Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI MODUL

8&9
KELOMPOK 4
ANGGOTA:
1. Wiwin Wulandari
2. Aimatul Maghfiroh
3. Ulfiah
4. Muhammad Ikrom Hadi
5. Siti Afifah
6. Arifah Hasanah Fauzy
7. Tholibatul Inaroh
8. Nailatul hidayah
9. Lailiatus Sholihah
MODUL 8 :
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN
BERBAHASA INDONESIA DI SD

KEGIATAN BELAJAR 1
MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA LISAN
( RESEPTIF – PRODUKTIF )
A.KETERAMPILAN BERBAHASA
Keterampilan berbahasa lisan ( ragam lisan ) mliputi menyimak dan berbicara ,
keterampilan berbahasa tulis ( ragam tulis ) adalah membaca dan menulis . Keterampilan
menyimak pada ragam lisan dan keterampilan membaca pada ragam tulis bersifat reseptif
yakni memahami. Keterampilan berbicara pada ragam lisan dan keterampilan menulis pada
ragam tulis bersifat produktif yakni menghasilkan sesuatu yang berkaitan dengan bahasa.
Sebelum sampai pada pembelajaran , alangkah baiknya jika kita memahami beberapa komponen penting
pembelajaran , yaitu meliputi :
1. Silabus
Silabus di kembangkan dengan berlandaskan pada kurikulum yang berlaku . Di samping itu terdapat
prinsip –prinsip yang harus di perhatikan dalam pengembangan silabus yakni :
- Ilmiah
- Relevan
- Sistematis
- Memadai
- Aktual
- Koseptual
- Fleksibel
- Menyeluruh
2. masyarakat belajar ( learning community )
Adanya kerja sama antara guru dengan siswa , siswa dengan siswa , guru dengan orang tua ,
sekolah dengan masyarakat . Kerja sama guru dengan siswa terjadi ketika merancang
pembelajaran. Guru meminta pandangan atau prndapat siswa tentang apa yang di butuhkannya.
Kerja sama siswa dengan siswa terjadi ketika melaksanakan aktifitas pembelajaran . Kerja sama
guru dengan orang tua dan masyarakat terjadi ketika guru memanfaatkan orang tua sebagai
sumber belajar. Orang tua dan anggota masyarakat yang menguasai kompetensi tertentu dalam
Bahasa dan sastra Indonesia dapat di bawa masuk ke dalam kelas.
3. Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Segala sesuatu yang dapat di gunakan sebagai media pembelajaran antara lain :
orang , alat , lingkungan , peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa
memperoleh pengetahuan, keterampilan , dan perubahan sikap.
Media pembelajaran dapat di kelompokkan menjadi beberapa jenis yakni :
- Media audio
- Media visual
- Media audiovisual
- Media realia
B. MODEL PEMBELAJARAN MEYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS RENDAH
Pelaksaaan pembelajaran apapun, dimanapun akan berjalan dengan lancer dan berhasil dengan baik
jika didahului dengan penyususnan strategi pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang komponen-komponen yang diuraiakn diatas sangat penting untuk Anda kuasai agar dapat
menyususn strategi pembelajaran dengan baik.
Pelaksanaan Pembelaaran (penerapan RP)
Pembelajaran Pertama
1. Memberi salam dan menyapa siswa, menciptakan suasana kondusif.
2. Menginformasikan tujuan/manfaaat belajar hari ini kepada siswa.
3. Menginformasikan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan siswa.
4. Memerdengarkan suara-suara binatang melalui kaset atau suara guru sendiri, siswa menirukan suara
tersebut, dan menerka nama binatang berdasarkan suara binatang didengarkan.
5. Memperdengarkan suara anak-anak, remaja, dan orang dewasa, siswa menerka jenis suara tersebut.
6. Guru memajangkan gambar
7. Mencontohkan lafal ibu, bapak, adik, dan kakak, siswa meneru dengan tepat.
8. Memperdengarkan bunyi-bunyi vocal yang terdapat pada kata-kata tersebut (a, I, u), siswa
menirukan.
9. Menyimak/mendengarkan lagu “Satu-satu Aku Sayang Ibu”
10. Menyanyikan lagu yang di simak.
11. Mencontohkan bunyi gabungan vocal dan konsonan (missal: la-la, le-le, li-li, lo-lo, lu-lu; ma-ma, mi-mi,
mo-mo, mu-mu; pa-pa, dsb)
12. Meminta beberapa sisw menyanyikan lagu tersebut.
13. Mengakhiri pelajaran (pertemuan) pertama dan menugasi siswa mengulang lagu tersebut dirumah.
Pertemuan kedua
1. Memberi salam dan menyapa siswa, menciptakan suasana kondusif.
2. Apersepsi: menyanyikan lagu “Satu-satu Aku Sayang Ibu”
3. Mengamati gambar-gambar yang berkaitan dengan lagu yakni, angka 1, 2, 3, ibu, ayah, adik, kakak,
seperti pada gambar di modul.
4. Mencontohkan bunyi-bunyi sesuai gambar, siswa menirukan dengan tepat.
5. Menugasi siswa membunyikan/menyuarakan symbol/gambar-gambar tersebut, guru menunjuk
symbol/gambar yang harus dibunyikan.
6. Mencontohkan cara membunyikan suku kata dengan benar (sa, tu, dst), siswa menirukan.
7. Memperdengarkan lagu “Tanganku Ada Dua” Karya: Pak Kasur berikut ini melalui kaset atau
menyanyikan sendiri
8. Siswa menyanyikan lagu “Tanganku Ada Dua” dengan bimbingan
guru.
9. Guru memajangkan gambar-gambar seperti pada gambar di modul.
10. Menugasi siswa membunyikan kata-kata yang telah dipelajari
berikut ini.
Satu_dua_tiga_ibu_ayah_adik_kakak_tangan_kaki_mata_kuping/
telinga.
11. Menutup pelajaran:
a) Melakukan refleksi.
b) Memberi umpan balik atas hasil belajar siswa dan memberi
penguatan.
c) Memberi tindak lanjut sebagai pengayaan.
C. MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS
TINGGI
Pelaksanaan pembelajaran di kelas tinggi tidak berbeda dengan di kelas rendah,
kalaupun ada perbedaan hanya terletak pada kompetensi dan kedalaman materi.
Pelaksanaan pembelajaran
1. Satu kali pertemuan (1x 40 menit)
2. Menyapa siswa dan menciptakan suasana kondusif.
3. Menginformasikan kompetensi yang akan diperoleh siswa bahwa, siswa akan
mampu menyampaikan pesan kepada orang lain yang di terimanya melalui
telepon dengan bahasa yang santun.
4. Menginformasikan kepada siswa langkah-langkah kegiatan yang akan
dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi tersebut (menjawab telepon,
mencatat pesan yang diterima, menyampaikan pesan kepada orang yang dituju;
ayah/ibu/paman/kakak/adik.)
5. Siswa diminta mengamati gambar dan membahasnya, guru sebagai fasilitator.
6. Melakukan Tanya jawab tentang kegiatan bertelepon.
7. Siswa mendengarkan kaset rekaman yang berisi percakapan.
8. Mendiskusikan hasil simakan (menjelaskan isi percakapan, memberi
komentar/masukan tentang cara bertelepon, kalimat yang di gunakan dalam
percakapan tersebut, dan lain-lain).
9. Berlatih melakukan percakapan melalui telepon yang berisi pesan untuk di
sampaikan kepada orang lain.
10. Melakukan penilaian dengan cara dua orang bertelepon , satu orang menerima
pesan berdasarkan isi pembicaraan melalui telepon
11. Menugasi siswa menuliskan pesan yang disampaikan/diterima melalui
percakapan di teleponmelakukan refleksi
12. Memberikan tindak lanjut dengan menugasi siswa membuat dialog untuk
telepon.
Kegiatan Belajar 2
Model Pembelajaran keterampilan berbahasa indonesia tulis
(reseptif-produktif)
A. PEMBELAJARAN BACA DAN MENULIS DI KELAS RENDAH
Terdapat banyak metode pembelajaran membaca dan menulis diklas
rendah atau membaca dan menulis permulaan. Pada uraian ini hanya akan
disajikan empat macam metode yaitu :
1. Metode aja atau bunyi
Metode aja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengijak huruf
demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode meja adalah pendekatan
harfiah. Siswa di mulai diperkenalkan dengan lambang lambang huruf.
Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai
dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. (Ramadhan's: 2008).
2) Metode kata
Dalam metode ini siswa diperkenalkan dengan kata-kata. Setelah itu suku kata tersebut dirangkai kembali
menjadi kata-kata.
Contoh:
Ibu = i - Bu
Buku = Bu - ku
Baju = Ba - Ju
Badu = Ba - Du
3) Metode global
Penamaan metode global atau metode kalimat ini didasarkan atas sajian pembelajaran membaca dengan
menggunakan kalimat pendek atau sederhana.
4) Metode SAS
Penerapan metode ini memiliki kesamaan dengan metode global, sama-sama menampilkan sebuah kalimat.
Perbedaan nya, terdapat proses sintetik pada metode ini. Artinya pada metode global siswa berhanti pada proses
analisis, sedangkan pada metode SAS proses tersebut dilanjutkan dengan kegiatan mensintesis.
5) kompetensi dasar
Membaca = membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Menulis = mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar
B. PEMBELJARAN MEMBACA DAN MENULIS DI KELAS TINGGI
Pada pembelaran berbahasa tulis terdapat istilah membaca dan menulis permulaan serta
membaca dan menulis lanjutan. Membaca dan menulis lanjutan di laksanakan di kelas rendah,
sedangkan membaca dan menulis lanjutan di laksanakan di kelas tinggi. Masalah
pembelajaran menulis di SD di jelaskan oleh Widodo (2009) sebagai berikut. " syarat untuk
dapat menulis lanjutan adalah siswa harus terampil dan menguasai menulis permulaan. Oleh
karena itu, pada perinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan".
Untuk dapat membelajarkan materi materi tersebut guru perlu memiliki pengetahian tentang
tehnik tehnik pembelajaran menulis. Tehnik tehnik tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Reka Cerita Gambar
Teknik ini bertujuan melatih siswa mengembangkan imajinasinya. Melalui gambar tunggal
atau gambar berseri siswa ditugasi menyusun sebuah cerita berhubungan dengan gambar.
2. Meniru model
Tehnik Ini dapat diterapkan pada semua materi pembelajaran menulis yang disebutkan di
atas, terlebih untuk melatih siswa membuat pantun, menulis pengumuman, dan membuat surat
undangan.
3. mengisi
Tehnik mengisi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a. Mengisi bagian-bagian yang kosong pada
sebuah formulir b. Mengisi bagian-bagian yang kosong pada sebuah karangan.
4. Menyusun kembali
PadaTeknikIni guru menyiapkan sebuah karangan yang susunan kalimatnya dikacaukan. Tugas siswa
adalah menyusun kembali kalimat-kalimat tersebut dengan urutan yang benar sehingga menjadi sebuah
karangan yang utuh.
5. Memerikan
Memerikan adalah teknik pembelajaran menulis yang pelaksanaannya diawali dengan kegiatan
mengamati. Siswa diminta mengamati sesuatu( benda, ruang kelas, lingkungan, dan lain lain), kemudian
ditugasi menuliskan hasil pengamatannya secara rinci dan runtut dengan memperhatikan ejaan dan tanda
baca sehingga menjadi sebuah tulisan yang baik
6. Meringkas bacaan
Materi atau bacaan yang digunakan dalam teknik ini dapat berupa teks atau wacana atau cerita pendek.
Setelah membaca dan membahas wacana siswa diminta membuat atau meringkas bacaan tersebut dengan
menggunakan bahasa sendiri
7. Menulis bersama
Teknik menulis bersama dapat diterapkan pada kegiatan menulis/ menyusun laporan.
C. Karakteristik siswa SD kelas rendah
Anak – anak SD kelas rendah pada umumnya sudah dapat mengkap
cerita yang dikisahkan oleh oreng tua atau guru mereka. Diantara
mereka juga sudah memiliki kemampuan tinggi dalam membaca buku
cerita atau puisi, hanya saja mereka belum mampu membedakan antara
khayalan dengan kenyataan mengingat pengamatan mereka belum focus
pada satu hal atau satu masalah. Karena karkteristik yang demikian
bahan bacaan yang dipilihkan untuk mereka harus mampu mewakili
dunianya., bukan dunia yang “asing”. Untuk mewakilinya mugkin siswa
dikenakna pada syair-syair lagu yang selaras dengan dunia anak, yang
sangat mudah merasuk dalam keindahan dan kecerdasan otak, misalnya
syair “ lihat kebunku” atau “kasih ibu”.
MODUL 09
MODEL PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SD
Kegiatan belajar 1
Pembelajaran apresiasi sastra di kelas rendah
A. Pengertian apresiasi sastra
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI,1999:53), apresiasi didentifikasikan dalam 3 hal, yakni (1)
kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya (2) penilaian ( penghargaan ) terhadap sesuatu (3) kenaikan nilai
barang karena harga pasarnya naik atau perminaan akan barang itu bertambah. Jika ketiga definisi tersebut kita
kembalikan pada pembahasan paragraph awal, tentu deskripsi apresiasi merujuk pada definisi pertama dan
kedua. Jadi, jika merujuk pada KBBI, maka kita telah memperoleh satu pengertian apresiasi sastra, yakni
kesadaran terhadap nilai karya sastra, dan penghargaan kita terhadap karya tersebut.
Apresiasi sastra adalah penghargaan atas karya sastra sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, dan
penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam satu karya sastra
( zaidan dalam santosa, 2008:8.17 ).
B. Tujuan pembelajaran apresiasi sastra SD
Menurut Huck, dkk. ( 1987 ) menyatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra di SD harus
memberikan pengalaman pada siswa yang berkontribusi pada empat tujuan, yakni : (1). Pencarian
kesenangan pada buku. (2). Menginterpretasikan bacaan sastra. ( 3 ). Mengembangkan kesadaran
bersastra. ( 4 ). Mengembangkan apresiasi. Tujuan mendasar ini akan lebih memperoleh hasil yang
optimal apabila didukung oleh aspek psikologis karena menurut Mulyasa ( 2002:4), peserta didik memiliki
pengetahuan dan keingintahuan yang besar.
C. KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH
Anak-anak SD kelas rendah pada umumnya sudah dapat menangkap cerita yang dikisahkan oleh
orangtua atau guru mereka. Diantara mereka juga sudah memiliki kemampuan tinggi dalam membaca
buku cerita atau puisi. Hanya saja, mereka belum mampu membedakan antara hayalan dengan kenyataan
meningkat pengamatan mereka belum fokus pada satu hal atau satu masalah. Angan-angan yang ada dalam
benak mereka masi penuh fantasi. Karena karakteristik yang demikian bahan bacaan yang dipilih kan
untuk mereka harus mampu mewakili dunia nya, bukan dunia yang "Asing". Untuk mewakili nya, bagian
siswa dikenalkan pada syair-syair lagu yang selaras dengan dunia anak, yang sangat mudah merasuk dalam
keindahan dan kecerdasan otak, misalnya syair "Lihat kebunku" atau "kasih ibu" ( Santosa, 2008:8.44 -
8.45).
C. KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH
Anak-anak SD kelas rendah pada umumnya sudah dapat menangkap
cerita yang dikisahkan oleh orangtua atau guru mereka. Diantara mereka
juga sudah memiliki kemampuan tinggi dalam membaca buku cerita
atau puisi. Hanya saja, mereka belum mampu membedakan antara
hayalan dengan kenyataan meningkat pengamatan mereka belum fokus
pada satu hal atau satu masalah. Angan-angan yang ada dalam benak
mereka masi penuh fantasi. Karena karakteristik yang demikian bahan
bacaan yang dipilih kan untuk mereka harus mampu mewakili dunia
nya, bukan dunia yang "Asing". Untuk mewakili nya, bagian siswa
dikenalkan pada syair-syair lagu yang selaras dengan dunia anak, yang
sangat mudah merasuk dalam keindahan dan kecerdasan otak, misalnya
syair "Lihat kebunku" atau "kasih ibu" ( Santosa, 2008:8.44 - 8.45).
D. Langkah-langkah pembelajaran apresiasi sastra Indonesia kelas rendah
1. Kriteria pemilihan bahan pembelajaran apresiasi sastra
a. Prosa
1. Kalimat pendek-pendek dan tidak rumit
2. Tema terbuka
3. Memiliki alur maju
4. Memiliki pendeskripsian tokoh secara sederhana
5. Latar Cerita tidak asing dengan lingkungan siswa
6. Pusat pengisahan dipilih secara konsisten
b. Puisi
1. Bahasa yang digunakan harus mampu ditafsirkan dengan mudah
2. Pesan yang terkandung di dalamnya mudah diungkap
3. Memiliki larik-larik yang tidak panjang
c. Drama
1. Memiliki kejelasan dialog
2. Memiliki kejelasan tema dan pesan yang disampaikan
3. Alur disampaikan secara sederhana
4. Watak Tokoh yang ditampilkan jelas
2. Langkah-langkah yang digunakan
Awali langkah anda dengan kegiatan pra KBM hingga KBM di kelas. Dalam hal penilaian, secara
umum dikenal dua bentuk penilaian yaitu: a. Penilaian prosedur yang meliputi penilaian proses belajar
dan penilaian hasil belajar, b. Instrumen atau alat penilaian yang meliputi tanya jawab, gagasan, esay
test, dan pilihan ganda.
E. Pengembangan materi pembelajaran apresiasi sastra Indonesia di kelas rendah
Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak, kita dapat melakukan beberapa kegiatan,yakni :
a. kegiatan apresiasi secara langsung
b. Kexgiatan apresiasi secara tidak langsung
c. Pendokumentasian sastra anak
d. Melatih kegiatan kreatif menciptakan sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya
sastra yang dibaca, didengar atau ditontonnya.
Khusus dalam hal evaluasi, sama dengan materi yang lain dalam mata pelajaran bahasa Indonesia,
evaluasi pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga komponen dasar evaluasi
yaitu a. Kognisi, b. Afeksi, c. Psikomotor. Sementara itu, dalam hal penilaian yang digunakan yaitu:
1. Penilaian prosedur yang meliputi penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar
2. Instrumen atau alat penilaian yang meliputi tanya jawab , penugasan, easy tes dan pilihan ganda.
F. Pembelajaran apresiasi sastra secara terpadu di SD kelas rendah
Pembelajaran apresiasi sastra secara terpadu di kelas rendah dapat mengantarkan anak ke dalam
kemampuan berbahasa sampai pada tataran apresiasi ,ekspresi dan kreasi. Terserah di SD kelas rendah
diharapkan benar-benar dapat menjadi pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara
khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak. Hakikat sastra
anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang
dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai
pedoman tingkah laku dalam kehidupan. Dalam pembelajaran apresiasi sastra SD di kelas rendah secara terpadu
tema-tema yang ada dipadukan dengan pembelajaran yang lain, misalnya budi pekerti dan kebersihan.
Seperti pada jenis karya sastra pada umumnya ,sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan
hiburan, membentuk kepribadian anak serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak
memuat amanat tentang moral ,pembentukan kepribadian anak ,mengembangkan imajinasi dan kreativitas ,
serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membentuk
anak merasa bahagia atau senang membaca , senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau
dideklamasikan dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya.
Oleh karena itu melalui pembelajaran apresiasi sastra siswa diharapkan mampu menikmati dan memanfaatkan
karya sastra untuk memperluas wawasan memperhalus budi pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
Kegiatan belajar 2
pembelajaran apresiasi sastra dikelas tinggi
A. Karakteristik siswa SD kelas tinggi
Masa usia sekolah dasar sebagi masa siswa-siswi akhir yang berlangsung dari 6-11 atau 12 tahun.
Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam
banyak segi dan bidang
B. langkah-langkah pembelajaran apresiasi sastra indonesia secara terpadu dikelas tinggi
Tujuan bahasa Insdonesia agar peserta didik mampu
1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yan berlaku , baik secara lisan maupun tulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia sebagai persamaan dan bahasa begara
3) Mamahami bahasa indonesia dan menggunakan dengan tepat dan kreatif atau berbagai tujuan
4) Menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan
emosional dan sosial
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
6) Menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
indonesia
C. langkah-langkah pembelajaran apresiasi
sastra indonesia kelas tinggi
Tujuan khusus pembelajaran:
1. Siswa mampu mengemukakan kembali ringkasan isi cerita sesuai
dengan rangkaian cerita, pelaku cerita dan tempat kejadian dalam
cerpen
2. Siswa mampu memberikan tanggapan terhadap kejadian cerita
3. Siswa mampu mengemukakan kembali ringkasan tanggapan secara
lisan dengan baik dan benar
D. PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA
INDONESIA DI KELAS TINGGI
Sebagai guru kelas yang telah memiliki pengalaman mengajar tentu pernah
mengembangkan apresiasi sastra Indonesia di kelas tinggi. Ya, satu hal yang mesti
diingat pada pembahasan kita kali ini adalah bahwa di SD, khususnya di kelas 4 – 6,
pembelajaran yang dilakukan pada dasarnya merupakan lanjutan dari pembelajaran
Bahasa Indonesia di kelas rendah. Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa
Indonesia yang berlandaskan apresiasi sastra menggunakan berbagai pendekatan dan
strategi untuk membentuk keterampilan berbahasa, yakni menyimak, membaca, menulis,
dan berbicara.
Model pembelajaran yang aplikatif dan prokmatis adalah RPP yang benar-benar dapat
digunakan untuk mengantarkan siswa kepada pencapaian kompetensi dengan tuntas.
Model-model ini seyogiannya lahir dari tangan seorang guru yang benar-benar
memahami SK, KD, dan mampu menjabarkannya menjadi indikator.
Dari indikator terlahir :
1. Tujuan pembelajaran
2. Materi pembelajaran
3. Kegiatan pembelajaran
4. Prosedur pembelajaran
5. Instrumen penilaian
Jadi, untuk dapat Menyusun bahan ajar yang tepat, berdaya guna, dan berhasil guna, pendidik harus
mengawalinya dari menganalisis materi pokok dari KD dan materi pembelajaran dari indikator. Jadi, ada
Langkah-langkah untuk melakukan pembelajaran dengan pedoman sebagai berikut.
6. Identifikasilah SK dan KD sastra dari standar isi sesuai dengan tingkat kelas yang di bina!
7. Analisislah kompetensi dasar (KD) menjadi kompetensi dan bahan ajar!
8. Jabarkanlah kompetensi menjadi kata kerja yang lebih operasional!
9. Jabarkanlah bahan ajar menjadi lebih spesifik atau khas sesuai kebutuhan peserta didik
10. Rumuskanlah indikator pencapaian kompetensi dengan benar
E. PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA SECARA
TERPADU DI SD KELAS TINGGI
Dalam pembelajaran apresiasi sastra secara terpadu di kelas tinggi, ketika mempelajari sastra, fokus pembelajaran
tertuju pada siswa yang tengah membaca, menikmati, dan merespons peristiwa-peristiwa yang terpapar melalui sajian
sastra.
Siswa kelas 4-6 adalah siswa kelas tinggi yang mempunyai beberapa sifat khas, (1) adanya minat terhadap
kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, (2) sangat realistic, ingin tahu dan ingin belajar, (3) ada minat terhadap
hal-hal dan mata pelajaran khusus, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikan sendiri, (5) memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6)
anak gemar membentuk kelompok sebaya, untuk bermain bersama-sama.
Oleh karena itu, dalam praktik pembelajaran apresiasi sastra secara terpadu, kerja guru ialah menumbuh
kembangkan jiwa merdeka anak didik dengan mewaspadai rambu-rambu sifat kodrati anak didik, yaitu nonton
(melihat-mengamati-meniru), dalam suasana yang bebas dari tekanan, dari ketakutan dari keharusan-keharusan. Guru
juga bertindak sebagai pamong yang mempertemukan anak didik dengan karya berdasarkan kebebasan dan
kemerdekaan anak didik merespons, yaitu dalam suasana belajar yang terbuka, saling menghormati, dan bersahabat,
yang bebas dari ancaman, keharusan, dan hierarki.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai