Anda di halaman 1dari 10

http://dsdlapan.wordpress.

com/2012/05/27/seni-berbicara-efektif-retorika-2/

Seni Berbicara Efektif (Retorika)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berbicara merupakan aktivitas rutin kita sehari-hari. Hasil penelitian ilmiah membuktikan, bahwa
sebagian besar waktu bangun kita digunakan untuk berbicara dengan orang lain. Nyaris tidak ada
seorang pun di dunia ini yang tahan untuk tidak berbicara. Kemampuan berbicara diyakini dapat
meningkatkan kualitas eksistensi dan aktualisasi seseorang di tengah-tengah lingkungannya.
Kemampuan orang dalam berbicara dapat menjadikan orang itu memiliki daya tarik dan pesona luar
biasa bagi orang lain, sehingga ia menjadi idola yang didambakan oleh banyak orang.

Pembicaraan yang akan dapat meningkatkan kualitas eksistensi (keberadaan) kita di tengah-tengah
orang lain, bukanlah sekadar berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi
(informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, kita mesti
berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah retorika.

Retorika adalah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah
orang secara langsung bertatap muka. Oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan dengan
istilah pidato. Pada kesempatan ini, kita akan sama-sama membicarakan kiat-kiat agar pidato kita itu
memiliki daya tarik, informatif, rekreatif, dan persuasif.

1. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sikap gerak-gerik dan mimik ketika berpidato?

2. Bagaimana menggunakan bahasa yang baik ketika berpidato?

3. Bagaimana cara humor yang baik ketika berpidato?

2. Tujuan Penyusunan Makalah

1. Supaya Mengetahui sikap gerak-gerik dan mimik ketika berpidato

2. Supaya dapat menggunakan bahasa yang baik ketika berpidato

3. Supaya Mengetahui humor yang baik ketika berpidato

BAB II

PEMBAHASAN

Beretorika (berpidato) merupakan seni berbicara didepan umum, merupakan bentuk komunikasi
langsung yang dituangkan dalam bentuk kata-kata oleh pembicara (orator) kepada sasaran pidato
(khalayak).
Sebagai seni berbicara, maka berpidato memerlukan keahlian bagi seorang orator. Untuk
mendapatkan keahlian tersebut, seorang orator harus sering melakukan latihan serta mengetahui
juga langkah-langkah untuk mendapatkan keterampilan dan seni berbicara tersebut. Hal-hal yang
harus dikuasai oleh seorang orator yaitu gerak-gerik dan mimik ketika berpidato, mengetahui bahasa
yang baik dalam berpidato serta faham akan pentingnya humor dalam berpidato.

1. A. Sikap Gerak-Gerik dan Mimik

Dalam sebuah pidato sikap pembicara, gerak-gerik dan juga mimiknya sangat diperlukan supaya
materi yang disampaikan dapat diterima dan juga tidak membosankan pendengar. Gerak-gerik
adalah gerak badan atau gerak tubuh ketika merespon suatu kata atau kalimat yang diucapkan ketika
berpidato.

Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat menunjang keefektifan berbicara. Pembicara juga terjaga
dari kekakuan. Hal-hal yang penting selain mendapat tekanan juga dapat dibantu dengan gerak
tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi agar pembicara juga terjaga dari
kekakuan

Seorang pembicara harus tampil dengan berani di depan pendengarnya. Sikap percaya diri
merupakan kunci utama untuk berani berbicara di depan umum. Sikapnya harus tenang saat
berbicara. Pendengar akan dapat diyakinkan bila pembicara berbicara dengan penuh keberanian dan
percaya diri yang tinggi. Sebaliknya, jika seorang pembicara berbicara dengan malu-malu dna kurang
percaya diri maka pendengar akan meragukan kredibilitas dari pembicara, apalagi hal yang sedang
dibicarakan olehnya.

Selain itu, seorang pembicara yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi pembicaraanya. Sering kita mendapatkan seorang pembicara yang berbicara terputus-
putus atau terbata-bata. Hal ini akan mengganggu daya simak pendengar. Pembicara yang terlalu
cepat juga akan mempersulit pendengar menangkap pokok pembicaraan. Pembicara yang baik harus
berbicara dengan lancar, tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lambat.

Jika kita sedang menyampaikan pidato atau presentasi kita harus mengetahui pentingnya
pemahaman 55% visual dan 38% paralanguage. Oleh karena itu, kita harus mengetahui tips-tips
dibawah ini:

1. Cobalah untuk tidak berdiri saja, khususnya jika terdapat podium. Lakukan gerakan agar
pendengar tetap terjaga.

2. Jika terdapat podium, cobalah untuk tidak memegang erat podium tersebut. Itu hanya akan
menunjukkan sikap keragu-raguan kita.

3. Jaga kepala agar tetap tegak.

4. Perhatikan lengan kita dengan telapak tangan selalu menghadap ke atas.

5. Jika kita mengacu pada layar, jangan lupa untuk menjaga agar tubuh bagian depan tetap
menghadap ke arah pendengar.

6. cobalah untuk tidak melihat ke bawah, baik itu melihat catatan maupun lantai.
7. Sesekali gunakan kontak mata dengan semua pendengar dengan cepat. Para pendengar
seolah-olah ingin melihat kita berbicara dengan para pendengar. Cara ini mengesankan
keramahan dan kredibilitas kita yang tinggi.

8. Variasikan gaya penyampaian kita dengan mengubah ritme suara, seperti kenyaringan dan
naik-turun suara.

9. Jika para pendengar mulai bosan, kita bisa sejenak mengubah topik atau menghentikan
presentasi (jika memungkinkan).

1. B. Bahasa dalam Berpidato

Bahasa merupakan wahana komunikasi utama manusia. Dalam arti luas, bahasa budaya memiliki dua
ciri utama; pertama, bahasa digunakan dalam proses transmisi pesan, kedua; bahasa merupakan
kode yang penggunaannya ditentukan bersama oleh warga suatu kelompok atau masyarakat.

Untuk mempelajari dunia sekeliling kita, bahasa menjadi peralatan yang sangat penting dalam
memahami lingkungan. Melalui bahasa kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu
bangsa, meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya. Pendek kata bahasa memegang peranan
penting bukan saja dalam hubungan antarmanusia, tetapi juga dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai dari generasi pendahulu kepada generasi pelanjut.

Bahasa mengembangkan pengetahuan kita, agar kita dapat menerima sesuatu dari luar dan juga
berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain. Dalam retorika bahasa sangat
penting untuk dikuasai oleh seorang pembicara/nara sumber karena dengan mengusai bahasa, pesan
yang disampaikan akan lebih mudah diterima oleh khalayak.

Ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang orator/pembicara agar pesan yang disampaikan
dapat diterima oleh khalayak/pendengar, yaitu:

1. 1. Gaya Lisan

Gaya lisan merupakan kualitas berbicara yang jelas dibedakan dengan bahasa tulisan. Susunan kata
dan tata bahasa yang Anda gunakan tidak dapat berbicara persis seperti yang Anda tulis. Berdasarkan
pengamatan sejumlah tulisan dan pengamatan dari beberapa peneliti, De Vito (1965, 1990)
menyatakan bahwa pada umumnya bahasa lisan terdiri dari kata-kata yang lebih sederhana, lebih
pendek, dan lebih populer daripada kata-kata dalam bahasa tulisan. Bahasa lisan mengandung
sejumlah besar istilah referensi sendiri, ungkapan, istilah yang kuantitatif semu (misalnya banyak,
sangat, berbagai, sejumlah), lebih banyak mengandung pernyataan yang menyatukan pembicara
sebagai bagian dari pengamatan, dan lebih banyak menggunakan kata benda daripada kata
keterangan. Sebagaian besar gaya berbicara ini harus dipertahankan di dalam pembicaran di depan
umum, namun harus diberikan polesan gaya yang diperkirakan cocok untuk keperluan bericara dan
paling efektif dalam mengomunikasikan maksud kepada khalayak pendengar.

Berikut ini pedoman dalam menyusun pidato dalam rangka menghasilkan gaya lisan yang
memperhatikan kesempurnaan dan persuasif:

1. kita bicarakan dahulu bagaimana memilih kata untuk mencapai gaya pidato yang efektif.
2. kita akan mengupas beberapa saran dalam menyusun gaya kalimat yang memberikan
kejelasan dan penguatan.

3. 2. Pilihan Kata

Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Maksudnya agar mudah dimengerti oleh
pendengar. Pendengar akan lebih mudah paham bila kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh
pendengar. Misalnya kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang berasal dari
bahasa asing yang jarang dikenal oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan senang
mendengar jika pembicara berbicara dengan jelas dalam bahasa yang dikuasainya. Pilihan kata juga
disesuaikan dengan pokok pembicaraan. Jika pokok pembicaraan adalah masalah ilmiah, tentu
penggunaan kata istilah tidak dapat dihindari dan pendengar pun akan dapat memahami karena
pendengarnya biasanya orang yang mengerti bidang yang sedang dibicarakan.

Uraian dalam gaya bericara harus merupakan tujuan utama dalam berpidato. Berikut pedoman
untuk membuat pembicaran yang lebih jelas.

1. Yang ringkas, contoh warnanya biru, pukul 21.00 malam hari

2. Gunakan istilah dan angka spesifik, contoh lebih baik katakan anjing daripada makhluk hidup

3. Gunakan ungkapan yang memandu contoh pendapat saya berikutnya adalah …, coba kita
perhatikan bagaimana cara.

4. Gunakan istilah pendek, populer, dan umum, contoh lebih baik mengatakan menggali
daripada mengorek keterangan

5. Gunakan ulangan dan ringkasan internal

6. Gunakan kata kerja aktif, contoh lebih baik manajemen menemui kita besok daripada
manajemen akan berada di sini besok.

7. Gunakan teknik berpidato, perhatikan aliterasi, hiperbola, metafora, metonimi, personifikasi,


pertanyan retorik, dan simile

8. Gunakan indera, rangsang indera perasaan khalayak

9. Indera penglihatan, dalam menguraikan obyek ciptakan bayangan seolah-olah khalayak


melihatnya mulai visualisasi tinggi, berat, warna, berntuk, besaran

10. Indera pendengaran, rangsang khalayak untuk menguraikan bunyi, misal angin mendesisi,
teriakan guru

11. Indera perasa, gunakan istilah yang merangsang perasaan pendengar, misal halusnya kulit
bayi yang baru lahir, kasarnya kertas ampelas

12. Kesesuaian, mengikuti pedoman untuk membantu memilih bahasa yang sesuai

13. Berbicara pada formalitas yang sesuai, misalnya ucapkan takkan daripada tidak akan

14. Hindari kata asing, jargon, kata teknis, dan singkatan. Memang beberapa singkatan tak asing
bagi pendengar, namun harus hati-hati karena tidak semua pendengar paham. Oleh sebab
itu, penggunaan singkatan harus diikuti oleh penjelasan artinya.
15. Hindari siang dan ungkapan vulgar, tidak boleh menyinggung perasaan pendengar

16. Hindari istilah dan ungkapan yang ofensif, misal lebih baik menyebut pemain drama daripada
dramawan

17. Gaya personal, lebih baik pembicara yang bericara dengan mereka daripada berbicara
kepada mereka

18. Gunakan kata ganti orang, misal lebih baik ia, saya, anda daripada seseorang

19. pertanyaan langsung ke khalayak, mengajak pendengar untuk menjadi bagian acara dari
pembicaraan

20. Ciptakan kesiapan, lebih baik mengatakan Anda akan menyukai membaca… daripada
Setiaporabg akan menyukai membaca…

21. Penguatan, dengan mengendalikan perhatian, pikiran dan perasaan khalayak, dengan bahasa
yang menguatkan

22. Hilangkan yang melemahkan, misalnya rasanya, menurut pendapat saya

23. Hindari kata umum dan klise, misalkan saya tidak mengetahui seni modern, tetapi saya tahu
apa yang saya sukai atau ungkapan klise seperti manis seperti madu

24. Mainkan intensitas suara dengan derajat inetnsitas gaya yang berbeda-beda untuk
menciptakan suasana yang mendalam

1. 3. Pembentukan Kalimat

Pidato yang efektif memerlukan perhatian khusus dalam pembentukan kalimat. Berikut ini beberapa
pedomannya.

1. Pilih kalimat pendek

2. Pilih kalimat langsung, misalnya lebih baik mengatakan Kita tidak usah menerima rancangan
… saya tunjukkan kepada Anda tiga alasan daripada Saya ingin memberitahu Anda
mengenai tiga alasan mengapa kita tidak perlu menerima rancangan …

3. Pilih kalimat aktif, lebih baik mengatakan Manajemen menyetujui proposal itu daripada
Proposalnya disetujui oleh manajemen

4. Gunakan kalimat yang positif, lebih baik mengatakan kami menolak proposal itu daripada
kami tidak menerima proposal itu

5. Variasi jenis dan panjang kalimat.Kalimat harus pendek, langsung, aktif, dan positif memang
benar, namun terlalu banyak kalimat yang jenis dan panjangnya sama akan terasa
membosankan. Gunakan variasi dalam pembentukan kalimat sementaras dengan tetap
memperhatikan pedoman umum di atas.

1. Humor dalam berpidato


Humor dalam sebuah pidato sangat diperlukan dengan tujuan supaya enak didengar dan juga
pembicaraan menjadi lebih hidup. Para ahli retorika, mengukur, minimal dua humor dalam satu jam
ceramah, tidak menyimpang dari makna dan tujuan dakwah, humor tidak bertentangan dengan
essensi dakwah yang mengandung ajakan kepada kebaikan sekaligus pencegahan dari kemungkaran.

Patokan humor (Alan Butcwater, 1990) yaitu:

1. Sesuai dengan konteks pembicaraan

2. dapat dimengerti spontan oleh pendengar

3. Mampu menggugah daya nalar

BAB III

KESIMPULAN

Pidato adalah bentuk komunikasi lisan yang memiliki unsur-unsur berupa intonasi, gerak-gerik dan
mimik dalam penyampaiannya, sehingga agar mampu berpidato dengan baik, seseorang harus
belajar. Kemampuan berpidato dengan baik akan mempunyai nilai tinggi bagi da’i dalam suatu
masyarakat.

Berpidato untuk mendapatkan hasil yang memuaskan maka kita juga harus mengetahui terlebih
dahulu tujuan kita saat akan berpidato, ada tiga tujuan pidato yang harus kita ketahui yaitu Pidato
Informatif, Pidato Pesuasif , Pidato Rekreatif.

Untuk mencapai tujuan-tujuan pidato tersebut, maka kita juga di tuntut mampu menyampaikan
pidato dengan baik dan maksimal.

Dalam melakukan pidato, kita harus menyiapkan diri kita baik itu dari materi yang ingin disampaikan,
media apa yang akan digunakan dan juga kesiapan diri kita sendiri agar apa yang kita berikan atau
kita sampaikan kepada audiens, sehingga pesan kita dapat diterima dengan baik dan apa yang di
sampaikan dapat sesuai dengan tujuan yang ingin kita sampaikan.

Selain itu dalam berpidato kita harus memilih jenis pidato yang sesuai dengan kemampuan kita, agar
dalam pemaparannya kita lebih menguasai apa yang ingin kita sampaikan. Akan tetapi, apabila kita
manguasai semua jenis-jenis pidato itu, maka akan manjadi nilai yang lebih untuk kita sendiri di
dalam masyarakat.

Pembicara yang baik akan mempunyai penalaran yang baik pula. Gagasan demi gagasan haruslah
berhubungan dengan logis. Pemikiran pembicara yang disampaikan hingga mendapat suatu
kesimpulan haruslah logis. Hal ini berarti hubungan kalimat dengan kalimat harus jelas dan logis serta
berhubungan dengan pokok pembicaraan.
Daftar Pustaka

1. Rangkuman dari DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional


Books

2. http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/gaya-dan-bahasa-pidato-di-depan-umum/

3. Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern; Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

4. http://danjoruedu.blogspot.com/2012/02/sikap-kita-dalam-menyampaikan-pidato.html

5. http://iwanrosadi.blogspot.com/2012/05/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
http://ummahattokyo.tripod.com/kepribadian/teknik_public_speaking.htm

oleh: Ir. Kriswanto Widiawan

Kemampuan berbicara di depan umum tidaklah dimiliki setiap orang karena kemampuan ini
berkaitan erat dengan citra pribadi. Biasanya orang yang memiliki kemampuan ini sering
disebut dengan "pemimpin". Kemampuan berbicara di depan umum dapat dimiliki karena
adanya bakat alam (sering disebut "dilahirkan"), dengan menjalani pelatihan atau secara spontan
muncul dalam situasi darurat (bersifat sementara).

Public Speaking yang berhasil, ditentukan oleh empat faktor penting, yaitu dengan "Mengatasi
Hambatan Kepribadian", "Penggunaan Body Language Secara Tepat", "Metode Penyampaian yang
Sistematis dan Tepat Sasaran", serta "Penggunaan Alat Peraga." Selain itu, tentu saja diperlukan
persiapan yang mantap, pelaksanaan yang meyakinkan, feeling dan finishing touch yang manis.

Berikut ini adalah penjelasan delapan komponen yang disebutkan di atas.

1. Mengatasi Hambatan Kepribadian

 Pada umumnya, seseorang yang belum biasa berbicara di depan


orang yang banyak akan gugup, gemetar, berkeringat dingin, gagap,
tegang, sakit perut (mulas), salah tingkah, demam panggung yang
biasa kita sebut "cemas".

 Kiat menghadapi kecemasan: (tambahkan keterangan sendiri waktu


ceramah)
- Organisasikan bahan presentasi Anda.
- Visualisasikan.
- Berlatih.
- Bernafas dalam - dalam.
- Berfokus pada relaksasi.
- Melepas ketegangan.
- Kontak mata.
2. Penggunaan Body Language Secara Tepat

 Bahasa isyarat dan gerakan tubuh merupakan hal penting namun sering dilupakan orang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- postur tubuh.
- Perpindahan tempat.
- Gerak isyarat.
- Mimik wajah.
- Mata yang bersinar.

 Hal -hal yang perlu dihindarkan:


- memasukan tangan ke saku.
- Tangan ditangkupkan di belakang punggung.
- Lengan disedekapkan.
- Bertolak pinggang.
- Meremas-remas tangan.
3. Metode Penyampaian yang Sistematis dan Tepat Sasaran
 Urutan presentasi: (tambahkan keterangan sendiri waktu ceramah)
- pendahuluan
- Kalimat prepandangan.
- Gagasan utama dan sub gagasan.
- Keuntungan dari penyampaian materi.
- Kalimat peninjauan.
- Kesimpulan.
 Sebelum membahas public speaking lebih jauh, kita tinjau pengertian komunikasi lebih
dahulu. Dalam proses komunikasi, komunikator menyampaikan pesan dan komunikan
memberikan umpan balik. Umpan balik ini dapat berisi hal yang positif sebagai tanda
mengerti pesan yang disampaikan, atau hal yang negatif sebagai tanda salah mengerti,
atau bertanya sebagai tanda tidak mengerti.

 Berbicara merupakan bagian dari komunikasi. Jika umpan balik dalam proses komunikasi
itu lebih bersifat positif, berarti penyampaian pesan komunikator telah efektif. Dalam
melakukan public speaking tidak selalu ada kata sepakat namun selalu tercapai pengertian
bersama (komunikan mengerti maksud komunikator dan sebaliknya, walau tidak setuju).

 Supaya tepat sasaran dalam melakukan public speaking, hal-hal berikut ini harus
diperhatikan :

1. Kenali latar belakang komunikan, baik budayanya, sukunya, pendidikannya,


pekerjaannya, hobinya, status sosialnya, kepentingannya maupun hal-hal yang
nampaknya tidak ada artinya.

2. Hilangkan / dekatkan kesenjangan-kesenjangan dengan cara mengubah


diri, ikuti "arus" namun tidak sampai "hanyut" dan akhirnya perlahan-lahan
mempengaruhi "arus".

3. Ciptakan suasana yang menunjang, tergantung pada komunikan yang kita


hadapi, pada umumnya mereka senang dengan keramahan / keakraban dan
keterbukaan yang tidak sampai tahap mencampuri urusan orang lain.

4. Tentukan maksud dan tujuan pembicaraan kita; sekedar pengisi waktu /


obrolan ringan, diskusi, brainstorming, informasi, negosiasi, atau mempengaruhi
orang lain.

5. Arahkan materi pembicaraan dan gunakan strategi sesuaidengan tujuan


pembicaraan yang telah ditetapkan.

6. Gunakan kata-kata yang tidak menimbulkan pengertian ganda agar tidak


membingungkan.

7. Gunakan logika berpikir. Cobalah untuk kritis, kreatif, kembangkan pola


pikir yang logis, dan sistematis. Biasakan bertanya mengapa, bagaimana,
seandainya, .....

8. Evaluasi terus secara sadar.



4. Penggunaan Alat Peraga

 Alat peraga khususnya yang visual dimaksudkan untuk :


- Memfokuskan perhatian audience
- Mengukuhkan pesan verbal
- Merangsang minat
- Mengilustrasikan faktor-faktor yang sulit diverbalkan

 Hal yang harus diingat adalah : alat peraga hanya sebagai alat bantu, jangan menjadi pusat
perhatian. Interaksi dan hubungan anda dengan audience yang menentukan keberhasilan
public speaking.
5.Persiapan

 Faktor nonteknis seringkali tidak diperhitungkan namun membawa akibat fatal bila ternyata
muncul tiba-tiba. Misalnya :
- penampilan (rambut, pakaian, sepatu, bau badan, . . .)
- Fisik (kesehatan, makan dulu, minum glucose, buang air besar/kecil, cukup tidur, . . .)
- Latihan gaya, menghitung waktu, . . .
- Kesempurnaan berkas/bahan, transparan cadangan, spidol.
- Ketersediaan alat peraga dan cadangannya, . . .
- Sound sytem, pengaturan tempat duduk, letak layar dan alat peraga, . . .
- Kreativitas.
6. Pelaksanaan yang meyakinkan

 Intonasi suara, semangat, rasa percaya diri, keyakinan yang sempurna, rasa optimis, mata
yang berbinar, senyum dikulum, komunikatif, mengajak (berdialog dengan) seluruh audience,
membangkitkan inspirasi, data yang akurat, peraga yang baik dan lain-lain sangat
mempengaruhi keberhasilan berbicara di depan umum.

7. Feeling

 Otak manusia terdiri dari optak kanan dan otak kiri. Otak kiri berpikir hal-hal yang rasional,
sedangkan otak kanan memikirkan hal-hal yang berbau senidan mengandalkan perasaan, emosi
dan nuansa-nuansa ketidak pastian. Dalam berbicara di depan umum, otak kanan juga harus
difungsikan, tidak hanya otak kiri. Untuk apa? Agar kita dapat mengatasi gejala-gejala yang
dapat merusak presentasi kita. Contoh : jam presentasi yang tidak tepat (membuat ngantuk),
kebosanan karena acara yagn monoton dan berlebihan, kelelahan, kurang minat dan
sebagainya. Sebaiknya presentasi segera di break dengan humor, tanya jawab, demonstrasi
alat atau visualisasi sesuatu yang merangsang minat. Selain itu ciptakan suasana yang hangat
dan interaksi yang "hidup".

8. Finishing Touch

 Setelah kesimpulan di akhir pembicaraan, ungkapkanlah tantangan, pertanyaan, penegasan,


demo atau apa saja yang dapat audience terpana, tercengang, berpikir, atau bahkan protes.
Hal ini akan memberi kesan positif dan rangsangan untuk bertanya.

Taken from http://www.mitra.net.id

Anda mungkin juga menyukai