Mahasiswa yang dituntut untuk mampu berbahasa dengan baik dan benar, baik lisan
maupun tulis, baik dalam keadaan formal maupun informal, penggunaan bahasa lisan
mereka mencakup keseharian yang bersifat informal dan juga perkuliahan yang
sejumlah besar bersifat formal. Formal seperti ketika dalam acara diskusi, presentasi
dan lain sebagainya.
Di sisi lain, kemampuan bahasa Indonesia lisan yang bersifat reseptif atau kemampuan
mendengar, sering digunakan dalam berbagai kesempatan baik formal maupun
informal, seperti mendengarkan penjelasan dosen, pemateri seminar sampai
mendengarkan pembicaraan teman. Kemampuan ini berbeda-beda pada setiap diri
mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kemampuan mendengar lebih, ia akan lebih
mudah dan cepat dalam menangkap pembicaraan. Berbeda dengan mahasiswa yang
kurang cakap dalam hal mendengar, ia akan kesulitan dan butuh untuk berpikir dua kali
guna menangkap apa yang ia dengar.
3.
1. Menurut H.G. Tarigan
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh
informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
2.Menurut Drs. Hanapi Natasasmita
Menyimak adalah mendengarkan secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak.
3.Menurut Djago Tarigan
Menyimak dapat didefinisikan sebagai suatu aktifitas yang mencakup kegiatan
mendengar dari bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksikan atas makna
yang terkandung dalam bahan simakan.
4.Menurut Russel & Russel
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta
apresiasi.
5.Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta)
Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan apa yang diucapkan orang),
menyimak adalah latihan mendengarkan baik-baik.
6.Menurut Anderson dalam Tarigan (1994:28)
menyimak sebagai proses besarmendengarkan, mengenal, serta menginterpretasikan
lambang-lambang lisan.
7.Akhadi-at (1992:142) dalam Sutari, dkk (1997:18-19)
menyimak ialah suatu proses yang mencakup kegiatanmendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksiatas makna yang terkandung di
dalamnya
4. Upayakan vokal dan ekspresi lucu dengan cara membiasakan mengatur vokal yang
lucu yang disukai anak-anak. Meniru suara binatang, suara gerak, dan lain-lain dapat
mencuri perhatian anak-anak. Keluarkanlah suara dengan total. Bukan dengan
berteriak-teriak, melainkan dengan vokal yang diupayakan mirip dengan tokoh cerita
dalam dongeng. Siapkan alat peraga. Siapkan alat peraga agar anak-anak melihat
ekspresi dan gambaran cerita dengan kemampuan visualnya. Jangan salah, makanan
camilan pun dapat dijadikan alat peraga. Awali dengan teknik tebak-tebakan, misalnya
lagu, serta permainan, atau kombinasi semuanya.
usahakan tambahkan bagian² tertentu yang berisi lawakan agar pendengar tdk merasa
bosan,
pada generasi sekarang sekitar70% anak yg tdk tertarik dgn dongeng karena adanya
pengaruh smartphone dan alat² elektronik lainnya, 3.pada jaman sekarang mungkin
anak anak akan lebih suka menonton tv,
5. Musyawarah dan diskusi sama-sama ingin mencapai sesuatu,
tapi musyawarah harus mencapai kesepakatan dan mufakat dari semua pihak,
sedangkan diskusi lebih mementingkan salah satu pihak atau pun kelompok.
Menurut Tujuannya
Perbedaan diskusi dan musyawarah selanjutnya ditinjau dari segi tujuannya. Dua orang
atau lebih yang melakukan kegiatan wicara seperti diskusi memiliki tujuan di dalamnya
seperti untuk memperoleh kesepahaman dan kesepakatan terkait suatu pendapat atau
gagasan tertentu. Sedangkan tujuan musyawarah yaitu untuk menyelesaikan masalah
demi memperoleh keputusan bersama terkait kepentingan bersama.