemampuan siswa dalam mengkaji sajak tersebut tergolong cukup baik.
Alat pengumpul data variabel ini sama dengan alat pengumpul data model mengajar RR.
Berdasarkan hasil penskoran, data kemampuan tes awal (prates) dan kemampuan akhir (postes) siswa
kelas 2 (XI) IPA 4 SMA Pasundan 2 dalam mengkaji sajak dengan metode struktural dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut ini
Rata-rata kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa dalam mengkaji sajak sebelum dan
sesudah perlakuan metode struktural adalah sebagai berikut.
Rata-rata kemampuan awal siswa dalam mengkaji sajak kelompok kontrol adalah 49,83. Artinya,
kemampuan awal siswa dalam mengkaji sajak tergolong kurang.
Rata-rata kemampuan akhir siswa dalam mengkaji sajak setelah perlakuan metode Struktural
adalah 56,25. Artinya, kemampuan siswa dalam mengkaji sajak kelompok kontrol tergolong sedang.
Rata-rata kemampuan siswa dalam mengkaji sajak “Du’a” kelompok kontrol adalah 51,86.
Artinya, kemampuan siswa dalam mengkaji sajak tersebut tergolong sedang.
Rata-rata kemampuan siswa dalam mengkaji sajak “Néangan Bulan” kelompok kontrol adalah
53,12. Artinya, kemampuan siswa dalam mengkaji pui tersebut tergolong sedang.
Rata-rata kemampuan siswa dalam mengkaji sajak “Tanah Sunda” adalah 60,76. Artinya
kemampuan siswa dalam mengkaji pui tersebut tergolong cukup baik
C. PEMBAHASAN
a.Hasil observasi
Kualitas proses belajar mengajar kajian sajak di kelas eksperimen dengan model RR baik sekali
karena telah sesuai dengan kondisi pendekatan RR, prinsip-prinsip pendekatan RR, dan strategi
pendekatan RR. Seperti yang dikemukakan oleh Rice dan Waugh (1989:75), yaitu pendekatan RR
nenitikberatkan atau memfokuskan perhatian pada apa yang dibaca dan ada pula yang memfokuskan
perhatian pada ihwal pembacanya. Hal lain yang menunjukkan bahwa model ini dianggap berkualitas
dilihat dari kondisi proses belajar mengajarnya, yaitu guru dan siswa terlihat menerima perbedaan dan
persamaan hasil temuan kajian sajak. Artinya, kelas eksperimen menunjukkan sudah memenuhi tataran
kondisi receptivity. Sikap seperti ini menunjukkai kedewasaan berpikir dalam sikap keilmuan yang cukup
kondusif untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar kajian sajak. Pada tahapan tentativeness,
siswa kelas eksperimen mengekpresikan respon hasil kajian sajak berdasarkan pengalamannya dalam
menggeluti teks sajak baik secara kualitas maupun kuantitas.
Kondisi yang berbentuk rigor telah terpenuhi, karena di kelas eksperimen sebagian siswa
mengawali kegiatannya dengan mengemukakan respons terhadap sajak yang dibaca, kemudian
berkembang menjadi lebih banyak lagi siswa yang merespons. Pengembangan kegiatan merespons ini
disebabkan oleh terjadinya kegiatan kelompok yang kondusif dalam diskusi. Dengan cara demikian,
siswa memiliki perkembangan kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapatnya dalam kajian sajak.
Kerjasama (cooperation) siswa kelompok eksperimen sangat tinggi karena guru selalu membimbing dan
menjadi moderator dalam diskusi kelompok. Kegiatan ini sangat menunjang untuk memecahkan masalah
yang dihadapi siswa dalam mengkaji sajak. Berarti mereka telah memenuhi kondisi dalam hal "it must
achieve a level of trust tha will allow discussions of response" (Probst, 1988:26). Prosedur pemilihan
bahan (suitable literature) kajian sajak di kelas eksperimen disesuaikan dengan kebutuhan dan minat
siswa. Bahan (sajak) yang diberikan dipilih oleh guru kelas eksperimen dan guru kelas kontrol. Dari
semua bahan (sajak) yang telah dipilih itu kemudian dipilih lagi oleh seluruh siswa. Setelah itu, sajak
tersebut dikembalikan kepada guru untuk dipilih kembali, dan pada akhirnya bahan (sajak) tersebut
ditentukan oleh peneliti sendiri. Berarti kelas eksperimen (RR) ini telah memenuhi "worthy of reflection"
dalam hal pemilihan bahan.
Kualitas proses belajar mengajar kajian sajak dengan model RR sudah memenuhi prinsip-prinsip
RR. Prinsip selection terpenuhi dengan cara guru dan siswa menciptakan suasana proses belajar mengajar
yang menarik karena siswa diberi kebebasan dan diberi kesempatan yang luas untuk merespons karya
sajak. Kegiatan siswa ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh M.H. Abrams (1981:149), bahwa
sebuah teks (sajak ditentukan oleh "produksi" atau "kreasi" pembacanya, dengan demikian tak ada satu
makna dari suatu sajak dianggap tepat, baik bagian linguistiknya maupun keseluruhan aspek artistik dari
sebuah sajak. Louise M. Rossenblatt (1976:25 menggunakan istilah "transaksi" bukan "respons", yang
artinya bahwa siswa (pembaca) akan melihat adanya berbagai makna dalam suatu sajak atau karya sastra
lainnya. Dengan demikian, kelas eksperimen ini telah memenuhi prinsip selection. Dalam hal prinsip
yang kedua, yaitu responses and questions, kelas eksperimen (RR) telah menjalankannya dengan baik,
karena guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi kelas dan diskusi
kelompok. Tujuan melaksanakan diskusi kelas dan diskusi kelompok ini ialah agar siswa memiliki
kebebasan untuk merespon berdasarkan pengalaman mereka. Data tentang kualitas response and
questions di kelas eksperimen (RR) ini telah sesuai dengan teori atau prinsip yang mensyaratkan
pelaksanaan prinsip ini dalam proses belajar mengajar kajian sajak yang menggunakan pendekatan RR.
Selanjutnya, kelas eksperimen (RR) telah melakukan kegiatan proses belajar mengajarnya
berdasarkan prinsip yang ketiga, yaitu atmosphere. Kelas eksperimen dikembangkan oleh guru dalam
suasana kerja sama, bukan persaingan, sehingga siswa terlihat bersungguh-sungguh memberikan respons
terhadap sajak yang dibacanya. Hasil penelitian ini ditunjang oleh dua hasil penelitian sebelumnya dari
Norman Holland (Cooper, 1985:274) yang masing-masing menyimpulkan sebagai berikut: “seorang
pembaca menyikapi teks sastra untuk memperoleh kesempatan berfantasi dan mentransformasikan teks
itu menjadi sesuatu yang bermakna melalui strategi egonya, yang konsisten dengan identitas tema dan
pribadinya". Selanjutnya kesimpulan lainnya menyatakan bahwa, "pembaca yang memperoleh tingkat
kenikmatan yang tinggi dari membaca, cenderung untuk menciptakan variasi tingkatan bacaannya dengan
maksud memperoleh peluang memasuki dunia suasana teks: selama dia membaca".
Prinsip terakhir yang harus digunakan dalam kelas pengkajian sajak ialah form of responses. Di
kelas eksperimen (RR) terlihat guru telah memberikan kebebasan kepada siswa untuk merespons, yang
disesuaikan dengan pengalaman emosi mereka. Kadang-kadang terlihat respons siswa saling berbenturan,
tetapi melalui diskusi kelas dan diskusi kelompok, persoalan perbedaan respons tersebut tidak menonjol.
Prinsip ‘form of responses’ itu harus disesuaikan dengan pengalaman emosi mereka Dengan demikian,
data penelitian yang diperoleh telah sesuai dengan prinsip yang diisyaratkan, yaitu harus ada dalam
sebuah proses belajar mengajar melalui pendekatan RR.
Pelaksanaan fase kedua ini berarti telah menunjang penciptaan kondisi dan penerapan prinsip
proses belajar mengajar yang menggunakan RR. Artinya, dari sudut pandang teoretis, fase kedua ini telah
mengukuhkan kualitas proses belajar mengajar. Dari sudut penunjang empirik menyatakan bahwa
seorang guru yang mendorong siswanya untuk berbagi ide telah meningkatkan kualitas respons mereka
terhadap sajak. Sementara, fase ketiga memperlihatkan bahwa guru meminta siswa, dan siswa secara
bersungguhsungguh memecahkan masalah dalam sajak melalui prosedur inkuiry dan menggunakan
strategi merespons untuk mengkaji hakikat sajak secar berkelompok. Fase ketiga yang telah dilakukan
oleh guru dan siswa di kelas eksperimen ini ternyata menghasilkan kesipulan penelitian bahawa model
mengajar RR efektif digunakan untuk pembelajaran kajian sajak di kelas 2 SMA Pasundan 2 Bandung.
Pada fase keempat, guru menugasi siswa untuk merumuskan hasil kajian dan menjelaskan landasan dan
teknik mereka dalam mengkaji sajak dan memecahkan masalah. Siswa secara bergantian dan bersungguh-
sungguh mengemukakan rumusan hasil kajian hakikat sajak dan masalahnya, termasuk pula proses dan
teknik kajian mereka. Hasil kajian yang mereka rumuskan disusun berdasarkan hasil kajian sajak yang
mereka lakukan dalam proses inkuiri diskusi kelas maupun kelompok. Secara teoretis langkah ini sangat
menunjang proses inkuiri, karena bertujuan untuk melatih siswa berpikir secara induktif dan secara
simultan menjadi kegiatan reinforcement atau pengayaan terhadap perolehan materi dar proses yang telah
dilakukan. Di samping itu, pelaksanaan fase keempat ini sangat tepat dilakukan, karena berdasarkan hasil
penelitian ternyata dalam fase ini akan dapat diketahui kemampuan pemahaman dan hasil belajar siswa,
yaitu "partisipasi dalam kelompok diskusi mempengaruhi dan meningkatkan kualitas RR, dan respons
serta pertanyaan orang lain dalam kelompok menjadi stimulus terhadap respons tambahan". Dan akhirnya
fase kelima, berisi kegiatan guru meminta pendapat siswa untuk mengoptimalkan strategi RR dan
prosedur inkuiri yang sudah mereka gunakan dalam mengkaji sajak. Pada tahap ini guru melakukan
penyimpulan penguatan langkah-langkah mengkaji sajak setelah menyimak pendapat siswa tentang
penguatan hasil dan langkah-langkah tersebut Sementara, terlihat siswa secara bersungguh-sungguh
memberikan pendapat mereka tentang hasil pengkajian dan pengayaan langkah-langkah mengkaji sajak
Secara teoretis penugasan guru kepada siswa untuk mengoptimalkan strategi merespons dengan cara
mempertanyakannya kepada siswa merupakan langkah yang tepat.
Secara khusus, pada fase kedua dan ketiga dilakukan kegiatan mengkaji sajak, yaitu sajak
"Du’a", "Neangan Bulan", dan "Tanah Sunda". Pengkajian sajak itu dilakukan dengan menggunakan
strategi merespons, yaitu engaging (menyertakan), describing (menjelaskan), atau problem solving
(memecahkan masalah), conceiving (memahami), explaining (menerangkan), connecting (mengaitkan),
interpreting (menafsirkan), dan judging (menilai). Seluruh jenis kegiatan strategi merespons ini telah
dilaksanakan dengan bersungguhsungguh oleh para siswa pada fase kedua dan ketiga tahapan inkuiri.
Apabila kelas eksperimen (RR) ini telah melaksanakan strategi merspons seperti yang telah disebutkan di
atas, maka berarti proses belajar mengajarnya telah sesuai dengan landasan teori kegiatan strategi
merespons itu sebagaimana dikemukakan oleh Richard W. Beach dan James D. Marshall (1991:382),
yang masing-masing sebagai berikut: 1) engaging (menyertakan), bahwa pembaca selalu menyertakan
perasaannya pada saat dia menjelaskan reaksi emosionalnya terhadap teks sastra; 2) describing (merinci),
bahwa pembaca merinci teks sastra pada saat mereka menyatakan kembali atau mereproduksi informasi
yang disajikan kata demi kata dalam teks itu; 3) conceiving (memahami), bahwa ketika pembaca
memahami karakter, latar, dan bahasa, mereka bergerak dibalik informasi untuk membuat perayataan
tentang maknanya; 4) explaining (menerangkan), bahwa meskipun pembaca sudah membentuk konsep
respons tentang masalah tertentu dalam sajak, tetapi pembaca harus menerangkannya; 5) connecting
(menghubungkan), bahwa ketika pembaca menghubungkan pengalaman mereka dengan isi teks sastra,
pada saat itulah interaksi antara pembaca dengan teks semakin jelas; 6) interpreting (menafsirkan), bahwa
ketika pembaca menafsirkan teks sastra, mereka menggunakan reaksi, deskripsi, konsepsi, dan koneksi
yang mereka bentuk untuk mengartikulasikan tema atau keseluruhan teks; 7) judging (menilai), bahwa
ketika pembaca membuat jarak dengan teks sastra, bagaimanapun pembaca dapat berbuat lebih banyak
daripada hanya menyusun interpretasi. Pembaca membuat penilaian tentang kualitas sastra dari teks itu
secara keseluruhan.
Hasil belajar yang dicapai oleh para siswa kelompok eksperimen RR dan kualitas proses
belajar mengajarnya terayata dapat dijadikan dasar untuk menyimpulkan kemungkinan bahwa RR efektif
dalam mengajarkan pengkajian sajak di SMA. Faktor lain yang dapat memperkuat simpulan itu ialah hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli tentang strategi merespons tersebut, yaitu dalam hal: 1)
engaging, (a) bahwa pernyataan emosi pembaca dipengaruhi oleh emosi isi teks sastra yang dibacanya;
(b) bahwa pembaca yang mempunyai sikap positif terhadap teks sastra menunjukkan tingkat
keikutsertaan emosi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mempunyai sikap negatif; dan
(c) bahwa tingkat ketertarikan seorang pembaca terhadap sebuah teks sastra mempunyai hubungan
dengan kecenderungan mereka untuk menerapkan emosi dan daya intelektualnya pada saat membaca teks
sastra itu; 2) conceiving, (a) bahwa pembaca memberikan tanggapan atau respons tertentu untuk
memahami sajak; (b) bahwa respons pribadi pembaca dibentuk dari pengalaman dunia nyata; 3)
connecting, bahwa pembaca dalam persentase yang tinggi menghubungkan teks sastra yang dibacanya
dengan pengalaman, teks lainnya, ciri-ciri jenis sastra dan sikap pribadi mereka. Pembaca yang lebih
mampu mengelaborasi pengalaman mereka juga akan lebih mampu menjelaskan butir-butir pengalaman
itu, dan konsekuensinya akan lebih baik dalam menginterpretasi teks; 4) describing atau problem solving,
(a) bahwa pembaca yang sudah belajar tentang cara bertanya dalam menghadapi teks sastra ternyata lebih
mampu memahami cerita dibandingkan dengan pembaca yang tidak pernah belajar tentang cara bertanya
dalam menghadapi teks sastra; (b) bahwa ketika pembaca mampu mengartikulasikan kesulitan dalam
memahami teks, mereka lebih mampu membuat strategi pemecahan masalah terhadap kesulitan yang
dihadapinya itu; 5) explaining, bahwa sikap terhadap kegiata membaca atau informasi tentang perilaku
karakter, keyakinan, dan hubungan antarkarakter melibatkan kemampuan pembaca dalam menjelaskan
perilak karakter itu; 6) interpreting, (a) bahwa siswa yang lebih menaruh perhatian pada sastra di sekolah
dan di rumah, mempunyai kecenderungan mampu mengintepretasi hal tersebut (b) bahwa interpretasi
pembaca terhadap karya sastra dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam hal membaca karya sastra;
dan 7) judging, (a) bahwa kajian (penilaian) tingkatan estetik siswa berkorelasi dengan tingkatan
kedewasaan kognitif mereka; dan (b) bahwa siswa sekolah menengah yang sangat menyukai sastra
mempunyai kecenderungan lebih menyenangi merespons secara kritis terhadap teks sastra dibandingkan
dengan siswa yang rendah taraf kesenangannya terhadap sastra.
Dengan demikian, berdasarkan tinjauan teoretis, empiris, dan logis, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa hasil observasi terhadap sintaksis kegiatan di kelas eksperimen (RR) menunjukkan
bahwa kualitas proses selajar mengajaraya baik dan sesuai dengan kondisi, prinsip, dan strategi
pendekatan RR.
b. Menurut Siswa
Kualitas proses belajar mengajar pengkajian sajak kelompok eksperimen (RR) selain diukur
dengan teknik observasi, diukur pula oleh angket yang meliputi persoalan tujuan pembelajaran, bahan
pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-masing komponen pembelajaran itu
berdasarkan opini siswa.
Dalam hal metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran pengkajian sajak, siswa
kelompok eksperimen (RR) beranggapan metode yang digunakan sudah tepat (78,72%), dengan metode
pembelajaran itu guru memberikan motivasi kepada siswa (74,47%), guru telah menjelaskan pendekatan
dalam mengkaji sajak dengan baik (74,47%), metode yang digunakan guru menarik perhatian siswa
(87,235), guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk merespons (100%), dan metode yang
digunakan beragam (48,94%). Dari sudut pandang tanggapan siswa terhadap penggunaan metode sudah
tepat sekali, karena karakteristik dari model RR ialah guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk
merespons. Sementara tanggapan siswa terhadap penggunaan metode mencapai 100% yang menyatakan
guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk merespons. Ternyata hal itu sejalan dengan pendapat
siswa tentang keragaman metode yang digunakan di kelas RR hanya mencapai 48,94%. Kenyataan ini
berarti guru telah menggunakan pendekatan RR dengan baik (100%), penggunaan metode menarik
perhatian siswa (87,23%), dan penggunaan metode mampu memberikan motivasi kepada siswa (74,47%).
Dalam hal pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh kelompok eksperimen RR siswa
berpendapat bahwa guru menjelaskan terlebih dahulu berbagai pendekatan dalam pembelajaran
pengkajian sajak (74,47%), siswa menerima penjelasan beragam pendekatan (82,97%). Siswa memilih
pendekatan RR (17,02%), dan pendekatan struktural (17,02%) sebagai peringkat pertama di antara
delapan alternatif pilihan pendekatan. Pendapat siswa menunjukkan bahwa guru telah menggunakan
pendekatan pembelajaran pengkajian sajak dengan efektif (78,73%), dari pendekatan pembelajaran telah
sesuai dengan bahan pembelajaran yang diberikan (93,61%). Hasil pengolahan data tentang pendekatan
yang digunakan oleh kelompok eksperimen (RR) di atas adalah hasil penerapan dari kondisi prinsip, dan
strategi merespons, serta konsep RR yang didasari oleh Inquiry Training Model dari Richard Suchman.
Sintaksis RR merinci secara sistematis langkah-langkah kegiatannya, sehingga opini siswa memilih
pendekatan RR sebagai pilihan peringkat pertama di antara pendekatan-pendekatan lainnya dalam
pembelajaran pengkajian sajak.
Hasil pengolahan data tentang komponen evaluasi dalam proses belajar mengajar
kelompok eksperimen (RR) yang menarik dibahas ialah tentang pendapat siswa bahwa pemilihan jenis
evaluasi yang digunakan guru sudah tepat (57,44%), guru sudah menggunakan evaluasi yang beragam
(40,42%), jenis dan bentuk evaluasi yang digunakan sudah menarik (53,20%), jenis evaluasi yang
digunakan berkualitas baik (78,73%), dan guru sering melakukan evaluasi (93,62%). Kriteria penyusunan
materi evaluasi dilakukan berdasarkan kategori Moody, yang terdiri dari tingkat informasi, tingkat
perspektif, tingkat konsep, dan tingkat apresiasi, serta taksonomi kognitif Bloom, yang terdiri dari jenjang
ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
Berdasarkan pembahasan tentang data angket opini siswa, maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas proses belajar mengajar pengkajian sajak di kelompok eksperimen (RR) cukup baik, yang
diketahui berdasarkan kriteria komponennya, yaitu tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
c. Menurut Guru
Kualitas proses belajar mengajar kajian sajak kelompok eksperimen (RR) yang diukur
melalui angket, menyerap pula tanggapan dari guru terhadap pelaksanaan RR. Kriteria pengukuran
kualitas proses belajar mengajarnya meliputi komponen tujuan, bahan, metode, media, pendekatan, dan
evaluasi pembelajaran.
Dalam hal tujuan pembelajaran, opini guru mengarah kepada pendapat bahwa, 1) guru
perlu mengetahui tujuan pembelajaran pengkajian sajak dan menjelaskannya kepada siswa; 2) guru
meyakini tujuan pembelajaran pengkajian sajak telah sesuai dengan bahan, metode, media dan
evaluasinya Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru beranggapan kualitas proses belajar mengajar
RR telah mencapai kategori baik. Selanjutnya, guru kelompok eksperimen (RR) berpendapat bahwa
pembelajaran pengkajian sajak Sunda 1) sudah sesuai dengan kebutuhan siswa karena bahan itu
disesuaikai dengan latar belakang budaya, paedagogi, dan bahasa siswa; 2) sudah memenuhi kriteria
keluasan bahan karena bahan itu diambil dari teori dan jenis sajak yang beragam; 3) sudah memenuhi
keanekaragaman (kelengkapan) bahan karena bahan itu bersumber pada berbagai jenis sajak; dan 4)
sudah memenuhi kriteria kedalaman atau tingkat kesulitan bahan karena bahan itu sudah diurutkan dari
yang mudah hingga sukar atau dari yang konkret hingga abstrak. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa guru beranggapan tentang bahan pembelajaran di kelompok eksperimen (RR) kualitasnya baik
karena telah memenuhi berbagai kriteria pemilihan bahan.
Sementara itu, dalam hal metode kelompok eksperimen (RR), peneliti berpendapat bahwa
1) guru sudah menggunakan metode dengan tepat sesuai dengan RR yang menitikberatkan perhatian pada
pendekatan RR; 2) guru melihat bahwa siswa termotivasi untuk belajar karena mereka diajak untuk
mengembangkan bahan yang sesuai dengan imajinasi dan pengalaman mereka; 3) guru telah merangsang
minat siswa untuk merespons sajak sesuai dengan pengalaman realistis dan imajinatif; 4) guru
memberikan kebebasan kepada siswa untuk merespons; 5) guru melihat bahwa siswa dalam kuantitas
yang tinggi 35 merespons sajak sesuai dengan pengalamannya; dan 6) guru menilai kualitas interaksi
antarsiswa dan siswa dengan guru sangat tinggi atau multiarah. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam pandangan guru, metode pembelajaran di kelompok eksperimen (RR) baik
sekali karena sesuai dengan prinsipprinsip kondisi, dan strategi RR.
