Pengantar
Bukti tertua mengenai keberadaan
Aksara Nusantara yaitu berupa tujuh
buah yupa (tiang batu untuk
menambatkan tali pengikat sapi) yang
bertuliskan prasasti mengenai upacara
waprakeswara yang diadakan oleh
Mulawarmman, Raja Kutai di daerah
Kalimantan Timur. Tulisan pada yupa-
yupa tersebut menggunakan aksara
Pallawa dan Bahasa Sanskrta.
Berdasarkan tinjauan pada bentuk huruf
Aksara Pallawa pada yupa, para ahli
menyimpulkan bahwa yupa-yupa
tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4.
Setidaknya sejak abad IV itulah Bangsa
Indonesia telah mengenal bahasa tulis
yang terus berkembang mengikuti
perkembangan bahasa lisan.
Perkembangan ini dimulai terutama
sejak bahasa daerah (misalnya Bahasa
Melayu Kuno dan Bahasa Jawa Kuno)
juga dituangkan dalam bentuk tulisan
selain dari Bahasa Sanskrta yang pada
masa sebelumnya merupakan satu-
satunya bahasa yang lazim dituliskan.
Sejak abad XV Aksara Nusantara
berkembang pesat dengan ditandai
beraneka-ragamnya aksara untuk
menuliskan berbagai bahasa daerah
hingga kemudian peranannya mulai
tergeser oleh Abjad Arab dan Alfabet
Latin.
Sejarah
Ada pendapat sebelum hadir abjad Arab
dan Latin sekarang, tulisan yang lazim
dipergunakan di kawasan Asia Tenggara
(kecuali di Vietnam dan sebagian
kalangan penduduk Tiongkok Selatan)
diduga sebagian besar dari pengaruh
India. Begitu pun halnya yang terjadi di
Nusantara. Para sarjana (pribumi dan
asing) hampir selalu mengajukan
pendapat senada bahwa aksara di
Nusantara hadir sejalan dengan
berkembangnya unsur (Hindu-Buddha)
dari India yang datang dan menetap,
melangsungkan kehidupannya dengan
menikahi penduduk setempat. Maka
sangat wajar, langsung atau tidak
langsung disamping mengenalkan
budaya dari negeri asalnya sambil
mempelajari budaya setempat di
lingkungan pemukiman baru, salah satu
implikasinya adalah bentuk aksara (de
Casparis:1975).
Pendek Panjang
1. Velar/laringal/guttural a ã
2. labial u û
3. palatal i î
4. lingual/domal r ŗ
5. dental l Ļ
Semua panjang
1. gutturo palatal e ai
2. gutturo labial o au
ö atau eu
Vokal Perubahan
a. visagra [h]
b. anusvaraabial [ŋ]
2. palatal c ch j jh ny y š
3. lingual ţ ţh h ņ ŗ ş
4. dental t th d dh n l S
5. labial p ph b bh m w
Periodisasi Aksara
Nusantara
Zaman Kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha
Akara yang berkembang pada zaman
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha pada
umumnya digunakan untuk menuliskan
Bahasa Sanskerta atau bahasa daerah
yang sangat terpengaruh Bahasa
Sanskrta. Tapi ada juga aksara yang
tidak dipengaruhi Buddha dan Hindu,
tidak terpengaruh Bahasa Sanskrta,
seperti aksara Malesung di Sulawesi
Utara.
Aksara Pallawa
Aksara Nagari
Aksara Kawi (Aksara Jawa Kuno)
Aksara Malesung (Aksara Minahasa
Kuno)
Aksara Buda
Aksara Sunda Kuno
Aksara Proto-Sumatera
Zaman Kerajaan-kerajaan Islam
Silsilah
Brahmi
India
Utara
Pranagari
Nagari
Sunda Kuno
Buda
Lihat pula
Aksara
Prasasti Nusantara
Aksara Pallawa
Rujukan
Bandem, I Made (1981),
Ethnomusicology Penyelamat Musik
Bangsa: Analisis Kebudayaan (edisi ke-
Tahun II. No.1), Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Kartakusuma, Richadiana (2003),
"Peran dan Fungsi Epigrafis sebagai
Bidang Studi Sumber Tertulis dan
Permasalahannya", dalam Eka
Permana, R.Cecep, Cakrawala
Arkeologi (Persembahan untuk Prof.Dr.
Mundardjito), Depok: Jurusan
Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia,
hlm. 189–199
Kartakusuma, Richadiana (2006), "The
Influence of Hindu-Buddhism on
Javanese Culture and Socciety (Some
Historical Notes From Selected
Sources)", dalam Simanjuntak, Truman,
Archaeology: Indonesian Perspective.
R.P. Soejono Festschrift., Indonesian
Institute of Science, International
Center for Prefistoric and Austronesian
Studies
de Casparis, J.G. (1975), Indonesian
Palaeography (A History of Writing in
Indonesia from the Beginning to C.A.D.
1500). Handbuch der Orientalistik,
Leiden/Koln
Damais, L-Ch (1952), Etudes
d’Epigraphie Indonesienne: III. Liste des
Principales Inscription atees de
l’Indonesie (edisi ke-BEFEO XLVI)
——— (1955), Epigrafi dan Sejarah
Nusantara (Pilihan Karangan). Seri
Terjemahan Arkeologi No.3, Jakarta:
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
bekerjasama dengan EFEO
Sircar, D.C. (1965), Indian Epigraphy,
Delhi-Varanasi-Patna: Motilal
Banarsidass
Sedyawati, Edi (1978), Tarumanagara
Penafsiran Budaya: Diskusi Panel
Menggali Kembali Sejarah
Tarumanagara, Jakarta: Universitas
Tarumanagara
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Aksara_Nusantara&oldid=16386998"