Anda di halaman 1dari 36

Pertemuan ke 4 penyajian lisan

• Penyajian Lisan
Penyajian lisan atau kemampuan berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaanPenyajian lisan merupakan puncak dari seluruh
persiapan, khususnya latihan oral. Namun latihan-latihan
pendahuluan tetap diperlukan untuk membiasakan diri
dan menemukan cara dan gaya yang tepat. penyajian lisan
pada suatu kelompok kecil , maupun penyajian pada suatu
kelompok besar.
• . Penyajian pada Kelompok Kecil
1. Gerak - gerik.
Seorang pembicara harus memperlihatkan dirinya betul-
betul sebagai seorang manusia yang hidup. Gerak
geriknya harus lincah, bebas, tidak kaku. Ia bukan saja
mengadakan komunikasi melalui ucapan-ucapannya saja,
melainkan juga mengadakan komunikasi melalui tatapan
matanya, senyuman mulud, uluran dan gerakan tangan,
mimic mulut, dan semua anggota tubuh harus
diekspresikan sesuai dengan isi pembicaraannya.
• 2. Teknik bicara
Biasanya kecepatan bicara akan turut menentukan pula
keberhasilan seseorang dalam penyajian secara lisan.
Berbicara terlalu cepat akan menyulitkan orang menangkap
apa yang diucapkan. Tetapi berbicara terlalu lambat juga
akan menyebabkan pendengar sudah menerka terlebih
dahulu apa yang akan diucapkan.
Kecepatan berbicarapun dapat diubah dari saat ke
saatsesuai dengan penting tidaknya isi uraian. Tempo
berbicara agak diperlambat, dan tidak perlu lambat sekali.
Lebih baik gagasan yang penting diucapkan berulang.
• 3. Transisi
Dalam uraian tertulis, transisi antara satu bahasan dengan bahasan
berikutnya telah dinyatakan dengan anak-anak bab sehingga jelas
dimengerti. Dalam penyajian lisan sebaiknya transisi berbentuk bahasa
lebih banyak digunakan, malah harus diperhatikan secara khusus.. Apalagi
kalau di dalam pengantar telah disebutkan pokok-pokok yang akan
diuraikan.
Strategi transisi yang pertama adalah dengan cara berhenti sejenak apabila
mau melangkah ke bahasan yang baru; cara kedua pada saat
menyampaikan hal baru pembicara menggunakan satu-dua kalimat sebagai
pengantar bagi bahasan baru. Ketiga: transisi juga bisa dilaksanakan
dengan perubahan sikap, yaitu dari posisi duduk ke posisi berdiri., atau
dengan menyingkirkan catatan lama dan mengambil catatan baru.
• 4. Alat Peraga
Pembicara dapat membantu uraiannya
dengan mempergunakan alat peraga kalau
dimungkinkan. Alat-alat peraga yang biasa
digunakan adalah proyektor geser, film,
gambar, mesin perekan dls.
b. Penyajian pada Kelompok Besar

• Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan oleh


pembicara yang menghadapi kelompok besar, di
antaranya adalah:
1. Pembukaan
a. Sebelum bicara, gunakan waktu 1 – 2 menit untuk
mengukur situasi
b. Jangan tergesa masuk ke materi pembicaraan
c. Jangan menyampaikan humor kalau tidak perlu
d. Jangan menampilkan kekurang-siapan atau
kekurangan lainnya
• 2. Kecepatan Bicara
a. Kecepatan dan volume suara harus disesuaikan dengan jumlah
pengunjung
b. Semakin banyak hadirin, semakin lambat dalam berbicara

• 3. Artikulasi yaitu kata-kata yang jelas


a. Semakin banyak orang, semakin banyak gangguan yang terjadi
b. Bagian yang paling sukar dikendalikan adalah yang berada di
belakang
c. Bila artikulasinya jelek, maka semakin sulit pendengar
memberikan perhatian
d. Dalam hal ini, artikulasi dari pembicara harus jelas.
2.2 Metode Penyajian Lisan

