Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia

dan termasuk bagian integral dalam kehidupan karena ada proses yang dilalui

yakni proses pembelajaran berupa tranfer ilmu pengetahuan, ketrampilan serta

kebiasaan yang dapat diwariskan dari satu generasi kegenerasi selanjutnya.

Manusia pada dasarnya sebagai makhluk pedagogis yang mempunyai potensi

untuk mendidik dan dididik. Kodrat anak itu membutuhkan bimbingan dan orang

dewasa sebagai pengerak untuk mengarahkan menjadi anak baik dan menjadi

tahu.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam

mewujudkan suasana proses belajar-mengajar agar para peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang

dapat memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan

keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.

Berdasarkan UU. No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1
yang berguna
dan memiliki kemampuan untuk
mengembangkan
dirinya di masa depan
Dunia pendidikan merupakan salah satu pilar utama yang menopang

perkembangan manusia dalam membina karakter, pengetahuan, sikap, mental

seorang individu. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diperlukan suatu

pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut kurikulum. Undang-undang

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang berlaku saat ini ialah

kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Kurikulum 2013. Menyikapi akan hal ini, dalam dunia pendidikan, terutama

dalam pendidikan di sekolah dasar haruslah meningkatkan kualitas dan kuantitas

belajar.

Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen

dalam sistem. Yaitu bahan ajar (materi), peserta didik, sarana, media, metode,

partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran

performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran optimalisasi komponen ini,

menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat

dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik setiap

2
komponen sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian untuk tercapainya

tujuan pembelajaran.

Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang edukatif yang mewarnai

interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Ketika kegiatan belajar

mengajar berlangsung maka telah terjadi interaksi yang memiliki tujuan. Pendidik

dan peserta didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan ini

diharapkan pendidiklah yang memaknai dan mewarnai sehinggah ercipanya

lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan peserta didik dalam belajar.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diera globalisasi saat ini menuntut

peningkatan mutu dalam pendidikan. Oleh karena itu, Pendidikan dijadikan

sebagai titik tolak dalam pembangunan yaitu membangun manusia seutuhnya.

Sehinggah perlu adanya penilaian atau evaluasi terhadap semua komponen

pembelajaran yang ada dan selanjutnya mengadakan langkah-langkah perbaikan

dan penyempurnaan.

Kegiatan pengajaran sastra merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam

pembelajaran bahasa Indonesia. Selain pengajaran bahasa, pengajaran sastra pun

tidak kalah penting untuk dipelajari oleh para peserta didik. Akan tetapi, selama

ini pengajaran sastra dirasa masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Attar Semi (2002: 134) mengatakan bahwa kualitas pengajaran sastra dinilai

rendah dikarenakan berbagai faktor seperti kurikulum, sarana belajar, dan

pendidik. Kurikulum telah menekankan aspekafektif dan psikomotor selain juga

kognitif dalam setiap evaluasinya. (Baedhowi, 2006: 812). Hal ini juga didukung

3
fakta bahwa sedikit sekali bahan sastra yang dipelajari peserta didik. Peserta didik

hanya mengetahui kulitnya saja tanpa tahu hakikat sastra tersebut.

Problem pengajaran sastra di sekolah harus segera diselesaikan agar

problem ini tidak akan terjadi lagi pada generasi-generasi mendatang. Pada

dasarnya permasalahan pengajaran sastra adalah masalah yang sudah dari dulu

terjadi. Suwardi Endraswara, (2002:59) mengungkapkan bahwa problem

pengajaran di sekolah selalu terkait dengan ketersediaan karya sastra, sistem

pengajaran, kurikulum yang kurang memberi ruang terhadap sastra dan

kemampuan pendidik. Hal inilah yang menyebabkan sempitnya ruang untuk

peserta didik menyalurkan ekspresi mereka dalam menulis puisi.

Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia,

(Herman J. Waluyo, 2003: 1). Menurut Rakhmat Joko Pradopo (1997:1) banyak

puisi Indonesia modern kian diminati oleh semua lapisan masyarakat Indonesia.

Namun demikian pengajaran menulis puisi dirasa masih rendah. Banyak faktor

yang menyebabkan rendahnya pengajaran menulis puisitersebut. Cara penyajian

materi yang tidak tepat sasaran, sarana belajar yang kurang mendukung,

kurangnya contoh puisi, kurangnya media yang digunakan untuk mendukung

materi tersebut, dan pendidik yang terkesan kurang memahamiakan puisi

merupakan faktor kendala yang cukup dominan dalam pembelajaran sastra

khususnya puisi. Keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh

pendidik dalam mengelola kelas. Ketika mengajar pendidik harus pandai

menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa

4
merugikan peserta didik. Seharusnya pembelajaran sastra dilakukan dengan

sekreatif mungkin.

Pembelajaran sastra yang bersifat konvensional segera ditinggalkan.

Ditinjau dari segi media yang digunakan untuk mendukung peserta didik dalam

menulis puisi, hendaknya pendidik memilih media yang menyebabkan peserta

didik merasa antusias untuk menulis puisi. Banyak peserta didik mengalami

kegagalan dalam menulis puisi. Indikator tersebut diantaranya ialah peserta didik

kurang tertarik akan materi puisi yang diberikan oleh pendidik. Peserta didik

kurang antusias dalam menulis puisi karena keterbatasan media dan keterbatasan

informasi yang mereka miliki tentang hal-hal yang diperlukan untuk menulis

puisi.Peserta didik cenderung menulis puisi yang singkat tanpa mengindahkan

unsur-unsur yang seharusnya ada dalam sebuah puisi.

Prosedur pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik yaitu pendidik hanya

mengajarkan teori pada satu jam pelajaran atau dalam dua jam pelajaran. Pada

umumnya setelah pendidik menerangkan teori pendidik langsung menyuruh

peserta didik menulis puisi. Selanjutnya puisi yang telah ditulis oleh peserta didik

dikumpulkan dan tidak dibahas kembali. Menulis tanpa adanya media yang

digunakan tidak memudahkan peserta didik dalam menulis puisi. Hal inilah yang

menyebabkan kurangnya minat peserta didik terhadap puisi.

Prinsifnya pembelajaran sastra yang dilaksanakan dengan baik niscaya akan

memberikan kontribusi yang bermakna bagi proses pendidikan dalam

keseluruhannya (Riris K. Toha Sarumpaet, 2002: 45). Selanjutnya Riris K. Toha

5
Sarumpaet, (2002: 46) juga menjelaskan bahwa pembelajaran sastra yang baik

harus memenuhi dua syarat, yaitu dilaksanakan dengan kreatif dan bahan- bahan

yang diberikan hendaknya karya-karya yang dapat membuat peserta didik menjadi

lebih kritis.

Salah salah satu upaya yang dapat diusahakan pendidik agar dapat

meningkatkan minat peserta didik untuk menulis puisi adalah dengan variasi

media dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang dirasa cukup efektif

menurut peneliti adalah dengan media lagu dengan cara menyimak. Media ini

digunakan untuk membantu peserta didik agar mereka lebih mudah untuk menulis

puisi. Selain dengan variasi media, hal lain yang berpengaruh terhadap

pembelajaran menulis puisi adalah pemahaman bahasa. Peningkatan kemampuan

menulis puisi dengan media lagu mustahil dapat berjalan dengan lancar tanpa

adanya pemahaman bahasa dan pemahaman tentang materi yang cukup. Seorang

peserta didik tentu akan lebih mudah dalam menulis puisi jika memiliki

pemahaman bahasa yang baik.

Berdasarkan hasil observasi awal pada saat pembelajaran di kelas dan

wawancara dengan pendidik maka diketahui bahwa kemampuan belajar masih

sangat rendah. Hal ini diketahui dari hasil pengamatan di sekolah tersebut, yang

melihat bahwa pembelajaran di kelas itu mengalami permasalahan yaitu peserta

didik belum mampu belajar dengan baik khususnya pelajaran Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia. Faktor penyebab peserta didik belum mampu belajar dengan

baik dan benar, diantaranya yaitu:

1. Keterbatasan media dalam belajar menulis puisi.

6
2. Kurangnya minat peserta didik untuk belajar sastra. Hal ini karena adanya

anggapan peserta didik bahwa pembelajaran yang berhubungan dengan sastra

sulit khususnya menulis puisi sehinggah menyebabkan perilaku menjadi

malas menulis, bosan, jenuh, dan tidak bersemangat mengikuti kegiatan

pembelajaran. Dalam mengawali menulis, peserta didik masih bingung harus

menulis apa untuk mengawali tulisan mereka.

3. Pendidik melakukan pembelajaran dengan metode yang kurang variatif,

monoton, dan tradisional. Pendidik dalam proses pembelajaran lebih

mendomonasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan teknik

ceramah saja.

4. Pendidik tidak pernah menggunakan media yang dapat menunjang

pembelajaran menulis puisi. Hal ini karena kurang adanya kepedulian guru

terhadap pemakaian media dalam pembelajaran, terutama dalam

pembelajaran menulis puisi.

Menyadari kenyataan bahwa peserta didik yang belum mampu belajar

dengan baik dengan kemampuan yang masih rendah, maka dalam penelitian ini

mengambil judul “Efektivitas Teknik Meyimak Lagu Terhadap Kemampuan

Menulis Puisi Pada Peserta didik Kelas V SD Negeri 148 Inpres Bontoa

Kecamatan Bontao Kabupaten Maros.”

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan

permasalahannya yakni apakah efektiv teknik menyimak lagu terhadap

7
kemampuan menulis puisi pada peserta didik kelas V SD Negeri 148 Inpres

Bontoa Kecamatan Bontao Kabupaten Maros?

C. Tujuan Kajian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efektiv teknik menyimak lagu terhadap kemampuan menulis puisi

pada peserta didik kelas V SD Negeri 148 Inpres Bontoa Kecamatan Bontao

Kabupaten Maros.

D. Manfaat Kajian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini agar diharapkan dapat

berguna sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Profosal ini bermanfaat untuk mengetahui efektiv teknik menyimak lagu

terhadap kemampuan menulis puisi pada peserta didik kelas V SD Negeri 148

Inpres Bontoa Kecamatan Bontao Kabupaten Maros.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktisnya adalah sebagai berikut:

a. Bagi Peserta Didik

1) Sebagai kontribusi bagi pendidik, yaitu dapat memberikan salah satu

alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan media yang tepat dalam

pembelajaran sastra, khususnya puisi.

8
2) Peserta didik dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dimiliki

untuk menulis puisi sehingga tumbuh motivasi untuk belajar dan menuangkan

gagasan yang kreatif.

b. Bagi Pendidik

1) Memberikan masukan bagi pengejar khususnya pendidik mata pelajaran

bahasa Indonesia dan sastra, mengenai cara penggunaan model pembelajaran

teknik menyimak lagu dalam materi puisi

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk pendidik untuk memilih model

pembelajaran yang tepat agar meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

c. Bagi Sekolah

Memberikan tambahan literasi bagi sekolah sebagai pedoman dalam

pelaksaan pendidikan.

E. Defenisi Istilah

Defenisi istilah ini berfungsi untuk menjelaskan batasan atau cakupan

peneliti, baik dari segi rentang waktu maupun jangkauan wilayah objek penelitian.

Adapun yang menjadi batasanya adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas berasal dari kata “Efek” digunakan dalam istilah penelitian

ini sebagai sebuah hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang

sebagai suatu sebab dari variabel lain. Jadi efektivitas berarti tujuan

yang telah direncakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata

sasaran tercapai karena adanya proses menurut Pasolong, (2007: 25).

9
2. Teknik adalah cara konkrit yang digunakan dalam proses pembelajaran

atau cara yang digunakan seseorang dalam mengimplementasikan suatu

metode secara sfesifik, (Umi Hijriah, 2016:199).

3. Menyimak lagu menurut Umi Hijriah adalah proses, mulai dari dari

proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, dan proses

penyimpanan, serta proses menghubungkan hasil penafsiran secara

keseluruhan dengan menggunakan media lagu, (2016:3).

4. Kemampuan menulis puisi adalah suatu kecakapan seseorang

dalammengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam

bahasa tulis sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain

dalam bentuk puisi.

10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Efektivitas

Menurut Emerson dalam Handayaningrat (2006:16), efektivitas adalah

“pengukuran dalam tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya”. Sedangkan menurut Pasolong (2007:9), efektivitas pada dasarnya

berasal dari kata “Efek” dan digunakan dalam istilah ini dalam sebuah hubungan

sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain.

Efektivitas berati tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau

dengan kata sasaran tercapai karna adanya proses kegiatan.

Menurut Sedarmayanti (2006:61), efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut

menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan

11
gambaran seberapa jauh target yang telat ditetapkan sebelumnya oleh lembaga

dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting perannya di dalam setiap lembaga dan

berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu

lembaga.

Efektvitas kebijakan publik menurut Gie dalam Budiani (2007:52)

menyebutkan bahwa efektifitas adalah suatu keadaaan yang terjadi karena

dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu

dan memang dikehendaki. Maka pekerjaan tersebut dikatakan efektif bila

menimbulka akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki

sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

efektivitas kebijakan merupakan tercapainya suatu hasil dan tujuan yang sudah

direncanakan dan tolak ukur sejauh mana sebuh program dapat melaksanakan

kegiatan atau fungsinya sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pengertian Puisi

a) Pengertian puisi

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling tua menurut

sejarahnya. Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan gagasan yang

disusun sedemikian rupa menjadi puisi. Sukirno (2013: 304) menjelaskan bahwa

puisi merupakan hasil cipta kreasi manusia yang memiliki nilai kepuitisan, berasal

dari pikiran, perasaan, dan pengalaman penyair. Penyair dapat menulis menulis

dan mengkombinasikan sarana-sarana kepuitisan yang disukainya dengan memilih

12
diksi atau pilihan kata secara tepat, pilihan kata dapat memberikan makna

sintesitas. Cara yang dipilih tersebut dapat mengekspresikan pengalaman jiwa

penyair. Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan

didalamnya terdapat unsur-unsur estetiknya.

Pradopo (2010: 7) menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran

yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam

susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatuyang penting, yang direkam

dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan dapat memberi kesan. Waluyo

(2010: 25) menjelaskan puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan

pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan

mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur

fisik dan struktur batinnya.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa puisi adalah salah satu jenis

karya sastra yang berbentuk kata-kata yang indah dan memiliki arti. selain itu

puisi adalah wujud dari ekspresi jiwa yang dituangkan dalam bentuk tulisan hasil

dari pengimajinasian pikiran dan perasaan. Puisi itu juga merupakan rekaman dan

interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling

berkesan.

3. Pembelajaran menulis puisi

Menurut Sukirno (2013: 322) menulis adalah menciptakan mencipta, dalam

suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya,

dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya. Suatu

kegiatan produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah

13
terampil memanfaatkan grafoligi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan

menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan

praktik yang banyak dan teratur. Langkah pertama yang harus dilakukan ketika

akan menulis puisi yaitu memunculkan tema puisi dengan memilih tema yang

tepat dan sesuai dengan apa yang diinginkan dan bisa menggunakan tema dengan

bentuk kalimat atau kata-kata kunci. Hal yang perlu dihindari ketika menetapkan

tema adalah memikirkan apa yang akan ditulis. Kecenderungan ini yang membuat

seseorang menjadi sulit memulai tulisannya, karena tema untuk menulis puisi

cukup tuliskan atau ungkapkan sesuai dengan perasaan yang sedang dialami.

Selanjutnya, langkah kedua yaitu menggambarkan tema sesuai kata-kata kunci

atau kalimat topik yang telah ditentukan untuk dikembangkan menjadi sebuah

puisi dengan memperhatikan unsur pembangun puisi. Langkah ketiga merangkai

kata secara sederhana mencipta puisi hanya merangkai kata. Adapun unsur yang

harus diperhatikan, yaitu masalah estetika. Estetika adalah kecermatan dan

kelihaian mencari, memilih, dan menyusun kata-kata agar menjadi lebih indah.

4. Lagu sebagai media pembelajaran

Pemanfaatan lagu sebagai media pembelajaran sebenarnya merupakan hal

yang biasa jika dibandingkan dengan media yang lainnya. Namun, menjadi hal

yang luar biasa ketika pendengar menangkap pesan yang disampaikan oleh

penyanyi secara mudah.

a. Pengertian media lagu

Tarigan mengatakan penggunaan media lagu adalah suatu yang melibatkan

pengisian/pemuatan bank-bank memori-memori atau ingatan-ingatan yang

14
diinginkan dan memberi kemudahan (Trimantara, 2005: 33). Suharto

mengungkapkan bahwa lagu adalah sarana informasi dan edukasi bagi negara dan

bagi masyarakat. Sebagai sarana informasi, lagu sebagai sarana penyampaian

ungkapan hati atau ungkapan perasaan seorang penyair kepada pendengar.

Sebagai sarana edukasi lagu dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran

di sekolah karena lagu merupakan salah satu bentuk karya seni. Lagu merupakan

karya yang estetis yang bermakna dan mempunyai arti bukan hanya sesuatu yang

kosong tanpa makna (Handayati, dkk., 2013: 228). Gustiani mendefinisikan lagu

sebagai ragam sastra yang berirama dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan

sebagainya. Lagu termasuk kedalam media audio karena lagu merupakan hal atau

sesuatu yang berkaitan dengan indra pendengaran (Handayati, dkk., 2013: 228).

Penggunaan lagu dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan dampak

positif untuk proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan iringan lagu merupakan

salah satu cara untuk merangsang pikiran sehingga peserta didik dapat menerima

materi pelajaran dengan baik. Selain merangsang pikiran, iringan lagu juga dapat

memperbaiki konsentrasi, ingatan, meningkatkan aspek kognitif, dan juga

kecerdasan emosional. Lagu mempengaruhi perasaan peserta didik yang akan

berpengaruh pada proses belajar mengajar. Iringan lagu tidak mesti selalu ada

supaya proses pembelajaran dapat berlangsung, akan tetapi lagu dapat menjadikan

proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Laguberasal dari sebuah karya tulis yang diperdengarkan dengan iringan musik.

Mereka yang mendengarkan lagu bisa merasa sedih, senang, bersemangat, dan

perasaan emosi lain karena efek dari lagu yang begitu menyentuh. Selain itu, lagu

15
mampu menyediakan sarana ucapan yang secara tidak sadar dapat disimpan dalam

memori otak. Keadaan ini yang justru menjadikan proses pembelajaran menjadi

tidak kaku, dan terkesan dikondisikan, yang kadang dalam beberapa hal tidak

disenangi oleh peserta didik. melihat keuntungan tersebut tersendiri bagi

pengajaran pengucapan, sehingga hasilnya lebih efektif.Jadi, penyanyi tidak

sekedar menyanyi dengan suara indah, tetapi juga dapat menyampaikan pesan

pada lagu tersebut

1. Kelebihan media lagu

Menurut Gustiani (dalam Handayati, dkk, 2013: 229), kelebihan media lagu

adalah: (1) dapat diputar berulang-ulang sesuai kebutuhan peserta didik, (2) lagu

dapat dihapus dan digunakan kembali, (3) mampu mengembangkan imajinasi

peserta didik, (4) sangat efektif untuk pembelajaran bahasa, (5) penggandaan

programnya sangat mudah sehingga bisa diberikan kepada setiap anak didik.

Berdasarkanpenjelasan tersebut terdapat kelebihan media lagu. Kelebihan tersebut

mendorong peserta didik untuk memotivasi peserta didik dan untuk fokus dalam

pembelajaran agar dapat mengikuti pembelajaran dengan efektif.

2. Kekurangan lagu

Menurut Gustiani (dalam Handayati, dkk, 2013: 299) kekurangan media

lagu adalah: (1) daya jangkauan terbatas dan penggandaan alatnya relatif lebih

mahal. Karena itu jika ada anak yang membutuhkannya, maka harus

mengeluarkan biaya untuk membeli kaset atau CD tersebut.

16
5. langkah-langkah menulis puisi dengan menyimak lagu.

Menyimak adalah mendengarkan secara khusus dan terpusat pada objek

disimak, menuru Natasasamita Hanapi, (1995:18). Menyimak menurut Djago

Taringan ialah dapat didefenisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan

mendengarkan dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik dan mereaksi atas

makna yang terkandung dalam bahasa simakan, (1991:4). Menyimak adalah suatu

proses kegiatan mendengarkan lambang lisan-lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta intreprestasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh

pembicara melaluibahasa lisan. Proses menyimak memerlukan perhatian serius

dari peserta didik karena berbeda dengan mendengarkan. Pada dasarnya kegiatan

mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Dalam

kegiatan mendengar sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsur

pemahaman karena itu belum menjadi tujuan.

Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan, dan disertai

usaha untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan

menyimak ada unsur kesengajaan, perhatian, penilaian, dan pemahaman yang

merupakan unsur utama dalam peristiwa menyimak. Senada dengan Sabarti

mengatakan bahwa meyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan

mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasikan, dan

mereaksi atas makna yang terkandung didalamnya. Sedangkan media lagu

merupakan media yang menggunakan kata kunci dalam pembelajarannya.

17
Pemberian kata kunci tersebut dalam pembelajaran dapat mempermudah peserta

didik untuk menuangkan ide atau gagasan mereka kedalam bentuk tulisan.

Langkah-langkah pembelajaran menulis puisi dengan menyimak lagu adalah

sebagai berikut:

a. peserta didikmendengarkan lagu yang diputarkan oleh pendidik untuk

memunculkan daya imajinasi objek penulisan puisi;

b. menentukan kata kunci (Tema, diksi, majas, kata konkret, imaji, dan rima),

dan;

c. berlatih menulis puisi berdasarkan lagu dengan menggunakan kata kunci.

Setelah peserta didik menulis puisi, pendidik menyimpulkan hasil

pembelajaran dan memberi motivasi kepada peserta didik agar tetap semangat

dan senang terhadap hasil pekerjaannya dan pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Febrianti (2017) dengan judul ”Efektivitas Media Menyimak Lagu

Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Pada Peserta didik Kelas VII SMP Negeri 1

Tanjung Morawa Tahun Pelajaran 2016/2017. Dapat disimpulkan bahwa metode

menyimak lagu dapat meningkatkan menulis puisi bebas dikelas tersebut. Hal ini

terlihat dari hasil observasi pendidik dengan kategori cukup dan meningkat pada

siklus II dengan kategori baik. Serta hasil tes menulis puisi bebas pada pra

tindakan dengan presentasi 43,33%, siklus I 70% dan pada siklus II meningkat

menjadi 86,66%.

18
Kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini, secara sederhana dapat

digambarkan dalam bagan berikut:

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Menulis Puisi

Menggunakan Metode Lagu


Metode Cermah

Evaluasi

Efektif Tidak Efektif

Gambar 1. Skema kerangka berpikir

Dari bagan di atas dapat dilihat bagaimana proses yang diharapkan

penelitidengan penggunaan media lagu dengan teknik menyimak dalam

19
meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi dan keterampilan menulis puisi

peserta didik. Proses mengajar puisi tidak selamanya sempurna dan mencapai

hasil yang maksimal. Umumnya pendidik mengalami kendala ketika mengajar di

kelas. Pendidik hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran

sehingga peserta didik merasa bosan dan tidak bersemangat untuk belajar. Peserta

didik hanya mendengarkan dan mengikuti apa yang dikatakan pendidiknya

sehingga tampak proses belajar mengajar yang pasif tanpa adanya proses kreatif

dan inovatif. Di samping itu, buku yang digunakan hanya bersumber dari buku

paket saja. Kendala tersebut muncul diakibatkan karena kurangnya teknik

pembelajaran yang dipakai oleh pendidik ketika mengajar sastrakhususnya

menulis puisi di kelas, sehingga yang terjadi adalah keterampilan peserta didik

dalam menulis puisi sangat kurang.

Proses pembelajaran menulis puisi tidak hanya membutuhkan keaktifan dan

kemahiran peserta didik dalam berpuisi, tetapi juga membutuhkan kemampuan

dan kemahiran pendidik yang sangat mendukung berjalannya proses pembelajaran

menulis puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi seorang pendidik harus pandai

dalam memilih strategi pengajaran serta pandai memilih media apa yang akan

digunakan agar peserta didik merasa senang dengan pembelajaran itu dan tidak

merasa bosan dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran menulis puisi

memerlukan strategi dengan penggunaan media yang sesuai agar materi yang

disampaikan pendidik dapat dimengerti oleh peserta didik. Selain dapat dimegerti,

peserta didik pun dapat menghasilkan proses kreatif dari materi yang disampaikan

oleh pendidik.

20
Penggunaan media lagu dengan teknik menyimak sebagai sebuah media

pembelajaran merupakan salah satu jalan untuk melatih peserta didik berimajinasi

dengan sesuatu yang ada di depan mereka sehingga mereka akan dengan mudah

menuangkan ide serta merangkai kata untuk ditulis menjadi sebuah puisi karena

apa yang mereka hadapi bukan hanya sesuatu yang abstrak. Penggunaan media

lagu ini diharapkan mampu menarik minat peserta didik untuk lebih berimajinasi

dan membantu pendidik dalam menyampaikan pembelajaran sehingga Efektivitas

belajar mengajar akan tercapai karena peserta didik tidak merasa bosan dan

kesulitan dalam pembelajaran tersebut. Dengan kata lain penggunaan gambar

tersebut berdampak pada peningkatan keterampilan menulis puisi peserta didik

secara nyata.

21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Jenis dan Lokasi

Jenis rancangan penelitian yang digunakan oleh Peneliti adalah penelitian

tindakan kelas, dengan desain penelitiannya deskriptif, sementara data berupa

angka-angka digunakan pendekatan kuantitatif.

2. Rencana Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan

penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD

Negeri 148 Inpres Bontoa Kecamatan BonoaKabupaten Maros. Lokasi ini sangat

cocok untuk melakukan penelitian dengan menggunakan teknk menyiak lagu

22
karena banyak pendidik yang memakai model konvensional dalam pembelajaran.

Tentu model konvensional tersebut bukan suatu kesalahan, tetapi kalau terus

menerus dipakai maka dapat dipastikan suasana pembelajaran berjalan secara

monoton tanpa ada variasi.

b. Subyek Penelitian

Penelitian ini meneliti peserta didik kelas V SD Negeri 184 Inpres Bontoa

Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros yang berjumlah 21 orang, terdiri dari 9

peserta didik laki-laki dan 12 orang peserta didik perempuan.

c. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genab (II) tahun 2020, dengan

alokasi waktu sebagai berikut:

Tabel 1.1. Bagan pelaksanaan kegiatan

Bulan ke-/ minggu ke


1 2 3 4 5 6
N Deskripi
o kegitan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2 3 4
1 Observasi

sebelum

2 Susunan
proposal, 
konsultasi 

23
3 Peksanaa 
seminar
penelitian,
dan izin
penelitian

4 Pelaksanaan 
penelitian,
penyusunan
data,
konsultasi

5 Seminar 
hasil
penelitian

6 Ujian tutup

3. Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan

kelas. Hal ini didasarkan pada pendapat Kasbolah, bahwa karakteristik penilain

tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Pertama, penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh pendidik sendiri.

Sebagai pengelola program di kelas pendidik merupakan sosok yang benar-benar

mengenal lapangan tempat dia mengajar. Kedua, penelitian tindakan kelas

berangkat dari permasalahan praktik faktual. Permasalahan faktual adalah

permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi

oleh pendidik. Ketiga, adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan. Didasarkan

pada pendapat di atas, maka dalam rancangan penelitian tindakan kelas diperlukan

24
pengetahuan tentang model penelitian kelas, (2013:22). Oleh karena penelitian ini

mengacu pada siklus spiral refleksi yaitu suatu siklus yang terdiri dari penyusunan

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi menurut

Wiriatmadja (2015:66).

Pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang

terjadi dimasyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat

dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama

dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti

dengan anggota kelompok sasaran. Menurut Suharsimi, Arikunto penilainan

tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan

nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan

dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang

terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain,

(2008:22).

Tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai

berikut:

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu

benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani

serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan

tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih

dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.

25
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah

dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat

terhadap penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang

berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan

terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi

tantangan sepanjang waktu, (82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari John Elliot yaitu

berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (refleksi), (2008:28). Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum

masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar: Alur PTK

Pelaksanaa
nn
Siklus 1
Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

26
Siklus 2
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi

Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I

a. Perencanaan (plan) berupa persaingan yang dibutuhkan dalam penelitian dan

alat yang dibutuhkan.

b. Pelaksanaan (action), atau proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas

dengan menggunakan model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif,

menyenangkan, dan Islami .

c. Pengamatan (Observe), peneliti melakukan kegiatan pemantauan terhadap

kegiatan atau proses belajar mengajar.

d. Refleksi (Reflect), pemeriksaan terhadap hasil kegiatan mengajar.

Keterangan Siklus II

a. Reflect plant, pemeriksaan terhadap perencanaan dan hal-hal yang

dibutuhkan dalam siklus ke dua.

b. Active, proses belajar mengajar yang terjadi dalam kelas dengan

menggunakan model yang sama.

c. Observe, pemantauan terhadap proses belajar mengajar.

d. Reflect, pemeriksaan terhadap hasil kegiatan belajar mengajar menurut

Akhmad Sudrajat, (2016:156).

27
Langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan direncanakan secara rinci

dan sistematis sehingga dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan.

Langkah-langkah tersebut adalah mengidentifikasi aspek-aspek dan hasil proses

belajar mengajar. Perencanaan (plan) tindakan disusun berdasarkan pada masalah

yang hendak dipecahkan. Pada perencanaan tindakan diidentifikasi pada faktor

pendukung maupun penghambat pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan

(act) merupakan kegiatan langkah-langkah yang telah disusun. Pelaksanaan

tindakan didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil penerapan

tekik menyimak lagu dalam pembelajaran pada peserta didik di kelas V SD

Negeri 184 Inpres Bontoa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros sehingga data

yang di peroleh akurat. Refleksi (reflect) merupakan proses analisis, sintesis, dan

interprestasi terhadap semua informasi yang diperoleh dari hasil pelaksanaan

model pembelajaran ini. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk

memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran pada

peserta didik di kelas.

1. Tahapan Penelitian

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pendekatan kepada kepala sekolah SD Negeri 148 Inpres Bontoa Kecamatan

Bontoa Kabupaten Maros agar memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan kegiatan penelitian.

28
2) Peneliti mengadakan penelitian awal pada proses model pembelajaran teknik

menyimak lagu untuk memperoleh data-data awal berupa permasalahan

yang dihadapi.

3) Peneliti berdiskusi dengan pendidik kelas V SD Negeri 184 Inpres Bontoa

Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros membicarakan tentang permasalahan

yang dirasakan dan dialami.

4) Setelah mencapai kesepakatan peneliti mengadakan kolaborasi dengan

praktisi mengenai cara melakukan tindakan dan sekaligus mengenalkan

model pembelajaran berupa teknik menyimak lagu.

2. Tahap Pelaksanan Tindakan


Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran

sebagaimana tugas yang dilaksanakan oleh pendidik di kelas. Pelaksanaan pada

tahap ini yaitu melaksanakan kegiatan dengan menerapkan teknik menyimak lagu

dalam pembelajaran di kelas V SD Negeri 148 Inpres Bontoa Kecamatan Bontoa

Kabupaten Maros.

Siklus I

a. Melaksanakan prosedur model pembelajaran dengan teknik menyimak lagu

dengan indikator keberhasilan yang dicapai.

b. Melakukan observasi keefektifan penerapan model pembelajaran teknik

menyimak lagu yang dilakukan peneliti dalam meningkatkan kemampuan

29
belajar peserta didik pada V SD Negeri148 Inpres Bontoa Kecamatan

Bontoa Kabupaten Maros.

c. Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi.

d. Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan merancang

pembelajaran menggunakan model pembelajaran teknk menyimak lagu

untuk pelaksanaan pada siklus II.

Siklus II

a. Pelaksanaan kegiatan siklus II berbeda dengan siklus I.

b. Melakukan observasi model pembelajaran teknik menyimak lagu yang

dilakukan peneliti dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didik.

c. Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi.

d. Peneliti berdiskusi mengenai proses dan hasil pembelajaran untuk

merencanakan tindakan perbaikan selanjutnya.

e. Melakukan kegiatan refleksi siklus II untuk memperbaiki dan merancang

pengguanaan model pembelajaran dengan teknik menyimak lagu.

B. Data dan Sumber Data

Memperoleh kebenaran yang objektif dalam pengumpulan data, maka

diperlukan adanya instrumen yang tepat sehingga masalah yang diteliti akan

terpecahkan dengan baik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

30
1. Peneliti. Menurut Lexy J Moleong, peneliti merupakan instrumen karena

peneliti sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis,

penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelapor penelitiannya, (2015:168).

2. Lembar Observasi. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau

cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan secara

partisipatif yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Atau observasi dilakukan secara non partisipatif yaitu pengamat tidak ikut serta

dalam kegiatan, dia hanya berperan sebagai pengamat menurut Nana Syaodih,

(2009:220).

3. Lembar Angket Peserta didik. Angket menurut Zainal Arifin ialah instrumen

penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan untuk menjaring data atau

informasi yang harus dijawab oleh responden. Angket yang akan digunakan

adalah angket tertutup dengan alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadan-

kadang dan tidak perna, (2013:226).

4. Wawancara. Wawancara menurut Sugiono, merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan melalui percakapan atau tanya jawab baik langsung

maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu, (2014:222)

5. Tes. Dalam model pembelajaran pembelajaran teknik meyimak lagu

digunakan pre test, post test, dan kuis individu. Tes ini digunakan untuk

mengetahui sejauh mana prestasi peserta didik mengenai materi.

6. Dokumentasi. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, daftar nilai peserta didik, daftar

31
kelompok, dokumen pendidik mengenai nilai peserta didik semester ganjil, dan

foto-foto selama proses pembelajaran, menurut Sugiono (2013:256).

C. Teknik Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan pendidik yang

fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa banyak peserta didik telah

menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk

menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu

nilai. Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar

peserta didik secara individual maupun secara klasikal. Di samping itu untuk

mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan peserta didik sehingga

dapat dilihat dimana kelemahannya, khususnya pada bagian mana yang belum

tercapai.

Cara memperkuat data yang dikumpulkan maka juga digunakan model

observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan

merekam aktivitas pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Kriteria yang digunakan untuk mengungkapkan peningkatan hasil belajar peserta

didik kelas V SD Negeri 184 Inpres Bontoa Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros

dengan kriteria penilaian yang diungkapkan Suharsimi, (2004:35).

Tabel 2.2 Indikator pencapaian

Skor/Nilai Kategori
8,1 – 10,0 Sangat Tinggi
6,6 –8,0 Tinggi
5,6 – 6,5 Sedang
4,1 – 5,5 Rendah

32
0 - 4,0 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria standar tersebut, maka peneliti menentukan tingkat

keberhasilan tindakan pada penelitian ini dari peningkatan hasil belajar peserta

didik secara individu pada setiap siklus telah meningkat secara keseluruhan

mencapai ketuntasan klasikal 85% dengan nilai masing-masing setiap subjek

penelitian memperoleh nilai paling rendah 7.00.


[

D. Teknik Analisis Data


Peneliti kemudian menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga

dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka

digunakan analisis data kuantitatif dan pada model observasi digunakan data

kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar peserta didik

dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1. Merekapitulasi hasil tes

2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan presentasenya untuk masing-

masing peserta didik menurut Slamet (2011:22), dengan menggunakan

rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis

penilaian yaitu peserta didik dikatakan tuntas secara individual jika

mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas

belajar jika jumlah peserta didik yang tuntas secara individu mencapai

85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh pendidik sendiri selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung.

33
Untuk mengukur hasil belajar peserta didik melalui tes formatif yang

diberikan diakhir siklus, dapat diketahui tingkat penguasaan peserta didik

terhadap suatu evaluasi yang diberikan dengan menggunakan rumus:

Skor penilaian

Tingkat penguasaan = x 100

Total skor

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.
Anis Lukman. 2011. “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan
Objek Langsung Pada Peserta didik Kelas V SD Negeri Keputaran
IV.”Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Aqib, Z. 2016. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK, Bandung:
CV.Yrama Widya.
Arief S. Sadiman dkk. 2018. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arifin, Zainal, 2013. Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineke Cipta.
B. Rahmanto. 2014. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Burhan Nurgiyantoro. 2009. Penilaian dalam Pengajaran dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.

34
Dadan Djuanda. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan
Menyenangkan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Dedikbud, Evaluasi Belajar, Dirjen Dikdasmen: Jakarta, 2015.
Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Endang, UU – Sisdiknas, Jakarta: Hak Cipta, 2015.
Harun Rasyid dan Mansur. 2017. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana
Prima.
Henry Guntur Tarigan. 2016. Menulis Sebagai Sesuatu Keterampilan Bahasa.
Bandung: Angkasa Bandung.
Herman J Waluyo. 2013. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jabrohim, Suminto A. Sayuti, Chairul Anwar. 2016.”Unsur-unsur Puisi” dalam
Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamdi, Bloom, 2015. Teori belajar dan Pembelajaran, Malang: UIN.
Kasbolah, 2013. Penelitian Tindakan Kelas, Surabaya: insane Cendekia.
Meity Taqdir Qadratillah, 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J, 2015. Metodologi PenelitianTindakan Kelas. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, 2012. Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad
Global, Malang: UIN-MALIKI Press.
Sri Rakhmawati. 2011. “Efektivitas Penggunaan Media Lagu Peristiwa Dalam
Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Pada Peserta didik Kelas
VII SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta.” Skripsi.Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sudrajat, Akhmad, 2016. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Radiaksa.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suminto A. Sayuti. 2015. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media.

35
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar,
Jakarta: Kencana.
Suwarsih Madya, 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Lembaga penelitian UNY.
Syaodih, Nana,  2009. Model Penelitian Pendidikan ,Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Tim Penyususun FKIP Unismuh Makassar Edisi Rev I, 2008, Pedoman penulisan
Skripsi. Makassar: Panrita Pres.

36

Anda mungkin juga menyukai