PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi sekarang ini semakin lama semakin kita rasakan
pentingnya berkomunikasi, baik antar anggota masyarakat maupun antar
kelompok masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Ada tiga rumusan masalah yang perlu dikaji dalam makalah ini.
1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui faktor penunjang keefektifan berbicara
2. Mengetahui penghambat dan cara menanggulangi keefektifan berbicara
3. Mengetahui Syarat-syarat bahasa dan restoris dalam berbicara
2
BAB II
PEMBAHASAN
a) Ketepatan ucapan.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang
digunakan tidak sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya
bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan,
dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok,
sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan
terganggu.
b) Penempatan tekanan, nada, dan durasi yang sesuai.
Kesesuaian tekanan, nada, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun
masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada,
dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan
kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
c) Pilihan kata (Diksi).
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih
terangsang dan akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata
yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih
efektif daripada kata-kata yang tidak populer, dan kata-kata yang berasal dari
bahasa asing.
Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu,
namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih
kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret
menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan
3
kata itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa
berbicara (pendengar).
Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata
untuk menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan
dari segi konteks.
Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah:
1. memiliki kosakata
2. memahami makna kata tersebut,
3. memahami cara pembentukannya
4. memahami hubungan-hubungannya,
5. memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi
kaidah struktural dan logis.
Berikut beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari segi
1. bentuk kata
2. baku tidaknya kata
3. makna kata
4. konkret atau abstraknya kata
5. keumuman dan kekhususan kata
6. menggunakan gaya bahasa/majas
7. idiom.
4
tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan
adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat.
2. Faktor-Faktor Nonkebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan
Berbicara
Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti
yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan.
Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor nonkebahasaan ini sangat
mempengaruhi keefektifan berbicara. Dalam proses belajar-mengajar berbicara,
sebaliknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, Ketika berbicara
di depan umum, mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang
kualitas pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar
akan kebenaran gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak
banyak mahasiswa yang mampu menggunakan dengan baik dan efektif. Oleh
karena itu, perlu adanya bahasa yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi
atau berbicara di depan umum. dapat dimulai dari segi penggunaan bahasa yang
digunakan dalam berbicara. Kemudian selanjutnya pada ilmu retorika yang harus
digunakan, yaitu metode dan etika retorika.
Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan
berbicara mahasiswa akan termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara
secara intelektual”. sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan
memudahkan penerapan faktor kebahasaan.
Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :
1. Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif
ketika berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang
dan bersemangat dalam berbicara.
2. Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan
pandangan matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat
dalam pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak
kondusif, misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.
3. Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka,
jujur dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan
5
bersedia menerima kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang
keliru atau tidak dilandasi argumentasi yang kuat
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut
mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi
wajah untuk mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari
penggunaan gerak-gerik yang tidak ajeg, berlebihan, dan bertentangan dengan
makna kata yang digunakan.
5. Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi
suara yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi
akustik. Kenyaringan yang terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik
sedangkan kenyaringan yang terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem,
lesu dan tanpa gairah
6. Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan
gagasannya dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar
menangkap keutuhan isi paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari
bunyi-bunyi penyela seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak berarti pembicara harus
berbicara dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang
diuraikannya
7. Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang
dibicarakan. Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang,
penguasaan materi yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri.
dan Penalaran, seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran yang
baik dalam menata gagasannya sehingga pendengar akan mudah memahami dan
menyimpulkan apa yang disampaikannya.
6
Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak
sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam
mengambil postur dan posisi tubuh
Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu:
hambatan mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan
mental yang temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi.
Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah,
tipe ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna gairah;
a. kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat,
dan tata makna;
1. hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari
luar ruang;
4. hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau
pembicara tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara
pembicara dengan pendengar.
7
1) Taryono
Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dalam diri pembaca . Hal-
hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut:
8
2. Kondisi fisik kurang sehat.
Jika kondisi fisik seseorang kurang sehat misalnya flu hal itu dapat
menghambat kegiatan berbicara. Orang yang terkena flu biasanya bersengau
atau bindeng.
Hambatan yang bersifat mental atau psikis terdiri atas dua bagian, yaitu:
Seseorang biasanya memiliki rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau
grogi misalnya ketika berbicara di muka umum, rasa malu muncul karena
berfikiran malu dilihat oleh banyak orang. Kemudian takut salah bicara, takut
ditertawakan ataupun yang lainnya.
Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu, yang pertama
tipe penggelisah, yang kedua tipe ehm vokalis yaitu secara artikulasi ditandai
oleh bergetar tidaknya hambatan dalam saluran udara. Yang ketiga yaitu tipe
penggumam dan yang keempat yaitu tipe tuna gairah.
3. Hambatan lain-lain.
9
2. Kurangnya pengalaman dalam hal berbicara
Kebiasaan yang kurang baik ini yang dilakukan dalam kegiatan berbicara
misalnya ketika harus berbicara formal tetapi di campur dengan bahasa
daerah.
Hambatan eksternal
Hambatan yang berupa suara yaitu bisa berasal dari dalam ruang atau dari
luar ruang. Misalnya ketika di dalam kelas tidak berkonsentrasi akibat gaduh
oleh suara siswa yang sedang mengobrol.
10
2) Rusmiati
1. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari diri pembaca. Yang
termasuk hambatan internal adalah sebagai berikut:
b) Pilihan kata
c) Struktur bahasa
11
d) Gaya bahasa
b. Kondisi ruangan
12
c. Media
d. Pengetahuan pendengar
Sering juga kita dengar orang berkata banyak bicara banyak salah,
mengapa demikian karena tidak bisa menguasai suasana. Coba kita renungkan,
jika teman kita sedang menghitung uang, apakah kita akan terus menerus
berbicara? Tentu tidak, apabila kita kita terus menerus berbicara dengannya besar
kemungkinan dia akan salah dalam menghitung uangnya.
2. Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh
semua
13
yang terlibat, adapun caranya sebagai berikut :
a. Pilih topik yang dapat melibatkan semua orang sebelum berbicara tentu
terlebih dahulu memikirkan apa yang akan kita bicarakan. Dalam hal itu kita tidak
perlu memilih topic-topik yang berat misalnya tentang politik, bila orang-orang
yang kita ajak bicara tidak banyak suka politik. Bila kita lakukan maka
kemungkinana besar orang-orang yang kita ajak bicara akan tutup mulut dan
secara otomatis pembicaraan kita akan mati.
b. Meminta pendapat, kita akan dikenang sebagai pemicara yang baik jika
kita meminta pendapat dari orang sekitar yang akan kita ajak berbicara. Dengan
demikian pembicaraan kita tidak bisa timbal balik
14
C. Syarat-syarat Bahasa Dan Restoris Dalam Berbicara
Dua sarana yang dapat dipergunakan dalam keterampilan berbicara untuk
efektivitas komunikasi retoris, yaitu :
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat
membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses
komunikasi retoris.
I. Taktik Afirmasi
Ini adalah taktik berbentuk pertanyaan yang membuat lawan bicara hanya bisa
menjawab: “Ya”, dan harus bisa menerima kesimpulan akhir tanpa syarat.
Contoh:
Ini adalah taktik yang digunakan Socrates saat berhadapan dengan Euthypron:
E: Ya.
E: Ya.
E: Ya.
E: Ya, tentu.
E: Ya.
15
I.2. Taktik Mengulang
Taktik ini memiliki fungsi yang penting dalam retorika. Pembicara berusaha
terus-menerus menyampaikan pikiran dan idenya yang menyebabkan lawan
bicara menaruh perhatian dan berusaha mengolah ide itu. Namun, hal yang
diulang haruslah hal yang positif dan mengandung kebenaran. Sebagaimana
yang dikatakan pepatah latin: “Gutta cavat lapidem , non vi, sed saepe
cadendo” (tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, melainkan
karena tetesan yang terus-menerus).
Contoh:
Contoh:
Investasi ini akan memberikan keuntungan yang berlipat bila Anda lakukan
sekarang...
Contoh:
16
II.2. Taktik Mengagetkan
Saat lawan bicara sedang menantang kita dengan pernyataan negatif, kita
memberikan jawaban balik dari sudut pandangan yang tidak diduganya.
Contoh:
Ini adalah taktik yang melemparkan satu pertanyaan balik yang menyebabkan
lawan bicara menerima kekeliruannya sendiri.
Contoh:
Anda sudah menyadari kekeliruan itu, lalu kenapa Anda masih terus...
Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para
wartawan untuk memaksa seseorang untuk berbicara terus terang.
Contoh:
Contoh:
Dengan desain Eropa yang stylish untuk kenyaman Anda berkendara, rasakan
sendiri sensasi fun drive Ford Fiesta di dealer Ford terdekat.
17
Hadir dengan inovasi baru, kulkas Toshiba Glacio Jazz memberikan kesegaran
di rumah Anda dengan desain warna-warni yang keren...
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Kalaupun apa yang Anda katakan itu benar, itu tidak membuktikan apa pun!
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, baik itu
faktor penunjang maupun penghambat. Faktor penunjang yang dimaksud
terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan terdiri atas Ketepatan ucapan, Penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi yang sesuai, Pilihan kata (Diksi), dan Ketepatan sasaran
pembicaraan. Adapun factor nonkebahasaan adalah Sikap pembicara,
Pandangan mata, Keterbukaan, Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
Kenyaringan suara, Kelancaran, dan Penguasaan topic. Di samping factor
penunjang tersebut, terdapat beberapa factor penghambat. Faktor penghambat
keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan internal dan
eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
luar pembicara.
Dan agar berbicara kita efektif maka kita harus cerdas menguasai suasana, dan
Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh semua.
B. SARAN
Penulis sangat memahami bahwa makalah ini masih memiliki banyak
sekali kekurangan untuk diperbaiki dan bersumber dari data yang terbatas.
Penulis mengharapkan saran demi meningkatkan kualitas makalah selanjutnya
agar tersusun makalah yang lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://unhaki.blogspot.com/2011/05/2.html?m=1
https://muhmdirpan.wordpress.com/2018/03/25/hambatan-hambatan-dalam-
berbicara/
iv