• Berhubungan dengan penyajian lisan ini , ada beberapa


metode penyajian lisan (Gorys Keraf 1979: 316) yaitu:
• a.       Metode menghafal
Pada metode ini pembicara menghafal materi yang
akan dibacakan kata demi kata. Jika pembicara memilki
kemampuan menghafal dengan baik dan mampu
menyesuaikan diri dengan unsur-unsur suprasegmental
sesuai dengan kondidi saat itu, komunikasi akan
berhasil. Sebaliknya, jika pembicara lupa terhadap
materi yang dibicarakan, komunikasi akan gagal.
• b.      Metode naskah
Pada metode ini pembicara menyiapkan naskah
untuk dibaca. Biasanya metode ini dipakai untuk
pidato-pidato resmi kenegaraan. Kelemahan pada
metode ini adalah pembicara tidak bebas menatap
kepada pendengar karena mata pembicara selalu
tertuju ke naskah. Jika bukan seorang yang ahli,
maka ia tidak bisa memberi tekanan dan variasi
suara untuk menghidupkan pembicaraan.
• c. Metode serta-merta
Metode ini adalah metode penyajian
berdasarkan kebutuhan sesaat. Pembicara
tidak ada persiapan sama sekali. Pembicara
secara serta-merta berbicara berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya yang
berhubungan dengan topik pembicaraannya.
• d. Metode ekstemporan
Metode ini merupakan jalan tengah. Pada metode ini
pembicara menyiapkan catatan-catatan penting yang
dibuat secara cermat. Dari catatan-catatan tersebut
pembicara mengulas topik pembicaraan dengan bahasa
dan kosa kata yang dipilihnya. Catatan-catatan hanya
untuk mengikat urutan-urutan pokok pembicaraan.
Metode ini sangat baik karena pembicara lebih fleksibel
dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Jika catatan-
catatan itu terlalu bersifat sketsa, maka hasilnya bisasama
dengan metode serta-merta
2.3 Jenis Penyajian Lisan
• 1. Dialog
Dialog atau bebicara dua arah adalah bentuk berbicara
yang memerlukan partisispasi pendengar. Yang termasuk
ke kelompok ini antara lain: tegur sapa, bertelepon,
wawancara dan diskusi. Dialog tidak berbeda denga
diskusi. Dalam dialog terjadi pertukaran pikiran yang
diliputi dengan suasana kekeluargaan bukan adu
argumentasi seperti halnya berdiskusi. Dialog dapat
menciptakan adanya sambung rasa yang lebih bernilai
bila dibandingkan dengan diskusi.
• 2. Percakapan.
Percakapan adalah bentuk dialog yang tidak terlalu
formal. Percakapan selalu bersifat antar persona,
meskipun percakapan dihadiri oleh orang banyak.
Percakapan adalah suatu kegiatan yang timbal
balik, adanya aksi dan reaksi, serta saling memberi
dan menerima. Percakapan harus diberi bobot
untuk bertukar informasi, memecahkan maslah,
atau untuk memperoleh kesepakatan.
• 3.Diskusi kelompok
Diskusi kelompok yaitu suatu cara atau teknik
bimbingan yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka, dimana setiap anggota kelompok
akan mendapatkan kesempatan untuk
menyumbankan pikiran masing-masing serta berbagi
pengalaman atau informasi guna pemecahan masalah
atau pengambilan keputusan. Dalam diskusi kelompok
anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan),
menentukan tujuan, dan agenda yang harus ditaati.
• 4. Diskusi panel
diskusi panel adalah bentuk diskusi resmi yang
dilakukan dengan menghadirkan beberapa pemateri
yang melihat topik pembicaraan dari sudut pandang
yang berbeda-beda, yang disebut dengan panelis.
Hal inilah yang membedakan diskusi panel dengan
diskusi lainnya, yakni adanya panelis karena itulah
disebut dengan diskusi panel. Seperti halnya bentuk
diskusi lainnya diskusi panel juga terdapat
moderator, notulen, peserta dan panelis.
• 5. Pidato
Pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik
untuk disampaikan kepada orang banyak. Contoh pidato
yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari
besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan
acara atau event, dan lain sebagainya.Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang
yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato
atau berbicara yang baik di depan publik / umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karir yang baik.
• Pidato adalah penyajian lisan kepada sekelompok masa.
Seorang bicara secara langsung di atas podium atau
mimbar dan isi pembicaraannya diarahkan pada orang
banyak. Berpidato memerlukan sejumlah kemahiran dasar,

yakni:
a. Mampu mengungkapkan pikiran secara lisan dengan
lancar,
b. b. Menguasai bahasa secara baik dan benar,
c. c. Keberanian tampil di depan umum
• .Ciri-ciri berpidato

Pidato yang baik memiliki ciri-ciri sebagai


berikut:
a. Mengandung tujuan yang jelas
b. Isi pidato mengandung kebenaran
c. Cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi
pendengar
• 3. Metode Berpidato
Menurut metode penyampaiannya, pidato terbagi ke dalam empat
jenis.
a. Metode Impromtu
Pidato Impromtu disebut juga dengan metode pidato spontan
atau pidato serta-merta. Pidato impromtu disampaikan dengan
tanpa persiapan. Pembicara secara langsung berbicara
berdasarkan kemampuan seadanya.
b. Metode Membaca Naskah Pidato tersebut sering pula disebut
pidato manuskrip. Pidato ini umumnya dilakukan oleh pejabat
negara. Pidato membacakan naskah dilakukan untuk menghindari
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
C. Ekstemporan (penjabaran kerangka)
Metode pidato ekstemporan merupakan teknik berpidato
dengan menjabarkan materi yang terpola. Maksud terpola
yaitu materi yang akan disampaikan harus dipersiapkan
garis besarnya dengan menuliskan hal-hal yang di anggap
penting.
Kelebihan metode ekstemporan yaitu materi yang di
sampaikan dapat di ungkapkan secara terurut dan
sistematis. Sedangkan kelemahan metode ekstemporan
adalah terlihat seakan-akan kurang siap karena perlu
menunduk untuk melihat catatan.
D. Menghafal (tanpa teks)
Metode pidato menghafal yaitu menghafal suatu
rencana pidato yang telah dibuat sebelumnya.
Kelebihan metode menghafal adalah melatih
daya ingat dan tersusun sistematis. Sedangkan
kelemahan metode menghafal adalah bila
terjadi lupa akan mempengaruhi isi pidato dan
mungkin akan menggangu konsentrasi
pendengar.
• 6. Rapat
Rapat adalah berkumpulnya sekelompok orang untuk
menyatukan pemikiran guna melaksanakan urusan
perusahaan. Dalam bab ini membahas rapat formal
yang melibatkan empat orang atau lebih, rapat
organisasi dimaksudkan untuk berkomunikasi,
perencanaan, penetapan kebijaksanaan,
pengambilan keputusan, atau pemberian motivasi
kepada armada penjualan. Agar berlangsung efektif,
penyelenggaraan rapat perlu direncanakan.
• 7. Wawancara
Wawancara adalah sebuah kegiatan tanya jawab
yang dilakukan oleh pewawancara sebagai penannya
dan narasumber sebagai orang yang ditanya.
Kegiatan ini dilakukan untuk mencari informasi,
meminta keterangan, atau menanyai pendapat
tentang suatu permasalahan kepada seseorang.
Dengan kata lain, bisa disimpulkan bahwa
wawancara adalah kegiatan menggali informasi dari
narasumber dengan cara tanya jawab.
• 8. Konferensi
Konfrensi adalah rapat atau pertemuan
untuk berunding atau bertukar pendapat
mengenai suatu masalah yg dihadapi
bersama; permusyawaratan ; muktamar.
• 9. Seminar
Seminar adalah sebuah pertemuan khusus
yang memiliki teknis dan akademis yang
tujuannya untuk melakukan studi menyeluruh
tentang suatu topik tertentu dengan
pemecahan suatu permasalahan yang
memerlukan interaksi di antara para peserta
seminar yang dibantu oleh seorang guru besar
ataupun cendikiawan.
2.4 Sikap Mental Penyajian Lisan
Yang dimaksud adalah unsur kejiwaan yang
mempengaruhi berhasil tidaknya kegiatan berbicara.
Unsur-unsur kejiwaan itu antara lain:
• a. Rasa komunikasi
Di samping harus memiliki daya ingat yang baik
terhadap bahan pembicaraan seorang pembicara
juga harus bisa menyesuaikan diri dan memiliki
perasaan akrab terhadap lawan bicara. Perasaan
seperti ini merupakan bagian dari komunikasi yang
wajar.
• b. Rasa humor
Beberapa langkah yang bisa ditempuh oleh
pembicara untuk menumbuhkan rasa ini
adalah mengambil cerita-cerita lucu.
Diharapkan cerita atau anekdot itu
bersinggungan dengan tema pembicaraan.
• c. Rasa kepemimpinan
Seorang pembicara harus memiliki rasa
kepemimpinan. Artinya, bahwa pembicara
merupakan seorang yang ditokohkan dalam suatu
kelompok. Dengan demikian kewibawaan adalah
faktor yang sangat mendukung. Untuk menumbuhkan
rasa ini pembicara harus memiliki rasa percaya diri.
Dengan rasa percaya diri ini pembicara akan terhindar
dari perasaan takut sehingga bisa mengatur dan
menguasai diri di depan forum.
2.5 Hambatan penyajian Lisan
Ada dua faktor yang memungkinkan suatu kegiatan
berbicara menjadi terganggu. Faktor tersebut bisa
bersifat eksternal dan internal.
• a. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang berasal
dari dalam diri pembicara. Unsur-unsur yang
biasanya menyebabkan timbulnya hambatan
internal antara lain alat ucap yang kurang sempurna,
kelelahan, sakit jasmani dan aspek kejiwaan.
• Alat ucap yang kurang sempurna akan menghambat proses
berbicara yang antara lain dapat menimbulakan sluring,
mumbling, lisless, dan fidgetter:
-Sluring adalah ketidakmampuann melafalkan bunyi-bunyi
ujaran secara jelas.
-Mumbling adalah ketidakjelasan dalam berbicara karena
seolah-olah pembicara berbicara sendiri.
-Lisless adalah ketidakjelasan suara karena volume yang
terlalu rendah.
-Fidgetter adalah ketidakjelasan karena pembicara terlalu
cepat berbicara.
• Kelelahan dapat menjadi hambatan dalam berbicara
karena daya konsentrasi pembicara menurun. Demikian
pula denga semangatnya. Penciptaan bunyi-bunyi ujar dan
efektifitas gerak tidak akan terwujud dengan baik. Faktor
ini sangat berkaitan denga keadaan jasmani seseorang.
Jika tidak sehat hal-hal yang sama akan menghambat.
• Dari segi kejiwaan hambatan ini dapat bersifat sementara
dan laten. Yang bersifat sementara adalah perasaan takut,
gugup dan demam panggung. Sedangkan yang bersifat
laten adalah bila pembicara memiliki rasa rendah diri atau
tekanan batin yang berlebihan.
• b. Hambatan Eksternal
Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari
keadaan di sekitar pembicara. Hambatan ini bisa berupa
penglihatan, suara, gerak yang aktraktif, emdia dan
cuaca atau kondidi alam. Penglihatan yang menyilaukan,
suara yang gaduh, banyak orang yang masuk ruangan,
dan ruangan yang terlalu sempit merupakan hal-hal
yang mengganggu proses berbicara. Demikian pula
peralatan yang kurang baik untuk dipakai atau sudah
rusak serta cuaca yang terlalu panas atau dingin.
3.1 Kesimpulan
• Penyajian lisan merupakan puncak dari seluruh persiapan,
khususnya latihan oral. Namun latihan-latihan pendahuluan tetap
diperlukan untuk membiasakan diri dan menemukan cara dan gaya
yang tepat. penyajian lisan pada suatu kelompok kecil , maupun
penyajian pada suatu kelompok besar.
• Metode penyajian lisan yaitu Metode menghafal yaitu pembicara
menghafal materi yang akan dibacakan kata demi kata, Metode
naskah yaitu pembicara menyiapkan naskah untuk dibaca, Metode
serta-merta yaitu pembicara secara serta-merta berbicara
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang berhubungan
dengan topik pembicaraannya dan metode ekstemporan yaitu
pembicara menyiapkan catatan-catatan penting yang dibuat secara
cermat.
• Sedangkan jenis penyajian lisan ada dua yaitu dialog atau
bebicara dua arah adalah bentuk berbicara yang memerlukan
partisispasi pendengar dan percakapan adalah bentuk dialog
yang tidak terlalu formal. Percakapan selalu bersifat antar
persona, meskipun percakapan dihadiri oleh orang banyak.
• Sikap mental penyajian lisan adalah rasa komunikasi, rasa
humor dan rasa kepemimpinan. Hambatan dalam penyajian
lisan bisa dari internal dan eksternal. Internal adalah
hambatan yang berasal dari dalam diri pembicara sedangkan
eksternal adalah hambatan yang berasal dari keadaan di
sekitar pembicara.
• Daftar Pusaka

• Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.


• Keraf, Gorys. 1979. Komposisi. Flores, NTT: Nusa Indah
• Hamdan, Y., 2007. Karakteristik Khutbah Jumat di Mesjid Kampus: Perspektif
• Ketrampilan Berpidato. Jurnal Ilmu Komunikasi (JIK), 12(1).
• Swestin, G. and Primasanti, K.B., 2015. Public Speaking Dalam Konteks
• Pengajaran. Scriptura, 4(2), pp.60-68.
• Komunikasi. MediaTor (Jurnal Komunikasi), 8(2), pp.353-368.
• Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia
• Swestin, G. and Primasanti, K.B., 2011. Public Speaking: Teori dan Praktik (Studi Literatur
mengenai Public Speaking dalam Konteks Pengajaran). Scriptura
• Sutrisno, I. and Wiendijarti, I., 2015. Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai