Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK KHITHOBAH

LALAN JAELANI RASYID, S.Ag., M.Si.


PENGERTIAN TEKNIK KHITHOBAH

“Teknik” diartikan sebagai berikut:

Menurut Ludwig Von Bartalanfy, teknik merupakan seperangkat unsur yang saling terkait dalam suatu antar
relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.

Menurut Anatol Raporot, teknik adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.

Menurut Wina Sanjaya teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode

Khitobah atau pidato adalah suatu ucapan dengan memperhatikan susunan kata yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pidato
didefinisikan sebagai:

1. Pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak.
2. Wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Pidato yang baik dapat memberikan suatu
kesan positif bagi orang-orang yang mendengarkan pidato tersebut.

Jadi teknik khitobah adalah cara menyampaikan pesan dakwah dalam bentuk pidato yang bertujuan untuk
memberikan kesan yang positif bagi pendengar.
Macam-Macam Teknik Khitobah
Menurut Suyono dalam situsnya https://pidato.wordpress.com/metode-pidato/, ada empat (4) buah metode dalam
berpidato yang sering digunakan, yaitu:

1. Impromptu (spontan)
Metode pidato impromptu adalah membawakan pidato tanpa persiapan yang hanya mengandalakan pengalaman
dan wawasan. Dalam metode ini, pembicara menggunakan cara spontanitas (improvisasi). Biasanya, metode ini
digunakan untuk pidato yang sifatnya mendadak dan disajikan menurut kebutuhan saat itu.
Kelebihan metode impromptu adalah bahasa yang digunakan singkat, sehingga tidak membosankan dan pembicara
bebas dalam memilih topik bahasan tetapi tepat sesuai acara. Sedangkan kelemahan metode impromptu adalah
terkadang meteri yang disampaikan tidak secara urut / sistematis dan kemungkinan ada hal-hal yang terlupa
karena sifatnya mendadak tanpa persiapan.

2. Ekstemporan (penjabaran kerangka)


Metode pidato ekstemporan merupakan teknik berpidato dengan menjabarkan materi yang terpola. Maksud terpola
yaitu materi yang akan disampaikan harus dipersiapkan garis besarnya dengan menuliskan hal-hal yang di anggap
penting.
Kelebihan metode ekstemporan yaitu materi yang di sampaikan dapat di ungkapkan secara terurut dan sistematis.
Sedangkan kelemahan metode ekstemporan adalah terlihat seakan-akan kurang siap karena perlu menunduk
untuk melihat catatan.

3. Naskah
Metode pidato naskah adalah berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya. Metode ini
biasanya digunakan dalam pidato resmi dimana pembicara selalu membaca naskah yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam
situasi resmi akan di sebarluaskan dan dijadikan figur masyarakat serta dikutip oleh media massa.
Kelebihan metode naskah yaitu pidato terencana dengan baik, lengkap dan sistematis. Sedangkan kelemahan
metode naskah adalah membosankan, interaksi dengan pendengar kurang dan terlihat kaku karena mata
pembicara selalu melihat naskah.

4. Menghafal (tanpa teks)


Metode pidato menghafal yaitu menghafal suatu rencana pidato yang telah dibuat sebelumnya. Kelebihan metode
menghafal adalah melatih daya ingat dan tersusun sistematis. Sedangkan kelemahan metode menghafal adalah
bila terjadi lupa akan mempengaruhi isi pidato dan mungkin akan menggangu konsentrasi pendengar.
Persiapan Pidato
A. Persiapan teknis (persiapan ilmiah) harus menempuh tahapan-tahapan:
1. Investio, yakni mendapatkan materi
2. Dispositio, menyusun atau merangkai bahan
3. Elucatio, menentukan style dan gaya bahasa
4. Memoria, yaitu menanam dalam ingatan
5. Pronunciatio, yaitu teknik penyampaian sebuah pidato, yang mencakup:
a). Dengan menghapal pidato,
b). Membuat garis besar ekstemporan atau catatan pokok-pokok
bahasan,
c). Membaca teks pidato,
d). Impromptu, adalah tanpa catatan apapun, dan lazimnya pada pidato
yang tiba-datang.
B. Persiapan mental, agar menjaga diri dari “demam panggung”, dengan cara:
1.Memperteguh keyakinan
2.Mempertinggi akhlak
3.Auto sugesti (menghipnotis diri sendiri)
4.Paraatheid (kesiapan dan kesiagaan) kita sendiri
5.Anggaplah insan dihadapan kita selaku insan biasa.

Selain itu, pasti yang perlu disediakan ialah dalam memperoleh materi pidato:
1.Temukan dilema apalagi dulu
2.Kumpulkan materi-bahan/ bahan dari kitab/ buku-buku
3.Tela’ah materi-bahan dengan cermat dan seksama
4.Sistematikakan dengan baik (garis besarnya dulu)
5.Tentukan judul atau temanya
6.Tuliskan materi-materi itu sesuai dengan sistematika
7.Buat kesimpulan dengan benar.
8.Uji coba bahan
Menyusun Teks Khutbah Jumat

Ada lima tahap atau langkah yang dapat dilakukan


dalam menyusun teks khutbah, yaitu sebagai
berikut:

1. Menentukan Tujuan
2. Menentukan Topik
3. Menentukan Outline.
4. Memilih Kata
5. Merumuskan Pembukaan
6. Menyampaikan Kesimpulan dan Saran
1. Menentukan Tujuan

Setiap khutbah atau dakwah harus memiliki tujuan yang ingin


disampaikan. Dengan tujuan tersebut, kemudian seorang
khatib atau da’i akan menyampaikan pesannya secara
terarah dan elebih efektif.
2. Menentukan Topik

Penentuan topik ini, mulai dari skala umum, kemudian sampai pada
topik khusus yang akan dikembangkan dalam teks khutbah.
Dalam menyusun topik ini harus diperhatikan aspek-aspek berikut:

a.Kelompok pendengar (mustamik atau audien). Khutbah atau


dakwah di depan anak remaja topik pembahasannya berbeda dengan
mustamik yang berasal dari kelompok dewasa.

b.Kepentingan dan kemampuan. Seseorang yang akan


menyampaikan khutbah jangan memaksakan diri untuk
menyampaikan materi yang tidak dikuasanya. Perhatikan kemampuan
dan kepentingan kita dalam menyampaikan masalah kepada umat.

c.Timing. Khutbah atau dakwah yang baik yaitu sesuai dengan


kebutuhan dan kepentingan umat saat itu. Karena lamanya waktu,
keaktualan bahasan merupakan hal yang penting yang harus
diperhatikan.
3. Menentukan Outline.

Setelah topik ditemukan, kemudian membuat garus besar


yang akan disampaikan kepada jamaah.
4. Memilih Kata

Setiap kata yang digunakan harus jelas dan tidak boleh


menimbulkan arti ganda yang dapat menyebabkan salah
pengertian para pendengar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
masalah sebagai berikut:

1.Gunakan istilah umum.


2.Gunakan kata-kata yang sederhana.
3.Berhemat dalam penggunaan kata-kata.
4.Hati-hati dalam menggunakan istilah serapan.
5.Hindari istilah vulgar atau yang tidak sopan.
6.Jangan menggunakan kata penjulukan (nama calling)
7.Jangan menggunakan eufemisme (ungkapan yang lebih halus
sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar) yang
berlebihan.
5. Merumuskan Pembukaan

Banyak orang yang sering mengatakan bahwa hal yang paling sulit
itu adalah membuat kalimat pembuka. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan dalam menyusun kalimat pembuka dalam khutbah
atau dakwah.

Dalam agama Islam, pembukaan khutbah atau dakwah harus diawali


dengan hamdalah, syahadat, shalawat, dan ajakan untuk
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt.

Setelah membaca hal-hal tersebut, pembukaan khutbah dapat


dilakukan dengan cara merujuk pada tempat dilaksanakan kegiatan.
Merujuk pada pekerjaan, tugas, atau profesi ketika berbicara.
Bila kita berdakwah dalam acara tertentu, maka membuka dakwah
dapat dilakukan dengan cara merujuk pada tema secara langsung.
Mengawali khutbah dengan sebuah kisah, baik dari riwayat nabi,
sahabat maupun pengalaman dirinya sendiri.

Menggunakan yel, pekik atau sapaan yang familiar di masyarakat


Indonesia, misalnya saja kalimat “Allahu Akbar (tidak dalam khutbah
Jum’at)”.
SEKIAN………

Anda mungkin juga menyukai