Anda di halaman 1dari 12

Keterangan

 Jurnal Internasional Terakreditasi


 Judul :
Eksplorasi Tumbuhan Dari Hutan Kalimantan Tengah Sebagai Sumber Senyawa Bioaktif
 Tujuan :
Menganalisis Eksplorasi Tumbuhan dari hutan Kalimantan Tengah sebagai senyawa
bioaktif yang di uji menggunakan metode BST
 Jurnal di Terbitkan oleh:
Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, UGM Yogyakarta 55281
 Website : https://www.researchgate.net/publication/725516302
 BIODIVERSITAS
 Volume 9, nomor 3
 Halaman: 169-172
 ISSN: 1412-033X
 Juli 2008
 DOI: 10.13057/biodiv/d090303
 Jurnal Nasional Terakreditasi
 Judul :
Cataltyc Hydrocracking Of Waste Lubricant Oil Into Liquid Fuel Fraction Using ZnO,
Nb2O5, Activated Natural Zeolite And Their Modification
 Tujuan : Mengembangkan Logam Zn pada ZAAH, menganalisis tingkat keasaman katalis
dan pengembangan zeolit alam aktif sebagai alternative.
 Jurnal di terbitkan oleh : Department Of Chemistry, Faculty Of Mathematics And Natural
Sciences, Gadjah Mada University, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
 Website: wega.Trisunaryanti.et.al
 Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342-347
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/275516302

Exploration of Central Kalimantan’s forest plants as bioactive compound


resources

Article · July 2008


DOI: 10.13057/biodiv/d090303

CITATIONS READS

3 29

1 author:

Mae Sri Hartati Wahyuningsih


Universitas Gadjah Mada
30 PUBLICATIONS   39 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mae Sri Hartati Wahyuningsih on 07 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X
Volume 9, Nomor 3 Juli 2008
Halaman: 169-172 DOI: 10.13057/biodiv/d090303

Eksplorasi Tumbuhan dari Hutan Kalimantan Tengah sebagai


Sumber Senyawa Bioaktif

Exploration of Central Kalimantan’s forest plants as bioactive compound resources

MAE SRI HARTATI WAHYUNINGSIH1,♥, SUBAGUS WAHYUONO2, DJOKO SANTOSA2, JUSAIN SETIADI2,
3 3 4 4
SOEKOTJO , SITI MUSLIMAH WIDIASTUTI. , RITA RAKHMAWATI , DINAR SARI CAHYANINGRUM WAHYUNI
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta 55281.
2
Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta 55281.
3
Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta 55281.
4
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126.

Diterima: 25 Januari 2008. Disetujui: 2 Mei 2008.

ABSTRACT

The width of the forest area of Indonesia is about 75% of the entire land which has not been optimally utilized as a raw medicinal resource.
The forest area is rich in plants of various medicinal benefits which have not been found out and developed. The aim of the study was to
explore Central Kalimantan’s forest plants as bioactive compound resources. Using Brine Shrimp Lethality Test (BST) method the
exploration was conducted on 70 kinds of plants which had been traditionally used in that area. The dry powder was macerated in
chloroform and then in methanol in order to obtain 140 chloroform and methanol extracts, each 70 extracts respectively. The activities of
those extract were tested on 500 dan 1000 μg/mL of their concentration. The result was analized using probit regresion in order to obtain
LC50 value. The result of the study indicated that from those 140 extracts, were obtained 70 active extracts (100% dead larva Artemia
salina) in their concentration of 500 μg/mL. Concentration decreasing up to 100 μg/mL produced 10 active extracts (100% dead larva A.
salina) which potential developed as bioactive compound resources.
© 2008 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Key words: Central Kalimantan, plant exploration, bioactive compound, Brine Shrimp Lethality Test.

PENDAHULUAN pengelolaan hutan yang bernilai ekonomi tinggi dan


berwawasan lingkungan (Rijai, 2003).
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Secara filosofi potensi sumberdaya bahan alam dalam
dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan pan- kehidupan manusia tergantung pada jumlah dan jenis
jang garis pantai mencapai 81.000 km, dan membentang kandungan senyawa kimianya. Sumber daya hayati yang
antara garis 95-145o BT dan 6o LU-11o LS (Anonim, 2002). digunakan sebagai obat-obatan, agrokimia, dan material
Indonesia termasuk dalam daftar negara megabiodiversitas. sains umumnya mengandung alkaloid, terpenoid, flavanoid,
Pemanfaatan biodiversitas untuk kesejahteraan telah dan senyawa fenol lainnya. Variasi dan komposisi
dilakukan secara tradisional, historikal maupun melalui senyawa-senyawa tersebut menjadikan sumberdaya hayati
aplikasi teknologi modern, namun masih banyak potensi bernilai ekonomi, tetapi nilai ekonomi itu pula yang memicu
hutan yang belum digali untuk dikembangkan sebagai sum- kerusakannya karena dimanfaatkan atau dieksploitasi
ber fitofarmaka atau obat modern (Ohlstein et al., 2000). secara berlebihan (Rijai, 2003).
Luas hutan Indonesia kurang lebih masih 75% dari Potensi senyawa alam kawasan hutan tropis indonesia
seluruh wilayah daratan dan belum dimanfaatkan secara belum dimanfaatkan dengan baik. Pemanfaatan secara
optimal sebagai sumber obat. Potensi hutan dicirikan tradisional seperti untuk obat tradisional sudah dilakukan,
keanekaragaman vegetasi sebagai sumberdaya paling namun penggalian dan pengembangan lebih lanjut belum
dominan dari komponen hutan, yang memiliki beragam banyak dilakukan. Tumbuhan di hutan-hutan Kalimantan
fungsi dan mudah digunakan. Pendekatan ekologi dalam Tengah merupakan salah satu sumber senyawa bioaktif
pemeliharaan kawasan hutan di Indonesia sulit dilakukan yang belum banyak diungkapkan. Penelitian ini bertujuan
karena hutan masih merupakan sumber kayu yang menjadi untuk melakukan eksplorasi tumbuhan asal hutan
penyumbang devisa andalan dan sumber pendapatan Kalimantan Tengah sebagai sumber senyawa bioaktif
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan strategi menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST).

BAHAN DAN METODE


♥ Alamat Korespondensi:
Bagian Farmasi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, UGM Yogyakarta 55281, Bahan dan Alat
Tel.: +62-274-90 2477; Fax.: +62-274-581876
E-mail:maeshw98@yahoo.com Bahan tumbuhan dikoleksi dari kawasan hutan lindung
Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah, diambil pada bulan
170 B I O D I V E R S I T A S Vol. 9, No. 3, Juli 2008, hal. 169-172

Oktober 2003. Bahan lain yang diperlukan mencakup diletakkan di bawah penerangan dan setelah 24 jam jumlah
kloroform, etil asetat, n-heksana, metanol berderajat pro larva yang mati dihitung. Hasil penelitian dianalisis
analisis (E. Merck); air laut buatan dengan kadar garam menggunakan regresi probit sehingga diperoleh harga LC50.
20%, telur Artemia salina Leach, suspensi ragi
(Fermipan®), silika gel GF254 (E. Merck), cerium (IV) sulfat Kromatografi lapis tipis
(E. Merck), reagen dragendorff (E. Merck), dan akuades. Ekstrak teraktif ditotolkan pada lempeng silika gel
Alat yang digunakan mencakup rotavapor, corong buchner, GF254 dan dikembangkan dengan fase gerak yang sesuai.
mikropipet, lampu (40 watt), aerator, mikrosiring, oven, alat Hasil pengembangan dideteksi dengan sinar UV 254 nm
penyemprot bercak, dan lampu UV. dan UV 366 nm, serta dragendorff dan serium (IV) sulfat.

Pengambilan sampel dan identifikasi


Pemilihan dan pengambilan sampel dilakukan berdasar- HASIL DAN PEMBAHASAN
kan informasi dari masyarakat dan pengobat tradisional
setempat. Bagian tumbuhan yang diambil adalah daun, Pengumpulan bahan
batang, akar, bunga, dan seluruh bagian tumbuhan. Pemilihan dan pengambilan sampel di hutan dilakukan
Tumbuhan dipotret sebelum dan sesudah dikoleksi, lalu berdasarkan informasi dari masyarakat dan pengobat
dikeringkan dan disimpan dalam kantong kertas yang diberi tradisional setempat. Tumbuhan yang telah dikumpulkan
nomor dan tanggal koleksi. Untuk setiap jenis tumbuhan sebanyak 70 spesies, sebanyak 12 spesies di antaranya
diberi kode 03 bfar 001, 03 bfar 002, 03 bfar 003, dan memiliki bioaktifitas.
seterusnya. Informasi yang diperoleh dari masyarakat
maupun pengobat tradisional dicatat. Setiap jenis tumbuhan Ekstraksi dan uji aktivitas dengan BST
yang dikoleksi, sebagian kecil disimpan sebagai spesimen, Bahan yang telah dikoleksi sesegera mungkin
lalu dilakukan determinasi berdasarkan spesimen dan foto dikeringkan dengan cara dijemur dan ditutup menggunakan
(Backer and Van den Brink, 1968). Determinasi tumbuhan kain hitam atau dimasukkan dalam oven dengan suhu 50-
o
dilakukan di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, 60 C. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan
UGM Yogyakarta. adanya kerusakan pada kandungan senyawa tanaman.
Setelah kering dilakukan penyerbukan agar permukaan
Pembuatan serbuk, ekstrak dan larutan stok sampel yang disari dapat terendam secara merata,
Tujuh puluh tumbuhan yang telah diketahui jenisnya sehingga proses penyarian dapat berlangsung lebih
dikeringkan pada suhu 50oC, lalu dibuat serbuk dengan sempurna. Sampel direndam selama 24 jam sambil diaduk
cara diblender. Selanjutnya 100 g serbuk kering dimaserasi sesekali supaya permukaan sampel tersari secara merata
dengan kloroform (300 mL) selama 24 jam sambil diaduk- (Harborne, 1987).
aduk, kemudian disaring menggunakan corong buchner. Dalam penelitian ini proses maserasi dilakukan tiga kali
Sari diuapkan dan residu diperlakukan dengan cara yang dengan kloroform, dilanjutkan tiga kali dengan metanol.
sama sampai tiga kali. Ekstrak kloroform yang diperoleh Penyarian dengan kloroform dimaksudkan untuk menyari
kemudian digabung dan diuapkan sampai kental. Residu senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar, sedangkan
yang telah bebas kloroform dimaserasi dengan metanol penyarian dengan metanol dimaksudkan untuk menyari
(300 mL) selama 24 jam, kemudian disaring. Residu senyawa-senyawa yang bersifat lebih polar. Penyaringan
diperlakukan dengan cara yang sama sampai tiga kali. dilakukan menggunakan kertas saring Whatman No.1 yang
Ekstrak metanol yang diperoleh kemudian digabung dan dibantu dengan alat vakum, sehingga diperoleh filtrat yang
diuapkan sampai kental. Setelah itu, masing-masing lebih cepat. Selanjutnya filtrat yang diperoleh ditampung
ekstrak ditimbang sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan dalam wadah dan diuapkan menggunakan rotaevaporator
campuran kloroform-metanol (1:1) sebanyak 5 mL, sampai pelarut yang ada berkurang banyak. Filtrat dituang
sehingga diperoleh larutan stok 10 mg/mL. dalam cawan porselin, kemudian diuapkan lebih lanjut
menggunakan kipas angin. Untuk menghilangkan sisa
pelarut (kloroform dan metanol) sisa residu diletakkan 24
Penetasan larva Artemia salina
jam di desikator dengan pengering.
Telur A. salina ditaburkan pada wadah berisi akuades,
Setiap ekstrak yang diperoleh dianalisis kandungan
lalu ditiriskan sampai airnya tuntas, kemudian ditempatkan
kimianya menggunakan metode kromatografi lapis tipis.
pada wadah gelap dari aquarium berisi air laut buatan yang
Ekstrak kloroform dan metanol dari tanaman yang sama di
diberi aerasi. Wadah atau aquarium yang digunakan dibagi
elusi menggunakan sistem fase diam dan fase gerak yang
dengan sekat menjadi dua bagian, bagian gelap dan
sama pada kondisi bejana yang sama pula. Hal ini
terang. Telur akan menetas setelah 24 jam dan akan
dilakukan untuk mengetahui apakah proses maserasi yang
menuju daerah terang melalui sekat. Larva yang sehat
dilakukan sudah sempurna, ditandai oleh munculnya bercak
bersifat fototropik dan siap dijadikan hewan uji setelah
yang berbeda pada kromatogram KLT untuk masing-
berumur 48 jam.
masing ekstrak. Sebagai contoh, sampel dengan kode 03
bfar 023 yang dielusi menggunakan fase gerak n-
Pengujian sampel dan analisis hasilnya
heksana:EtOAc (4:1 v/v) memberikan pemisahan yang baik
Seri konsentrasi sampel dibuat dengan mengambil
dengan munculnya bercak dengan Rf yang berbeda pada
volume tertentu dari larutan stok dan dimasukkan dalam
ekstrak CHCl3 dan MeOH. Pengambilan contoh pada
flakon yang berisi larutan sampel dengan konsentrasi 500
sampel dengan kode 03 bfar 023 karena kedua ekstrak dari
dan 1000 µg/mL, masing-masing dalam 5 flakon. Kontrol
sampel tersebut, baik CHCl3 maupun MeOH, mempunyai
dibuat hanya dengan pelarut saja. Pada setiap flakon yang
aktivitas yang sama terhadap larva A. salina, baik pada
pelarutnya telah diuapkan, dimasukkan kurang lebih 1 mL
konsentrasi 500 µg/mL maupun 100 µg/mL. Pada sampel
air laut dan divortex. Sepuluh ekor larva A. salina (umur 48
lain, salah satu atau kedua ekstrak akan memperlihatkan
jam) dimasukkan dan ditambahkan air laut sampai volume
perbedaan aktivitas pada kedua konsentrasi tersebut.
5 mL serta 1 tetes suspensi ragi yang dibuat dengan
Eksplorasi uji aktivitas ekstrak yang digunakan dalam
melarutkan 3 mg ragi dalam 5 mL air laut. Flakon-flakon
WAHYUNINGSIH dkk. – Tumbuhan sumber senyawa bioaktif dari Kalimantan Tengah 171

percobaan menggunakan metode BST, yaitu: suatu uji Tabel 1. Persentase kematian 100% terhadap larva A. salina pada
aktivitas terhadap larva A. salina dengan menghitung konsentrasi 500 μg/mL dan 100 μg/mL.
jumlah/persentase kematian larva udang seperti yang
digunakan oleh Meyer et al. (1982). Metode ini telah banyak Ekstrak Konsentrasi
dikembangkan sebagai salah satu cara penentuan Sampel Nama 500 100
bioaktivitas ekstrak tumbuhan maupun senyawa murni. μg/mL μg/mL
03 bfar 004 Annona reticulata L. CHCl3 + +
Meyer et al., (1982) menyatakan bahwa suatu senyawa
03 bfar 004 Annona reticulata L. MeOH + -
dikatakan toksik/aktif apabila mempunyai nilai LC50 di 03 bfar 008 Globba marantina L. MeOH + -
bawah 1000 μg/mL. Brine Shrimp Lethallity Test (BST) 03 bfar 023 Eurya nitida Korth. CHCl3 + +
digunakan sebagai metode guided bioassay dalam 03 bfar 023 Eurya nitida Korth. MeOH + +
melakukan eksplorasi beberapa tanaman ini karena 03 bfar 026 Dictamnus albus L. CHCl3 + -
pelaksanaannya mudah, murah dan hasilnya representatif 03 bfar 027 Eurycoma longifolia Jack. CHCl3 + +
(Meyer et al., 1982; Carballo et al., 2002). 03 bfar 029 Fibraurea chloroleuca Miers CHCl3 + +
Eksplorasi terhadap 140 ekstrak yang diuji mengguna- 03 bfar 029 Fibraurea chloroleuca Miers MeOH + -
03 bfar 031 Pandora sp. CHCl3 + -
kan metode BST menunjukkan bahwa pada dosis 500 03 bfar 053 Hornstedtia mollis (Bl) Val. CHCl3 + -
µg/mL, 17 ekstrak menunjukkan aktivitas terhadap larva A. 03 bfar 058 Pithecellobium ellipticum (Bl) + +
salina dengan tingkat kematian 100%. Dari jumlah tersebut, CHCl3
Hassk.
pada dosis 100 µg/mL sebanyak 10 ekstrak menunjukkan 03 bfar 061 Vitex pubescens Vahl. CHCl3 + +
tingkat kematian 100% terhadap larva A. salina. Salah satu 03 bfar 066 Calamus caesius Bl. CHCl3 + +
sampel yang sangat menarik perhatian adalah sampel 03 bfar 066 Calamus caesius Bl. MeOH + -
dengan kode 03 bfar 023. Pada konsentrasi 500 µg/mL 03 bfar 068 Cinnamomum sintoc Bl. CHCl3 + +
maupun 100 µg/mL kedua ekstrak (kloroform dan metanol) 03 bfar 068 Cinnamomum sintoc Bl. MeOH + -
Keterangan: CHCl3 = kloroform, MeOH = metanol; + = mati, - =
dari sampel tersebut menunjukkan aktivitas yang sama,
tidak mati.
yakni menyebabkan kematian 100% terhadap larva A.
salina (Tabel 1.). Profil kromatogram KLT kedua ekstrak
tersebut berbeda, sehingga dapat dipastikan senyawa yang
Senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak
tersari juga berbeda. Berarti tumbuhan tersebut
kloroform F. chloroleuca dapat diisolasi menggunakan BST
mengandung senyawa-senyawa yang berbeda, tetapi
dengan LC50 sebesar 4,5 μg/mL. Senyawa bioaktif tersebut
memiliki aktivitas yang sama yakni mampu mematikan o
mempunyai jarak lebur yang tajam pada 182,4-183,0 C,
hewan uji baik pada konsentrasi tinggi maupun rendah.
dengan panjang gelombang maksimum 241-345 nm yang
Sampel lainnya yang juga menarik perhatian adalah sampel
mengindikasikan bahwa senyawa tersebut mempunyai
dengan kode 03 bfar 029. Sampel ini mempunyai nama
gugus kromofor. Senyawa tersebut juga memberikan reaksi
daerah akar kuning atau Fibraurea chloroleuca Miers.
positif dengan penampak bercak spesifik (dragendorf) pada
Tumbuhan ini banyak ditemukan di Thailand, Vietnam,
KLT yang mengindikasikan bahwa senyawa tersebut
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku (Sitepu, 2001).
merupakan alkaloid (Wahyuono et al., 2006). Identifikasi
Masyarakat Dayak di Kalimantan menggunakan tumbuhan
senyawa bioaktif tersebut menggunakan spektroskopi (UV,
ini sebagai obat sakit perut, obat tetes mata serta obat sakit
IR, NMR, dan MS) dan dibandingkan dengan data
kuning (Sitepu, 2001; Duke, 1985). F. chloroleuca mem-
spektroskopi dari literatur (Suau et al., 2000) menunjukkan
punyai kandungan alkaloid yang banyak terdapat di dalam
identitasnya sebagai 8-oxoprotoberberine (Wahyuono et al.,
batang, akar dan daun. Penelitian Manaf et al. (2002)
2007) (Gambar 1.). Senyawa ini dilaporkan mampu
menunjukkan bahwa alkaloid pada batang dan akar F.
menginterkalasi DNA (Liu et al., 2002).
chloroleuca berjenis sama. Tumbuhan ini juga mengandung
senyawa terpenoid, baik pada batang, daun maupun
akarnya. Beberapa penelitian mengemukakan senyawa-
senyawa yang terdapat pada tumbuhan F. chloroleuca, KESIMPULAN
antara lain, berberin, yaitu: suatu alkaloid yang telah lama
digunakan dalam pengobatan (Cernakova et al., 2002; Eksplorasi terhadap 140 macam ekstrak tanaman hutan
Anonim, 2005). Tumbuhan ini juga mengandung Kalimantan Tengah yang di uji dengan metode BST
jathrorrizin, palmitin (Anonim, 2005), dan fibleucin (Bakhari diperoleh 17 ekstrak aktif dengan kematian larva A. salina
et al., 1998). 100% pada konsentrasi 500 µg/mL. Penurunan konsentrasi
ekstrak sampai 100 μg/mL, diperoleh 10 ekstrak yang poten
4 5 dikembangkan sebagai sumber senyawa bioaktif.
15
O 3
6

UCAPAN TERIMA KASIH


14 N O
O 2 16
1 8
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Menteri
17 Kehutanan RI melalui Dir Jen PHKA atas dana penelitian
13 9 OCH 3 yang diberikan. Dinas Kehutanan (PHKA) DIY yang telah
18
membantu pelaksanaan eksplorasi dan PT Sari Bumi
Kusuma, Kalimantan atas semua fasilitas yang telah
12 disediakan. Fakultas Farmasi dan Fakultas Kehutanan yang
10 OCH 3
11 telah memberi ijin dan fasilitas pelaksanaan penelitian.

Gambar 1. Struktur kimia 8-oksoprotoberberina.


172 B I O D I V E R S I T A S Vol. 9, No. 3, Juli 2008, hal. 169-172

DAFTAR PUSTAKA 24. Chemistry Dept, imperial College of Science, Technology and
Medicine.
Manaf, A.J., N.A. Shah, A.A. Musa, M. Supi, and S.Z.M. So’ad. 2002.
Anonim. 2002. Sarawak MediChem Pharmaceuticals; initiates clinical trial of Pengecaman tumbuhan bernilai komersil di hutan simpan Universiti
calanolide-A in combination therapy for HIV. Press release July 08, Teknologi MARA Cawangan Pahang serta penyaringan bahan-bahan
2002, News in the world of Natural Products. metabolit sekundernya. Proceeding of the Seminar on Malaysian
http://www.ingentaconnect.com/content/ben/cdth/2007 Traditional Medicine, University of Malaya, Kuala Lumpur, July 24-25
Anonim. 2005. Ubat-ubatan Tradisional, http://www.lib.usm.my/press/SSU/ Meyer, N., A.R. Ferrigni, J.E. Putnam, L.B. Jacobsen, D.E. Nicholas, and
GAEK.bm.html J.C. McLaughlin. 1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for
Aspan, R., 2004. Pengembangan pemanfaatan obat alam dalam pelayanan active plant constituent. Planta Medica 982 (45): 3-34.
kesehatan masyarakat. Seminar Tanaman Obat Indonesia, Ohlstein, E.H., R.R. Ruffolo Jr., and J.D. Elliot. 2000. Drug discovery in the
Tawangmangu, Surakarta. next millennium. Annual Review Pharmacology and Toxicology. 40: 177-
Backer, C. A., and Van den Brink, R. C. B., 1968, Flora of Java, volume II, 191.
p.240, NPV, Noordhoff, Groningen. Rijai, L.. 2003. Bioprospeksi suatu Paradigma Baru dalam Pengelolaan
Bakhari, N.A., S.T. Wah, K. Chinnakali, H.K. Fun, and I.A. Razak. 1998. Hutan Berkelanjutan Bogor: Program Pascasarjana S3, Institut
Fibleucin from Fibraurea chloroleuca Miers. Acta Crystallographica. C54: Pertanian Bogor.
1649-1651. Sitepu, D., dan P. Sutikno. 2001. Peranan tanaman obat dalam
Luis, C.J., I.Z.L. Hernandez, P. Pilar, G.M.D. Garcia. 2002. A comparison pengembangan hutan tanaman. Bulletin Kehutanan 2 (2): 14-18.
between two brine shrimp assays to detect bioactivity in marine natural Suau, R., J.M. Lopez-Romero, A. Ruiz, and R. Rico. 2000. Synthesis of
product. BMC Biotechnology 2: 27. homoprotoberberines and 8-oxoprotoberberines by sequential
Cernakova, M., D. Kostalove, V. Kettman, M. Pladova, J. Toth, and J. Drimal. bicyclization of phenylacetamides. Tetrahedron 56: 993-998.
2002. Potential antimutagenic activity of berberin, a constituent of Mahonia Wahyuono, S., J. Setiadi, Dj. Santosa, M.S.H. Wahyuningsih, Soekotjo, and
aquifolium. BMC Complementary and Alternative Medicine 2: 2. S.M. Widyastuti,. 2006. Potential of bioactive compound isolated from
Duke, J.A. and E.S. Ayensu. 1985. Medicinal Plants of China. Algonac: MI akar kuning (Fibraurea chloroleuca Miers.) collected from Central
Reference Publication, Inc. Kalimantan forest as anticancer. Majalah Obat Tradisional 11: 22-28
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Terbitan Kedua. Penerjemah: Wahyuono, S., J. Setiadi, Dj. Santosa, M.S.H. Wahyuningsih, Soekotjo, and
Padmawinata, K. dan I. Sudiro. Bandung: Penerbit ITB. S.M. Widyastuti. 2007. Structure identification of bioactive compound
Liu, L., R.N. Warrener, and R.A. Russel. 1998. Synthesis of B-ring isolated from akar kuning (Fibraurea chloroleuca Miers.) (#03-SBK-029)
aromatised protoberberine-8-one-species as potential DNA intercalation collected from central Kalimantan forest, Majalah Obat Tradisional. 11:
units. Electronic Conference on Heterocyclic Chemistry, June 29-July 3-8.

View publication stats


342 Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342 - 347

CATALYTIC HYDROCRACKING OF WASTE LUBRICANT OIL INTO


LIQUID FUEL FRACTION USING ZnO, Nb2O5, ACTIVATED NATURAL ZEOLITE
AND THEIR MODIFICATION

Hidrorengkah Katalitik Oli Bekas Menjadi Fraksi Bahan Bakar Cair Menggunakan
ZnO, Nb2O5, Zeolit Alam Aktif dan Modifikasinya

Wega Trisunaryanti1,*, Suryo Purwono2, and Arista Putranto1


1
Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Gadjah Mada University,
Sekip Utara, Yogyakarta 55281
2
Department of Chemical Engineering, Faculty of Engineering, Gadjah Mada University, Jl. Grafika, Yogyakarta 55281

Received 23 April 2008; Accepted 9 September 2008

ABSTRACT

Catalytic hydrocracking of waste lubricant oil into liquid fuel fraction using ZnO, Nb2O5, activated natural zeolite
(ZAAH) and their modification has been investigated. The zeolite was produced in Wonosari, Yogyakarta. Activation
of the zeolite was carried out by refluxing with HCl 3M for 30 min, produced the activated natural zeolite (ZAAH). The
ZnO/ZAAH catalyst was prepared by impregnation of Zn onto the ZAAH by ion exchange method using salt
precursor of Zn(NO3)2.4H2O. The Nb2O5/ZAAH catalyst was prepared by mixing the ZAAH sample with Nb2O5 and
oxalic acid solution until the paste was formed. The impregnation of Zn onto Nb2O5/ZAAH was carried out using the
same method to that of the ZnO/ZAAH catalyst, resulted ZnO/Nb2O5-ZAAH catalyst. Characterization of catalyst
include determination of Zn metal by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), acidity by gravimetric method and
catalyst porosity by Surface Area Analyzer (NOVA-1000). Catalytic hydrocracking was carried out in a semi-batch
o
reactor system using ZnO, ZAAH, ZnO/ZAAH and ZnO/Nb 2O5-ZAAH catalysts at 450 C under the H2 flow rate
of 15 mL/min. and the ratio of catalyst/feed = 1/5. The composition of liquid products was analyzed by Gas
Chromatograpy (GC).The results showed that impregnation of ZnO and/or Nb2O5 on the ZAAH increased the acidity
and specific surface area of catalyst. The products of the hydrocracking process were liquid, coke and gas.
Conversion of liquid products was increased by the increase of catalyst acidity. The highest liquid product was
produced by ZnO/Nb2O5-ZAAH catalyst, 52.97 wt-%, consist of gasoline, 38.87 wt-% and diesel, 14.10 wt-%.

Keywords: hydrocracking, waste lubricant oil, liquid fuel fraction

PENDAHULUAN Al2O3 dan SiO2-Al2O3 telah dilakukan. Hasil penelitian


menunjukkan bahwa modifikasi katalis tersebut
Proses recycling minyak pelumas bekas menjadi memiliki aktivitas yang baik dalam merengkah oli bekas
bahan bakar merupakan cara yang paling efektif untuk yang berbobot molekul tinggi [1-3]. Pengemban yang
mencegah polusi lingkungan yang berasal dari telah digunakan kebanyakan merupakan bahan sintetis
pembuangan minyak pelumas bekas yang mengandung yang harganya mahal. Sebagai alternatif dapat
senyawa hetero atom poli aromatik yang beracun. digunakan pengemban zeolit alam aktif. Zeolit alam
Kandungan senyawa beracun ini seperti, belerang, Wonosari, Yogyakarta keberadaannya melimpah dan
nitrogen klor dan brom didalam minyak pelumas bekas telah diteliti oleh penulis merupakan zeolit dengan
merupakan masalah yang sangat serius di dalam komposisi utama (sekitar 75%) mordenit. Proses
pemanfaatannya kembali sebagai bahan bakar. dealuminasi zeolit alam Wonosari dengan asam nitrat,
Pemanfaatan kembali dan regenerasi minyak pelumas klorida dan sulfat telah berhasil meningkatkan
bekas merupakan hal yang sangat sulit bahkan hampir kandungan mordenit zeolit alam dan aktifitasnya pada
tidak mungkin dilaksanakan, karena pelumas bekas proses perengkahan katalitik n-dodekana sebagai
telah mengalami perubahan struktur kimia. Untuk model minyak bumi [4-7]. Penambahan Nb2O5 pada γ-
menghilangkan senyawa heteroatom poliaromatik dari alumina dan ZrO sebagai pengemban telah diteliti
minyak pelumas bekas, dibutuhkan katalis yang tepat dapat meningkatkan situs asam permukaan katalis dan
dan memiliki aktivitas yang tinggi serta mudah dibuat selanjutnya meningkatkan aktivitas penghilangan sulfur
dan diaplikasikan. dan nitrogen dari fraksi minyak bumi [8-10].
Hidrorengkah terhadap oli bekas baik secara Berdasarkan pemaparan di atas, maka pada
termal maupun katalitik menggunakan katalis ZnO, penelitian ini akan dibuat katalis asam heterogen
Fe2O3 dan modifikasinya yang diembankan pada SiO2, dengan pengemban zeolit alam aktif. Katalis dibuat

* Corresponding author. Tel/Fax : +62-274-545188


Email address : wegatri@yahoo.com

Wega Trisunaryanti et al.


Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342 - 347 343

dengan cara mengimpregnasikan logam Zn melalui Preparasi oli bekas


larutan garam prekursornya dengan kandungan total Oli bekas sebanyak 2 L disaring menggunakan
logam 10% (berdasarkan berat zeolit alam) ke kertas Whatman no. 41, lalu filtrat yang diperoleh
permukaan pengemban (support) yang terdiri dari zeolit disentrifuge dengan kecepatan rotasi 2500 rpm selama
alam dan Nb2O5 (kandungan Nb2O5 10% dari berat zeolit 25 menit, kemudian dipisahkan dari kotoran-kotoran yang
alam). Proses recycling minyak pelumas bekas menjadi ada. Oli yang sudah bersih di tempatkan dalam wadah
bahan bakar, dilakukan dengan sistem semi-batch tertutup dan siap digunakan untuk umpan dalam
reactor dengan aliran gas hidrogen. Teknik preparasi proses hidrorengkah.
katalis multifungsi seperti yang diusulkan ini belum
pernah diteliti. Uji aktivitas katalis
Proses hidrorengkah dilakukan pada tekanan
METODE PENELITIAN atmosfir di dalam reaktor fixed-bed pada temperatur
reaksi 450 ºC dengan rasio umpan/katalis 1/5.
Bahan Katalis yang digunakan dibentuk menjadi pelet
dengan berat ± 1 g, sedangkan umpan yang berupa
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini oli bekas dibuat tetap yaitu dengan berat 5 g. Katalis
adalah sebagai berikut: zeolit alam Wonosari (merk yang sudah berada dalam bentuk pelet dimasukan
ZEODA), ZnO, Zn(NO3)2.4H2O, Nb2O5, NH4Cl, HCl 37%, ke dalam reaktor konversi yang terbuat dari stainless
AgNO3 0,1 M, piridin, HF 38% dan HNO3 pekat steel dan dimasukan ke dalam tanur pemanas.
(Merck), akuades demineralized (Lab. Biokimia PAU Untukumpan berupa oli bekas dimasukan ke dalam
UGM), gas-gas N2, H2 dan O 2 (PT. SAMATOR reaktor yang terbuat dari stainless steel juga diletakan
Yogyakarta), glass wool, oli bekas dari beberapa di dalam tanur pemanas. Bagian bawah reaktor
bengkel di Yogyakarta. konversi dihubungkan dengan sistem pendingin,
sedangkan reaktor umpan dihubungkan dengan tabung
Alat gas H2. Kedua reaktor dihubungkan dengan pipa yang
terbuat dari stainless steel yang telah dililit dengan
Seperangkat alat gelas, seperangkat alat refluks, kawat nikel dan dilapisi dengan alumunium foil dan
alat timbang elektronik Santorius, alat saringan 100 dihubungkan dengan listrik melalui regulator dengan
Mesh, penyaring Buchner, kertas saring biasa, oven, tegangan sebesar 20 volt. Proses hidrorengkah
seperangkat alat kasinasi dan oksidasi, alat sentrifuse, berlangsung selama 1 jam, dan setelah proses
desikator, pompa vakum, desikator, hot plate stirrer, selesai diperoleh produk berupa cair, gas dan kokas.
reaktor fixed-bed, thermocouple, regulator listrik, Data-data yang diperoleh setiap proses
flowmeter, pompa air, kawat pemanas nikelin, hidrorengkah adalah berat produk fraksi cair, berat
pyrometer, furnace, Atomic Absorbtion Spectroscopy umpan sisa, berat katalis sebelum dan sesudah
(AAS, Perkin Elmer 3110), Gas Cromatography proses. Untuk mengetahui berat kokas yang
º
(Detektor: FID, temperatur awal:50 ºC, temperature dihasilkan, katalis bekas dioksidasi pada 500 C
akhir: 300 ºC, kolom: HP5, 5% phenyl methyl siloxane), dengan laju alir gas O2 20 mL/menit. Besarnya
dan Surface Analyzer NOVA-1000. konversi fraksi cair, kokas dan gas, dihitung dengan
persamaan-persamaan berikut:
Prosedur Kerja Konversi produk cair %- b
b  
berat produk fraksi cair (1)
Pembuatan katalis ZnO/Nb2O5-ZAAH x 100%
Pembuatan katalis ZnO/Nb2O5-ZAAH telah berat umpan yang habis bereaksi
dilaporkan [8]. Preparasi dimulai dengan aktivasi zeolit Konversi kokas  %-b /b  
alam Wonosari menggunakan larutan HCl 3 M,  
(2)
berat katalis sebelum oksidasi - berat katalis sesudah oksidasi
pengembanan logam Nb2O5 menggunakan larutan asam x 100%
berat umpan yang habis bereaksi
oksalat dan pengembanan logam Zn melalui metode
pertukaran ion menggunakan prekusor garam Konversi produk gas % - b
b    (3)
Zn(NO3)2.4H2O.
100% -  % konversi fraksi cair + % kokas 
Karakterisasi katalis Untuk mengetahui distribusi produk fraksi cair,
Kandungan logam Zn ditentukan dengan AAS, dilakukan spiking terhadap salah satu produk cair
sedangkan nilai keasaman ditentukan secara gravimetri dengan menambahkan standar dodekan (C12H26),
menggunakan piridin sebagai basa adsorbat. Luas sehingga dapat diperkirakan interval waktu retensi
permukaan spesifik ditentukan dengan Surface dari fraksi bensin (fraksi hidrokarbon dengan jumlah
Analyzer. atom karbon C5 – C12) dan fraksi minyak diesel
(fraksi hidrokarbon dengan jumlah atom karbon

Wega Trisunaryanti et al.


344 Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342 - 347

>C 12) berdasarkan kromatogram GC dari masing- Tabel 1. Data karakter katalis
masing produk cair hasil hidrorengkah oli bekas.
Persentase luas area fraksi bensin dan diesel dihitung
berdasarkan luas area GC, menggunakan persamaan:
Luas area fraksi bensin (%) =
luas area GC untuk fraksi bensin (4)
x 100%
luas area GC secara keseluruhan
Luas area fraksi minyak diesel (%) = Tabel 2. Kelimpahan ukuran pori katalis
luas area GC untuk fraksi minyak diesel (5)
x 100%
luas area GC secara keseluruhan
Distribusi fraksi bensin dan diesel di dalam masing–
masing produk cair dihitung dengan persamaan berikut:

Fraksi bensin/diesel % - b
b =
luas area GC fraksi bensin/diesel (6)
x konversi produk cair Tabel 2 menunjukkan bahwa oksida logam Zn
luas area GC lokal
memiliki pori berukuran meso, tanpa adanya pori
HASIL DAN PEMBAHASAN berukuran mikro. Keberadaan ZnO yang diembankan
pada pengemban ZAAH (dengan/tanpa Nb2O5)
Karakterisasi katalis meningkatkan kelimpahan jejari mikropori dari katalis
yang signifikan (lebih dari 60%). Fenomena ini terjadi
Karakter katalis yang meliputi kandungan logam karena pengembanan ZnO terdistribusi membentuk
Zn, keasaman dan porositas dari katalis ditampilkan pilar vertikal di dalam lubang pori berukuran meso
dalam Tabel 1. sehingga terbentuk pori-pori baru dengan ukuran yang
Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa pengembanan lebih kecil.
b
logam Zn (10%- /b) meningkatkan kandungan logam
pada ZAAH (dengan/tanpa Nb2O5). Pada katalis Distribusi produk hasil hidrorengkah
ZnO/Nb2O5-ZAAH tampak memiliki kandungan logam Zn
yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan adanya logam Produk yang dihasilkan dari hidrorengkah oli
Nb2O5 yang diembankan terlebih dahulu memberikan bekas baik secara termal maupun katalitik ditampilkan
situs baru bagi terembannya logam Zn, sehingga dalam Tabel 3.
dimungkinkan logam Zn dapat teremban pada Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa produk yang
permukaan Nb2O5 maupun ZAAH. dihasilkan berupa cairan, gas dan kokas. Pada
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa peningkatan penelitian ini juga dilakukan perengkahan secara
kandungan logam Zn di dalam katalis diikuti termal dengan tujuan untuk melihat kinerja dari katalis
meningkatnya keasaman katalis. Hal ini dikarenakan yang digunakan. Perengkahan termal mayoritas
logam Zn merupakan situs aktif, sehingga semakin menghasilkan produk fraksi gas. Hal ini disebabkan
banyak kandungan logam Zn maka akan semakin karena perengkahan termal melalui mekanisme
banyak basa piridin yang dapat teradsorbi, yang pada pembentukan radikal yang dipicu oleh temperatur yang
akhirnya akan meningkatkan keasaman katalis. relatif tinggi tanpa katalis menghasilkan senyawa
Keasaman katalis tertinggi dicapai oleh katalis ZnO/ hidrokarbon rantai pendek (C1 – C4).
Nb2O5-ZAAH sebesar 1,11 mmol/g. Penggunaan katalis akan meningkatkan laju
Data luas permukaan spesifik pada Tabel 1 reaksi hidrorengkah oli bekas menghasilkan produk
menunjukkan bahwa pengembanan logam Zn fraksi cair. Hal ini disebabkan karena perengkahan
(dengan/tanpa Nb2O5) meningkatkan luas permukaan katalitik melalui mekanisme pembentukan karbokation
spesifik dari katalis. Berdasarkan hal ini maka dengan jumlah atom C minimal C7, sehingga dihasilkan
dimungkinkan logam Zn terdistribusi merata pada produk hidrokarbon fraksi cair lebih dominan [11].
permukaan ZAAH maupun Nb2O5/ZAAH, sehingga Tabel 3 juga menunjukkan kecenderungan bahwa
permukaan logam Zn memberikan kontribusi terhadap pengembanan ZnO pada ZAAH (tanpa atau dengan
luas permukaan total katalis. Berdasarkan peningkatan adanya Nb2O5) meningkatkan konversi produk cair. Di
luas permukaan spesifik dari katalis, maka lain pihak, katalis ZnO saja (tanpa pengemban)
pengembanan logam Zn ini diduga menyebabkan menghasilkan fraksi cair terendah. Hal ini dikarenakan
terbentuknya pori baru dan merubah distribusi ukuran logam Zn merupakan pusat situs aktif dimana reaksi
pori di dalam katalis. Data kelimpahan jejari pori di perengkahan terjadi. Pengembanan logam Zn pada
dalam katalis ditampilkan dalam Tabel 2. permukaan pengemban menyebabkannya terdistribusi
menyebar, sehingga luas permukaan lebih besar dan

Wega Trisunaryanti et al.


Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342 - 347 345

Tabel 3. Distribusi produk hasil hidrorengkah Berdasarkan Gambar 1 tampak bahwa semakin
tinggi nilai keasaman katalis maka konversi produk cair
akan meningkat. Nilai keasaman merupakan jumlah
situs asam total, menunjukkan jumlah situs aktif pada
permukaan katalis, maka semakin tinggi nilai
keasaman akan semakin banyak situs aktif di dalam
katalis, yang pada akhirnya aktivitas katalitiknya akan
meningkat.
Pada Gambar 2 yang menunjukkan hubungan
Tabel 4. Selektivitas katalis terhadap fraksi bensin dan
antara kelimpahan jejari mesopori katalis dengan
diesel
konversi produk cair. Tampak bahwa semakin tinggi
kelimpahan jejari mesopori katalis, akan menurunkan
konversi produk cair yang didapat, atau dapat
dikatakan semakin tinggi kelimpahan jejari mikropori
katalis akan meningkatkan aktivitas katalitiknya. Hal ini
dikarenakan perubahan distribusi ukuran pori katalis
dapat mempengaruhi selektivitas produk karena
memudahkan reaktan untuk masuk ke sisi aktif dan
melepasnya dari permukaan katalis [12]. Reaktan akan
kontak umpan dengan situs aktif ini lebih efektif. Pada terdistribusi secara merata dan berinteraksi dengan
kasus katalis ZnO saja, temperatur tinggi dapat situs-situs aktif pada permukaan katalis dengan baik
menyebabkan terjadinya prose sintering katalis sehingga apabila didukung dengan semakin kecilnya ukuran
logam akan menggumpal, akibatnya luas permukaan jejari pori, karena pada jejari pori yang kecil difusi
katalis turun dan situs-situs aktif yang terdapat pada reaktan akan semakin besar yang diakibatkan karena
permukaan katalis akan tertutup. kemampuan adsorbsi yang meningkat. Hal ini
Dari Tabel 3 dan 4 terlihat bahwa konversi produk menyebabkan akan semakin mudah bagi reaktan untuk
fraksi cair tertinggi diperoleh dari hasil recycling pelumas mengakses situs aktif pada permukaan katalis, yang
bekas dengan menggunakan katalis ZnO/Nb2O5-ZAAH pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas katalitik
b
yaitu sebesar 52,97%- /b. dengan selektivitas fraksi dari katalis.
b
bensin sebesar 38,87%- /b.dan minyak diesel 14,10%-
b
/b. Selektivitas katalis terhadap fraksi bensin dan
diesel
Hubungan antara produk cair dengan karakter
katalis Produk cair yang diperoleh dari hidrorengkah oli
bekas ini kemudian dianalisis menggunakan GC untuk
Hubungan antara konversi produk cair dengan mengetahui komposisi senyawa hidrokarbon yang
keasaman dan kelimpahan jejari pori katalis berbasis terkandung di dalamnya. Perbandingan kromatogram
zeolit alam, dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Pada oli bekas dengan produk cair hasil hidrorengkahnya
gambar ini tidak dibahas jenis katalisnya, tetapi dibahas ditampilkan dalam Gambar 3.
kecenderungan atau tren nilai keasaman total terhadap
produk fraksi cair.

Gambar 2. Hubungan antara kelimpahan jejari


Gambar 1. Hubungan antara keasaman dengan mesopori dengan konversi produk cair
konversi produk cair

Wega Trisunaryanti et al.


346 Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342 - 347

Gambar 3. Perbandingan kromatrogram oli bekas (a) dengan hasil hidrorengkahnya baik secara termal (b) maupun
katalitik: (c) ZnO, (d) ZAAH, (e) ZnO/ZAAH, (f) ZnO/Nb2O5-ZAAH

Pada Gambar 3 tampak terjadi perubahan yang masing fraksi dengan luas area total. Fraksi bensin dan
sangat signifikan dari kromatogram oli bekas dengan minyak diesel yang terbentuk ditampilkan dalam Tabel
produk-produk hasil hidrorengkahnya baik secara termal 4.
maupun katalitik. Terlihat bahwa pada waktu retensi 0- Pada Tabel 4 tampak bahwa secara umum
20 menit kelimpahan hidrokarbon berbobot molekul selektivitas katalis terhadap fraksi bensin dan diesel
rendah meningkat secara signifikan. Selain itu meningkat dengan semakin banyaknya konversi
perubahan juga tampak pada waktu retensi 20-30 menit, produk cair yang diperoleh, sehingga diduga bahwa
dimana pada kromatogram oli bekas menunjukkan selektivitas katalis terhadap fraksi bensin maupun
adanya kandungan senyawa aromatis, namun pada diesel lebih dipengaruhi oleh semakin mudah dan
kromatogram produk-produk hasil hidrorengkahnya hal banyaknya reaksi yang dapat terjadi pada permukaan
tersebut sudah tidak tampak katalis.
Presentase fraksi bensin dan minyak diesel
diketahui dengan membandingkan luas puncak masing-

Wega Trisunaryanti et al.


Indo. J. Chem., 2008, 8 (3), 342 - 347 347

KESIMPULAN 3. Bhaskar, T., Uddin, M. A., Muto, A., Sakata, Y.,


Omura, Y., Kimura, K., and Kawakami, Y., 2004, J.
b
Pengembanan logam Zn (10%- /b) pada ZAAH Fuel., 83, 9-15.
(dengan/tanpa Nb2O5) mampu meningkatkan karakter dari 4. Trisunaryanti, W., Shiba, R., Miura, M., Nomura,
katalis ZAAH. Katalis ZnO/Nb2O5-ZAAH memiliki nilai M., Nishiyama, N., and Matsukata, M., 1996, J.
kandungan logam dan keasaman yang lebih tinggi Jpn. Inst. Petr., 39, 1, 20-25.
namun dengan luas permukaan yang lebih rendah 5. Sawa, M., Niwa, M., and Murakami, W., 2000,
dibandingkan katalis ZnO/ZAAH. Zeolites, 10, 532-538.
Katalis yang mampu menghasilkan konversi 6. Trisunaryanti, W. and Khairinal, 2000, Dealuminasi
produk cair terbesar adalah ZnO/Nb2O5-ZAAH yaitu zeolit alam Indonesia dengan perlakuan asam dan
b
sebesar 52,97%- /b dengan kandungan fraksi bensin hidrotermal, Prosiding Seminar Nasional Kimia VII
b b
sebesar 38,87%- /b dan minyak diesel 14,10%- /b. FMIPA-UGM, Yogyakarta.
7. Trisunaryanti, W. and Purwono, S., 2007,
UCAPAN TERIMA KASIH Pengaruh Perlakuan HCl dan Na2EDTA Terhadap
Karakter Zeolit Alam dan Impregnasi ZnO, Nb2O5
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Terhadap Keasaman Katalis, Seminar Kemajuan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Terkini Penelitian Klaster Sains-Teknologi
Indonesia yang telah memberikan bantuan dana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
penelitian melalui Proyek HIBAH BERSAING XV Tahun 8. Chareonpanich, M., Zhang, Z., and Tomita, A.,
2007 bekerjasama dengan LPPM UGM Yogyakarta. 1996, Energy Fuels, 10, 927-931.
9. Weissman, J.G., 2000, Catal. Today, 28, 159-166.
DAFTAR PUSTAKA 10. Geantet, C., Afonso, J., Breysce, M., Alali, N., and
Danot, M., 2002, Catal. Today, 28, 23-30.
1. Sasaoka, E., Iwamoto, Y., Hirano, S., Uddin, M.A., 11. Sie, S.T., 2003, Ind. Eng. Chem. Res., 31, 1881-
and Sakata, Y., 2001, Energy Fuels, 9, 344. 1889.
2. White, J.D., Groves, Jr.F.R., and Harrison, D.P., 12. Nurhadi, M., Trisunaryanti, W., Setiaji, B., dan
Catal. Today, 2000, 40, 47. Utoro, Y., 2001, Indo.J. Chem., 1, 1, 7-10.

Wega Trisunaryanti et al.

Anda mungkin juga menyukai

  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen94 halaman
    Skrip Si
    Slvie M Taim
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen15 halaman
    Bab Iv
    Slvie M Taim
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    Slvie M Taim
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen19 halaman
    Bab Ii
    Slvie M Taim
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Slvie M Taim
    Belum ada peringkat