Anda di halaman 1dari 11

Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Karena dengan adanya


pendidikan manusia akan mendapatkan ilmu pengetahuan. Adapun dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, pengajar/guru harus mempersiapkan berbagai strategi, metode, pendekatan,
teknik, sekaligus evaluasi untuk menunjang pembelajaran peserta didik.

1. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum terbagi atas dua sisi,
yakni berpusat pada siswa dan pada guru. Strategi mana yang lebih baik, bahwa ketika
siswa masih rendah minat terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, maka
berpusat pada siswa akan lebih mudah diterima. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa
dapat menjadi bahan pembelajaran bahasa dan sastra. Menumbuhkan selera/kesukaan
penting, karena dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Siswa mendapatkan
hiburan atas permasalahannya, dan minatnya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia bangkit. Strategi Pembelajaran yang berpusat pada guru melahirkan strategi
induktif atau ekspositoris, sedangkan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa
melahirkan strategi inkuiri, berbasis masalah, pengembangan berpikir, kooperatif, dan
kontekstual. Beberapa strategi pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran
sastra, diantaranya ialah (Nur’aini, 2014).
1) Strategi Pembelajaran Ekspositoris
Strategi “pembelajaran ekspositori (SPE) adalah strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses penyampaian materi secara verbal atau secara lisan. Materi pelajaran
diberikan secara langsung oleh guru. Peran siswa adalah menyimak materi yang disampaikan
guru. Oleh sebab itu strategi pembelajaran ekspositoris juga disebut strategi pembelajaran
langsung (Sanjaya, 2011).”
2) Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk menemukan sendiri
jawaban dari sebuah permasalahan (Sanjaya, 2011). Strategi inkuiri didasari oleh teori
belajar kognitif, penekanannya adalah siswa mampu menginterprestasi sesuatu
(Suryaman, 2010).”
3) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah (Sanjaya, 2011). Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan
kesempatan pada siswa untuk menentukan topik masalah. Peran guru hanya mengarahkan
agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.”
4) Strategi Pembelajaran Pengembangan Berpikir Strategi pembelajaran pengembangan
berpikir (SPPB) merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman siswa sebagai
bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Tujuan yang ingin dicapai SPPB
adalah bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan dan ide melalui kemampuan
berbahasa secara verbal (Sanjaya, 2011).”
5) Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif (SPK) merupakan strategi pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan. Terdiri dari dua siswa maupun lebih. Sistem
penilaian dilakukan terhadap kelompok. Dengan demikian setiap kelompok akan
mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan tersebut akan memunculkan
tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap
anggota (Sanjaya, 2011)
Suryaman “(2010) menjelaskan ada beberapa dimensi di dalam SPK. Pertama, dimensi
motivasi. Kelompok dapat dijadikan sebagai media untuk saling mendorong sesama
anggota. Kedua, dimensi sosial, dapat terjadi dalam bentuk saling memberi bantuan,
masukan, kepercayaan, inspirasi, dan sebagainya. Ketiga, dimensi kognitif. Siswa
terdorong untuk mengolah berbagai informasi bagi pencapaian informasi. Keempat,
dimensi elaborasi. Setiap individu akan berusaha untuk memahami dan menggali
informasi guna memperkaya pengalaman kognitifnya.
6) Strategi Kontekstual
Strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL) adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam
kehidupan (Nur’aini, 2014).

2. Untuk menguji kemampuan siswa, maka


Pembelajaran memahami bahasa dan sastra Indonesia dalam hal ini dapat dilakukan dengan
metode sebagai berikut: Guru menggunakan beberapa metode, di antaranya adalah metode
ceramah dan tanya-jawab, diskusi, audio visual dan metode analisis isi.
a) Metode ceramah merupakan metode mengajar yang dilakukan guru dalam
menjelaskan materi sastra puisi menggunakan media infokus dan aplikasi power
point. Sebelum siswa melakukan analisis terhadap karya sastra terlebih dahulu guru
menerangkan cara menganalisis dengan mengambil salah satu contoh puisi dan
menjelaskan kepada siswa cara memahami makna yang terkandung dalam teks
puisi. Setelah selesai menerangkan selanjutnya guru mempersilakan siswa bertanya
atau sebaliknya, guru yang bertanya kepada siswa. Maka, tercapailah metode tanya-
jawab dalam proses pembelajaran. Metode ceramah menurut (Syaiful Sagala, 2009)
adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru
kepada peserta didik. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya,
guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar, dan audio visual lainnya.
b) Selanjutnya penerapan metode diskusi dilakukan agar siswa mampu berbicara sastra
satu dengan yang lainnya untuk saling bertukar pendapat mengekspresikan pikiran
dan merumuskan isi puisi dengan teratur. Menurut Suryosubroto (1997) bahwa
diskusi oleh guru digunakan apabila hendak (1) memanfaatkan berbagai
kemampuan yang ada (dimiliki) oleh siswa, (2) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan kemampuannya masing-masing, (3) memperoleh umpan
balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai,
(4) membantu siswa belajar secara teoritis dan praktis lewat berbagai mata
pelajaran dan kegiatan sekolah, (5) membantu para siswa belajar menilai
kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain), (6)
membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan masalah dilihat baik dari
pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah, (7) mengembangkan motivasi
untuk belajar lebih lanjut.
c) Metode audio visul yaitu suatu media audio visual digunakan dalam bentuk video
pembelajaran yang berisi teori puisi untuk membantu pemahaman siswa terhadap
sastra dan memperlihatkan video pembacaan puisi disertai dengan klip puisi dan
rekaman suara. Tujuan penyajiannya digunakan untuk merangsang siswa
mengembangkan pemikirannya dalam memahami dan menafsirkan puisi dengan
kata-kata sendiri.
Menurut Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang berisi konsep,
prinsip, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman terhadap suatu
materi pembelajaran.
d) Kemudian metode analisis isi digunakan untuk menganalisis sastra agar dapat
memberi penguatan kepada siswa untuk mengakrabi karya sastra berdasarkan
jenisnya sehingga isi pesan dan nilai-nilai karya sastra dapat dipahami secara utuh.
Dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran yang memberikan perhatian
pada isi pesan puisi. Berdasarkan kebutuhan akan kemampuan mengapresiasi
sastra, maka metode analisis isi dianggap sangat sesuai untuk memaksimalkan
kemampuan siswa dalam memahami sastra. Sebagai seorang guru Bahasa Indonesia,
tentunya mengupayakan bagaimana suatu metode pemebalajaran harus
menyenangkan bagi siswa sehingga dengan menggunakan pendekatan analisis
bersama siswa maka dapat menjadikan siswa mampu memahami dan merasakan
gambaran isi puisi metode yang bervariasi dalam pembelajaran sastra khususnya
puisi, dapat memotifasi siswa lebih akrab dengan karya sastra. Pembelajaran sastra
dapat membantu keterampilan siswa memahami arti sebuah kehidupan dalam
konteks pengembangan pengetahuan nilai-nilai dalam karya sastra. Pembelajaran
sastra dapat mengajarkan siswa berbahasa dan bersastra, menjadi apresiator yang
mampu mengapresiasi karya sastra berdasarkan jenisnya dan meningkatkan
pengetahuan siswa serta peka terhadap kehidupan sosial.

3. Pendekatan
Pendekatan adalah cara seseorang memandang sesuatu atau cara seseorang menjelaskan
suatu fenomena. Pendekatan berguna untuk merumuskan langkah-lngkah pencapaian
tujuan. Pendekatan merupakan pandangan atau penjelasan untuk mencapai tujuan. Cara
seseorang memandang atau menjelaskan sebuah fenomena itu didasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, filsafat, teori, ataupun konteks dimensi ruang
dan dimensi waktu tertentu. Pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik
tentanghakikat bahasa, pengajaran, dan belajar bahasa yang digunakan sebagailandasan
dalam merancang, melaksanakan, dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.
a) Pendekatan Komunikasi
Pendekatan komukatif adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasauntuk
mengembangkan potensi siswa dalam menguasai empatketerampilan berbahasa,
yakni: menyimak, mewicara, membaca, danmenulis. Pendekatan komunikatif
didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana berkomunikasi. Oleh
karena itu tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan
berbahasa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang bahasa, pengetahuan bahasa
diajarkanuntuk menunjang pencapaian keterampilan bahasa.Ciri utama
pembelajaran dengan pendekatan komunikatif adalah prosedur pembelajaran yang
digunakan difokuskan pada peningkatanketerampilan berbahasa sesuai dengan
potensi siswa dan kontekskomunikasi. Dalam pembelajaran di kelas, siswa
dikondisikan oleh gurumempraktikkan keempat keterampilan berbahasa sesuai
dengan potensi dan konteks komunikasi. Menurut Littlewood (1981), pendekatan
komunikatif didasarkan pada pemikiran bahwa:
(1) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas
tentang bahasa. Hal ini terutama menyebabkan orang melihat bahwa
bahasa tidak terbatas pada tata bahasa dan kosakata, tetapi juga pada
fungsi komunikatif bahasa. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi
pandangan yang luasdalam pembelajaran bahasa. Hal itu menimbulkan
kesadaran bahwa mengajarkan bahasa tidak cukup dengan
memberikankepada siswa bagaimana bentuk-bentuk bahasa asing, tetapi
siswaharus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-
bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam
situasi dan waktu yang tepat. Dengan kata lain, ciri-ciri yang telah
diperlihatkan di atas telah jelas memperlihatkan beberapa perbedaan
pokok antara pendekatan komunikatif dengan pendekatan secara
tradisional, yang merupakan hal terpenting.
a) Teori bahasa : Pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa
menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem
yang mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi
semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa.Oleh
karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi
bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa.
b) Teori belajar : Teori belajar yang cocok untuk pendekatan iniadalah
teori pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Teori ini
beranggapan bahwa proses belajar lebif efektif apabila
bahasadiajarkan secara alamiah, sehingga proses belajar yang
efektifdilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang
dipelajari.
c) Tujuan : Karena kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa
berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi, maka tujuan umum
pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi.
d) Silabus : Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran
dan tujuan-tujuan yang dirumuskan dan materi-materi yang dipilih
harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
e) Tipe kegiatan : Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan
pendekatan komunikatif, pembelajaran dipajankan pada situasi
komunikasi yang nyata, seperti tukar menukar informasi, negosiasi
makna, atau kegiatan lain yang sifatnya riil.
f) Peran Guru : Dalam pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai
fasilitator proses komunikasi, partisipan tugas dan teks, penganalisis
kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar.
g) Peran Siswa : Dalam pembelajaran ini, pembelajar berperan sebagai
pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor, sehingga siswa
tidak menguasai bentuk-bentuk bahasa, tetapi juga bentuk dan
maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakainya.
h) Peran materi : Dalam pembelajaran ini, materi harus disusun
dandisajikan dalam peran sebagai pendukung usaha
untukmeningkatkan kemahiran berbahasa dalam bentuk tindak
komunikasi nyata.
(2) Pendekatan keterampilan prosesPendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan pembelajaran bahasa dengan mengembangkan
keterampilan-keterampilan memproses perolehan sehingga siswa mampu
menemukan dan mengembangkan faktadan konsep serta menumbuh
kembangkan sikap dan nilai. Dengandemikian, keterampilan-keterampilan
itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan
konsep serta pertumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh
irama dan gerak atau tindakan dalam proses belajar-mengajar tersebut
akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif.Langkah-langkah
kegiatan keterampilan proses di antaranya mengobservasi atau
mengamati ; termasuk di dalamnya: menghitung,mengukur,
mengklasifikasi, mencari hubungan ruang/waktu; membuathipotesis,
merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan
variabel,menginterpretasi atau menafsirkan data, menyusun kesimpulan
sementara,meramalkan, menerapkan , dan mengomunikasikan .Ciri utama
pembelajaran bahasa dengan keterampilan proses adalah prosedur
pembelajaran yang digunakan difokuskan pada peningkatan potensi siswa
dalam proses berbahasa. Dalam pembelajaran di kelas, siswadikondisikan
oleh guru untuk mempraktikkan proses berbahasa.
(3) Pendekatan Pembelajaran terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu adalah seperangkat asumsi yang
berisikan wawasan dan aktivitas berpikir dalam merencanakan
pembelajaran dengan memadukan pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan sebagai area isi kegiatan belajar-mengajar. Fogarty
(1991)Dalam buku “How to Integrate the Circula” menyatakan
pembelajaranterpadu merupakan :
a. The vertical spiral represents the “Spiralling”
curricula built into most text materials as content.
b. The horizontal band represents the breadth and
depth of learning ina given subject.
c. The circle represents the integration of skills,
themes, concepts,and topic across disciplines.

Pendekatan terpadu dalam bidang bahasa hampir sama dengan Pendekatan


“Whole Language”, yang pada dasarnya pembelajaran bahasa senantiasa
harus terpadu, tidak terpisahkan antara keterampilan berbahasa(menyimak,
berbicara, membaca, menulis) dengan komponen kebahasaan(tatabunyi,
tatamakna, tatabentuk, tatakalimat) juga aspek sastra. Di samping itu, untuk
kelas-kelas rendah pendekatan terpadu inimenggunakan jenis pendekatan
lintas bidang studi, yang artinya pembelajaran bahasa Indonesia dapat
disatukan dengan mata pelajaran lain,seperti: Pendidikan Agama,
Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial,Kesenian, dan Pendidikan
Jasmani.

(4) Pendekatan Whole Language


Whole Language Approach adalah suatu pendekatan terhadap
pembelajaran bahasa secara utuh. Artinya, dalam pengajaran bahasa
kitamengajarkannya secara kontekstual, logis, kronologis, dan komunikatif
serta menggunakan setting yang riil dan bermakna. Dalam Whol Language
Approach terdapat hubungan yang interaktif antara mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Belajar bahasa harus terinteraksi ke
dalam bahan terpisah dari semua aspek kurikulum. Artinya, pembelajaran
bahasa yang terpadu dengan perkembangan motorik, sosial, emosional,
dan kognitif juga pengalaman anak, media, dan lingkungananak. Melalui
Whole Language Approach kemampuan dan keterampilananak dalam
berbicara, mendengar, membaca, menulis, dapatdikembangkan secara
operasional dan menyeluruh. Kemampuan dari setiapaspek keterampilan
berbahasa itu ditandai oleh hal-hal berikut
 Mendengarkan
Kemampuan mendengar meliputi:
a. Kemampuan untuk meramalkan dan memahami
apa yang didengar
b. Kemampuan membedakan suara-suara yang
didengar
c. Kemampuan untuk menggabungkan suara-suara
atau kata-kata dengan pengalaman, objek, ide,
atau perasaan.
d. Kemampuan mengenal dan membuat kata-kata
dari irama yang berupa sajak.
 Berbicara
Anak belajar berbicara dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya. Selain itu, lingkungan memberikan pelajaran
pulaterhadap tingkah laku, ekspresi, dan penambahan
pembendaharaankata. Kemampuan berbicara dipengaruhi oleh
perkembangan anak.Anak usia TK membutuhkan perbaikan dan
pengembangan untuk berbicara. Oleh karena itu, guru harus
menghargai dan menerima bahasa anak dan memberikan contoh
sehingga menjadi pendengaryang baik. Mendengar dan berbicara
adalah hal yang tidakdipisahkan karena itu banyak cara yang dapat
diterapkan.
 Membaca
Membaca adalah menerjemahkan simbol ke dalamsuara yang
dikombinasi dengan kata-kata, disusun sehingga kitadapat belajar
memahaminya dan kita dapat membuat katalog.Belajar membaca
adalah suatu perkembangan yang alami apabila anak:
1) mempunyai banyak pengalaman enyenangkan
denganmembaca;
2) Memahami bahwa ide-ide dan kejadian penting
waktunyadirekam dalam cetakan
3) Memahami orang lain dapat membagi pengalamannya
melaluicetakan dan mereka dapat membagi pengalaman
dengan oranglain;
4) Senang dengan ide-ide dari suatu teks dan bahasa yang
ide-idenya diekspresikan. Bahan untuk membaca awal
harus sesuai dengan bahasa dan pengalaman anak. Belajar
membaca terjadi ketika anak menulis, mengamati,
berpikir, berkata, bermain, bekerja, membaca,
mendengarkan dengan anak lain.
 Menulis
Menulis memerlukan kemampuan motorik halus, koordinasi
matadan tangan, cara memegang peralatan menulis, cara dasar
penulisan persepsi huruf dan bahasa cetak. Ada 4 tahapan
perkembangan menulis yaitu tahap pertama, anak belajar
bahwahurufhuruf itu membentuk kata-kata untuk keperluan
berkomunikasi, anak tetap saja menulis sekalipun orang tua
menganggapnya main-main, sebab hal itu merupakan upaya anak-
anak untuk berkomunikasi melalui tulisan sekalipun tidak
dipahami orang lain. Tahap kedua, anak mulai memahami huruf,
bunyi dengan konsonan dalam posisinya sebuah kata. Pembaca
dapat memahaminya apabila anak membacakan apa yang telah
diatulis. Tahap ketiga, anak mulai mengeja bunyi kata
menurutstruktur kata. Tahap keempat, periode transisi yakni anak
mulaimengikuti aturan-aturan bagi standar ejaan. Setelah itu anak
akan mendemonstrasikan pengetahuannya tentang
ketatabahasaan danstandar ejaan.
 Peran pendidik dalam meningkatkan kemampuan bahasa pada
siswa antara lain: pertama, menyediakan berbagai kesempatan
untuk melakukan kegiatan yang baik untuk berinteraksi sosial dan
bercakap-cakap di antara siswa. Khusus untuk jenjang TK dan SD
perlu disiapkan bahan-bahan dan tempat untuk meningkatkan
perkembangan bahasa seperti sudut baca yang berisi buku-
bukucerita sesuai dengan karakteristik anak, alat-alat bermain,
gambar, puzzle, kartu permainan, huruf yang pakai magnet. Kedua
menyediakan berbagai pendekatan dan menyediakan kesempatan
untuk mengembangkan keterampilan bahasa anak melalui
pengalaman yang bermakna seperti menyimak, mendengar,
membaca cerita, dan berkomunikasi. Melalui pendekatan Whole
Language, kemampuan danketerampilan anak dalam berbicara,
mendengar, membaca, danmenulis dapat dikembangkan secara
operasional dan menyeluruh. Melalui pendekatan ini minat baca
anak telah dipupuk sedinimungkin. Demikian pula kaitannya
dengan keterampilan bahasalainnya. Pada akhirnya anak dapat
berkomunikasi dengan baik, baik melalui bahasa lisan maupun
tulisan.
(5) Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif dalam pembelajaran bahasa menghendaki
kesatuan, keterpaduan, dan kebulatan yang utuh dalam mengemas
pembelajaran bahasa. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran lebih
bermakna bagi siswa. Dengan kata lain, pendekatan integratif merupakan
ancangan kebijakan pembelajaran bahasa secara terpadu, tidak terpilah-
pilah, baik terpadu secara internal dalam lingkup intrabidang studi
atauterpadu secara eksternal dalam lingkup antarbidang studi. Hal ini
dilandasi oleh asumsi bahwa aspek-aspek bahasa selalu digunakan secara
terpadu.,tidak terpisah aspek demi aspek.Dalam implementasi
pendekatan integrative, hendaknya kita memperhatikan hal-hal berikut:
(1) pembelajaran kosakata dan strukturharus selalu dikemas dalam
konteks pemakaian yang sesungguhnya, (2)setiap aspek bahasa diajarkan
dalam payung tema tertentu, (3) denganmengacu pada tema,
pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya dapatdiintegrasikan dengan
bidang studi (lintas bidang studi).
(6) Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik sesungguhnya memiliki asumsi yang sama dengan
pendekatan integratif dalam hal mengemas pembelajaran bahasa secara
bulat dan utuh. Strategi pembelajaran yang berlandaskan
pendekatantematik dapat melibatkan beberapa mata pelajaran untuk
memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses, waktu, kurikulum,
konten dan lain-lain. Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan
pengalaman belajar siswa, yang dilakukan secara
bersahabat,menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Dalam
menanamkankonsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa tidak
harus di-drill,tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannyadengan konsep lain yang sudah dipahaminya. Bentuk
pembelajaran inidikenal dengan pembelajaran terpadu dan
pembelajarannya sesuai dengankebutuhan dan perkembangan siswa.
Pendekatan tematik memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Berpusat pada siswa.
 Memberikan pengalaman langsung pada siswa.
 Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas karena terjadi
pengintegrasian.
 Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran.
 Bersifat fleksibel.
 Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dankebutuhan siswa.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa dengan


pendekatan tematik, antara lain:

 kebermaknaan dan keutuhan kemasan pembelajaran;


 pertimbangan kecukupan alokasi waktu dengan ruang lingkup
dankeluasan bahan ajar;
 pilihan tema yang dekat dan familier dengan anak;
 pengutamaan terhadap pencapaian kompetensi dasar
daripadatemanya.
Langkah-langkah perancangan pembelajaran bahasa dengan pendekatan
tematik hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1) Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama darisetiap
mata pelajaran.
2) Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-
kompetensitersebut untuk setiap kelas dan semester.
3) Buatlah “Matriks Hubungan Kompetensi Dasar dengan Tema”.
Dalam langkah ini, penyusun memperkirakan dan menentukankompetensi-
kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yangcocok dikembangkan dengan
sebuah tema.
4. Teknik
5. Evaluasi
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki peran penting dalam mengantarkan perserta
didik untuk aktif, kreatif, berpikir kritis, dan inovatif sehingga siap bersaing dalam dunia kerja
(Noermanzah, 2015:274). Untuk, mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan pembelajaran
yang berbasis evaluasi produktif. Evaluasi pembelajaran yang produktif harus melahirkan
karya-karya siswa yang di dalamnya tercermin kemampuan siswa yang siap untuk bekerja.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia membutuhkan suatu proses untuk
mendapatakan hasil yang sesuai diharapakan, begitupun dalam kegiatan belajar mengajar
diperlukan suatu evaluasi. Tes merupakan sarana yang sangat diperlukan bagi pembelajar
maupun pengajar untuk mengukur kemampuan diri secara objektif, khususnya terhadap
hasil belajar bahasa siswa. Informasi tentang hasil belajar siswa tersebut, pada giliran
selanjutnya, juga dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk meningkatkan pengajaran
bahasa selanjutnya. Pada hakikatnya, kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata
untuk menilai hasil belajar melainkan dapat dinilai dari kegiatan pengajaran. Kemampuan
guru dalam mengevaluasi peserta didik bagian dari tugas dan tangung jawab dalam
melaksanakan pengajaran. Mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian merupakan suatu kegiatan yang
tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pengajaran. Proses dan hasil evaluasi sangat dipengaruhi
oleh beragam pengamatan yang dilakukan pendidik. Penilaian yang dilakukan secara
autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif mulai dari masukan
sampai dengan keluaran. Penilaian pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat
dilihat dari tiga aspek yaitu, penilaian kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap, dan
kompetensi keterampilan. Penilaian autentik merupakan penilaian yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang sudah dimiliki. Belajar dan pembelajaran berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju ke arah yang lebih baik
dengan cara sistematis. Kata belajar berarti proses tingkah laku pada peserta didik akibat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan.
Perubahan itu terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik, murupakan proses penilaian yang dilalukan oleh seorang pengajar ataupun
pendidik. Proses belajar yang terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap informasi, transformasi,
dan evaluasi. Proses pembelajaran adalah memosisikan guru sebagai orang yang
menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara
peserta didik sebagai peserta belajar yang harus aktif. Dalam proses pembelajaran yang aktif
itu terjadi dialog yang interaktif antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik
dengan guru atau peserta didik dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana belajar yang
aktif tersebut, peserta didik tidak terbebani secara perseorangan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling bertanya dan berdiskusi
sehingga beban belajar bagi mereka, sama sekali tidak terjadi.
Menurut Arifin (2016:13), evaluasi berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk
menemukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Evaluasi dapat
diartikan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Dengan program yang telah dibuat penyelenggara
pendidikan maka akan ditetapkan kapan penilaian akan dilakukan secara bertahap sesuai
dengan program yang dibuat.
Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran, karena semua kegiatan
Pembelajaran yang dilakukan selalui disertai dengan kegiatan evaluasi. Suatu Pembelajaran
tanpa penilaian tidak akan mungkin mendapatkan hasil secara objektif. Menurut
Nurgiyantoro (2010:5) ada tiga istilah yang digunakan dalam dunia pendidikan yang
disamakan pengertiannya, yang dimaksud adalah penilaian (evalution, evaluasi), pengukuran
(measurement), dan tes (test). Penilaian yang dipergunakan di sini memiliki arti sinonim dan
dipakai secara bergantian dengan istilah evaluasi. Dalam hal ini penulis mempunyai
pendapat yang sama dalam hal penilaian dan evaluasi merupakan satu makna atau arti pada
proses kegiatan belajar.
Prinsip penilaian hasil belajar bagi peserta didik menurut Kemendikbud (2017: 6-7) yaitu, (1)
sahih, (2) objektif, (3) adil, (4) terpadu, (5) terbuka, (6) menyeluruh dan berkesinambungan,
(7) sistematis, (8) beracuan kriteria, dan (9) akuntabel. Penlaian hasil belajar harus maksimal,
untuk itu setiap pendidik harus menggunakan prinsip-prinsip penialain agar penilaian
tersebut sesuai dengan proses yang dilakukan. Pada dasarnya sebuah penilaian bertujuan
untuk mengukur kemampuan kompetensi peserta didik. Hasil penilaian juga dipergunakan
pendidik sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran.
1) Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah tujuan
evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang
digunakan. Tujuan evaluasi ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Jika
tujuan evaluasi masih bersifat umum, maka tujuan tersebut perlu diperinci menjadi
tujuan khusus, sehingga dapat menuntun guru dalam menyusun soal atau
mengembangkan instrumen evaluasi lainnya. Ada dua cara yang dapat ditempuh guru
untuk merumuskan tujuan evaluasi yang bersifat khusus, pertama, melakukan perincian
ruang lingkup evaluasi, kedua melakukan perincian proses mental yang akan dievaluasi.
Cara pertama berhubungan dengan luas pengetahuan sesuai dengan silabus mata
pelajaran, dan cara kedua berhubungan dengan jenjang pengetahuan.
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, sumber belajar,
lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri. Tujuan khusus evaluasi pembelajaran
disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu sendiri, seperti evaluasi perencanaan
dan pengembangan, evaluasi monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis,
dan evaluasi program komprehensif.

Menurut Arifin (2016:13) adapun tujuan penilaian hasil belajar sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap


materi yang telah diberikan;
2. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap
peserta didik terhadap program pembelajaran;
3. Untuk mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar
peserta didik dengan standar kompetensi dasar yang telah
ditetapkan;
4. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran;
5. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang
sesuai dengan jenis pendidikan tertentu;
6. Untuk menentukan kenaikan kelas; dan
7. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
2) Jenis-Jenis Penilaian
Penilaian dapat digunakan dengan berbagai cara atau alat untuk mengukur hasil pada
saat proses pembelajaran. Menurut Arifin (2016:19) dan Djiwandono (2008), penilaian
proses dan hasil belajar dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Penilaian Formatif (Formative Assessment).
Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta
didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback)
bagi penyempurnaan program pembelajaran, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar
peserta didik dan proses pembelajaran guru menjadi lebih baik. Tujuan utama
penilaian formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan peserta didik.
2. Penilaian Sumatif (Summative Assessment).
Penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman
belajar atau seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai. Dengan demikian,
ujian akhir semester dan ujian nasional termasuk penilaian sumatif. Tujuan
penilaian sumatif adalah untuk menentukan nilai (angka) berdasarkan tingkatan
hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai sebagai nilai rapor.
3. Penempatan (Placement Assessment).
Penilaian penempatan dibuat sebagai pratest (pratest). Tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan
sejauh mana peserta didik telah menguasai kompetensi dasar sebagaimana yang
tercantum dalam silabus dan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4. Penilaian Diagnostik (Diagnostic Assessment).
Penilaian diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta
didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya. Penilaian diagnostik
memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan
kesulitan bagi peserta didik. Penilaian diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum
suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajaki pengetahuan dan
keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai