Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI “RE-KREASI” DALAM PEMBINAAN PENULISAN PUISI

DI KELAS VII D UPT SMPN 1 KADEMANGAN

Wawan Susanto¹, Maulida Lutfiani², Reka Emolia Febrianti³, Rizka Awalina⁴, Siti Rofi'ah⁵

Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Email: wawansusanto080@gmail.com, maulidalutfiani5@gmail.com,


rekaemolia2@gmail.com, nawalina04@gmail.com, sitirofiah.unublitar@gmail.com

ABSTRAK
Kemampuan dalam pembelajaran sastra terutama dalam menulis puisi kenyataannya kurang diminati oleh
siswa, karena disebabkan kurang relevannya media ataupun strategi yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan strategi
“re-kreasi” (penciptaan kembali) dalam pengajaran apresiasi puisi. Instrumen pengambilan data menggunakan
pengumpulan literatur-literatur yang relevan dengan objek pembahasan seperti buku, majalah, jurnal, artikel
serta dokumen-dokumen yang sesuai dengan permasalahan yang ada dalam Google Scholar, ERIC, Z-library.
Ada tiga tahapan dalam strategi re-kreasi yang dapat dilalui, yakni (1) tahap penjelajahan, (2) tahap
interpretasi, dan (3) tahap re-kreasi dan rekreasi. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa siswa mampu
mencipta puisi dan mengapresiasi puisi secara langsunng yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mendapatkan hiburan mental-spiritual atau rekreasi imajinatif melalui strategi re-kreasi.

Kata Kunci: Strategi, re-kreasi, penulisan puisi

PENDAHULUAN
Pada hakikatnya pembelajaran menulis puisi sesuai kurikulum 2013 di tingkat SMP
diintegrasikan dalam pembelajaran melalui ragam teks. Menulis puisi merupakan salah satu
keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam bidang apresiasi sastra. Materi menulis puisi
dapat ditemukan pada mata kuliah di tingkat SMA yang terintegrasi dalam teks eksemplar,
yaitu teks dengan arah, peristiwa, dan struktur penjelas. Untuk pembelajaran puisi dalam teks,
sampel diambil dari pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses
mengungkapkan puisi yang baik, siswa mengembangkan gagasannya melalui pengalaman
dari apa yang mereka lihat, baca, dan rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ismawati (2013: 8) berpendapat bahwa proses penyampaian pengalaman dalam puisi


disebut vicarious experience, yaitu pengalaman representatif. Manusia akan menggunakan
pengalaman mereka untuk menginformasikan diri mereka sendiri dan orang lain. Dari
pengalaman itu terciptalah sebuah puisi yang memiliki daya untuk memperluas pengalaman,
ketajaman indra, penalaran, imajinasi, kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan
lingkungan tempat tinggal si pembelajar. Kajian puisi yang komprehensif memberikan
kontribusi positif terhadap pendidikan moralitas, sikap, budi pekerti, tata krama, pengetahuan,
budaya, dan keterampilan berbahasa. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran
menulis puisi berdasarkan paradigma baru dan arah pelaksanaannya bertumpu pada kegiatan
reseptif, kreatif dan produktif untuk menggali dan mengenal berbagai nilai serta
mengungkapkannya dalam bentuk tulisan yang mana ini diyakini akan dapat membentuk
pribadi pembelajar yang berkarakter (Sudaryono, 2015:43). Namun permasalahannya,
1
keterampilan menulis puisi tidak bisa datang secara otomatis tetapi harus melalui praktik yang
teratur.

Prestasi dalam pembelajaran sastra tidak lepas dari guru yang melayani siswa dengan
baik dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya peran guru sebagai fasilitator dan inovator
adalah membantu mengubah lingkungan dan membantu terjadinya proses sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan siswa. Ecurtis dan Bidwel (Hamalik 2001: 45) mengemukakan
peran guru lebih spesifik yaitu (1) guru sebagai panutan, (2) guru sebagai perencana, (3) guru
sebagai prediktor, (4) guru sebagai pemimpin, ( 5) Guru sebagai pemandu atau pembimbing
sebagai pusat pembelajaran. Pembelajaran menulis puisi menuntut guru berperan aktif sebagai
fasilitator dan pembimbing dalam proses pembelajaran. Kewajiban guru adalah menyiapkan
rencana pelajaran yang akan mengajar siswa dan memungkinkan pembelajaran berlangsung
sebagaimana dimaksud.

Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran sastra khususnya puisi kurang diminati oleh
siswa. Hal ini antara lain karena kurang relevannya media dan strategi yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran (Suhariyanto: 1981). Hal ini terlihat dari rendahnya nilai
kemampuan menulis puisi sebelum penelitian dilakukan. Dari 30 siswa kelas VII D UPT
SMPN 1 Kademangan yang mengikuti kelas pembinaan menulis puisi, terbukti hanya 6 siswa
yang mampu menulis dengan baik. Tidak hanya itu, metode pembelajaran tradisional
membuat siswa tidak dapat mengembangkan bakatnya (Hastuti: 1998). Oleh karena itu,
diperlukan pendekatan inovatif dalam pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan metode
tradisional. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran dengan
mengembangkan strategi rekreasi dalam pembelajaran menulis puisi di UPT SMPN 1
Kademangan.

lstilah re-kreasi menurut Sudaryono (2000) dapat diartikan sebagai upaya penciptaan
kembali. Strategi re-kreasi dalam apresiasi puisi adalah penerapan teknik rekreasi dalam
kegiatan pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat puisi
berdasarkan unsur-unsur dari puisi lain yang telah dibacanya. Strategi re-kreasi meliputi tiga
fase, yaitu: (1) fase Penjelajahan, (2) fase interpretasi, (3) fase re-kreasi (menciptakan
kembali). Menurut Sadaryono (2000), kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap re-kreasi
dalam pembelajaran puisi adalah (1) menciptakan puisi berdasarkan tema puisi yang telah
dibaca siswa, (2) menciptakan puisi berdasarkan nada puisi yang telah dibaca siswa, (3)
menciptakan puisi berdasarkan suasana puisi yang telah dibaca siswa, (4) menciptakan puisi
berdasarkan latar konteks puisi yang telah dibaca siswa.

Dalam artikel ini dimaksudkan untuk memperkenalkan strategi dalam pengajaran


apresiasi sastra, khususnya apresiasi puisi di tingkat SMP. Strategi yang penulis maksudkan
dalam tulisan ini berkenaan dengan kegiatan “re-kreasi” (penciptaan kembali) dalam
pengajaran puisi. Tulisan ini diangkat berdasarkan pengalaman penulis melaksanakan
kegiatan proses belajar-mengajar di  UPT SMPN 1 Kademangan.

METODE PELAKSANAAN

2
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi3

Metodologi yang digunakan adalah penelitian studi pustaka. Studi pustaka adalah
penelitian yang mencari, mengumpulkan dan menganalisis referensi yang relevan dari
berbagai sumber yang ada, seperti buku, majalah, arsip, jurnal, artikel dan dokumen yang
sesuai dengan permasalahan yang ada. Hal ini berimplikasi bahwa penelitian yang akan
dilakukan akan mencari dokumen relevan yang menjelaskan hubungan antara strategi rekreasi
dengan peningkatan keterampilan berpuisi di UPT SMPN 1 Kademangan. Data dalam
penelitian ini terutama berasal dari sumber primer. Hasil investigasi ilmiah atau ilmiah dapat
diakses secara online melalui database seperti Google Scholar, ERIC, Z-library, dan
sejenisnya.

Strategi pembelajaran menulis puisi meliputi tahapan perencanaan, yaitu: (1)


pendahuluan diawali dengan mengkondisikan kelas, mengajukan pertanyaan dan mengaitkan
pembelajaran yang lalu dan menuliskan tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan inti diawali
dengan mengamati model puisi, mengajukan pertanyaan tentang strategi kreasi ulang,
mengumpulkan informasi dengan mendiskusikan tema, nada, setting dan suasana puisi,
mengasosiasikan menentukan penulisan puisi berdasarkan strategi kreasi ulang dan
mengkomunikasikan dengan membacakan hasilnya di depan. kelas setelah itu penilaian
selesai. Kegiatan terakhir adalah menutup materi pembelajaran, merefleksi pengalaman, dan
diakhiri dengan doa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Implementasi Strategi Re-Kreasi
Istilah reinvention dapat diartikan sebagai upaya untuk “menciptakan kembali”.
Strategi rekreasi dalam pengajaran apresiasi puisi adalah dengan menggunakan teknologi
rekreasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk membuat
puisi berdasarkan unsur-unsur puisi lain yang telah dibacanya. Istilah reinvention terkait
dengan strategi layering. Strategi stratifikasi meliputi tiga tahap, yaitu (1) tahap penjelajahan,
(2) tahap interpretasi, (3) tahap re-kreasi.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam tahap kreasi ulang dalam pengajaran puisi
adalah (1) membuat kembali puisi berdasarkan tema puisi lain yang telah dibacakan, (2)
membuat kembali puisi berdasarkan nada puisi lain. puisi yang telah dibacakan puisi. Siswa
membacakan, (3) membuat ulang puisi berdasarkan suasana puisi lain yang dibaca siswa, (4)
membuat ulang puisi berdasarkan konteks puisi lain yang dibaca siswa.
Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Tema
Dengan tuntutan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada perspektif siswa terhadap
keberhasilan pendidikan, maka strategi menulis ulang puisi dapat didasarkan pada tema puisi
yang lain dan diharapkan dapat mendukung kemampuan berbahasa siswa, baik kemampuan
berbahasa maupun literasi (menyimak, berbicara, membaca, menulis). Pengkreasian puisi
berdasarkan kemiripan dengan tema puisi lainnya juga dapat mengembangkan kreativitas, cita
rasa, dan inisiatif siswa, serta mendukung pembentukan karakter..
Berikut ini disajikan contoh puisi “Menangislah Sobat di website Gramedia” sebagai
ilustrasi pengimplementasian strategi re-kreasi berdasarkan persamaan tema.

Menangislah Sobat

Tak dapat ungkap dengan kata apapun


Hal ini memang sangat membosankan
Hal ini begitu melelahkan
Bahkan, hal ini menjadi sangat menjengkelkan
Tubuh seakan beku dalam bongkahan es
Ia membeku tidak tahu kapan akan mencair

Yaa… itu benar sobat


Itu semua kemudian seperti sorot lampu panggung tanpa penonton
Menerangi tubuhmu di dalam kegelapan
Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata
Ini sungguh sangat menyedihkan..

4
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi5

Namun.. ingatlah sobat..


Kau tak sendiri, tak berdiri sendiri di kegelapan itu
Teteskanlah air matamu jika hatimu menjadi terisak
Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas
Karena itu kemudian akan membuatmu lebih baik

Puisi di atas bertemakan tentang kesedihan yang dialami sahabat. Tema kesedihan
dalam contoh puisi di website Gramedia adalah pengungkapan pengalaman indra penyair
yang dituangkan dengan cara pelukisan. Pada perasaan penyair tampil bersama tanggapan
yang tersirat. Bertitik tolak dari tema yang sama, guru dapat mengarahkan siswa untuk
melakukan kegiatan re-kreasi. Perlu dipahami strategi dalam re-kreasi ini tentu saja siswa
tidak sekadar membuat rekonstruksi kesedihan yang dialami sahabat, tetapi dapat diarahkan
pada penerapan perasaan yang dalam kepada sahabat yang dialami siswa. Misalnya, siswa
dalam proses belajar di sekolah, lingkungan rumah di Kademangan dan diminta melakukan
kegiatan re-kreasi berdasarkan tema kesedihan yang dialami sahabatnya, maka kemungkinan
diciptakan puisi tentang kesedihan sahabat sebagai berikut ini.

Sobat

Naswa Malaika PK.

Hal ini begitu melelahkan.

Bahkan, hal ini menjadi sangat menjengkelkan

Ini sungguh sangat menyedihkan

Kau tak sendiri, tak berdiri sendiri di kegelapanmu

Itu semua kemudian seperti sorot lampu panggung tanpa penonton

Teteskan air matamu jika kau lelah

Berteriaklah sepuasmu jika harimu rapuh

Karena itu kemudian akan membuat lebihh baik

Menangislah Sobat
Oleh: M. Marcello

Tak dapat ku ungkap dengan kata apapun

Hal ini memang sangat membosankan

Hal ini memang sangat melelahkan

Bahkan hal ini menjadi sangat menjengkelkan

Menerangi tubumu di dalam kegelapan

Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata

Ini sangat menyedihkan semoga kau selalu mengingatku

Wahai sahabatku

Penciptaan puisi “Sobat” dan “Menangislah Sobat” berdasarkan persamaan tema


tentang kesedihan yang dialami oleh teman siswa bernama Naswa Malaika PK dan M.
Marcello, terlepas dari kualitas puisi, secara langsung dapat menunjang keterampilan menulis
serta keterampilan berbahasa lainnya. Penuangan penulisan puisi dengan tema yang sama
tentang kesedihan ke dalam wujud puisi, secara langsung atau tidak langsung dapat pula
mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa siswa, bahkan dapat membentuk karakter, yakni
memberikan perasaan terhadap teman yang dirasa berjasa dalam hidupnya dan juga
memberikan kedekatan emosional terhadap teman sejatinya.

Strategi Re- Puisi Berdasarkan Nada Kreasi 


Nada puisi adalah cara penyair mengungkapkan pikiran dan perasaannya (Sumardjo,
1986). Menurut Sudjiman (1984) nada ialah gaya atau cara menulis atau berbicara khas.
Kadang-kadang nada tulisan mengungkapkan keadaan jiwa atau suasana hati penulisnya.
Setiap puisi yang ditulis oleh penyair tertentu memiliki nada yang khas, sesuai dengan Puisi
Sapardi Djoko Damono dengan judul “Hujan Bulan Juni” sebagai ilustrasi
pengimplementasian strategi re-kreasi berdasarkan persamaan nada.

Hujan Bulan Juni

6
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi7

Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu

Mengacu dari puisi “Hujan Bulan Juni”, guru secara kreatif dapat menugasi siswa
untuk melakukan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan sikap kagum, sikap prihatin, sikap
peduli dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, guru dapat menugasi siswa untuk melakukan
kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan nada, maka tercipta puisi sebagai berikut.

Pencipta Semesta

Oleh : Allyya E.R


Tak ada yang lebih megah

Dari ciptaanMu ini

Surga, semesta adalah milikNya

Karena hanya Dia yang mampu

Tak ada yang lebih berhak

Untuk segala puji

Kecuali hanya untukNya

Maka tak ada ragu bagiku terhadapMu

Tak ada yang lebih arif

Dari segala ketetapan mu ini

Kami yang selalu memohon atas segala keberkahan

Maka jadikanlah kami untuk senantiasa beriman kepadaMu

Senja Dalam Masa

Oleh : Silvia Dwi Damayanti

Tak sedikitpun beranjak

Tapi kau lantas pergi

Meski semesta tak mengizinkannya

Tanpa ragu melangkahkan kakimu

Senja dalam masa

Langit sore nampak indah

Aku menatapmu disini

Kembali ke tempat peraduannya


8
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi9

Inginku menetap menunggu

Jangan lagi kau ajarkan aku berkikir..

Untuk segala dusta ini..

Karena tak ada lagi kata untukmu mengharapkan

Dari setiap kenangan mu kepadaku

Puisi yang diciptakan oleh siswa bernama Allyya E.R dan Silvia Dwi Damayanti
tersebut, barangkali dapat menggugah hati karena nadanya sangat memprihatinkan, dan juga
sedih karena di dalamnya ada sikap peduli terhadap sesama manusia. Kegiatan re-
kreasi berdasarkan persamaan nada atau sikap siswa dapat mendukung pengembangan daya
cipta, rasa, dan karsa siswa yang pada akhirnya dapat memperkokoh pembentukan watak
yang secara kultural, ideologis, dan pragmatis sangat berguna dalam pembentukan
kepribadian siswa.

Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Suasana


Suasana di dalam konteks ini mengandung pengertian ‘perasaan’ penyair pada saat
mencipta puisi. Puisi “Perjuangan Orang Tua” menyiratkan bagaimana perasaan Moch Taufiq
Zulmanarif, perasaan terpesona terhadap kejelitaan tanah kelahirannya. Berdasarkan suasana
perasaan yang sama, guru dapat mengarahkan pada siswanya untuk menciptakan puisi baru.
Sebagai variasi pengembangannya, guru juga dapat mengarahkan para siswanya untuk
menciptakan puisi yang dilandasi suasana terpesona dan kagum terhadap sesuatu.
Guru dalam kegiatan belajar-mengajar dapat mengarahkan para siswanya sesuai
dengan tujuan yang ditargetkan. Guru juga dapat menugasi para siswanya untuk menciptakan
puisi bermacam-macam suasana  perasaan. Puisi berdasarkan suasana telah tercermin pada
puisi karya Irmawati berikut ini.

Perjuangan Orang Tua

Oleh : Moch Taufiq Zulmanarif

Debu, panas, dan bising kendaraan yang bersahut-sahutan

Kadang buatku tak nyaman

Usaha tak kenal lelah, tuk samarkan gangguan

Demi sang anak tercinta yang sedang tumbuh dan berkembang

Terima kasih pada kalian yang selalu ada

Dariku yang hanya sekepal tangan hingga dewasa kini


Tak tahu berapa banyak pengorbanan yang bisa kubalas untuk kalian

Bahkan bila diberi dunia seisinya pun masih kurang tuk bisa seperti yang kalian beri

Mengacu dari sikap mengagumi seorang ayah, guru secara kreatif dapat menugasi
siswa untuk melakukan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan sikap kagum, sikap prihatin,
sikap peduli dan sebagainya. Sehubungan dengan itu, guru dapat menugasi siswa untuk
melakukan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan nada, maka kemungkinan akan tercipta puisi
sebagai berikut.

Perjuanganmu

Oleh: Zarima Sri Dyahmi

Panas, matahari, hujan, dan kedinginan

Itu yang kau rasakan setiap kali

Kau membahagiakanku

Usahamu yang membuatku bahagia

Akan selalu ada di pikiranmu

Kau adalah seorang yang sempurna

Dan kau yang hanya bisa membuatku tersenyum bahagia

Perjuanganmu akan selalu aku jaga

Dan akan aku rindu selama-lamanya

Perjuanganku

Oleh: Ananda Niko Aditya

10
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi11

Langit mendung

Redup nan gelap

Tubuh Rentannya masih terlihat kokoh

Langkahnya tak pernah goyah, tak pernah lelah

Peluh yang mengalir disibak perlahan

Ayah...

Aku tahu kau lelah

Tubuhmu semakin renta

Tapi kau belum mau menyerah.

Perjuanganmu membuat semua orang menitikkan air mata

Keringatmu, hembusan nafasmu,

Goresan luka di tubuh, semua kau rasakan

Namun senyummu terihat seolah ayah baik-baik saja

Aku ingin berhenti saja

Aku tak tega melihatnya terus

Tersiksa menahan pedihnya luka dunia ini.    

                                                             

Strategi Re-Kreasi Puisi Berdasarkan Latar

Latar yaitu yang berhubungan dengan segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan
suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1984). Latar dalam karya sastra
termasuk puisi adalah keadaan sosial, sejarah, dan sebagainya yang menjelaskan terjadinya
lakuan dalam suatu karya sastra. Latar (Setting) puisi “Bangku Di Teras Rumahku” dari
website Gramedia dapat dijadikan titik tolak penulisan puisi oleh siswa.

Bangku Di Teras Rumahku

Di kala senja melebur dan mengelabu


Di kala matahari kemudian sangat lelah dan tak mau lagi duduk berbincang
Kelebatan malam kemudian tidak lagi memberikan ultimatum dan ketakutan
Hingga jendela pun menjadi tertutup tak membuatku turut masuk

Kursi yang ada di teras kemudian teramat nyaman jika kau disebelahnya
Rasa sakit menjadi teramat berat hingga saat matahari tiba masih ingin ia terduduk
Aku telah beranjak
Mencoba mengeringkan luka serta berusaha merajut kembali

Tidak ada kamu dan matahari


Aku masih berlama di sana
Berteriak di dalam kerinduan kepada jiwa-jiwa yang telah pergi

Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan kegiatan re-kreasi puisi berdasarkan


bermacam-macam latar. Siswa dapat diminta menciptakan puisi berlatar sama dengan puisi
yang berjudul “Bangku Di Teras Rumahku” dari website Gramedia. Siswa dapat pula
diarahkan untuk menciptakan (menulis) puisi dengan latar sosial, latar sejarah, latar agama,
dan lain-lain.

Dengan demikian dapat dipetik manfaat yang multiguna dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan secara universal. Puisi yang mengutamakan latar setempat, khususnya daerah
Kademangan, dapat dirancang dengan meyesuaikan contoh yang ditulis oleh siswa Genta
Pandu P.J dan Rangga Setya wimokha. Namun, substansi puisi lebih mengarah pada bentuk
latar. Puisi yang mengutamakan latar setempat, khususnya daerah Kademangan, dapat dibaca
dalam puisi berikut.

SANG REMBULAN

Oleh: Genta Pandu P.J

Dikala senja melebur dan mengelabu

Melihat matahari begitu bagus.

Mengopi dan merokok sambil menikmati rembulan

Yang mengingatkanku terhadap seseorang yang aku rindukan

Senyumnya merekah membekas

Hai sang rembulan

Aku sangat merindu


12
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi13

Saat kita bertemu

Andai kita bisa bertemu lagi

Aku rindu terhadap senyumanmu

Wahai orang yang aku rindukan

Aku rindu dimana kita saling bercanda

Semoga lain kali kita bertemu

Teras Senja

Oleh: Rangga Setya wimokha

Di saat senja melebur dan mengelabu

Di saat matahari sudah sangat lelah menyinari dunia

Kelebatan malam kemudian tidak lagi memberikan ultimatum dan ketakutan

Hingga jendela pun tertutup tak memperbolehkanku untuk masuk

Jika kau tidak disana

Rasa sakit menjadi sangat berat

Kuingin hingga saat matahari

Tiba ingin dia disana

Aku telah beranjak

Mencoba mengeringkan luka

Tidak ada kamu dan matahari

Aku masih di sana

Berteriak di dalam kerinduan yang sangat mendalam


Re-Kreasi Dan Rekreasi: Sebuah Alternatif Penulisan Puisi

Puisi sebagai karya kemanusiaan yang kreatif, imajinatif, dan sugestif dapat berfungsi
memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikir orang mengenai baik dan buruk,
mengenai benar dan salah, dan mengenai cara hidupnya sendiri serta bangsanya (Suyitno,
1986). Konteks kalimat tersebut bermakna bahwa fungsi puisi dalam kehidupan manusia jauh
dari hal-hal yang bersifat kebendaan. Dengan demikian kegiatan belajar-mengajar apresiasi
puisi selain bisa diarahkan pada kegiatan re-kreasi (penciptaan kembali), hendaknya juga
memberikan rekreasi imajinatif yang bersifat spiritual. Puisi selain mencekam perhatian orang
yang membacanya juga dapat memberikan kesenangan yang unik. Dalam hubungan ini
Horace (dalam Suyitno, 1986) menyatakan bahwa puisi itu berfungsi “dulce et etile”, yakni
indah dan berguna. Puisi itu menyenangkan dan memberikan hiburan secara spiritual.

Sehubungan dengan itu, kegiatan re-kreasi yang telah dilakukan dapat didukung


dengan kegiatan rekreasi (mendapat hiburan). Hiburan dalam konteks pengajaran apresiasi
puisi di sekolah khususnya di UPT SMPN 1 Kademangan, tidak semata-mata berarti puisi
yang dapat membuat tersenyum atau tertawa, akan tetapi puisi yang dapat menggelitik
kepekaan perasaan, memunculkan kebermaknaan dan kearifan, dan akhirnya memberikan
kualitas terhadap kehidupan.

Sebagai akhir tulisan ini, penulis menghimbau bahwa bahan-bahan yang perlu dalam
pengajaran apresiasi puisi di tingkat UPT SMPN 1 Kademangan, khususnya kegiatan re-
kreasi dan rekreasi diusahakan agar bervariasi. Variasi bahan-bahan pengajaran puisi
hendaknya mempertimbangkan (1) bahasa, (2) psikologi, dan (3) latar belakang budaya yang
sesuai dengan tingkatan siswa (Rahmanto, 1988).

SIMPULAN
Apresiasi puisi dikaitkan dengan indra yang tajam, penalaran dan imajinasi serta
kepekaan sosial, budaya dan lingkungan. Untuk mengajarkan Apresiasi Puisi di UPT SMPN 1
Kademangan, pengetahuan dan sejarah puisi saja tidak cukup, perlu pengalaman langsung
menulis puisi dan mengapresiasi puisi.

Strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran apresiasi puisi di UPT SMPN 1
Kademangan adalah (1) kegiatan rekreasi yaitu kegiatan belajar mengajar yang memberikan
14
Susanto, Strategi “Re-kreasi” dalam Pembinaan Puisi15

pengalaman menulis puisi kepada siswa, (2) kegiatan rekreasi yaitu kegiatan belajar mengajar
yang memberikan pengalaman spiritual kepada siswa. berpeluang untuk hiburan mental atau
imajinatif.

Strategi re-kreasi perlu disertai kegiatan rekreasi. Dalam praktiknya, tiga tahap yang


dapat dilalui, yakni (1) tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap re-kreasi dan
rekreasi. Implementasi strategi re-kreasi dalam pengajaran apresiasi puisi di sekolah
khususnya UPT SMPN 1 Kademangan, seorang guru hendaknya mempertimbangkan bahan
pengajaran berdasarkan bahasan psikologi siswa dan latar belakang budaya siswa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Dalam pelaksanaan dan penyelesaian penulisan artikel ini, terdapat beberapa
hambatan yang kami lalui. Namun, terlepas dari itu terdapat banyak pihak yang membantu
untuk mendukung dan berkenan untuk berproses bersama. Maka, kami bermaksud untuk
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Siti Rofi’ah, M.Pd., selaku dosen
pembimbing lapangan KKN-T Desa Suruhwadang kelompok 20 yang selalu memberikan
arahan dan juga membersamai selama pengabdian masyarakat ini. Dan juga kepala sekolah,
guru, staf karyawan, serta seluruh siswa UPT SMPN 1 Kademangan, yang senantiasa
menyambut baik dan selalu memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk
melakukan kegiatan pengabdian di sekolah ini.

DAFTAR RUJUKAN
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Kesusastraan Indonesia Modern. Jakarta: Gramedia.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. 1999. Kurikulum Pendidikan Dasar (Suplemen GBPP) 19994. Jakarta:


Depdikbud.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hastuti, S.P.H. 2006. Strategi Belajar Engajarbahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Ismawati, E. 2013. Pengajaran Sastra. Jogjakarta: Ombak

Rahmanto, B (Ed.). 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yoyakarta: Kanisius.

Sudaryono. 2000. Strategi Re-Kreasi dalam Pembelajaran Apreasiasi Puisi di Sekolah. Jurnal
Ilmiah IMPASMAJA. 3(6), 57-76. DOI http://cakrawalasastraindonesia.blogspot.com/

Sudaryono. 2015. Resensi Sastra: Jogjakarta. Pustaka Senja.

Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Suhariyanto. 1981. Pengantar Apresiasi Puisi. Jakarta: Bumi Aksara

Suhariyanto. 1981. Membina Para Calon Pembina Apresiasi Sastra. Yogyakarta: FKSS IKIP
Yogyakarta.

Sumardjo, J. & Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita.

Wardani, IGAK. 1981. Pengajaran Sastra. Makalah disajikan dalam  Lokakarya di  Malang
Tahap ke- 2 Proyek Pengembangan Guru, Malang, 12 Juli.

16

Anda mungkin juga menyukai