Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu cabang ilmu dalam ranah pendidikan, baik dari mulai tingkat SD
(Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan sampai
tingkat Perguruan Tinggi. Dimana Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sangat penting didalamnya.
Dengan Bahasa Indonesia sebagai kalangan terpelajar kita diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selain
itu, Bahasa Indonesia menjadi bagian penting dalam terciptanya suatu karya ilmiah karena didalamnya
banyak menjelaskan aturan-aturan, sistematika-sistematika dan kaidah-kaidah penulisannya.
Adapun dalam perencanaan dan pelaksanaan terkait mata kuliah Bahasa Indonesia, dalam diskusi yang
telah berlangsung selama 4 (empat) pertemuan yang lalu telah dibahas mengenai Keterampilan
Berbahasa yang meliputi: Keterampilan Membaca, Keterampilan Menyimak, Keterampilan Berbicara dan
Keterampilan Menulis. Dimana dalam diskusi tersebut mahasiswa dan mahasiswi harus mampu
memberikan solusi dari masalah-masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis yaitu agar pembaca mengerti ataupun mengetahui
keterampilan berbahasa yang baik dan benar yang meliputi keterampilan menyimak, membaca,
berbicara, dan mengaktualisasikan keterampilan ekspresi lisan dan ekspresi tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas
dan Bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai Bahasa dalam menulis, membaca, menyimak
atau berbicara.Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya,
karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap
pelajaran dan memahami suatu maksud. Tarigan (1990: 351) membagi keterampilan berbahasa meliputi
empat aspek.
a. Keterampulan Menyimak
b. Keterampilan Berbicara
c. Keterampilan Membaca
d. Keterampilan Menulis
Setiap ketrampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketrampilan lainnya dengan cara yang beraneka
ragam. Dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang
terakhir: mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita
membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan
membaca dan menulis dipelajari disekolah. Keempat ketrampilan tersebut pada dasarnya merupakan
satu kesatuan yang disebut caturtunggal.
Selanjutnya, setiap ketrampilan itu erat pula hubungannya dengan proses berpikir yang mendasari
bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin trampil seseorang berbahasa, semakin
cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ketrampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai denga jalan
praktik dan banyak latihan. Melatih ketrampilan berbahasa berarti pula melatih ketrampilan berpikir
(Dawson {et all}, 1963; Tarigan, 1985b:1).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Menyimak adalah Mendengarkan (memperhatikan) baik-baik
apa yang diucapkan atau dibaca orang. Sedangkan berbicara berkata, bercakap, berbahasa. Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua secara langsung, merupakan komunikasi tatap muka
atau face to face communication (Brooks, 1964:134).
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat hubungan ini terdapat pada hal-hal
berikut:
a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu, model
atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan serta
kecakapan berbicara.
b) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang
(stimuli) yang ditemuinya (misalnya, kehidupan desa dan kota) dan kata-kata yang paling banyak
memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya.
c) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat tempatnya
hidup. Hal ini terlihat dalam ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaankata-kata pola-pola kalimatnya.
d) Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit
ketimbang kaimat-kalimat yang dapat diucapkannya.
f) Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalampeningkatan cara pemakaian kata-kata sang anak.
Oleh karena itu, sang anak akan tergolong kalau dia mendengar serta menyimak ujaran-ujaran yang baik
dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-
lain.
g) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi
yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang didengar serta
disimaknya (Dawson [et all], 1963: 29; Tarigan 1985:2).
Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan serta persamaan dan perbedaan antara
yang menyimak dan berbicara yaitu:
Langsung
Apresiatif
Reseptif
Fungsional
Tatap muka
Dua arah
Langsung
Produktif
Berbicara
Ekspresif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang
tertulis, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Menyimak dan membaca mempunyai persamaan,
kedua-duanya bersifat receftif, bersifat menerima (Brooks, 1964: 134), perbedaannya menyimak
menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.
Agar mendapat gambaran yang lebih jelas, perhatikan bagan berikut ini.
Menyimak
Membaca
Keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang dalam belajar
membaca secara efektif. Penelitian para pakar atau ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan
antara membaca dan menyimak, sebagai beikut.
a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang guru melalui bahasa
lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak denga pemahaman sangat penting sekali.
b) Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi peajaran lisan (verbalized learning), selama
tahun-tahun permulaan sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca
haruslah meneruskan pelajarannya dikelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak menyimak daripada
membaca.
c) Walaupun menyiimak pemahaman (listening komprehension) lebih unggul dari pada membaca
pemahaman (reading komprehension) anak-anak sering gagal memahaminya, dan tetep menyimpan,
memakai menguasai sejumlah pakta yang mereka dengar atau mereka simak. d) Oleh karene itu, para
siswa membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih tertutup lagi agar, hasil
pengajaran itu lebih baik.
e) Kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-
kesukaran dalam belajara membaca secara baik.
f) Bagi para siswa yang lebih besar atau yang ebih tinggi kelasnya korelasi antara kosa kata baca dan
kosa kata simak (reading vocabulary dan lestening vocabulary) memang sangat tinggi mungkin 80 % atau
lebih.
g) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubungkan dengan membaca
yang tidak efektif dan mungkin suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan
membaca (poor reading).
h) Menyimak turut membantu sang anak untuk menaggap ide pokok atau gagasan utama yang diajuka
oleh sang pembaca.
1.) Untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktur kata lisan 1.)
Mempergunakan cuplikan-cuplikan yang mengandung kata-kata yang bersajak.
2.) Untuk memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata, atau ide-ide baru kepada penyimak. 2.) Membaca
nyaring, langsung, atau buatan. Dalam hal ini rekaman dapat digunakan.
3.) Menyimak secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan menanggapinya secara
tepat. 3.) Sesudah menyimak, menunjukan ide pokok beserta detail-detail yang terpancar darinya.
4.) Menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topic atau kalimat penunjuk. 4.) Memahami
kalimat penunjuk itu terjadi dalam posisi yang beraneka ragam.
Berbicara ialah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa, berbicara merupakan proses
penuangan gagasan dalam bentuk ujaran- ujaran. Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan
adanya hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca.
Telaah-telaah tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut
melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pelajaran
membaca. Kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan
beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembedaan-
pembedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan suatu
cerita. Selain itu juga, menghubungkan aneka kejadian dalam urutan yang wajar.
Aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui dalam beberapa
telaah penelitian, antara lain:
a) Pemforma atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan.
b) Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf mungkin sekali mengganggupelajaran
membaca bagi anak-anak.
c) Jika pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca,
membaca bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya turut membantu meningkatkan Bahasa lisan
mereka, misalnya: kesadaran linguistik mereka terhadap kata-kata baru atau istilah-istilah baru, struktur
kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.
d) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andai kata muncul
kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, hendaklah sang guru mendiskusikan dengan siswa agar
mereka memahami maknanya sebelum mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai
membacanya (Dawson [et all], 1963: 30; Tarigan, 1985b: 4).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ekspresi merupakan pengungkapan atau proses menyatakan
maksud dan gagasan perasaan. Kemudian kata lisan diartikan sebagai lidah, kata-kata yang diucapkan
dan berkenaan dengan kata yg diungkapkan. Serta kata tulis merupakan huruf (angka dan sebagainya)
yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena(pensil,cat dan sebagainya). Jadi dapat diketahui
bahwa ekspresi lisan adalah pengungkapan yang di implementasikan melalui perkataan maupun
ungkapan secara langsung. Kemudian ekspresi tulis adalah pengungkapan yang di implementasikan
melalui mediumisasi huruf ataupun angka (tulisan).
Pada dasarnya komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali hubungannya karena keduanya
mempunyai banyak kesejajaran bahkan kesamaan, antara lain:
a) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis, sedangkan kosa kata, pola-pola kalimat,
serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis
berikutnya.
b) Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancar, biasanya dapat pula menuliskan pengalaman-
pengalaman pertamanya secara tepat tanpa didahului diskusi lisan. Akan tetapi, dia masih perlu
membicarakan ide-ide rumit yang diperolehnya dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suau
uraian, menjelaskan suatu nproses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang secara pribadi
belum pernah dialaminya), maka dia mengambil pelajaran dari suatu diskusi kelompok pendahuluan.
Dengan demikian, dia dapat mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan, memperbaiki inpersi atau
kesan-kesan yang keliru, serta mengatur ide-idenya sebelum dia menulis sesuatu.
c) Aneka perbedaan pun terdapat antara komunikasi lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung
kea rah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetapi, tetapi biasanya lebih kacau serta
membingungkan ketimbang ekspresi tulis. Sebaliknya, komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi
pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya Bahasa, dan jauh lebih teratur dalam
penyajian ide-ide.sang penulis biasanya telah memikirkan dalam setiap kalimat sebelum ia menulis
naskahnya.
d) Membuat catatan serta merakit bagan atau kerangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu
pembicaraan akan menolong para siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para
pendengaran. Para siswa harus banyak latihan berbicara dan belajar berbicara dan belajar berbicara
yang bersumber dari catatan-catatan. Hal itu dilakukan dilakukan agara penyajiannya jangan terputus-
putus dan tertegun-tegun.
Demikianlah, para guru Bahasa haruslah melihat instruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat
dan wajar. Sang guru harus melihat bahwa pengajaran menyimak, berbicara, dan menulis itu haruslah
saling berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang keempat, yaitu
membaca. Memang pada dasarnya harus selalu mengingat dan menyadari “learning is an intregated
thing”. (Dawson [et all], 1963: 30-2; Tarigan, 1985b: 5-6).
Menyimak dan membaca berhubungan erat sebagai alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan
menulis berhubungan erat dalam hal mengekspresikan makna. Seorang mahasiswa membuat catatan
ketika dia menyimak atau membaca. Seorang pembicara menafsirkan rspons pendengar terhadap
suaranya sendiri. Dalam percakapan, jelas terlihat bahwa berbicara dan menyimak hamper-hampir
merupakan proses yang sama (Anderson, 1972: 3).
Adapun gambaran yang lebih jelas mengenai keempat jenis keterampilan berbahasa tersebut serta
hubungannya satu dan lainnya yaitu sebagai berikut:
Langsung apresiatif reseptif fungsional menyimak Komunikasi tatap muka berbicara Langsung produktif
ekspresif
Keterampilan berbahasa
Tidak langsung produktif ekspresif Menulis Komunikasi tidak tatap muka Membaca Tidak langsung
apresiatif reseptif fungsional
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengaktualisasikan keterampilan Bahasa yaitu antara lain:
A. Keterampilan Membaca
1) Pemahaman
3) Konsentrasi
4) Menentukan inti
6) Gerak bibir
8) Motivasi
B. Keterampilan Berbicara
1) Kepercayaan diri
3) Penguasaan materi
5) Topic/ materi
6) Penampilan
8) Pengetahuan
C. Keterampilan Menyimak
1) Konsentrasi
2) Pemahaman
6) Mendengar
7) Motivasi
8) Jenis-jenis menyimak
Menurut Dawson dalam Tarigan, jenis menyimak dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
menyimak ekstensif dan menyimak intensif.
D. Keterampilan Menulis
1) Motivasi
3) Kecepatan
4) Tidak berbicara
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Berbahasa merupakan hal yang penting
bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan
lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud. Keterampilan berbahasa
meliputi beberapa aspek, yaitu:
1. Keterampulan menyimak
2. Keterampilan berbicara
3. Keterampilan membaca
4. Keterampilan menulis
DAFTAR PUSTAKA
Anderson: Paul S.: 1972. Language Skill in Elementary Education. New York: Macmillan Publishing Co.,
Inc.
Brooks; Nelson: 1964. Language and Language Learning. New York: Harceurt, Brace and World, Inc.
Dawson; Mildred A. (et.al.): 1963. Guiding Language Learning. New York: Harcourt. Brace & World, Inc.
Tarigan; HenryGuntur 2008: Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.