Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

EVALUASI DAN PERUBAHAN KURIKULUM

Dosen Pengampu :

ARIFUDDIN, S.PD.,M.PD.

Disusun oleh :

NURUL AINUN

NIM :105331105521

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA FKIP UNISMUH MAKASSAR
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan karunia
dan rahmat-Nya lah saya masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk dapat menulis dan
menyusun tugas makalah ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabiullah Nabi Muhammad
SAW. Dimana atas perjuangan beliau, kita akhirnya keluar dari zaman kebodohan menuju
zaman peradaban, semoga kelak kita semua bisa mendapatkan syafaat dari Beliau. Aamiin ya
Rabbal ‘Alamin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Budaya di semester dua tahun ajaran 2021/2022 dengan judul makalah yaitu
“EVALUASI DAN PERUBAHAN KURIKULUM”. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Ayahanda ARIFUDDIN, S.PD.,M.PD. selaku dosen kami di mata
Pengembangan Kurikulum, karna telah memberikan tugas akhir ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan saya sebagai penulis.

Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini,
karna sadar hal itu perlu pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca bersifat konstruktif, penulis berharap semoga gagasan ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja khususnya dalam ranah pendidikan.

Makassar, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I..............................................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah................................................................................................5

C. Tujuan...................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................6

PEMBAHASAN.............................................................................................................6

1. Pengertian Evaluasi Kurikulum............................................................................6

2. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum.....................................................................6

3. Konsep-Konsep Evaluasi Kurikulum...................................................................7

4. Model Evaluasi Kurikulum................................................................................10

5. Contoh Penilaian pada Kurikulum di Indonesia.................................................12

BAB III.........................................................................................................................16

PENUTUP.....................................................................................................................16

A. Kesimpulan.........................................................................................................16

B. Saran...................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua


pengalaman belajar yang disediakan bagi peserta didik di sekolah. Rancangan ini disusun
dengan maksud memberi pedoman kepada para pelakasana pendidikan, guna mencapai
tujuan pendidikan. Kurikulum menurut SISDIKNAS UU NO 20 TAHUN 2003
menyatakan bahwa “ kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dalam setiap periode tertentu kurikulum mengalami perubahan untuk menyempurnakan
kurikulum sebelumnya. Hal itu terjadi karena setiap periode tertentu peserta didik
mempunyai pola pemikiran yang berbeda-beda. Maka kurikulum harus dikembangkan
dengan tujuan memudahkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek


pendidikan. Evaluasi  kurikulum  memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebuijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam
kurikulum. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya
perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara
evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara
evolusioner. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat
sangat informal sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal
evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-
perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal
evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat
yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang
telah ditentukan.
Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evaluasi
kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan dan proses
pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum dan kemampuan
pendidik, kemampuan dan kemajuan peserta didik, fasilitas dan sumber-sumber belajar
dan lain-lain. Luas dan sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya
ditentukan oleh tujuannya. Suatu evaluasi harus memiliki nilai dan penilaian, punya tujuan
atau sasaran yang jelas, bersifat menyeluruh dan terus menerus, berfungsi diagnostik dan
terintegrasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi kuirkulum?


2. Apa saja prinsip dalam mengevaluasi kurikulum?
3. Bagaimana konsep-konsep evaluasi kurikulum?
4. Bagaimana model-model evaluasi kurikulum?
5. Bagaimana penyelenggaraan penilaian kurikulum di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian evaluasi kurikulum.


2. Mengetahui prinsip-prinsip dalam mengevaluasi kurikulum.
3. Mengetahui berbagai konsep evaluasi kurikulum.
4. Mengetahui jenis-jenis model kurikulum.
5. Mengetahui contoh penilaian kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk


mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  kurikulum
yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat
disamakan dengan penelitian, karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang
sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Evaluasi kurikulum
penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Ada banyak masalah dalam penerapan evaluasi
kurikulum sepertidasar teori yang digunakan dalam evaluasi kurikulum lemah, intervensi
pendidikan yang dilakukan tidak memungkinkan dilakukan blinded, kesulitan dalam
melakukan randomisasi, kesulitan dalam menstandarkan intervensi yang dilakukan,
masalah etika penelitian, tidak adanya pure outcome, kesulitan mencari alat ukur
dan penggunaan perspektif kurikulum yang berbeda sebagai pembanding.

2. Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum

1) Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam


mencapai tujuan yan telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan itu pula
yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelaksanaan evaluasi
kurikulum
2) Bersifat obyektif, artinya berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersumber dari
data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui instrument yang handal
3) Bersifat komprehensip, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam
ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian
dan pertimbangan secara seksama sebelum dilakukan pengambilan keputusan
4) Koopratif dan bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan
keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab
bersama pihak-pihak yang  terlibat dalamproses pendidikan seperti guru,  kepala
sekolah, orang tua bahkan siswa dan sebagainya.
5) Efisien, kkhususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang
menjadi unsur penunjang. Oleh karena itu, harus diupayakan agar hasl evaluasi
lebih tinggi, atau paling tidak berimbang dengan materil yang digunakan. Hal ini
diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar sekolah, yang meminta
diadakannya perbaikan kurikulum.
3. Konsep-Konsep Evaluasi Kurikulum

A.      Measurement

Konsep measurement menekankan pentingnya objektivitas dalam proses


evaluasi yang dijadikan landasan dalam mengembangkan konsep dan sistem evaluasi
kurikulum. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan
dan perbandingan efektivitas antara dua atau lebih program/ metode pendidikan. Aspek
pengukuran memang diperlukan dalam proses evaluasi, tapi tidak dimaksudkan untuk
menggantikan proses evaluasi itu sendiri: “Measurement is not evaluation, but it can
provide useful data for evaluation.”Dalam evaluasi hasil belajar, misalnya kita tidak dapat
mengelakkan penggunaan alat pengukuran hasil belajar untuk menghasilkan data yang
diperlukan dalam pemberian judgement selanjutnya mengenai hasil belajar yang telah
dicapai. Objek evaluasi dititikberatkan pada hasil belajar dalam aspek kognitif dan diukur
dengan alat evaluasi yang objektif dan dapat dibakukan. Jenis data yang dikumpulkan
dalam evaluasi adalah data objektif khususnya skor hasil tes. Pendekatan/ cara-cara yang
ditempuh dalam kegiatan evaluasi dengan:

1) Menempatkan ‘kedudukan’ setiap siswa dalam kelompoknya melalui pengembangan


norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar.
2) Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan
program/ metode pengajaran yang berbeda-beda, melalui analisis secara kuantitatif.
3) Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang berbentuk objektif, yang terus
dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang valid.

B.  Congruence

Konsep congruence memperlihatkan adanya “high degree of integration with the


instructional process”. Dengan mengkaji efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan, akan memberikan balikan kepada pengembang kurikulum
tentang tujuan-tujuan mana yang sudah dan yang belum dicapai. Objek evaluasi dititik
beratkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikomotorik, maupun nilai dan sikap.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data objektif khususnya skor hasil tes. Dalam
kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/ cara-cara berikut:

4) Menggunakan prosedur pre-and post- assessment dengan menempuh langkah-langkah


pokok sebagai berikut: penegasan tujuan, pengembangan alat evaluasi, dan
penggunaan hasil evaluasi.
5) Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian.
6) Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok untuk
menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan.
7) Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih
program.

Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun
tujuan evaluasi diarahkan pada kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi
konsep ini tidak menjadikan input dari proses pelaksanaan sebagai objek langsung
evaluasi. Yang dijadikan perhatian oleh konsep ini adalah hubungan antara tujuan dan
hasil belajar. Faktor-faktor penting yang terdapat diantara tujuan dan hasil yang dicapai
kurang mendapat perhatian, padahal dimensi yang perlu disempurnakan yaitu input dan
proses belajar-mengajar, yang keseluruhannya akan menciptakan suatu tipe pengalaman
belajar tertentu. Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah
selesai dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan posttest.

C.  Illumination

Gagasan yang terkandung di dalam konsep ini memang penting dan menunjang
proses penyempurnaan kurikulum, karena pihak pengembang kurikulum akan memperoleh
informasi yang cukup terintegrasi sebagai dasar untuk mengoreksi dan menyempurnakan
kurikulum yang sedang dikembangkan. Di samping itu, jarak antara pengumpulan data
dan laporan hasil evaluasi cukup pendek sehingga informasi yang dihasilkan dapat
digunakan pada waktunya. Objek evaluasi mencakup latar belakang dan perkembangan
program, proses pelaksanaan, hasil belajar dan kesulitan-kesulitan yang dialami. Jenis data
yang dikumpulkan berupa data subjektif (judgement data). Dalam kegiatan evaluasi,
cenderung ditempuh pendekatan/ cara-cara berikut.

1) Menggunakan prosedur yang disebut progressive focusingdengan langkah-langkah


pokok: orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis sebab-akibat.
2) Bersifat kualitatif-terbuka, dan fleksibel-eklektif.
3) Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis dokumen dan bila
perlu mencakup pula tes.

D.  Educational System Evaluation

Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi


program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgement. Hasil
evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara
keseluruhan. Objek evaluasi mencakup input (bahan, rencana, peralatan), proses, dan hasil
yang dicapai dalam arti yang lebih luas. Jenis data yang dikumpulkan berupa data objektif
dan subjektif (judgement data). Cara-cara/ pendekatan yang ditempuh dalam kegiatan
evaluasi yaitu dengan:

1) Membandingkan performance setiap dimensi program dengan kriteria internal.


2) Membandingkan performance program dengan menggunakan kriteria eksternal
yaitu performance program yang lain.
3) Teknik evaluasi mencakup tes, observasi, wawancara, angket, dan analisis
dokumen.

Kelemahan dari konsep ini adalah pandangannya tentang evaluasi untuk


menyimpulkan kebaikan program secara menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu
mendapatkan penegasan dari konsep ini, yang pertama menyangkut segi teknis dan yang
kedua menyangkut segi strategis. Persoalan teknis berkenaan dengan prosedur yang
ditempuh dalam membandingkan hasil antara kurikulum yang baru dan kurikulum yang
ada. Pengalaman-pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa studi perbandingan semacam
ini pada umumnya berakhir dengan kesimpulan ‘tidak adanya perbedaan yang berarti.’
Persoalan strategis menyangkut persoalan ‘nasib’ dari kurikulum yang baru tersebut bila
hasil perbandingan yang dilakukan menunjukkan perbedaa yang tidak berarti.
4.  Model Evaluasi Kurikulum

B.  Evaluasi Kurikulum Model CIPP (Content, Input, Process, dan Product)

Menurut model ini, yang harus dievaluasi meliputi empat aspek,yaitu:

1) Evaluasi terhadap konteks (Context), yaitu evaluasi terhadap keadaan yang


melingkupi proses pembelajaran. Keadaan yang termasuk konteks adalah yang
berasal dari lingkungan.
2) Evaluasi terhadap masukan (Input), yaitu proses pengenalan terhadap keadaan
peserta sebelum proses dilakukan. Tanpa mengukur hal ini, tidak akan diketahui
keberhasilan suatu proses.
3) Evaluasi terhadap proses (Process), yaitu evaluasi terhadap jalannya proses
pembelajaran.
4) Evaluasi terhadap hasil (Product), yaitu evaluasi terhadap berhasil tidaknya
peserta mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. Evaluasi Kurikulum Model Provus

Model Provus merupakan discrepancy evaluation model, dengan langkah-langkah


sebagai berikut:

1) Menentukan kriteria yang diinginkan. Penilaian mengidentifikasi ketidaksesuaian


antara kriteria dan perencanaan program kurikulum. Data dilaporkan kepada
pembuat keputusan yang memutuskan apakah ketidaksesuaian dapat diabaikan
atau perencanaan program harus diubah.
2) Membandingkan antara kenyataan atau pelaksanaan program kurikulum dan
kriteria. Tugas penilaian adalah melaporkan ketidaksesuaian kedua hal tersebut.
3) Meneliti proses belajar mengajar dan hasilnya secara khusus digunakan untuk
menentukan hubungan penyebab dan pengaruh. Provus menanamkan tahap 3 ini
sebagai microlevel evaluation. Jika ternyata proses belajar mengajar tidak
menghasilkan hasil belajar yang diinginkan, proses belajar mengajar hendaknya
diperbaiki. Pada tahap ini, penilai juga diharapkan mendeteksi berbagai masalah
yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
4) Mepengaruh dari meneliti kurikulum secara keseluruhan dalam hubungannya
dengan perubahan tingkah laku peserta didik. Provus menanamkan tahap ini
dengan macrolevel evaluation. Dalam tahap ini akan diketahui apakah
pelaksanaan kurikulum telah mencapai tujuannya ataukah belum. Data yang
diperoleh dari tahap 2 dan 3 akan sangat membantu dalam pelaksanaan evaluasi
dan pada tahap ini.
5) Merencanakan kurikulum baru berdasarkan data dari pelaksanaan kurikulum yang
telah dinilai. Evaluasi dilakukan selama (proses) dan setelah (hasil) peserta didik
mengikuti pembelajaran. Hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum kemudian
digunakan sebagai umpan balik untuk merencanakan kurikulum baru.

D. Evaluasi Kurikulum Model Taksonomi

Evaluasi kurikulum model taksonomi lebih ditujukan untuk mengevaluasi


pembelajaran, meliputi:

1) Evaluasi Dominan Kognitif

Evaluasi untuk dominan kognitif ini dilakukan dengan mengukur tingkat


kognisi/pengetahuan dari peserta didik setelah kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan: Teknik tes yang digunakan untuk mengevaluasi dominan kognitif
adalah dengan tes lisan dan tulisan. Tes lisan, yaitu tes secara verbal untuk menilai
kemampuan menggunakan bahasa lisan untuk mempertanggungjawabkan pendapat
atau jawaban yang diungkapkan, kemampuan berfikir melihat hubungan sebab akibat,
kemampuan memecahkan masalah. Tes tulisan yaitu tes secara tertulis yang meliputi
pertanyaan (soal) ataupun jawaban singkat, menjodohkan, pilihan ganda, uraian
objektif, atau uraian bebas.

2) Evaluasi Domain Afektif

Untuk mengevaluasi domain avektif, termasuk didalamnya aspek sikap dan


minat terhadap mata pelajaran dan pembelajaran yang berlangsung, konsep diri dan
nilai. Evaluasi dapat dilakukan dengan teknik bukan tes (non tes) dengan melakukan
wawancara (interview), angket, pengamatan (observasi). Wawancara adalah teknik
dengan mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak
langsung.  Angket adalah teknik yang dilakukan secar tertulis berupa isian /pilihan
terhadap alternatif-alternatif sikap tertentu. Dengan koesioner bisa diketahui tingkat
apresiasi seseorang terhadap suatu nilai atau fenomena. Observasi adalah teknik yang
dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap objek atau kegiatan baik langsung
maupun tidak langsung.

3) Evaluasi Domain Psikomotor

Untuk mengevaluasi domain psikomotor, dapat dilakukan dengan


pengamatan/observasi atau dengan tes performans/perbuatan/unjuk kerja dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu.

5. Contoh Penilaian pada Kurikulum di Indonesia

A. Konsep Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah


dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut
mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.Penilaian
autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual,
memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih autentik. Beberapa metode yang digunakan yaitu :

1) Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam


pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang
sesuai.
2) Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan
standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau
membuat jawaban singkat.
3) Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran,
karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik.

Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru
bekerja sama dengan peserta didik.Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan
siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar
lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

1) Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka


sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan
pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
2) Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan
konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari
luar sekolah.
3) Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan
siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar.

Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan
peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus,
peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas
yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian
atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka
berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.Penilaian autentik harus
mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau
belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya,
dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan
sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak
dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.

B. Konsep Penilaian pada Kurikulum KTSP


1. Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.
Ulangan harian dilakukan seliap selesai proses pembelajaran dalam kompetensi dasar
tertentu. Ulangan harian terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta
didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali setiap semester. Ulangan harian ini terutama
ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan
digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam
memberikan nilai bagi para peserta didik. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir
semester, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut:

1) Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester


pertama.
2) Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dan materi
semester pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi semester
kedua.

Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan
meliputi seluruh kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada
kompetensi dasar yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian akhir ini
lerutama digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak
tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat di atasnya.Penilaian Kelas dilakukan
oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan
penentuan kenaikan kelas.

2. Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis,


dan berhitung yang diperlakukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran
(program remedial).

3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian
guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar
peserta didik dalam satuan waktu tertentu.

4. Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang


berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Hasil
penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat keberhasilan, keberhasilan kurikulum dan
pendidikan secara keseluruhan dan dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas,
tetapi tidak untuk memberikan nilai akhir peserta didik. Hal ini dimaksudkan sebagai salah
satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah.

5. Penilaian Program

Penilaian program dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan


Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional,
serta kesuaiannya dengan tuntuntan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses dalam penerapan prosedur ilmiah untuk
mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang
kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Evaluasi kurikulum menggunakan
penelitian yang sistematik dan menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian.
Prinsip- prinsip dalam evaluasi kuirkulum mencakup : tujuan tertentu, bersifat objektif,
bersifat komprehensif, kooperatif dan bertanggungjawab, efisien dan berkesinambungan.
Adapun konsep-konsep evaluasi kurikulum dalam makalah ini yaitu : measurement,
congruence, illumination, dan educational system evaluation. Sedangkan model evaluasi
kurikulum meliputi : model CIPP, model provus, dan model taksonomi. Evaluasi
kurikulum penting dilakukan agar kegiatan atau proses dapat berjalan dengan baik dan
tercapai tujuan yang diinginkan.

B. Saran

Evaluasi kurikulum sangat diperlukan bagi berkembangnya sistem pendidikan.


Maka dari itu harus diadakannya evaluasi agar memperbaiki kurikulum yang sebelumnya
digunakan dan dapat diimplementasikan kedalam kurikulum sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196209061986011
AHMAD_MULYADIPRANA/PDF/Evaluasi_Kurikulum.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Endang%20Mulyani,%20M.Si./
VALUASI%20-%20Penilaian%20Autentik.pdf
http://www.sarjanaku.com/2011/11/evaluasi-kurikulum.html

Anda mungkin juga menyukai