Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

PENGARUH TEKNIK MUSIKALISASI PUISI TERHADAP KEMAMPUAN


MEMBACA PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 KOTA BENGKULU

Disusun Oleh:

Nurtika Apriyuliani
A1A018044
Kelas: 6B

Dosen Pengampu:

Dr. Rokhmat Basuki, M.Hum

Dr. Noermanzah, M.Pd.

Drs. Amril Canrhas, M.S.

Drs. M. Arifin, M.Pd.

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan


minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia. Belajar bahasa artinya
belajar berinteraksi sedangkan belajar sastra adalah belajar bersosialisasi dan mempelajari
nilai-nilai kemanusiaan. Standar kompetensi inilah yang akan menjadi dasar bagi siswa untuk
memahami dan merespon situasi lokal sampai dengan situasi global. Sastra sebagai bagian
dari mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi utama sebagai memperluas wawasan,
peningkat kepekaan rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, menumbuhkan apresiasi
budaya dan penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif baik secara lisan maupun
tertulis. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya
sastra.

Disituasi tertentu pembelajaran sastra dianggap tidak terlalu penting di sekolah. Hal ini
disebabkan adanya anggapan bahwa karya sastra adalah hiburan semata bagi penulis dan
penikmatnya. Akibatnya, pembelajaran sastra menjadi tidak menarik bagi guru sebagai
pengajar maupun bagi siswa sebagai pembelajar. Meskipun pembelajaran sastra di sekolah
dibutuhkan untuk melatih siswa untuk menanamkan rasa cinta sastra, sehingga setelah siswa
itu dewasa, mereka mampu mengapresiasi dan menilai hasil-hasil sastra.

Pembelajaran sastra pada jenjang pendidikan formal semakin menurun banyak faktor
penyebabnya salah satunya adalah kualitas tenaga pendidik dalam bidang sastra terbatas, ini
disebabkan oleh kurangnya materi dan praktek lapangan yang mereka dapatkan saat
menempuh pendidikan perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan metode yang mereka gunakan
untuk mengajar bidang sastra hanya bersifat teoritis sedangkan metode praktik cenderung
ditinggalkan.

Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir dari kesatuan ucap. membaca puisi
merupakan salah satu cara mengapreisasi puisi yang paling sering dilakuakan. Kegiatan
membaca puisi di jenjang sekolah ini sudah berlangsung dari masa pra sekolah (TK) sampai
jenjang pendidikan tinggi. Walaupun kegiatan ini sering dilakukan, teteapi masih banyak
siswa yang belum memahami cara membaca puisi tanpa menghayati makna yang terkandung
dalam puisi tersebut. oleh karena itu penulis melakukan penelitian mengenai membaca puisi
yaitu karya musikalisasi puisi menjadi media pembelajaran yang menarik dalam pembelajran
apresiasi puisi.

Adapun alasan penulis memilih teknik musikalisasi puisi sebagai media pembelajaran
membaca puisi dikarenakan musik tidak terlepas dari kehidupan manusia sekarang ini.
Membaca puisi dengan bantuan musik dapat membuat siswa lebih menikmati dan menjiwai
puisi yang mereka bacakan dan menambah rasa percaya diri karena merasa nyaman dengan
adanya bantuan musik yang mengiringi pembacaan puisi. Sebelumnya penelitian dengan
tema seperti ini sudah pernah dilakukan oleh Rodi Universitas Muhamadiyah Makassar
dengan judul: Efektifitas Teknik Musikalisasi Puisi Dalam Pembelajaran Membaca Puisi
Bagi Sisiwa Kelas VII.A SMP Muhammadiyah 12 Makassar, Kurniati Universitas Negeri
Makassar dengan judul: Pengaruh Teknik Musikalisasi Puisi terhadap Kemampuan
Menyimak Puisi Makassar Siswa Kelas X SMA Aksara Bajeng Kabupaten Gowa, Fatkhul
Aziz Universitas Negeri Semarang dengan judul: Pengemabangan Media Musikalisasi Puisi
Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Puisi Untuk Siswa Kelas IX SM.
Dan semua penelitian itu menunjukkan hasil yang baik, bahwa Teknik musikalisasi puisi
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang sastra puisi, dan berniat untuk
melakukan penelitian lanjutan di SMA Ngeri 7 Kota Bengkulu.

Dengan demikian, diharapkan kepada pihak yang terlibat langsung dalam pendidikan
formal dapat menciptakan metode pembelajaran yang tepat khususnya dalam pembelajaran
sastra puisi. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia kelas X
yaitu dapat membaca puisi dengan memperhatikan vokal, lafal, dan intonasi.

Berdasarkan uraian di atas penulis termotivasi melakukan penelitian dengan judul:


pengaruh Teknik Musikalisasi puisi terhadap kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMA
Negeri 3 Kota Bengkulu

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakag yang telah diuraikan di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMAN 7 Kota Bengkulu tampa
menggunakan teknik musikalisasi puisi?
2. Bagaimana kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMAN 7 Kota Bengkulu
setelah menggunakan teknik musikalisasi puisi?
3. Adakah pengaruh positif teknik musikalisasi puisi terhadap kemampuan membaca
puisi siswa kelas X SMAN 7 Kota Bengkulu?
C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMAN 7 Kota Bengkulu tampa


menggunakan teknik musikalisasi puisi
2. Kemampuan membaca puisi siswa kelas X SMAN 7 Kota Bengkulu setelah
menggunakan teknik musikalisasi puisi
3. Pengaruh positif teknik musikalisasi puisi terhadap kemampuan membaca puisi siswa
kelas X SMAN 7 Kota Bengkulu
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat prakris
1. Manfaat teoritis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai
pengembangan metode pengajaran membaca puisi
2. Manfaat praktis
 Peserta didik, diharapkan siswa merasa senang dengan metode dan media
pembelajaran baru sehingga menambah semangat belajar
 Guru, mampu membantu siswa meningkatkan prestasi belajarnya khususnya pada
pembelajaran membaca puisi belajar dengan metode baru yang menyenangkan
 Peneliti, sebagai peletak dasar kajian yang sama dalam mengapreisasi puisi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses intreraksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan
perilaku dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik untuk mencapai hasil yang di inginkan
(Suardi, 2018: 6). Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran membaca
puisi dengan teknik musikalisasi puisi.

Pendidikan sekolah yang menjadi tempat pemerolehan ilmu pengetahuan adalah salah
satu media pembelajaran bahasa dan sastra. Oleh karena itu, dalam membangun dan
mengembangkan keterampilan siswa dalam bidang bahasa dan sastra banyak faktor-faktor
yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah mental siswa itu sendiri. Baharuddin dan Esa
(2010:16) mengemukakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa hanya dapat diamati jika
ada perubahan perilaku yang berbeda dari sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum mengajak
siswa mendalami pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, hendaknya perlu diberikan
pemahaman awal tentang apa yang akan dipelajari, dan setelah pembelajaran itu apa yang
akan dihasilkan khususnya dalam dunia sastra. Sebab jangan sampai pada saat proses belajar
berlangsung, siswa masih belum mengerti alasan mengapa belajar bahasa Indonesia.

2. Pembelajaran Sastra di Sekolah

Sastra, atau yang dalam bahasa Inggris disebut literature,yang diberikan untuk
menyatakan hasil karya kreatif manusia dengan media bahasa sebagai penciptanya (Tjahyadi
2013). Dalam bahasa Indonesia sastra memiliki pengertian mengajar, mengerahkan, memberi
petunjuk, dan arti “tra” berarti sarana atau alat. Secara singkat sastra dapat berarti alat yang
digunakan untuk mengajar yang memiliki nilai estetika atau keindahan (Tindaon 2012).
Seringkali keindahan yang dimaksudkan oleh karya sastra disalah artikan. Masyarakat sering
menilai keindahan identik dengan simbol atau gambar-gambar yang dihiasi dengan berbagai
warna. Tetapi perlu diberi kesimpulan bahwa untuk dapat menciptakan keindahan dalam hasil
karya seni terlebih dahulu ditempuh proses kontemplasi; dan keindahan yang berpadu dalam
hasil cipta seni harus dikontemplasikan untuk menemukan rahasia dan nilai-nilai di balik
keindahan formalnya. (Tjahyadi 2013)

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi


kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan, pengetahuan,
keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia (Hidayat,
Keguruan, and Pendidikan 2009). Belajar bahasa artinya belajar berinteraksi sedangkan
belajar sastra adalah belajar bersosialisasi dan mempelajari nilai-nilai kemanusiaan.
(Suhariyadi 2016). Standar kompetensi inilah yang akan menjadi dasar bagi siswa untuk
memahami dan merespon situasi lokal sampai dengan situasi global. Sastra sebagai bagian
dari mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi utama sebagai memperluas wawasan,
peningkat kepekaan rasa kemanusiaan, dan kepedulian sosial, menumbuhkan apresiasi
budaya dan penyalur gagasan, imajinasi dan ekspresi secara kreatif baik secara lisan maupun
tertulis. Melalui sastra siswa diajak untuk memahami, menikmati, dan menghayati karya
sastra.

Sebagai satu kesatuan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, rumusan tujuan
pembelajaran sastra di sekolah berada dalam satu rangkaian tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia, yaitu (1) menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan (nasional) dan bahasa negara; (2) memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk,
makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam
tujuan, keperluan, dan keadaan; (3) memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial;
(4) memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis); (5) mampu
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas
wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6)
menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia[ CITATION Dep09 \l 1033 ].

Disituasi tertentu pembelajaran sastra dianggap tidak terlalu penting di sekolah. Hal ini
disebabkan adanya anggapan bahwa karya sastra adalah hiburan semata bagi penulis dan
penikmatnya, bukannya semua orang bisa membaca novel atau puisi dan menikmati
pertunjukan drama yang menghibur? Akibatnya, pembelajaran sastra menjadi tidak menarik
bagi guru sebagai pengajar maupun bagi siswa sebagai pembelajar (Tindaon 2012). Meskipun
pembelajaran sastra di sekolah dibutuhkan untuk melatih siswa untuk menanamkan rasa cinta
sastra, sehingga setelah siswa itu dewasa, mereka mampu mengapresiasi dan menilai hasil-
hasil sastra.

Pembelajaran sastra pada jenjang pendidikan formal semakin menurun kualitasnya


akibat banyak faktor penyebabnya salah satunya adalah kualitas tenaga pendidik dalam
bidang sastra terbatas, ini disebabkan oleh kurangnya materi dan praktek lapangan yang
mereka dapatkan saat menempuh pendidikan perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan metode
yang mereka gunakan untuk mengajar bidang sastra hanya bersifat teoritis sedangkan metode
praktik cenderung ditinggalkan (Sayuti 2015).

Rasa ketidakpuasan pembelajaran sastra Indonesia selama ini pernah dilontarkan oleh
sastrawan Pramoedya Ananta Toer dalam suatu simposium sastra yang diprakarsai Fakultas
Sastra Universitas Indonesia, Jakarta di sekitar tahun 1955 silam. Lontaran kritik yang
cenderung menyudutkan “kelalaian” pihak guru tidak mengajarkan sastra secara maksimal
karena tuntutan kurikulum, waktu pembelajaran yang relatif sedikit, sarana dan prasarana di
sekolah yang tidak memadai. Lontaran itu segera mendapat sambutan hangat dari A.T.
Effendy selaku “wakil” guru yang merasa telah melakukan tugas dan kewajibannya dengan
sebaik-baiknya. Masalahnya setelah 62 tahun sudahkah kondisi pembelajaran sastra di
sekolah-sekolah kita hingga saat ini menunjukkan perubahan yang signifikan setelah diskusi
demi diskusi diselenggarakan? Adakah hanya terhenti sebatas sebuah wacana? Pertanyaan
penting bagi kita, mengapa pembelajaran sastra Indonesia di sekolah-sekolah kita selama ini
dinilai telah gagal? (Larasaty 2019).

Pendidikan sekolah yang menjadi tempat pemerolehan ilmu pengetahuan adalah salah
satu media pembelajaran bahasa dan sastra. Oleh karena itu, dalam membangun dan
mengembangkan keterampilan siswa dalam bidang bahasa dan sastra banyak faktor-faktor
yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah mental siswa itu sendiri. Baharuddin dan Esa
mengemukakan proses belajar yang dilakukan oleh siswa hanya dapat diamati jika ada
perubahan perilaku yang berbeda dari sebelumnya [ CITATION Bah10 \l 1033 ]. Oleh karena itu,
sebelum mengajak siswa mendalami pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, hendaknya
perlu diberikan pemahaman awal tentang apa yang akan dipelajari, dan setelah pembelajaran
itu apa yang akan dihasilkan khususnya dalam dunia sastra. Sebab jangan sampai pada saat
proses belajar berlangsung, siswa masih belum mengerti alasan mengapa belajar bahasa
Indonesia.
Perlu ditanamkan kepada siswa bahwa peningkatan kemampuan membaca dan menulis
itulah selayaknya banyak diterima siswa dalam pengajaran sastra Indonesia. (Sunaryo 2011)
Sementara itu, karya sastra dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut. Akan tetapi,
karya sastra yang disodorkan kepada siswa merupakan karya-karya yang dekat dengan siswa.
Untuk itu, memng diperlukan semacam kearifan dalam menentukan karya-karya yang
disajikan dalam proses belajar mengajar(Riana 2020). kemampuan memilih karya yang
sesuai dalam memilih karya-karya yang akan disajikan dalam proses belajar mengajar
tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa ketidakseragaman pemikiran siswa. Sementara itu,
membaca dan memahami suatu karya sastra merupakan suatu langkah kegiatan apreasi.
Akasan motivasi seseorang membaca karya sastra bersifat pribadi. Pemahaman siswa yang
satu dengan yang lain tentu berbeda, bergantung pada persoalan yang dihadapi. Adakalanya
seseorang dapat melihat sesuatu dalam karya sastra yang belum tentu terlihat oleh uranga
lain. Sebaliknya seseorang mungkin melihat sesuatu sebagai hal yang biasa yang tidak perlu
dibicarakan. Oleh karena itu, siswa diberi kebebasan dalam mengapresisi karya-karya yang
dijadikan sebagai bahan ajar

3. Puisi
a. Pengertian Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani pocima „membuat‟ atau
poseis „pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan
„membuat‟ dan „pembuatan‟ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan
suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu.
Baik fisik maupun batiniah (Aminuddin, 2013: 134).
Puisi adalah karya sastra. Revees (Waluyo, 2000:22) mengemukakan Semua karya
sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna
kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk karya sastra yang lain, puisi
lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna.
4. Teknik musikalisasi puisi
a. Pengertian Musikalisasi Puisi
Salad mengemukakan bahwa musikalisasi puisi merupakan bentuk ekspresi seni
puisi dan musik yang ditampilkan secara bersamaan dalam satu ruang dan waktu
melalui panggung pertunjukan maupun media komunikasi massa lain yang
bersifat elektronis seperti kaset, compact disc, internet, radio, televisi dan lain
sebagainya. Musikalisasi puisi merupakan kegiatan apresiasi membaca puisi
melalui iringan musik yang dipadukan antara kolaborasi apresiasi seni, musik,
puisi, dan pentas (2015:115). Berdasarkan pendapat di atas mengenai teori
musikalisasi puisi, maka dapat disimpulkan bahwa musikalisasi puisi merupakan
kolaborasi membacakan puisi yang dilakukan dengan pembacaan dan pengubahan
syair dengan diiringi instrumen atau salah satu alat musik yang melibatkan
beberapa unsur seni, seperti: irama, bunyi (musik), dan gerak. Musikalisasi puisi
terdiri dari beberapa model di antaranya model musikalisasi puisi lagu, puisi
iringan, pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi puisi, atau musikalisasi
total. Ari KPIN (2008:7) menyatakan bahwa “Musikalisasi puisi, seperti hal-Nya
deklamasi atau pembacaan puisi, rampak puisi, dan dramatisasi puisi adalah salah
satu cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan mengekspresikan puisi
kepada pendengarnya”.
b. Model Musikalisasi Puisi
Danardana (2013:57) menyatakan bahwa “model musikalisasi puisi terdiri dari
tiga model musikalisasi puisi, pertama model musikalisasi puisi lagu, kedua model
musikalisasi puisi iringan, ketiga model musikalisasi total”. Berikut ini mengenai
model musikalisasi puisi dijelaskan di bawah ini.
1) Model Musikalisasi Puisi Lagu
Model musikalisasi puisi lagu merupakan model puisi yang terfokus pada
pengubahan puisi menjadi syair lagu yang memiliki nada diatonis yang
diaransemen dan dikombinasikan melalui kegiatan iringan musik. Danardana
(2013:57) bahwa “Model musikalisasi puisi lagu diubah menjadi syair lagu”.
Syair lagu yang memiliki nada harmoni, pada dasarnya merupakan bentuk
aransemen puisi ke bentuk lagu.
2) Musikalisasi Puisi Iringan
Model musikalisasi puisi iringan merupakan model puisi yang terfokus pada
iringan permainan alat-alat musik. Fokus utama model musikalisasi puisi ini
adalah keahlian olah vokal pembaca puisi. Hal ini sesuai pendapat Danardana
(2003:57) bahwa “Puisi dibawakan (dibaca) dengan diiringi oleh permainan
alat-alat musik. Fokus utama model musikalisasi puisi ini adalah, keahlian
olah vokal pembaca puisi”. Ari KPIN (2008:47) menyatakan bahwa
“musikalisasi puisi dengan cara membacakan yang diberi latar belakang
musik”. Model musikalisasi puisi iringan atau membaca puisi yang diberi latar
belakang merupakan model puisi yang biasa yang dilaksanakan masyarakat
umum dalam lomba-lomba atau kegiatan baca puisi.
3) Musikalisasi Puisi Total
Model musikalisasi puisi total merupakan model musikalisasi yang berubah
total menjadi sebuah lagu dengan mengonkretkan puisi dalam bentuk musik
seutuhnya. Danardana (2003:57) menyatakan bahwa “Pada hakikatnya model
musikalisasi puisi total sudah memiliki musiknya sendiri. Musikalisasi puisi
total bukanlah kerja menciptakan musik untuk puisi, melainkan
mengonkretkan puisi dalam bentuk musik”. Ari KPIN (2008:47) menyatakan
bahwa “musikalisasi puisi dengan cara menggabungkan cara yang pertama
dengan cara yang kedua, yaitu membuat komposisi lagu dimana syair dari
puisi ada yang dilagukan dan dinarasikan”. Berdasarkan teori di atas dapat
disimpulkan bahwa model musikalisasi puisi total merupakan ragam
musikalisasi puisi dengan pengubahan total baik komposisi nada mapun syair
yang dinyanyikan karena musik dan puisi yang dinyanyikan memiliki satu
kesatuan yang utuh.
c. Manfaat Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi memiliki banyak manfaat yaitu menyampaikan pemahaman
kepada pendengar melalui syair-syair puisi yang disampaikan. Lilis (dalam Ari
KPIN, 2008:9) menyatakan ada empat manfaat musikalisasi puisi yaitu sebagai
berikut:
1) Dapat merangsang minat siswa terhadap puisi sebab musik adalah salah satu
cabang kesenian yang sudah akrab dengan kehidupan siswa dan pada umumnya
disukai siswa;
2) Memberi penyegaran pada siswa agar pembelajaran tidak monoton;
3) Memberi kesempatan kepada siswa berhubungan langsung dengan karya sastra
melalui cara yang akrab dengan pengalaman siswa;
4) Merangsang aspek emotif siswa, dan lain-lain.

d. Langkah- langkah pembelajaran dengan teknik musikalisasi puisi


Pembelajaran dengan teknik musikalisasi puisi dilakukan dalam tiga tahapan
yakni, pengondisian, pelaksanaan, dan refleksi.
1) Pengondisian merupakan tahap persiapan sebelum siswa mengikuti
pembelajaran menyimak puisi Makassar dengan teknik musikalisasi puisi.
2) Tahap pelaksanaan, siswa melakukan kegiatan menyimak puisi Makassar yang
ditampilkan dengan menggunakan teknik musikalisasi puisi.
3) Pada tahap terakhir yaitu, setelah siswa melakukan pembelajaran menyimak
puisi Makassar yang ditampilkan dengan menggunakan teknik musikalisasi puisi,
siswa menjawab beberapa pertanyaan seputar puisi yang telah ditampilkan.
Setelah itu siswa bersama guru melakukan refleksi dari hasil dan proses
pembelajaran musikalisasi.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen. Sugiyono (2013:107) menyatakan, bahwa metode penelitian eksperimen dapat
disebut sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan. Metode penelitian yang penulis gunakan
adalah desain penelitian preeksperimental.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode pre-
experimental design tipe one group pretest-posttest (tes awal-tes akhir kelompok tunggal).
Menurut Arikunto (2010:124) metode one group pretest-posttest design adalah penelitian
yang memberikan tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan, setelah diberikan perlakuan
baru setelah itu memberikan tes akhir (posttest). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil perlakuan dapat dilihat lebih akurat dengan membandingkan keadaan sebelum
diberikan perlakuan. Penelitian ini tidak menggunakan kelas pembanding namun sudah
menggunakan tes awal sehingga besarnya efek atau pengaruh penggunaan teknik musikalisasi
puisi dapat diketahui secara pasti. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X
MIPA 6 SMA Negeri 7 Kota Bengkulu yang terdiri dari 31 orang siswa.

B. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013:305) menyatakan, bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang
berfungsi untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
instrumen tes yaitu performances test atau tes tindakan dengan membandingakan nilai pretest
dan posttest.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adakah teknik tes. Tes adalah kumpulan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
(Arikunto, 2002:139).
D. Teknik Analisis Data

Rancangan analisis data digunakan untuk memudahkan penulis dalam melakukan penskoran
terhadap hasil karya siswa. Bobot disetiap aspek penilaian telah dipertimbangkan secara
matang sesuai dengan bobot soalnya. Jumlah dari skor akan dijadiakn patokan untuk
perhitungan nilai. Analisis penilaian pembelajaran dapat diperoleh dari hasil perhitungan nilai
pretes dan postest. Perolehan nilai pretes dan postest dilakukan ke dalam beberapa tahap.
Tahap awal adalah pada kegiatan pretes, dan tahap akhir pada kegiatan postest. Setelah uji
coba berlangsung digunakan dengan jelas, dan data didapatkan dengan metode dan teknik
yang penelitian yang telah dipilih.

Contoh Tabel Skor Penilaian Kemampuan Membaca Puisi

No. Aspek Yang Dinilai Bobot


1 Vokal 35
2 Ekspresi 35
3 Intonasi 30
Jumlah 100
E. Indikator keberhasilan Tindakan

Uji Hipotesis

Dalam bab 1 telah penulis terangkan tentang beberapa hipotesis yang mendasari penelitiann
ini. Uji hipotesis berfungsi untuk membuktikan hipotesis-hipotesis yang telah penulis
tentukan.

Tabel Analisis Hasil Penilaian Pretes dan Postest

No Kode Pretest (X) Posttest (Y) d (X-Y) d2 Xd= (d-Md) Xd2


1 …. …. …. …. …. …. ….
2 …. …. …. …. …. ….

Dari data yang tedapat dalam tabel di atas, dapat dilakukan perhitungan ttes sebagai berikut:
a. Menghitung mean dari perbedaan hasil pretes dan postes

∑ Fx
1) Menghitung mean prates Mx =
n
Keterangan:
Mx = Nilai Rata-rata Prates
∑Fx = Jumlah Skor Perolehan Seluruh Siswa
N = Jumlah Siswa
2) Menghitung mean pascates
∑ Fx
My =
n
Keterangan:
My = Nilai Rata-rata Pascates
∑fx = Jumlah Skor Perolehan Seluruh Siswa
N = Jumlah Siswa
b. Menghitung mean dari selisih mean hasil prates dan pascates (Md)
Mean dari selisih mean hasil pretes dan postet (Md) pembelajaran mengidentifikasi
unsur kalimat efektif dalam teks eksposisi dengan menggunakan model talking stick
pada siswa kelas X SMA Negeri 7 Kota Bengkulu tahun ajaran 2021/2022, dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
∑d
Md =
n
Keterangan:
Md = Mean dari derivasi hasil prates dan pascates
∑d = Jumlah selisih dari mean hasil prates dan pascates
N = Jumlah Siswa
c. Menghitung jumlah kuadrat derivasi
Jumlah kuadrat derivasi dari pembelajaran mengidentifikasi unsur kalimat efektif
dalam teks eksposisi dengan menggunakan model talking stick pada siswa kelas X
SMA Negeri 2 Cikampek tahun ajaran 2015/2016, dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
(∑ d )2
∑xd2 = ∑d2 -
n
d. Mencari koefisien
Menghitung koefisien dari pembelajaran mengidentifikasi unsur kalimat efektif dalam
teks eksposisi dengan menggunakan model talking stick pada siswa kelas X SMA
Negeri 7 Kota Bengkulu tahun ajaran 2021/2022, dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut
Md
t= ∑ Xd 2
√ N (N −1)
Keterangan:
t = Koefisien
Md = Mean dari derivasi antara prates dan pascates
N = Jumlah Siswa
e. Menghitung nilai pada tabel dengan Taraf Signifikan 5% pada tingkat kepercayaan
95% terlebih dahulu menetapkan derajat d.b (derajat.kebebasan).
f. Penulis menghitung nilai pada tabel dengan taraf signifikan 5% pada tingkat
kepercayaan 95% terlebih dahulu, kemudian menetapkan derajat kebebasan sebagai
beriku.
1
Ttabel = t (1 - a) (d.b)
2
d.b = N -1
jika thitung > ttabel, hipotesis diterima
jika thitung < ttabel, hipotesis ditolak
Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan tingkat keberhasilan pembelajaran
membaca puisi dengan menggunakan teknik musikalisasi puisi. Uji hipotesis
melibatkan perhitungan data pretes dan posttesttes. Kesimpulannya yaitu, jika t hitung >
ttabel, hipotesis diterima sedangkan jika thitung < ttabel, hipotesis ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. (2013). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung:Sinar Baru

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Ari KPIN. 2008. Musikalisasi Puisi. Yogyakarta: Hikayat.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

Danardana, A. S. (2013). Pelangi sastra: ulasan dan model-model apresiasi. Pekanbaru:


Palagan Press.

Salad, Hamdy. 2015. Panduan Wacana&Apresiasi Musikalisasi Puisi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Suardi, M. (2018). Belajar & pembelajaran. Yogyakarta, ID: Deepublish.Baharuddin dan Esa
(2010:16)

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.CV

Waluyo, Herman J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press.

Anda mungkin juga menyukai