surya.narendra46@gmail.com
Abstrak
Kajian Linguistik Forensik ini bertujuan untuk 1) menjelaskan makna kata “laik jalan”
dalam UU nomor 22 tahun 2009 pasal 285 ayat 1, 2) memberikan satu pemahaman kepada
masyarakat dan pihak kepolisian tentang kata “laik jalan” sesuai dengan pandangan
kebahasaan,. Proses pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi. Data hasil pengamatan berupa rekaman suara hasil wawancara, transkrip
wawancara, dan data print out UU nomor 22 tahun 2009. Data hasil wawancara berupa respon
dari enam orang responden. Dua responden dari pihak kepolisian dan empat orang responden
dari masyarakat sekitar dengan perbedaan gender, latar sosial, dan latar pendidikan yang
berbeda. Data yang telah diperoleh dipaparkan secara deskriptif. Hasil dari analisis data
menyatakan bahwa 1) kata “laik jalan” berbeda makna dengan kata yang sering disamaartikan
yaitu kata “standar pabrik”, 2) kata “laik jalan memiliki keterkaitan dengan pasal-pasal lain
yang dapat memberikan penjelasan makna yang sebenarnya, 3) makna kata “laik jalan” adalah
‘memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku serta aman untuk dikendarai’.
Kata kunci: ketaksaan kata, laik jalan, layak jalan, lalu lintas, undang-undang nomor 22
tahun 2009.
Abstract
The study of Forensic Linguistics aims to 1) explain the meaning of the words "be eligible
to the road" in Indonesian law number 22 year 2009 article 285 para 1, 2) gives one an
understanding to the people and the police about the word "be eligible to the road" in
accordance with the linguistic. The process of data collection is done by observation,
interviews, and documentation. The data of the observations in the form of sound recording the
results of the interview, a transcript of the interview, and print out the Indonesian law number
22 of the year 2009. Interview results data in the form of response from the six respondents.
Two respondents from the police and four respondents from communities around with gender
differences, social background, and educational background are different. Data that has been
retrieved is displayed are descriptive. The results of data analysis stated that 1) the words "be
eligible to the road" different meanings to the word which is often identified means with “by the
rules of the factory”, 2) the words "be eligible to the road" has linkages with other articles that
can provide an explanation of the actual meaning, 3) the meaning of the words "be eligible to
the road" is ' meet the requirements in accordance with the regulations as well as safe to drive’.
Keywords: ambiguity of the words, be eligible to the road, worth street, traffic, Indonesian law
number 22 year 2009.
358
Kajian Linguistik Forensik: Ketaksaan Penggunaan Kata “Laik Jalan” Dalam Uu Nomor 22
359 Tahun 2009 Pasal 285 Ayat 1
A. PENGANTAR
Pengguna kendaraan bermotor masing. Berdasarkan data pra penelitian
wajib untuk mematuhi setiap peraturan yang peneliti dapatkan diketahui bahwa
lalu lintas yang berlaku. Hal ini tertuang pasal yang sering digunakan adalah pasal
pada UU No 22 tahun 2009 tentang lalu 285 yang membahas tentang aturan atribut
lintas. Undang-Undang Nomor 22 Tahun yang digunakan pada sepeda motor.
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Namun, pada kenyataannya
Jalan telah menjadi pedoman utama dalam berdasarkan data pra penelitian yang telah
menindaklanjuti masyarakat yang penulis lakukan masih ditemui polisi
melakukan pelanggaran lalu lintas. yang tetap menilang pengendara
Undang-Undang ini adalah kelanjutan dari kendaraan bermotor roda dua yang surat-
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992. surat kendaraan bermotor dan
Dalam penegakan peraturan lalu kelengkapan atribut motor seperti spion,
lintas, kepolisian satuan lalu lintas sering knalpot, lampu, dan sebagainya lengkap
mengadakan operasi zebra dengan tujuan dengan alasan atribut motornya tidak
menertibkan pengguna kendaraan baik standar pabrik meskipun secara teknis
roda dua atau lebih. Pengguna kendaraan layak untuk dipakai karena tidak
roda dua sering menjadi sasaran utama mengganggu atau membahayakan
dalam operasi zebra karena menurut pengendara lain. Akan tetapi, pihak
penelitian dari Badan Pusat Statistik kepolisian tetap teguh dengan argumen
jumlah sepeda motor di Indonesia “semua atribut sepeda motor harus sesuai
mencapai 105.150.082 lebih banyak dari standar pabrik. Karena laik jalan artinya
jenis kendaraan lainnya. adalah standar dari pabriknya sehingga
Pihak kepolisian sering melanggar UU nomor 22 tahun 2009 pasal
melakukan penilangan bagi pelanggar lalu 285 ayat 1 tentang laik jalan”.
lintas yang tidak mematuhi peraturan lalu Permasalahan ini menimbulkan
lintas dan kelengkapan spesifikasi keambiguan atau ketaksaan kata terhadap
kendaraan bermotor. Penilangan tersebut kata “laik jalan” sehingga kata “laik jalan”
mereka dasari dari UU nomor 22 tahun menjadi seakan memiliki dua arti yang
2009 dengan mengambil pasal-pasal yang diperdebatkan maknanya.
sesuai dengan pelanggaran masing-
Kajian Linguistik Forensik: Ketaksaan Penggunaan Kata “Laik Jalan” Dalam Uu Nomor 22
360 Tahun 2009 Pasal 285 Ayat 1
nomor 22 tahun 2009 pasal 285 ayat 1 Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di
yang berbunyi “Setiap orang yang Jalan harus memenuhi persyaratan teknis
mengemudikan Sepeda Motor di Jalan dan laik jalan. (2) Persyaratan teknis
yang tidak memenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri
dimaksud dalam pasal 106 ayat (3) juncto e. rancangan teknis kendaraan sesuai
diketahui bahwa laik jalan terkait juga (3) Persyaratan laik jalan sebagaimana
dengan persyaratan teknis dalam ayat lain. dimaksud pada ayat 1 ditentukan oleh
Seperti dalam pasal 106 yang berbunyi kinerja minimal Kendaraan Bermotor
Kajian Linguistik Forensik: Ketaksaan Penggunaan Kata “Laik Jalan” Dalam Uu Nomor 22
366 Tahun 2009 Pasal 285 Ayat 1
G. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang sudah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa kata
“laik jalan” dapat dimaknai sebagai sesuai
dengan persyaratan yang ada dalam
undang-undang dan aman untuk
dikendarai. Jadi, “laik jalan” tidak berarti
harus sesuai dengan standar pabrik karena
didalam undang-undang sudah tertera
aturan regulasi dan batasan-batasan
tertentu untuk dinyatakan laik jalan.
Memaknai suatu kata tidak boleh
dilakukan secara asal tanpa
memperhatikan hal-hal yang
mempengaruhi pembentukan makna
tersebut. Dalam memaknai kata harus
melihat hal-hal yang menjadi pembentuk
makna tersebut karena apabila kita
mengabaikannya maka akan terjadi
keambiguan makna yang akhirnya
menimbulkan presepsi yang berbeda di
masing-masing individu.
Kajian Linguistik Forensik: Ketaksaan Penggunaan Kata “Laik Jalan” Dalam Uu Nomor 22
368 Tahun 2009 Pasal 285 Ayat 1
DAFTAR PUSTAKA