Anda di halaman 1dari 18

Persiapan penyajian lisan

Penyajian lisan merupakan puncak dari seluruh


persiapan, khususnya latihan oral. Namun latihan-
latihan pendahuluan tetap diperlukan untuk
membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya
yang tepat. penyajian lisan pada suatu kelompok
kecil , maupun penyajian pada suatu kelompok
besar.
Penyajian pada Kelompok Kecil

Gerak gerik.
Seorang pembicara harus memperlihatkan dirinya
betul-betul sebagai seorang manusia yang
hidup.Gerak geriknya harus lincah, bebas, tidak
kaku. Ia bukan saja mengadakan komunikasi melalui
ucapan-ucapannya saja, melainkan juga
mengadakan komunikasi melalui tatapan matanya,
senyuman mulud, uluran  dan gerakan tangan,
mimic mulut, dan semua anggota tubuh harus
diekspresikan sesuai dengan isi pembicaraannya.
Teknik bicara
Biasanya kecepatan bicara akan turut menentukan pula
keberhasilan seseorang dalam penyajian secara lisan.
Berbicara terlalu cepat akan menyulitkan orang menangkap
apa yang diucapkan. Tetapi berbicara terlalu lambat juga
akan menyebabkan pendengar sudah menerka terlebih
dahulu apa yang akan diucapkan.
Kecepatan berbicarapun dapat diubah dari saat ke
saatsesuai dengan penting tidaknya isi uraian.Tempo
berbicara agak diperlambat, dan tidak perlu lambat
sekali.Lebih baik gagasan yang penting diucapkan berulang.
Transisi
Dalam uraian tertulis, transisi antara satu bahasan dengan bahasan
berikutnya telah dinyatakan dengan anak-anak bab sehingga jelas
dimengerti. Dalam penyajian lisan sebaiknya transisi berbentuk
bahasa lebih banyak digunakan, malah harus diperhatikan secara
khusus.. Apalagi kalau di dalam pengantar telah disebutkan pokok-
pokok yang akan diuraikan.
Strategi transisi yang pertama adalah dengan cara berhenti sejenak
apabila mau melangkah ke bahasan yang baru; cara kedua pada saat
menyampaikan hal baru pembicara menggunakan satu-dua kalimat
sebagai pengantar bagi bahasan baru. Ketiga: transisi juga bisa
dilaksanakan dengan perubahan sikap, yaitu dari posisi duduk ke
posisi berdiri., atau dengan menyingkirkan catatan lama dan
mengambil catatan baru.
Alat Peraga
Pembicara dapat membantu uraiannya dengan
mempergunakan alat peraga kalau
dimungkinkan.Alat-alat peraga yang biasa
digunakan adalah proyektor geser, film, gambar,
mesin perekan dls.
PENYAJIAN PADA KELOMPOK BESAR

Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan oleh


pembicara yang menghadapi kelompok besar, di antaranya
adalah:
1.     Pembukaan
a.     Sebelum bicara, gunakan waktu 1 – 2 menit untuk
mengukur situasi
b.     Jangan tergesa masuk ke materi pembicaraan
c.     Jangan menyampaikan humor kalau tidak perlu
d.     Jangan menampilkan kekurang-siapan atau
kekurangan lainnya
Kecepatan Bicara
a.     Kecepatan dan volume suara harus disesuaikan
dengan jumlah pengunjung
b.     Semakin banyak hadirin, semakin lambat dalam
berbicara
Artikulasi yaitu kata-kata yang jelas
a.     Semakin banyak orang, semakin banyak
gangguan yang terjadi
b.     Bagian yang paling sukar dikendalikan adalah
yang berada di belakang
c.     Bila artikulasinya jelek, maka semakin sulit
pendengar memberikan perhatian
d.     Dalam hal ini, artikulasi dari pembicara harus
jelas.
 
Berhubungan dengan penyajian lisan ini , ada beberapa
metode penyajian lisan (Gorys Keraf 1979: 316) yaitu:

a.      Metode menghafal


Pada metode ini pembicara menghafal materi yang akan dibacakan kata
demi kata. Jika pembicara memilki kemampuan menghafal dengan baik
dan mampu menyesuaikan diri dengan unsur-unsur suprasegmental sesuai
dengan kondidi saat itu, komunikasi akan berhasil. Sebaliknya, jika
pembicara lupa terhadap materi yang dibicarakan, komunikasi akan gagal.
 
b.     Metode naskah
Pada metode ini pembicara menyiapkan naskah untuk dibaca.Biasanya
metode ini dipakai untuk pidato-pidato resmi kenegaraan.Kelemahan pada
metode ini adalah pembicara tidak bebas menatap kepada pendengar
karena mata pembicara selalu tertuju ke naskah. Jika bukan seorang yang
ahli, maka ia tidak bisa memberi tekanan dan variasi suara untuk
menghidupkan pembicaraan.
c.      Metode serta-merta
Metode ini adalah metode penyajian berdasarkan kebutuhan sesaat.
Pembicara tidak ada persiapan sama sekali. Pembicara secara serta-merta
berbicara berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang berhubungan
dengan topik pembicaraannya.
 
d.     Metode ekstemporan
Metode ini merupakan jalan tengah.Pada metode ini pembicara menyiapkan
catatan-catatan penting yang dibuat secara cermat. Dari catatan-catatan
tersebut pembicara mengulas topik pembicaraan dengan  bahasa dan kosa
kata yang dipilihnya. Catatan-catatan hanya untuk mengikat urutan-urutan
pokok pembicaraan.Metode ini sangat baik karena pembicara lebih fleksibel
dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Jika catatan-catatan itu terlalu
bersifat sketsa, maka hasilnya bisa sama dengan metode serta-merta.
C.    Jenis Penyajian Lisan
1.     Dialog
Dialog atau bebicara dua arah adalah bentuk berbicara yang memerlukan
partisispasi pendengar. Yang termasuk ke kelompok ini antara lain: tegur sapa,
bertelepon, wawancara dan diskusi. Dialog tidak berbeda denga diskusi. Dalam
dialog terjadi pertukaran pikiran yang diliputi dengan suasana kekeluargaan bukan
adu argumentasi seperti halnya berdiskusi. Dialog dapat menciptakan adanya
sambung rasa yang lebih bernilai bila dibandingkan dengan diskusi.

 
2.     Percakapan.
Percakapan adalah bentuk dialog yang tidak terlalu formal. Percakapan selalu
bersifat antar persona, meskipun percakapan dihadiri oleh orang banyak.Percakapan
adalah suatu kegiatan yang timbal balik, adanya aksi dan reaksi, serta saling
memberi dan menerima.Percakapan harus diberi bobot untuk bertukar informasi,
memecahkan maslah, atau untuk memperoleh kesepakatan.
D.    Sikap Mental Penyajian Lisan
Yang dimaksud adalah unsur kejiwaan yang mempengaruhi berhasil tidaknya kegiatan
berbicara. Unsur-unsur kejiwaan itu antara lain:
a.      Rasa komunikasi
Di samping harus memiliki daya ingat yang baik terhadap bahan pembicaraan seorang
pembicara juga harus bisa menyesuaikan diri dan memiliki perasaan akrab terhadap lawan
bicara.Perasaan seperti ini merupakan bagian dari komunikasi yang wajar.
b.     Rasa humor
Beberapa langkah yang bisa ditempuh oleh pembicara untuk menumbuhkan rasa ini
adalah mengambil cerita-cerita lucu.Diharapkan cerita atau anekdot itu bersinggungan
dengan tema pembicaraan.
c.      Rasa kepemimpinan
Seorang pembicara harus memiliki rasa kepemimpinan.Artinya, bahwa pembicara
merupakan seorang yang ditokohkan dalam suatu kelompok.Dengan demikian
kewibawaan adalah faktor yang sangat mendukung.Untuk menumbuhkan rasa ini
pembicara harus memiliki rasa percaya diri. Dengan rasa percaya diri ini pembicara akan
terhindar dari perasaan takut s
pembicara. Unsur-unsur yang biasanya menyebabkan timbulnya
hambatan internal antara lainalat ucap yang kurang sempurna, kelelahan,
sakit jasmani dan aspek kejiwaan.

