KETERAMPILAN MENYIMAK
DOSEN :
Wawan Wardiman S.Pd.I. M,Pd.I
DISUSUN OLEH :
Nurul Ainun - 105331105521
Amikra - 105331104621
Nur Aling - 105331104121
Shalawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada baginda Nabiullah
Nabi Muhammad SAW. Dimana atas perjuangan beliau kita akhirnya keluar
dari zaman kebodohan menuju zaman peradaban, semoga kelak kita semua bisa
mendapatkan syafaat dari Beliau. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah kami di semester satu tahun ajaran 2021/2022 dengan judul
makalah yaitu “Keterampilan Meyimak”. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Pak Wawan Wardiman S.Pd, M.Pd selaku dosen di mata kuliah
saat ini yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sebagai penulis.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
kami sadar hal itu perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca bersifat konstruktif, kami berharap semoga gagasan ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya dalam ranah pendidikan.
Kelompok I
A.
DAFTAR ISI
B.
Bab Satu
PENDAHULUAN
C.
Bab Dua
PEMBAHASAN
D. MENYIMAK
Dalam bab ini secara berturut-turut dan agak teperinci akan dibicarakan bahasan dan
pengertian menyimak, tahap-tahap kegiatan menyimak, aneka ragam menyimak, fungsi,
tujuan, dan hakikat menyimak. Selain itu dibahas juga proses menyimak, kemampuan
menyimak para siswa SD, dan hal-hal yang perlu disimak.
KETERAMPILAN BERBAHASA
Memang tidak dapat disangkal bahwa di atas bumi ini terdapat banyak telinga yang
kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak.
Sampai-sampai Nabi Yeremia mengeluh karena jemaatnya banyak yang mempunyai mata
tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga tetapi tidak mendengar". (Yeremia 5:21).
Dari nukilan-nukilan di atas dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan antara mendengar dan
menyimak. Dalam bahasa Inggris, padanan kata mendengar adalah to hear, sedangkan
padanan kata menyimak adalah to listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing masing
hearing dan listening.
TAHAP-TAHAP MENYIMAK
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa sekolah dasar,
Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak
berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat
dilukiskan sebagai berikut:
1) menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2) menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapatgangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
3) setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang
anak;
4) menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal
yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;
5) menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian
secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang
pembicara yang menarik hatinya saja;
6) menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan
yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap
pesan yang disampaikan sang pembicara;
7) menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar
ataupun mengajukan pertanyaan;
8) menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang
pembicara;
9) menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan
gagasan sang pembicara (Strickland, 1957: (Dawson [et all], 1963:154).
Untuk memperluas cakrawala kita mengenai tahap-tahap menyimak ini baiklah kita
cari sumber lain. Ada pakar lain yang mengemukakan adanya 7 tahapan dalam
menyimak.
1) Isolasi: Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek aspek individual kata
lisan dan memisah misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-
fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainnya.
2) identifikasi:Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna
atau identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
3) Integrasi: Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita
dengar dengan informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak
kita. Oleh karena itulah, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini.
Kalau proses menyimak berlangsung, kita harus terlebih dahulu harus
mempunyai beberapa latar belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok
pesan tertentu. Kalau kita tidak memiliki bahan penunjang yang dapat
dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang baru itu, jelas kegiatan
menyimak itu akan menemui kesulitan atau kendala.
4) Inspeksi: Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan
dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal
tersebut. Proses ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi
baru justru menunjang prasangka atau prakonsepsi
kita. Akan tetapi, kalau informasi baru itu bertentangan dengan ide-ide kita
sebelumnya mengenai sesuatu, kita harus mencari serta memilih hal-hal
tertentu dari informasi itu yang lebih mendekati kebenaran
5) Interpretasi: Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita
dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulai
menolak dan menyetujui serta mengakui dan mempertimbangkan informasi
tersebut dengan sumber-sumbernya.
6) Interpolasi: Selama tidak ada pesan yang membawa makna dalam dan
memberi informasi, tanggung jawab kitalah untuk menyediakan serta
memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan
dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan
yang kita dengar.
7) Introspeksi: Dengan cara merefleksikan dan menguji informasi baru, kita
berupaya untuk mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya
pada situasi kita sendiri (Hunt; 1981: 18-9).
RAGAM MENYIMAK
TUJUAN MENYIMAK
(1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari
bahan ujaran pembicara; dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.
(2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari
materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam
bidang seni); pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.
(3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapa menilai sesuatu yang dia simak
itu (baik-buruk, indah-jelek tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, di
menyimak untuk mengevaluasi.
(4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang
disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog,
diskusi panel, dan perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi
simakan.
(5) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan
bahan penting dan sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.
(6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan
bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang
tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar
bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
PROSES MENYIMAK
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses
menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain: (1) Tahap Mendengar; dalam tahap
ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam
ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hear ing.
Tahap Memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.
Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia
ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang
terdapat dan tersirat dalam ujaran itu; dengan demikian, sang penyimak telah
tiba pada tahap interpreting.
Tahap Mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan demikian, sudah
sampai pada tahap evaluating.
Tahap Menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan
menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya. Lalu, penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi
(responding). (Logan (et all], 1972: 39; Loban [et all], 1969: 243).
Khusus mengenai bahasa, terlebih bahasa asing, kita harus mampu mengenal serta
memahami hal-hal berikut ini:
1) bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingtif bahasa yang bersangkutan,
dan pada akhirnya variasi-variasi fonem yang bersifat personal atau dialek
seperti dipakai atau diucapkan oleh beberapa pembicara asli, penduduk
pribumi;
2) urutan-urutan bunyi beserta pengelompokan-pengelompokannya; panjangnya
jeda; pola-pola intonasi;
3) kata-kata tugas beserta perubahan-perubahan bunyi sesuai dengan posisinya di
depan kata-kata lain, (misalnya a boy, an animal; the/ /boy, the/di/apple dalam
bahasa Inggris;
4) infeksi-infeksi untuk menunjukkan jamak, waktu, milik, dan sebagainya;
5) perubahan-perubahan bunyi dan pertukaran-pertukaran fungsi yang
ditimbulkan oleh derivasi, misalnya adil, keadilan,pengadilan, mengadili, dan
diadili dalam bahasa Indonesia;
6) pengelompokan-pengelompokan struktural, misalnya yang berhubungan
dengan frasa-frasa verbal, preposisional;
7) petunjuk-petunjuk urutan kara yang menyangkut fungsi dan makna;
8) makna kata-kata yang bergantung pada konteks atau situasi pembicaraan,
misalnya: kaki meja, kaki gunung, haki tangan musuh, tingginya seribu kaki,
dan sop kaki;
9) kata-kata salam, kata-kata sapaan, kata-kata pendahuluan, dan kata kata
keraguan yang terdapat dalam ujar atau pembicaraan;
10) makna budaya (cultural meaning) yang terkandung atau tersirat dalam suatu
pesan atau ujaran.
E. SUASANA MENYIMAK
Dalam bab ini secara berturut-turut kita akan memperbincangkan hal-hal yang berkenaan
dengan:
a. suasana menyimak yang bersifat defensif (bertahan),
b. suasana menyimak yang bersifat suportif (menunjang),
c. saran-saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak,
d. tuntutan-tuntutan agar kita dapat menyimak secara baik,
e. upaya agar dapat menyimak tepat guna
f. kendala-kendala dalam menyimak efektif, dan
g. perilaku menyimak yang baik.
SUASANA DEFENSIF
Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut kita siap untuk bertahan kalau
tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, atau kehancuran. Sifat bertahan ini merupakan
salah satu ciri utama iasan hidup. Begitu pula balnya dalam keterampilan menyimak.