Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penulisan Laporan

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang
benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai
dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan
tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara
menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar
sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya
pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa
Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam bahasa yaitu variasi
bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada
ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan ,
karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi,
pidato,ceramah,dll.

1.2 Tujuan Penulisan Laporan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa


Indonesia dan macam-macam ragam bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai aspek.
Dan memenuhi tugas bahasa Indonesia.

1.3 Ruang lingkup laporan

a. Keterampilan Berbahasa.
b. Ragam Bahasa.
c. Diksi dan Bentuk Kata.
d. Ejaan Yang Disempurnakan.
e. Paragraf

Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN BERBAHASA

Keterampilan Berbahasa
Pada dasarnya pendidikan dalam berbahasa sudah dilakukan manusia semenjak lahir.
Proses pendidikan yang bisa dikatakan berhasil apabila terdapat perubahan yang lebih
baik dalam penambahan pengetahuan, keterampilan dan pendewasaan sikap.
Dalam hal ini seseorang dapat dikatakan mahir dalam berbahasa apabila terampil
menyimak, terampil berbicara, terampil membaca dan terampil menulis. Apabila seseorang
terampil keempat aspek tersebut maka dapat dikatakan mampu berbahasa dengan baik.
Agar diperoleh gambaran lengkap, berikut ini ulasan satu per satu secara ringkas.

A. Keterampilan Menyimak
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian,pemahaman,apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh
informasi,menangkap isi atau pesan ,serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Permasalahan dalam menyimak :
1. Konsentrasi
Faktor yang mengganggu konsentrasi saat menyimak yaitu :
a. Situasi dan kondisi lingkungan yang tidak nyaman
b. Pakaian pembicara
c. Orang yang datang terlambat
d. Kurangnya penguasaan kata-kata ilmiah
e. Cara pembicara menyampaian materi yang kurang menarik
Solusinya yaitu kita harus senantiasa menjaga pikiran agar selalu fokus dan
berpusat pada objek pembicaraan,selain itu juga yang terpenting yaitu niat dan motivasi
dari diri kita sendiri.

2. Pendengaran
Kurangnya data dengar yang baik dan jelas dikarenakan bisingnya suasana
lingkungan,karena ada gangguan pendengaran dan kurangnya alat yang medukung
dalam kegiatan penyampain materi.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut yaitu kita harus selalu berkonsentrasi supaya
apa yang disampaikan dapat kita terima dengan baik,apabila terdapat masalah dalam
pendengaran sebaiknya diperiksakan ke dokter,dan dalam menyampaikan bahan
simakan sebaiknya memakai alat bantu seperti microfon,auto focus,dan lain-lain.

Page 2
3. Pemahaman
Hal-hal yang menjadi penghambat proses pemahaman bahan simakan yaitu
pembicara menggunakan kata-kata yang kurang baku,susunan kalimat yang tidak
baik,dan kemampuan mengolah kalimat yang kurang baik.
Solusi untuk hal tersebut yaitu seharusnya pembicara menggunakan kata-kata
yang baku,materi yang disampaikan harus memiliki susunan kalimat yang baik,dan
sebagai penyimak haris berlatih untuk meningkatkan kemampuan otak dalam
konsentrasi dan mengolah isi kalimat yang disampaikan.

4. Daya Ingat
Daya ingat yang kurang bisa menjadi penghambat dalam mengerti isi dari bahan
simakan tersebut.Oleh karena itu kita dapat mencatat poin-poin penting dari materi
tersebut,mereview catatan secara periodik,memperhatikan pembicara dengan
seksama.
Ada beberapa langkah khusus dalam meningkatkan kemampuan mengingat adalah
sebagaimana dijelaskan oleh De Potter (2009) :
a. Di ruangan dengan pencahayaan yang baik.
b. Dengan nyata sesuatu yang bersifat abstrak.
c. Sesuatu yang ingin diingat menjadi lucu,bahkan aneh sekalipun.
d. Obyek pertama dan kedua,ucapkan keduanya dengan keras dan lantang tanpa
melihat tulisan.
e. Cara ini sampai benar-benar bisa mengucapkannya tanpa bantuan tulisan.
f. Selesai mengingat obyek,ulangi ucapannya tanpa tulisan dengan lantang
g. Tidak bisa melakukannya dengan baik,ulangi mulai dari awal.
h. Yakin bisa mengingatnya istirahatlah 10-20 menit.
i. Uji kembali,jika masih belum bisa mengingat dengan baik,gunakan cara-cara
mnemonic, misalnya dengan mengingat kata awal, akronim, menyanyikan, atau
membuat kategori.

5. Motivasi
Faktor yang menjadi penyebab menurunnya motivasi kita untuk menyimak yaitu
cara penyampaian materi yang jenuh serta rasa malas untuk mengikuti kegiatan
tersebut.
Untuk meningkatkan motivasi,kita harus menguatkan tekad dan niat untuk
mendapatkan ilmu dari simakan tersebut,melawan rasa malas itu dengan cara
mengingat akan manfaat dari isi simakan tersebut,dan memiliki rasa keingintahuan
dalam simakan tersebut.

6. Kondisi

Page 3
Situasi dan kondisi yang kurang baik akan mengganggu konsentrasi kita saat
menyimak.Berkaitan dengan hal tersebut sebaiknya kita memperhatikan situasi dan
kondisi ruangan yaitu mengenai ketenangan ruangan,tempat yang dibutuhkan,dan alat-
alat yang perlu dilibatkan,serta harus siapkan fisik dan mental yang baik dan tidak lelah.

7. Kosakata
Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan yang
ada,memperbanyak membaca karena dari sana kosakata kita akan bertambah,mencari
tahu arti dari kata yang belum kita tahu,serta konsentrasi agar kita dapat memahami
materi yang sedang kita simak.
Cara memperluas kosa kata seseorang antara lain dapat dikemukakan:melalui
proses belajar,melalui konteks,melalui kamus,kamus sinonim dan tesaurus,dan dengan
menganalisa kata-kata.

Jenis jenis menyimak yaitu sebagai berikut :


a. Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum
dan lebih bebas terhadap suatu ujaran,tidak perlu dibawah bimbingan seorang guru.

Menyimak ekstensif meliputi :


1. Sosial/Menyimak Konversional/Menimak Sopan
Biasanya berlangsung dalam situasi tempat orang mengobrol atau
bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir.
Menyimak sosial mencaku dua hal :
a) Secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dalam situasi
sosial dengan suatu maksud.
b) Dan memahai peranan peranan pembicara dan penyimak dalam proses
komunikasi.

2. Sekunder
Menyimak sekunder adalah kegiatan menyimak secara kebetulan (casual
listening) dan secara ekstentif (extensive listening).Contohnya saat berpartisipasi
dalam kegiatan sekolah seperti melukis sambil mendengarkan musik.

3. Estetik (Aestetic Listening)


Menyimak estetik adalah fase terakhir dan kegiatan termasuk ke dalam
menyimak secara kebetulan dan menyimak secara ekstensif.Menyimak estetik
mencakup :
a) musik,puisi,pembacaan bersama,atau drama radio dan rekaman-rekaman.
b) cerita ,puisi,irama dan lakon-lakon yang diceritakan.

Page 4
4. Pasif (Passive Listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai uapaya-uoaya kita saat belajar dengan kurang teliti,tergesa-
gesa,menghafal luar kepala,berlatih snatai,serta menguasai suatu bahasa.
Teknik-teknik menyimak pasif :
a) otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak.
b) dan santai
c) memasang rintangan bagi bunyi
d) waktu yang cukup bagi otak dan telinga
e) kesempatan bagi otak dan telinga bekerja,sementara kita mengerjakan sesuatu
yang lain.

b. Intensif
Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi dan
dikontrol.
Jenis-jenis menyimak intensif :
a. Menyimak Kritis (Critical Listening)
Menyimak kritis merupakan sejenis kegiatan menyimak berupa pencarian
kesalahan,kekeliruan atau hal-hal yang baik dan benar dari ujaran pembicara
dengan alasan-alasan yang kuat dan masuk akal.
b. Menyimak Konsentratif (Conentrative Listening)
Menyimak konsentratif disebut juda a study type listening atau menyimak sejenis
telaah.
c. Menyimak Kreatif (Creative Listening)
Menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap
bunyi,penglihatan,gerak,serta perasaan-perasaan kinetetik yang dirangsang oleh
sesuatu yang disimaknya.

c. Menyimak Eksploratif
Menyimak eksploratif bersifat menyelidiki,atau exploratory listening adalah
kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih
terarah dan lebih sempit.

d. Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut
lebih banyak konsentrasi dan seleksi,pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir
dari ujaran pembicara,karena penyimak akan banyak mengajukan pertanyaan.

e. Menyimak Selektif

Page 5
Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan
terfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing,nada dan suara,bunyi-bunyi
homogen,kata-kata,frase-frase,kalimat-kalimat,dan bentuk-bentuk bahsa yang
sedang dipelajarinya.

B. Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan kemampuan seseorang untuk menyampaikan gagasan-
pikiran secara lisan kepada orang lain.Plahan yang akan di hadapi antaranya antara
lain sebagai berikut.
1. Kepercayaan Diri
Percaya diri merupakan suatu apresiasi bagi diri sendiri.Faktor kurangnya
kepercayaan diri kita yaitu selalu gemetar,tegang,kurang pengalaman,belum terbiasa
berbicara ,kurang persiapan,dan pemalu sehingga sulit berbicara.
Solusi untuk permasalahn tersebut yaitu hendaknya sebelum berbicara kita berdoa
terlebih dahulu,selalu berpikir positif dan tenang,yakin dan fokus pada apa yang tengah
kita sampaikan,sering berkumpul dengan orang yang pandai berbicara,melatih
berbicara yaitu bisa dengan berbicara di depan kaca atau di tempat sepi,sikap kita
harus sipan,menebar senyum,dan berpakaian rapi,serta mempersiapkan kerangka
pembicaraan.
Untuk mengurangi rasa gugup saat membawakan materi kita harus menjadi diri
sendiri,biarkan personalitas anda menjadi rileks,gunakan teknik menari nafas
dalam,mulai presentasi dimana anda merasa nyaman atau latihan dengan teman bagi
perasaan takut dengan teman.

2. Pengetahuan
Kurangnya pengetahuan tentang apa yang akan dibicarakan dapat disebabkan
karena kita tidak rajin membaca,sehingga saat akan menyampaikan materi kita akan
tidak percaya diri.Solusinya yaitu rajin membaca,jadikan membaca sebagai kebutuhan.

3. Cara Penyampaian dan Penyajian


Cara penyampaian materi yang kurang baik akan membuat pendengar merasa
bosan.Hal itu disebabkan karena percaya diri yang kurang ,ekspresi yang
kurang,persiapan yang kurang dan pemberian penyegaran yang kurang.Oleh karena itu
agar cara kita menyampaikan materi baik kita harus melakukan persiapan yang
maksimal yaitu dengan membaca dan menguasai materi,berkatih
berbicara/menyampaikannya dengan bahasa lisan yang baik dan melatih keterampilan
dalam berbicara.

4. Topik/Materi
Salah satu masalah dalam keterampilan berbicara yaitu materi yang disampaikan
kurang menarik.Oleh sebab itu sebelu kita menyampaikan materi kita harus pintar dan

Page 6
kreatif mencari topik yang sedang hangatdibicrakan di umum,dan bertanya kepada
yang ahli untuk menambah informasi.
Untuk memilih sebuah topik yang baik,maka pembicara harus memerhatikan
beberapa aspek berikut :
a. Topik yang dipilih hendaknya telah diketahui serba sedikit,serta ada kemungkinan
untuk memperoleh lebih banyak keterangan atau informasi.
b. Persoalan yang dibawakan hendaknya menarik perhatian pembicara sendiri.
c. Persoalan yang dibicrakan hendaknya menarik pula perhatian pendengar.
Suatu topik dapat menarik perhatian pendengar karena :
a. Topik itu mengenai persoalan para pendengar sendiri;
b. Merupakan suatu jalan keluar dari suatu persoalan yang sedang dihadapi;
c. Merupakan persoalan yang ramai dibicarakan dalam masyarakat atau persoalan
yang jarang terjadi;
d. Persoalan yang dibawakan mengandung konflik pendapat;
e. Persoalan yang dibahas tidak boleh melampaui daya tangkap pendengar atau
sebaliknya terlalu mudah untuk gaya intelektual pendengar;dan
f. Persoalan yang dibawakan dalam penyajian itu harus dapat diselelsaikan dalam
waktu yang disediakan.Bila penyajian itu melampaui waktu yang ditetapkan ,maka
perhatian pendengar akan merosot dan bahkan akan lenyap sama sekali.

5. Penguasaan Materi
Masalah yang dihadapi yaitu kurangnya memahami materi yang akan dibicarakan
dan malas memahmi materi.Solusinya yaitu rajin membaca buku agar dapat menguasai
materi yang akan disampaikan.

6. Situasi Kondisi
Pembicara harus menyiapkan diri lahir maupun batin,suasana harus mendukung
kegiatan tersebut,sarana dalam proses berbicara harus disesuaikan dengan
kebutuhan,serta menyesuaikan pembicaraan dengan keadaan yang sedang berlansung
saat itu dan perhatikan psikologi pendengaran.
Aristoteles mengemukakan bahwa situasi itu mencakup psikologi pendengaran
:tua -muda,kaya-miskin,dan sebagainya.Situasi juga mencakup tujuan berbicara yaitu
apakah pidato itu dimaksudkan untuk pengadilan,politik,pementasan atau ibadah.Atau
apakah pidato bersifat umum atau khusus.[8]

7. Penampilan
Penampilan adalah penentu keberhasilan dalam berbicara.Oleh karena itu
penampilan harus disesuaikan dengan keadaan acara,untuk menarik perhatian
pendengar,kita harus berani berbicara di depan umum,serta kondisi tubuh harus fit.

8. Diksi/Pengetahuan Bahasa

Page 7
Permasalahn dalam pengetahuan bahasa yaitu meliputi bahasa / pilihan kata yang
tidak mudah di mengerti, berbicara dengan kosa kata yang salah, ketika melafalkan
kosa kata tidak di bacakan kepanjangannya .Oleh karena itu pengucapan dalam jeda
kata-kata di sesuaikan oleh kemampuan pendengar,bahasa yang baik dan benar
terlihat dengan meyakinkan si pendengar,apabila ada singkatan kata maka disebutkan
arti singkatannya.

C. Keterampilan Membaca
Membaca adalah kegiatan merespon lambang-lambang cetak atau lambang-
lambang tulis dengan pengertian yang tepat untuk mendapatkan informasi.
1. Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan jenis kegiatan memahami isi bacaan secara
mendalam.Membaca pemahaman menuntut kegiatan mengingat agar dapat
mengetahui dan mengingat hal-hal pokok.
Permasalahan yang dihadapi dalam hal ini yaitu lambatnya memahami materi
bacaan yang dibaca.Solusinya yaitu kita harus benar-benar konsentrasi dan fokus
ketika membaca,menandai hal-hal penting dari bacaan tersebut,menanyakan hal-hal
yang belum difahami kepada orang yang sudah faham,dan menghayati maksud dari
bacaan tersebut.

2. Penguasaan Kosakata
Penguasaan kosakata bahasa yang masih kurang menjadi kendala dalam proses
membaca.Oleh karena itu kita seharusnya memperluas dan memperbanyak
pengetahuan kosakata yaitu dengan cara sering membaca dan mencari kosakata
dalam kamus besar bahasa Indonesia,mencari sinonim dari kata-kata
tersebut,memperbanyak membaca bacaan,dan banyak berkomunikasi dengan orang-
orang sehingga kosakata bahasa kita menjadi bertambah.

3. Konsentrasi
Konsentrasi ketika membaca yang kurang maksimal bisa disebabkan karena situasi
dan kondisi kita yang kurang mendukung,ataupun minat membaca kita yang kurang
sehingga proses membaca tidak efektif.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu hendaknya kita memfokuskan fikiran
kita terhadap bahan bacaan,cari tempat yang mendukung kenyamanan saat
membaca,pikirkan manfaat membaca untuk masa depan dan tingkatkan minat kita
dalam membaca.

4. Motivasi
Kurangnya motivasi untuk membaca,rasa malas dan bosan merupakan hal yang
menjadi faktor kurangnya keinginan kita dalam membaca.Untuk meningkatkan motivasi
kita dalam membaca ada baiknya kita mencari buku yang menarik,paksakan dalam hati

Page 8
bahwa membaca itu merupakan suatu kebutuhan,dan ingatlah manfaat dari membaca
untuk kemudian hari.

5. Inti Bacaan
Mengalami kesulitan mencari gagasan utama ketika membaca merupakan hal yang
dapat mengganggu kegiatan membaca karena kita tidak akan tahu isi dari bacaan
tersebut.Gagasan utama dapat ditemukan di awal paragraf (deduktif) dan di akhir
paragraf (induktif).Kalimat utama memiliki ciri-ciri yaitu kalimat tersebut tidak memiliki
kata penghubung,berdiri sendiri,dan tidak menggunakan kata ganti tunjuk atau orang.

Untuk menemukan ide pokok dengan cepat,berikut ini langkah-langkahnya :


a. Bacalah bacaan dengan cermat untuk mendapatkan ide pokok secara
cepat,jangan membaca kata demi kata,tapi seraplah idenya,bergeraklah lebih
cepat tapi jangan kehilangan pengertian ;
b. bMeskipun kalian membaca dengan cepat,kalian jangan terlalu cepat membaca
di luar hal yang normal sehingga kehilangan pemahaman;
c. cJangan tergesa-gesa hingga mengkibatkan ketegangan;
d. dBerkonsentrasi dan lepaskan dunia luar.
e.

6. Rendahnya Kecepatan Membaca


Untuk kegiatan membaca cepat ada dua teknik yang dapat kita terapkan yaitu
teknik pindai (scanning) dan teknik layap (skimming).
Teknik meningkatkan kecepatan membaca :
a. Biasakan membaca dalam kelompok-kelompok kata,hindari membaca kata demi
kata;
b. Jangan mengulang-ulang kalimat yang telah dibaca;
c. Jangan terlalu berhenti lama diawal baris atau kalimat;
d. Cari kata-kata kunci yang menandai adanya gagasan utama sebuah kalimat;
e. Abaikan saja kata-kata tugas yang sifatnya berulang-ulang.[2]

7. Gerakan Bibir/Vokalisasi
Gerakan bibir dan vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis
menjadi setara kecepatan bicara. Hindari hal tersebut. Cara mudah untuk
mengurangin gerakan bibir dan vokalisasi adalah dengan meletakkan pensil diantara
kedua bibir Anda. Jika mulut mulai berbicara, anda akan merasakan pensil yang
jatuh dan ulangi terus sampai kebiasaaan tersebut hilang.

8. Keadaan ketika Membaca/Posisi Membaca


Siapkan kondisi yang baik,tidak boleh sambil tiduran,posisi duduk dalam
keadaan tegak,tangan berada diatas meja,dan buku berada di depan mata.

Page 9
D. Keterampilan Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung,tidak secara tatap muka dengan orang lain.
1. Tata Kalimat
Cara untuk menghindari tata kalimat yang tidak beraturan :
a. Perhatikan susunan pembahasan
b. Perhatikan SPOK
c. Perhatikan EYD
d. Perhatikan alinea

2. Tidak Terbiasa
Menulis akan tersa sulit karena kita belum terbiasa menulis,oleh karena itu agar
kita terbiasa dengan menulis kita harus terus mencoba,tulislah apa yang ada di
dalam pikiran kita,jangan takut dengan tulisan kita yang jelek,jangan memikirkan
teori menulis.

3. Tata Tulis
Tata tulis yang baik dan benar itu sangat diperlkan dalam menulis karya
ilmiah.Permasalahannya kita sering kali tidak mengetahui tata bahas yang
benar.Oleh karena itu kita harus cermat dalam memakai kata-kata yang benar dan
sesuai dengan EYD,bukan hanya itu tanda baca pun harus diperhatikan agar tidak
menimbulkan salah arti.

4. Motivasi
Faktor penghambat dalam keterampilan menulis yaitu motivasi yang masih
kurang,hal itu disebabkan oleh rasa cepat capek,tulisan yang kurang
sisitematis,tidak mengerti mengenai tulisan yang baik sehingga semua itu
menjadikan kita malas untuk menulis.
Solusinya yaitu kita harus dipaksakan untuk menulis walaupun hanya
perfaragraf,sering berlatih menulis.mempersiapkan fisik dan mental,serta berdoa
kepada Tuhan.

5. Pengetahuan
Pengetahuan kita yang kurang akan menghambat kegiatan proses
menulis,karena menulis itu memerlukan ide yang dan pengetahuan yang luas.Maka
kita harus memperbanyak ilmu pengetahuan dan sering mencari informasi
dimanapun itu.

6. Kecepatan dalam Menulis

Page 10
Lambanya kita menulis dapat menyebabkan tertinggalnya informasi penting yang
harus di tulis,hal itu bisa disebabkan karena penyajian materi yang terlalu cepat atau
karena ada hal yang mengganggu.
Maka agar kegiatan menulis itu cepat sebaiknya menulis dengan menyingkat
sesuai dengan perkataan yang kita mengerti,tutup aplikasi yang sekiranya dapat
mengganggu kita saat menulis,dan sering membiasakan diri untuk menulis.

7. Kurang Percayadiri
Faktor penghambatnya yaitu pemalu dan kurang berlatih menulis.Solusinya ialah
kembangkan ekspresi,hilangkan kata, rasa dan pikiran malu,memiliki motivasi,dan
hilangkan rasa takut.

8. Menentukan Tema
Kesulitan dalam menentukan tema suatu bahan pembicaraan disebabkan oleh
keterbatasan ide,minimnya kosakata,dan tidak fokusnya tema.Sehinnga kita harus
benar-benar memiliki ide yang kreatif,selanjutnya membuat kerangka
tema,membuat poin-poin tema lalu membuat tema yang sesuai.
Cara menentukan topik dan tema yang baik :
a. Sesuatu yang menarik perhatian penulis,topik yang menarik perhatian akan
memotivasi penulis secara terus menerus,mencari data-data untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi dan akan dituangkan dalam tulisannya.
b. Usahakan topik merupakan hal yang umum diketahui oleh penulis karena hal ini
penting sebagi bahan eksplorasi dan sangat berguna untuk mengembangkan
tulisan.
c. Topik hendaknya bukan hal yang terlalu luas atau terlalu sempit.
d. Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat,ditinjau dari segi akademis dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari-
hari maupun dari segi praktis.
e. Topik bukanlah sesuatu yang terlalu baru,terlalu teknis,dan terlalu
kontroversial.Topik yang terlalu baru akan menyulitkannya dalam mencari
referensi karena memang belum ada.Topik yang terlalu teknis kemungkinan
dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan
penulisannya.Topik yang terlalu kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk
bertindak secara obyektif.

Page 11
RAGAM BAHASA

A. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Variasi ini disebabkan oleh:
a. Jumlah penutur pemakai suatu bahasa.
b. Letak geografis, yaitu kota-desa pantai –gunung.
c. Adanya suku bangsa dengan bahasa daerahnya.

B. .Macam-Macam Ragam Bahasa


a. Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
1. Ragam Lisan
Ciri-ciri ragam lisan:
1. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
8. Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
2. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media
tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya.. Dalam ragam bahasa tulis,
kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun
susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan
penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita
temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga
dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat objektif.
3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4. Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus memperhatikan unsur gramatikal.
6. Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
8. Selalu memakai alat bantu;
9. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi.

Page 12
10. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan
tanda baca.

Ketentuan-ketentuan ragam tulis :


1. Memakai ejaan resmi.
2. Menghindari unsur kedaerahan.
3. Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai bentuk sintesis.
5. Pemakaian partikel secara konsisten.
6. Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah

Kelebihan ragam bahasa tulis :


1. Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang
menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3. Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1. Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan nilai jual.
3. Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu
dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata
bahasa dan kosa kata):
Ragam bahasa lisan:
a. Nia sedang baca surat kabar
b. Ari mau nulis surat
Ragam bahasa tulis:
a. Nia sedang membaca surat kabar.
b. Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
c. Mereka bertempat tinggal di Menteng
d. Akan saya tanyakan soal itu.
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:

Page 13
1. Ragam Lisan
a. Ariani bilang kalau kita harus belajar
b. Kita harus bikin karya tulis
c. Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
2. Ragam Tulis
a. Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
b. Kita harus membuat karya tulis.
c. Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan
berdasarkan:
a. Topik yang sedang dibahas,
b. Hubungan antarpembicara,
c. Medium yang digunakan,
d. Lingkungan, atau
e. Situasi saat pembicaraan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah
sebagai berikut:
a. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
b. Penggunaan kata tertentu,
c. Penggunaan imbuhan,
d. Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
e. Penggunaan fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar
dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita
akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda.
Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau
istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam
standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan
nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,
predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab
pertanyaan orang. Pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas
adalah Intonasi. Misalnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan
dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan
bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan
bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau

Page 14
jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak
dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.

Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi
awalan pe-, akan terbentuk kata perasa.
Dinamis artinya tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu
orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya
disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi, yang terpelajar. Hal ini
dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui
jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa
yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat
memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.

c) Seragam
Pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman
bahasa dengan pencarian titik-titik keseragaman. Ragam baku tulis adalah ragam yang
dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.
Pemerintah sekarang mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu
dilakukan dengan menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak
terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.

C. Pembagian Ragam Bahasa Indonesia


a. Ragam berdasarkan cara pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu:
Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam Resmi, dan Ragam Takresmi.
1. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok
bahasawan ditempat tertentu. Dalam istilah lama disebut dengan logat. yang
menonjol yang mudah diamati ialah lafal dan bunyinya.. Logat bahasa Indonesia
orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi awal nama-nama kota,
seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai pelafalan kata seperti pendidi’an,
tabra’an, kenai’an, gera’an. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada,
dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
2. Ragam Terpelajar

Page 15
Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak
jelas
perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak
berpendidikan.
Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, seperti contoh
dalam table
berikut.
a. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1. Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap;
3. Menggunakan kata ganti resmi;
4. Menggunakan kata baku;
5. Menggunakan EYD;
6. Menghindari unsur kedaerahan.

b. Ragam tak resmi


Ragam tak resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti
dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi
Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam
bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak
normal.
Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang
digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas
yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah
pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan oleh anak muda.

b.Ragam menurut topik pembicaraan.


1. Ragam politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata
dan mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah
satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam
pengembangan bahasa di masyarakat.
2. Ragam hukum
Bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat
luas. Dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang
membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang
dimaksud.

Page 16
3. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam social didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan
kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam lingkungan sosial yang
lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam fungsioanal atau ragam professional merupakan ragam bahasa yang
diakitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.
Sebagai contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi
dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.
4. Ragam jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia
persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak) Termasuk media massa audio
(radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik
adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.

Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.


a. Bahasanya padat
b. Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan
c. Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya
d. Lebih banyak unsure pikiran daripada perasaan
e. Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi
Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena
itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun
selogis-logisnya.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan,
kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan.
5. Ragam sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif,
kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-
cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak
dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk
menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan,
penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa.
Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara
penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian
di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala
kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara,
panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata,
ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya,
bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.

Page 17
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya
melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam
imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat
dirinci lagi berdasarkan ciri (1) kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap
penutur sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam
menurut daerah, ragam menurut pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur.
Ragam menurut daerah akan muncul jika para penutur dan mitra komunikasinya
berasal sari suku/etnik yang sama. Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya
multietnik atau suasana berubah, misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik
pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan
mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang
digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh ragam yang dibahas diatas
sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan
(sehari-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam
takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung sama dengan ragam resmi dan
ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh ragam-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja
dipertentangkan dengan ragam nonilmu demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.

Ragam Contoh
a.Lisan Sudah saya baca buku itu.
b.Tulis Saya sudah membaca buku itu.
c.Dialek Gue udah baca itu buku.
d.Terpelajar Saya sudah membaca buku itu
e.Resmi Saya sudah membaca buku itu
f.Takresmi Sudah saya baca buku itu.

Nonilmu (nonilmiah) Ilmu (ilmiah)


Ayan bukan penyakit menular.
Polisi bertugas menanyai tersangka. Epilepsi bukan penyakit
Setiap agen menularr
akan mendapatkan potongan. Polisi bertugas menginterogasi tersangka.
Jalan cerita sinetron itu Setiap agen akan mendapatkan rabat.
membosankan. Alur cerita sinetron itu membosankan

Page 18
1. Bahasa Indonesia ragam baku;
2. Penggunaan kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian
kata dan istilah yang bermakna kias;
5. Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana.(ragam hukum)


2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
3. Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
4. Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5. Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)

Page 19
DIKSI DAN BENTUK KATA

A. Pengertian Diksi Atau Pilihan Kata

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan.
Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata
yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada, dan
maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata


dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,


pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara
lain :
a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

B. Syarat-Syarat Ketepatan Diksi


Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang
sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha
secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan
tidak akan menimbulkan salah paham.

Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang
harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai
dengan tuntutan komunikasi.
kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan konotasi i
Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan kata adalah :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah alah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.
Contoh :

Page 20
a. Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
b. Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
a. Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
b. Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan
yang selama ini memberatkan pengusaha.

3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.


a. Intensif – insensif
b. Karton – kartun
c. Korporasi – koperasi
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :

a. Modern : canggih (secara subjektif)


b. Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
c. Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual (menurut kamus)
5. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :

a. Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.


b. Koordinir seharusnya koordinasi.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh :

Pasangan yang salah Pasangan yang benar

antara ..... dengan .... antara .... dan .....

tidak ..... melainkan ..... tidak ..... tetapi .....

baik ..... ataupun ..... baik ..... maupun .....

bukan ...... melainkan


bukan ..... tetapi .....
.....

7. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.


Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok
yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu
kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.

Page 21
Contoh : Kata umum :melihat
Kata khusus :melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati,
mengawasi, menonton, memandang, menatap.
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
a. Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
b. Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar
angin, desas-desus.
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan,
dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan
berbeda makna.
Contoh :
a. Sinonim : Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
b. Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang) – Bang (panggilan kakak laki-laki)
c. Homografi : Apel (buah) – Apel (upacara)
10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :

a. Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
b. Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

C. Gaya Bahasa dan Idiom


1. Gaya bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara
penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk
mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora,
personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam
masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak
seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra
komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :
komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan
bahasa seorang Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak
langsung, media cetak atau media elektronik.

Page 22
a. Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
b. Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
c. Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
d. Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua);
jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah,
menengah, tinggi).
e. Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata


Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling
tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya
penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat.
Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam
menghadapi situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :
a. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh
mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya
bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita
negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-
artikel yang serius atau esai yang memuat suyek-subyek yang penting, semuanya
dibawakan dengan gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945,

b. Gaya Bahasa Tak Resmi


Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam
bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau
kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-
buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan,
dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum
dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh :

Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah peristiwa
nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda dicetuskan pada
zaman penjajahan. \

c. Gaya Bahasa Percakapan


Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-
kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka
gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport.

Page 23
Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk
menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan
dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.

2. Idiom
Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara
langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom
adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom
berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh
dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai
bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom
yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak
boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka
karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.
Dari pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan menjadi beberapa
poin penting yaitu :
1. Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
2. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah
besar kosa kata atau perbend kata itu.
3. Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca
atau penulis terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
4. Diksi memiliki beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi
yang sesuai antara pembicara dan pendengar.
5. Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan
baik dan benar agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman antara
pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.
6. Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara
penutur mengungkapkan maksudnya.
7. Gaya bahasa menurut pilihan kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi
menjadi 3 jenis yaitu : Gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya
bahasa percakapan.
8. Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara
langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu,
idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang
membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

Page 24
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

A Penggunaan EYD Yang Benar Pada Penulisan Huruf dan Kata


Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah perlambangan bunyi bahasa,
pemisahan penggabungan, dan penulisan suatu bahasa.Ejan dapat mengatur
keseluruhan bahasa dengan menggunakan huruf, kata dan tanda baca sebagai
sarananya Karena ejaan sangat penting dalam bahasa tulis.
1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. Contoh: Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan
naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-
Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan,
keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c. Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi
di kali, menyebrangi selat, pergi ke arahtenggara, peuyeum bandung dan telur
brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e. Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua
kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari

2. Penulisan Huruf Miring


a.Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat
Kabar Bandung Pos.

Page 25
b.Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

c. Penulisan kata ilmiah


Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan
dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa,
rhizopoda, lactobacillus, dsb.

3 .Penulisan Kata Turunan


a.Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar
luaskan.
b.Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur
gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika,
audiovisual, demoralisasi, pascapanen, tridaya, rekondisi.

4. Penulisan Gabungan Kata


a.Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata,
termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang
bersangkutan. Contoh; alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru,
mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
b.Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut
harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada,
darmawisata, belasungkawa, sukaria, titimangsa.

B. Penggunaan EYD Yang Benar Pada Partikel, Singkatan, Akronim, dan Angka.
1.Penulisan partikel
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan
pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.
a.Penulisan partikel pun

Page 26
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah
dari kata yang mendahuluinya.
b.Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai,
demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.

2. Penulisan singkatan
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

a. Penulisan singkatan umum tiga huruf


Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau
lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang
pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk
renacana, pojok, artikel, kolom, suratpembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa
jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul
tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.
b. Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

3. Penulisan akronim
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan
nama diri berupa gabungan huruf.
a. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
b. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil. Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap
perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat yaitu:
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia.

Page 27
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesiayang lazim.

4. Penulisan angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
a. ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
b. satuan waktu,
c. nilai uang, dan
d. kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau
kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

5. Penulisan lambang bilangan


Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat
diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalamPedoman
EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
b. Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
c. Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah
bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
d. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali
didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com

C. Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

Page 28
Misalnya: A. S. Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Dr (Doktor)
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Satu, dua, . tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi danmelainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3. Tanda Titik Koma (; )
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja,
dan lemari.

b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
5. Tanda Hubung ( - )
a, Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya: ada cara baru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat
satu huruf saja pada ujung baris.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada
Misalnya:
a. cara baru meng -ukur panas.

Page 29
b. cara baru me-ngukur kelapa.
c. alat pertahan -an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal
baris.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, dibolak-balikkan, kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dantidak
dipakai pada teks karangan.
6. Tanda Pisah ( - )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai-diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga
pembedahan atom- tidak men gubah konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya: Kapan ia berangkat?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).

9. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa
emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
10. Tanda Kurung ( )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.

Page 30
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962
c. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan.
Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.
11. Tanda Kurung Siku ([... ])
a.Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah
asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
b.Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak
dibicarakan.)
12. Tanda Petik ("... ")
a.Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah,
atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah
atas baris.
Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal.
b.Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat.
Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a.Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
b.Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing
(Lihat pemakaian tanada kurung)
Misalnya: rate of ’laju inflasi’
14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar
Misalnya: kata2, lebih2, sekali2
15. Tanda Garis Miring ( / )

Page 31
a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya: No. 7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor
alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi, harganya Rp 15,00/lembar, Jalan Daksinapati
IV/3
16. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya: Ali 'kan kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah)

Page 32
Page 33
PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf
Satuan bahasa tertulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara
runtut, logis dalam kesatuan ide yang lengkap, utuh dan padu. Biasanya
menyampaikan suatu informasi denghan pikiran utama sebagai pengendalinya dan
pikiran penjelas sebagai pendukungnya. Selain itu paragraph juga mempunyai pikiran
utama dan pikiran pokok.

B. Struktur Paragraf
Paragraf terdiri atas kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau
kalimat pendukung. Kalimat topik merupakan kalimat terpenting yang berisi ide pokok
alinea. Sedangkan kalimat penjelas atau kalimat pendukung berfungsi untuk
menjelaskan atau mendukung ide utama. Untuk mendapatkan paragraf yang baik perlu
diperhatikan hal-hal berikut :
1. Posisi Paragraf
Sebuah karangan dibangun oleh beberapa bab. Bab-bab suatu karangan yang
mengandung kebulatan ide dibangun oleh beberapa anak bab. Anak bab dibangun oleh
beberapa paragraf. Jadi, kedudukan paragraf dalam karangan adalah sebagai unsur
pembangun anak bab, atau secara tidak langsung sebagai pembangun karangan itu
sendiri. Dapat dikatakan bahwa paragraf merupakan satuan terkecil karangan, sebab di
bawah paragraf tidak lagi satuan yang lebih kecil yang mampu mengungkapkan
gagasan secura utuh dan lengkap.
2. Batasan Paragraf
Pengertian paragraf ini ada beberapa pendapat, antara lain :
1. Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan
(biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis
baru)
2. Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di
bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.
3. Kegunaan Paragraf
Paragraf bukan berkaitan dengan segi keindahan karangan itu, tetapi pembagian
per paragraf ini memiliki beberapa kegunaan, sebagai berikut:
a. Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan
paragraph
b. Alat untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulisnya
c. Penanda bahwa pikiran baru dimulai,
d. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis
e. Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar,
transisi, dan penutup.
4. Unsur-Unsur Paragraf

Page 34
Ialah beberapa unsur yang pembangun paragraf, sehingga paragraf tersebut
tersusun secara logis dan sistematis. Unsur-unsur paragraf itu ada empat macam, yaitu
:
(1) transisi,
(2) kalimat topik,
(3) kalimat pengem-bang, dan
(4) kalimat penegas.
Keempat unsur ini tampil secara bersama-sama atau sebagian, oleh karena itu,
suatu paragraf atau topik paragraf mengandung dua unsur wajib (katimat topik dan
kalimat pengembang), tiga unsur, dan mungkin empat unsur.
5. Struktur Paragraf
Mendapatkan banyaknya unsur dan urutan unsur yang pembangun paragraf,
struktur paragraf dapat dikelompokkan menjadi delapan kemungkinan, yaitu :
1. Paragraf terdiri atas transisi kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat
penegas.
2. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat penegas.
3. Parazraf terdiri atas kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat peneges.
4. Paragraf terdiri atas transisi berupa kata, kalimat topik, dan kalimat pengembang.
5. Paragraf terdiri atas transisi berupa kalimat, kalimat topik, kalimat pengembang.
6. Paragraf terdiri atas kalimat topik dan katimat pengembang.
7. Paragraf terdiri atas kalimat pengembang dan katimat topik.

Syarat-syarat paragraf
1. Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraf secara bersama-
sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertenru. Kesatuan di sini tidak boleh
diartikan bahwa paragraf itu memuat satu hal saja.
2. Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan
kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi apabila
hubungan timbal balik antar kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan
mudah dipahami. Kepaduan sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan
beberapa hal, seperti pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan
transisi, dan kesejajaran(paralelisme).
3. Kelengkapan
Ialah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk
menunjang kalimat topik. Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan
paragraf yang kurang lengkap. Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan
dengan pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap.
4. Panjang Paragraf

Page 35
Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa
jauh/dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
Memperhitungkan, 4 hal :
a) ∙Penyusunan kalimat topik,
b) ∙Penonjolan kalimat topik dalam paragraf,
c) ∙Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, dan
d) ∙Penggunaan kata-kata transisi, frase, dan alat-alat lain di dalam paragraf.
5. Pola Sususnan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat asas,
pernyataan yang satu disusun oleh pernyatanyang lain dengan wajar dan bersetalian
secara logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf
sebagai satu kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan
yang sering diterapkan dalam tulisan ilmiah. antara lain :
a. pola runtunan waktu,
b. pola uraian sebab akibat,
c. pola perbandingan dan pertentangan,
d. pola analogi,
e. pola daftar, dan
f. pola lain.

Ada tiga teknik pengembangan paragraf :


1.Secara alami
Pengembangan paragraf secara alami berdasarkan urutan ruang dan waktu. Urutan
ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik
berikutnya dalam suatu ruang. Urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan
urutan tedadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.
2 Klimaks dan Antiklimaks
Pengembangan paragraf teknik ini berdasarkan posisi tertentu dalam suatu
rangkaian berupa posisi yang tertinggi atau paling menojol. Jika posisi yang tertinggi itu
diletakkan pads bagian akhir disebut klimaks. Sebaliknya, jika penulis mengawali
rangkaian dengan posisi paling menonjol kemudian makin lama makin tidak menonjol
disebut antiklimaks.
3. Umum Khusus dan Khusus Umum
Dalam bentuk Umum ke Khuss utama diletakkan di awal paragraf, disebut paragraf
deduktif. Dalam bentuk khusus-umum, gagasan utama diletakkan di akhir paragraf,
disebut paragraf induktif.

C.Macam-Macam Paragraf
1. Eksposisi
Berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi.

Page 36
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak
pemberitaan mengenai impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka
kehilangan pembeli sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam
dan telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentasi
Bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta
konsep sebagai alasan/ bukti.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya.
Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi pendidikan
Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak yang
dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal ini dapat dilihat masih
banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau
mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya
untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis
moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi
keluarga semakin terlihat di mana-mana.

3. Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama. Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang
mempesona di hadapanya. Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat cantik.
Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang. Matanya bersinar lembut dan
begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang
bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.

4. Persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi emosi pembaca agar berbuat sesuatu.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama
manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di
antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan.
Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-
menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi
oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
5. Narasi

Page 37
Karangan ini berisi rangkaian peristiwa yang susul-menyusul, sehingga membentuk
alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari
rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan
kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan
hanya ada dia.

Macam-macam paragraf berdasarkan tujuannya


1.Paragraf pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
Contoh paragraf pembuka :
Pemuli baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa
bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak
demikian yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen.
Mereka mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.
2. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada
pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat
paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam
karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu
harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu
mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai
dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang
menekankan pendapat pengarang.
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan
kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.
Contoh paragraf penutup :
Demikian proposal yang kami buat. Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat
ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesame. Atas segala perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.
Macam-macam paragraf berdasarkan letak kalimat utama
1. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal paragraf dan
dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau penjelasan
khusus.

Contoh paragraf deduktif :

Page 38
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa
dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari
ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.
2. Paragraf induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan
diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
umum.
Contoh paragraf induktif :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.
Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer. Informasi
tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif
dan efisien.
3. Paragraf campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir
paragraph. Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat
penegasan kembali.
Contoh paragraf campuran :
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang
modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini
tanpa adanya sarana komunikasi.

Macam-macam paragraf berdasarkan isi


1. Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ditandai dengan kalimat utama yang tidak tercantum secara nyata
dan tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf. Biasanya dipakai untuk
melakukan sesuatu, hal, keadaan, situasi dalam cerita.
Contoh paragraf deskripsi :
Dari balik tirai hujan sore hari, pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti
perawan mandi basah, segar penuh gairah dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang
kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-
batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai
yang melenggang tenang dan penuh pesona.
2. Paragraf proses
Paragraf proses ditandai dengan tidak terdapatnya kalimat utama dan pikiran
utamanya tersirat dalam kalimat-kalimat penjelas yang memaparkan urutan suatu
kejadian atau proses, meliputi waktu, ruang, klimaks dan antiklimaks.
3. Paragraf efektif

Page 39
Paragraf efektif adalah paragraf yang memenuhi ciri paragraf yang baik. Paragrafnya
terdiri atas satu pikiran utama dan lebuh dari satu pikiran penjelas. Tidak boleh ada
kalimat sumbang, harus ada koherensi antar kalimat.

D.Unsur-Unsur Paragraf
Dalam pembuatan suatu paragraf harus memiliki unsur unsur pembangun paragraf
agar paragraf atau alinea dapat berfungsi dengan sebagaimana mestinya Topik atau
tema atau gagasan utama atau gagasan pokok atau pokok pikiran, topik merupakan hal
terpernting dalam pembuatan suatu alinea atau paragraf agar kepaduan kalimat dalam
satu paragraf atau alinea dapat terjalin sehingga bahasan dalam paragraf tersebut tidak
keluar dari pokok pikiran yang telah ditentukan sebelumnya.

Kalimat utama atau pikiran utama, merupakan dasar dari pengembangan suatu
paragraf karena kalimat utama merupakan kalimat yang mengandung pikiran utama.
Keberadaan kalimat utama itu bisa di awal paragraf, diakhir paragraf atau pun diawal
dan akhir paragraf. Berdasarkan penempatan inti gagasan atau ide pokoknya alinea
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
Deduktif: kalimat utama diletakan di awal alinea
Induktif: kalimat utama diletakan di akhir anilea
Variatif: kalimat utama diletakan di awal dan diulang pada akhir alinea
Deskriptif/naratif: kalimat utama tersebar di dalam seluruh alinea
Kalimat penjelas, merupakan kalimat yang berfungsi sebagai penjelas dari
gagasan utama. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisisi gagasan penjelas.
Judul (kepala karangan), untuk membuat suatu kepala karangan yang baik, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
a) Provokatif (menarik)
b) Berbentuk frase
c) Relevan (sesuai dengan isi)
d) Logis
e) Spesifik

Page 40
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dalam pengerjaan tugas yang diberikan kepada kami, maka dengan ini kami
bisa memahami bagaimana manusia dapat berbahasa dengan baik. Magsud kata-kata
berbahasa dengan baik adalah dengan menggunakan gaya bahasa yang sudah
disesuaikan dengan siapa ita akan berbicara, maka dapat kita temui beberapa macam
gaya bahasa yang tepat digunakan dalam kondisi tertentu saja. Bahasa yang sehari
hari kita gunakan adalah bukti bahwa keberagaman bahasa dalam bertutur kata
membuat manusia dapat berkomunikasi antar sesamanya.Setelah kita mampu
menyimak, berbicara dan membaca maka kita akan dihadapkan kepada tulisan.
Dengan dilatihnya tulisan dengan menggunakan bermacam-macam gaya bahasa
dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dengan sudah menguasainya gaya bahasa
dan juga didukung pengetahuan tentang tulisan maka manusia dapat mencitakan suatu
karya yang dapat dinikmati oleh orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Solihin dkk.2003.Terampil Berbahasa, Indonesia Untuk Perguruan


Tinggi.Jakarta:Uhamka Press.

Widjono Hs.2007.Bahasa Indonesia : Mata Kuliah PengembanganKepribadian di


Perguruan Tinggi.Jakarta:Gramedia.

Page 41

Anda mungkin juga menyukai