Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.2 KAJIAN TEORI

2.2.1 Kosakata Bahasa Inggris Anak Usia Dini

Bahasa adalah alat penghubung atau alat komunikasi antara anggota

masyarakat yang terdiri dari individu-individu, Badadu (dalam Nurbiana, 2007:11).

Bahasa memiliki peran yang sangat penting sebagai alat komunikasi untuk seseorang

menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapatnya melalui bahasa

sederhana yang dapat dimengerti oleh orang lain. Pada era globalisasi ini, masyarakat

Indonesia diperkenalkan dengan bahasa-bahasa asing salah satunya adalah bahasa

Inggris. Seiring berjalannya waktu bahasa Inggris tidaklah lagi dianggap sebagai

bahasa asing bagi masyarakat Indonesia, karena bahasa Inggris sudah diresmikan

sebagai bahasa internasional karena digunakan di negara-negara seluruh dunia untuk

berkomunikasi.

2.2.1.1 Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah media komunikasi utama bagi masyarakat di negara

Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Australia, New Zealand, Afrika Selatan, dan di

negara lainnya. Bahasa Inggris (English) merupakan bahasa resmi dari banyak

negara-negara persemakmuran dan dipahami serta dipergunakan secara meluas.

Bahasa Inggris dipergunakan di lebih banyak negara di dunia dibanding bahasa yang

lain serta dibanding bahasa yang lain kecuali bahasa Cina, bahasa ini juga

dipergunakan oleh lebih banyak orang.


Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi secara lisan dan menulis.

Berkomunikasi dipahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan

pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan

berkomunikasi dalam arti penuh adalah kemampuan membaca, yaitu kemampuan

untuk memahami dan atau menghasilkan lisan dan / atau teks tertulis yang

diwujudkan dalam empat keterampilan bahasa yaitu mendengarkan, berbicara,

membaca dan menulis (Nurul Khosiah, 2015).

Pesatnya perkembangan kebutuhan teknologi di era globalisasi ini menuntut

masyarakat Indonesia untuk dapat menguasai bahasa Inggris. Oleh karena itu

mempelajari dan menguasai bahasa Inggris sebagai alat komunikasi adalah hal yang

sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk merespon tuntutan kemajuan zaman.

Besarnya kebutuhan dan tuntutan untuk menguasai bahasa internasional di era

globalisasi ini menyebabkan kurikulum pendidikan mulai mengalami perubahan.

Awalnya pelajaran bahasa Inggris mulai diperkenalkan dari siswa kelas SMP, tetapi

sekarang pelajaran bahasa Inggris sudah mulai diperkenalkan dari siswa kelas SD

bahkan siswa yang masih duduk di usia Taman Kanak-kanak atau Play Group juga

sudah mulai dipekenalkan dengan bahasa Inggris dengan konteks pembelajaran

belajar sambil bermain.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan pada anak usia 4-6 tahun dan

orangtua dari keluarga imigrasi yang menetap di Australia menyatakan bahwa “Anak

usia 4-6 tahun dapat berbicara dalam bahasa Inggris dengan pronunciation yang

bagus seperti native speaker (penduduk asli), sedangkan orang tua mereka dapat
berbahasa Inggris dengan lancar tetapi tidak mencapai kemampuan anak-anak,

mereka mengalami kesulitan dalam pronunciation, pemilihan kata dan grammar yang

seharusnya digunakan (Nurbiana2007:60).

Berkaitan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa anak usia dini lebih

mudah mempelajari bahasa asing dari pada orang dewasa. Hal ini membuktikan

kemampuan otak anak usia 4-6 tahun dua kali lebih aktif, berkesinambungan dan

fleksibel dari pada kemampuan otak orang dewasa (Shore, 1997) dalam (Dianne,

2008:3). Oleh karena itu usia dini merupakan usia emas yang paling peka dan sangat

mudah menyerap apa yang didengar dan diucapkannya.

Menurut Lenneberg (dalam Mandel 1993:116) mengatakan: There wasa

neurologically based on “critical period” which complete mastery of language, but it

is no longer possible, because it will end around the onset of puberty. That is why

learning English as the second language must be started early. Maksudnya individu

mempunyai masa penting (periode sensitif) untuk dapat dengan mudah dan cepat

menguasai bahasa yang disebut dengan “critical period” yaitu saat usia seseorang

belum memasuki masa pubertas. Ketika masa pubertas itu datang maka “critical

period” akan memudar dan ada banyak kendala yang dihadapi sehingga hasil yang

diperoleh tidak maksimal, terutama dalam menguasai pronunciation atau lafal dalam

mengucapkan kosa kata bahasa asing. Oleh karena itu mempelajari bahasa Inggris

sebagai bahasa kedua sangatlah penting diajarkan dari sejak usia dini.
2.2.1.2 Kosa Kata

Hatch dan Brown (1995: 1) menyatakan bahwa kosakata adalah suatu daftar

atau rangkaian kata untuk suatu bahasa tertentu yang mungkin digunakan oleh

pembicara perseorangan. Richards dan Renandya (2002: 81) kosakata adalah salah

satu komponen utama dalam penguasaan bahasa yang memberikan banyak dasar

untuk seberapa baik pelajar berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.

Menurut Ur (1998: 60) kosakata dapat didefinisikan sebagai kata yang diajarkan

dalam bahasa asing. Berdasarkan Hatch dan Brown, kosakata merupakan serangkaian

kata yang terdapat dalam suatu bahasa tertentu. Richards dan Renandya menyatakan

bahwa kosa kata adalah komponen penting dalam bahasa. Sementara itu, Ur

menambahkan bahwa kosakata berkaitan dengan kata yang diajarkan dalam bahasa

asing. Berdasarkan empat definisi diatas, kosakata merupakan inti penting dari suatu

bahasa yang dibagun dalam serangkaian kata dalam bahasa asing yang digunakan

untuk mengekspresikan sebuah arti. Sebuah kata disini adalah simbol dalam bentuk

serangkaian alfabet yang melambangkan sebuah objek dalam bentuk fisik atau ide.

Kosakata dapat didefinisikan sebagai '' kata-kata yang harus kita ketahui untuk

berkomunikasi secara efektif; kata-kata dalam berbicara (kosa kata ekspresif) dan

kata-kata dalam mendengarkan (kosa kata reseptif) ''. Selain itu, Burns dalam

(Mappiasse. dkk. 2014) mendefinisikan kosakata sebagai stok kata kata yang

digunakan oleh seseorang, kelas atau profesi sedangkan menurut Zimmerman dalam

(Nurjanna & Pratama, 2018) kosakata adalah pusat dari bahasa dan sangat penting

bagi pembelajaran bahasa tipikal. Lebih lanjut, Diamond dan Gutlohn dalam
(Alqahtani, M. 2015) bahwa kosakata adalah pengetahuan kata dan makna kata.

Beberapa ahli membagi kosa kata menjadi dua jenis: kosa kata aktif dan pasif.

Harmer dalam (Putri & Ariati, 2018) membedakan antara kedua jenis kosakata ini.

Jenis kosakata pertama mengacu pada yang telah diajarkan oleh siswa dan yang

diharapkan dapat mereka gunakan. Sementara itu, yang kedua merujuk pada kata-kata

yang akan dikenali oleh siswa ketika mereka bertemu dengan mereka, tetapi yang

mungkin tidak akan mereka ucapkan.

Dari hasil penelitian dan kenyataan di lapangan menunjukan bahwa

pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia dini masih banyak

kelemahan dan kekurangannya (Kasihani,2007:3). Dalam mempelajari bahasa

Inggris, kosa kata (vocabulary) merupakan salah satu faktor yang sangat penting.

Kosa kata bahasa Inggris akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh anak jika

guru dapat menyampaikannya dengan kegiatan yang menarik dan menyenangkan.

Masalah pembelajaran secara umum dalam penelitian ini adalah ketika anak memulai

pelajaran dan mendengar kosa kata yang tidak dimengerti, maka hal itulah yang

membuat anak menjadi malas belajar, apalagi dengan penggunaan teknik yang

monoton dan tidak menarik sehingga anak merasa sangat bosan pada saat

mempelajari bahasa Inggris.

Mengingat bahasa adalah merupakan salah satu bahasa asing yang ada di

Indonesia, tentunya proses pembelajarannya juga harus memerlukan pendekatan yang

sesuai dan efektif. Faktor emosi sangatlah berperan penting dalam pembelajaran

bahasa pada anak, selain memberikan penugasan dan keterampilan dalam


mempelajari bahasa Inggris yang baik, guru juga harus mengetahui faktor-faktor apa

saja yang dapat mempengaruhi dan memahami karakteristik pembelajaran di Taman

Kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini serta dapat menguasai metode-metode

yang benar dalam proses pembelajaran bahasa Inggris pada anak, sehingga dapat

memudahkan guru untuk mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

bagi anak.

Belajar bahasa Inggris melibatkan gerak tubuh yang biasanya juga

dikombinasikan dengan bernyanyi atau bercerita sesuai dengan karakteristik anak

yang senang bernyanyi dan aktif bergerak, maka akan dapat mengurangi tekanan atau

perasaan bosan pada anak saat belajar kosa kata bahasa Inggris. Dengan keceriaan

yang muncul dari dalam diri anak (positive mood) akan memberikan pengaruh yang

baik bagi anak saat mempelajari kosa kata bahasa Inggris. Selama masa kanak-kanak,

menengah dan akhir, anak-anak membuat banyak kemajuan dalam kosakata serta tata

bahasa mereka. Kosa kata dan tata bahasa cara anak memikirkan kata-kata yang

berubah selama masa kanak-kanak menengah dan akhir. Kosakata adalah himpunan

atau perbendaharaan kata-kata yang dapat disusun menjadi kalimat. Kridalaksana

(1993:127) mendefinisikan kosakata sebagai komponen bahasa yang memuat semua

informasi dan pemakaian kata dalam bahasa.

Adapun sasaran pencapaian kriteria dalam perkembangan kosakata bahasa

pada anak usia dini adalah 1) Berkomunikasi secara non verbal melalui isyarat,

gerakan dan ekspresi. 2) Bergabung dalam percakapan informal mengenai

pengalaman dan mengikuti peraturan percakapan. 3) Menggunakan bahasa untuk


mengungkapkan kebutuhan, ide dan perasaan. 4) Mulai mengenal sajak, bunyi

bersajak dalam kosakata yang familiar, bergabung dengan permainan sajak, dan

menirukan lagu atau puisi bersajak. 5) Mulai memaparkan kembali isi cerita. 6) Mulai

mencermati bunyi awal pada kosakata familiar dengan menyadari bahwa pengucapan

beberapa kata dimulai dengan cara yang sama. 7) Menunjukkan kemajuan tetap

dalam kosakata percakapan. 8) Menjawab pertanyaan dengan tepat. 9) Memusatkan

perhatian pada pembicara. 10) Mendengarkan dan terlibat dalam percakapan pada

teman.

2.2.2 Metode Total Physical Response

2.2.2.1 Pengertian Metode Total Physical Response

Total Physical Response (TPR) Merupakan metode pengajaran bahasa yang

memungkinkan para siswa untuk mempelajari kosakata bahasa inggris baru dengan

mendengarkan dan memperagakan perintah lisan. Beberapa ahli mengemukakan

tantang definisi TPR sebagai metode pembelajaran bahasa yang efektif dan

menyenangkan terutama untuk diberikan kepada anak usia dini.

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh James J. Asher di Universitas

San Jose California yang telah sukses dalam pengembangan metode pembelajaran

bahasa asing pada anak-anak. (Asher 1968:7) mengemukakan bahwa pengucapan

langsung pada anak mengandung suatu perintah, sehingga anak tersebut akan

merespon dengan fisiknya (body language) sebelum mereka memulai untuk

menghasilkan respon ucapan (verbal language). Sehingga dapat dikatakan bahwa

“Total Physical Response (TPR) atau Respon Fisik Total ini merupakan metode
pembelajaran bahasa Inggris yang sesuai untuk anak usia dini dimana

pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan

kegiatan fisik dan gerakan.

Sedangkan menurut Larsen & Freeman (1986:116) “TPR adalah the

comprehension approach atau pendekatan pemahaman yakni metode pendekatan

bahasa asing dengan perintah atau instruksi”. Richards & Rodgers (1999:87) juga

berpendapat bahwa “TPR merupakan suatu metode pembelajaran bahasa yang

disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action);

dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor)”.

Hal ini juga diperkuat oleh Richard (2001:73) yang juga menyatakan bahwa

Total Physical Response atau Respon Fisik Total merupakan metode pengajaran

bahasa yang menggunakan kerjasama ucapan dan gerak tubuh yang merupakan usaha

untuk mengajarkan bahasa melalui sebuah aktifitas. Metode TPR merupakan metode

pembelajaran bahasa yang berhubungan antara koordinasi perintah, ucapan dan gerak.

Sehingga seorang guru berusaha mengajarkan bahasa melalui aktifitas fisik. Begitu

juga dengan Tarigan (2009, :133) yang berpendapat bahwa “dalam metode TPR

pemahaman dan ingatan diperoleh dengan baik melalui gerakan tubuh para siswa

dalam menjawab atau memberikan respon pada perintah-perintah. Bentuk Imperative

bahasa merupakan sarana ampuh untuk memanipulasikan tingkah laku para siswa dan

membimbing mereka kearah pemahaman melalui gerak atau perbuatan”. Rachmawati

(2013:3) menyatakan bahwa “TPR merupakan metode yang popular untuk


mengenalkan kosakata yang berkenaan dengan tindakan atau gerakan bagi anak usia

dini”.

Dari berbagai definisi TPR di atas dapat disimpulkan bahwa metode TPR

merupakan metode yang sangat mudah diaplikasikan dalam pengajaran bahasa karena

mengandung unsur gerakan tubuh (movement) sehingga dapat menghilangkan stress

pada anak didik dalam pembelajaran bahasa khususnya pada saat mempelajari bahasa

asing yang dalam hal ini adalah bahasa Inggris. Metode TPR juga dapat menciptakan

suasana hati yang positif pada anak didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari bahasa target

khususnya bahasa Inggris.

2.2.2.2 Karakteristik Total Physical Response

Omagglo menjelaskan karakteristik metode TPR sebagai berikut :

1. Guru mengarahkan dan siswa “bertindak” sebagai tanggapan.

2. pemahaman bahasa lisan harus dikembangkan sebelum berbicara

3. Pemahaman dan retensi paling baik dicapai melalui gerakan tubuh siswa

sebagai tanggapan atas perintah

4. keterampilan mendengarkan dan respon fisik ditekankan pada produksi oral

5. siswa tidak boleh dipaksa untuk berbicara sebelum mereka siap. Kemampuan

berbicara akan muncul secara alami sejalan dengan liternasi bahasa target.

6. bahasa lisan lebih ditekankan diatas bahasa tulisan

7. Bila mungkin, humor suntikkan ke dalam pelajaran untuk membuat peserta

didik lebih nyaman dalam belajar bahasa


2.2.2.3 Langkah-Langkah Dasar Total Physical Response

ada beberapa langkah untuk mengajarkan metode TPR yang harus diketahui

dan dilakukan guru sebelum mengajar dengan menggunakan TPR. TPR menjadi

metode yang efektif jika guru mengetahui langkah-langkah dasar TPR. Proliteracy

information center (2004:2) menjelaskan 5 langkah-langkah dasar dalam TPR :

1. Guru memilih perintah (dan kosakata) yang akan diajarkan.

2. Sebelum sesi pelajaran, guru membuat daftar perintah lengkap sesuai rencana

urutan untuk mengajar para siswa.

3. guru mengumpulkan peralatan, alat peraga, atau gambar yang diperlukan

untuk mengatur konteks atau ilustrasi perintah.

4. jika guru mengajar siswa yang berkelompok, pilih dua atau tiga siswa untuk

demonstrasi.

5. kemudian, guru mengajarkan perintah dengan cara :

a. memberi contoh tindakan saat memberi perintah pertama. Gunakan

isyarat dan ekspresi wajah untuk membantu siswa mengerti apa

maksud yang diperintahkan.

b. lakukan tindakan dengan siswa beberapa kali, dan berikan perintah

setiap kali guru melakukan tindakan.

c. berikan perintah tanpa melakukan tindakan kepada siswa.

d. jika siswa mengalami kesulitan dalam menjalankan perintah,

contohkan tindakan lagi saat guru mengucapkan perintah. Guru harus

selalu siap membantu bilamana diperlukan.


e. Ulangi langkah-langkah a-d untuk setiap perintah yang ingin

diajarkan. Sebelum memperkenalkan perintah baru, tinjau ulang

perintah yang telah diajarkan dengan urutan yang sama seperti yang

diajarkan guru kepada siswa

f. tahap akhir dilakukan dengan meninjau semua perintah secara acak.

2.2.2.4 Aspek pengajaran Metode Total physical response

Menurut Larsen & Freeman (2000:111-113), ada tiga belas aspek di dalam

pengajaran metode TPR antara lain:

1) Bahasa target harus disajikan secara utuh, tidak hanya kata demi kata.

2) Pemahaman siswa tentang bahasa target harus dikembangkan sebelum

berbicara.

3) Siswa pada awalnya memanggil satu bagian bahasa dengan cepat dengan

menggerakkan tubuh mereka.

4) Perintah adalah perangkat linguistik yang kuat dimana guru dapat

mengarahkan perilaku siswa.

5) Siswa dapat belajar melalui pengamatan tindakan serta melakukan tindakan

sendiri.

6) Sangat penting agar siswa merasa sukses. Perasaan sukses dan rendahnya

kecemasan memudahkan pembelajaran.

7) Siswa tidak boleh dihafal rutinitas tetap.

8) Koreksi harus dilakukan dengan cara yang tidak mencolok.


9) Siswa harus mengembangkan fleksibilitas dalam memahami kombinasi baru

dari potongan bahasa target. Mereka perlu memahami lebih dari kalimat yang

tepat yang digunakan dalam pelatihan Novelty juga memotivasi.

10) Belajar bahasa lebih efektif bila menyenangkan.

11) Bahasa lisan harus ditekankan dalam bahasa tertulis.

12) Siswa akan mulai berbicara saat mereka siap.

13) Siswa diharapkan membuat kesalahan saat pertama kali mulai berbicara. Guru

harus toleran terhadap mereka. Bekerja pada detail bahasa yang bagus harus

ditunda sampai siswa menjadi agak mahir.

2.3 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Hartini (2018) dengan judul penelitian

“Pengaruh metode total physical response terhadap hasil belajar siswa pada

mata pelajaran bahasa inggris di kelas III MI Nurul Islam Sukarbela tahun

pelajaran 2017/2018”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada

pengeruh metode total physical response terhadap hasil belajar siswa pada

mata pelajaran bahasa inggris di kelas III MI Nurul Islam Sukarbela tahun

pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

pada total physical response terhadap hasil belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aida Fitriyani Khusniyati (2020) dengan judul

penelitian “Pengaruh metode total physical response berbantuan media flash

card terhadap kemampuan menyimak dan penguasaan kosakata bahasa


inggris pada anak usia dini” . Tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode total

physical response dalam meningkatkan kemampuan menyimak dan

penguasaan kosakata bahasa inggris anak di RA Islamic Tunas Bangsa 4.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari

penggunaan metode total physical response terhadap menyimak dan

penguasaan kosakata bahasa inggris anak di RA Islamic Tunas Bangsa 4.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Suantari, Putu Aditya Antara, dan Putu

Rahayu Ujianti (2019) dengan judul penelitian Pengaruh metode total

physical response terhadap kemampuan kosakata bahasa inggris anak

kelompok B. tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan yang

signifikan kemampuan kosakata bahasa Inggris, antara anak yang diberikan

pembelajaran menggunakan metode Total Physical Response (TPR) dengan

anak yang diberikan pembelajaran menggunakan metode expositori pada anak

kelompok B TK Gugus IV Kecamatan Buleleng. Hasil penelitian ini

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan kosakata

Bahasa Inggris antara anak yang diberikan pembelajaran dengan metode Total

Physical Response dengan anak yang diberikan metode expository.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Astutik dan Choirun Nisak Aulina (2017)

dengan judul penelitian “Metode Total physical response pada pengajaran

bahasa inggris siswa taman kanak-kanak”. Tujuan penelitian ini untuk melihat

pengajaran guru terhadap penerapan metode TPR. Hasil penelitian ini


menunjukkan bahwa metode TPR merupakan cara yang tepat untuk

mengajarkan bahasa inggris kepada siswa.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Lilis Suryani, Setiyo Utoyo, Nunung

Surya Jamin Dan Yenti Juniarti (2021) dengan judul penelitian

“Pengembangan E-Modul metode total physical response dalam mengenalkan

kosakata pada anak usia 4-5 tahun di TK Nusa Indah”. Tujuan penelitian ini

adalah sebagai solusi pembelajaran dengan mengembangkan E-modul Metode

Total Physical Response (TPR) dalam mengenalkan kosakata pada anak usia

4-5 tahun di TK Nusa Indah. Hasil penelitian ini bahwa uji validasi ahli

menunjukkan bahwa 83% , dengan kategori produk E-modul sangat layak

digunakan dalam pembelajaran.

Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan

dengan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Hartini, Aida

Fitriyani Khusniyati, Ni Luh Suantari, Putu Aditya Antara, Putu Rahayu Ujianti, Yuli

Astutik dan Choirun Nisak Aulina, Ni Putu Lilis Suryani, Setiyo Utoyo, Nunung

Surya Jamin Dan Yenti Juniarti terletak pada judul penelitian yang dilakukannya itu

tentang pengaruh metode total physical response pada anak. Sedangkan perbedaan

terletak pada waktu dan lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data yang digunakan

dan hasil penelitian yang diperoleh.

2.4 Kerangka Berpikir

Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Business Research mengemukakan

bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori


berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Permasalahan yang penting dalam penelitian ini merupakan penerapan

metode total physical response (TPR) dalam pembelajaran menggunakan bahasa

inggris di kelompok B TK Nurul Ilmih Kabupaten buol.

Kemampuan berbahasa dan berkomunikasi merupakan sebuah kebutuhan bagi

anak TK. Saat ini pengaruh penggunaan bahasa Inggris di TK sangat besar, tidak

sedikit TK yang menggunakan bahasa Inggris dalam kegiatan pembelajaran sehari-

hari. Kemampuan kosakata merupakan kemampuan paling awal sebelum anak bisa

berbicara, membaca, dan menulis. Untuk dapat berkomunikasi menggunakan bahasa

Inggris hal yang paling penting adalah menguasai kosakata.

Periode paling sensitif terhadap bahasa dalam kehidupan seseorang adalah

antara umur dua sampai tujuh tahun. Segala macam aspek dalam berbahasa harus

diperkenalkan kepada anak sebelum masa sensitif ini berakhir. Pada periode sensitif

ini sangat penting diperkenalkan cara berbahasa yang baik dan benar, karena keahlian

ini sangat berguna untuk berkomunikasi dengan lingkungannya (Maria

Montessori,1991). Berdasarkan teori tersebut, adalah tepat jika bahasa Inggris mulai

diperkenalkan kepada anak sedini mungkin. Mengingat bahasa Inggris merupakan

bahasa asing pertama di Indonesia, maka proses pembelajarannya harus dilakukan

secara bertahap. Pemilihan materi yang sesuai dengan usia anak dan juga efektif

untuk perkembangan kognitif bahasa anak serta situasi belajar yang menyenangkan

haruslah menjadi perhatian utama dalam berhasilnya suatu proses pembelajaran


Metode dan teknik yang hendak digunakan sebaiknya dipilih dan disesuaikan

dengan kemampuan yang ingin dicapai. Profesionalisme seorang pendidik di dalam

mengembangkan dan memanfaatkan metode dan teknik tersebut sangatlah

dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik. Metode dan proses

pengajaran dalam konteks yang komunikatif meliputi konteks situasi sosial, kultural,

permainan, nyanyian dan musik, pembacaan cerita, pengalaman-pengalaman

kesenian, kerajinan dan mengutamakan gerakan fisik adalah metode yang sangat

sesuai dan efektif jika digunakan dalam proses belajar bahasa Inggris khususnya bagi

anak usia dini.

Kerangka berfikir dibuat Peneliti dengan tujuan agar penelitian terfokus

hanya pada permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penerapan metode

total physical response (TPR) merupakan sebuah metode bahasa asing yang

diterapkan melalui perintah dari Pendidik dan dilaksanakan dengan respon fisik oleh

Peserta Didik. Pada dasarnya tujuan metode total physical response (TPR) adalah

untuk mengembangkan potensi Peserta Didik dalam berbahasa Asing atau

berkomunikasi secara baik dan benar menggunakan bahasa Asing khususnya bahasa

Inggris.

Penerapan metode total physical response (TPR) pada penelitian ini akan

diterapkan dalam pembelajaran bahasa inggris. Karena dalam pembelajaran

menggunakan bahasa inggris terdapat materi yang dikatakan tepat apabila

diterapkannya metode total physical response (TPR) pada materi kosakata. Penerapan

metode total physical response (TPR) tidak luput dari berbagai faktor yang akan
menghambat pelaksanaan metode tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhi

penerapan metode total physical response (TPR) yaitu faktor psikologi pada Anak

atau Peserta Didik yang mempunyai rasa malu atau merasa stres dan keterbatasan

dalam pengucapan. Dalam mengatasi faktor yang ada, perlu adanya tindakan dari

Pendidik untuk menciptakan suasana atau kondisi belajar mengajar yang baik dan

menyenangkan. Karena dengan terciptanya suasana belajar mengajar yang

menyenangkan dapat menghilangkan rasa malu, stres dan tertekan bagi Peserta Didik.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan para ahli peneliti yang telah menerapkan

metode total physical response (TPR) menunjukkan bahwa hasil yang didapat telah

meningkatkan semangat belajar Peserta Didik dan meningkatkan keterampilan

Peserta Didik dalam berbahasa Asing khususnya bahasa Inggris. Maka dalam

penelitian kali ini, Peneliti dalam penerapan metode total physical response (TPR) di

kelompok B dilakukan oleh Pendidik. Sedangkan Peneliti akan melihat bagaimana

penerapan metode total physical response (TPR) dalam pembelajaran di kelas

kelompok B TK Nurul Ilmih Kabupaten buol.


Proses Kegiatan Pembelajaran

Kemampuan Kosakata Metode TPR


Bahasa Inggris

Kemampuan Kosakata
Bahasa Inggris

Rata-Rata Kemampuan Rata-Rata Kemampuan


Kosakata Bahasa Inggris Kosakata Bahasa Inggris
Anak Sebelum Diberikan Anak Setelah Diberikan
Perlakuan Perlakuan

2.5 Hipotesis Peneliti

Hipotesis merupakan jawaban sementara rumusan masalah peneliti, dimana

rumusan masalah peneliti telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa hipotesis adalah

jawaban sementara anggapan sementara peneliti, yang perlu dibuktikan kebenarannya


melalui penelitian, dan adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dalah

“Terdapat pengaruh pada Penerapan Metode Total Physical Response Terhadap

Kosakata Anak (Penelitian Eksperimen Pengenalan Bahasa Inggris Di Kelompok B

TK Nurul Ilmih Kabupaten Buol)’’ .

Anda mungkin juga menyukai