Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KETERAMPILAN MENYIMAK

DOSEN :
Wawan Wardiman S.Pd.I. M,Pd.I

DISUSUN OLEH :
Nurul Ainun - 105331105521
Amikra - 105331104621
Nur Aling - 105331104121

PRODI PENDIDKAN BAHASA DAN


SASTRA INDONESIA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah
SWT karena dengan karunia dan rahmat-Nya lah kami masih diberi
kesempatan dan kesehatan untuk dapat menulis dan menyusun tugas makalah
ini.

Shalawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada baginda Nabiullah
Nabi Muhammad SAW. Dimana atas perjuangan beliau kita akhirnya keluar
dari zaman kebodohan menuju zaman peradaban, semoga kelak kita semua bisa
mendapatkan syafaat dari Beliau. Aamiin ya Rabbal ‘Alamin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah kami di semester satu tahun ajaran 2021/2022 dengan judul
makalah yaitu “Keterampilan Meyimak”. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Pak Wawan Wardiman S.Pd, M.Pd selaku dosen di mata kuliah
saat ini yang telah memberikan tugas kepada kami sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sebagai penulis.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
kami sadar hal itu perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca bersifat konstruktif, kami berharap semoga gagasan ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya dalam ranah pendidikan.

Makassar, 25 November 2021

Kelompok I

A.
DAFTAR ISI
B.
Bab Satu
PENDAHULUAN

C.
Bab Dua
PEMBAHASAN

D. MENYIMAK

Dalam bab ini secara berturut-turut dan agak teperinci akan dibicarakan bahasan dan
pengertian menyimak, tahap-tahap kegiatan menyimak, aneka ragam menyimak, fungsi,
tujuan, dan hakikat menyimak. Selain itu dibahas juga proses menyimak, kemampuan
menyimak para siswa SD, dan hal-hal yang perlu disimak.
KETERAMPILAN BERBAHASA

Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah


biasanya mencakup empat segi, yaitu:
a. keterampilan menyimak (listening skills)
b. keterampilan berbicara (speaking skills)
c. keterampilan membaca (reading skills)
d. keterampilan menulis (writing skills)
Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan ketiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa,
biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang terakhir: mula-mula pada masa
kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara; sesudah itu kita membaca
dan menulis

1. Menyimak dan Berbicara


Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung,
merupakan komunikasi tatap muka atau face to face communication (Brooks,
1964:134).
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, hubungan ini terdapat
pada hal-hal berikut:
a) Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh
karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat
penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.
b) Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh
perangsang (stimuli) yang ditemuinya (misalnya, kehidupan desa dan kota) dan kata-
kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian
gagasan-gagasannya.
c) Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam masyarakat
tempatnya hidup. Hal ini terlihat nyata dalam ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan
kata-kata, dan pola-pola kalimatnya. d) Anak yang masih kecil lebih dapat memahami
kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit ketimbang kalimat-kalimat yang
dapat diucapkannya.
d) Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas
berbicara seseorang..
e) Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-
kata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau dia mendengar serta
menyimak ujaran ujaran yang baik dan benar dari para guru, rekaman-rekaman yang
bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain.
f) Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan
penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak
mempergunakan bahasa yang didengar serta disimaknya (Dawson [et all], 1963: 29;
Tarigan, 1985:2).

2. Menyimak dan Membaca


Menyimak dan membaca mempunyai persamaan, kedua-duanya bersifat receptif,
bersifat menerima (Brooks, 1964: 134), perbedaannya, menyimak menerima
informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber
tertulis. Dengan perkataan lain, menyimak menerima informasi dari kegiatan
berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis.

Keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang


dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian para pakar atau ahli telah
memperlihatkan beberapa hubungan antara membaca dan menyimak, sebagai berikut.

a) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca disampaikan oleh sang


guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak
dengan pemahaman ternyata penting sekali.
b) Menyimak merupakan cara atau model utama bagi pelajaran lisan (verbalized
learning), selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya
bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan
pembelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak menyimak
daripada membaca.
c) Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul
daripada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak sering
gagal untuk memahaminya, dan tetap menyimpan, memakai, menguasai
sejumlah fakta yang mereka dengar atau mereka simak.
d) Oleh karena itu, para siswa membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak
lebih efektif dan lebih tertutup lagi agar, hasil pengajaran itu lebih baik.
e) Kosa kata simak (listening vocabulary) yang sangat terbatas mempunyai
kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
f) Bagi para siswa yang lebih besar atau yang lebih tinggi kelasnya, korelasi
antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading vo cabulary dan listening
vocabulary) memang sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
g) Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali
dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan
suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan
membaca (poor reading).
h) Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide pokok atau
gagasan utama yang diajukan oleh sang pembicara.

3. Berbicara dan Membaca


Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara
perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan membaca. Telaah-telaah
tersebut memperlihatkan bahwa kemampuan kemampuan umum berbahasa lisan turut
melengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan
bagi pengajaran membaca
Aneka hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat kita ketahui
dalam beberapa telaah penelitian, antara lain:
a) Pemforma atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan
berbahasa lisan. b) Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara atau buta huruf
mungkin sekali mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak.
b) Kalau pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu dasar
bagi pelajaran membaca, membaca bagi anak-anak yang lebih tinggi kelasnya
turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran
linguistik mereka terhadap kata-kata baru atau istilah-istilah baru, struktur
kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.
c) Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.
Andai kata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan siswa, hendaklah sang
guru mendiskusikannya dengan siswa agar mereka memahami maknanya
sebelum mereka mulai membacanya (Dawson [et all], 1963: 30; Tarigan,
1985:4).

4. Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis


Wajar bila komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali hubungannya karena
keduanya mempunyai banyak kesejajaran bahkan kesamaan, antara lain:
a) Sang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis, sedangkan kosa
kata, pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada
ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b) Sang anak yang telah dapat menulis dengan lancar, biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa didahului
diskusi lisan. Akan tetapi, dia masih perlu membicarakan ide-ide rumit yang
diperolehnya dari tangan kedua. Bila seorang anak harus menulis suatu uraian,
menjelaskan suatu proses ataupun melaporkan suatu kejadian sejarah (yang
secara pribadi belum pernah dialaminya), maka dia mengambil pelajaran
dari suatu diskusi kelompok pendahuluan. Dengan demikian, dia dapat
mempercerah pikirannya, mengisi kekosongan kekosongan, memperbaiki
inpersi atau kesan-kesan yang keliru, serta mengatur ide-idenya sebelum dia
menulis sesuatu.
BATASAN DAN PENGERTIAN MENYIMAK

Memang tidak dapat disangkal bahwa di atas bumi ini terdapat banyak telinga yang
kegiatannya hanya sampai tingkat mendengar saja, tetapi belum sampai pada taraf menyimak.
Sampai-sampai Nabi Yeremia mengeluh karena jemaatnya banyak yang mempunyai mata
tetapi tidak melihat, yang mempunyai telinga tetapi tidak mendengar". (Yeremia 5:21).

Dari nukilan-nukilan di atas dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan antara mendengar dan
menyimak. Dalam bahasa Inggris, padanan kata mendengar adalah to hear, sedangkan
padanan kata menyimak adalah to listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing masing
hearing dan listening.
TAHAP-TAHAP MENYIMAK

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan menyimak pada para siswa sekolah dasar,
Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, mulai dari yang tidak
berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu, dapat
dilukiskan sebagai berikut:

1) menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan
langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
2) menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapatgangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan;
3) setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang
anak;
4) menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal
yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya;
5) menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian
secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang
pembicara yang menarik hatinya saja;
6) menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan
yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap
pesan yang disampaikan sang pembicara;
7) menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar
ataupun mengajukan pertanyaan;
8) menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang
pembicara;
9) menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan
gagasan sang pembicara (Strickland, 1957: (Dawson [et all], 1963:154).

Untuk memperluas cakrawala kita mengenai tahap-tahap menyimak ini baiklah kita
cari sumber lain. Ada pakar lain yang mengemukakan adanya 7 tahapan dalam
menyimak.
1) Isolasi: Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek aspek individual kata
lisan dan memisah misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-
fakta, organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainnya.
2) identifikasi:Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna
atau identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu.
3) Integrasi: Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan sesuatu yang kita
dengar dengan informasi lain yang telah kita simpan dan rekam dalam otak
kita. Oleh karena itulah, pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini.
Kalau proses menyimak berlangsung, kita harus terlebih dahulu harus
mempunyai beberapa latar belakang atau pemahaman mengenai bidang pokok
pesan tertentu. Kalau kita tidak memiliki bahan penunjang yang dapat
dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang baru itu, jelas kegiatan
menyimak itu akan menemui kesulitan atau kendala.
4) Inspeksi: Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima dikontraskan
dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki mengenai hal
tersebut. Proses ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau informasi
baru justru menunjang prasangka atau prakonsepsi
kita. Akan tetapi, kalau informasi baru itu bertentangan dengan ide-ide kita
sebelumnya mengenai sesuatu, kita harus mencari serta memilih hal-hal
tertentu dari informasi itu yang lebih mendekati kebenaran
5) Interpretasi: Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi sesuatu yang kita
dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun mulai
menolak dan menyetujui serta mengakui dan mempertimbangkan informasi
tersebut dengan sumber-sumbernya.
6) Interpolasi: Selama tidak ada pesan yang membawa makna dalam dan
memberi informasi, tanggung jawab kitalah untuk menyediakan serta
memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan
dan pengalaman kita sendiri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan
yang kita dengar.
7) Introspeksi: Dengan cara merefleksikan dan menguji informasi baru, kita
berupaya untuk mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya
pada situasi kita sendiri (Hunt; 1981: 18-9).

RAGAM MENYIMAK

Dalam pembicaraan terdahulu telah dikemukakan bahwa tujuan menyimak adalah


memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang
hendak disampaikan sang pembicara melalui jaren. Ini merupakan tujuan umum. Di
samping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus yang menyebabkan
adanya aneka ragam menyimak.
1. Menyimak Ekstensif
a. Menyimak Sosial
b. Mentimak Sekunder
c. Menyimak Estetik
d. Mrnyimak Pasif
2. Menyimak Intensif
a. Menyimak Kritis
b. Menyimak Konserfatif
c. Menyimak Kreatif
d. Menyimak Eksplorasif
e. Menyimak Introgatif
f. Menyimak Selektif

TUJUAN MENYIMAK

tujuan orang menyimak itu beraneka ragam, antara lain:

(1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari
bahan ujaran pembicara; dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

(2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari
materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam
bidang seni); pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

(3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapa menilai sesuatu yang dia simak
itu (baik-buruk, indah-jelek tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, di
menyimak untuk mengevaluasi.

(4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang
disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog,
diskusi panel, dan perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi
simakan.

(5) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan
bahan penting dan sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.

(6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan
bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang
tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar
bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
PROSES MENYIMAK

Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses
menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain: (1) Tahap Mendengar; dalam tahap
ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam
ujaran atas pembicaraannya. Jadi, kita masih berada dalam tahap hear ing.
 Tahap Memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk
mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
pembicara. Kemudian, sampailah kita dalam tahap understanding.
 Tahap Menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum
puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia
ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang
terdapat dan tersirat dalam ujaran itu; dengan demikian, sang penyimak telah
tiba pada tahap interpreting.
 Tahap Mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsir atau
menginterpretasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai atau
mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai keunggulan dan
kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara; dengan demikian, sudah
sampai pada tahap evaluating.
 Tahap Menanggapi, tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan
menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan menyerap serta menerima
gagasan atau ide yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau
pembicaraannya. Lalu, penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi
(responding). (Logan (et all], 1972: 39; Loban [et all], 1969: 243).

HAL-HAL YANG PERLU DISIMAK

Khusus mengenai bahasa, terlebih bahasa asing, kita harus mampu mengenal serta
memahami hal-hal berikut ini:
1) bunyi-bunyi fonemis atau bunyi-bunyi distingtif bahasa yang bersangkutan,
dan pada akhirnya variasi-variasi fonem yang bersifat personal atau dialek
seperti dipakai atau diucapkan oleh beberapa pembicara asli, penduduk
pribumi;
2) urutan-urutan bunyi beserta pengelompokan-pengelompokannya; panjangnya
jeda; pola-pola intonasi;
3) kata-kata tugas beserta perubahan-perubahan bunyi sesuai dengan posisinya di
depan kata-kata lain, (misalnya a boy, an animal; the/ /boy, the/di/apple dalam
bahasa Inggris;
4) infeksi-infeksi untuk menunjukkan jamak, waktu, milik, dan sebagainya;
5) perubahan-perubahan bunyi dan pertukaran-pertukaran fungsi yang
ditimbulkan oleh derivasi, misalnya adil, keadilan,pengadilan, mengadili, dan
diadili dalam bahasa Indonesia;
6) pengelompokan-pengelompokan struktural, misalnya yang berhubungan
dengan frasa-frasa verbal, preposisional;
7) petunjuk-petunjuk urutan kara yang menyangkut fungsi dan makna;
8) makna kata-kata yang bergantung pada konteks atau situasi pembicaraan,
misalnya: kaki meja, kaki gunung, haki tangan musuh, tingginya seribu kaki,
dan sop kaki;
9) kata-kata salam, kata-kata sapaan, kata-kata pendahuluan, dan kata kata
keraguan yang terdapat dalam ujar atau pembicaraan;
10) makna budaya (cultural meaning) yang terkandung atau tersirat dalam suatu
pesan atau ujaran.

E. SUASANA MENYIMAK
Dalam bab ini secara berturut-turut kita akan memperbincangkan hal-hal yang berkenaan
dengan:
a. suasana menyimak yang bersifat defensif (bertahan),
b. suasana menyimak yang bersifat suportif (menunjang),
c. saran-saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak,
d. tuntutan-tuntutan agar kita dapat menyimak secara baik,
e. upaya agar dapat menyimak tepat guna
f. kendala-kendala dalam menyimak efektif, dan
g. perilaku menyimak yang baik.

SUASANA DEFENSIF

Banyak sekali situasi dalam kehidupan ini yang menuntut kita siap untuk bertahan kalau
tidak mau menemui kegagalan, kekalahan, atau kehancuran. Sifat bertahan ini merupakan
salah satu ciri utama iasan hidup. Begitu pula balnya dalam keterampilan menyimak.

Suasana-suasana defensif atau bertahan biasanya dimanipulasikan dalam pesan-pesan


lisan yang mengandung maksud yang bersungguh sungguh dan tersirat, antara lain pesan-
pesan yang bersifat
 Evaluatif. Hal ini biasanya terjadi pada seorang penyimak saksama yang telah
mendengar dengan jelas dari ujaran seorang pembicara, yang secara sadar atau
tidak sadar memancing penilaian khusus
 Mengawasi. Pesan-pesan yang disampaikan oleh sang pembicara adakalanya
membuat para penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya, tepat-
melesetnya, jujur-tidaknya, dan objektif-subjektifnya ujaran itu
 Strategis. Adakalanya pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang dalam ujaran
atau pidatonya, secara sadar atau tidak sadar, membuat para penyimak siap untuk
memasang kuda-kuda siasat atau pertahanan yang bersifat strategis
 Netral. Tidak jarang pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh sang
pembicara merangsang para penyimak untuk bertindak atau berpikir secara netral,
tidak memihak pada orang atau golongan tertentu
 Superior Menganggap diri sendiri lebih unggul dari orang lain. lain Para penyimak
akan siap-siap bertahan bila dari ujaran seseorang terpancar rasa tinggi hati dan
rasa lebih unggul dari orang dalam segala hal
 Pasti dan Tentu. Sang pembicara yang mengemukakan sesuatu yang pasti, yang
sudah tentu, memancing dan merangsang part penyimak untuk bertahan atau
defensif.
SUASANA SUPORTIF
 Deskripsi. Suasana menyimak dapat berupa komunikasi suportif apabila sang
pembicara dalam ujarannya mengimplikasikan pemerian atau deksripsi yang lebih
banyak. Kita sebagai penyimak
 Orientasi Permasalahan. Ujaran atau pembicaraan yang berorientasi pada berbagai
permasalahan pun dapat pula menjelmakan suasana menyimak yang suportif pada
pihak penyimak.
 Spontanitas. Sang pembicara yang dapat memanfaatkan unsur "spontanitas" dalam
ujaran atau ucapannya jelas akan membuat para penyimak lebih mudah mencerna dan
menangkap isi pesan pesan yang disampaikannya.
 Empati, Ketegasan merupakan suatu unsur penting yang haru dimanfaatkan oleh sang
pembicara dalam menyampaikan pese pesannya. Mengapa? Karena hal itu dapat
menimbulkan suasa suportif pada pihak penyimak dalam menyeran serta memahan isi
pesan sang pembicara.
 Ekualitas. Unsur lain dalam ujaran yang dapat menjelmaka Suseen suportif dalam
kegiatan menyimak adalah ekualitas atau persamaan (hak).
Bab tiga
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai