Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi sekarang ini semakin lama semakin kita rasakan
pentingnya berkomunikasi, baik antar anggota masyarakat maupun antar
kelompok masyarakat.

Alat komunikasi yang paling baik digunakan adalah bahasa. Dengan


bahasa manusia sebagai makhluk sosial dapat berhubungan satu sama lain
secara efektif. Dengan bahasa kita dapat menyatakan perasaan, pendapat,
bahkan, dengan bahasa kita dapat berpikir dan bernalar. Oleh sebab itu, agar
komunikasi berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan salah paham, kita
perlu terampil berbahasa baik lisan maupun tulis. Suatu komunikasi dikatakan
berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat dipahami dengan
baik oleh penyimak atau pembaca sesuai dengan maksud pembicara atau
penulis tersebut.

Berbicara adalah salah satu cara berkomunikasi yang sering digunakan.


Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
kepada orang lain. Berbicara identik dengan penggunaan bahasa secara lisan.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Dalam berbicara kadang seseorang dituntut dapat berbicara dengan efektif.


Efektivitas berbicara pada setiap orang ini bergantung pada berbagai faktor.
Faktor-faktor itu dapat berupa Faktor Kebahasaan dan Faktor Nonkebahasaan.
Faktor-faktor tersebut akan dibahas lebih rinci dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Ada tiga rumusan masalah yang perlu dikaji dalam makalah ini.

1. Apa faktor penunjang keefektifan berbicara

2. Apa faktor penghambat dan cara menanggulangi keefektifan berbicara

3. Apa Syarat-syarat bahasa dan restoris dalam berbicara

1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui faktor penunjang keefektifan berbicara
2. Mengetahui penghambat dan cara menanggulangi keefektifan berbicara
3. Mengetahui Syarat-syarat bahasa dan restoris dalam berbicara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor – Faktor Penunjang Keefektifan Berbicara


1. Faktor-Faktor Kebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan Berbicara

a) Ketepatan ucapan.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang
digunakan tidak sama. Masing-masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya
bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan,
dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok,
sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan
terganggu.
b) Penempatan tekanan, nada, dan durasi yang sesuai.
Kesesuaian tekanan, nada, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun
masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada,
dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik.
Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan
kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
c) Pilihan kata (Diksi).
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih
terangsang dan akan lebih paham, jika kata-kata yang digunakan adalah kata-kata
yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih
efektif daripada kata-kata yang tidak populer, dan kata-kata yang berasal dari
bahasa asing.
Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu,
namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih
kata-kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata-kata konkret
menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara . Namun, pilihan

3
kata itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa
berbicara (pendengar).
Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata-kata
untuk menyusunnya menjadi rangkaian kelimat yang sesuai dengan keselarasan
dari segi konteks.
Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah:
1. memiliki kosakata
2. memahami makna kata tersebut,
3. memahami cara pembentukannya
4. memahami hubungan-hubungannya,
5. memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi
kaidah struktural dan logis.
Berikut beberapa cara untuk memilih kata, yaitu melihatnya dari segi
1. bentuk kata
2. baku tidaknya kata
3. makna kata
4. konkret atau abstraknya kata
5. keumuman dan kekhususan kata
6. menggunakan gaya bahasa/majas
7. idiom.

d) Ketepatan sasaran pembicaraan.


Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan
kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Susunan penuturan kalimat ini sangat besar pengaruhnya terhadap keefektifan
penyampaian. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif,
kalimat yang mengenai sasaran. Sehingga mampu menimbulkan pengaruh,
meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. Kalimat efektif memiliki ciri
utuh, berpautan, pemusatan perhatian, dan kehematan. Keutuhan kalimat terlihat
pada lengkap tidaknya unsur-unsur kalimat. Pertautan kalimat terlihat pada
kompak tidaknya hubungan pertalian antara unsur dalam kalimat, hubungan

4
tersebut harus jelas dan logis. Pemusatan perhatian kalimat ditandai dengan
adanya penempatan bagian kalimat yang penting pada awal atau akhir kalimat.
2. Faktor-Faktor Nonkebahasaan Sebagai Penunjang Keefektifan
Berbicara
Keefektifan berbicara tidak hanya didukung oleh faktor kebahasaan seperti
yang sudah diuraikan di atas, tetapi juga ditentukan oleh faktor nonkebahasaan.
Bahkan dalam pembicaraan formal, faktor nonkebahasaan ini sangat
mempengaruhi keefektifan berbicara. Dalam proses belajar-mengajar berbicara,
sebaliknya faktor nonkebahasaan ini ditanamkan terlebih dahulu, Ketika berbicara
di depan umum, mahasiswa juga membutuhkan ilmu retorika untuk menunjang
kualitas pembicaraannya. Selain itu, digunakan untuk meyakinkan pendengar
akan kebenaran gagasan/topik yang dibicarakan. Namun pada kenyataannya, tidak
banyak mahasiswa yang mampu menggunakan dengan baik dan efektif. Oleh
karena itu, perlu adanya bahasa yang digunakan mahasiswa dalam berkomunikasi
atau berbicara di depan umum. dapat dimulai dari segi penggunaan bahasa yang
digunakan dalam berbicara. Kemudian selanjutnya pada ilmu retorika yang harus
digunakan, yaitu metode dan etika retorika.
Dengan merekonstruksi bahasa dan retorika, diharapkan kemampuan
berbicara mahasiswa akan termasuk dalam kategori “mahasiswa yang berbicara
secara intelektual”. sehingga kalau faktor nonkebahasaan sudah dikuasai akan
memudahkan penerapan faktor kebahasaan.
Yang temasuk faktor nonkebahasaan ialah :
1. Sikap pembicara, seorang pembicara dituntut memiliki sikap positif
ketika berbicara maupun menunjukkan otoritas dan integritas pribadinya, tenang
dan bersemangat dalam berbicara.
2. Pandangan mata, seorang pembicara dituntut mampu mengarahkan
pandangan matanya kepada semua yang hadir agar para pendengar merasa terlihat
dalam pembicaraan. Pembicara harus menghindari pandangan mata yang tidak
kondusif, misalnya melihat ke atas, ke samping, atau menunduk.
3. Keterbukaan, seorang pembicara dituntut memiliki sikap terbuka,
jujur dalam mengemukakan pendapat, pikiran, perasaan, atau gagasannya dan

5
bersedia menerima kritikan dan mengubah pendapatnya kalau ternyata memang
keliru atau tidak dilandasi argumentasi yang kuat
4. Gerak-gerik dan mimik yang tepat, seorang pembicara dituntut
mampu mengoptimalkan penggunaan gerak-gerik anggota tubuh dan ekspresi
wajah untuk mendukung penyampaian gagasan. Untuk itu perlu dihindari
penggunaan gerak-gerik yang tidak ajeg, berlebihan, dan bertentangan dengan
makna kata yang digunakan.
5. Kenyaringan suara, seorang pembicara dituntut mampu memproduksi
suara yang nyaring sesuai dengan tempat, situasi, jumlah pendengar, dan kondisi
akustik. Kenyaringan yang terlalu tinggi akan menimbulkan rasa gerah dan berisik
sedangkan kenyaringan yang terlalu rendah akan menimbulkan kesan melempem,
lesu dan tanpa gairah
6. Kelancaran, seorang pembicara dituntut mampu menyampaikan
gagasannya dengan lancar. Kelancaran berbicara akan mempermudah pendengar
menangkap keutuhan isi paparan yang disampaikan. Untuk itu perlu menghindari
bunyi-bunyi penyela seperti em, ee, dll. Kelancaran tidak berarti pembicara harus
berbicara dengan cepat sehingga membuat pendengar sulit memahami apa yang
diuraikannya
7. Penguasaan topik, seorang pembicara dituntut menguasai topik yang
dibicarakan. Kunci untuk menguasai topik adalah persiapan yang matang,
penguasaan materi yang baik, dan meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri.
dan Penalaran, seorang pembicara dituntut mampu menunjukkan penalaran yang
baik dalam menata gagasannya sehingga pendengar akan mudah memahami dan
menyimpulkan apa yang disampaikannya.

B. Faktor Penghambat Keefektifan Berbicara Dan Cara Menanggulanginya


faktor penghambat keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu
hambatan internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah
hambatan yang berasal dari luar pembicara (Taryono, 1999:68). Adapun
hambatan internal yang dimaksud terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai
berikut.

6
Hambatan yang bersifat fisik, antara lain meliputi alat ucap yang sudah tidak
sempurna lagi, kondisi fisik yang kurang segar, dan kesalahan dalam
mengambil postur dan posisi tubuh

Hambatan yang bersifat mental atau psikis, terdiri atas dua bagian, yaitu:
hambatan mental yang temporer dan hambatan mental yang laten. Hambatan
mental yang temporer misalnya rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau grogi.
Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu tipe penggelisah,
tipe ehm vokalis, tipe penggumam, dan tipe tuna gairah;

Hambatan lain-lain meliputi

a. kurangnya penguasaan kaidah yaitu tata bunyi, tata bentuk, tata kalimat,
dan tata makna;

b. kurangnya pengalaman dalam hal berbicara;

c. kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara; dan

d. adanya kebiasaan yang kurang baik (Taryono, 1999:68-72).

Sedangkan hambatan eksternal menurut Taryono (1999:72-77) meliputi:

1. hambatan yang berupa suara, dapat berasal dari dalam ruang atau dari
luar ruang;

2. hambatan yang berupa gerak, sering terjadi dalam berbicara informal,


misalnya di atas bus kota, kereta, atau pesawat. Sedangkan pada kondisi
formal jarang dijumpai;

3. hambatan yang berupa cahaya, dapat terjadi jika pembicaraan dilakukan


di malam hari atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan

4. hambatan yang berupa jarak, hal ini sering terjadi jika pendengar atau
pembicara tidak memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara
pembicara dengan pendengar.

Faktor Yang Menghambat Keterampilan BerbicaraMenurutParaAhli

Tidaksemuaorangmemiliki kemahiran dalam berbicara, misalnya kegiatan


berbicara di depan umum. Untuk berbicara di depan umum perlu proses
belajar dan latihan secara sistematis dan berkesinambungan . Berbicara
sangatlah penting untuk berproses komunikasi bersama orang lain. Menurut
para ahli ada beberapa hal yang dapat menghambat dalam kegiatan berbicara
yaitu:

7
1) Taryono

Menurut Taryono ( Syaiful Musahaddat, 2015 : 47 ), mengemukakan


hambatan-hambatan dalam berbicara terdiri atas hambatan yang datang dari
pembicara sendiri ( internal ) dan hambatan yang datang dari luar pembicara
( eksternal ) penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

Hambatan internal

Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dalam diri pembaca . Hal-
hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut:

Hambatan yang bersifat fisik

Contoh hambatan yang bersifat fisik antara lain sebagai berikut:

1.Alat ucap yang sudah tidak sempurna lagi

Ketidaksempurnaan pada alat ucap manusia menyebabkan terjadinya


gangguan berbicara, yakni bahasa yang keluar dari alat ucap manusia menjadi
kurang dimengerti. Gangguan berbicara dapat disebabkan oleh faktor
resonansimenyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau, misalnya
pada anak sumbing. Pada orang sumbing misalnya suaranya menjadi
bersengau atau bindeng karena rongga mulut dan rongga hidung yang
digunakan untuk berkomunikasi melalui defek di langit-langit keras, sehingga
resonansi yang seharusnya berjalan baik menjadi terganggu. Anak yang
menderita bibir sumbing terdapat gangguan berbicara ketika mengucapkan
kata-kata yang mengandung fonem /s/ ; /r/ ; /k/ ; /c/ ; /g/ ; /j/ ; /i/ ; dan /q/ .

Orang yang mendengarkan atau berkomunikasi dengan anak sumbing, harus


lebih berkonsentrasi dan harus melihat konteks kalimatnya. Selanjutnya
ketidaksempurnaan alat ucap karena kelainan pada mulut misalnya orang
cadel. Cadel disebabkan karena adanya kelainan pada area mulut, misalnya
lidah terlalu pendek, rahang terlalu lebar, dan bisa juga karena faktor
kebiasaan berbicara cadel sejak kecil yang dianggap lucu oleh orang tua, dan
mengakibatkan ketikaanak itu tumbuh menjadi dewasa tetap menggunakan
kebiasaan tersebut yang dianggap benar. Orang yang cadel tidak memiliki
kemamapuan untuk mengucapkan suatu huruf, biasanya huruf R. Usaha yang
dilakukan untuk mengerti ucapan orang cadel yaitu lebih berkonsentrasi dan
harus melihat konteks kalimatnya.

8
2. Kondisi fisik kurang sehat.

Jika kondisi fisik seseorang kurang sehat misalnya flu hal itu dapat
menghambat kegiatan berbicara. Orang yang terkena flu biasanya bersengau
atau bindeng.

3. Kesalahan dalam mengambil postur dan posisi tubuh.

Kesalahan dalam mengambil postur dan posisi tubuh dapat menghambat


kegiatan berbicara. Misalnya ketika berbicara kedua tangan kita dilipat di
dada, hal ini dapat mengakibatkan munculnya pemikiran pada lawan bicara
bahwa anda memiliki sifat sombong. Seharusnya postur terbuka tidak
menyilangkan atau melipat tangan di dada hal ini dapat memberikan perasaan
nyaman kepada lawan bicara.

Hambatan yang bersifat mental atau psikis .

Hambatan yang bersifat mental atau psikis terdiri atas dua bagian, yaitu:

1.Hambatan mental yang temporer atau sifatnya sementara

Seseorang biasanya memiliki rasa malu, rasa takut, dan rasa ragu atau
grogi misalnya ketika berbicara di muka umum, rasa malu muncul karena
berfikiran malu dilihat oleh banyak orang. Kemudian takut salah bicara, takut
ditertawakan ataupun yang lainnya.

2. Hambatan mental yang bersifat laten

Hambatan mental yang bersifat laten ada empat jenis yaitu, yang pertama
tipe penggelisah, yang kedua tipe ehm vokalis yaitu secara artikulasi ditandai
oleh bergetar tidaknya hambatan dalam saluran udara. Yang ketiga yaitu tipe
penggumam dan yang keempat yaitu tipe tuna gairah.

3. Hambatan lain-lain.

Hambatan lain-lain dalam kegiatan berbicara adalah sebagai berikut:

1.Kegiatan penguasaan kaidah yaitu tata bunyi

Kurangnya penguasaan kaidah tentang tata bunyi contohnya mengucapkan


apotik sedangkan yang benar adalah apotek . Kurangnya penguasaan kaidah
tata kalimat, dan kurangnya penguasan kaidah tata makna contohnya tidak
bisa menjelaskan makna secara jelas.

9
2. Kurangnya pengalaman dalam hal berbicara

Seseorang akan mengalami hambatan ketika berbicara karena orang


tersebut kurang memiliki pengalaman untuk berbicara di depan orang banyak.
Sehingga orang tersebut akan mudah grogi atau merasa takut.

3. Kurangnya perhatian pada tugas yang diemban di bidang berbicara

Biasanya ada orang yang menganggap enteng misalnya ketika akan


melakukan kegiatan berbicara di muka umum, dan kurang memberikan
perhatian yang penuh untuk berlatih.

4. Kebiasaan yang kurang baik

Kebiasaan yang kurang baik ini yang dilakukan dalam kegiatan berbicara
misalnya ketika harus berbicara formal tetapi di campur dengan bahasa
daerah.

Hambatan eksternal

Hambatan eksternal adalah hambatan yang datang dari luar pembicara.


Hambatan eksternal meliputi:

1. Hambatan yang berupa suara

Hambatan yang berupa suara yaitu bisa berasal dari dalam ruang atau dari
luar ruang. Misalnya ketika di dalam kelas tidak berkonsentrasi akibat gaduh
oleh suara siswa yang sedang mengobrol.

2. Hambatan yang berupa gerak

Hambatan yang berupa gerak, misalnya sering terjadi dalam berbicara


informal contohnya di dalam bus kota, kereta, atau pesawat. Ketika kendaran
tersebut melaju kencang dan mengerem dadakan akan mengakibatkan tubuh
bergerak dan menghambat kegiatan berbicara.

3. Hambatan yang berupa cahaya

Hambatan yang berupa cahaya misalnya dapat terjadi ketika pembicaraan


dilakukan malam hari atau ruang yang gelap tanpa pencahayaan.

4. Hambatan yang berupa jarak.

Hambatan yang berupa jarak misalnya pendengar atau pembicara tidak


memperdulikan pentingnya pengaturan jarak bicara antara pembicara dengan
pendengar . jika pembicara terlalu jauh jaraknya dengan pendengar maka akan
kurang terdengar informasi yang disampaikan si pembicara.

10
2) Rusmiati

Menurut Rusmiati (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007:63), hal-hal


yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai berikut:

1. Hambatan Internal

Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari diri pembaca. Yang
termasuk hambatan internal adalah sebagai berikut:

a. Ketidaksempurnaan alat ucap

Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurnanya alat ucap akan


memengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengarakan salah menafsirkan
maksud pembicara.

b. Penguasaan komponen kebahasaan

Penguasaan komponen-komponen kebahasaan sebagai berikut:

a) Lafal dan intonasi

Seorang pembicara harus melafalkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat


dan benar, misalnya pembicara mengatakan labotium sedangkan yang
benar adalah laboratorium, hal itu dapat menghambat kegiatan berbicara.

Kemudian pembicara harus menggunakan intonasi yang tepat,


misalnya pada kalimat “Pergi dari sini!”itu intonasinya harus tinggi karena
menyatakan marah sedangkan pembicara menggunakan intonasi yang
rendah, jelas sekali itu intonasi yang salah.

b) Pilihan kata

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas,dan bervariasi, pembicara yang


memilih kata-kata asing dibandingkan dengan bahasa Indonesia, hal itu
akan menghambat kelancaran komunikasi. Soalnya tidak semua orang
mengerti bahasa Inggris dan pembicara juga belum tentu mahir dalam
berbahasa Inggris, jadi ketika dipaksakan akan menghambat kelancaran
berbicara.

c) Struktur bahasa

Seorang pembicara jika tidak tahu bagian-bagian dari sesuatu


berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan
maka akan menghambat kegiatan berbicara.

11
d) Gaya bahasa

Seorang pembicara jika tidak memiliki ciri khas tersendiri dalam


menyampaikan sesuatu untuk menarik perhatian para pendengar, maka hal
itu akan menghambat kelancaran dalam kegiatan berbicara.

e) Pengguanaan komponen isi

Pengguanaan komponen isi meliputi hal-hal berikut ini:

1. Hubungan isi dengan topik


Seorang pembicara jika tidak paham mengenai topik
pembicaraan maka pembicara akan mengalami hambatan ketika
memberikan penjelasan isi dari topik tersebut.
2. Struktur isi
Seorang pembicara jika tidak mengerti isi dari apa yang di
bicarakannya maka pembicara akan mengalami hambatan untuk
menyampaikan urutan-urutan yang berstruktur.
3. Kualitas isi
Tentunya isi yang disampaikan oleh pembicara harus
bermutu, tidak harus banyak asal sesuai dengan tema.
4. Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental.
Keadaan fisik akan memengaruhi keefektifan berbicara,
jika pembicara sedang sakit misalnya flu maka suaranya akan
menjadi bengau. Hal itu dapat menghambat kegiatan berbicara ,
mental pun sangat berpengaruh jika pembicara mudah merasa takut
dan grogi maka akan menghambat kegiatan berbicara.
2. Hambatan eksternal

Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar pembicara.


Hambatan eksternal meliput:

a. Suara atau bunyi

Ketika pembicara misalnya menyampaikan informasi, ketika pidato


ada komentar dari para pendengar yang negatif. Hal tu akan memengaruhi
mental pembicara.

b. Kondisi ruangan

Kegaduhan, keributan-keributan kecil yang terjadi di ruangan bisa


membuat konsentrasi pembiacara menjadi buyar.

12
c. Media

Misalnya pembicara ketika menjelaskan tentang suatu informasi


mengenai bentuk segitiga, maka harus menyiapkan media yang
mendukung sehingga pendengar bisa lebih paham mengenai bentuk
segitiga. Jika tidak ada media yang mendukung maka pembicara akan
mengalami hambatan ketika menjelaskan informasi tersebut.

d. Pengetahuan pendengar

Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu mengetahui


sejauh mana pengetahuan yang dimiliki para pendengarnya, sehingga apa
yang disampaikan pembicara bisa dipahami oleh pendengar.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara agar


berbicara kita efektif antara lain sebagai berikut :

1. Cerdas Menguasai Suasana

Orang belajar menulis semestinya terlebih dahulu mempelajari hal-hal


yang tidak akan dia tulis. Begitu juga orang belajar berbicara semestinya terlebih
dahulu mempelajari kapan seharusnya tidak berbicara. Kita tentu pernah
memdengar pepatah “bicara itu perak, diam itu emas”, entah perkataan itu benar
atau tidak akan tetapi sebelum membahasa bagaimana seharusnya berbicara akan
lebih baik kalau kita terlebih dulu memahami bagaimana seharusnya tidak
berbicara kita diam bukan berarti tidak bersuara. Mungkin kita sedang
mempraktekkan ilmu padi semakin merunduk semakin berisi. Karena didalam
berbicara kita harus tahu berbicara dengan siapa dan di mana kita berbicara.
Dengan demikian kita bisa menguasai suasana

Sering juga kita dengar orang berkata banyak bicara banyak salah,
mengapa demikian karena tidak bisa menguasai suasana. Coba kita renungkan,
jika teman kita sedang menghitung uang, apakah kita akan terus menerus
berbicara? Tentu tidak, apabila kita kita terus menerus berbicara dengannya besar
kemungkinan dia akan salah dalam menghitung uangnya.

2. Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh
semua

13
yang terlibat, adapun caranya sebagai berikut :

a. Pilih topik yang dapat melibatkan semua orang sebelum berbicara tentu
terlebih dahulu memikirkan apa yang akan kita bicarakan. Dalam hal itu kita tidak
perlu memilih topic-topik yang berat misalnya tentang politik, bila orang-orang
yang kita ajak bicara tidak banyak suka politik. Bila kita lakukan maka
kemungkinana besar orang-orang yang kita ajak bicara akan tutup mulut dan
secara otomatis pembicaraan kita akan mati.

b. Meminta pendapat, kita akan dikenang sebagai pemicara yang baik jika
kita meminta pendapat dari orang sekitar yang akan kita ajak berbicara. Dengan
demikian pembicaraan kita tidak bisa timbal balik

c. Bantulah orang yang paling pemalu dalam kelompok, sebagai pembicara


yang baik kita perlu mengajak orang-orang disekitar kita atau orang-orang yang
kita ajak bicara untuk ikut serta dalam pembicaraan. Khususnya mereka yang
tampaknya enggan untuk bergabung dan dengan berbagai macam cara misanya
memacing orang yang kurang terlibat itu dengan topic yang anda tahu akan dia
nikmati.

d. Jangan memonopoli percakapan atau pembicaraan, dalam berbicara kita


tidak perlu berbicara terus menerus seperti seorang monolog atau interrogator,
walaupun demikian juga jangan terlalu sedikit berbicara. Bila kita terlalu pelit
berbicara, orang-orang akan menganggap kita tidak cukup pandai atau tidak
ramah.

e. Memancing pendapat, pertanyaan-pertanayaan yang dapat memancing


pendapat sangat efektif untuk memulai percakapan atau pembicaraan dalam
lingkungan sosial atau untuk memecahkan keheningan misalnya kita dapat
menanyakan hal yang sedang menjadi topic hangat dan yang akan ada dibenarkan
orang-orang saat itu.

14
C. Syarat-syarat Bahasa Dan Restoris Dalam Berbicara
Dua sarana yang dapat dipergunakan dalam keterampilan berbicara untuk
efektivitas komunikasi retoris, yaitu :

Mendengarkan , mendengar adalah sikap yang penting dalam proses


dialog dan diskusi. Setiap peserta dalam diskusi selalu berganti peranan antara
berbicara dan mendengar.

Menggunakan taktik-taktik retoris.

Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat
membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses
komunikasi retoris.

I. Taktik Afirmasi

I.1. Taktik "Ya"

Ini adalah taktik berbentuk pertanyaan yang membuat lawan bicara hanya bisa
menjawab: “Ya”, dan harus bisa menerima kesimpulan akhir tanpa syarat.
Contoh:

Ini adalah taktik yang digunakan Socrates saat berhadapan dengan Euthypron:

S: Keahlian memelihara kuda merupakan perhatian yang tepat untuk kuda,


bukan?

E: Ya.

S: Dan tidak setiap orang mengerti anjing pemburu kecuali si pemburu,


bukan?

E: Ya.

S: Karena keahlian memburu merupakan perhatian yang tepat untuk anjing


pemburu, bukan?

E: Ya.

S: Dan bukankah keahlian berternak sapi merupakan perhatian yang tepat


untuk sapi?

E: Ya, tentu.

S: Kalau begitu, Euthypron, bukannkah kesalehan adalah perhatian yang tepat


untuk para dewa?

E: Ya.

15
I.2. Taktik Mengulang

Taktik ini memiliki fungsi yang penting dalam retorika. Pembicara berusaha
terus-menerus menyampaikan pikiran dan idenya yang menyebabkan lawan
bicara menaruh perhatian dan berusaha mengolah ide itu. Namun, hal yang
diulang haruslah hal yang positif dan mengandung kebenaran. Sebagaimana
yang dikatakan pepatah latin: “Gutta cavat lapidem , non vi, sed saepe
cadendo” (tetesan air melubangi batu bukan karena kekuatannya, melainkan
karena tetesan yang terus-menerus).

Contoh:

Sekali lagi saya ingatkan bahwa…

Di sini saya ingin menekankan bahwa…

Biar saya ulangi kembali…

I.3. Taktik Sugesti

Taktik ini dimaksudkan untuk membuat lawan bicara menyetujui pikiran,


anjuran dan hasil pertimbangan kita.

Contoh:

Ini merupakan saat yang paling tepat bagi Anda untuk...

Investasi ini akan memberikan keuntungan yang berlipat bila Anda lakukan
sekarang...

Pendaftarannya sangat mudah dan cepat, Anda hanya tinggal...

II. Taktik Ofensif

II.1. Taktik Antisipasi

Kita sudah mengantisipasi kelemahan lawan bicara kita di saat ia sedang


mengatakan pendapatnya, kemudian kita langsung menjatuhkan pendapatnya
dengan argumentasi kontra yang kita buat.

Contoh:

Mungkin Anda akan keberatan bila…

Pasti muncul pertanyaan dalam benak Anda saat…

Oleh karena itu saya katakan bahwa…

16
II.2. Taktik Mengagetkan

Saat lawan bicara sedang menantang kita dengan pernyataan negatif, kita
memberikan jawaban balik dari sudut pandangan yang tidak diduganya.

Contoh:

Oleh karena itu, saya menganjurkan Anda agar…

Justru karena itu…

Bahkan, Anda sudah lebih mengerti tentang hal itu…

II.3. Taktik Bertanya Balik

Ini adalah taktik yang melemparkan satu pertanyaan balik yang menyebabkan
lawan bicara menerima kekeliruannya sendiri.

Contoh:

Anda sudah menyadari kekeliruan itu, lalu kenapa Anda masih terus...

Kenapa saat itu Anda tidak mengatakannya?

Jadi Anda yang memperbolehkan...?

II.4. Taktik Provokasi

Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para
wartawan untuk memaksa seseorang untuk berbicara terus terang.

Contoh:

Saya meragukan pendapat itu

Itu tidak benar!

Anda sendiri tidak percaya pada apa yang Anda katakan

II.5. Taktik Mencakup

Taktik ini mencakupkan hasil pengamatan kita dengan argumentasi lawan,


sehingga argumentasi itu dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.

Contoh:

Dengan desain Eropa yang stylish untuk kenyaman Anda berkendara, rasakan
sendiri sensasi fun drive Ford Fiesta di dealer Ford terdekat.

17
Hadir dengan inovasi baru, kulkas Toshiba Glacio Jazz memberikan kesegaran
di rumah Anda dengan desain warna-warni yang keren...

II.6. Taktik Memotong

Taktik ini digunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu


banyak. Pembicaraannya dipotong dengan alasan menyampaikan sesuatu yang
penting.

Contoh:

Bolehkah saya sampaikan sebentar pengumuman yang sangat penting?

Perbolehkan saya untuk menjawab sebentar...

III. Taktik Negasi

III.1. Taktik "tidak" !

Taktik ini sebaiknya digunakan dengan mengemukakan pertanyaan-


pertanyaan retoris karena menyangkal secara langsung pendapat lawan bicara
untuk penjelasan yang tuntas.

Contoh:

Dari pada mengatakan: Anda berbohong!

Sebaiknya katakan: Apakah Anda mengatakan hal yang benar?

Dari pada mengatakan: Anda tidak membaca keterangan yang dilampirkan!

Sebaiknya katakan: Apakah Anda sudah membaca keterangan yang


dilampirkan?

III.2. Taktik Kontradiksi

Taktik ini mengemukakan pernyataan yang bertentangan dengan apa yang


dikatakan lawan bicara.

Contoh:

Kalaupun apa yang Anda katakan itu benar, itu tidak membuktikan apa pun!

Anda hanya melebihkan apa yang sesungguhnya terjadi

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, baik itu
faktor penunjang maupun penghambat. Faktor penunjang yang dimaksud
terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan terdiri atas Ketepatan ucapan, Penempatan tekanan, nada,
sendi, dan durasi yang sesuai, Pilihan kata (Diksi), dan Ketepatan sasaran
pembicaraan. Adapun factor nonkebahasaan adalah Sikap pembicara,
Pandangan mata, Keterbukaan, Gerak-gerik dan mimik yang tepat,
Kenyaringan suara, Kelancaran, dan Penguasaan topic. Di samping factor
penunjang tersebut, terdapat beberapa factor penghambat. Faktor penghambat
keefektifan berbicara terdiri atas dua macam, yaitu hambatan internal dan
eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri
pembicara, sedangkan hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
luar pembicara.
Dan agar berbicara kita efektif maka kita harus cerdas menguasai suasana, dan
Buat Pembicaraan atau Percakapan lebih hidup dan bisa dinikmati oleh semua.

B. SARAN
Penulis sangat memahami bahwa makalah ini masih memiliki banyak
sekali kekurangan untuk diperbaiki dan bersumber dari data yang terbatas.
Penulis mengharapkan saran demi meningkatkan kualitas makalah selanjutnya
agar tersusun makalah yang lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://unhaki.blogspot.com/2011/05/2.html?m=1
https://muhmdirpan.wordpress.com/2018/03/25/hambatan-hambatan-dalam-
berbicara/

iv

Anda mungkin juga menyukai