Alat ucap yang kurang sempurna akan menghambat proses berbicara


yang antara lain dapat menimbulakan sluring, mumbling, lisless, dan
fidgetter. Sluring adalah ketidakmampuann melafalkan bunyi-bunyi
ujaran secara jelas.Mumbling adalah ketidakjelasan dalam berbicara
karena seolah-olah pembicara berbicara sendiri.Lisless adalah
ketidakjelasan suara karena volume yang terlalu rendah.Dan fidgetter
adalah ketidakjelasan karena pembicara terlalu cepat berbicara.
Kelelahan dapat menjadi hambatan dalam berbicara karena daya
konsentrasi pembicara menurun.Demikian pula denga semangatnya.
Penciptaan bunyi-bunyi ujar dan efektifitas gerak tidak akan terwujud
dengan baik. Faktor ini sangat berkaitan denga keadaan jasmani
seseorang. Jika tidak sehat hal-hal yang sama akan menghambat.
Dari segi kejiwaan hambatan ini dapat bersifat
sementara dan laten. Yang bersifat sementara adalah
perasaan takut, gugup dan demam panggung.
Sedangkan yang bersifat laten adalah bila pembicara
memiliki rasa rendah diri atau tekanan batin yang
berlebihan.
b.       Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
keadaan di sekitar pembicara.Hambatan ini bisa berupa
penglihatan, suara, gerak yang aktraktif, emdia dan cuaca
atau kondidi alam. Penglihatan yang menyilaukan, suara
yang gaduh, banyak orang yang masuk ruangan, dan
ruangan yang terlalu sempit merupakan hal-hal yang
mengganggu proses berbicara. Demikian pula peralatan
yang kurang baik untuk dipakai atau sudah rusak serta
cuaca yang terlalu panas atau dingin.

 
KESIMPULAN

Penyajian lisan merupakan puncak dari seluruh persiapan, khususnya latihan oral. Namun
latihan-latihan pendahuluan tetap diperlukan untuk membiasakan diri dan menemukan cara
dan gaya yang tepat. penyajian lisan pada suatu kelompok kecil , maupun penyajian pada
suatu kelompok besar.
Metode penyajian lisan yaitu Metode menghafal yaitu pembicara menghafal materi yang
akan dibacakan kata demi kata, Metode naskah yaitu pembicara menyiapkan naskah untuk
dibaca, Metode serta-merta yaitu pembicara secara serta-merta berbicara berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya yang berhubungan dengan topik pembicaraannya dan
metode ekstemporan yaitu pembicara menyiapkan catatan-catatan penting yang dibuat
secara cermat.
Sedangkan jenis penyajian lisan ada dua yaitu dialog atau bebicara dua arah adalah bentuk
berbicara yang memerlukan partisispasi pendengar dan percakapan adalah bentuk dialog
yang tidak terlalu formal. Percakapan selalu bersifat antar persona, meskipun percakapan
dihadiri oleh orang banyak.
Sikap mental penyajian lisan adalah rasa komunikasi, rasa humor dan rasa
kepemimpinan.Hambatan dalam penyajian lisan bisa dari internal dan eksternal.Internal
adalah hambatan yang berasal dari dalam diri pembicara sedangkan eksternal adalah
hambatan yang berasal dari keadaan di sekitar pembicara.
TUGAS

Buatlah kelompok berisi 10 orang yang, kembangkan


judul topik dari pertemuan ke 2, pilih yang paling
mudah dan disetujui oleh seluruh anggota,
kembangkan menjadi tulisan/ teks lalu persiapkan
untuk disajikan di hadapan kelas..

Anda mungkin juga menyukai