1
dan akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sudah
dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif
daripada kata-kata yang tidak populer, dan kata-kata yang berasal dari bahasa
asing.
Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu,
namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih
kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret
menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara. Namun, pilihan kata
itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa
berbicara (pendengar).
Berikut beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari segi:
(1) Bentuk kata
(2) Baku tidaknya kata
(3) Makna kata
(4) Konkret atau abstraknya kata
(5) Keumuman dan kekhususan kata
(6) Menggunakan gaya bahasa/majas
(7) Idiom
d) Ketepatan sasaran pembicaraan.
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan
kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian.Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat
yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan
kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri utuh, berpautan,
pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat pada lengkap
tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada kompak tidaknya
hubungan pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan tersebut harus jelas dan
logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan adanya penempatan bagian
kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat.
2
nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, Ketika berbicara di depan umum,
mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang kualitas
pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar akan kebenaran
gagasan/topik yang dibicarakan. Kemudian selanjutnya pada ilmu retorika yang harus
digunakan, yaitu metode dan etika retorika.
Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan berbicara
mahasiswa akan termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara secara
intelektual”. Sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan memudahkan
penerapan faktor kebahasaan.
Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :
a) Sikap pembicara. Seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif ketika
berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang dan
bersemangat dalam berbicara.
3
e) Kelancaran. Seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan gagasannya
dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar menangkap
keutuhan isi paparan yang disampaikan. Kelancaran tidak berarti pembicara harus
berbicara dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang
diuraikannya.
1. Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak
sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam mengambil
postur dan posisi tubuh.
2. Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu: hambatan
mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan mental yang
temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi. Hambatan mental
yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah, tipe ehm vokalis, tipe
penggumam, dan tipe tuna gairah.
3. Hambatan lain-lain meliputi
a) Kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat.
b) Kurangnya pengalaman dalam hal berbicara.
c) Kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara.
d) Adanya kebiasaan yang kurang baik.
4
D. CIRI-CIRI PEMBICARA IDEAL
Terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan
dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal di
bawah ini.
1. Memilih topik yang tepat. Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau
topik pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga
selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya.
5. Tujuan jelas. Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang
tegas, jelas, dam gambling.
11. Berencana.
5
E. HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN BERKAITAN DENGAN EFEKTIVITAS
BERBICARA
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara agar berbicara kita efektif
antara lain sebagai berikut :
1. Cerdas Menguasai Suasana
Orang belajar menulis semestinya terlebih dahulu mempelajari hal-hal yang tidak
akan dia tulis. Begitu juga orang belajar berbicara semestinya terlebih dahulu
mempelajari kapan seharusnya tidak berbicara. Selain itu, didalam berbicara kita
harus tahu berbicara dengan siapa dan di mana kita berbicara. Dengan demikian kita
bisa menguasai suasana. Sering juga kita dengar orang berkata banyak bicara banyak
salah, mengapa demikian karena tidak bisa menguasai suasana.
2. Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh semua yang
terlibat.
a) Pilih topik yang dapat melibatkan semua orang sebelum berbicara tentu terlebih
dahulu memikirkan apa yang akan kita bicarakan. Dalam hal itu kita tidak perlu
memilih topic-topik yang berat misalnya tentang politik, bila orang-orang yang
kita ajak bicara tidak banyak suka politik.
b) Meminta pendapat. Kita akan dikenang sebagai pemicara yang baik jika kita
meminta pendapat dari orang sekitar yang akan kita ajak berbicara. Dengan
demikian pembicaraan kita tidak bisa timbal balik
c) Bantulah orang yang paling pemalu dalam kelompok. Sebagai pembicara yang
baik kita perlu mengajak orang-orang disekitar kita atau orang-orang yang kita
ajak bicara untuk ikut serta dalam pembicaraan.
d) Jangan memonopoli percakapan atau pembicaraan. Dalam berbicara kita tidak
perlu berbicara terus menerus seperti seorang monolog atau interogator,
walaupun demikian juga jangan terlalu sedikit berbicara.
e) Memancing pendapat, pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing pendapat
sangat efektif untuk memulai percakapan atau pembicaraan dalam lingkungan
sosial atau untuk memecahkan keheningan misalnya kita dapat menanyakan hal
yang sedang menjadi topic hangat.
3. Kecemasan Berbicara
Pewujudan kecemasan dapat dilihat diataranya yaitu: detak jantung yang cepat ,
telapak tangan atau punggung berkeringat, nafas terengah-engah, mulut kering,
6
ketegangan otot dada, tangan, leher dan kaki, tangan atau kaki bergetar, suara
bergetar dan parau, berbicara cepat dan tak jelas, tidak sanggup mendengar atau tidak
konsentrasi, terkadang lupa apa yang mau disampaikan. Menurut Psikolog, semua
gejala ini adalah reaksi ilmiah. Artinya semua orang dapat mengalami. Ada beberapa
hal yang menyebabkan orang mengalami kecemasan, yaitu;
a) Tidak tau apa yang harus dibicarakan, tidak tau memulai pembicaraan.
b) Pembicara tau akan dinilai, berhadapan dengan penilai, membuat orang nervous.
c) Kecemasan berbicara dapat menimpa siapa saja, baik pembawa acara pemula
maupun pembicara yang sudah mahir.
Dalam mengatasi kecemasan berbicara, ada dua metode pengendalian
keterampilan berbicara, yaitu:
a) Metode jangka panjang, yakni ketika kita secara brangsur-angsur mengembangkan
keterampilan mengendalikan berbicara.
b) Metode jangka pendek, yakni ketika kita harus segera mengendalikan keterampilan
berbicara pada waktu menyampaikan pidato. Salah satu kondisi yang sering
membuat cemas berbicara adalah berpidato.
7
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESI
A/196606291991031-DENNY_ISKANDAR/MATERI_BERBICARA_SMP.pdf.
diakses 20 Maret 2019).
(Online: http://gitaindahsafitrirathono.blogspot.com/2016/06/makalah-faktor-faktor-
yang-mempengaruhi.html. diakses 20 Maret 2019).