Dalam hal penggunaan media di kelompok eksperimen (RR) guru berpendapat bahwa 1)
guru menyetujui untuk menggunakan berbagai ragam media pembelajaran dalam pengkajian sajak karena
hal itu akan meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran; 2) guru menggunakan tape recorder dalan
pembelajaran pengkajian sajak. Dari pendapat guru di atas, dapat dikatakan bahwa media yang digunakan
di kelompok eksperimen (RR) belum beragam dan belum maksimal penggunaannya karena berbagai
kendala yang dihadapi guru.
Selanjutnya, dalam hal pendekatan, guru kelompok eksperimen (RR) berpendapat bahawa,
1) siswa perlu mengetahui peta umum pendekatan mengkaji sajak; 2) guru menjelaskan berbagai
pendekatan, seperti RR, mimetik., semantik, psikoanalisis, struktural semiotik, dekonstruksi; dan 5) guru
memilih pendekatan RR karena model ini menarik perhatiannya dengan alasan model ini memadukan
pengalaman pembaca dengan teks sajaknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam hal
pendekatan, guru berpendapat kelas eksperimen ini telah sesuai dengan kebutuhan siswa dan telah
menjalankan pendekatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip. kondisi, dan strategi RR.
Komponen terakhir dari proses belajar mengajar ialah evaluasi. Pendapat guru mengenai
tahap evaluasi di kelompok eksperimen (RR) ialah 1) evaluasi yang dilakukan terhadap siswa di kelas ini
sangat menarik karena, selain digunakan tes tertulis digunakan pula observasi; 2) evaluasi hasil belajar
cukup baik, karena sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa guru berpendapat tentang evaluasi dalam proses belajar mengajar di kelas
eksperimen (RR) cukup baik. Berarti pula secara keseluruhan, apabila ditinjau dari komponen tujuan,
bahan, metode, media, pendekatan, dan evaluasi, guru berpendapat kelompok eksperimen (RR) telah
dapat dimasukkan kedalam kategori baik karena telah sesui dengan kebutuhan siswa dan sesuai pula
dengan prinsip-prinsip, kondisi, dan strategi RR.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini telah mencapai tujuannya yaitu untuk mengungkap
pengaruh penggunaan strategi pembelajaran melalui model Reader Respons (RR). Berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I di kelas eksperimen dengan menggunakan model RR
ditemukan bahwa kualitas kinerja siswa dalam pengkajian sajak Sunda menunjukan antusiasme yang
tinggi dan kemajuan dibandingkan dengan kelas kontrol.
b. Kelas eksperimen yang menggunakan model mengajar Reader Respons (RR) menunjukan kemajuan
dalam prestasi belajar dari hasil awal 52,13 menjadi 72, 25 bila dibandingkan dengan kelas kontrol yang
menggunakan model Struktural dari hasil awal 49,83 menjadi 56,25.
c. Dengan diberi kebebasan untuk memilih dan mencari konsep merupakan angin segar bagi siswa. Siswa
diberi kebebasan untuk mencari berbagai konsep, kemudian mendiskusikannya, dan akhirnya memilih
sendiri konsep yang betul-betul sesuai dengan kehendak individu dan kelompok.
d. Berdasarkan hasil evaluasi siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, ada beberapa
hal yang perlu dikolaborasikan dan direfleksi untuk perbaikan rancang bangun atau penyususnan skenario
kegiatan belajar mengajar siklus II. Hal-hal yang perlu diperbaiki adalah kinerja guru yang memberikan
penjelasan (materi) yang terlalu cepat, terlalu serius, sesekali harus diselingi oleh humor.
e. Berdasarkan hasil refleksi, dalam penerapan pembelajaran Reader Respons dalam pembelajaran sastra
Sunda perlu dikembangkan sesuai dengan urutan strategi model pengkajiannya, yakni (a) engaging
(menyertakan); (b) describing (merinci) atau problem solving (memecahkan masalah); (c) conceiving
(memahami); (d) explaining (menerangkan); (e) connecting (menghubungkan); (f) interpreting
(menafsirkan) dan (g) judging (menilai).
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat direkomendasikan beberapa hal:
1) Para guru bahasa (Sunda) dalam pengajaran sastra agar melengkapinya dengan model RR karena
dengan melalui model ini siswa jadi subjek didik yang kreatif, ada keberanian untuk memberikan
tanggapan (baik pertanyaan maupun komentar) serta tumbuhnya sikap demokratis.
2) Model RR ini dapat digunakan lebih efektif dalam pengkajian sajak, apabila prinsipprinsip, kondisi dan
strategi respons pembaca diberikan dan dilaksanakan.
3) Model RR ini dapat digunakan lebih efektif dalam pembelajaran sastra secara umum apabila pemilihan
bahan ajarnya melalui kolaborasi antara guru dan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, MH. 1981. A. Glosary of Literary Termss (4th edition). New York:Holt Rinehart and
Winston
Beach R.W & Marshall, J.D. 1991. Teaching Literature in the Secondary School. Orlando.
Harcourt Brace Javanovich, Inc.
Beach, R. 1993. A Teacher’s Introduction to Reader Respons Theories. Urbana: The National
Council of Teacher of English.
Cooper,C (ed). 1985. Researching Respons to Literature and the Teaching of Literature: New
Jersey:Alex Publisher
Davis, RC. 1986. Contemporary Literary Criticism: Modernism Trough Post-Structuralism. New
York: Longman Eagleton, T. 1987. Literary Theory: An Introduction. Minneapolis. University of
Minneapolis
Huck, C.S. (et al). 1989. Children Literature in The Elementry School (4th edition). New York:
Harcourt Brace Javanovich, Inc.
Iskandarwassid. 2004. Tiga Pilar Pengajaran Sastra. (Pidato pengukuhan Guru Besar UPI, 12
Oktober 2004). Depdiknas Universitas Pendidikan Indonesia.
Joyce, B. dan M. Weil. (1980). Model of Teaching. New Jersey: Pretice Hall, Inc.
Keesey, D. 1994. Contexts for Criticism. California: Mayfield Publishing Company.
Kemmis, Stephen dan Robin McTaggart (1988) The Action Research Planner. Victoria: Deakin
University Press. Loban dkk. Walter. 1969. Teaching Language and Literature. New York:
Harcourt Brace Jovanovich Inc.
Logan dkk., Lillian M. 1972. Creative Communication: Teaching The Language Arts. Toronto:
Mc Graw-Hill Ryerson
Mulyono, Yoyo,. 2000. Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam Pengajaran
pengkajian Puisi. (Desertasi). Bandung: PPS UPI
Phenix,P.H. 1964. Realms of Meaning:A Philosophy of the Curriculum for General Education.
New York:Mc Graw Hill Book Company.
Probst, R.E. (1988). Respons and Analysis, Teaching Literature in Junior and Senior High
School. Portsmouth:Boynton/Cook Publisher
Rahmanto, B. 1992. Metode Pengajaran Sastra. Jogjakarta: Kanisius
Rice, P. & Waugh, P (ed). 1989. Modern Theory: A Reader. London: Edward Arnold
Rossenblatt, ML. 1983. Literature as Exploration (third edition). New York: The Modern
language Association of America
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.
Selden, R. 1986. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory (reprinted): Sussex:The
Harvester Press
Teeuw, A. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.
Teew, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Tim Broad Base Education. 2000. Materi Ajar/Konsep Life Skill in Broad Base Education.
(Makalah), BMI Lembang.
Tompkins, J. 1980. Reader Respons Criticism. Baltimore: The John Hopkins Universiti Press.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk meningkatkan Kinerja
Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya