Anda di halaman 1dari 10

Pengembangan Bahan Ajar dengan Metode Mind Mapping Berorientasi Literasi

Sastra dan Pendidikan Karakter untuk Peningkatkan Pemahaman Sejarah Sastra


Ade Asih Susiari Tantri1*, Putu Mas Dewantara2
1,2
Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar dengan metode mind mapping
berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter mata kuliah Sejarah Sastra yang valid, praktis,
dan efektif. Ada tiga aspek yang digunakan untuk mengukur bahan ajar yang dikembangkan,
yaitu: 1) validitas isi bahan ajar akan dinilai oleh ahli yang disesuaikan dengan teori yang
mendukung sedangkan validitas konstruk dinilai oleh ahli dengan memperhatikan keterkaitan
dan kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan; 2) kepraktisan (practicality) bahan ajar yang
dikembangkan diukur dari keterlaksanaannya dalam perkuliahan di kelas dengan menggunakan
instrumen angket respons mahasiswa dan dosen; 3) keefektifan (efectivenes) bahan ajar diukur
menggunakan tes pilihan ganda. Pengembangan bahan ajar ini mengikuti prosedur
pengembangan produk dari Plomp yaitu: 1) investigasi awal, 2) desain, 3) realisasi/konstruksi, 4)
tes, evaluasi, dan revisi; dan 5) implementasi. Mengingat keterbatas waktu, penelitian ini tidak
sampai pada tahap implementasi melainkan hanya sampai pada uji coba terbatas. Dari hasil
penelitian, bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Sedangkan dari hasil uji coba terbatas, bahan ajar yang dikembangkan efektif meningkatkan
pemahaman Sejarah Sastra mahasiswa semester I PBSI tahun ajaran 2018-2019. Hal ini terbukti
dari meningkatnya persentase mahasiswa yang mendapatkan nilai B+, A-, dan A, yaitu 62% pada
siklus 1 menjadi 80% pada siklus 2. Persentase yang mahasiswa yang mendapatkan nilai B+, A-,
dan A pada siklus 2 sudah melampaui batas persentase pencapaian persentase 70% yang
ditetapkan di awal penelitian.

Kata kunci: bahan ajar, mind mapping, literasi sastra, dan pendidikan karakter

1. PENDAHULUAN
Dalam kurikulum berbasis KKNI yang sudah diterapkan prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI), mata kuliah Sejarah Sastra masuk ke dalam mata kuliah keahlian berkarya (KB).
Sejarah sastra merupakan bagian ilmu sastra yang saling mendungkung antara teori sastra dan
kritik sastra. Jadi, pemahaman dan pendalaman mata kuliah ini sangat penting untuk
pemahaman dan pendalaman studi sastra yang lain.
Namun pada kenyataanya, pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah ini masih
tergolong belum memuaskan. Berdasarkan data nilai UAS (Ujian Akhir Semester) yang diambil
dari bagian sistem informasi Puskom Undiksha pada tanggal 18 Januari 2018, dari 64 mahasiswa
yang terbagi menjadi kelas A dan B yang mengambil mata kuliah sejarah sastra diperoleh data
bahwa pada semester ganjil tahun akademik 2017-2018 sebanyak 32,81% mahasiswa
mendapatkan nilai A (rentang nilai 85-100), sebanyak 9,38% mahasiswa mendapatkan nilai A-
(rentang nilai 81-84), sebanyak 8,69% mendapatkan nilai B + (rentang nilai 77-80). Jadi hanya
50,88% mahasiswa mendapatkan nilai B+, A-, dan A. Hal ini menandakan pemahaman mahasiswa
terhadap materi yang diajarkan pada mata kuliah sejarah sastra ini belum memuaskan.
Selain itu, dari hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah Sejarah Sastra, yaitu
rendahnya pemahaman dan nilai mahasiswa disebabkan karena dangkalnya materi yang dibahas
dalam makalah yang dipresentasikan. Hal ini juga disebabkan karena minimnya buku sumber dan
kurang kreatifnya masiswa mencari sumber rujukan. Banyak mahasiswa yang hanya sekedar
menjiplak tulisan orang lain dari internet, tanpa menganalisis kebenaran dan keakuratan sumber.
Perbaikan sering kali diserukan, tetapi hanya sedikit perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa.
Menurut Beliau, rendahnya kesadaran mahasiswa terhadap tugas dan tanggungg jawabnya
sebagai mahasiswa serta untuk masa depan dan prestasi belajarnya juga merupakan faktor
rendahnya pemahaman dan nilai yang diperoleh mahasiswa. Masalah ini juga mencerminkan
karakter mahasiswa perlu dibina. Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa, rendahnya
pemahaman dan nilai yang diperoleh mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1)
susah menghapal atau mengingat materi yang sudah dibaca atau dijelaskan; 2) buku sumber yang
terbatas; 3) malas mencari sumber dan bahan untuk makalah yang dipresentasikan; 4) bosan
dengan model pembelajaran ceramah dan diskusi; dan 5) pemaparan materi dari kelompok yang
presentasi kurang jelas.
Mengingat mahasiswa semester II masih dalam masa transisi dari masa SMA, masih banyak
kemungkinan pola belajar yang sepenuhnya diberikan oleh guru masih melekat. Maka, untuk
mengatasi beberapa permasalahan di atas, diperlukan pengembangan bahan ajar dengan
metode mind mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter yang menitik beratkan
agar mahasiswa: 1) mampu mengingat informasi sebanyak-banyaknya yang diperoleh dari
membaca atau menyimak; 2) menjadi insan yang literat; 3) memiliki wawasan yang luas; 4)
cerdas; 5) mampu berpikir kritis; 6) dapat memecahkan masalah dengan cepat; 7) dapat
berkomunikasi dengan baik; dan 8) memiliki karakter yang baik.
Menjadikan masyarakat Indonesia yang literat, khususnya generasi muda adalah dambaan
bangsa Indonesia. Menurut Lipton, L dan D. Hubble (2016:125), pengetahuan yang terus
meningkat di abad 20 ini, menyebabkan guru harus mampu mendorong siswa untuk mengakui
bahwa membaca adalah kegiatan pribadi yang sangat memuaskan, pencarian informasi, dan
sebuah cara untuk berhubungan dengan dunia. Maka dari itu, guru haruslah menciptakan sebuah
pembelajaran yang berbasis literasi.
Gerakan literasi sekolah yang diprogramkan Kemendikbud wajib dilakukan disemua
sekolah, tanpa terkecuali di perguruan tinggi. Literasi sekolah adalah “kemampuan mengakses,
memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain
membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara”(Kemendikbud, 2016). Maka dari
itu, untuk meningkatkan wawasan dan daya berpikir kritis mahasiswa dalam memahami dan
mendalami ilmu sastra, dosen perlu mengembangkan bahan ajar dengan metode mind mapping
yang berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter.
Rendahnya daya ingat mahasiswa terhadap apa yang dibaca dan disimak, dapat diatasi
dengan menuangkan kata kunci informasi yang sudah dipahami dari kegiatan membaca atau
menyimak ke dalam mind mapping (peta konsep). Buzan, T (2010: 4) berpendapat bahwa mind
map merupakan cara paling mudah untuk memasukkan informasi ke dalam otak, dan untuk
mengambil informasi dari otak. Metode mind map mempunyai beberapa keunggulan yang dapat
membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi baik dalam bidang pemahaman,
kreativitas, maupun igatan.
Merujuk dari permasalahan karakter mahasiswa yang perlu dibina, bahan ajar sejarah
sastra dikembangkan akan dirancang dengan mengacu pada 11 nilai karakter, yaitu: religius,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
gemar membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Mengingat keterbatasan waktu, bahan
ajar Sejarah Sastra yang akan dikembangakan dibatasi pada tema angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu 1) Bagaimanakah pengembangan
bahan ajar sejarah sastra, khususnya materi periodisasi sastra angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru dengan metode mind mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter
yang valid, praktis, dan efektif? dan 2) Apakah bahan ajar dengan metode mind mapping
berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter yang dikembangkan dapat meningkatkan
pemahaman sejarah sastra, khususnya materi periodisasi sastra angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru mahasiswa semester II Prodi PBSI?

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research
and Development/ R&D). Peubah yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah bahan ajar
dengan metode mind mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter yang
dikembangkan dan peningkatkan pemahaman materi periodisasi sejarah sastra, khususnya
materi periodisasi sastra angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru mahasiswa semester I, prodi
PBSI, tahun akademik 2018-2019.
Data penelitian yang akan dikumpulkan berupa informasi yang berhubungan dengan: 1)
analisis kebutuhan mahasiswa dan dosen selama perkuliahan sejarah sastra, terutama pada
materi periodisasi sastra angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru dikumpulkan dengan tenik
wawancara tidak terstruktur dan observasi non partisipant ; 2) proses pengembangan bahan ajar;
3) validitas bahan ajar diukur dari validitas isi dan validitas konstruk; 4) kepraktisan bahan ajar
diukur dari keterlaksanaannya dalam perkuliahan di kelas dengan menggunakan instrumen
angket respons mahasiswa dan dosen serta lembar observasi oleh observer; dan 5) efektivitas
bahan ajar diukur dengan tes pilihan ganda. Data ini dikumpulkan dari beberapa sumber sebagai
berikut: 1) Informan atau nara sumber, yaitu: mahasiswa, dosen, dan validator; 2) tempat dan
peristiwa berlangsungnya kegiatan pengembangan bahan ajar; 3) observasi terhadap kegiatan
pembelajaran pra dan pasca diterapkannya bahan ajar dengan metode mind mapping
berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter; dan 4) dokumen atau arsip, yang berupa nilai
mahasiswa pada mata kuliah sejarah sastra.
Tahapan dalam penelitian ini mengacu pada teori pengembangan Plomp yang terdiri atas
lima tahapan yaitu investigasi awal (preliminary investigation), desain (design),
realisasi/konstruksi (realization/construction), tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and
revition), dan implementasi (implementation). Perlu ditekankan bahwa penelitian ini dibatasi
hanya sampai tahap 4, yaitu sampai tahap tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revition).
Tahap implementasi akan dilakukan di tahun ke-2 mengingat terbatasnya waktu penelitian.
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Berikut ini data yang
dianalisis secara deskriptif kualitatif.
1. Analisis kebutuhan mahasiswa dan dosen selama perkuliahan sejarah sastra, terutama pada
materi periodisasi sastra angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru akan dianalisis secara
deskriptif kualitatif.
2. Validitas bahan ajar akan diukur menggunakan lembar validasi. Dalam lembar validasi,
pendapat validator kemudian dikatagorikan menjadi empat, yaitu sangat valid (skor 4), valid
(skor 3), tidak valid (skor 2), dan sangat tidak valid (skor 1). Rata-rata skor total menjadi nilai
kualitatif dengan menggunakan kriteria berikut.
3,5 ≤ Sr ≤ 4,0 Sangat Valid
2,5 ≤ Sr ≤ 3,5 Valid
1,5 ≤ Sr ≤ 2,5 Tidak Valid
1,0 ≤ Sr ≤ 1,5 Sangat Tidak Valid
Bahan ajar dalam penelitian ini minimal harus mencapai kategori valid untuk bisa digunakan
dalam pembelajaran.
3. Data yang diperoleh dianalisis untuk melihat nilai kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan,
rata-rata skor yang diperoleh dikonversi berdasarkan kriteria, yaitu: sangat praktis (skor 4),
praktis (skor 3), praktis (skor 2), dan sangat tidak praktis (skor 1).
3,5 ≤ Sr ≤ 4,0 Sangat praktis
2,5 ≤ Sr ≤ 3,5 Praktis
1,5 ≤ Sr ≤ 2,5 Tidak Praktis
1,0 ≤ Sr ≤ 1,5 Sangat Tidak Praktis
Bahan ajar yang dikembangkan dapat dikatakan telah memiliki kepraktisan apabila minimal
rata-rata skornya termasuk pada kategori praktis.
4. Efektivitas bahan ajar yang dikembangkan dapat dilihat dari skor tes pemahaman sejarah
sastra, khususnya materi periodisasi sasta angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru. Tes
yang akan digunakan adalah tes pilihan ganda. Data yang diperoleh dari hasil tes tersebut
kemudian diolah dengan metode statistik deskriptif. Bahan ajar dikatakan praktis, jika 70%
mahasiswa mendapakan nilai B + , A-, dan A.

Pembahasan
1. Investigasi Awal (Preliminary Investigation)
Penelitian ini di awali dengan kegiatan investigasi awal. Investigasi awal ini dilakukan
untuk mengetahui penyebab rendahnya kemampuan mahasiswa memahami materi sejarah
sastra terutama materi mengenai angkatan sastra. Dari hasil wawancara dengan dosen
pengampu mata kuliah sejarah sastra, materi yang diajarkan kepada mahasiswa diambil dari
buku modul Sejarah Sastra yang dibuat oleh dosen pengampu. Modul ini dibuat mengacu pada
kurikulum 2012 dan belum diperbaharui sesuai dengan kurikulum KKNI. Referensi yang
digunakan di dalam modul ini tentu perlu ditambah dan dimutakhirkan lagi. Penambahan sumber
referensi bisa dari buku ataupun jurnal. Selain bahan ajar, wawancara dengan dosen pengampu
juga mengenai metode dan media yang digunakan dosen saat perkuliahan, selain metode
ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Sedangkan untuk mendukung kegiatan perkuliahan, media
pembelajaran yang digunakan selama perkuliahan Sejarah Sastra adalah PPT (Power Point).
Metode pembelajaran dengan ceramah dan diskusi belum sepenuhnya dapat membuat
mahasiswa ingat dan paham dengan materi yang sudah dijelaskan. Media PPT juga kadang
membuat siswa bosan dan enggan membuka lagi untuk dibaca dan dipahami.
Selain memwawancarai dosen, mahasiswa juga diwawancarai untuk mengetahui
bagaimana proses belajar mengajar (PBM) mata kuliah Sejarah Sastra. Hal ini dilakukan agar data
yang diperoleh lebih akurat. Dari 20 mahasiwa (kelas A dan B) yang di wawancarai menyatakan
bahwa: 1) metode yang digunakan oleh dosen selama perkuliahan adalah ceramah dan diskusi;
dan 2) media yang biasa digunakan dosen adalah PPT. Selain itu, menurut mahasiswa, mahasiswa
kadang mereka merasa jenuh dan sulit berkonsentrasi saat PBM. Teori mengenai Sejarah Sastra
terutama menghafal nama-nama pengarang beserta karyanya di masing-masing angkatan dirasa
cukup susah dan sangat banyak. Selain itu, mereka mengaku sulit membedakan karakteristik
karya sastra di masing-masing angkatan. Hal ini menyebabkan masih banyak mahasiswa yang
tidak bisa menjawab soal UAS dengan baik.
Selain wawancara, angket diberikan kepada mahasiswa untuk mengetahui bahan ajar dan
PBM mata kuliah Sejarah Sastra serta harapan mahasiswa terkait dengan permasalahan PBM
mata kuliah Sejarah Sastra dan masih banyaknya mahasiwa yang mendapatakan nilai rendah saat
ujian. Pertama, 84% mahasiswa menyatakan perlu diberikan bahan ajar Sejarah Sastra yang
bermuatan apresiasi sastra. Kedua, terkait dengan kegiatan literasi sastra dalam mata kuliah
Sejarah Sastra, 36 mahasiswa atau 71% mahasiswa menyatakan perlu dalam proses
pembelajaran terdapat kegiatan literasi sastra, yaitu kegiatan membaca karya sastra (roman,
novel, cerpen, puisi, dan drama), Ketiga, terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran 48 mahasiswa atau 94% mahasiswa menyatakan perlu digunakan metode
pembelajaran yang bervariasi agar pemahaman mahasiswa mengenai mata kuliah Sejarah Sastra,
terutama pengarang dan karya-karyanya di setiap angkatan menjadi meningkat. Dari hasil
investigasi awal menandakan bahwa perlu dikembangankan bahan ajar Sejarah Sastra yang
berorientasi pada kegiatan literasi sastra.

2. Desain (Design)
Setelah dilakukan investigasi awal, tahap berikutnya yang dilakukan adalah mendesain
bahan ajar dengan metode mind mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter
untuk peningkatkan pemahaman sejarah sastra. Ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk
mendesai bahan ajar yang dikembangkan, yaitu sebagai berikut.
a. Menganalisis silabus. Analisis dilakukan terhadap capaian pembelajaran (CP), indikator
pencapaian CP, dan materi pokok pembelajaran.
b. Menyusun kerangka materi yang akan dikembangkan. Kerangka materi dibuat agar
memudahkan saat mengembangkan materi Angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru.
c. Mengembangkan materi angkatan Balai Pustaka. Materi diambil dari buku sumber yang
mutakhir serta dari artikel terkait dengan sastra dan angkatannya maksimal 10 tahun
terakhir.
d. Menyiapkan kertas kerja mahasiswa. Tugas ini dikerjakan secara individu dan berkelompok.
Tugas individu adalah membuat peta konsep dari materi yang sudah dibaca. Tugas kelompok
adalah membaca sinopsis novel atau cerpen dan kemudian mencari nilai-nilai karakter yang
bisa diteladani oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Sinopsis novel atau cerpen yang
digunakan adalah karya dari sastrawan angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru.
e. Membuat mind mapping atau peta konsep keseluruhan materi dan peta konsep sastrawan
angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru beserta karyanya.
f. Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
diajarkan. Soal berbentuk objektif tes sebanyak 20 soal.

3. Realisasi/Konstruksi (Realization/Construction)
Dalam tahap ini, dikembangakan bahan ajar Sejarah Sastra, khusunya materi sastra
angkatan Balai Pustaka dan sastra angkatan Pujangga Baru sesuai dengan analisis kebutuhan
dosen dan mahasiswa. Capain dan tujuan pembelajaran menyesuaikan dengan kurikulum KKNI
yang dibuat oleh prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari capaian dan tujuan ini
dikembangkan bahan ajar dengan metode mind mapping. Metode mind mapping ini dilakukan
setelah dosen memberikan pemahaman materi kepada mahasiswa, kemudian mahasiswa
membuat menuangkannya ke dalam mind mappingg. Di akhir pembelajaran dosen juga
memberikan mind mapping dari materi yang sudah dijelaskan. Kegiatan literasi sastra dilakukan
di awal pembelajaran dengan mengarahkan mahasiswa untuk membaca novel selama 15 menit.
Kegiatan ini bertujuan agar minat mahasiswa membaca novel berkualitas tinggi meningkat.
Terakhir, mahasiswa ditugaskan membaca sinopsis salah satu roman dari angkatan Balai Pustaka
dan angkatan Pujangga Baru dan kemudian dicari nilai-nilai karakter dalam cerita untuk
dihubungkan ke pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa.

4. Tahap Tes, Evaluasi, dan Revisi


a. Uji Validasi Bahan Ajar dan Instrumen
Sebelum digunakan bahan ajar yang sudah dikembangkan kemudian diuji validitasnya.
Validitas isi bahan ajar dinilai oleh 2 ahli, yaitu Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. sebagai validator
1 dan Dr. Gde Artawan, M.Pd. sebagai validator 2. Validitasi isi ini disesuaikan dengan teori yang
mendukung sedangkan validitas konstruk dinilai oleh ahli dengan memperhatikan keterkaitan
dan kesesuaian bahan ajar yang dikembangkan. Di bawah ini adalah tabel hasil validasi bahan
ajar oleh 2 ahli.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Bahan Ajar


No Validator Rata-Rata Skor Kriteria
1 Validator 1 3,81 Sangat Valid
2 Validator 2 3,79 Sangat Valid

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai validitas konstruk bahan ajar
yang dikembangkan dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria, yaitu sangat valid. Sangat valid
karena rata-rata skor validitasnya berada pada interval 3,5 ≤ 𝑆𝑟 ≤ 4,0. Selain menguji validitas
bahan ajar, instrumen sebelum digunakan juga diuji validatasnya. Uji validitas instrumen
dilakukan oleh 2 ahli, yaitu Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. sebagai validator 1 dan Dr. Gde
Artawan, M.Pd. sebagai validator 2. Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas instrumen.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Instrumen
No Instrumen Penelitian Validator 1 Validator 2
Rata-Rata Kriteria Rata- Kriteria
Skor Rata
Skor
1 Angket respon mahasiswa 3,42 Layak 3,57 Layak
digunakan digunakan
2 Angket respon dosen terhadap bahan 3,59 Layak 3,60 Layak
ajar digunakan digunakan
3 Lembar observasi pembelajaran 3,67 Layak 3,59 Layak
dengan bahan ajar yang sudah digunakan digunakan
dikembangkan
4 Tes pemahaman materi 3,59 Layak 3,68 Layak
digunakan digunakan

Berdasarkan tabel di atas, instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur


keefektivan dan kepraktisan bahan ajar yang sudah dikembangkan termasuk dalam krteria layak
digunakan. Masukan dari validator 1 dan 2 untuk perbaikan bahan ajar dan instrumen sudah
dilakukan sehingga bahan ajar dan instrumen siap untuk dilakukan uji terbatas.

b. Uji Efektivitas Bahan Ajar


Uji terbatas dilakukan di 2 kelas, yaitu: kelas I A dan kelas I B prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia tahun ajaran 2018-2019. Berikut ringkasan hasil tes pemahaman materi
Angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru di kelas A dan B pada siklus pertama dan kedua dalam
bentuk diagram lingkan.
C, 2% C+, 5%

A, 32% B-, 19%

B, 12%

A-, 19% B+, 11%

Gambar 4.1 Persentase Perolehan Nilai kelas A dan Kelas B pada Siklus 2
Berdasarkan diagram lingkaran ini, sebanyak 62 % mahasiswa mendapkan B+, A-, dan A.
Hal ini menandakan bahwa target 70% belum tercapai. Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran
pada siklus 2 disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus 1 dengan melakukan beberapa
perbaikan sesuai dengan rancangan penanganan yang dirancang dosen bersama peneliti. Berikut
ini adalah rangkuman perolehan hasil tes pemahaman materi Angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru Kelas I A dan kelas I B pada siklus 2 dalam bentuk diagram lingkaran.
C, 2% C+, 4%
B-, 10%
A, 31%
B, 4%

B+, 30%
A-, 19%

C C+ B- B B+ A- A

Gambar 4.2 Persentase Perolehan Nilai kelas A dan Kelas B pada Siklus 2

Berdasarkan diagram lingkaran di atas, 80% atau 46 orang mahasiswa mendapat nilai B+,
A-, dan A. Hal ini menandakan bahwa bahan ajar yang dikembangakan efektif untuk
meningkatkan pemahaman Sejarah Sastra, khususnya materi angkatan Balai Pustaka dan
Pujangga Baru. Hal ini terbukti dari target 70% mahasiwa mendapatkan nilai B+, A-, dan A yang
ditetapkan di awal penelitian sudah tercapai bahkan melebihi target.

a. Uji Kepraktisan Bahan Ajar


Uji kepraktisan dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan dapat diimplementasikan
di lingkup yang lebih luas. Data ini diambil dari angket respon mahasiswa dan dosen sebagai
pengguna bahan ajar yang dikembangkan. Berikut rangkuman hasil kepraktisan bahan ajar yang
dikembangkan.
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Kepraktisan Bahan Ajar
No Instrumen Penelitian Rata-Rata Skor Kriteria
1 Angket Respon Dosen 3,43 Praktis
2 Angket Respon Mahasiswa 3,50 Praktis

Ada beberapa masukan yang diberikan dosen pengampu terkait bahan ajar ini. Masukan
tersebut, yaitu 1) waktu harus benar-benar diperhitungkan agar tujuan pembelajaran ini dapat
tercapai; 2) karya sastra yang dibaca dalam kegiatan literasi sastra harus diperbanyak lagi
jenisnya, misalnya kumpulan cerpen, puisi, dan roman; dan 3) nilai-nilai karakter yang dicari tidak
hanya dari sinopsis, tetapi juga dari karya sastra yang dibaca saat kegiatan literasi. Masukan ini
kemudian dijadikan bahan untuk memperbaiki bahan ajar yang dikembangkan, terutama pada
saat pengimplementasian bahan ajar.
Temuan pertama dalam penelitian ini adalah mahasiswa merasa sangat antusias
menuangkan pemahaman materi yang dijelaskan oleh dosen ke dalam mind mapping atau peta
konsep. Dari hasil wawancara mereka menyatakan bahwa pemahaman dan ingatan mereka lebih
baik dengan membuat mid mapping dibandingkan hanya menyimak atau mencatat biasa.
Mereka juga dapat membaca kembali inti-inti pembelajaran yang diberikan oleh dosen melalui
mid mapping yang sudah mereka buat secara kreatif.
Temuan kedua, meningkatknya keinginan mahasiswa untuk membaca novel berkualitas.
Dari hasil wawancara, mahasiswa mengaku tidak pernah membaca novel bernilai tinggi atau
berkualitas, sesekali mahasiswa mengaku membaca novel, tetapi novel-novel remaja. Hal ini
tentu menumbuhkan nilai positif dalam diri mahasiswa. Novel-novel bernilai sastra tinggi, seperti
Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang, dan masih banyak lagi memang harus diketahui
dan dipahami oleh mahasiswa sebagai calon guru bahasa Indonesia.
Temuan ketiga, dalam karya sastra Angkatan Balai Pustaka dan Angkatan Pujangga Baru
banyak mengandung nilai budi perkerti dan moral. Hal ini sejalan dengan Hal ini tentu sesuai
dengan karakteristik Angkatan Balai Pustaka, yaitu penanaman Pendidikan budi pekerti dan
moral dalam karya sastranya. Karakteristik karya Angkatan Pujangga Baru adalan pengembangan
kebudayaan Indonesia, namun karya pada angkatan ini juga banyak mengandung pesan moral
yang tentunya sangat bagus dieladani oleh mahasiswa. Tugas yang harus dilakukan oleh
mahasiswa adalah membaca sinopsis roman “Sengsara Membawa Nikmat” dan sinopsis roman
“Layar Terkembang” pada siklus 1. Pada Siklus 2, mahasiswa membaca sinopsis “Dian yang Tak
Kunjung Padam” dan “Sukreni Gadis Bali”. Setelah membaca sinopsis mahasiswa harus
menuliskan Pendidikan karakter yang bisa diteladani dari sinopsis roman tersebut.
Berdasarkan temuan di atas, dapat dikatakan bahwa bahan ajar dengan metode mind
mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter efektif meningkatkan pemahaman
Sejarah Sastra, khususnya materi Angkatan Balai Pustaka dan Angkatan Pujangga Baru. Selain itu,
bahan ajar yang dikembangkan juga praktis digunakan dalam memahami materi angkatan Balai
Pustaka dan Angkatan Pujangga Baru.

Kesimpulan
Pengembangan bahan ajar ini melalui 5 tahap, yaitu sebagai berikut. 1) Investigasi awal.
Dari hasil investigasi awal, perlu dikembangankan bahan ajar Sejarah Sastra dengan metode mind
mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter. 2) Desain bahan ajar. Ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan dalam tahap desain, yaitu a) menganalisis silabus; b) menyusun
kerangka materi yang akan dikembangkan; c) mengembangkan materi angkatan Balai Pustaka
dan Pujangga Baru; d) menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode
mind mapping; e) menyiapkan kertas kerja mahasiswa; f) membuat mind mapping atau peta
konsep keseluruhan materi dan peta konsep sastrawan angkatan Balai Pustaka dan Pujangga
Baru beserta karyanya; dan g) menyusun alat evaluasi. 3) Tahap realisasi atau konstruksi, yaitu
mengembangkan desain bahan ajar yang disusun. 4) Tahap tes, evaluasi, dan revisi. 5) Tahap uji
coba terbatas. Dari hasil uji coba terbatas, dapat dikatakan bahwa bahan ajar dengan metode
mind mapping berorientasi literasi sastra dan pendidikan karakter efektif meningkatkan
pemahaman Sejarah Sastra, khususnya materi Angkatan Balai Pustaka dan Angkatan Pujangga
Baru. Selain itu, bahan ajar yang dikembangkan juga praktis digunakan dalam memahami materi
angkatan Balai Pustaka dan Angkatan Pujangga Baru.

DAFTAR PUSTAKA

Alfi, S. 2010. Optimalisasi Budaya Literasi di Kalangan Mahasiswa: Upaya Meretas Komunikasi
Global. Jurnal UI Untuk Bangsa Seri Sosial dan Humaniora. 1 (1):67-78.
Hermawan, A. S, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulkum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas
Terbuka.
Buzan, T. 2010. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Dalton, S.S. 2008. Pengajaran yang Efektif bagi Semua Pebelajar (Penerapan Lima Standar
Pengajaran bagi Semua Jenis Pebelajar). Terjemahan Siana. Five Standars for Effective
Teaching How to Succed with All Learners. 2017. Cetakan ke-1 (Edisi Revisi). Jakarta:Indeks.
Edward, C. 2009. Mind Mapping untuk Anak Sehat dan Cerdas. Yogyakarta:Wangun Printika.
Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan. 2008. Paduan Pengembangan Bahan Ajar.
Jakarta:Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas.
Devi, R.S, dkk. 2015. Efektivitas Metode Mind Mapping terhadap Peningkatan Pemahaman
Konsep Siswa pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Antologi UPI. 3 (2):1-8.
Kemendikbud. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar. (P. . P. Pangesti
Wiedarti, M.Appl.Ling. & D. Kisyani-Laksono, Eds.), Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta. Retrieved from
http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/40/1/Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-
di-SD.pdf
Kementerian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
Jakarta:Pusat Kurikulum.
Lipton, L dan D. Hubble. 1977. Sekolah Literasi Perencanaan dan Pembinaan. Terjemahan Fuad
Ferdinan. More Than 50 Ways to Leaner-Centered Literacy. 2016. Cetakan ke-1 (Edisi Revisi).
Bandung:Nuansa Cendikia.
Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta:Bumi Aksara.
Kemendikbud. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar. (P. . P. Pangesti
Wiedarti, M.Appl.Ling. & D. Kisyani-Laksono, Eds.), Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta. Retrieved from
http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/40/1/Panduan-Gerakan-Literasi-Sekolah-
di-SD.pdf
Siswoyo, D. 2016. Pengembangan Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Prosiding Seminar
Nasional LP3M. 5 November 2016, Surabaya, Indonesia. Hal, 27-36.
Wibowo. A. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai