CITATIONS READS
3 29
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Mae Sri Hartati Wahyuningsih on 07 February 2020.
MAE SRI HARTATI WAHYUNINGSIH1,♥, SUBAGUS WAHYUONO2, DJOKO SANTOSA2, JUSAIN SETIADI2,
3 3 4 4
SOEKOTJO , SITI MUSLIMAH WIDIASTUTI. , RITA RAKHMAWATI , DINAR SARI CAHYANINGRUM WAHYUNI
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta 55281.
2
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta 55281.
3
Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta 55281.
4
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126.
ABSTRACT
The width of the forest area of Indonesia is about 75% of the entire land which has not been optimally utilized as a raw medicinal resource.
The forest area is rich in plants of various medicinal benefits which have not been found out and developed. The aim of the study was to
explore Central Kalimantan’s forest plants as bioactive compound resources. Using Brine Shrimp Lethality Test (BST) method the
exploration was conducted on 70 kinds of plants which had been traditionally used in that area. The dry powder was macerated in
chloroform and then in methanol in order to obtain 140 chloroform and methanol extracts, each 70 extracts respectively. The activities of
those extract were tested on 500 dan 1000 μg/mL of their concentration. The result was analized using probit regresion in order to obtain
LC50 value. The result of the study indicated that from those 140 extracts, were obtained 70 active extracts (100% dead larva Artemia
salina) in their concentration of 500 μg/mL. Concentration decreasing up to 100 μg/mL produced 10 active extracts (100% dead larva A.
salina) which potential developed as bioactive compound resources.
© 2008 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: Central Kalimantan, plant exploration, bioactive compound, Brine Shrimp Lethality Test.
Oktober 2003. Bahan lain yang diperlukan mencakup diletakkan di bawah penerangan dan setelah 24 jam jumlah
kloroform, etil asetat, n-heksana, metanol berderajat pro larva yang mati dihitung. Hasil penelitian dianalisis
analisis (E. Merck); air laut buatan dengan kadar garam menggunakan regresi probit sehingga diperoleh harga LC50.
20%, telur Artemia salina Leach, suspensi ragi
(Fermipan®), silika gel GF254 (E. Merck), cerium (IV) sulfat Kromatografi lapis tipis
(E. Merck), reagen dragendorff (E. Merck), dan akuades. Ekstrak teraktif ditotolkan pada lempeng silika gel
Alat yang digunakan mencakup rotavapor, corong buchner, GF254 dan dikembangkan dengan fase gerak yang sesuai.
mikropipet, lampu (40 watt), aerator, mikrosiring, oven, alat Hasil pengembangan dideteksi dengan sinar UV 254 nm
penyemprot bercak, dan lampu UV. dan UV 366 nm, serta dragendorff dan serium (IV) sulfat.
percobaan menggunakan metode BST, yaitu: suatu uji Tabel 1. Persentase kematian 100% terhadap larva A. salina pada
aktivitas terhadap larva A. salina dengan menghitung konsentrasi 500 μg/mL dan 100 μg/mL.
jumlah/persentase kematian larva udang seperti yang
digunakan oleh Meyer et al. (1982). Metode ini telah banyak Ekstrak Konsentrasi
dikembangkan sebagai salah satu cara penentuan Sampel Nama 500 100
bioaktivitas ekstrak tumbuhan maupun senyawa murni. μg/mL μg/mL
03 bfar 004 Annona reticulata L. CHCl3 + +
Meyer et al., (1982) menyatakan bahwa suatu senyawa
03 bfar 004 Annona reticulata L. MeOH + -
dikatakan toksik/aktif apabila mempunyai nilai LC50 di 03 bfar 008 Globba marantina L. MeOH + -
bawah 1000 μg/mL. Brine Shrimp Lethallity Test (BST) 03 bfar 023 Eurya nitida Korth. CHCl3 + +
digunakan sebagai metode guided bioassay dalam 03 bfar 023 Eurya nitida Korth. MeOH + +
melakukan eksplorasi beberapa tanaman ini karena 03 bfar 026 Dictamnus albus L. CHCl3 + -
pelaksanaannya mudah, murah dan hasilnya representatif 03 bfar 027 Eurycoma longifolia Jack. CHCl3 + +
(Meyer et al., 1982; Carballo et al., 2002). 03 bfar 029 Fibraurea chloroleuca Miers CHCl3 + +
Eksplorasi terhadap 140 ekstrak yang diuji mengguna- 03 bfar 029 Fibraurea chloroleuca Miers MeOH + -
03 bfar 031 Pandora sp. CHCl3 + -
kan metode BST menunjukkan bahwa pada dosis 500 03 bfar 053 Hornstedtia mollis (Bl) Val. CHCl3 + -
µg/mL, 17 ekstrak menunjukkan aktivitas terhadap larva A. 03 bfar 058 Pithecellobium ellipticum (Bl) + +
salina dengan tingkat kematian 100%. Dari jumlah tersebut, CHCl3
Hassk.
pada dosis 100 µg/mL sebanyak 10 ekstrak menunjukkan 03 bfar 061 Vitex pubescens Vahl. CHCl3 + +
tingkat kematian 100% terhadap larva A. salina. Salah satu 03 bfar 066 Calamus caesius Bl. CHCl3 + +
sampel yang sangat menarik perhatian adalah sampel 03 bfar 066 Calamus caesius Bl. MeOH + -
dengan kode 03 bfar 023. Pada konsentrasi 500 µg/mL 03 bfar 068 Cinnamomum sintoc Bl. CHCl3 + +
maupun 100 µg/mL kedua ekstrak (kloroform dan metanol) 03 bfar 068 Cinnamomum sintoc Bl. MeOH + -
Keterangan: CHCl3 = kloroform, MeOH = metanol; + = mati, - =
dari sampel tersebut menunjukkan aktivitas yang sama,
tidak mati.
yakni menyebabkan kematian 100% terhadap larva A.
salina (Tabel 1.). Profil kromatogram KLT kedua ekstrak
tersebut berbeda, sehingga dapat dipastikan senyawa yang
Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak
tersari juga berbeda. Berarti tumbuhan tersebut
kloroform F. chloroleuca dapat diisolasi menggunakan BST
mengandung senyawa-senyawa yang berbeda, tetapi
dengan LC50 sebesar 4,5 μg/mL. Senyawa bioaktif tersebut
memiliki aktivitas yang sama yakni mampu mematikan o
mempunyai jarak lebur yang tajam pada 182,4-183,0 C,
hewan uji baik pada konsentrasi tinggi maupun rendah.
dengan panjang gelombang maksimum 241-345 nm yang
Sampel lainnya yang juga menarik perhatian adalah sampel
mengindikasikan bahwa senyawa tersebut mempunyai
dengan kode 03 bfar 029. Sampel ini mempunyai nama
gugus kromofor. Senyawa tersebut juga memberikan reaksi
daerah akar kuning atau Fibraurea chloroleuca Miers.
positif dengan penampak bercak spesifik (dragendorf) pada
Tumbuhan ini banyak ditemukan di Thailand, Vietnam,
KLT yang mengindikasikan bahwa senyawa tersebut
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku (Sitepu, 2001).
merupakan alkaloid (Wahyuono et al., 2006). Identifikasi
Masyarakat Dayak di Kalimantan menggunakan tumbuhan
senyawa bioaktif tersebut menggunakan spektroskopi (UV,
ini sebagai obat sakit perut, obat tetes mata serta obat sakit
IR, NMR, dan MS) dan dibandingkan dengan data
kuning (Sitepu, 2001; Duke, 1985). F. chloroleuca mem-
spektroskopi dari literatur (Suau et al., 2000) menunjukkan
punyai kandungan alkaloid yang banyak terdapat di dalam
identitasnya sebagai 8-oxoprotoberberine (Wahyuono et al.,
batang, akar dan daun. Penelitian Manaf et al. (2002)
2007) (Gambar 1.). Senyawa ini dilaporkan mampu
menunjukkan bahwa alkaloid pada batang dan akar F.
menginterkalasi DNA (Liu et al., 2002).
chloroleuca berjenis sama. Tumbuhan ini juga mengandung
senyawa terpenoid, baik pada batang, daun maupun
akarnya. Beberapa penelitian mengemukakan senyawa-
senyawa yang terdapat pada tumbuhan F. chloroleuca, KESIMPULAN
antara lain, berberin, yaitu: suatu alkaloid yang telah lama
digunakan dalam pengobatan (Cernakova et al., 2002; Eksplorasi terhadap 140 macam ekstrak tanaman hutan
Anonim, 2005). Tumbuhan ini juga mengandung Kalimantan Tengah yang di uji dengan metode BST
jathrorrizin, palmitin (Anonim, 2005), dan fibleucin (Bakhari diperoleh 17 ekstrak aktif dengan kematian larva A. salina
et al., 1998). 100% pada konsentrasi 500 µg/mL. Penurunan konsentrasi
ekstrak sampai 100 μg/mL, diperoleh 10 ekstrak yang poten
4 5 dikembangkan sebagai sumber senyawa bioaktif.
15
O 3
6
DAFTAR PUSTAKA 24. Chemistry Dept, imperial College of Science, Technology and
Medicine.
Manaf, A.J., N.A. Shah, A.A. Musa, M. Supi, and S.Z.M. So’ad. 2002.
Anonim. 2002. Sarawak MediChem Pharmaceuticals; initiates clinical trial of Pengecaman tumbuhan bernilai komersil di hutan simpan Universiti
calanolide-A in combination therapy for HIV. Press release July 08, Teknologi MARA Cawangan Pahang serta penyaringan bahan-bahan
2002, News in the world of Natural Products. metabolit sekundernya. Proceeding of the Seminar on Malaysian
http://www.ingentaconnect.com/content/ben/cdth/2007 Traditional Medicine, University of Malaya, Kuala Lumpur, July 24-25
Anonim. 2005. Ubat-ubatan Tradisional, http://www.lib.usm.my/press/SSU/ Meyer, N., A.R. Ferrigni, J.E. Putnam, L.B. Jacobsen, D.E. Nicholas, and
GAEK.bm.html J.C. McLaughlin. 1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for
Aspan, R., 2004. Pengembangan pemanfaatan obat alam dalam pelayanan active plant constituent. Planta Medica 982 (45): 3-34.
kesehatan masyarakat. Seminar Tanaman Obat Indonesia, Ohlstein, E.H., R.R. Ruffolo Jr., and J.D. Elliot. 2000. Drug discovery in the
Tawangmangu, Surakarta. next millennium. Annual Review Pharmacology and Toxicology. 40: 177-
Backer, C. A., and Van den Brink, R. C. B., 1968, Flora of Java, volume II, 191.
p.240, NPV, Noordhoff, Groningen. Rijai, L.. 2003. Bioprospeksi suatu Paradigma Baru dalam Pengelolaan
Bakhari, N.A., S.T. Wah, K. Chinnakali, H.K. Fun, and I.A. Razak. 1998. Hutan Berkelanjutan Bogor: Program Pascasarjana S3, Institut
Fibleucin from Fibraurea chloroleuca Miers. Acta Crystallographica. C54: Pertanian Bogor.
1649-1651. Sitepu, D., dan P. Sutikno. 2001. Peranan tanaman obat dalam
Luis, C.J., I.Z.L. Hernandez, P. Pilar, G.M.D. Garcia. 2002. A comparison pengembangan hutan tanaman. Bulletin Kehutanan 2 (2): 14-18.
between two brine shrimp assays to detect bioactivity in marine natural Suau, R., J.M. Lopez-Romero, A. Ruiz, and R. Rico. 2000. Synthesis of
product. BMC Biotechnology 2: 27. homoprotoberberines and 8-oxoprotoberberines by sequential
Cernakova, M., D. Kostalove, V. Kettman, M. Pladova, J. Toth, and J. Drimal. bicyclization of phenylacetamides. Tetrahedron 56: 993-998.
2002. Potential antimutagenic activity of berberin, a constituent of Mahonia Wahyuono, S., J. Setiadi, Dj. Santosa, M.S.H. Wahyuningsih, Soekotjo, and
aquifolium. BMC Complementary and Alternative Medicine 2: 2. S.M. Widyastuti,. 2006. Potential of bioactive compound isolated from
Duke, J.A. and E.S. Ayensu. 1985. Medicinal Plants of China. Algonac: MI akar kuning (Fibraurea chloroleuca Miers.) collected from Central
Reference Publication, Inc. Kalimantan forest as anticancer. Majalah Obat Tradisional 11: 22-28
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Penerjemah: Wahyuono, S., J. Setiadi, Dj. Santosa, M.S.H. Wahyuningsih, Soekotjo, and
Padmawinata, K. dan I. Sudiro. Bandung: Penerbit ITB. S.M. Widyastuti. 2007. Structure identification of bioactive compound
Liu, L., R.N. Warrener, and R.A. Russel. 1998. Synthesis of B-ring isolated from akar kuning (Fibraurea chloroleuca Miers.) (#03-SBK-029)
aromatised protoberberine-8-one-species as potential DNA intercalation collected from central Kalimantan forest, Majalah Obat Tradisional. 11:
units. Electronic Conference on Heterocyclic Chemistry, June 29-July 3-8.
Hidrorengkah Katalitik Oli Bekas Menjadi Fraksi Bahan Bakar Cair Menggunakan
ZnO, Nb2O5, Zeolit Alam Aktif dan Modifikasinya
ABSTRACT
Catalytic hydrocracking of waste lubricant oil into liquid fuel fraction using ZnO, Nb2O5, activated natural zeolite
(ZAAH) and their modification has been investigated. The zeolite was produced in Wonosari, Yogyakarta. Activation
of the zeolite was carried out by refluxing with HCl 3M for 30 min, produced the activated natural zeolite (ZAAH). The
ZnO/ZAAH catalyst was prepared by impregnation of Zn onto the ZAAH by ion exchange method using salt
precursor of Zn(NO3)2.4H2O. The Nb2O5/ZAAH catalyst was prepared by mixing the ZAAH sample with Nb2O5 and
oxalic acid solution until the paste was formed. The impregnation of Zn onto Nb2O5/ZAAH was carried out using the
same method to that of the ZnO/ZAAH catalyst, resulted ZnO/Nb2O5-ZAAH catalyst. Characterization of catalyst
include determination of Zn metal by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), acidity by gravimetric method and
catalyst porosity by Surface Area Analyzer (NOVA-1000). Catalytic hydrocracking was carried out in a semi-batch
o
reactor system using ZnO, ZAAH, ZnO/ZAAH and ZnO/Nb 2O5-ZAAH catalysts at 450 C under the H2 flow rate
of 15 mL/min. and the ratio of catalyst/feed = 1/5. The composition of liquid products was analyzed by Gas
Chromatograpy (GC).The results showed that impregnation of ZnO and/or Nb2O5 on the ZAAH increased the acidity
and specific surface area of catalyst. The products of the hydrocracking process were liquid, coke and gas.
Conversion of liquid products was increased by the increase of catalyst acidity. The highest liquid product was
produced by ZnO/Nb2O5-ZAAH catalyst, 52.97 wt-%, consist of gasoline, 38.87 wt-% and diesel, 14.10 wt-%.
>C 12) berdasarkan kromatogram GC dari masing- Tabel 1. Data karakter katalis
masing produk cair hasil hidrorengkah oli bekas.
Persentase luas area fraksi bensin dan diesel dihitung
berdasarkan luas area GC, menggunakan persamaan:
Luas area fraksi bensin (%) =
luas area GC untuk fraksi bensin (4)
x 100%
luas area GC secara keseluruhan
Luas area fraksi minyak diesel (%) = Tabel 2. Kelimpahan ukuran pori katalis
luas area GC untuk fraksi minyak diesel (5)
x 100%
luas area GC secara keseluruhan
Distribusi fraksi bensin dan diesel di dalam masing–
masing produk cair dihitung dengan persamaan berikut:
Fraksi bensin/diesel % - b
b =
luas area GC fraksi bensin/diesel (6)
x konversi produk cair Tabel 2 menunjukkan bahwa oksida logam Zn
luas area GC lokal
memiliki pori berukuran meso, tanpa adanya pori
HASIL DAN PEMBAHASAN berukuran mikro. Keberadaan ZnO yang diembankan
pada pengemban ZAAH (dengan/tanpa Nb2O5)
Karakterisasi katalis meningkatkan kelimpahan jejari mikropori dari katalis
yang signifikan (lebih dari 60%). Fenomena ini terjadi
Karakter katalis yang meliputi kandungan logam karena pengembanan ZnO terdistribusi membentuk
Zn, keasaman dan porositas dari katalis ditampilkan pilar vertikal di dalam lubang pori berukuran meso
dalam Tabel 1. sehingga terbentuk pori-pori baru dengan ukuran yang
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa pengembanan lebih kecil.
b
logam Zn (10%- /b) meningkatkan kandungan logam
pada ZAAH (dengan/tanpa Nb2O5). Pada katalis Distribusi produk hasil hidrorengkah
ZnO/Nb2O5-ZAAH tampak memiliki kandungan logam Zn
yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan adanya logam Produk yang dihasilkan dari hidrorengkah oli
Nb2O5 yang diembankan terlebih dahulu memberikan bekas baik secara termal maupun katalitik ditampilkan
situs baru bagi terembannya logam Zn, sehingga dalam Tabel 3.
dimungkinkan logam Zn dapat teremban pada Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa produk yang
permukaan Nb2O5 maupun ZAAH. dihasilkan berupa cairan, gas dan kokas. Pada
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa peningkatan penelitian ini juga dilakukan perengkahan secara
kandungan logam Zn di dalam katalis diikuti termal dengan tujuan untuk melihat kinerja dari katalis
meningkatnya keasaman katalis. Hal ini dikarenakan yang digunakan. Perengkahan termal mayoritas
logam Zn merupakan situs aktif, sehingga semakin menghasilkan produk fraksi gas. Hal ini disebabkan
banyak kandungan logam Zn maka akan semakin karena perengkahan termal melalui mekanisme
banyak basa piridin yang dapat teradsorbi, yang pada pembentukan radikal yang dipicu oleh temperatur yang
akhirnya akan meningkatkan keasaman katalis. relatif tinggi tanpa katalis menghasilkan senyawa
Keasaman katalis tertinggi dicapai oleh katalis ZnO/ hidrokarbon rantai pendek (C1 – C4).
Nb2O5-ZAAH sebesar 1,11 mmol/g. Penggunaan katalis akan meningkatkan laju
Data luas permukaan spesifik pada Tabel 1 reaksi hidrorengkah oli bekas menghasilkan produk
menunjukkan bahwa pengembanan logam Zn fraksi cair. Hal ini disebabkan karena perengkahan
(dengan/tanpa Nb2O5) meningkatkan luas permukaan katalitik melalui mekanisme pembentukan karbokation
spesifik dari katalis. Berdasarkan hal ini maka dengan jumlah atom C minimal C7, sehingga dihasilkan
dimungkinkan logam Zn terdistribusi merata pada produk hidrokarbon fraksi cair lebih dominan [11].
permukaan ZAAH maupun Nb2O5/ZAAH, sehingga Tabel 3 juga menunjukkan kecenderungan bahwa
permukaan logam Zn memberikan kontribusi terhadap pengembanan ZnO pada ZAAH (tanpa atau dengan
luas permukaan total katalis. Berdasarkan peningkatan adanya Nb2O5) meningkatkan konversi produk cair. Di
luas permukaan spesifik dari katalis, maka lain pihak, katalis ZnO saja (tanpa pengemban)
pengembanan logam Zn ini diduga menyebabkan menghasilkan fraksi cair terendah. Hal ini dikarenakan
terbentuknya pori baru dan merubah distribusi ukuran logam Zn merupakan pusat situs aktif dimana reaksi
pori di dalam katalis. Data kelimpahan jejari pori di perengkahan terjadi. Pengembanan logam Zn pada
dalam katalis ditampilkan dalam Tabel 2. permukaan pengemban menyebabkannya terdistribusi
menyebar, sehingga luas permukaan lebih besar dan
Tabel 3. Distribusi produk hasil hidrorengkah Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa semakin
tinggi nilai keasaman katalis maka konversi produk cair
akan meningkat. Nilai keasaman merupakan jumlah
situs asam total, menunjukkan jumlah situs aktif pada
permukaan katalis, maka semakin tinggi nilai
keasaman akan semakin banyak situs aktif di dalam
katalis, yang pada akhirnya aktivitas katalitiknya akan
meningkat.
Pada Gambar 2 yang menunjukkan hubungan
Tabel 4. Selektivitas katalis terhadap fraksi bensin dan
antara kelimpahan jejari mesopori katalis dengan
diesel
konversi produk cair. Tampak bahwa semakin tinggi
kelimpahan jejari mesopori katalis, akan menurunkan
konversi produk cair yang didapat, atau dapat
dikatakan semakin tinggi kelimpahan jejari mikropori
katalis akan meningkatkan aktivitas katalitiknya. Hal ini
dikarenakan perubahan distribusi ukuran pori katalis
dapat mempengaruhi selektivitas produk karena
memudahkan reaktan untuk masuk ke sisi aktif dan
melepasnya dari permukaan katalis [12]. Reaktan akan
kontak umpan dengan situs aktif ini lebih efektif. Pada terdistribusi secara merata dan berinteraksi dengan
kasus katalis ZnO saja, temperatur tinggi dapat situs-situs aktif pada permukaan katalis dengan baik
menyebabkan terjadinya prose sintering katalis sehingga apabila didukung dengan semakin kecilnya ukuran
logam akan menggumpal, akibatnya luas permukaan jejari pori, karena pada jejari pori yang kecil difusi
katalis turun dan situs-situs aktif yang terdapat pada reaktan akan semakin besar yang diakibatkan karena
permukaan katalis akan tertutup. kemampuan adsorbsi yang meningkat. Hal ini
Dari Tabel 3 dan 4 terlihat bahwa konversi produk menyebabkan akan semakin mudah bagi reaktan untuk
fraksi cair tertinggi diperoleh dari hasil recycling pelumas mengakses situs aktif pada permukaan katalis, yang
bekas dengan menggunakan katalis ZnO/Nb2O5-ZAAH pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas katalitik
b
yaitu sebesar 52,97%- /b. dengan selektivitas fraksi dari katalis.
b
bensin sebesar 38,87%- /b.dan minyak diesel 14,10%-
b
/b. Selektivitas katalis terhadap fraksi bensin dan
diesel
Hubungan antara produk cair dengan karakter
katalis Produk cair yang diperoleh dari hidrorengkah oli
bekas ini kemudian dianalisis menggunakan GC untuk
Hubungan antara konversi produk cair dengan mengetahui komposisi senyawa hidrokarbon yang
keasaman dan kelimpahan jejari pori katalis berbasis terkandung di dalamnya. Perbandingan kromatogram
zeolit alam, dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Pada oli bekas dengan produk cair hasil hidrorengkahnya
gambar ini tidak dibahas jenis katalisnya, tetapi dibahas ditampilkan dalam Gambar 3.
kecenderungan atau tren nilai keasaman total terhadap
produk fraksi cair.
Gambar 3. Perbandingan kromatrogram oli bekas (a) dengan hasil hidrorengkahnya baik secara termal (b) maupun
katalitik: (c) ZnO, (d) ZAAH, (e) ZnO/ZAAH, (f) ZnO/Nb2O5-ZAAH
Pada Gambar 3 tampak terjadi perubahan yang masing fraksi dengan luas area total. Fraksi bensin dan
sangat signifikan dari kromatogram oli bekas dengan minyak diesel yang terbentuk ditampilkan dalam Tabel
produk-produk hasil hidrorengkahnya baik secara termal 4.
maupun katalitik. Terlihat bahwa pada waktu retensi 0- Pada Tabel 4 tampak bahwa secara umum
20 menit kelimpahan hidrokarbon berbobot molekul selektivitas katalis terhadap fraksi bensin dan diesel
rendah meningkat secara signifikan. Selain itu meningkat dengan semakin banyaknya konversi
perubahan juga tampak pada waktu retensi 20-30 menit, produk cair yang diperoleh, sehingga diduga bahwa
dimana pada kromatogram oli bekas menunjukkan selektivitas katalis terhadap fraksi bensin maupun
adanya kandungan senyawa aromatis, namun pada diesel lebih dipengaruhi oleh semakin mudah dan
kromatogram produk-produk hasil hidrorengkahnya hal banyaknya reaksi yang dapat terjadi pada permukaan
tersebut sudah tidak tampak katalis.
Presentase fraksi bensin dan minyak diesel
diketahui dengan membandingkan luas puncak masing-