Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI DAN TRANSLITERASI NASKAH

BABAD INDRABAHU

LAPORAN PENELITIAN NASKAH KUNO

A. DESKRIPSI NASKAH
1. Judul Naskah : Wawacan Indrabahu
2. Nomor Naskah : 07.128
3. Asal Naskah : Sumedang
4. Keadaan Fisik : Bagian awal (h.1-17) tidak ada, mungkin terlepas,
demikian juga bagian akhir hilang, sehingga cerita tidak tamat, kertas
kusam, sebagian robek-robek, sampul belakang terlepas, penjilidan
ketat sehingga tulisan pada margin dalam terjahit ke dalam kuras.
Tulisan masih terbaca.
5. Bahan : Kertas
6. Ukuran :
a. Sampul : 21,7 x 17 cm
b. Halaman : 21,6 x 16,5 cm
c. Ruang Tulisan : 18,5 x 14 cm
7. Tebal Naskah : 150 Halaman
8. Jumlah baris per halaman, halaman awal 15 baris ; halaman tengah 14
baris : dan halaman akhir 13 baris.
9. Aksra : Pegon
10. Tinta yang
digunakan : Hitam
11. Bentuk Karangan : Puisi Wawacan
12. Cara penulisan : Bolak-Balik
13. Bahasa : Sunda campur bahasa Melayu dan Jawa
14. Tahun Penyalinan : Diperkirakan awal abad ke-2
15. Pemilik Naskah : Balai Pengelolaan MuseumNegeri Sri Baduga
16. Isi Naskah :
Mengisahkan kehidupan Raja Indrabahu di negeri Buldanhas.
Konon Indrabahu bukan pewaris kerajaan tersebut, ia hanya mewakili
pewaris yang sah yaitu Sekarningsih, permaisuri Raja Rum

Urutan pupuh tersebut adalah : Pangkur, Kinanti, Kasmaran, Sinom,


Pangkur, Pucung, Durma, Kasmaran, megatru, Dangdagula, Pangkur,
Kinanti, Durma, Megatru, Asmaranda, Pangkur, Sinom, Asmaranda,
Megatru, Wirangrong, Pangkur. Teks dimulai dengan gubahan:
...Patih, kakang mendak beja itu, dina tegal Ujungalang, aya nu
masang jurit. Bejana RajaLokuntar, tacan tamat Raja Ngalahir ka
Patih, utusan kaburu jebul, mantra Kuntar mawa surat , enggeus maju
ka payuneun kangjeng ratu, barina nyanggakeun serat. Surat ku Ratu
di tampi ... (h.18)
Teks berakhir dengan gubahan:
Enggal na (Jaka) Umbara nyandak panah senjata dek males jurit,
senjaat paparin Ningrum, baksa mentangkeun sanjata, kocap dulur
Ratu Tunjungbiru, ngaran Bukitbarjit raja, sor maju ka medan jurit.
Nyandak gada tunggang gajah endek ... (h.175)
17. Keterangan Lain
Teks wawacan Indrabahu terdiri dari delapan jenispuph yaitu
Pangkur (5), Kinanti (3), Asmarandana/kasmaran (5),Pucung (1),
Durma (2), Megatru (3), Dangdanggula (2), dan Wirangrong (1).

B. Kajian Teks Wawacan Indrabahu


Kajian teks ini akan ditinjau khusus dari segi sastra. Kajian sastra di
anggap penting dilakukan, karena sebagian sastra tradisional, teks ini sangat
potensial untuk di analisis.

1
Sesuai dengan pendapat Damono (1978), bahwa karya sastra merupakan
gambaran dari kehidupan masyarakatnya. Pendapat tersebut sangat tepat di
terapkan pada teks Wawacan Indrabahu. Teks ini sangat potensial untuk di kaji
dari berbagai segi, karena dalam teks ini di simpan berbagai dokumen Budaya
masysrakat sunda.
C. Kajian sastra yang berupa motif dan amanat
1. Motif
a. Sayembara

b. Mimpi

.
2. Amanat

TRANSLITERASI
Pupuh Pangkur
1. Raja Tunjung budal manah,
nyentor nyeuseul ka dua patih,
kurang ajar Indrabahu,
kalajenggi Sunggingkara,
geuwat-geuwat ulah olohok teu puguh,
wad(ya) balad geura pegat,
kepung Indrabahu aji.
2. Jaga bate-bate dia,
lamun tacan ku aing di burak-barik,
huluna si Indrabahu
mun tacan di tinggas jangga,
tacan puas aing tacan puas nafsu,
sukur eta nu di teda,

2
ker di arah ti tatadi.
3. Ayeuna dongkap ka mangsa,
hayu yayi urang pada maju ju[ju]rit,
urang kepung Indrabahu,
mun tacan di pake onclang,
dina medan bangeutna si Indrabahu,
moal welah maju perang,
beak perang maju perang,
beak beurang maju peuting.
4. Kacatur ponggawa Buldan,
enggal mulang gura-giru mahu risi,
henteu pamitan ka ratu,
sigeung ponggawa nu mulang,
kacaturkeun dua patih Tunjungbiru,
nakol loceng nitir goyang,
kaget kabeh parajurut.
5. Sakabeh nyikep senapan,
wantun-wantun perjurit teu hese deui,
geus sadia di kapungkur,
sadayana wadya balad,
jendral leknan // obos sarean kumendur,
ku patih geus dibejaan,
ngarurug ka Buldan nagri.

3
Terjemahan Naskah (Pupuh Pangkur)

1. Raja Tunjung amarahnya ke luar,


memarahi kedua patihnya,
kurang ajar Indrabahu,
Kalajenggi Sunggingkara,
cepat-cepat jangan bengong,
kumpulkan wadyabala,
kepung Raja Indrabahu.
2. Jaga dia ( jangan sampai kabur),
jika belum saya obrak-abrik,
kepala si Indrabahu,
jika belum di penggal,
saya belum puas,
itu yang di inginkan,
ditunggu dari tadi.
3. Sekarang datang waktunya,
Ayo adik-adik kita maju perang,
jika belum di pakai onclang,

4
muka si Indrabahu belum terlihat,
kita terus berperang,
siang malam.
4. Tersebutlah ponggawa Buldansah,
segera pergi ketakutan,
tidak pamit pada ratu,
tundalah ponggawa yang pergi,
tersebutlah dua patih Tunjungbiru,
membunyikan lonceng,
semua prajurit kage.
5. Semua memegang senapan,
agar tidak susah lagi,
sudah tersedia dari tadi,
semua wadya bala,
jendral, leknan, obos, sarson, kumendur,
sudah diberitahu patih,
untuk menyerang nagri Buldan.

D. Kritik Teks
Kritik teks adalah menempatkan teks pada tempat yang semestinya,
yaitu memberikan evaluasi meneliti atau mengkaji lembaran bacaan naskah
untuk mendaptakan bentuk teks yang asli atau mendekati aslinya. Jadi, dalam
kritik teks diusahakan untuk mengembalikan kemurnian atua bentuk yang
mendekati aslinya. Teks yang otentik, meskipun jarang bisa ditemukan, namun
setidaknya dapat mencapai ketepatan teks yang dianggap aslinya.
Untuk mndapatkan sebuah hasil suntingan teks yang dapat
dipertanggungjawabkan secara filiologi, maka dalam hal ini penelitian ini
masuk pada tahapan suntingan teks disertai kritik teks dan aparat secara
bersamaan. Adapun untuk kata-kata atau baris yang dianggap keliru dalam teks
maka diberi nomor kritik tek dan pembetulannya ditemptakan pada bagian

5
bawah teks (semacam catatan kaki ) sebagai bagian dari aparat kritik. Metode
yang digunakan pun dalam kritik teks ii adalah edisi standart.
Edisi standart digunakan untuk mengevaluasi teks pada bacaan yang
dianggap salah. Pembetulan pada edisi standart yang sifatnya sebagai suatu
usulan peneliti, ditempatkan pada aparat kritik (catatan kaki) serta nomor kritik
teks ditempatkan pada akhir kata atau kalimat. Hal ini merupakan suatu bentuk
yang terbuka bagi pemikiran pembaca yang mempunyai argumen lain atau
pembetulan tersebut.
Dalam Metode ini penyunting mengidentifikasi sediri bagian dalam
teks yang mungkin terdapat masalah, antara lain :
 Bagian akhir dari teks ini hilang sehingga kita juga tidak mengetahui
kelanjutan ceritanya
 Penerbitan naskah bisa memberikan kesalahan – kesalahan kecil

E. Kesimpulan
Teks naskah Wawacan Indrabahu dengan kode 07.128 di
Museum Sribaduga, saya tidak dapat melihat bentuk aslinya, tetapi
dalam transliterasi dan terjemahannya di jelaskah bahwa Bagian
awal (h.1-17) tidak ada, mungkin terlepas, demikian juga bagian
akhir hilang, sehingga cerita tidak tamat, kertas kusam, sebagian
robek-robek, sampul belakang terlepas, penjilidan ketat sehingga
tulisan pada margin dalam terjahit ke dalam kuras. Tulisan masih
terbaca. Teks naskah Wawacan Indrabahu ini merupakan teks
naskah yang menggunakan aksara pegon, karangannya berbentuk
puisi, dan menggunakan bahasa Sunda campur bahasa Melayu dan
Jawa.
Isi pupuh ini berkaitan dengan peperangan antara Raja
Tunjungbiru dan Indrabahu.

Anda mungkin juga menyukai