Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013)
Abstrak
Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Masalah yang ditemui di SMP Negeri
8 Denpasar adalah kurang tersedianya bahan ajar membaca sastra yang sesuai dengan
kebutuhan siswa dan penilaian yang digunakan oleh guru tidak bercirikan penilaian
autentik. Terkait dengan masalah ini, tujuan penelitian: (a) untuk mengembangkan
bahan ajar membaca sastra Indonesia yang layak dan dapat diaplikasikan, dan (b) untuk
mengembangkan perangkat penilaian yang bercirikan penilaian autentik. Penelitian
pengembangan ini menggunakan langkah-langkah penelitian pengembangan menurut
Borg dan Gall (1983) yang dimodifikasi: analisis kebutuhan, mengembangkan desain,
mengembangkan bahan ajar, uji awal, revisi, produk uji awal, uji ulang, revisi, uji akhir,
dan produk akhir. Pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dan kuesioner. Data
hasil tes uji coba dianalisis secara statistik deskriptif. Data hasil studi empirik tentang
pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dianalisis secara deskriptif. Hasil uji coba
pengembangan bahan ajar membaca sastra Indonesia dan perangkat penilaian autentik
mencapai nilai rata-rata di atas KKM (80). Berdasarkan hasil uji coba, dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar yang dikembangkan telah layak dan dapat diaplikasikan. Demikian
juga penilaian yang dikembangkan telah bercirikan penilaian autentik, karena penilaian
telah mampu digunakan untuk mengungkap kompetensi yang diinginkan atau sesuai
dengan indikator.
Abstract
This research belongs to research and development (R&D). The problems faced at SMP
Negeri 8 Denpasar are the lack of reading material of Indonesian literature which is not
appropriate with the students’ needs and the assessment used by the teachers is not
authentic. The purposes of this study are (a) To develop reading material of Indonesian
literature which is appropriate and applicable, and (b) To develop assessment which is
authentic. This research and development used a model proposed by Borg and Gall
(1983) which was modified such as: need analysis, developing design, developing
material, pre-test, revision, product preliminary test, product re-test, revision, posttest,
and final product. The data was gathered by using test, observation sheet, and
questionnaires. The preliminary test was analyzed by using descriptive statistic while the
data about empirical study about the implementation of reading material of Indonesian
literature was analyzed descriptively. The tryout test shows that the result is above 80
(standard achievement score). Based on the tryout’s result, it can be concluded that
material developed is appropriate and applicable while the assessment developed is
authentic and appropriate where it is also based on the competency and indicator that
want to be achieved.
1
Keywords : Teaching Material, Reading Literature, Authentic Assessment.
PENDAHULUAN
Aktivitas membaca sastra sangat pembelajaran membaca sastra adalah: (1)
penting bagi siswa sebab di dalam teks kurangnya bahan ajar yang relevan atau
sastra terkandung nilai-nilai yang berupa tidak berbudaya lokal. (2) penilaian yang
nilai estetika dan dalam isinya terkandung digunakan oleh guru tidak bercirikan
tema dan amanat yang sangat bermanfaat penilaian autentik.
bagi setiap siswa. Tarigan (1995:2) Berdasarkan masalah ini, tujuan
mengungkapkan bahwa sastra merupakan penelitian adalah: (1) mengembangkan
sarana membuka pintu-pintu penemuan, bahan ajar membaca sastra yang layak
sastra itu sungguh menarik, menawan dan dapat diaplikasikan pada siswa kelas
hati, memberi motivasi dan selalu VII semester 1 di SMP Negeri 8 Denpasar,
berkembang. Sastra memberikan dan (2) mengembangkan penilaian yang
petualangan- petualangan dan bercirikan penilaian autentik dalam
kenikmatan yang tidak habis-habisnya. pembelajaran membaca sastra pada
Selaras dengan pernyataan siswa kelas VII semester 1 di SMP Negeri
tersebut, dalam standar isi KTSP, 8 Denpasar.
disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran Untuk mencapai tujuan, peneliti
bahasa Indonesia dalam bidang merancang bahan ajar yang mengacu
kesastraan adalah: (1) menikmati dan pada suatu model pengembangan agar
memanfaatkan karya sastra untuk memudahkan belajar. Hal penting dalam
memperluas wawasan, memperhalus budi merancang bahan ajar adalah bahwa isi
pekerti, serta meningkatkan pengetahuan bahan ajar harus berpijak pada
dan kemampuan berbahasa, (2) karakteristik siswa.
menghargai dan membanggakan sastra Bahan ajar dapat membantu guru
Indonesia sebagai khasanah budaya dan dan siswa dalam kegiatan belajar
intelektual manusia Indonesia. mengajar sehingga guru tidak terlalu
Terkait dengan tujuan tersebut, banyak menjelaskan materi pelajaran di
memang ironis dengan kenyataan di kelas (Sucipta & Swacita, 2006: 7). Bahan
sekolah bahwa minat siswa terhadap ajar juga dapat membantu siswa dalam
membaca sangat kurang. Hampir tidak proses belajarnya sehingga siswa tidak
ada siswa yang memanfaatkan waktu selalu bergantung pada guru sebagai
luang dengan membaca karya sastra satu- satunya sumber informasi.
seperti cerpen maupun novel. Mereka Agar pembelajaran lebih
lebih menikmati media elektronik seperti bermakna, di samping mempersiapkan
televisi dan internet. Padahal keterampilan bahan ajar yang baik, guru harus
membaca merupakan kunci keberhasilan melaksanakan penilaian yang sesuai
seorang siswa karena membaca sebagai dengan SK, KD, indikator, dan tujuan
faktor terpenting dalam segala usaha pembelajaran. Penilaian yang paling tepat
pengajaran. Untuk itu, dibutuhkan guru dilaksanakan oleh seorang guru adalah
yang kreatif, mampu memilih bahan ajar penilaian autentik. Penilaian Autentik
membaca sastra yang sesuai dengan memberikan kesempatan
karakteristik siswa, dan mampu kepada siswa
mengembangkan bahan ajar membaca mendemontrasikan pemahamannya
sastra sehingga kegiatan membaca sastra dalam berbagai cara. Guru dapat
menjadi lebih menarik dan bermakna. menggunakan alat ini untuk menunjang,
Salah satu standar kompetensi memandu, dan memonitor belajar siswa.
pembelajaran sastra di SMP kelas VII Kurikulum Tingkat Satuan
semester 1 dalam Kurikulum Tingkat Pendidikan (KTSP) menghendaki agar
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah dalam mengevaluasi hasil belajar siswa,
memahami isi berbagai teks bacaan guru menggunakan bentuk-bentuk
sastra dengan membaca. Masalah yang penilaian yang beragam yang
dihadapi di SMP Negeri 8 Denpasar mengungkap belajar, pencapaian,
tentang motivasi, dan sikap siswa dalam aktivitas
belajar di kelas. Oleh karena itu, penilaian
berbasis kelas adalah
salah satu bentuk penilaian autentik yang buku, tidak sempat, bukanlah hal yang
sangat tepat dilaksanakan oleh guru. Akan bijaksana.
tetapi, hingga saat ini bentuk penilaian Dalam kurikulum berbasis
yang banyak digunakan oleh guru adalah kompetensi, pengajaran sastra yang
pilihan ganda. Jenis penilaian ini tidak terhimpun dalam pelajaran bahasa
memberikan kesempatan kepada siswa Indonesia, menekankan pada materi
untuk mendemontrassikan kemampuan membaca dan mengarang. Setiap siswa
membacanya. wajib membaca buku sastra sejenis novel,
Beberapa faktor yang roman, cerpen, dan karya puisi bukan
mengakibatkan rendahnya kebiasaan membaca sinopsisnya. Untuk siswa SMP,
membaca antara lain: 1) budaya harus membaca buku sastra sembilan
masyarakat kita yang masih buah selama tiga tahun. Kewajiban siswa
mengutamakan budaya lisan memang itu harus dievaluasi oleh gurunya dengan
sangat berpengaruh pada rendahnya memberikan tugas-tugas yang terkait
kebiasaan membaca. 2) pengajar kurang dengan sastra.
menciptakan latihan membaca. 3)
Terkait dengan usaha peningkatan
pengaruh media elektronik yang luar biasa
kemampuan membaca sastra,
tak dapat lagi dibendung. Tanpa antisipasi
penyempurnaan atau pembaruan
yang matang, faktor ini akan menjadi
kurikulum dilakukan dalam rangka untuk
penghambat kebiasaan membaca, dan 4)
mengantisipasi berbagai perubahan dan
kurang tersedianya bahan-bahan bacaan.
tuntutan masa depan yang niscaya akan
Tanpa pemenuhan sarana ini, kebiasaan
dihadapi oleh para siswa sehingga
membaca masyarakat Indonesia sulit
mereka akan mampu berpikir global dan
terwujud.
bertingkah laku sesuai dengan
Faktor kebiasaan membaca harus
karakteristik maupun potensi lokal.
dibina sejak anak-anak. Misalnya, dalam
Izzati dan Munindrati (2012: 51)
membaca karya sastra, tempat yang
menyebutkan, berbicara sastra anak
paling baik untuk menumbuhkan minat
tentunya tidak boleh lepas dari dunia
dan mengembangkan kebiasaan
anak- anak itu sendiri. Ada harapan
membaca sastra adalah di sekolah melalui
bahwa dari membaca sastra anak-anak
perpustakaan sekolah, di masyarakat
itu, anak-anak dapat menyerap baik
melalui taman bacaan masyarakat, dan di
secara langsung maupun tidak langsung
rumah melalui perpustakaan keluarga.
aspek dan nilai- nilai yang terkandung
Untuk itu, anak-anak harus dibimbing, baik
dalam karya sastra tersebut.
oleh guru, masyarakat, maupun oleh para
Membaca teks sastra merupakan
orang tua.
Pembelajaran sastra dimaksudkan suatu kegiatan terpadu yang mencakup
untuk meningkatkan kemampuan siswa kegiatan memahami apa yang tersirat dan
mengapresiasi karya sastra. Kegiatan yang tersurat pada teks sastra. Kegiatan
mengapresiasi karya sastra berkaitan erat membaca pada dasarnya adalah kegiatan
dengan latihan mempertajam perasaan, yang cukup kompleks. Kekompleksannya
penalaran, daya khayal, kepekaan itu diakibatkan karena pembaca
terhadap masyarakat, budaya dan melibatkan berbagai aspek baik fisik
lingkungan hidup. Untuk memahami dan maupun mental, bekal pengalaman, dan
menghayati karya sastra siswa diharapkan pengetahuan maupun aktivitas berpikir
langsung membaca karya sastra bukan dan merasakan. Dalam kegiatan
membaca ringkasannya. membaca, keseluruhan aspek ini teproses
untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk mengubah kebiasaan malas
membaca menjadi rajin membaca Pembaca adalah pribadi yang tidak
diperlukan tekad dan motivasi yang tinggi. dapat melepaskan diri dari lingkungan
Mencari alasan untuk tidak membaca, sosial budaya. Hal ini akan memengaruhi
misalnya masalah uang untuk membeli persepsinya terhadap suatu karya sastra
sehingga persepsi tersebut sesuai dengan
pengaruh lingkungannya. Pergeseran
nilai-
nilai sosial budaya mengakibatkan
buku sebelum menguasai keterampilan
pergeseran pandangan pembaca membaca.
terhadap karya sastra. Dengan demikian, Kedua, sastra dapat
besar kemungkinan bahwa persepsi mengembangkan imajinasi anak-anak dan
terhadap karya sastra yang akan berbeda- membantu mereka mempertimbangkan
beda oleh pembaca yang satu dengan dan memikirkan alam, insan, pengalaman
yang lainnya. atau gagasan dalam berbagai cara. Karya
Sama halnya dengan membaca sastra yang baik dapat mengungkapkan
teks nonsastra, dalam membaca sastra serta membangkitkan keanehan dan
pun tujuan utamanya adalah memahami keingintahuan sang anak. Sastra dapat
dan menangkap maksud penulis dalam menolong sang anak mengenal berbagai
karyanya. Dengan kata lain dapat gagasan yang belum/tidak pernah
disebutkan bahwa dalam rangka dipikirkan sebelumnya.
memahami sastra kita perlu membaca
Ketiga, sastra dapat memberikan
teksnya terlebih dahulu. Dalam konteks ini
pengalaman-pengalaman aneh yang
dibedakan antara membaca sastra dan
seolah-olah dialami sendiri oleh sang
membacakan sastra. Membaca sastra
anak. Perspektif-perspektif atau
bersifat impresif sedangkan membacakan
pandangan- pandangan baru akan
sastra bersifat ekspresif.
diturunkan sebaik sang anak memperoleh
Menurut Teeuw (1991: 12) peoses serta memiliki pengalaman aneh seperti
membaca yaitu memberi makna pada teks itu melalui sastra.
tertentu adalah proses yang memerlukan
Keempat, Sastra dapat
pengetahuan sistem kode yang cukup
mengembangkan wawasan sang anak
rumit, kompleks, dan aneka ragam. Ketiga
menjadi perilaku insani. Kita mengatahui
kode ini adalah kode bahasa, kode
bahwa sastra merefleksikan kehidupan,
budaya, dan kode sastra. Puisi tidak dapat
tetapi dalam kenyataannya tiada buku
dipahami jika tidak mengerti bahasa yang
yang dapat memuat segala segi sekaligus.
digunakan oleh penyair. Bahasa memiliki
Dengan kekayaannya sastra mempunyai
kaidah dalam tataran fonologis,
daya yang ampuh dan unggul untuk
morfologis, sintaksis, dan semantik. Di
membayangkan serta memberinya bentuk
samping itu, bahasa bukanlah hal yang
yang indah dan memberi koherensi atau
berdiri sendiri. Bahasa terikat oleh konteks
hubungan yang serasi kepada
sosial dan konteks budaya. Oleh karena
pengalaman insani.
itu, memahami bahasa juga berarti
Kelima, sastra dapat menyajikan
memahami budaya. Di sisi lain, perlu
serta memperkenalkan kesemestaan
dipahami bahwa bahasa sastra itu khas. Ia
pengalaman atau keuniversalan kepada
berbeda dengan bahasa sehari-hari.
sang anak. Sastra terus-menerus
Bahasa sastra terikat oleh kode sastra,
mengemukakan masalah-masalah
misalnya harus indah, simbolik, dan
universal mengenai makna kehidupan dan
konotatif.
hubungan-hubungan manusia dengan
Bergaul dengan sastra, anak-anak alam dan orang lain.
memperoleh berbagai manfaat, nilai untuk
Keenam, sastra merupakan
dirinya sendiri. Menurut Tarigan (1995: 6-
sumber utama bagi penerusan atau
8) nilai sastra bagi anak-anak adalah
penyebaran warisan sastra kita dari satu
sebagai berikut.
generasi ke generasi berikutnya. Sastra
Pertama dan yang paling utama
yang dipilih secara cermat buat santapan
adalah bahwa sastra memberi
anak-anak kita dapat mengilustrasikan
kesenangan, kegembiraan, kenikmatan
berbagai sumbangan dan berbagai nilai
kepada anak-anak. Nilai seperti ini akan
dalam berbagai budaya.
tercapai apabila sastra dapat memperluas
Demikianlah telah dikemukakan
cakrawala anak-anak dengan cara
beberapa butir nilai sastra bagi anak-anak.
menyajikan pengalaman-pengalaman
Untuk itu, seorang guru disarankan agar
baru. Oleh karena itu, anak-anak perlu
mengetahui dan memahami minat anak
menemukan kegembiraan dalam buku-
didik dengan membantu mereka untuk menemukan buku-buku sastra yang sesuai
dengan minat tersebut.
Menurut Sumiati dan Asra (2008:
Johnson( 2008: 2) mengemukakan 29) dengan mengaitkan bahan ajar
bahwa mengajar adalah pekerjaan yang dengan situasi kehidupan yang bersifat
sulit dan menantang. Anak-anak saat ini praktis, dapat memunculkan arti bahan
mengalami tekanan dari tantangan- ajar tersebut bagi diri siswa sendiri.
tantangan emosi, mental, dan fisik yang Dengan merasakan bahwa bahan ajar
memengaruhi perilaku dan kemampuan tersebut berarti atau bermakna, muncul
belajar mereka. Untuk mengatasi hal itu, rasa ingin mengetahui atau ingin memiliki.
dibutuhkan guru yang sabar, bijaksana, Munculnya keinginan itu dapat
memiliki rasa humor, serta pandai memilih meningkatkan minat untuk mempelajari.
bahan ajar yang relevan. Majid (2008: 173) mengungkapkan
Pemilihan jenis bahan ajar bahan ajar adalah segala bentuk bahan
ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan yang digunakan untuk membantu
dan kedalaman materi, ciri khas materi guru/instruktur dalam melaksanakan
pelajaran, kerumitan dalam pemilihan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
strategi pembelajaran, karakter siswa, dimaksud bisa berupa bahan tertulis
kondisi sarana dan prasarana maupun bahan tidak tertulis.
pembelajaran yang tersedia. Sehingga Dengan bahan ajar memungkinkan
bahan ajar yang dihasilkan: (1) fleksibel siswa dapat mempelajari suatu
dan handal untuk diterapkan pada satuan kompetensi atau kompetensi dasar secara
pendidikan dengan kondisi, situasi, dan runtut dan sistematis sehingga secara
kebutuhan peserta didik yang bervariasi, akumulatif mampu menguasai semua
(2) mudah untuk diadopsi atau diadaptasi
kompetensi secara utuh dan terpadu.
oleh satuan pendidikan, (3) memberi
Sebuah bahan ajar paling tidak
inspirasi bagi pendidik untuk
mencakup antara lain: petunjuk belajar
mengembangkan bahan ajar yang lebih
(petunjuk siswa/guru), kompetensi yang
elaboratif, inovatif, dan efektif untuk
akan dicapai, informasi pendukung,
diterapkan dalam pembelajaran.
latihan-latihan, dan evaluasi. (Abdul Majid,
Dengan demikian, model bahan
2008: 174)
ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi,
Dari berbagai pendapat di atas,
kebutuhan, potensi, dan karakteristik
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
satuan pendidikan dan peserta didik yang
adalah seperangkat materi yang disusun
dapat digunakan sebagai (1) acuan,
oleh guru atau orang-orang yang memiliki
panduan, pedoman, sumber inspirasi atau
keahlian sesuai dengan bidangnya
referensi bagi satuan pendidikan dalam
dengan bentuk yang sistematis sehingga
mengembangkan kurikulum, silabus dan
tercipta lingkungan/suasana yang
bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi
memungkinkan siswa belajar dengan baik.
atau diadopsi oleh satuan pendidikan
Pengembangan bahan ajar untuk
sesuai kebutuhannya.
mata pelajaran apa saja pada dasarnya
Sutjipta (2006:10) mengungkapkan
menggunakan prinsip-prinsip umum yang
bahwa bahan ajar mempunyai struktur
sama. Dimulai dari sajian yang mudah
dan urutan yang sistematis, menjelaskan
sampai sajian yang sulit, dari yang
tujuan instruksional yang akan dicapai,
sederhana menuju yang kompleks,
memotivasi siswa untuk belajar,
selanjutnya dari yang konkret sampai yang
mengantisipasi kesukaran belajar siswa
abstrak. Banyak pendekatan yang
sehingga menyediakan bimbingan bagi
digunakan, hanya saja karakteristik mata
siswa untuk mempelajari bahan tersebut,
pelajaran dan kurikulum sebuah mata
memberikan latihan yang banyak bagi
pelajaran yang menjadi acuan utama.
siswa, menyediakan rangkuman, dan
Bahan ajar bahasa Indonesia berupa teks
secara umum berorientasi pada siswa
yang menimbulkan respon dari anak didik
secara individual.
untuk menanggapi, memberikan
pertanyaan, menirukan, mempercakapkan
baik secara lisan maupun tertulis.
Bahan ajar dapat digunakan untuk mengajar (KBM) sehingga guru tidak terlalu
guru dan siswa dalam kegiatan belajar banyak menyajikan materi di kelas. Tahap
orientasi dapat dilakukan di rumah oleh
dengan indikator. Karena suatu penilaian
siswa. Dengan demikian, guru mempunyai
yang dilakukan mengacu kepada indikator
lebih banyak waktu untuk memberi
pembelajaran tersebut. Sesuai dengan
bimbingan kepada siswa dan siswa tidak
apa yang diungkapkan oleh Hariyanto
terlalu bergantung kepada guru karena
(2010:
mereka dapat belajar mandiri.
16) yang menyatakan bahwa penilaian
Ilustrasi memegang peranan pencapaian kompetensi dasar peserta
penting dalam bahan ajar, karena dapat didik dilakukan berdasarkan indikator.
memperjelas konsep, pesan, gagasan Penilaian bahasa Indonesia dapat
atau ide yang disampaikan dalam bahan menggunakan tes dan non tes dalam
ajar (Sutjipta dan Swacita, 2006: 10). bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
Ilustrsi yang menarik ditambah tata letak kinerja, pengukuran sikap, tugas, proyek
yang baik dapat membuat bahan ajar dan atau produk, portofolio, dan penilaian
semakin menarik. Pemilihan ilustrasi yang diri.
tepat, berdasarkan tujuan, fungsi dan Menurut Majid (2008: 186-187)
karakteristik pemakai bahan ajar Implikasi dari diterapkannya standar
merupakan langkah penting dalam kompetensi dalam proses penilaian yang
menciptakan bahan ajar yang menarik. dilakukan oleh guru, baik yang bersifat
Penyusunan bahan ajar membaca formatif maupun sumatif harus
sastra juga harus memperhatikan menggunakan acuan kriteria. Untuk itu,
keterbacaan. Tuntutan pemilihan bahan dalam menerapkan standar kompetensi
bacaan yang layak untuk siswanya guru harus: 1) mengembangkan matriks
merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. kompetensi belajar (learning competency
Terlebih-lebih untuk guru bahasa matrix) yang menjamin pengalaman
Indonesia, karena pengajaran membaca belajar yang terarah dan 2)
secara formal dibebankan kepada guru mengembangkan penilaian autentik
bidang studi bahasa Indonesia (Harras berkelanjutan (continuous authentic
dan Yeti Mulyani , 2012: 83). assessment) yang menjamin pencapaian
Meskipun bahan bacaan untuk dan penguasaan kompetensi.
kepentingan bahan ajar sudah banyak Hall (2008: 375) menyatakan
tersedia di luar, namun tuntutan bagi bahwa ketika guru mengajukan
setiap guru untuk dapat berperan dan pertanyaan yang memerlukan jawaban
bertindak sebagai penulis tampaknya yang bijaksana, para siswa didorong untuk
sangat dibutuhkan. mengembangkan kebiasaan berpikir.
Berdasarkan berbagai pendapat Setiap pertanyaan mempertimbangkan isi,
tentang bahan ajar di atas, bentuk bahan konteks, para pelajarnya, dan mendorong
ajar paling tidak dapat dikelompokkan terjadinya diskusi.
menjadi empat, yaitu: 1) bahan cetak, Tuckman dalam Burhan (2010: 6)
antara lain handout buku, modul, lembar mengartikan penilaian sebagai suatu
kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, proses untuk mengetahui (menguji)
foto/gambar, model/maket, 2) bahan ajar apakah suatu kegiatan, proses kegiatan,
dengar seperti kaset, radio, piringan keluaran suatu program telah sesuai
hitam, dan compack disk audio, 3) bahan dengan tujuan atau kriteria yang telah
ajar pandang dengar (audio visual) seperti ditentukan. Ini berarti penilaian dapat
video, film, dan 4) bahan ajar interaktif diartikan sebagai suatu proses untuk
(interaktive teaching material) seperti mengukur kadar pencapaian tujuan.
compack disk interaktif.(Majid, 2008: 174)
Mueller (2008) dalam Burhan
Bahan ajar yang dikembangkan
(2010: 310-314) mengemukakan sejumlah
dilengkapi dengan penilaian yang sesuai
langkah yang perlu ditempuh dalam
mengembangkan penilaian autentik.
Pertama, penentuan standar
dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan
tentang apa yang harus diketahui dan
dilakukan pembelajar. Dalam KTSP
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013)
memakai istilah standar kelulusan yaitu, kriteria yang telah ditentukan yang disebut
kualifikasi kemampuan lulusan yang rubrik. Rubrik dapat dipahami sebagai
mencakup sikap, pengetahuan, dan sebuah skala penyekoran. Tingkat
keterampilan (PP No. 19 tahun 2005: 2), capaian kinerja umumnya ditunjukkan
dan kompetensi dasar adalah kompetensi dengan angka-angka (1-4 atau 1-5). Besar
atau standar minimal yang harus dicapai kecilnya angka menunjukkan tinggi
atau dikuasai oleh pembelajar. Standar rendahnya capaian. Tiap angka tersebut
kompetensi dan kompetensi dasar adalah biasanya mempunyai deskripsi verbal
menjadi tujuan pembelajaran, kemudian yang diwakili, misalnya skor 1, berarti
dijabarkan menjadi sejumlah indikator tidak ada kinerja atau kinerja tidak tepat
yang lebih operasional sehingga sama sekali, skor 5, sangat meyakinkan
kemampuan, keterampilan, atau kinerja dan bermakna, sedang skor 2, 3, 4,
yang menjadi sasaran lebih jelas. secara berturut-turut menunjukkan
Kedua, penentuan tugas-tugas semakin baiknya kinerja dan
autentik adalah tugas-tugas yang kebermaknaannya. Rubrik lazimnya
mengukur ketercapaian kompetensi yang ditampilkan dalam tabel, kriteria
dibelajarkan, baik ketika kegiatan ditempatkan di sebelah kiri dan tingkat
pembelajaran masih berlangsung maupun capaian di sebelah kanan tiap kriteria.
ketika sudah berakhir. Pengukuran hasil Rubrik juga dapat dibuat secara
pencapaian kompetensi pebelajar yang analitis dan holistik. Rubrik analitis
secara realistik dilakukan di kelas. menunjuk pada rubrik yang memberikan
Pemilihan tugas-tugas tersebut harus penilaian tersendiri untuk tiap kriteria.
merujuk pada kompetensi yang diukur. Rubrik holistik adalah penilaian capaian
Dalam penilaian autentik mesti terkandung kinerja secara menyeluruh untuk seluruh
dua hal sekaligus sesuai dengan standar kriteria.
(kompetensi) dan relevan (bermakna)
dengan kehidupan nyata. METODE PENELITIAN
Ketiga, pembuatan kriteria dapat Untuk mencapai tujuan penelitian,
menggambarkan capaian kompetensi yaitu (1) mengembangkan bahan ajar
yang dimaksud. Kriteria merupakan membaca sastra Indonesia yang layak
pernyataan yang menggambarkan tingkat dan dapat diaplikasikan pada siswa kelas
capaian dan bukti-bukti nyata capaian VII semester 1 SMP Negeri 8 Denpasar,
belajar subjek belajar dengan kualitas dan
tertentu yang diinginkan. Jumlah kriteria (2) mengembangkan perangkat penilaian
yang dibuat bersifat relatif, tetapi yang bercirikan penilaian autentik pada
sebaiknya dibatasi, dan yang pasti kriteria siswa kelas VII semester 1 SMP Negeri 8
harus mengungkap capaian hal-hal yang Denpasar, maka penelitian dirancang
esensial dalam sebuah kompetensi. dalam bentuk penelitian pengembangan
Pembuatan kriteria harus mengacu pada (research and development).
ketentuan-ketentuan: Berdasarkan langkah-langkah
(1) tugas harus dirumuskan secara jelas, pengembangan menurut Gall.at.all, maka
(2) singkat padat, (3) dapat diukur, (4) dapatlah disusun model pengembangan
merujuk pada tingkah laku hasil belajar, bahan ajar membaca sastra siswa kelas
(5) dapat dipahami oleh subjek didik. VII semester 1 SMP Negeri 8 Denpasar.
Keempat, pembuatan rubrik, Adapun model pengembangan
penilaian autentik menggunakan (modifikasi) yang digunakan seperti
pendekatan penilaian kriteria untuk gambar 01 berikut.
menentukan skor k k tin
capaian subjek o ggi
didik. Skor m m ren
seorang p e dah
pebelajar et n nya
ditentukan e e sko
seberapa tinggi n n r
kinerja yang si t kin
ditampilkan . u erja
secara nyata U k me
menunjukkan nt a ngg
tingkat capaian u n una
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013)
memberikan l
i
gan
des
g
e
skor-skor tiap s ain m
i b
s a
n
g
k R
e e
vi
b a
si
u n
t
u
h b
a a
n h
a
n
P
a
r
j
o
a
d
r
u
k
Uji
u awal
j
i
a
w
a
l
Uji
ula
ng
pro
du
k
aw
al
Revi
si
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013)
8
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013)
Bahasa diterbitkan.
dan Departem
Indonesia
Muslish, Masnur. Pengemb en
yang
2007. angan Pendidika
Mememp
KTSP Aktivitas n
erhatikan
Pembelaja Instruksio Nasional.
Fungsi
ran nal
Makro Sadikin, Asep
Berbasis Direktorat
dan Mikro Ganda,dk
Kompeten Jenderal
Bahasa. k. 2011.
si dan Pendidika
Disertasi Bahasa
Kontekstu n Tinggi Indonesia
Program
al. Jakarta: Departem 1.
Pasca
Bumi en Bandung:
Sarjana
Aksara. Pendidika Grafindo.
Universita
n
s Panen, P & Subyantoro, dkk.
Nasional.
Pendidika Purwanto. 2004.
n 2005. Pramana, Penilaian
Indonesia. Penulisan Eka.2010. Berbasis
Tidak Bahan Buku Ajar Kelas.
diterbitkan Ajar. Bahasa
. Jakarta : Indonesia Jakarta :
Pusat kelas VII
Martha, I Nengah semester
antar Departeme
2007. I
Universitas n
“Penilaian (Ringkas
untuk Pendidika
Autentik an Materi
Peningkat n
dalam Esensial
an
proses dan
belajar- Nasional
Kegiatan
mengajar Belajar
pada Direktorat
Siswa). Jenderal
Pendidika Solo : CV
n Dasar Pendidika
Atha n Dasar
dan Media
Menenga dan
Abadi. Menengah
h”.Orasi
Pengenal Pramana, P & Direktorat
an Guru Purwanto. Pendidika
Besar 2005. n Lanjutan
Tetap Penulisan Pertama.
dalam Bahan Sumiati dan Asra.
Bidang Ajar. 2008.
Bahasa Jakarta : Metode
dan Pusat Pembelaj
Sastra antar aran.
Indonesia. Universita Bandung:
Pada s untuk CV
Universita Peningkat Wacana
s an dan Prima.
Pendidika Pengemb
n angan Sutjipto,N &
Aktivitas Swacita I
Ganesha.
Instruksio B,.2006,
Hari
nal Membuat
Jumat, 28
Direktorat Bahan
Desember
Jenderal Ajar,
2007.
Tinggi Denpasar
Tidak
11
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume 2 Tahun 2013)
Efisien.
Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry
Guntur.
1979.
Membac
a
Sebagai
Suatu
Keteram
pilan
Berbaha
sa.
Bandung
:
Angkasa.
Tarigan, Henry
Guntur.
1995.
Dasar-
Dasar
Psikosas
tra.
Angkasa:
Bandung.
Teeuw, A. 1988.
Sastra dan Ilmu
Sastra.
Bandung:
PT Karya
Nusantara.
Yattini. 2008.
Bahasa
Indonesi
a Untuk
SMP
12