20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
SEJARAH PERJUANGAN
PAHLAWAN NASIONAL SISINGAMANGARAJA XII
Ir. Soekarno
Bernama “Patuan Bosar Sinambela,” bergelar “Ompu Pulo Batu,” lahir 1849,
di Huta Bakkara, Kabupaten Humbang Hasundutan, di usia mudanya telah
merantau ke Tanah Rencong, Aceh, memperdalam berbagai pengetahuan
termasuk ilmu perang. Sempat juga belajar bersama-sama dengan Teuku
Tjut Di Tiro, di Kampung Tiro, Aceh Pidi, sekaligus membangun hubungan
baik dengan beberapa panglima Kerajaan Aceh kala itu, yang kemudian
membantunya pada perang Toba pertama, 1878.
Langkah awal yang diambil kala itu melalui meja perundingan. Berkali kali
melakukan perundingan namun selalu kandas, karena Sisingamangaraja XII
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Artinya; Bendera dua warna yang dihiasi Keris Solam Debata itu adalah jiwa, ruh, atau pusaka
peninggalan nenek moyang masyarakat Batak. Maka dari itu tidak boleh ada bendera lain yang
menjadi tandingannya di atas tanah Batak.
Adapun permasalahan yang dihadapi Pahlawan Nasional ini ternyata jauh lebih ruwet,
pelik dan kompleks dari apa yang pernah dihadapi ayah kandungnya sendiri yakni –
Sisingamangaraja XI. Sebab cara-cara diplomasi masih lebih diutamakan kala itu.
PERSIAPAN PERANG
Melihat tanda-tanda fihak Belanda bernafsu sekali memperluas wilayah
kekuasaannya di tanah Batak, 1876, Sisingamangaraja XII mengajak para
Raja Bius beserta panglimanya bermusyawarah untuk menentukan sikap.
Menjelang akhir 1877 kesepakatan pun dicapai, untuk tidak membiarkan
Belanda menguasai seluruh wilayah tanah Batak. Maka diputuskanlah
untuk mengeluarkan PULAS.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Pulas adalah Surat Pernyataan Deklarasi Perang menurut aturan Adat dan Tradisi Batak
kuno. Itupun dikeluarkan dengan catatan, apabila fihak lawan – Belanda – masih tetap
melanjutkan niatnya menganeksasi Dataran Tinggi Toba.
Horja Bius adalah rapat besar para raja Bius (seperti rapat paripurna masa kini). Dan
Horja Bius kala itu – secara kebetulan – dihadiri oleh tokoh-tokoh Aceh dan juga para
panglima Sisingamangaraja XII. Dilaksanakan di alun-alun, yang berhadapan langsung
dengan Onan Raja (onan na marpatik/pokan/pasar) Balige.
Adapun rapat besar para raja Bius tersebut untuk memutuskan agar segera
dikeluarkan PULAS. Pulas adalah surat penyataan deklarasi perang yang
dikeluarkan pada 16 Februari 1878, dan diantar langsung oleh Ompu ni
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Secara fisik Pulas itu punya bentuk tersendiri. Bentuknya adalah “Sebuah Ubi” yang diukir
menyerupai patung manusia, ditusuki oleh tombak-tombak kecil dan berlampirkan surat
pernyataan perang, yang dituliskan di tiga potong bambu. Ubi yang menyerupai patung
manusia tersebut diikatkan pada sebatang kayu bekas bakaran, yang artinya MUSU TIBUS
(musuh total di siang maupun malam hari). Semua unsur yang terkait dangan pernyataan
Pulas tersebut digantungkan pada ujung sebatang bambu panjang supaya dapat dilihat dan
dibaca semua orang, termasuk calon lawan. Sedangkan peristiwa penggatungan disertai
upacara tembakan salvo, menyatakan perang telah dimulai.
Pada 19 Februari 1878, hampir 6000 orang mengepung Bahal Batu, terdiri
dari pasukan Ompu ni Marnap, Ompu ni Mardopan (Si Raja Deang), Ompu
Salabean (Sianjur), Pejuang dari Padang Bolak, Pejuang dari Pesisir Danau
Toba, dari Asahan serta pasukan Aceh. Sementara pemuda-pemudi yang
berjiwa satria ikut membantu mempersiapkan ransum maupun logistik
para pasukan.
Dentuman meriam dan ledakan geranat yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya benar-benar mengejutkan. Dan dalam keterkejutan tersebut
korban-korban pun mulai berjatuhan. Kendati demikian, semangat juang
para patriot bangsa yang tidak mengenal surut terus berlangsung gigih
sehingga memakan korban lebih banyak. Namun mereka tidak perduli.
Bahkan mobilisasi kekuatan semakin bertambah dan berdatangan ke Lobu
Siregar.
Catatan ;
Sekalipun pasukan Sisingamangaraja XII berhasil dikalahkan, namun kerusakan benteng
pertahanan Belanda di Bahal Batu cukup parah, karena beberapa Loji dibakar habis oleh
para pejuang. Hal tersebut mulai menggentarkan fihak Belanda.
Kendati perang Bahal Batu telah selesai tidak berarti perlawan rakyat
berhenti begitu saja. Di mana-mana terjadi perang – secara sektoral – dan
rakyat terus bergerilya keluar masuk hutan. Adapun wilayah yang dikuasai
Belanda masih sebatas Desa Bahal Batu. Mata-mata dan para penghianat
berkeliaran dimana-mana, kasak-kusuk di Balige, Laguboti, dan daerah
lainnya yang masih merdeka. Mereka ditugasi memata-matai pergerakan
Sisingamangaraja XII maupun para pengikutnya.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
MEDAN PERANG
Mengingat sulitnya kondisi medan perang yang dipenuhi ngarai dan jurang
terjal, menjadi salah satu penyebab Belanda meminta dan mendatangkan
bantuan dari Padang, sebanyak 300 prajurit beserta meriam dan peralatan
perang lainnya, untuk mendukung rencana peng-aneksasian tanah Batak.
Nah, di saat seperti ini Raja PONTAS (Obaja) Lumbantobing minta bertemu
Sisingamangaraja XII, di Tangga Batu. Namun di saat Raja Pontas tiba di
tempat itu – seperti yang terjadi sebelumnya di Bahal Batu – pasukan
Belanda sudah berada di tempat itu, sehingga pertempuran tidak dapat
dihindarkan.
Dokumen Raja Buntal Sinambela (salah satu putra Sisingamangaraja XII) mengungkap
percakapan antara Sisingamangaraja XII dengan Raja Pontas Lumbantobing, yang isinya;
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
“Hai, Raja Pontas Lumbantobing, mengapa engkau menembaki aku? Kalau pun aku mau
datang ke tempat ini, hanya ingin menanyakan saja. Apa sebenarnya persengketaanmu
dengan kaummu sehingga engkau bersikap seperti ini? Kau membawa serdadu untuk
melawan kaummu sendiri. Apakah itu patut? Menurutku hal itu tidak patut untuk dilakukan
karena masih ada aku rajamu, yaitu tempatmu mengadu. Itulah sebabnya aku datang ke
tempat ini.”
“Tentang itu, Raja kami, aku sudah berdamai dengan mereka saudara sekaumku itu,” sahut
Raja Pontas.
“Kalau begitu jawabmu, berarti engkau tidak mengingat Rajamu lagi rupanya. Maka aku
pun kembalilah,” demikianlah dialog mereka.
Apa yang menjadi penyebab perlawan meluas dan merata di daratan Toba
kala itu? Kemungkinan besar karena adanya ikatan kekerabatan. Ikatan
kekerabatan yang sangat kuat, yang terrangkai dalam DALIHAN NA TOLU.
Apalagi sebahagian besar masyarakat Toba terdiri dari klan-nya Tuan
Sorimangaraja.
Pada 17 April 1878, datanglah 7 orang perwira dan 282 prajurit, menyusul
kemudian seorang perwira dengan 11 pasukan altilerinya – membawa
meriam dan mortir. Selanjutnya disusul 188 pasukan infatri, 12 serdadu
perawat dan 150 pekerja paksa, bergabung dengan Letnan J.G. Spandow,
yang lebih dahulu tiba di Tangga Batu.
“Hai, Raja Pontas Lumbantobing, semua orang tahu kalau serdadu yang kau bawa itu
adalah untuk menyerang saudara-saudara kaummu sendiri. Padahal akulah musuhmu yang
sebenarnya. Oleh karena itu marilah kita bertempur sekarang..!” hardik Sisingamangaraja
XII, menantang.
Pada 29 April 1878, serangan balasan tiba-tiba datang dari para pejuang.
Serangan tersebut ditujukan kepada Belanda maupun antek-anteknya. Raja
Partahan Bosi Hutapea, Raja Sijorat Panjaitan dari Sitorang beserta para
pasukannya menyergap mereka-mereka yang sudah tunduk pada Belanda,
dan meminta supaya tidak menjadi penghianat lagi.
Ternyata pada masa itu banyak sekali putra-putri Batak Toba telah menjadi penghianat.
Itulah barangkali salah satu penyebab – alasan kuat – mengapa pahlawan Nasional
Sisingamangaraja XII hijrah ke Dairi, dan melakukan perlawanan dari sana, hingga akhir
hayatnya. Karena di Toba sudah dipenuhi penghianat.
PERANG BAKKARA
Sejak perang Toba I, 1878, Belanda telah menguasai Balige dan Laguboti.
Sebagai pertahanan, Belanda membangun benteng-benteng pertahanan di
kota tersebut, khususnya Laguboti. Tujuannya adalah untuk menahan
serangan rakyat, yang kemungkinan besar datang dari arah Porsea maupun
Uluan. Benteng pertahanan tersebut dikepalai Kontelir Welsink, dibantu 50
orang prajurit pimpinan Letnan J. G. Spandaw. Belanda membangun juga
barak-barak militer di sekitar benteng itu, yang dilengkapi lobang-lobang
pertahanan di antara barak, tidak jauh dari Onan Laguboti.
Benar, perlawanan mulai terjadi di mana-mana – secara sektoral – seperti
di Sorkam, 1879. Perlawanan yang dipimpin oleh Si Hulalang membuat
pasukan Belanda kucar-kacir hingga akhirnya terselamatkan bantuan besar
yang datang dari Sibolga, pimpinan H.G.K. Frackers.
Nah, semenjak saat itu kolonial Belanda tidak berani lagi bermain-main
terhadap perlawan rakyat di tanah Batak yang ternyata sangat mulitan dan
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Karena sudah merasa aman, dimana perlawanan para pejuang mulai surut,
pada 10 Juli 1881, zendeling G. Pilgram dan V. Kessel ditempatkan di Balige.
Selanjutnya, Pebruari 1883, Belanda menempatkan pula pendeta asal Bonn
di Muara. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa,
beberapa raja Huta yang tadinya ikut berperang di Bahal Batu dan Gurgur,
termasuk panglima Sisingamangaraja XII yang bernama Si Alapiso (Sintua
Laban) putra O. Bontar Siahaan, telah menjadi sintua, dan mereka-mereka
yang menerima bujukan Zendeling dan sudah menganut faham Kristiani
sebagai imannya, mulai berpihak ke Zendeling maupun Belanda.
Nommensen was toen juist te Balige, maar noch bij noch de Controleur kon gelooven dat
Singa den Strijd tegen’t Gouvernement wagen zoude. Singa Mangaraja beeft Oeloean
verlaten voor Bandar boven Asjahan, met welk doel niet bekend.
Artinya,
Nomensen pada waktu itu sedang berada di Balige, tetapi baik dia maupun Kontelir tidak
yakin kalau Singa (Sisingamangaraja XII) akan berani kembali dan melakukan serangan
terhadap pemerintahan Belanda. Karena menurut sepengetahuan mereka Sisingamanaraja
XII sudah meninggalkan Uluan menuju Bandar di daerah hulu Asahan, yang tidak diketahui
maksud dan tujuannya.
Di dalam laporannya – pada surat rahasia yang dikirimkan dari Padang oleh
Gubernur Bosch – ke Gubernur Jendral di Java mengatakan bahwa,
Sisingamangaraja XII telah berlayar jauh meninggalkan Uluan menuju hulu
Asahan yang tidak diketahui maksud dan tujuannya. Adapun surat rahasia
“bernomor 41, dengan kode Gebeim yang ditulis di Padang 12 Juni 1883”
yang dikirim persis manakala Sisingamangaraja XII sedang mempersiapkan
pasukannya di Uluan.
Mungkin karena kuatnya dorongan hati membela Tanah Air dan tumpah
darahnya, semangat para pejuang begitu berapi-api. Semangat berapi-api
untuk mempertahankan tanah tumpah-darah dan kedaulatannya, dari
ronggongan asing, membuat para pejuang maju terus menuju medan
perang.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Catatan Van Brenner, jumlah pasukan pejuang kala itu mencapai 1000 orang. Sementara
taksiran Dr. J. Warneck lebih dari 2000 orang (zu Tausenden).
Juru tulis kontelir Welsink dan dua rekannya tewas. Hal ini mengakibatkan
suasana panik dan ketakutan luar biasa di fihak Belanda. Suasana tersebut
semakin mencekam manakala Belanda mendengar rombongan pejuang
semakin bertambah. Zendeling, Bonn, yang bertugas di Muara, Pilgram, di
Balige, beserta keluarga diselamatkan sebelumnya. Sedang Nomensen yang
kala itu berada di Silindung langsung berangkat ke Balige. Ia bermaksud
mencegah terjadinya kesalah-pengertian antara para pejuang dengan umat
binaannya yang sama sekali tidak tahu-menahu permasalahan. Terutama
zending-zending dan para pekerja gereja yang berada di Balige – 22 Juni
1883.
Controleur Toba bericht 20 dezer dat aanhanger Singa Mangaradja zeer groot is en de
voornaamste hoofden om het meer buiten ons gebiet zich bij hem hebben gevoegd.
Artinya;
Kontelir Toba memberitahukan bahwa pada tanggal 20 bulan ini pengikut Singa
Mangaraja sangat besar, dimana raja-raja huta maupun pengetua adat di sekitar
danau dan yang di luar daerah kita, telah menggabungkan diri kepadanya.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
“Hai kamu-kamu yang bermata hitam, berkulit coklat dan hitam, lawanlah
tuanmu itu. Marilah kita bersatu, dan bersama-sama melawan mereka,
karena mereka itu adalah penjajah. Penjajah yang akan menindas kita
bangsa-bangsa yang ada di Nusantara. Dan barang siapa di antara kalian
berhasil membunuh halak si bontar mata itu akan diberi hadiah 300
ringgit per kepala. Maka dari itu, penggallah kepala mereka, bawalah
kemari.” Begitulah isi surat Sisingamangaraja XII kepada orang-orang Jawa,
Bugis, Maluku dan lainnya, yang terdapat di dalam pasukan Belanda kala
itu, meski surat tersebut tidak mendapat tanggapan apapun.
hingga dua bulan lebih, karena penduduk Bonandolok yang dipimpin oleh
keturunan Raja Elam Siagian terus melakukan perlawanan hingga awal
bulan September. Setelah itu barulah wakil pemerintah Belanda berani
berkunjung kembali ke daerah Toba – khususnya Balige.
Tahun 1883 Samosir Utara maupun Timur masih streril dari orang asing. Orang asing
yang pertama kali berkunjung ke sana – Lontung dan Ambarita – adalah J. F. von
Brenner dan H. Von Mechel, tahun 1886. Keduanya berasal dari Austria.
Musuh yang paling berbahaya yang dihadapi Sisingamangaraja XII kala itu
adalah musuh dalam selimut (musuh dari dalam/penghianatan). Dan
para penghianat itulah yang dipergunakan Belanda menjadi kaki tangannya
maupun Zendeling, yang disusupkan ke dalam kelompok pejuang. Karena
dalam beberapa peristiwa – menjelang perang – para penghianat (mata-
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
De Singamangaraja verdween weer even gebeimzinnig van het toneel, als bij er op
verschenen was. Aanvankelijk wist men niet, waar bij zijn tuevlucht had gezocht.
Artinya ;
Sisingamangaraja XII kembali menghilang dari pentas perjuangannya secara rahasia, sama
seperti penampilan sebelumnya. Sebelumnya pun demikan, tidak seorang pun mengetahui
di mana tempat dan persembunyiannya.
Memang hingga saat itu belum ada data-data akurat yang mampu memberi
jawaban atas pertanyaan Merrwalt tersebut, mengingat wilayah-wilayah
yang dituju Sisingamangaraja XII masih gelap bagi kolonial Belanda kala itu,
sehingga tak mempunyai data atau bukti kuat tentang hal tersebut. Bahkan
muncul mitos mengatakan, menghilangnya Sisingamangaraja XII terbang ke
langit, karena tidak ada yang mengetahui di mana rimbanya.
PENYERBUAN BAKKARA
Selagi Belanda sibuk memadamkan perlawanan di beberapa tempat sekitar
Balige, pengikut Sisingamangaraja XII melakukan aksi pembakaran gereja
di Silindung, sehingga timbul pertempuran baru di sana, 29 Juli 1883. Dan
pada tanggal 29 Juli itu juga pertempuran sengit berkobar kembali di
Balige, yang mengorbankan 2 tentara Belanda, 8 indo, 1 orang Indonesia
dan 1 pekerja paksa. Akibat dari peristiwa ini, fihak Belanda yang banyak
menghambur-hamburkan amunisi menjadi kalap. Mereka memaksa raja-
raja huta menyerahkan diri, menyita senjata-senjata mereka, kemudian
dipaksa membayar denda.
Ini melengkapi catatan brutal dari kebiadaban serdadu-serdadu Belanda atas tanah Batak,
dimana membumihanguskan sekian banyak perkampungan, menghancurkan simbol-
simbol budaya maupun peradaban nenek moyang mereka, serta merampoki benda-benda
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Sumber data disitir dari dokumen Raja Buntal, putra kandung Sisingamangaraja XII,
diperkuat kesaksian Ompung boru Sagala, salah satu istri Sisingamangaraja XII yang
mengalami penderitaan bathin bertahun-tahun, disekap sebagai tawanan di tangsi militer
Belanda, Pearaja, Tarutung, sebelum meninggal dunia.
“Pekerjaan ini adalah pekerjaan sulit yang berlumuran darah,” ini pernyataan tertulis pihak
Belanda yang disitir Dr. J. F. Von Brenner, (Salah satu pengakuan jujur pihak Belanda).
Benteng Laguboti yang dibakar pada 22 Juni 1883 dibangun kembali dan
pertahanan diperkuat. Sebanyak 120 serdadu inti ditempatkan di sana
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Ini adalah pembumihangusan ketiga atas Istana Bakkara. Pembumihangusan pertama oleh
Laskar – pasukan – Padri pimpinan Tuanku Rao, 1825, kedua oleh serdadu Belanda, 1878,
dan yang ketiga, 1883.
Peristiwa pembakaran dan pembumihangusan istana Bakkara yang pertama maupun kedua,
BAGAS JORO – Bale Pasogit Sisingamangaraja – pun diratakan dengan bumi. Bagas Joro
atau Bale Pasogit ini adalah rumah ibadah kepercayaan (agama Batak masa lalu), yang
sekarang masih ada dan berdiri tergak di Huta Tinggi, Laguboti, bagi komunitas Parmalim.
Suatu ketika datanglah lagi serdadu-serdadu Belanda ke Bakkara. Dibakarlah rumah Raja
Sisingamangaraja XII berikut rumah-rumah yang berada di huta tersebut. Sang Raja pergi
mengungsi ke Huta Lintong, ke desa neneknya, Ompu Jumahat.
Pulas adalah Surat Pernyataan Deklarasi Perang yang disampaikan melalui utusan ke pihak
lawan. Deklarasi Perang tersebut dikumandangkan di lapangan Sisingamangaraja, Balige,
pada 16 Februari 1878. Keputusan tersebut diambil setelah Sisingamangaraja XII
mengadakan Horja Bius terlebih dahulu – rapat umum bersama para pemimpin Bius yang
mewakili tiap-tiap wilayah – secara Demokratis.
Dan lebih luar biasa lagi, di masa itu Sisingamangaraja XII telah mengenal
demokrasi dan menerapkan sistem tersebut di dalam kepemimpinannya –
kendati itu hanya Demokrasi ala Batak – yang terrangkum utuh di dalam
bingkai (konsep) Dalihan Na Tolu.
*** Pengertian Pulas menurut tradisi Batak Kuno adalah perlawanan total terhadap
musuh di siang maupun malam hari. Dalam arti yang lebih jauh bahwa, Pulas itu dapat
disejajarkan dengan tata-cara aturan peperangan yang sering dipergunakan bangsa-
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
bangsa besar yang berperadaban tua – di Benua lain – terhadap bangsa-bangsa yang
menjadi calon lawannya ***
Masa itu marak sekali perbudakan. Sampai-sampai Tongging dijadikan bursa perdagangan
manusia (budak). Banyak pemuda pemudi Batak diculik para perampok (pambarobo)
untuk dijadikan budak belian. Dalam catatan von Brenner, harga budak perempuan Batak
kala itu 70 – 120 ringgit per orang. Perempuan tua sekitar 20 sampai 50 ringgit.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Menurut naskah raja Buntal – saksi sejarah – Ompung boru Sagala ini
banyak sekali memberi keterangan yang dilengkapi dengan catatan-catatan
saudara perempuan Sisingamangaraja XII – Tambok boru Sinambela –
menjadi materi umum sejarah perjuangan Sisingamangaraja XII, versi
keluarga. Dan dari boru Sagala ini lahir putra pertama Sisingamangaraja XII
– Patuan Nagari – disusul kemudian oleh Sunting Mariam.
Adapun konsep perang gerilya maupun sektoral yang diterapkan ketika itu,
Patuan Nagari diberi peran penting atas Tanah Alas dan Singkel sebagai
wilayah koordinasinya. Sebagai tanda bahwa beliau adalah perwakilan atau
utusan Ayahnya – Sisingamangaraja XII – beliau dibekali STEMPEL yang
bergerigi SEBELAS. Dan menurut Keluarga Stempel tersebut raib begitu
saja tanpa jejak.
Sunting Maria boru Sinambela yang wafat 12 Mei 1978 pada usia 92 tahun salah satu putri
Sisingamangaraja XII yang terus-menerus mengikuti perjalanan gerilya ayahnya. Dan dari
beliau ini banyak sekali diperoleh Raja Buntal bahan sejarah perjuangan pahlawan nasional
tersebut yang kesebenarannya sulit terbantahkan.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Sejak perang Toba II, 1883, suasana sudah cendrung aman. Pihak Zendeling
bergiat terus mengembangkan proses misionarinya ke daerah-daerah baru.
Pada tahun 1885 Pendeta Gericke secara resmi ditempatkan di Samosir
Selatan, meliputi wilayah Nainggolan dan Palipi. Ternyata pengaruh besar
Sisingamangaraja XII masih terasa hingga derah Nadolok, Bandar Pulo dan
lain sebagainya. Di Asahan, Residen Sumatera Timur mulai gelisah sehingga
harus meminta tambahan militer untuk membendung pengaruh-pengaruh
tersebut.
Catatan ;
Sarbut Tampubolon, adalah eks tawanan atas beberapa kasus pembunuhan warga Belanda
maupun antek-anteknya, yang berhasi melarikan diri saat hendak diasingkan ke Aceh. Dan
Sisingamangaraja XII menerima Srbut Tampubolon ini sebagai teman maupun sahabat
seperjuangan, selalu memintanya berjuang di wilayah sendiri.
yang datang dari Jerman, ke Sibolga. Dan pengalaman semacam ini tidak
hanya dialami Zending Puse semata, melainkan ribuan kepala keluarga
kehilangan rumah akibat pembumihangusan serdadu Belanda atas tanah
Batak, yang artinya, penderitaan rakyat Batak masih jauh lebih parah dan
memilukan ketimbang yang dialami para Zendeling tersebut.
Tindakan pembakaran rumah maupun gereja yang dilakukan Sarbut Tampubolon memang
tidak dapat dibenarkan. Akan tetapi mengingat apa yang dialaminya sendiri, dimana ayah
kandungnya, Guru Sumillam Tampubolon, yang adalah raja dari Huta Lumbanjulu,
Sipahutar, mati disiksa Belanda karena tidak mau tunduk kepada kehendak Belanda. Rasa
dendan, marah dan sakit hati yang bersarang di kepala Sarbut membuat tindakannya sangat
keras, kasar dan membabi-buta. Dalam benak Sarbut kala itu, “siapapun dia, asalkan si
Bontar Mata, adalah musuh”. Makanya dalam pertempuran Lubanjulu 1881, Toba 1883,
dan Tangga Batu 1884, Sarbut Tampubolon ikut serta, meski kemudian ditangkap dan
dijadikan tawanan kerja paksa karena penyerangan pos-pos Belanda di berbagai tempat.
Catatan ;
Daerah Trumun dan Singkel kala itu masih bebas dan berstatus merdeka. Kedua daerah ini
adalah pendukung setia Sisingamangaraja XII. Namun sejak tahun 1906 daerah tersebut
dimasukkan Belanda ke wilayah teritorial pemerintahan daerah Aceh.
Catatan khusus:
Paska gugurnya Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII, seluruh istri, anak-anak
perenpuan beserta keluarga di tawan Belanda – di karantina – di Tangsi Militer,
Pearaja, Sopo Surung, Tarutung.
Sedang kelima anak laki-lakinya, yang kala itu masih remaja, di bawa oleh Belanda
keluar dari Sumatera. Empat di antaranya dititip dan ditempatkan di rumah-rumah
keluarga Belanda – di berlainan kota – di pulau Jawa. Sedangkan yang seorang lagi
dititipkan pada keluarga Belanda, di Sulawesi Selatan. Ini jelas pengungkungan hak
seseorang atas kebebasan maupun kemerdekaannya, apalagi bagi generasi muda yang
punya masa depan. Bukankah ini sebuah penindasan, yakni penindasan psycologi
atas sesama manusia..? Mengapa..? Atas dasar dan alasan apa Belanda mengekang
dan mengarantina seluruh anggota keluarga Sisingamangaraja XII seperti layaknya
PENJAHAT? Sementara yang menjadi lawan utamanya kala itu – Sisingamangaraja
XII – sudah gugur dan makamnya pun berada hadapan mereka, di Tangsi Militer,
Pearaja, Tarutung..? Bukankah ini kekejaman dan kejahatan kemanusiaan yang
sangat luar biasa..?
PEJUANG MULTIKULTURALISME
PEJUANG HEROICME
Paska perang Bahal Batu, April 1878, Belanda mulai merasakan akibatnya.
Melalui perantara Nomensen fihak Belanda mengajak Sisingamangaraja XII
berunding, sekaligus meyampaikan tawaran yang sangat menguntungkan
pribadi Sisingamangaraja XII. Persisnya, pada suatu ketika Dr. Nomensen –
Zendeling asal Jerman – ini datang menghadap Sisingamangaraja XII dan
menawarkan; Apabila Sisingamangaraja XII bersedia bekerja-sama dengan
Belanda, Sisingamangaraja XII akan dinobatkan menjadi Raja Bongguk –
Induk Kerajaan – yang memimpin teritorialnya layaknya sebagai Sultan,
membawahi kesultanan-kesultanan yang ada di Sumatera Bagian Utara,
mulai dari kesultanan Aceh, Langkat, Deli, Asahan, Siak Inderagiri dan lain
sebagainya. Belanda juga bersedia membangun kembali wilayah termasuk
istananya yang dibakar oleh serdadu Belanda. Namun Sisingamangaraja
XII menolak halus tawaran tersebut dengan jawaban ;
Artinya ;
“Bagi saya menjadi raja manusia adalah soal kedua. Yang terpenting dan utama adalah menguasai
TANAH dan AIR kami, karena itu adalah “MILIK PUSAKA” turun-temurun yang kami terima dari nenek
moyang kami, yang harus kami jaga dan pertahankan – dengan segenap jiwa dan raga kami.”
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Sisi lain yang patut dicatat dari sejarah perjuangan Pahlawan Nasional
tersebut ialah komitmennya. Beliau harus menjadi pemimpin yang arif,
bijak, pembimbing dan pengayom (panggonggom), serta mempertahankan
nilai-nilai heroicme yang ada padanya yakni pantang menyerah. Melakukan
perlawanan hingga titik darah penghabisan kendati harus mengorbankan
dua anak laki-laki beserta putri kesayangannya, dalam membela dan
mempertahankan tanah tumpah-darahnya, rakyatnya, budayanya, dan lain
sebagainya, agar tetap merdeka.
Sepulu tahun berselang, 1903, ketika Overste Van Daalen mengepalai dua
divisi marechaussee – marsusse – berangkat dari Aceh Utara melalui Kuala
Simpang, dibantu pasukan infantrie dari Medan yang dikepalai Kapten De
Graaf, serta pasukan infantrie dari Tarutung yang dikepalai Mayor Bryan
bergerak menuju Sidikalang. Peperangan pun terjadi. Dalam peperangan
tersebut Sisingamangaraja XII yang terkepung bersama rakyatnya yang
setia, terus melakukan perlawanan mati-matian – demi mempertahankan
wilayah kedaulatannya – kendati rumah, kampung, sawah-ladang, ternak,
bahkan anak-anak dan istri mereka dimusnahkan pasukan Van Daalen yang
terkenal bengis, perlawanan tidak kunjung selesai.
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Sedang versi Militer Belanda yang ditulis Letnan J.C.J. Kempees, dengan
judul, “De tocht van Overste van Daalen door Gayo, Alas en
Bataklanden”, menceritakan perlawanan terhebat rakyat Nusantara pada
masa itu ialah di Gayo-Luas, Tanah Alas dan Pakpak Dairi. Di catatan akhir
buku tersebut diceritakan Sisingamangaraja XII berhasil lolos, membuat
Van Daalen marah sekali, dan memerintahkan Kapten Colijn berangkat dari
Medan, melalui Tanah Karo ke Pakpak Dairi, untuk menyerbu markas besar
Sisingamangaraja XII.
Adapun, geolog Belanda, Prof. Dr. Wilhelm Volz, menulis dalam bukunya,
“Noord Sumatera”, jilid II, tentang Keperwiraan rakyat di Aceh Tengah –
Tanah Gayo – sebagai berikut ;
Masih menurut Prof. Dr. Wilhelm Volz; Dua divisi marsuse dibantu pasukan
infantri dari Medan dan Tarutung yang dipimpin langsung Overste Van
Daalen, di tahun1903, kekuatan tersebut diperkirakan jauh melebihi
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
***Nilai-nilai khusus karakter perjuangan Sisingamangaraja XII yang patut ditiru siapapun
pemimpin bangsa ini, yaitu komitmennya, diplomatikanya dan sikap heroicmenya yang
pantang menyerah dan sangat fundamental itu***
Salah satunya ialah bagaimana cara menguasai tanah Batak. Dan pulas
dikeluarkan setelah proses melalui diplomasi dan perundingan mengalami
kebuntuan.
TOKOH PEMERSATU
__________________
Kesimpulan sementara :
1. DEMOKRASI.
Dimana jauh sebelum dunia mengumandangkan konsep demokrasi,
sistem berdemokrasi telah dikenal dan diterapkan Sisingamangaraja
XII di tanah Batak, sejak Sisingamangaraja I hingga XII. Dan konsep
ini berada di batang tubuh “Dalihan Na Tolu” dan “Suhi Appang Na
Opat.”
1. H A M.
Sebelum negara-negara barat mengkampanyekan Hak Azasi Manusia,
pahlawan nasional Sisingamangaraja XII telah melaksanakannya di
dalam sistem kepemimpinannya. Dimana secara kebetulan salah satu
tugas utama Sisingamangaraja I hingga XII melakukan pembebasan
terhadap siapapun yang diperbudak atau terpasung.
3. DIPLOMATIS.
Perundingan demi perundingan terus dilakukannya sebelum perang
dimulai – melalui tata-cara diplomasi – demi mencegah terjadinya
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
pertumpahan darah di kedua belah fihak, yang juga salah satu etika
yang sering dipergunakan bangsa-bangsa besar yang berperadaban
tua.
6. PEJUANG HEROIKME.
Pantang menyerah. Melakukan perlawanan hingga titik darah
penghabisan, sekalipun harus mengorbankan dua putra dan putri
kesayangannya, beserta seluruh anggota keluarganya?
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Horas..!
P WILSON SILAEN
FORUM SISINGAMANGARAJA XII
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com
PULAS
SEJARAH PERJUANGAN PAHLAWAN NASIONAL
SISINGAMANGARAJA XII
PULAS
Analogi korelasi;
Sejarah baru;
Maka dari itu marilah kita dukung bersama cita-cita luhur bapak
presiden kita, Ir. Joko Widodo, mewujudkan Revolusi
Mentalnya, karena hingga saat ini beliau terus dirongrong oleh
kepentingan Kapitalis Asing yang tidak mengkehendaki
masyarakat – rakyat Indonesia – kuat dan sejahtera, melalui
agen-agennya yang bertebaran di tengah-tengah kita.
Horas..!
Narasi ;
P.Wilson Silaen
FORUM SISINGAMANGARAJA XII
Alamat Sekretariat : BALE MAROJAHAN Jl. Saudara no. 50. Kp. 20218
No. 08126514957,087868557561, 085361167523
Email : arscin@yahoo.com, bakkaraarjuna@gmail.com