A. Hakikat Menyimak
Hakikat menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang
sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses,
sebagai suatu respons atau sebagai suatu pengalaman kreatif. Menyimak dikatakan
sebagai suatu sarana sebab adanya kegiatan yang dilakukan seseorang pada waktu
menyimak harus melalui tahap mendengar bunyi-bunyi yang telah dikenalnya.
Kemudian, secara bersamaan ia memaknai bunyi-bunyi itu. Dengan cara seperti ini ia
mampu menginterpretasikan dan memahami makna rentetan bunyi-bunyi itu. Sebagai
suatu keterampilan, menyimak bertujuan untuk berkomunikasi karena melibatkan
keterampilan yang bersifat aural dan oral. Berdasarkan pandangan ini, harus dibedakan
antara mendengar dengan menyimak. Mendengar merupakan fase awal dari
menyimak, yaitu fase mengenal bunyi sedangkan menyimak merupakan fase kedua,
yaitu fase pemaknaan symbol-symbol aural. Menyimak sebagai seni berarti kegiatan
menyimak itu memerlukan adanya kedispilinan, konsentrasi, partisipasi aktif,
pemahaman, dan penilaian seperti halnya mempelajari seni musik, seni peran atau seni
2
rupa. Sebagai suatu proses, menyimak berkaitan dengan proses keterampilan yang
kompleks, yaitu keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespon. Oleh
sebab itu, menyimak harus diajarkan. Menyimak dikatakan sebagai respons merupakan
unsur utama dalam menyimak. Penyimak dapat merespons dengan efektif jika ia
memiliki panca indra yang cukup baik dan mempunyai kemampuan
menginterpretasikan pesan yang terkandung dalam tuturan yang disimaknya.
Menyimak sebagai pengalaman kreatif melibatkan pengalaman yang nikmat,
menyenangkan dan memuaskan.
1) Pembicara: menguasai materi, berbahasa yang baik dan benar, percaya diri,
berbicara sistematis, gaya berbicara menarik, dan kontak dengan pendengar.
2) Pembicaraan: aktual, berguna, dalam pusat minat menyimak, sistematis
seimbang dengan taraf kemampuan penyimak.
3) Situasi: ruangan mendukung, waktu tepat, ketenangan terjamin dan peralatan
mudah digunakan.
4) Penyimak: kondisi sehat dan fisik mental, perhatian terpusat. Tujuan jelas, minat
tinggi, berkemampuan linguistik dan non linguistik danberpengetahuan dan
pengalaman luas.
B. Hakikat Berbicara
Seseorang dapat membaca atau menulis secara mandiri, dapat menyimak siaran
radio sendiri. Tetapi, sangatlah jarang orang yang melakukan kegiatan berbicara tanpa
hadirnya orang kedua sebagai pemerhati atau penyimak. Oleh sebab itu, berbicara
merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat sosial.
pula sebaliknya. Menyimak merupakan proses memahami pesan melalui bahasa lisan.
Sebaliknya berbicara adalah proses menyampaikan pesan dengan menggunakan
bahasa lisan. Dengan berbicara, seseorang mengirimkan pesan/informasi kepada
penyimak. Selanjutnya, penyimak menerima dan memahami pesan yang disampaikan
oleh pembicara. Pada kenyataannya peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan
peristiwa menyimak atau setiap peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa
berbicara. Dalam kegiatan komunikasi, keduanya secara fungsional tidak dapat
dipisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak dapat terjadi jika kedua kegiatan
yaitu berbicara dan menyimak tidak berlangsung sekaligus dan tidak saling melengkapi.
Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan
yang bersifat resiprokal. Keduanya dapat berganti peran secara spontan dari pembicara
menjadi penyimak atau sebaliknya dari penyimak menjadi pembicara. Dengan
demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi dan saling melengkapi.
Tidak ada gunanya peristiwa berbicara tanpa penyimak dan tidak ada gunanya
peristiwa menyimak jika pada saat yang sama tidak ada yang berbicara.
1. Berbicara Individual
Berbicara individual adalah suatu bentuk kegiatan berbicara yang secara fisik
dilakukan oleh seseorang. Di dalam penampilan berbicara ini tidak dituntut adanya
respon langsung dari pendengar atau lawan bicara. Adapun bentuk-bentuk latihan
berbicara individual tersebut antara lain berupa: latihan memperkenalkan diri; latihan
menerangkan mambuat sesuatu; latihan mengemukakan fakta; latihan mengemukakan
isi bacaan; latihan mengemukakan komentar; latihan bercerita reproduktif; dan latihan
bercerita secara berantai.
a. Latihan Memperkenalkan Diri
Memperkenalkan diri adalah mengekspresikan diri di muka kawan atau
lingkungan baru. Memperkenalkan diri sangat perlu bagi seseorang pada saat pertama
kali berada dalam kelompok atau lingkungan baru, agar dirinya diterima oleh
kelompoknya. Adapun hal-hal yang biasa diekspresikan dalam perkenalan diri tersebut
antara lain bersangkut paut dengan: 1) nama, 2) alamat, 3) hobi, 4) keadaan keluarga,
9
5) cita-cita atau harapan, dan 6) identitas lain yang mungkin perlu diperkenalkan pada
kelompoknya (misalnya: pekerjaan, pendidikan dan sebagainya).
b. Latihan Menerangkan Cara Membuat Sesuatu
Menerangkan cara membuat sesuatu merupakan bentuk berbicara yang
menceritakan proses terjadinya sesuatu secara berurutan. Oleh karena itu, di dalam
menerangkan cara membuat sesuatu tersebut, pembicara harus berbicara secara
sistematis dan tuntas. Selain itu, cara berbicara harus menarik, jelas, dan meyakinkan.
Jika pembicara ingin berhasil menjelaskan sesuatu, maka pembicara tersebut harus
membuat persiapan secara matang. Persiapan tersebut antara lain berkaitan dengan:
1) penentuan tujuan pembicaraan; 2) pembuatan kerangka atau pokok-pokok
pembicaraan; 3) pengumpulan bahan pembicaraan; 4) pengorganisasian bahan
pembicaraan; dan 5) latihan menjelaskan dengan suara nyaring serta mimik yang
serasi.
c. Latihan Mengemukakan Fakta
Mengemukakan fakta biasanya dilakukan bila ingin memberitahu orang lain
tentang keadaan yang sebenarnya atau kondisi objektif sesuatu. Oleh karena itu, apa
yang dibicarakan harus benar-benar berupa informasi tentang benda, peristiwa, atau
situasi nyata. Tidak boleh mengemukakan opini atau ide menurut pikiran pembicara.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam mengemukakan fakta antara lain: 1) bahan
informasi harus berupa data faktual; 2) data faktual tersebut bersumber dari bacaan
atau kehidupan sehari-hari; 3) di dalam mengemukakan fakta tidak boleh ada opini atau
pendapat; 4) di dalam mengemukakan fakta hendaknya menggunakan bahasa yang
lugas; dan 5) di dalam mengemukakan fakta tidak perlu menunjukkan penampilan yang
berlebih-lebihan (over-acting).
d. Latihan Mengemukakan Isi Bacaan
Latihan mengemukakan isi bacaan merupakan latihan berbicara yang bertujuan
untuk melatih berbicara sekaligus untuk meningkatkan minat baca. Di dalam latihan
berbicara ini seseorang harus membaca sesuatu bacaan terlebih dahulu, karena tanpa
membaca dia tidak mungkin dapat melaporkan isi bacaan. Salah satu kegiatan
mengemukakan isi bacaan tersebut antara lain berupa menceritakan ringkasan suatu
buku, yang biasanya menceritakan: 1) siapa pengarangnya; 2) siapa tokoh-tokoh yang
10
diceritakan dalam buku tersebut; 3) di mana tempat kejadian peristiwa tersebut; dan 4)
bagaimana jalan ceritanya.
Biasanya antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai belum begitu kenal.
Maka dari itu pewawancara lebih agresif daripada yang diwawancarai. Berbagai
pertanyaan yang diajukan kepada orang yang diwawancarai biasanya berupa, 1)
pertanyaan pendahuluan/pemanasan/ancang-ancang; 2) pertanyaan mengarahkan; 3)
pertanyaan menggali; dan 4) pertanyaan penutup.
c. Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan percakapan yang bertujuan untuk bertukar pikiran,
memecahkan masalah secara bersama, dan melatih mengemukakan pendapat. Secara
kongkrit kegiatan diskusi tersebut dapat dilihat dalam perdebatan akademis. Ada bentuk
diskusi yang sederhana (misaalnya diskusi kelompok kecil/buzz group; ada bentuk
diskusi yang agak besar, misalnya debate’); dan ada diskusi yang kompleks (misalnya
diskusi panel). Yang selalu ada dalam kegiatan diskusi adalah seorang ketua atau
pemimpin diskusi dan para anggota diskusi atau pendengar/audience. Adapun person-
person lain (misalnya: penulis/notulis, pemrasaran/referator, penyanggah, panelis,
pembanding, pembahas, dan sebagainya) belum tentu ada dalam suatu bentuk diskusi.
Hal itu tergantung pada karakteristik bentuk diskusi yang digunakan.
d. Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan atau latihan untuk menirukan pembicaraan
orang lain, termasuk gerak-gerik, perwatakan, serta tingkah laku orang-orang yang
diperankan. Latihan peran ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk berbicara,
misalnya dalam bentuk diskusi, wawancara, drama, dialog, dan simulasi mengajar
(micro teaching). Adapun langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mempersiapkan
latihan peran ini sebagai berikut.
1) Menentukan topik
2) Menganalisis peran
3) Membagi kelompok dan menentukan pemeran
4) Latihan oral, gerak anggota badan, dan gerak air muka
13
Pembelajaran berbicara semi terpimpin ini dapat dilakukan dalam bentuk-bentuk: cerita
berantai; cerita reproduktif lisan; cerita reproduktif tulisan; cerita reproduktif gambar;
melaporkan isi bacaan; dan melaporkan isi pidato.
a. Cerita Berantai
Cerita berantai ini dapat dilakukan dengan melakukan permainan “Mari Kita
Bercerita” (Let’s Tell a Story), permainan “Resep Gotong Royong” (What’s in the Soup),
dan tular-menular cerita.
akan diucapkan. Pembelajaran berbicara bebas tersebut dapat dilakukan dalam bentuk:
wawancara; dialog; ceritera; mengemukakan pendapat; dan berdiskusi.
a. Pembelajaran Wawancara
Tujuan Pembelajaran berbicara ini adalah untuk melatih keberanian siswa dan
untuk memperkaya perbendaharaan bahasa. Teknik pelaksanaan Pembelajaran
wawancara ini biasanya dengan sistem pembagian kelas atas kelompok-kelompok kecil
(small group discussion). Adapun guru hanya mengawasi dari belakang (tut wuri
handayani).
b. Pembelajaran Dialog
Pembelajaran dialog dapat dilakukan dengan teknik yang serupa dengan
pembelajaran wawancara. Yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dialog ialah
perlu adanya seleksi untuk pemilihan peran yang serasi (casting).
c. Pembelajaran Bercerita
Pembelajaran bercerita bebas dapat dilakukan dengan cara-cara: 1) menyatakan
isi hati; 2) menyatakan imajinasi; 3) menyatakan kesamaan; 4) menceritakan
pengalaman; 5) menceritakan riwayat hidup; 6) menceritakan kisah pengalaman.
d. Mengemukakan Pendapat
Pembelajaran latihan mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan cara: 1)
membandingkan beberapa konsep/teori dan menanggapinya; 2) menghargai karya atau
pendapat orang lain; 3) menimbang-nimbang bobot karya atau pendapat orang lain; 4)
mengkritik karya atau pendapat orang lain, dan 5) menilai karya orang lain.
e. Pembelajaran Berdiskusi
Pembelajaran berdiskusi dapat dilakukan dangan cara-cara: tukar pengalaman
(sharing experiences), ramu pendapat (brainstorming), dan adu argumentasi dengan
debat akademis.
Penilai,
Penilai,
I. Aspek Kebahasaan:
1. Ucapan 4
2. Tekanan 4
3. Nada/Irama 3
4. Persendian 2
5. Kosakata 5
6. Penguasaan kalimat 5
II. Aspek nonkebahasaan:
7. Kelancaran
8. Penguasaan bahan 4
9. Keberanian 5
10. Keramah-tamahan 4
11. Ketertiban 5
12. Semangat 4
13. Sikap 4
5
Jumlah Nilai 54
Penilai,
Penilai,
Petunjuk:
1. Membuat naskah pidato dengan memilih salah satu bentuk penampilan pidato
sebagai berikut:
a. Pidato memorial (misalnya untuk menyambut hari Kartini, hari Pendidikan
Nasional, hari Sumpah Pemuda, dan sebagainya);
b. Pidato perpisahan (misalnya perpisahan setelah lulus SD, perpisahan setelah
lulus SD, dan sebagainya);
c. Pidato penerimaan hadiah (misalnya pidato setelah menerima hadiah juara
kelas, juara pada bidang olah raga tertentu, juara pada bidang kesenian tertentu,
juara karang-mengarang, dan sebagainya);
d. Pidato penyambutan tamu (misalnya menyambut tamu dari sekolah lain, tamu
dari instansi tertentu, dan sebagainya);
20
Catatan:
Penilain pidato di Sekolah Dasar atau lomba pidato disesuaikan dengan tingkat
perkembangan bahasa di SD atau sesuai dengan kesepakatan berapa aspek yang mau
dinilai.
SAWALA (DEBATE)
Petunjuk:
1. Di dalam tugas ini Anda dipersilahkan melakukan perdebatan akademis atau adu
argumentasi.
2. Peran-peran dalam perdebatan akademis ini sebagai berikut:
a. Satu orang sebagai ketua (moderator).
b. Satu orang sebagai penulis.
c. Satu kelompok (beberapa orang) sebagai kelompok pro, yaitu kelompok yang
menyetujui suatu topik perdebatan.
d. Satu kelompok (beberapa orang) sebagai kolompok kontra, yaitu kelompok yang
tak setuju terhadap topik yang dilontarkan dalam perdebatan.
e. Satu kelompok sebagai penilai (pengamat).
3. Model perdebatan tersebut dapat dilihat seperti diagram di bawah ini.
Ketua Penulis
1. Percakapan
a. Memulai percakapan
Untuk memulai percakapan, seorang murid secara sukarela atau di tunjuk untuk
membuka pembicaraan. Kadang-kadang guru menyampaikan pertanyaan untuk di
diskusikan, kemudian seorang murid memulai percakapan dengan mengulangi
pertanyaan tersebut, sedangkan anggota kelompok menangapinya.
c. Mengakhiri percakapan
Sala satu bentuk kegiatan berbicara estetik ialah bercerita, guru menyajikan karya
sastra kepada murid-muridnya dengan teknik bercerita. Murid juga diminta untuk
bercerita mengenai karya sastra yang telah dibaca. Adapun langkah-langkah dalam
bercerita adalah sebagai berikut :
1) Memilih cerita tradisional, misalnya cerita rakyat, sering dipilih untuk kegiatan
bercerita,(mendongeng),namun bentuk karya sastra anak-anak yang lam ajuga
dapat digunakan. Hal yang penting dalam memilih cerita adalah memilih cerita
yang menarik pertimbangan lainnya : (1)cerita tersebut sederhana, dengan alur
cerita yang jelas; (2) cerita tersebut memiliki awal pertengahan, dan akhir yang
jelas; (3) tema cerita jelas; (4) jumlah pelaku cerita tidak banyak; (5) cerita
mengandung dialog; (6) cerita menggunakan gaya bahasa perulangan; dan (7)
cerita menggunakan bahasa yang mengandung keindahan.
2) Menyiapkan diri untuk bercerita
Murid-murid hendaknya membaca kembali dua atau tiga kali cerita yang
diceritakan untuk memahami perwatakan pelaku-pelakunya dan dapat
menceritakannya secara urut. Kemudian murid-murid memilih frasa-frasa atau
kalimat yang akan diambil untuk membuat ceritanya nanti serasa hidup,
29
Bentuk kegiatan yang masuk jenis kegiatan ini adalah melaporkan secara lisan,
melakukan wawancara, dan berdebat.
4.Kegiatan Dramatik
1. Menyajikan Informasi
Salah satu bentuk kegiatan penyajian informasi yang sesuai bagi anak-anak
kelas 3-6 SD ialah menyampaikan laporan secara lisan. Untuk mengingatkan agar
anak-anak menggunakan cara-cara yang efektif dalam menyajikan laporan secara
lisan, masalah mereka menceritakan hal-hal yang mereka inginkan dan tidak mereka
inginkan dari seorang pembicara. Anda juga perlu menyatakan kepada anak-anak
bahwa Anda benar-benar ingin mendengarkan penyajian laporan oleh anak-anak dan
yakinkan mereka bahwa mereka dapat melakukannya dengan baik.
Bentuk kegiatan yang lain untuk melatih penyajian informasi ialah dengan
berpidato. Tujuan kegiatan ini untuk menolong anak-anak mengembangkan rasa
percaya diri dalam berbicara dengan orang lain, belajar menyusun, dan menyajikan
suatu pembicaraan, dan mempelajari cara yang terbaik untuk berbicara di hadapan
sejumlah pendengar.
1) Merencanakan pidato
2) Menyusun Pidato
3) Mempraktikan
gedung sekolah. Mereka boleh memilih menyajikan sandiwara boneka, atau membaca
puisi secara kor atau berppemartisipasi dalam pementasan drama ( Ross and Roe,
1990: 139-143).
a. Sandiwara boneka
Agar dapat memainkan sandiwara dengan baik , anak perlu berlatih mengucapkan
dialog atau monolog dan menggerakan tangan. Anak-anak harus berbicara seolah-olah
menjadi pelaku yang sebenarnya. Misalnya dalam cerita kancil dan gajah, kancil
berbicara dengan suara tinggi dan cepat, sedangkan gajah dengan suara rendah dan
mantap. Ucapan anak-anak harus benar dan jelas agar dapat ditangkap dengan baik
oleh pendengar.
c. Bermain Drama
Bentuk lain apresiasi sastra secara lisan ialah membacakan naskah drama atau
bermain drama. Di antara anak-anak ada yang berperan sebagai narrator, yakni
membacakan deskripsi cerita. Anak-anak yang lain memerankan semua pelaku cerita
yang telah ditentukan. Dalam memilih naskah drama, guru harus mencari naskah
drama yang memiliki perwatakan yang kuat dan menggunakan gaya penyajian yang
lembut. Anak-anak harus dapat memahami karakter pelaku yang akan diperankannya
sehingga dapat memerankannya dengan baik. Dalam membacakan atau memerankan
drama, setiap anak harus dapat membayangkan latar dan tindakan pelaku dan dapat
menggunakan suara sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran
pelaku tersebut. Dengan kegiatan ini, para murid dapat menunjukan kemampuannya
dalam menerjemahkan tulisan ke dalam bahasa lisan yang ekspresif, sebagai
ungkapan perasaan dan pikiran.