Anda di halaman 1dari 6

MODUL 6: PENYAJIAN LISAN

________________________________________________________________________
1. PENDAHULUAN

Untuk dapat mengungkapkan pikiran dengan baik, ada


PENYAJIAN LISAN
beberapa hal yang perlu diketahui. Penyajian lisan tidak hanya
1. Pembicara harus
merupakan masalah keberanian untuk menghadapi orang tenang
2. Sanggup bereaksi
banyak sebagai pendengar. Di samping itu, pembicara harus secara cepat dan tepat
3. Sanggup
bersikap tenang, sanggup bereaksi secara cepat dan tepat,
menyampaikan pikiran
sanggup menyampai-kan pikirannya secara lancar dan teratur, secara lancar dan
teratur
dan mengatur gerak-gerik dan sikap yang luwes. 4. Mengatur sikap

2. METODE PENYAJIAN LISAN

Ada beberapa cara untuk menyampaikan penyajian lisan, PENYAJIAN LISAN


bergantung pada kemampuan dan penguasaan pembicara atas 1. Metode
materi yang dibawakannya. Impromptu
2. Metode
Menghafal
A. Metode impromptu (serta-merta), yaitu 3. Metode Naskah

metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat, tidak ada


persiapan sama sekali. Pembicara harus serta-merta
berbicara berdasarkan pengetahuannya dan kemahirannya.
Biasanya, penyajian lisan secara impromptu demikian
terjadi di lingkungan yang nonformal dan akrab.

B. Metode menghafal, yaitu metode yang


bertolak belakang dengan metode pertama. Pembicara
memiliki waktu untuk mempersiapkan naskah dan naskah
itu dihafalkan. Biasanya, metode itu kurang menarik karena
pembicara cenderung membawakan penyajiannya secara
cepat dan sangat takut disela. Akibatnya, pembicara tidak

Penyusun Felicia N. Utorodewo 62


sempat menyesuaikan diri dengan situasi dan reaksi
pendengar selagi berbicara.

C. Metode naskah, yaitu metode


membaca naskah yang sudah dipersiapkan. Metode tersebut
menyebabkan pembicara menjadi kaku dan cenderung
membaca. Sebaiknya, pembicara berlatih dan membaca
naskah sebelum membawakannya di depan umum. Dengan
demikian, pembicara dapat membawakannya secara
menarik dengan intonasi yang baik dan tepat. Tanpa
latihan, mata pembicara akan terus membaca naskah dan
melafalkannya secara monoton.

D. Metode ekstemporan (tanpa persiapan


naskah), yakni metode yang merupakan jalan tengah.
Uraian direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan atau
butir-butir catatan yang penting dan diurutkan dengan
baik. Pembicara bebas berbicara dan menyesuaikan
pembicaraannya dengan situasi dan kondisi setempat.

Dalam menyampaikan materi, pembicara harus memperhatikan


HAL YANG HARUS
hal-hal berikut. DIPERHATIKAN:

1. Gerak tubuh
1. Gerak tubuh. Gerak tubuh harus santai, tegas—bukan 2. Kontak mata
3. Ekspresi wajah
gerakan yang terjadi karena tegang—alamiah, penuh 4. Suara pembicara
5. Penampilan pribadi
variasi, tidak mengganggu perhatian pendengar, diatur
dengan baik, disesuaikan dengan pendengar.

2. Kontak mata. Pada saat berbicara, pembicara harus


berani menatap mata pendengarnya. Dengan demikian,
pembicara dapat berinteraksi dengan pendengarnya.
Pembicara dapat mengetahui situasi pendengar dan
pemahaman pendengar. Pendengar akan lebih percaya

Penyusun Felicia N. Utorodewo 63


kepada pembicara. Pendengar akan merasa diperhatikan
oleh pembicara.

3. Ekspresi wajah. Wajah akan memperlihatkan pikiran,


emosi, dan sikap pembicara. Dengan demikian,
pendengar akan lebih mudah berempati kepada hal atau
permasalahan yang disampaikan pembicara.

4. Suara pembicara. Pembicara harus berlatih agar suara


menguasai ruangan, baik dengan pengeras suara
maupun tidak. Artikulasi harus jelas agar pendengar
tidak mengalami kesulitan dalam memahami
pembicara. Lafalkan kata-kata dengan jelas. Beri
tekanan yang berbeda pada setiap kalimat yang
diujarkan. Jangan berbicara terlalu cepat. Gunakanlah
jeda yang agak panjang agar pendengar memperoleh
kesempatan untuk mencerna hal yang disampaikan
pembicara.

5. Penampilan pribadi. Pembicara harus memperhatikan


agar penampilannya rapi dan bersih. Berpakaian yang
rapi, menarik, dan cerah. Jangan menggunakan terlalu
banyak perhiasan yang akan mengalihkan perhatian
pendengar dari masalah yang dibawakan. Sesuaikan
pakaian dengan situasi dan jenis pendengar.

3. PENGGUNAAN ALAT PERAGA

Pada saat berbicara, cara pembicara menggunakan alat peraga


yang telah dipersiapkannya memegang peranan penting. Dalam
membawakan penyajian lisan, hal yang harus diperhatikan
berkaitan dengan penggunaan alat peraga adalah

Penyusun Felicia N. Utorodewo 64


(a) apakah pembicara sudah berlatih menggunakan alat
peraga?

(b) apakah pembicara lebih banyak menatap pendengar


daripada melihat alat peraga?

(c) apakah pembicara menyampaikan isi alat peraga atau


hanya memperlihatkan alat peraga?

4. DAFTAR PUSTAKA
Beebe, Steven A dan Beebe, Susan J. 1991. Public Speaking: An Audience-Centered
Approach. Englewood-Cliffs: Prentice Hall.

Keraf, Gorys. 1997. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende–Flores:


Penerbit Nusa Indah.

Wiyanto, Asul. 2000. Diskusi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widisarana Indonesia


(Grasindo).

Wiyanto, Asul. 2001. Terampil Pidato. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widisarana


Indonesia (Grasindo).

Penyusun Felicia N. Utorodewo 65


LATIHAN 11
Dalam kelompok, bacalah teks berikut. Susunlah bahan penyajian lisan. Pilihlah sebuah kelompok
untuk menyajikan bahan itu di depan kelas. Kemudian, bahaslah hasil penyajian itu.

Tempo, 18 Juli 2004: 104 & 107

Penyusun Felicia N. Utorodewo 66


Penyusun Felicia N. Utorodewo 67

Anda mungkin juga menyukai