Anda di halaman 1dari 10

Upah Lembur

Myrna Zachraina

Selamat pagi bapak2/ibu milister migas Indonesia,

Mohn bantuan pendapat bapak/ibu yang berkecimpungan di bagian HR Migas


atas pertanyaan dibawah ini:

apakah keputusan menteri tenaga kerja no. 234 menganut azas yang sama
dengan keputusan menteri tenaga kerja no. 102 (2-2nya ttg lembur ) bahwa
karyawan dengan golongan upah yang lebih tinggi dan tanggung jawab yang
lebih besar tidak mendapatkan upah lembur?

atau semua pekerja sektor migas di daerah tertentu berhak atas upah
lembur?

Atas bantuan bapak/ibu saya ucapkan terima kasih.

wida.ceriadevi

Dear Ibu Myrna,

Jika mengacu kepada Kep MenakerTrans No.KEP.234 /MEN/2003, disana hanya


menyatakan bahwa semua pekerja sektor migas di daerah tertentu (daerah
operasi kegiatan perusahaan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di
daerah terpencil dan atau lepas pantai) berhak atas upah lembur.

Namun, jika mengacu kepada Kep MenakerTrans No.KEP.102/MEN/VI/2004,


selain menyatakan hal yang sama seperti di atas, juga menegaskan bahwa
pekerjaan dengan golongan jabatan tertentu, tidak berhak atas upah kerja
lembur, dengan ketentuan mendapat upah yang lebih tinggi.

Berikut kutipan pasalnya:


Pasal 4
(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja,
wajib membayar upah lembur.
(2) Bagi pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu, tidak
berhak atas upah kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dengan ketentuan mendapat upah yang lebih tinggi.
(3) Yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) adalah mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai
pemikir, perencana, pelaksana dan pengendali jalannya perusahaan yang
waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Setahu saya, yang terjadi di sektor Migas mengacu kepada Kep MenakerTrans
No.KEP.102/MEN/VI/2004 (CMIIW).
Semoga dapat membantu.

ARSIP 2005

Kalau bonus untuk pekerja lapangan itu masuk upah lembur nggak ?
biasanya kan bonus itu dianggap "uang pisah" (maksudnya uang pisah ama
keluarga)
please advise. Thanks.

A Riziq

Dear Mbak Wida,

yang dimaksud hak lembur disini lembur wajib atau lembur karna kelebihan
jam kerja dari waktu yg sudah ditentukan?

Bagaimana dengan kami, kami bekerja dengan schedule kerja 2-1 tapi jam
kerja cuma 8 jam, sehingga tidak ada lembur (lembur wajib). apa pola jam
kerja seperti ini sesuai dengan undang-undang?

Terimakasih.

penk6

Setau saya sih untuk migas biasanya untuk orang lapangan diberlakukan
tidak ada uang lembur, tapi diganti dengan tunjangan lapangan. itu yang
berlaku di perusahaan tempat saya bekerja.

wida.ceriadevi

Pak Abu,

Saya coba jawab dari segi regulasi ya..

Kep Menaker&Trans No. KEP.234/MEN/2003 tentang waktu kerja dan istirahat


pada sektor usaha energi dan sumber daya mineral pada daerah tertentu

Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang melebihi:


- 7 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja, atau
- 8 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja.
Upah Kerja Lembur adalah upah yang harus dibayar kepada pekerja/buruh
yang melakukan pekerjaan lebih dari :
- 7 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 6 hari kerja, atau
- 8 jam/hari dan 40 jam/minggu untuk 5 hari kerja.
Jadi apabila jam kerja Bpk adalah 8 jam/hari dan tidak ada waktu kerja
lembur, maka tidak akan mendapat upah lembur.

Dan seperti yang dikatakan oleh Pak Steve, pekerja yang bekerja di lapangan
(Daerah tertentu : daerah operasi kegiatan perusahaan sektor Energi dan
Sumber Daya Mineral di daerah terpencil dan atau lepas pantai) pada
umumnya mendapatkan tunjangan lapangan.

Novan Arif Hidayat

Bapak/Ibu sekalian,

Melalui milis ini, saya mohon informasi tentang ketentuan baku, bisa dengan
referensi UU tenaga kerja Indonesia maupun standar ILO, yg mengatur
tentang besaran (formulasi) upah yang harus diberikan kepada pekerja jika si
pekerja melakukan kerja lembur (over time).

Terima kasih.

Administrator MIGAS

Jawaban dari salah seorang Moderator KBK Hukum Milis Migas Indonesia
Bapak Ardian Deny Sidharta – Soemadipradja & Taher (Counsellors at Law).

Pak Budhi Yth, Ini jawaban saya buat Pak Novan.

Pak Novan Yth,


Ketentuan tentang Upah Lembur diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.KEP-102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur
dan Upah Kerja Lembur (Kepmen 102/2004).

Dalam Kepmen 102/2004 tersebut antara lain diatur hal-hal sebagai berikut:
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40
jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam sehari dan 40
jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu atau waktu kerja pada hari
istirahat mingguan dalam 1 minggu dan atau pada hari libur resmi yang
ditetapkan Pemerintah.
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari
dan 14 jam dalam 1 minggu;
Besarnya Upah yang harus dibayarkan adalah 1 jam kerja lembur pertama,
upah yang harus dibayar adalah 1,5 kali upah se jam; Untuk setiap jam kerja
lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah se jam; Apabila
kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau libur resmi
maka penghitungan upah lemburnya adalah 2 kali upah lembur hari kerja
biasa; rumus penghitungan upah pe jam adalah 1/173 X upah sebulan.
Demikian Pak Novan, semoga berguna.

Administrator MIGAS

Setelah kemarin kita menerima jawaban dari Moderator KBK Hukum, hari ini
Moderator KBK SDM Milis Migas Indonesia Bapak Urip Sedyowidodo – PT.
Ceres urun rembuk memberikan masukannya. Semoga bermanfaat.

Waktu Kerja, Lembur, dan Perhitungan Upah Lembur

Para pembaca yang budiman,

Dibawah ini adalah penjelasan tentang Wak Kerja, Istirahat, sampai dengan
Lembur dan perhitungan Upah Lembur. Pertanyaan atau diskusi bisa kita
lakukan melalui email saya: urips@...

BAB WAKTU KERJA DAN WAKTU ISTIRAHAT

Pasal Waktu Kerja

(Undang-Undang Kerja No.01 th.1951)

(1) Pada prinsipnya waktu kerja adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu
sesuai dengan Undang -undang Kerja No. 01 th 1951 ps.10 ayat (1).

(2) Pembagian waktu kerja berdasarkan kebutuhan bagian atau dapat


diadakan penyimpangan dari ayat (1) tersebut diatas dengan terlebih dahulu
mendapat izin penyimpangan waktu kerja dari Kantor Dinas Tenaga Kerja
setempat.

(3) Apabila terdapat pekerjaan yang sifatnya terus menerus dan


memerlukan penyelesaian pada waktunya, maka waktu kerja perusahaan
ditetapkan dengan adanya penyimpangan dari ayat (1) tersebut diatas, yang
disesuaikan dengan izin penyimpangan waktu kerja dari Kantor Departemen
Tenaga Kerja.

(4) Dalam keadaan darurat, pengusaha dapat menempatkan seorang pekerja


untuk bekerja dalam setiap shift, atau memindahkan ke shift yang lain, atau
menukar shift, dengan memberitahukan hal tersebut kepada yang
bersangkutan pada saatnya.

Pasal Waktu Istirahat

(Undang-Undang No.01 th.1951 ps.10 ayat (2)


(1) Waktu istirahat selama 1 jam yang pelaksanaanya disesuaikan dengan
jadwal waktu kerja dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kelancaran kerja di setiap bagian.

(2) Waktu istirahat tidak termasuk kedalam jam kerja sebagaimana


dimaksud pada pasal 12 ayat (1) kesepakatan ini.

Pasal Kerja Lembur

(Undang-Undang No.01 th.1951 ps.12)

(1) Melaksanakan pekerjaan melebihi 7 jam sehari dan 40 jam seminggu,


dianggap sebagai kerja lembur.

(2) a) Kerja lembur tidak dianjurkan oleh pengusaha karena setiap pekerja
harus dapat menyelesaikan pekerjaannya selama jam kerja.

b) Khusus hari raya keagamaan, pada prinsipnya pihak pengusaha


memberikan kesempatan kepada seluruh pekerja untuk merayakannya dan
pengusaha tidak menekankan/mewajibkan untuk melaksanakan kerja lembur.

c) Kerja lembur dapat dilakukan apabila :

1. Dalam hal-hal darurat dan adanya pekerjaan yang jika tidak segera
diselesaikan akan membahayakan keselamatan dan kesehatan orang;

2. Adanya pekerjaan - pekerjaan yang jika tidak segera diselesaikan akan


menimbulkan kerugian bagi perusahaan atau dapat mengganggu kelancaran
jalannya perusahaan, termasuk ke dalamnya adalah tugas yang harus
dilaksanakan oleh petugas utility (pembangkit tenaga listrik, ketel uap),
penjaga keamanan dan sebagainya ;

3. Karena sifat pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan atau pengganti


pekerja dalam shift tidak datang lengkap;

4. Adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus segera diselesaikan menurut


pertimbangan pengusaha dengan memperhatikan kondisi pekerja.

(3) Pekerja yang ditugaskan sebagai penanggung jawab kerja lembur, wajib
memberikan laporan hasil kerja lembur tersebut dalam surat tugas kerja
lembur.

(4) Dalam hal seorang pekerja karena sesuatu alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tidak dapat melakukan kerja lembur, maka pekerja
yang bersangkutan harus segera memberitahukan hal tersebut kepada
atasannya.
(5) Dalam menugaskan kerja lembur, pengusaha akan berpedoman kepada
persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam izin penyimpangan waktu
kerjayang ditentukan oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Pasal Gaji lembur

(Undang-Undang No.01 th.1951)

(1) Yang dimaksud dengan gaji lembur adalah gaji yang dibayarkan
kepada pekerja yang telah bekerja “lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam
seminggu” - atau—khusus bagi pekerja wanita yang bekerja malam (shift
III), sesuai dengan persyaratan dalam Izin Kerja Malam Wanita yaitu :
“lebih dari 6 jam sehari dan 36 jam seminggu”.

(2) Cara perhitungan gaji lembur adalah sebagai berikut :

a) Pada hari kerja biasa sedikit-dikitnya dibayarkan :

1. untuk jam pertama : 1 ½ x gaji sejam;

2. untuk jam kedua dan seterusnya : 2 x gaji sejam.

b) pada hari raya resmi/hari libur mingguan, sedikit- dikitnya dibayarkan :

1. untuk setiap jam dalam batas 7 jam, atau 5 jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 hari
kerja seminggu : 2 x gaji sejam;

2. untuk jam pertama selebihnya dari 7 jam, atau 5 jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 hari
kerja seminggu : 3 x gaji sejam ;

3. untuk jam kedua dan seterusnya : 4 x gaji sejam.

(3) Yang dimaksud dengan gaji sejam bagi :

a) pekerja yang menerima gaji borongan adalah 1/7 x gaji rata-rata


sehari;

b) pekerja harian lepas yang menerima gaji harian adalah 6/40 x gaji
sehari;

c) pekerja yang menerima gaji bulanan adalah 1/173 x gaji sebulan.

(4) Pekerja yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas dinas luar kota tidak
diberikan gaji lembur
(5) Ketentuan-ketentuan lainnya perihal pembayaran gaji lembur akan
mengikuti persyaratan yang ditentukan dalam Izin Penyimpangan Waktu
Kerja dari Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Novan Arif Hidayat

Bapak & ibu sekalian,

Nampaknya UU & Kepmen mengenai upah lembur baik yg th 2004 (kiriman


KBK Hukum) dan th 1951 (kiriman KBK SDM), memang seharusnya menjadi
karyawan yg mendapatkan perintah lembur. Namun demikian, tidak
dipungkiri, bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tidak
menerapkannya. Bahkan, kita (karyawan), "hooh" (baca: mau saja) ketika di
awal kontrak kerja disodori informasi bahwa "Lembur tidak dibayar" atau
"Lembur hanya mendapatkan kompensasi "meal & transport allowance".
Inilah salah satu problem lemahnya posisi tawar seorang karyawan. Lalu
apakah, dibenarkan oleh UU maupun Kepmen, apabila karyawan melakukan
tuntutan kepada Perusahaan melalui Depnaker (misalnya) untuk mengubah
kebijakan internal perusahaan yang dinilai menyalahi aturan ketenagakerjaan
yg berlaku?..
Mohon pencerahannya..

budhimulia nasution

Saya pikir iniadalah salah satu PR bagi para pengambil keputusan di dunia
kerja oil & gas, inclusive dan exclusive, yang membaca milis migas ini. Ini
sudah general dimana-mana di Indonesia, bahwa pihak karyawan adalah
bagian yang paling lemah. Dipaksa harus nrimo saja apa yang berikan walau
melanggar haknya.
Apa dong yang bisa kita lakukan untuk memberdayakan karyawan yang
lemah posisi tawarnya dan disemena-menakan. Suara-suara seperti ini harus
didengarkan, untuk dapat memajukan kinerja bangsa ini. Dalam arti setiap
keluhan-keluhan yang diajukan oleh anak bangsa ini hendaklah di follow up,
di take action – tentu dengan bukti-bukti yang kuat. Kita buat standar yang
betul-betul rigid, sehingga company tidak bisa bermain dan berkelit dalam
aturan yang ngambang. Sudah selayaknya juga kita buat association yang
profesional dan memiliki power untuk menggagalkan kesewenang-wenangan
company. Bisa nggak kita buat dalam waktu yang tidak lama lagi, jika kita
melaporkan kecurangan suatu perusahaan, mereka menggigil ketakutan
bukannya terkekeh-kekeh mendengar laporan tsb. seperti saat ini? Itu semua
harus dimulai. Kita perbuatlah perubahan itu walau pun dalam skala yang
kecil. Kita buat kerja kita dgn 'mujahadah', bersungguh-sungguh (itulah
susahnya), kalau buat audit atau inspeksi, auditlah betul-betul, jgn baru
disodorin selembar sudah tutup mata saja. Karyawan pun tunjukkanlah
profesionalitas dan kinerjanya, jangan kerja dikit, sudah ngular, kerja sejam
dibuat lima jam, kalau dicurangin minta protect.
Kita buat setiap orang menyegani rule & regulation (nggak usah sampai
ditakuti) dan menjalankan regulation yang berlaku., jika itu terjadi, saya pikir
kita siap disejajarkan sebagai bangsa kelas dunia.

Note : I'm rejected all pesimistic clause regarding this matter. Sure you can
do.

Dirman Artib

Pak Budhimulia dan rekan-rekan,


Tidaklah semua harus distandarkan. Ada yg harus tunduk kepada hukum
"demand and supply". Kalau ada kumpeni yg curang, apalagi dengan
mengakal-akali upah lembur karyawan.......ya wis ditinggalin aja tuh kumpeni.
Tapi yg lebih penting adalah sebelum kita menyetujui agreement, janganlah
merencanakan income dari upah lembur. Lembur anggaplah kondisi
emergency karena sebuah accident dari kurangnya perencanaan (ah
teori...!).

Ssstttt........kumpeni juga susah lho nyari "man power", coba aja hitung
berapa biaya untuk merekrut seorang process engineer, misalnya ? Bisa-bisa
tuh duit habis buat ngerekrut karyawan yg keluar masuk. Di akhir tahun akan
ketahuan bahwa perusahaan rugi akibat biaya "peoples come and go" .yang
jauh melebihi biaya upah lembur.

Yg lebih baik untuk distandarisasi dan diatur justru yg berhubungan dengan


"Man's Quality". Misalnya dalam persyaratan-persyaratan merealisasikan
produk misalnya pressure vessel pada fase design harus melibatkan seorang
Senior Mechanical Engineer dengan pengalaman bidang design pressure
vessel minimal 12 tahun, terlibat mendesign minimal 20 vessel, terakhir
terlibat proyek yg sama minimal 2 tahun, telah mengunyah-ngunyah ASME
ini dan itu sampai terasa pahit dan manisnya, dll. Nah kalo ada seorang
senior engineer spt. ini, lalu kalau keluar kumpeni mau nyari kemana
kandidat pengganti ?

Tapi juga menjadi fakta lho,.... kalo misalnya management (baca : para
manager) nggak peduli tentang bagaimana besarnya biaya gonta-ganti
orang, yang jelas dia juga mikir bahwa kalo nanti hal ini diidentifikasi yg jadi
penyebab perusahaan dan proyek rugi dan itu artinya performance gue
sangat jelek.........ya gue juga pindah kumpeni (he..he..he..).

Makanya pemilik perusahaan harus hati-hati cari manager, jangan sampai


management perusahaan dimanage oleh bukan yg bermental manager
(susah juga ya ?).

Donny Agustinus

Rekan-rekan MIgas,
Pertanyaan sebenarnya adalah kenapa harus ada yang namanya Lembur
atau Overtime?

Misalnya ketika mengajukan Tender, Sebuah EPC Company biasanya sudah


memperhitungkan berapa jumlah man-hour yang diperlukan untuk
mengerjakan project tersebut, yang kalau di break-down lagi, akan ketahuan
berapa man-hour sebennarnya diperlukan untuk mengerjakan sebuah
pekerjaan.

Idealnya, memang, dapat dihitung kebutuhan man-power untuk mengerjakan


pekerjaan tersebut, sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jika standard
waktu kerja normal adalah 40 jam, maka, sekali lagi, idealnya, sudah bisa
diperkirakan berapa man-power yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut pada waktunya. Sehingga ada namanya "Man Power
Planning".

Dengan kata lain, dari awal sudah diketahui apakah dibutuhkan lembur atau
cukup lah kerja dengan jam yang normal dengan jumlah man-power yang
cukup.
Dan lagi, biasanya, setiap orang sudah dialokasikan berapa man-hour yang
bisa dia spend selama masa project tersebut.

Para manager umumnya berusaha menyimpan man-hour untuk beberapa


alasan seperti cadangan man-hour jika dikemudian ada pengulangan
pekerjaan, dan juga jika dia bisa saving man-hour, maka minimal prestasinya
kelihatanlah, sehingga ujung-ujung nya para engineer dan bawahannya
dipaksa bekerja lebih efisien dan sebisa mungkin mengurangi lembur.

Tapi dalam kenyataanya, hampir selalu terjadi lembur yang menuju ke over-
run budget/man-hour. Saya melihatnya nggak Cuma di Indonesia, di
perusahaan kelas dunia pun, masalah over-run selalu menghantui.

Cuma untuk Indonesia, over-run mungkin hanya akan kelihatan di total man-
hour, tapi tidak di total uang yang keluar. Karena, gaji kita di Indonesia kan
dalam rupiah, sedangkan invoice ke Client biasanya dalam US Dollar. Jadi
walaupun secara man-hour sudah jebol, tapi biasanya secara rupiah sih
perusahaan nggak begitu terpengaruh (CMIIW).

Lain kalau di luar negeri. Karena gaji mereka sudah dalam currency yang
sama, maka begitu over-run, sudah langsung di wanti-wanti.

Kalau bicara soal lembur, berarti adalah tambahan waktu berada dikantor
yang otomatis mengurangi waktu bersama keluarga. Walaupun
kompensasinya adalah tambahan duit.

Satu hal yang menarik, bagi rekan kerja kita di negara Eropa, lembur,
katanya, sepertinya sudah nggak begitu diminati lagi. Sabtu – Minggu adalah
waktu bersama keluarga. Hampir bisa dikatakan nggak ada yang mau lembur
pada hari tersebut. Bahkan Dokter pun nggak mau praktek hari sabtu
minggu, kecuali di ER.

Anda mungkin juga menyukai