Myrna Zachraina
apakah keputusan menteri tenaga kerja no. 234 menganut azas yang sama
dengan keputusan menteri tenaga kerja no. 102 (2-2nya ttg lembur ) bahwa
karyawan dengan golongan upah yang lebih tinggi dan tanggung jawab yang
lebih besar tidak mendapatkan upah lembur?
atau semua pekerja sektor migas di daerah tertentu berhak atas upah
lembur?
wida.ceriadevi
Setahu saya, yang terjadi di sektor Migas mengacu kepada Kep MenakerTrans
No.KEP.102/MEN/VI/2004 (CMIIW).
Semoga dapat membantu.
ARSIP 2005
Kalau bonus untuk pekerja lapangan itu masuk upah lembur nggak ?
biasanya kan bonus itu dianggap "uang pisah" (maksudnya uang pisah ama
keluarga)
please advise. Thanks.
A Riziq
yang dimaksud hak lembur disini lembur wajib atau lembur karna kelebihan
jam kerja dari waktu yg sudah ditentukan?
Bagaimana dengan kami, kami bekerja dengan schedule kerja 2-1 tapi jam
kerja cuma 8 jam, sehingga tidak ada lembur (lembur wajib). apa pola jam
kerja seperti ini sesuai dengan undang-undang?
Terimakasih.
penk6
Setau saya sih untuk migas biasanya untuk orang lapangan diberlakukan
tidak ada uang lembur, tapi diganti dengan tunjangan lapangan. itu yang
berlaku di perusahaan tempat saya bekerja.
wida.ceriadevi
Pak Abu,
Dan seperti yang dikatakan oleh Pak Steve, pekerja yang bekerja di lapangan
(Daerah tertentu : daerah operasi kegiatan perusahaan sektor Energi dan
Sumber Daya Mineral di daerah terpencil dan atau lepas pantai) pada
umumnya mendapatkan tunjangan lapangan.
Bapak/Ibu sekalian,
Melalui milis ini, saya mohon informasi tentang ketentuan baku, bisa dengan
referensi UU tenaga kerja Indonesia maupun standar ILO, yg mengatur
tentang besaran (formulasi) upah yang harus diberikan kepada pekerja jika si
pekerja melakukan kerja lembur (over time).
Terima kasih.
Administrator MIGAS
Jawaban dari salah seorang Moderator KBK Hukum Milis Migas Indonesia
Bapak Ardian Deny Sidharta – Soemadipradja & Taher (Counsellors at Law).
Dalam Kepmen 102/2004 tersebut antara lain diatur hal-hal sebagai berikut:
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari dan 40
jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam sehari dan 40
jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu atau waktu kerja pada hari
istirahat mingguan dalam 1 minggu dan atau pada hari libur resmi yang
ditetapkan Pemerintah.
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari
dan 14 jam dalam 1 minggu;
Besarnya Upah yang harus dibayarkan adalah 1 jam kerja lembur pertama,
upah yang harus dibayar adalah 1,5 kali upah se jam; Untuk setiap jam kerja
lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 kali upah se jam; Apabila
kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau libur resmi
maka penghitungan upah lemburnya adalah 2 kali upah lembur hari kerja
biasa; rumus penghitungan upah pe jam adalah 1/173 X upah sebulan.
Demikian Pak Novan, semoga berguna.
Administrator MIGAS
Setelah kemarin kita menerima jawaban dari Moderator KBK Hukum, hari ini
Moderator KBK SDM Milis Migas Indonesia Bapak Urip Sedyowidodo – PT.
Ceres urun rembuk memberikan masukannya. Semoga bermanfaat.
Dibawah ini adalah penjelasan tentang Wak Kerja, Istirahat, sampai dengan
Lembur dan perhitungan Upah Lembur. Pertanyaan atau diskusi bisa kita
lakukan melalui email saya: urips@...
(1) Pada prinsipnya waktu kerja adalah 7 jam sehari dan 40 jam seminggu
sesuai dengan Undang -undang Kerja No. 01 th 1951 ps.10 ayat (1).
(2) a) Kerja lembur tidak dianjurkan oleh pengusaha karena setiap pekerja
harus dapat menyelesaikan pekerjaannya selama jam kerja.
1. Dalam hal-hal darurat dan adanya pekerjaan yang jika tidak segera
diselesaikan akan membahayakan keselamatan dan kesehatan orang;
(3) Pekerja yang ditugaskan sebagai penanggung jawab kerja lembur, wajib
memberikan laporan hasil kerja lembur tersebut dalam surat tugas kerja
lembur.
(4) Dalam hal seorang pekerja karena sesuatu alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan tidak dapat melakukan kerja lembur, maka pekerja
yang bersangkutan harus segera memberitahukan hal tersebut kepada
atasannya.
(5) Dalam menugaskan kerja lembur, pengusaha akan berpedoman kepada
persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam izin penyimpangan waktu
kerjayang ditentukan oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
(1) Yang dimaksud dengan gaji lembur adalah gaji yang dibayarkan
kepada pekerja yang telah bekerja “lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam
seminggu” - atau—khusus bagi pekerja wanita yang bekerja malam (shift
III), sesuai dengan persyaratan dalam Izin Kerja Malam Wanita yaitu :
“lebih dari 6 jam sehari dan 36 jam seminggu”.
1. untuk setiap jam dalam batas 7 jam, atau 5 jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 hari
kerja seminggu : 2 x gaji sejam;
2. untuk jam pertama selebihnya dari 7 jam, atau 5 jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 hari
kerja seminggu : 3 x gaji sejam ;
b) pekerja harian lepas yang menerima gaji harian adalah 6/40 x gaji
sehari;
(4) Pekerja yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas dinas luar kota tidak
diberikan gaji lembur
(5) Ketentuan-ketentuan lainnya perihal pembayaran gaji lembur akan
mengikuti persyaratan yang ditentukan dalam Izin Penyimpangan Waktu
Kerja dari Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
budhimulia nasution
Saya pikir iniadalah salah satu PR bagi para pengambil keputusan di dunia
kerja oil & gas, inclusive dan exclusive, yang membaca milis migas ini. Ini
sudah general dimana-mana di Indonesia, bahwa pihak karyawan adalah
bagian yang paling lemah. Dipaksa harus nrimo saja apa yang berikan walau
melanggar haknya.
Apa dong yang bisa kita lakukan untuk memberdayakan karyawan yang
lemah posisi tawarnya dan disemena-menakan. Suara-suara seperti ini harus
didengarkan, untuk dapat memajukan kinerja bangsa ini. Dalam arti setiap
keluhan-keluhan yang diajukan oleh anak bangsa ini hendaklah di follow up,
di take action – tentu dengan bukti-bukti yang kuat. Kita buat standar yang
betul-betul rigid, sehingga company tidak bisa bermain dan berkelit dalam
aturan yang ngambang. Sudah selayaknya juga kita buat association yang
profesional dan memiliki power untuk menggagalkan kesewenang-wenangan
company. Bisa nggak kita buat dalam waktu yang tidak lama lagi, jika kita
melaporkan kecurangan suatu perusahaan, mereka menggigil ketakutan
bukannya terkekeh-kekeh mendengar laporan tsb. seperti saat ini? Itu semua
harus dimulai. Kita perbuatlah perubahan itu walau pun dalam skala yang
kecil. Kita buat kerja kita dgn 'mujahadah', bersungguh-sungguh (itulah
susahnya), kalau buat audit atau inspeksi, auditlah betul-betul, jgn baru
disodorin selembar sudah tutup mata saja. Karyawan pun tunjukkanlah
profesionalitas dan kinerjanya, jangan kerja dikit, sudah ngular, kerja sejam
dibuat lima jam, kalau dicurangin minta protect.
Kita buat setiap orang menyegani rule & regulation (nggak usah sampai
ditakuti) dan menjalankan regulation yang berlaku., jika itu terjadi, saya pikir
kita siap disejajarkan sebagai bangsa kelas dunia.
Note : I'm rejected all pesimistic clause regarding this matter. Sure you can
do.
Dirman Artib
Ssstttt........kumpeni juga susah lho nyari "man power", coba aja hitung
berapa biaya untuk merekrut seorang process engineer, misalnya ? Bisa-bisa
tuh duit habis buat ngerekrut karyawan yg keluar masuk. Di akhir tahun akan
ketahuan bahwa perusahaan rugi akibat biaya "peoples come and go" .yang
jauh melebihi biaya upah lembur.
Tapi juga menjadi fakta lho,.... kalo misalnya management (baca : para
manager) nggak peduli tentang bagaimana besarnya biaya gonta-ganti
orang, yang jelas dia juga mikir bahwa kalo nanti hal ini diidentifikasi yg jadi
penyebab perusahaan dan proyek rugi dan itu artinya performance gue
sangat jelek.........ya gue juga pindah kumpeni (he..he..he..).
Donny Agustinus
Rekan-rekan MIgas,
Pertanyaan sebenarnya adalah kenapa harus ada yang namanya Lembur
atau Overtime?
Dengan kata lain, dari awal sudah diketahui apakah dibutuhkan lembur atau
cukup lah kerja dengan jam yang normal dengan jumlah man-power yang
cukup.
Dan lagi, biasanya, setiap orang sudah dialokasikan berapa man-hour yang
bisa dia spend selama masa project tersebut.
Tapi dalam kenyataanya, hampir selalu terjadi lembur yang menuju ke over-
run budget/man-hour. Saya melihatnya nggak Cuma di Indonesia, di
perusahaan kelas dunia pun, masalah over-run selalu menghantui.
Cuma untuk Indonesia, over-run mungkin hanya akan kelihatan di total man-
hour, tapi tidak di total uang yang keluar. Karena, gaji kita di Indonesia kan
dalam rupiah, sedangkan invoice ke Client biasanya dalam US Dollar. Jadi
walaupun secara man-hour sudah jebol, tapi biasanya secara rupiah sih
perusahaan nggak begitu terpengaruh (CMIIW).
Lain kalau di luar negeri. Karena gaji mereka sudah dalam currency yang
sama, maka begitu over-run, sudah langsung di wanti-wanti.
Kalau bicara soal lembur, berarti adalah tambahan waktu berada dikantor
yang otomatis mengurangi waktu bersama keluarga. Walaupun
kompensasinya adalah tambahan duit.
Satu hal yang menarik, bagi rekan kerja kita di negara Eropa, lembur,
katanya, sepertinya sudah nggak begitu diminati lagi. Sabtu – Minggu adalah
waktu bersama keluarga. Hampir bisa dikatakan nggak ada yang mau lembur
pada hari tersebut. Bahkan Dokter pun nggak mau praktek hari sabtu
minggu, kecuali di ER.