Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok di sekolah, dipelajari

sejak tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi. Hal ini merupakan tugas pendidik

untuk menyiapkan sumber daya manusia yang dapat berbahasa dengan baik dan

benar.

“Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol

bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.” (Keraf,1970:1). Secara umum

Bahasa dapat didefenisikan sebagai alat komunikasi verbal mengandung pengertian

bahasa – Bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi pada dasrnya adalah

lambang - lambang bunyi yang bersistem, yang dihasilkan articulator manusia dan

sifatnya manasuka (arbitrary) serta konvensional (Tampubolon, 1987:1).

Bahasa mengalami perkembangan dari zaman ke zaman sesuai dengan

perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil

dari kemajuan intelektual itu sendiri.

Keterampilan berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu menyimak

(listening skills), berbicara (speaking skills),membaca (reading skills) dan menulis

(writing skills). Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah,

sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan

tersebut pada dasarnya merupakan satu-kesatuan, merupakan catur tunggal (Tarigan,

1980:1).

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan pembaca untuk memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Wasitoh dan
Mashudi dalam Tarigan, 1989:32). Kegiatan membaca merupakan hal yang paling

penting bagi kehidupan manusia, baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Tujuan utama membaca adalah mencari serta memperoleh informasi yang

mencakup isi dan memahami makna bacaan. Akan tetapi, bagaimana guru Bahasa

Indonesia dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, jika siswa dalam

melakukan kegiatan membaca tidak memiliki keberhasilan suatu aktivitas (Hasanah

dan Rini dalam Tarigan, 1989:99).

Membaca puisi bagi anak – anak belum terampil karena waktu, proses dan

latihan secara intensif. Kenyataan seperti itu menjadi tantangan bagi guru Bahasa

Indonesia khususnya untuk mencari alternatif agar membaca puisi dapat disukai

semua orang.

Untuk menghindari kejenuhan, disarankan agar guru menggunakan metode

yang beragam. Kegiatan bisa dilakukan di dalam atau di luar kelas dengan tugas

yang beragam untuk perseorangan, berpasangan, kelompok, atau seluruh kelas

(GBPP, 1994:26).

Membaca puisi dengan suara nyaring dilakukan agar pembaca dan pendengar

sama-sama menikmatinya. Keindahan sebuah puisi dapat dinikmati apabila puisi

tersebut dibacakan dengan benar. Pembaca tidak sekedar membunyikan kata-kata

tetapi harus mengekspresikan puisi dengan sebaik-baiknya. Teknik membaca

nyaring harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Ketepatan pemahaman/penghayatan.

2. Keindahan olah vokal, dan

3. Kebebasan berekspresi.
Membacakan puisi seringkali disertai dengan gerak-gerik tubuh dalam

menyampaikan pesan-pesan puisi dan kadang-kadang diiringi dengan musik yang

selaras dengan suasana dalam puisi. (Kosasih, 2003 : 34)

Membaca puisi bagi anak-anak belum terampil karena waktu, proses dan

latihan secara intensif. Kenyataan seperti itu menjadi tantangan bagi guru khususnya

untuk mencari alternatif agar membaca puisi dapat disukai semua orang. Misalnya,

menentukan metode yang sesuai dengan materi pelajaran.

Dalam pratiknya pembelajaran membaca di sekolah, terkadang hanya

menggunakan dua metode saja, yaitu metode ceramah untuk menyampaikan teori

membaca dan metode pemberian tugas untuk menugaskan siswa membaca sebuah

wacana dalam hal ini membaca puisi. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang

tidak mampu membaca puisi dengan baik karena belum mendapatkan latihan

membaca puisi melalui bimbingan guru. Sebenarnya pembelajaran membaca dapat

diubah menjadi kegiatan belajar yang sangat menarik jika siswa memiliki minat dan

motivasi dan teknik dalam membaca. Pembelajaran membaca dapat terlaksana

dengan baik di sekolah jika menggunakan metode yang tepat sesuai dengan tujuan

membaca.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam

meningkatkan kemampuan membaca. Secara khusus penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi pada strategi membaca puisi.

2) Manfaat Praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi Siswa:

- Meningkatkan kualitas belajar siswa.


- Menggunakan metode drill untuk memudahkan siswa mampu membaca.

- Meningkatkan prestasi belajar siswa terutama dalam membaca puisi.

b. Bagi Guru:

- Meningkatnya kinerja guru.

- Memberikan informasi bagi guru untuk menerapkan metode drill dalam

meningkatkan kemampuan membaca puisi.

c. Bagi Sekolah:

- Meningkatnya mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

- Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif.

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Metode Pembelajaran Drill

2.1.1 Metode Pembelajaran

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa

dengan segala kemampuan yang dimilikinya dapat mengubah psikis dan pola pikir

anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah

satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas, dan yang

paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat

menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan,

dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik peserta didiknya. Mukhtar (2005:46).

Banyak macam-macam metode pembelajaran antara lain (a) Metode ceramah,

(b) Metode demonstrasi, (c) Metode diskusi kelompok, (d) Metode tutorial, (e) Metode
Stimulus, studi kasus dan permainan, dan (f) Metode drill. “Metode adalah

perencanaan penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang menyeluruh

dengan urutran yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu,” (Misdan, 1968: 60).

Metode pengajaran sastra meliputi cara pemilihan, cara penahapan, cara penyajian dan

cara pengulangan bahan pengajaran. Dari literatur kita kenal istilah seperti metode

ceramah, metode diskusi, metode proyek, metode drill. (Rusyam, 1984: 314).

Metode pembelajaran yang peneliti gunakan dalam pembelajaran membaca

puisi adalah metode drill.

2.1.2 Metode Dril

Metode drill atau latihan adalah suatu metode yang dapat diartikan sebagai

suatuncara mengajar di mana siswa melakukan kegiatan – kegiatan latihan agar siswa

memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.

(Roestiyah, 1998: 125). Dalam metode latihan harus diadakan keragaman materi

dengan tujuan menghilangkan kejenuhan pada siswa. Persiapan siswa sebelum dimulai

latihan harus mantap sebab apabila siswa melaksanakan latihan tanpa pondasi yang

mantap tidak akan tercapai tujuan yang diharapkan.

Penggunaan metode latihan/drill cukup luas, seperti latihan pemecahan soal,

olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja dan lain-lain. Pada

umumnya metode ini berisi rangkaian kegiatan mengulangi suatu perbuatan, sampai

perbuatan tersebut dikuasai siswa.( Ibrahim, 1996 : 47 ).

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill

A. Kelebihan Metode Drill


1. Memberikan pengalaman pendidikan bagi siswa.

2. Memantapkan hasil belajar siswa, penguasaan aspek-aspek perubahan

tingkah laku siswa.

3. Mengembangkan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah –

masalah yang akan dihadapi baik secara individual maupun secara

berkelompok.

4. Mendorong dan memperluas motivasi belajar para siswa.(Roestiyah,

1998 : 76).

B. Kelemahan Metode Drill

1. Menghambat bakat, minat, perkembangan dan daya inisiatif siswa.

2. Penyesuaian siswa terhadap lingkungan menjadi statis.

3. Membentuk belajar siswa secara mekanis, otomatis, lugas, dan

4. Membentuk pengetahuan verbalistis dan rutin. (Alipandie, 1984 : 101).

2.2 Konsep Dasar Membaca Puisi

2.2.1 Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca

untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata/Bahasa tulis (Tarigan, 1979:7).

Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses dari penyandian kembali dan

pembacaan sandi (a recording and a decoding process), berbeda dengan berbicara dan

menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding).


Menyimak dan membaca sangat erat hubungannya karena keduanya merupakan

alat untuk menerima komunikasi.

Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting dan utama sekali, sebab tanpa

komunikasi tidak mungkin kita dapat memahami masyarakat kita sendiri (Tarigan

dkk,1989: 29).

Media massa merupakan alat komunikasi bagi masyarakat umum dan sekolah

bertanggung jawab mendidik para siswanya agar mampu menggunakan media massa

secara kreatif.

Dalam hal ini tugas guru adalah:

1. Mengarahkan siswa-siswanya dan para remaja pada umumnya menggunakan

materi informasi dan interpretasi yang ada dalam media massa.

2. Membantu agar siswa-siswanya agar mampu menginterpretasikan serta

mengevaluasi hal-hal yang mereka dengar atau hal yang mereka lihat dari media

massa.

2.2.2 Tujuan Membaca

Tujuan utama membaca adalah untuk mencari, memperoleh informasi,

mencakup isi serta memahami makna bacaan. Bermacam – macam kemampuan

membaca yang dituntut oleh kehidupan modern sehingga diperlukan usaha yang

koperatif dari para guru dalam semua bidang pengajaran. Bimbingan membaca ada

dalam setiap program kurikulum agar tercapai hasil yang lebih baik. Membaca harus

bisa dikembangkan tidak hanya dalam proses pembinaan tetapi juga membangun

kepribadian.

2.2.3 Tujuan Pengajaran Membaca di Sekolah


Pengajaran membaca di sekolah sangat penting, hal ini merupakan salah satu

keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap siswa, di samping keterampilan dasar

tulis dan hitung.

Tujuan pengajaran membaca di sekolah antara lain :

1. Menolong para siswa memperkaya kosa kata.

2. Membantu para siswa untuk memahami maksud struktur-struktur kata, kalimat

dan sebagainya.

3. Memberikan serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran,

ungkapan, pepatah, peribahasa dan lain-lain dalam bahasa ibu para siswa.

4. Meningkatkan kecepatan membaca para siswa.

Bimbingan terhadap membaca harus ada dalam setiap program kurikulum agar

tercapai hasil yang lebih baik (HGT, ARS, dan KAH, 1989 : 32).

2.3 Membaca Puisi

2.3.1 Pengertian Membaca Puisi

“Secara etimologi,istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poiema “membuat”

atau poesis “ pembuatan” dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau potry. Puisi

diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah

menciptakan dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-

suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah (Aminuddin, 1987:134).

“Membaca dapat mencakup pengertian yang luas sekali. Oleh sebab itu

membaca dapat dibedakan dalam berbagai ragam sesuai dengan tujuan, proses

kegiatan, objek bacaan dan media yang digunakan. Membaca adalah mereaksi,
membaca adalah proses, dan membaca adalah pemecahan kode dan penerima

pesan”(Aminuddin, 1987:15-16).

“Salah satu ragam membaca yang digunakan dalam membaca puisi adalah

membaca teknik yang sering disebut oral reading membaca lisan maupun reading

aloud “membaca nyaring”. Disebut demikian karena membaca teknik adalah membaca

yang dilakukan secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi dan irama yang

selaras dengan gagasan serta suasanapenuturan dalam teks yang dibaca. Membaca

teknik juga berhubungan dengan kegiatan membaca sastra secara lisan memiliki sifat

redeskriptif. Membaca lisan yang bersifat redeskriptif, artinya pembaca selain harus

memahami isi teks serta suasana penuturan yang ada di dalamnya, juga harus

memahami masalah: pelafalan, penentuan kualitas bunyi. Tinggi-rendah, keras-lunak,

tempo dan irama, aspek tubuh : menata gerak mimic atau facial expression, gerak

bagian-bagian tubuh atau gesture, posisi tubuh atau posture, selain itu unsur eye

cantact sebagai salah satu upaya menciptakan hubungan batin dengan pendengarnya

harus diperhatikan.” (Aminuddin, 1987:19).

“Membaca puisi adalah merealisasikan kembali perwujudan bunyi yang semula

tertuang dalam bentuk idiografi, mengungkapkan suatu ide dengan perantaraan bunyi-

bunyi bahasa yang indah dan mengesankan. Bunyi Bahasa yang indah adalah bunyi

yang mengenakkan pendengaran, yang dalam bahasa teknisnya disebut bunyi

euphonic, musical,ritmis dan keindahan-keindahan yang bersifat ornametik dan yang

simbolik (Iksan dalam Teen, 1983:117).

2.3.2 Ragam Puisi

Apabila kita mengamati uraian beberapa pengertian puisi di atas, kita dapat

menemukan ragam puisi. Ragam puisi dibedakan, antara lain:


1) Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita

kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah.

Puisi dibedakan antara folk epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan,

dan literary epic, yakni bila nilai akhir puisi untuk dibaca, dipahami dan diresapi

maknanya.

2) Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita dengan

pelaku, perwatakan setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin

suatu cerita.Yang termasuk dalam jenis puisi naratif adalah balada kisah tentang

kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan,

kedengkian, ketakutan, kepedihan dan keriangannya dan poetic talk sebagai puisi

yang berisi dongeng-dongeng rakayat.

3) Puisi lirik, yakni berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam

endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupi khazanah

sastra modern di Indonesia, seperti dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi

Djokodamono, Goenawan Mohammad, dan lain-lainnya.

4) Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan

perilaku seseorang, baik lewat lakuan dialog maupun monolog sehingga

mengandung suatu gambaran kisah tertentu tentang dirinya atau orang lain yang

diwakilinya lewat monolog.

5) Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang

umumnya terampil.

6) Puisi satrik, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan

atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat.

7) Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang

kekasih.
8) Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang.

9) Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa ataupun

sikap kepahlawanan.

10) Himne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta

terhadap bangsa ataupun tanah air.

Uraian di atas menunjukkan beberapa ragam puisi yang dikemukakan oleh

Aminuddin dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Apresiasi Karya Sastra” halaman

135-136 tahun 1987.

2.3.3 Jenis – Jenis Puisi

Penjelasan puisi menurut ahli sastra berdasarkan zamannya yaitu :

1. Puisi lama memiliki beberapa kaidah mutlak yang harus diikuti, yaitu

jumlah baris atau jumlah kalimat dalam setiap baitnya, jumlah suku kata

atau jumlah kata dalam setiap kalimat, rima atau persamaan bunyi,dan

Irama. Puisi lama terdiri dari :

- Gurindam adalah jenis puisi lama yang terdiri atas dua baris, semuanya

merupakan isi dan menunjukkan hubungan sebab akibat. Gurindam

yang terkenal ditulis oleh Raja Ali Haji yang berjudul”Gurindam Dua

Belas” yang terdiri atas dua belas pasal.

- Pantun adalah jenis puisi lama yang terdiri atas empat baris, memiliki

rima (persamaan bunyi) /a b a b/ dengan baris pertama dan kedua

merupakan sampiran (semacam teka-teki) dan baris ketiga dan keempat

merupakan isi.
- Syair, berasal dari Bahasa Arab yang artinya sajak yang terdiri atas

empat baris per bait, memiliki rima / a a a a/ semua baris merupakan isi

dan biasanya tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk

bercerita.

2. Puisi Baru, isi dan gaya penulisan pada puisi baru tetap dipengaruhi puisi

lama, namun mulai bebas karena adanya pengaruh sastra Barat atau Eropa.

Jenis puisi baru antara lain:

a. Distikon adalah sajak atau puisi yang terdiri atau dua baris kalimat

dalam setiap baitnya dan bersajak a-a.

b. Tersina, sajak atas tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdir atas tiga

buah kalimat, bersajak a-a-a; a-b-c; a-b-b.

c. Kuatrin, sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah

kalimat, bersajak ab-ab, aa-aa, ab/ab atau aa/ab.

d. Kuint, sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap

baitnya, bersajak a-a-a-a-a.

e. Sekstet, sajak atau puisi enam seuntai yang setiap baitnya terdiri atas

enam buah kalimat, persajakan yang tidak beraturan, pengarangannya

bebas menyatakan perasaannya, tanpa menghiraukan persajakan atau

rima bunyi. Septima, sajak atau puisi tujuh seuntai yang setiap baitnya

terdiri atas tujuh buah kalimat, sama halnya dengan sekstet

persajakannya tidak beraturan.

2.3.4 Metode Puisi

Jika kita perhatikan benar-benar sebuah puisi, pada umumnya para penyair

mengatakan lebih banyak dari pada yang dikandung oleh kata-kata ataupun kombinasi
kata-kata yang tersirat pada puisi mereka, dengan kata lain kata-kata yang sedikit

mungkin ingin melukiskan atau mengatakan susunan dengan jelas dan seluas

mungkin. Untuk memenuhi maksud yang telah diutarakan di atas, maka mau tak mau

diperlukan suatu metode yang baik beserta sarana-sarana yang diperlukan untuk itu.

Yang terpenting di antaranya adalah:

1. Diksi (diction) berarti pilihan kata. Kata-kata yang digunakan dalam dunia

persajakan tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif.

2. Imaji, segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif dikenal dengan istilah

Imagery atau imaji. Dalam karyanya, sang penyair berusaha sekuat daya agar para

penikmat dapat melihat, merasakan, mendengar, menyentuh, bahkan kalau perlu

mengalami segala sesuatu yang sedang didendangkannya.

3. Kata nyata, salah satu cara membangkitkan daya baying atau imajinasi para

penikmat sesuatu sajak adalah dengan menggunakan kata-kata yang tepat, kata-kata

yang kongkrit, yang dapat menyarankan suatu pengertian menyeluruh.

4. Majas, merupakan bahasa kias atau gaya bahasa yang sering digunakan oleh para

penyair untuk membangkitkan imajinasi.

5. Ritme dan Rima. Ritme adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima

atau sajak adalah persamaan bunyi. Menurut susunannya rima ada tiga jenis, yaitu:

a. Rima berangkai, dengan susunan/rumus : aa,bb,cc,…

b. Rima berselang, dengan rumus a b a b, c d c d,…

c. Rima berpeluk, dengan rumus : a b b a, c d d c,…

Perulangan bunyi atau rima yang cerah, ringan, yang menunjukkan

kegembiraan serta keceriaan dalam dunia puisi disebut euphony. Biasanya bunyi i, e,

dan a merupakan pleasantness of sound atau keceriaan bunyi itu. Lawan dari euphony

adalah cacophony, yaitu perulangan bunyi yang berat, menekan, menyeramkan,


mengerikan, seolah-olah seperti suara desau atau bunyi burung hantu. Biasanya bunyi-

bunyi seperti itu diwakili oleh vocal o, u, e, atau diftong au (Tarigan, 1984:27-39).

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Metode Penelitian

Penelitian berasal dari bahasa Inggris research ( re berarti kembali dan

search berarti mencari ). Dengan demikian research berarti mencari kembali.

Penelitian adalah merupakan proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan

intensif. Karakter formal dan intensif terkait dengan aturan, urutan, maupun cara

penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan

proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan,

memecahkan problem sebab dan akibat, dapat diulang kembali dengan cara yang

sama dan hasil yang sama.


Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang

dilakukan secara teliti dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip

dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Analitik

melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu studi yang digunakan untuk

memperlihatkan, memperagakan dan mempraktikkan.

a) Perencanaan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan adalah :

1. Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang berasal dari siswa dan

guru. Identifikasi masalah berasal dari guru dengan melakukan wawancara

terhadap peserta didik dan observer tentang metode pembelajaran yang

biasa digunakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Merumuskan metode drill untuk melatih kemampuan siswa dalam membaca

puisi.

3. Menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai kegiatan

siswa selama proses pembelajaran.

b) Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan sesuai dengan tindakan

yang telah direncanakan, dengan kegiatan sebagai berikut :

4. Guru memotivasi siswa dengan melakukan demonstrasi cara membaca puisi

yang benar agar siswa berlatih cara membaca puisi.

5. Guru menjelaskan secara singkat bagaimana proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan.
6. Guru mempersiapkan puisi yang digunakan sebagai latihan membaca puisi.

7. Guru memberikan post tes pada siswa.

c) Observasi Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi tindakan ini adalah melakukan

pengamatan kemampuan afektif dan psikomotorik siswa melalui lembar observasi

selama proses pembelajaran berlangsung. Kemampuan afektif siswa yang diamati

terdiri dari keaktifan mengikuti pelajaran, kerjasama, kejujuran, menghargai orang

lain dan bertanggungjawab. Kemampuan psikomotorik siswa yang diamati terdiri

dari gerakan, intonasi, mimik wajah dalam membaca puisi di depan kelas.

d) Refleksi

Semua data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan dan proses observasi

dikumpulkan, dianalisis, dan dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya

tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi ini dijadikan acuan untuk memperbaiki

kinerja dan melakukan perbaikan terhadap perencanaan yang akan dilaksanakan pada

siklus kedua.

1.2 Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, data diolah dan dianalisis dengan tujuan

memperoleh gambaran yang secara jelas tentang kempuan membaca puisi siswa.

Pengolahan data merupakan tahapan yang dilakukan dalam penelitian untuk

mengolah data yang didapat dari lapangan. Kegiatan ini merupakan upaya yang

dilakukan peneliti agar data yang telah terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik

kesimpulan atau jawaban dari suatu permasalahan.


1.3 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif

yang berupa perhitungan dan data kualitatif berupa angket. Setelah data terkumpul

dan diperiksa, bila memenuhi persyaratan maka data tersebut ditabulasikan dalam

table yang siap untuk pengolahan.

1.3.1 Analisis Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

Analisis hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung

dilakukan observasi mengenai aktifitas guru dan siswa , siswa mengisi

angket untuk mengetahui pendapat siswa mengenai metode drill dalam

kemampuan membaca puisi.

1.3.2 Analisis Tes Hasil Belajar

Data tes berupa membaca puisi, aspek yang dinilai yaitu : tempo, lafal/

intonasi, dan ekspresi..

a) Tempo, berkaitan dengan pengaturan kecepatan dan pelambatan

pengujaran. Puisi yang mengandung suasana sedih lazimnya diujarkan

secara lambat, sedangkan suasana marah, ketegangan, lazimnya

diujarkan secara relative cepat dengan bobot 30.

b) Kemampuan melafalkan bunyi ujaran secara tepat, kuat, dan jelas

merupakan kunci keberhasilan dan kualitas bunyi (intonasi) tinggi-

rendah bunyi ujaran yang diucapkan dalam membacakan puisi dengan

bobot 40.

c) Ekspresi, pengungkapan gagasan atau perasaan dengan bobot 30.


Untuk menentukan daya serap siswa belajar digunakan penilaian ketuntasan

belajar siswa dengan menggunakan acuan/patokan bahwa seorang siswa dikatakan

telah tuntas belajarnya jika penguasaan konsep mencapai 75%.

Anda mungkin juga menyukai