Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN THREE TIER

MULTIPLE CHOICE TEST PADA MATERI BENTUK MOLEKUL KELAS

X MIA DI SMA NEGERI 1 LAKEA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Menyandang Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SELVIENA

NIM 441417030

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

2022
ii
ANALISIS MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN THREE TIER

MULTIPLE CHOICE TEST PADA MATERI BENTUK MOLEKUL KELAS

X MIA DI SMA NEGERI 1 LAKEA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan untuk Menyandang Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

SELVIENA

NIM 441417030

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

2022

iii
iv
v
vi
ABSTRAK

Selviena, 2021, “Analisis Miskonsepsi Siswa Menggunakan Three Tier Multiple


Choice Test Pada Materi Bentuk Molekul Kelas X MIA Di SMA Negeri 1
Lakea”, Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I : Drs. Mangara Sihaloho, M.Pd dan Pembimbing II : Erni
Mohamad, S.Pd, M.Si

Miskonsepsi adalah pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan


pengertian ilmiah atau pengertian yang dikemukan oleh para ahli. Penelitian ini
betujuan untuk menganalis miskonsepsi siswa pada materi bentuk molekul
menggunakan three-tier multiple choice test kelas X MIA di SMA Negeri 1
Lakea. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang diujikan
kepada 85 siswa kelas X SMA Negeri 1 Lakea. Pengumpulan data menggunakan
tes pilihan ganda tiga tingkat. Kategori pemahaman siswa dibagi menjadi lima
kategori yaitu paham konsep, miskonsepsi 1 (MK 1), miskonsepsi 2 (MK 2),
miskonsepsi 3 (MK 3), dan tidak paham konsep. Hasil penelitian ditemukan (1)
Presentase pemahaman konsep siswa SMA Negeri 1 Lakea kategori paham
konsep (PK) sebesar 19%, kategori miskonsepsi 1 (MK 1) sebesar 19%, kategori
miskonsepsi 2 (MK 2) sebesar 16%, kategori miskonsepsi 3 (MK 3) sebesar 23%,
dan kategori tidak paham konsep (TPK) sebesar 23%. (2) Miskonsepsi yang
dialami oleh siswa SMA Negeri 1 Lakea sebagaian besar siswa mengalami
miskonsepsi 3 (MK 3) dimana siswa memilih jawaban Q1 salah dan alasan Q2
salah tetapi menjawab yakin pada Q3.

Kata Kunci: Miskonsepsi, Three tier multiple choice test, Bentuk molekul

vii
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dia memberikan hikmah ilmu yang berguna kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mendapat hikmah itu, sesungguhnya ia telah mendapat

kebijakan yang banyak, dan tiadalah yang menerima peringatan melaikan orang-

orang yang berakal

(QS. Al-Baqarah: 269)

Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(QS. Al-Anfaal : 46)

Alhamdulillahirabbil’aalamiin.. Aku sampai ke titik ini, sepercik keberhasilan

yang Engkau hadiahkan padaku yaa Rabb.

Aku Persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda

Mustakim Taim dan Ibunda Sunawiyah Madjid Salim ketulusan mereka dari hati

atas doa yang tidak perna putus dengan pengorbanan yang luar biasa. Tak lupa

pula, untuk kakaku tersayang Wahyudin, Inriani dan adik-adikku Selviani, Nur

Aziza dan Nurjanna yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta doa.

ALMAMATERKU TERCINTA

TEMPAT AKU MENIMBA ILMU

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji syukur atas kehadirat Allah Subahannnahu Wa Ta’ala yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk menyandang status

sarjana pendidikan di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Gorontalo dengan skripsi yang berjudul: “Analisis

Miskonsepsi Siswa Menggunakan Three Tier Multiple Choice Test Pada Materi

Bentuk Molekul Kelas X MIA Di SMA Negeri 1 Lakea”.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak dan atas

izin Allah SWT. Sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat.

Penghargaan dan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Ayah tercinta

Mustakim Taim dan Ibunda tersayang Sunawiyah Madjid Salim, serta kakakku

Wahyudin Taim dan Inriani Taim, serta adik-adikku Selviani, Nur Aziza dan Nur

Jannah yang senantiasa memberikan doa dan kasih sayang serta selalu sabar dan

ikhlas dalam membimbingku. Semoga Allah Subahanu Wa Ta’ala selalu

memberikan rahmat, karunia, kesehatan dan umur yang panjang kepada kalian

didunia dan akhirat.

Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Drs Mangara Sihaloho, M.Pd selaku Pembimbing 1 dan

Ibu Erni Mohamad, S.Pd, M,Si selaku Pembimbing II yang telah banyak

x
meluangkan waktu dengan tulus dan ikhlas membimbing dan membantu serta

memberikan motivasi, saran, arahan serta dorongan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan hati penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1) Dr. Eduart Wolok, S.T, M.T selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo

2) Dr. Harto S. Malik M.Hum ; Dr. Fence M. Wantu, SH, MH ; Karmila

Machmud, S.Pd, PhD, dan Prof. Dr. Phil.Irfan Haris M.Sc, masing-masing

sebagai Wakil Rektor I, II, III dan IV Universitas Negeri Gorontalo

3) Prof Dr. Astin Lukum, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas Negeri Gorontalo.

4) Dr. Djuna Lamondo, M.Pd ; Dr. Masrid Pikoli, M.Pd ; dan Dr. Abdul Haris

Odja, S.Pd, M.Pd selaku Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas Negeri Gorontalo.

5) Wiwin Rewini Kunusa, S.Pd, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas Negeri

Gorontalo.

6) Julhim S. Tangio, S.Pd, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas

Negeri Gorontalo.

7) Drs. Mangara Sihaloho M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas

Negeri Gorontalo.

xi
8) Dr. La Ode Aman, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (F.MIPA) Universitas Negeri

Gorontalo.

9) Drs. Mangara Sihaloho M.Pd selaku pembimbing I yang telah membimbing,

memberikan arahan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

10) Erni Mohamad, S.Pd, M,Si selaku Pembimbing II yang telah banyak

membantu dan memberikan arahan dan motivasi serta membimbing penulis

dalam penyelesaian studi.

11) Dr. Lukman A.R Laliyo, M.Pd, M.M; Dr. Masrid Pikoli, M.Pd; dan Julhim S.

Tangio, S.Pd, M.Pd; masing-masing selaku dosen penguji I, II, dan III.

12) Dr. Masrid Pikoli, M.Pd; Jafar La Kilo, S.Pd., M.Si; dan Zulhijra Lanyumba,

S.Pd; masing-masing sebagai validator I, II, dan III.

13) Staf pengajar dan dosen yang ada di Jurusan Pendidikan Kimia: Prof. Dr.

Ishak Isa, M.Si; Prof. Dr. Hj. Astin Lukum, M.Si; Dr. Opir Rumape; Prof. Dr.

Weny J.A Musa, M.Si; Dra Nurhayati Bialangi, M.Si; Drs. Mardjan

Paputungan, M.Si; Dr. Netty Ino Ischak, M.Kes; Drs. Mangara Sihaloho,

M.Pd; Dr. Lukman A.R. Laliyo, M.Pd; Dr. Yuszda K. Salimi, M.Si; Nita

Suleman, ST, MT; Masrid Pikoli, M.Pd; La Alio, S.Pd, M.Si; Dr. Akram La

Kilo, M.Si; Erni Mohamad, S.Pd, M.Si; Suleman Duengo, S.Pd, M.Si; Hendri

Iyabu, S.Pd, M.Si; Julhim S. Tangio, S.Pd, M.Pd; Deasy N. Botutihe, S.Pd,

M.Si; Wiwin Rewini Kunusa, S.Pd, M.Si; Jafar La Kilo, S.Pd, M.Si; Ahmad

Kadir Kilo, S.Pd, M.Si; Mustofa S.Pd, M.T dan Kostiawan S.Pd, M.T

xii
14) Erni Mohamad, S.Pd, M.Si selaku Kepala Laboratorium Kimia Universitas

Negeri Gorontalo.

15) Staf Laboran, Yusnar Lebie, S.Pd, M.Pd; Rina H. Gani, S.Pd; Hamid

Majelis, S.Pd yang telah memberikan bantuan selama perkuliahan dan

praktikum.

16) Raudatul Bermawi, S.E selaku Staf Tata Usaha Jurusan Pendidikan Kimia,

terima kasih telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi di

Jurusan Pendidikan Kimia.

17) Guru Pamong PPL II: Marwah Mahmud M.Pd, Terimakasih atas bimbingan

selama pelaksanaan PPL II

18) Mustakim Taim dan Sunawiyah Madjid Salim sebagai orang tua terbaik.

Terimakasih atas doa, keikhlasan hati serta pengorbanan untuk selalu

memberikan yang terbaik untukku.

19) Untuk kakakku Wahyudin Taim dan Inriani Taim serta adik-adikku Selviani,

Nur Aziza dan Nur Jannah, yang selalu memberikan doa dan dukungan

kepada penulis.

20) Teman-teman di Ramsis tersayang: Wahdania at’Jaa, Rina Ismail, Febriana

Baso, Rizka Fadila, Hajirah Podungge, Apriliya Alfa Malik, Sitti Respianti,

Iklima, Marwah, Yuniarti, Anisa yang selalu ada dan membantu dalam segala

kondisi. Terimakasih selalu memberikan doa, semangat dan terimakasih telah

berjuang bersama di tanah Gorontalo.

21) Teman-teman Pendidikan Kimia B 2017 tersayang: Abdul Haris Syahrain,

Apriyanto Syawal, Mahdi Kilo, Farnawaty Zainudin, Adelia Polamolo, Alma

xiii
J. Genes, Sintiya Buntayo, Siti Anisa Gobel, Latifa Lanari, Sri Ingke Ismail,

Eka Nur Fadliya Adjami, Megawati Latabi, Sri Revayana Kupang, Rilasti

Yunus, Hardiyanti Daing, Sriyanti, Suti Anggriani Latief, Anicha Destiyani

Nalole, Fadila Paputungan, Dewi Saskia Mamonto, Fatthiyah Amalia R.

Hoesa, Nurkiftiya Adam. Terimakasih selalu ada, memberikan bantuan yang

tak terhingga, cerita-cerita yang tak ada habisnya serta memberikan warna

selama 4 tahun terakhir dan tahun-tahun berikutnya.

22) Keluarga Chemistry 2017 : Andini Doludu, Ardiyanti Damopolii, Fathia,

Febriana, Ika Riyana Tungkagi, Karmila B.Enu, Maria Mouko, Maimun

Wahab, Nur Apriliani Djafar, Rahmawati Hilala, Ramayanti Manaa, Rifka

Suleman, Windriyani S. Kanalia, Alhawid Detuage, Ulin Sahami,

Sutrisnawati D. Moha, Agustina H. Pakaya, Fitriani Giu, Jumarni Kamarudin,

Nurhayati Lambayu, Sri Yolanda Otolouwa, Tia Dwi Lestari Nento, Wanda

Monoarfa, Anita W. Rahman, Vianita M.Y.Maksum, Silfana Idrus, Firawaty

Hayati, Dewi Dumillah Sekarsari, Ni Made Gustri Vianti, Sripani M. Suaib,

Masia Bukawera, Dandi Saputra Halidi, Zikran Abdullah, Rifaldo Salindeho,

Ruhaldi Malik, Herdi Irpandi S. Tamalu, Adriansyah Sambel, Sahrial

Lakasim, Siti Hairunisa Kandusu, Ica Oktabrina Alinti, Nurlina S. Moo, Wina

Zulfiana R. Tulie, Kartini Ismail, Rista Labaco, Nisa Untuba, Pratiwi

Adrianto, Meliana H. Ibrahim, Fitriani, Nindi Anjarwati, Sri Ningsi Jonas,

Ulfa, Novita Yusuf, Novita Dahlan, Yulianti Djafar dan Siti Ramla.

Terimakasih atas pengalaman yang diberikan selama masa studi.

xiv
23) Teman-teman KKN-T 2020 Desa Motihelumo, Kec. Sumalata Timur, Kab.

Gorontalo Utara. Terimakasih telah berbagi pengalaman dan cerita.

24) Keluarga Besar HIMKA (Himpunan Mahasiswa Kimia) UNG terkhusus

Kepengurusan 2019 yang telah banyak memberikan pengalaman berharga

dan cerita OPH yang tak terlupakan.

25) Kakak-kakak angkatan 2012, 2013, 2014, 2015, 2016 dan adik-adik 2018,

2019, 2020. Terimakasih telah banyak memberikan ilmu, pengalaman serta

semangat dan bantuannya kepada penulis.

26) Team my Trip : Selviani, Rina Ismail, Wahdania dan Febriana. Terimakasih

perjalanan hidup penuh suka duka yang kita lewati sama-sama, terimakasih

juga telah berjuang bersama dari bangku SMA sampai dibangku perkuliahan

sekarang ini.

27) Ibu Zulhijra Lanyumbah selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Lakea.

Terimakasi atas arahan dan bimbingannya selama penulis melakukan

penelitian.

28) Siswa-siswi SMA Negeri 1 Lakea. Terimakasih telah meluangkan waktu serta

membantu penulis dalam penelitian.

29) Terimakasih kepada diri sendiri yang telah bertahan sampai sejauh ini, telah

kuat menjalani segala macam cobaan sampai akhirnya skripsi ini selesai.

30) Segala pihak yang terlibat dan tidak sempat disebutkan satu persatu,

terimakasih atas segala bantuan dan doanya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

terlibat dan apabila ada yang tidak disebutkan penulis mohon maaf. Besar harapan

xv
penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi

pembaca.

Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala

amal dan kebaikannya mendapatkan balasan lebih dari Allah Subhanahu Wa

Ta’ala. Aamiin…

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Januari 2022

Penulis

xvi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................i

LOGO ........................................................................................................................ii

HALAMAN JUDUL ................................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN .........................................................................................iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................v

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................vi

ABSTRAK ................................................................................................................vii

ABSTRACK .............................................................................................................viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................................ix

KATA PENGANTAR ..............................................................................................x

DAFTAR ISI .............................................................................................................xvii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................xix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................xx

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xxi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................4

1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................5

1.5 Mamfaat Penelitian .....................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................7

xvii
2.1 Deskripsi Teori ...........................................................................................7

2.2 Tes Diagnostik ............................................................................................16

2.3 Materi Bentuk Molekul ..............................................................................19

2.4 Penelitian Relevan ......................................................................................23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................25

3.1 Penetapan Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................25

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................25

3.2 Peran Peneliti ..............................................................................................25

3.4 Data dan Sumber Data ................................................................................25

3.5 Teknik Pengumpulan Data .........................................................................26

3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................................26

3.7 Pengecekan Keabsahan Data ......................................................................32

3.8 Tahap Penelitian .........................................................................................32

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN ................................................................34

4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................34

4.2 Pembahasan ................................................................................................37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................46

1.1 Kesimpulan .................................................................................................46

1.2 Saran ..........................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................48

CURRICULUM VITAE .....................................................................................73

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori kombinasi jawaban three tier test ...............................................18

Tabel 3.1 Kriteria Validasi Instrumen ........................................................................28

Tabel 3.2 Kriteria Pemahan Siswa dengan Instrumen three tier diagnostic test .......31

Tabel 4.1 Persentase Miskonsepsi Siswa ..................................................................34

xix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Lewis HCN...............................................................................22

Gambar 4.1 Persentase Kategori Pemahaman Siswa pada Indikator Menentukan

Bentuk Molekul..........................................................................................................35

Gambar 4.2 Persentase Kategori Pemahaman Siswa pada Indikator Menentukan

Bentuk Molekul dan Menghubungkannya dengan kepolara Molekul .......................36

Gambar 4.3 Persentase Kategori Pemahaman Siswa pada Indikator Menentukan

Sudut Ikatan ...............................................................................................................37

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ................................................................... 51

Lampiran 2 Kunci Jawaban Instrumen .......................................................... 59

Lampiran 3 Lembar Validasi ......................................................................... 60

Lampiran 4 Lembar Uji Reliabel ................................................................... 62

Lampiran 5 Skor Jawaban Siswa ................................................................... 63

Lampiran 6 Kategori Pemahaman Siswa ....................................................... 64

Lampiran 7 Dokumentasi ............................................................................... 71

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ilmiah

(scientific approach) meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/

mencoba, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan untuk semua mata

pelajaran. Pendekatan saintifik akan mampu memberikan pemahaman yang utuh

kepada siswa tentang topik yang sedang dipelajari. Siswa yang belum memiliki

pemahaman yang utuh atau dalam penilaian belum mencapai KKM satuan

pendidikan, wajib mengikuti pembelajaran remedial. (Setiawan et al., 2017)

Setiap konsep ilmu tidak berdiri sendiri, tetapi setiap konsep berkaitan

dengan konsep lainnya. Semua konsep bersama-sama membentuk semacam

jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia. Seringkali siswa hanya menghafal

definisi suatu konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep yang satu

dengan konsep yang lain. Sehingga konsep baru tidak masuk ke dalam jaringan

konsep yang sudah ada dalam benak siswa, tetapi konsep tersebut berdiri sendiri

tanpa adanya hubungan antar konsep. Siswa mengalami kesulitan dalam

memahami konsep. Kesulitan memahami konsep dapat menyebabkan

kesalahpahaman. Akibatnya, siswa sering mengalami miskonsepsi. (Islami et al.,

2018)

Pemahaman konsep memiliki peran penting dalam pembelajaran. Menurut

Dahar (1989), konsep adalah blok bangunan pemikiran, yang menjadi dasar bagi

1
proses mental yang lebih tinggi, untuk merumuskan prinsip dan generalisasi,

sehingga penting untuk memahami setiap konsep dengan benar. Ibnu (2003)

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa resistensi terhadap kesalahan konsep

kimia yang sudah dimiliki siswa sangat besar, sehingga pembelajaran pada tingkat

berikutnya dan pengulangan pembelajaran pada materi yang mengandung konsep

serupa tidak dapat memberikan pengaruh yang signifikan.

Pengetahuan awal yang dimiliki seorang anak sebelum jenjang

pendidikan sekolah bisa benar atau salah. Hal ini disebabkan karena pengetahuan

awal diperoleh dari pengalaman yang berbeda dan sumber informasi yang tidak

akurat. Padahal penguasaan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang sangat

berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan di sekolah.

Salah satu materi dalam pembelajaran bidang studi kimia di SMA yang

mengandung konsep yang bersifat abstrak adalah materi bentuk molekul. Untuk

memahami bentuk molekul dengan baik, siswa harus memahami beberapa konsep

yang mendasarinya dengan baik, yaitu tentang konfigurasi elektron, elektron

valensi, struktur Lewis, kestabilan molekul, dan pasangan elektron. Kemampuan

daya bayang ruang juga diperlukan dalam memahami bentuk molekul. Konsep

bentuk molekul berkaitan dengan konsep kimia lain yang lebih kompleks, antara

lain gaya antar molekul dan biomolekul. Pemahaman siswa terhadap bentuk

molekul berkaitan dengan pemahaman siswa terhadap gaya antar molekul dan

biomolekul (Sabekti et al., 2014)

Miskonsepsi adalah pemahaman materi/konsep yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah atau pengertian yang dikemukan oleh para ahli (Suparno, 2013).

2
Menurut Depdiknas, miskonsepsi dapat diukur melalui tes diagnostik. Tes

diagnostik dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu

untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, dan bakat. Identifikasi

miskonsepsi dapat dilakukan dengan cara pembuatan peta konsep, tes pilihan

ganda dengan alasan terbuka, tes uraian, wawancara, diskusi dalam kelas, dan

praktikum melalui tanya jawab (Suparno, 2013).

Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan materi bentuk molekul pernah

dilakukan. Nurhadi melakukan penelitian berkaitan dengan materi bentuk molekul

yang berjudul “Pencerahan Siswa SMA terhadap Bentuk Molekul Suatu Senyawa

dan Ion Melalui Media Komputasi dan Pemodelan Riel”. Harwati (dalam

Rusmansyah, 1998:5) menemukan bahwa 60% siswa kelas II SMUN 2 Malang

mengalami kesulitan dalam meramalkan bentuk molekul. Respitowati (dalam

Suwolo, 2005:5) melaporkan dari hasil penelitiannya bahwa kemampuan siswa

SMAN 2 Tulungagung dalam menuliskan struktur Lewis dan meramalkan

geometri molekul masih tergolong rendah. Kemampuan rendah yang dimiliki

siswa dalam meramalkan bentuk molekul dapat disebabkan rendahnya

pemahaman konsep siswa.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, kemampuan pemahaman

siswa umumnya masih rendah. Hal ini juga mungkin terjadi pada siswa SMA

Negeri 1 Lakea. Hasil observasi di SMA Negeri 1 Lakea dan wawancara yang

dilakukan dengan guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Lakea, bahwa siswa

memiliki nilai ulangan harian dengan hasil yang sangat rendah yaitu tidak ada

siswa yang tuntas pada materi ikatan kimia. Hal ini menunjukan bahwa siswa

3
mengalami kesulitan belajar pada materi ikatan kimia. Kesulitan belajar pada

materi ikatan kimia dapat membuat siswa menafsirkan konsep tersendiri yang

dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Miskonsepsi pada materi ikatan

kimia akan berpengaruh pada materi kimia selanjutnya karena ikatan kimia

merupakan materi yang saling berkaitan satu sama lain. Apabila terjadi kesalahan

pada konsep ikatan kimia, maka siswa dapat mengalami kesalahan konsep dalam

memahami konsep selanjutnya, seperti : larutan elektrolit dan non elektrolit,

reaksi oksidasi reduksi, tata nama senyawa, reaksi kimia dan bentuk molekul.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui miskonsepsi siswa kelas X MIA SMA Negeri Lakea pada materi

bentuk molekul menggunakan three tier multiple choice test.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah,

yaitu :

1. Konsep pelajaran kimia yang bersifat abstrak menjadikan sulit untuk

dipahami

2. Implementasi kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mampu memahami

konsep dengan sendiri sehingga memungkinkan terjadinya miskonsepsi

3. Diperlukan tes diagnostik yang mampu mengukur tingkat pemahaman

konsep siswa

4. Salah satu topik yang mungkin terjadi miskonsepsi adalah materi bentuk

molekul

4
1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut, maka

rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana

miskonsepsi pada materi bentuk molekul siswa kelas X MIA di SMA Negeri 1

Lakea menggunakan three-tier multiple choice test” ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari

penelitian ini untuk menganalis miskonsepsi siswa pada materi bentuk molekul

menggunakan three-tier multiple choice test kelas X MIA di SMA Negeri 1

Lakea.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfaat sebagai berikut:

1. Sekolah, dengan adanya hasil penelitian ini sekolah dapat menjadikan

penelitian ini sebagai acuan untuk mencari pemikiran baru untuk lebih

meningkatkan dan mengembangkan kualitas pembelajaran dan pengajaran.

2. Guru, dengan adanya hasil penelitian ini guru dapat mencari tindak lanjut

untuk memperbaiki miskonsepsi siswa dengan cara memilih dan merancang

strategi, model, dan pendekatan yang tepat agar tidak ada lagi siswa yang

mengalami miskonsepsi.

3. Siswa, dengan adanya hasil penelitian ini siswa diharapkan lebih terbuka

kepada guru tentang masalah yang dihadapi khususnya dalam pembelajaran,

agar masalah tidak berlarut-larut.

5
4. Peneliti, sebagai calon guru dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dalam hal

mengajar di kelas, peneliti harus memahami konsep dengan benar sebelum

diajarkan kepada siswa

6
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Konsep

Pada hakikatnya, proses pembelajaran terus berlangsung pada manusia

sejak dini sampai akhir hidup manusia tersebut. Siswa pertama kali akan melewati

proses pembelajaran dari lingkungannya. Kemudian siswa membangun sendiri

gagasan yang diperoleh melalui pengalamannya. Gagasan-gagasan yang telah

dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi. Prakonsepsi ini

bisa menjadi sebuah pemahaman awal siswa untuk memulai proses pembelajaran

dikelas formal yang kemudian membantu siswa dalam memahami konsep.

Konsep merupakan sebuah abstraksi dari ciri-ciri yang mempermudah komunikasi

manusia dan memungkinkan untuk berpikir (Halim et al., 2017)

Menurut Sagala, konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau

sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk

pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Suatu konsep merupakan

penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep

itu tidak dapat diamati, konsep harus disimpulkan dalam perilaku. Menurut

Suyono dan Hariyanto, konsep adalah suatu gugusan atau sekelompok fakta atau

keterangan yang memiliki makna (Tayubi, 2005). Menurut soejadi konsep adalah

ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau

penggolongan yang umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian

7
kata. Brunner dalam unggul Sudarmo meyatakan bahwa konsep sangat bernilai

sebab:

1) Membantu siswa untuk mereduksi informasi yang sangat banyak menjadi

informasi sederhana yang mudah dikelola.

2) Membantu siswa lebih peka dalam memahami situasi baru dengan cara

menggeneraliasi karakteristik.

3) Sebagai salah satu modal bagi siswa untuk mengetahui ide-ide abstrak tanpa

harus menghadirkan semua karakteristik semua ide yang mendasari.

4) Meningkatkan cara berpikir, sebab sebagai informasi yang memerlukan

penggunaan memori dan perhatian penuh dalam menangkap informasi

direduksi menjadi beberapa ide pokok dan dikemas kedalam suatu konsep-

konsep lain yang dapat meningkat menjadi suatu proses berfikir tingkat

tinggi, termasuk didalamnya analisis dan sintesis.

2.1.2 Ciri-ciri konsep

Menurut Miterianifa (2013) Belajar konsep merupakan hasil utama

pendidikan. Beberapa ciri-ciri konsep adalah sebagai berikut:

1) Konsep merupakan buah pikiran yang dimiliki seseorang atau sekelompok

orang. Konsep tersebut ialah semacam simbol.

2) Konsep timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan menggunakan

lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep tersebut ialah suatu

generalisasi.

3) Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak

pengalaman.

8
4) Konsep merupakan perkataan fakta-fakta atau pemberian pola anda pada

fakta-fakta.

5) Suatu konsep dapat mengalami modifikasi disebabkan timbulnya fakta-fakta

baru.

Maka dari berbagai defenisi yang dipaparkan konsep dapat diartikan

sebagai informasi yang diperoleh dalam lingkungan kemudian dikelompokkan

dan dikategorikan secara mental dan disimpulkan dalam perilaku.

2.1.2 Miskonsepsi

Berg menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan salah satu pemahaman

konsep yang tidak sesuai dengan para ahli (Irsanti et al., 2017). Suparno juga

menyatakan bahwa miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan

konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,

kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan konsep-konsep yang tidak

benar. Miskonsepsi muncul jika hasil kontruksi pengetahuan siswa tidak cocok

dengan hasil kontruksi pengetahuan para ilmuwan. Selanjutnya, Menis & Frase

menyatakan bahwa miskonsepsi siswa dapat diartikan sebagai refleksi pemikiran

siswa atau kegagalan dalam menerapkan kurikulum. Sementara itu, Wilson

(dalam Laliyo., 2019) menyatakan bahwa studi miskonsepsi cenderung memiliki

kemajuan yang menarik seperti yang dimiliki para peneliti konsep baru dari

masalah ini, temuan penelitian menunjukan bahwa kekeliruan sering terjadi dan

masi bertahan bahkan setelah pembelajaran formal.

Menurut Mutmainah (Maksum et al., 2017) miskonsepsi adalah konsep

yang berbeda atau tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para ahli

9
dalam bidang itu. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa adalah bahwa guru

memisahkan konsep atau fakta, yang menyebabkan siswa bingung tentang konsep

atau pengalaman. Kesalah pahaman juga dapat terjadi dalam buku referensi yang

digunakan. Konsep-konsep yang disajikan dalam buku ini tidak menyeluruh atau

menggunakan konsep lain yang mungkin tidak diketahui siswa untuk menjelaskan

atau mendefinisikan konsep tersebut. Biasanya buku hanya memuat abstraksi dan

tidak memperhatikan konsep-konsep yang tidak tepat, sehingga guru akan

menemui pertanyaan saat menjelaskan konsep yang ada di buku tersebut (Ratama,

2013).

Menurut Dahar 2010 (dalam Pikoli, 2018), miskonsepsi adalah persepsi

siswa dan didasarkan dari pengalaman sehari-hari yang tidak sesuai dengan

konsep ilmiah. Pada kegiatan pembelajaran, miskonsepsi dipandang sebagai

kendala dan berdampak negatif bagi siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka miskonsepsi dapat

dinyatakan sebagai kekeliruan atau kesalahan terhadap suatu konsep dalam

menginterpretasikan hubungan antar konsep yang berbeda yang saling

mempengaruhi satu sama lain, sehingga menyebabkan konsep tersebut menjadi

tidak benar, tidak bermakna dan tidak sesuai dengan konsepsi para ilmuwan.

2.1.3 Penyebab Terjadinya Miskonsepsi

Miskonsepsi merupakan salah satu kendala dalam proses pembelajaran

yang harus dapat diselesaikan oleh guru. Oleh karena itu guru harus dapat

mengidentifikasi dari mana saja penyebab miskonsepsi berasal. Secara garis besar

penyebab miskonsepsi menurut Suparno terdiri dari:

10
1) Siswa

a) Prakonsepsi atau konsep awal siswa

Sebelum masuk ke kelas formal, siswa sudah memiliki prakonsesi tentang

suatu konsep. Konsep awal ini yang sering mengandung miskonsepsi.

Miskonsepsi ini akan terus terbawa pada konsep selanjutnya sampai

miskonsepsi tersebut diperbaiki. Faktor prakonsepsi bisa berasal dari orangtua,

teman, sekolah awal, dan lingkungan.

b) Pemikiran asosiatif siswa

Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari juga dapat menimbulkan

miskonsepsi. Bisa juga dari perbedaan penggunaan istilah yang mereka

gunakan memiliki arti berbeda.

c) Pemikiran humanistik

Seringkali siswa menganggap tingkah laku benda seperti tingkah laku

manusia yang hidup sehingga dapat menimbulkan miskonsepsi. Padahal

tingkah laku benda dan manusia tidak dapat disamakan secara keseluruhan.

d) Reasoning yang tidak lengkap

Reasoning yang tidak lengkap atau salah dapat menimbulkan

miskonsepsi. Ini dapat disebabkan karena data atau informasi yang diperoleh

tidak lengkap sehingga siswa salah menarik kesimpulan. Bisa juga reasoning

yang salah disebabkan oleh logika yang salah dalam mengambil kesimpulan

serta pengamatan yang tidak teliti.

11
e) Intuisi yang salah

Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri sesorang yang secara spontan

megungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu sebelum dinilai secara

objektif atau diteliti. Pemikiran intutif ini berasal dari pengamatan siswa

tentang suatu benda atau kejadian secara terus-menerus sehingga nantinya

siswa akan mengeluarkan pendapat spontan dalam proses pembelajaran yang

menimbulkan miskonsepsi.

f) Kemampuan siswa

Siswa yang kurang berbakat akan sulit memahami suatu konsep yang

disampaikan dengan benar sehingga dapat menyebabkan miskonsepsi dalam

proses pembelajaran.

g) Minat belajar rendah

Minat siswa juga berpengaruh dalam penyebab terjadinya miskonsepsi.

Siswa yang mempunyai minat dalam bidang pelajaran tertentu akan cenderung

sedikit menimbulkan miskonsepsi daripada bidang lain yang tidak diminati.

2) Guru/Pengajar

Guru yang tidak menguasi bahan atau mengerti bahan yang akan

disampaikan akan menimbulkan miskonsepsi. Kejadian ini akan terus

berkelanjutan sampai guru memahami benar tentang suatu konsep yang akan

disampaikan. Ditambah lagi, pada zaman sekarang ini ilmu alam tidak hanya

dapat disampaikan dengan membaca atau sekdar menulis tetapi memerlukan

eksperimen atau pengalaman langsung agar konsep dapat dipahami siswa dengan

benar.

12
3) Buku teks

Penyebab miskonsepsi dari buku teks biasanya diakibatkan karena

penjelasan yang tidak benar atau bahasa yang sulit dimengerti. Juga dapat

disebabkan karena kurangnya gambar terkait suatu kejadian atau peristiwa yang

mendukung tentang suatu konsep.

4) Konteks

Kesalahan konteks dapat berupa pengalaman siswa, masyarakat sekitar,

budaya, agama, dan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa. Penggunaan

ungkapan-ungkapan yang umum dalam bahasa terkadang salah

menginterpretasikan makna sebenarnya dari peristiwa-peristiwa yangterjadi

sehingga dapat menimbulkan miskonsepsi.

5) Metode mengajar

Beberapa guru kurang bervariasi dalam metode mengajar. Metode yang

digunakan monoton dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran yang akhirnya hanya berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan

siswa bermalas-malasan dan tidak mendengarkan atau paham secara benar apa

yang disampaikan oleh guru dan menimbulkan miskonsepsi (Islami D, 2018).

2.1.4 Cara Mendeteksi Miskonsepsi

1. Peta Konsep

Peta konsep merupakan suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu

rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta itu

mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antara konsep-konsep dan

menekankan gagasan-gagasan pokok. Peta konsep disusun hierarkis, konsep

13
esensial akan berada pada bagian atas peta. Miskonsepsi dapat diidentifikasi

dengan melihat hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Dengan peta

konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa. Guru

seharusnya mampu mengidentifikasi pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan

menentukan bagian-bagiannya sampai ke bagian yang paling sederhana dari suatu

konsep.

2. Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda adalah tes yang mempunyai satu jawaban yang benar

atau paling tepat, jika dilihat dari strukturnya maka tes pilihan ganda terdiri atas

stem (pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan

ditanyakan), option (sejumlah pilihan jawaban), kunci (jawaban yang benar atau

paling tepat) dan distraktor (jawaban lain selain kunci jawaban).

3. Wawancara Klinis

Wawancara klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru

memilih beberapa konsep yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa

konsep yang tepat dan bahan yang mau diajarkan. Siswa diajak untuk

mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep diatas, dari sini dapat

dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang ada dan sekaligus

ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.

4. Diskusi dalam Kelas

Siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep

yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Diskusi di dalam kelas itu dapat

dideteksi juga apakah ide mereka tepat atau tidak. Guru atau seseorang peneliti

14
dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok

digunakan pada kelas yang besar (Suparno, 2013 ).

2.1.5 Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi miskonsepsi

Beberapa penelitian terdahulu tentang upaya mengatasi miskonsepsi belum

mendapatkan hasil yang maksimal (Islami D, 2018). Miskonsepsi yang sudah

dapat diatasi kadang-kadang muncul kembali dengan kondisi tertentu. Ketika

siswa menghadapi soal yang sedikit menyimpang, kadang-kadang miskonsepsi

muncul kembali dan membawa pengaruh yang salah. Ada beberapa unsur yang

telah dirumuskan para peneliti tentang cara mengatasi miskonsepsi antara lain

sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi prakonsepsi siswa. Apa yang ada dalam pikiran siswa

sebelum kita mulai mengajar? Prakonsepsi apakah yang sudah terbentuk

dalam pikiran siswa tentang pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang akan

dipelajari? Apa kekurangan prakonsepsi tersebut?

2) Prakonsepsi dapat diketahui dari literatur, dari tes diagnostik, dan dari

pengamatan kegiatan siswa.

3) Merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi dengan

melakukan penguatan terhadap konsep yang sudah benar dan mengevaluasi

konsep yang masih salah. Prinsip utama dalam mengevaluasi miskonsepsi

adalah siswa melakukan pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan

konsep dengan peristiwa alam. Dengan demikian diharapkan terjadi

pertentangan antara pengalaman baru dengan konsep yang lama sehingga

terjadi miskonsepsi (cognitive dissonance theory, festinger). Menurut Piaget

15
pertentangan antara pengalaman baru dengan konsep yang salah akan terjadi

akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif yang menghasilkan konsep

baru yang lebih tepat.

4) Memperbanyak latihan soal untuk melatih konsep baru dan menguatkannya.

Soal-soal yang dikerjakan benar-benar dipilih sedemikian rupa sehingga

perbedaan antara konsep yang salah dan yang benar akan muncul dengan

jelas. Hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa dalam

memahami konsep yang benar yaitu dengan cara membahas soal dengan

memperhatikan dan memahamkan konsep yang benar kepada siswa. Guru

tidak hanya menulis banyak rumus di papan tulis atau hanya melakukan

ceramah tanpa interaksi dengan siswa.

2.2 Tes Diagnostik

2.2.1 Definisi Tes Diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengungkapkan

kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai

dasar untuk memberikan tindakan atau perlakuan yang tepat dan sesuai dengan

kelemahan yang dimiliki siswa. Tes diagnostik yang baik adalah tes yang dapat

memberikan gambaran permasalahan yang dialami siswa secara akurat serta tes

yang dapat mengungkap konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah

dipahami. Seorang siswa yang menghadapi kesulitan dalam tingkat pemahaman

tertentu akan melihat kurangnya kemajuan untuk tingkat yang lebih maju. Hal ini

pada gilirannya menghambat kemampuan siswa untuk membangun penjelasan

epistemologis pada konsep dasar ilmu. Dalam konteks ini, kemajuan belajar

16
diperlakukan sebagai metode untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Informasi

diagnostic yang dihasilkan dapat diandalkan untuk diperlakukan sebagai referensi

bagi para guru dalam mengembangkan komponen instruksional yang akurat dan

valid untuk membimbing siswa untuk maju ke tingkat berikutnya (Laliyo et al.,

2021)

2.2.2 Tes Diagnostik Bertingkat

1) Tes Diagnostik One-Tier

Instrumen one-tier merupakan tes pilihan ganda satu tingkat atau tes

pilihan ganda biasa yang terdiri dari lima pilihan jawaban. Tes pilihan ganda

dinilai lebih mudah diterapkan karena memiliki banyak keuntungan. Guru dapat

melakukan penilaian secara cepat dan objektif. Guru dapat menerapkan tes pilihan

ganda dengan mudah pada siswa dalam jumlah besar. Akan tetapi tes pilihan

ganda memiliki beberapa keterbatasan pada penerapannya, seperti untuk

menentukan kemampuan siswa menjawab dengan benar karena paham atau hanya

menebak saja. Selain itu tingkat pemahaman siswa pada tes pilihan ganda hanya

dilihat berdasarkan jumlah jawaban yang benar.

2) Tes Diagnostik Two-Tier

Instrumen two-tier merupakan tes pilihan ganda dua tingkat, tingkat

pertama terdiri dari lima pilihan jawaban sedangkan tingkat kedua terdiri dari

alasan terbuka yang mengacu pada tingkat pertama. Two-tier diagnosti test

merupakan alat tes yang cukup sukses mendiagnosis miskonsepsi siswa dan

mudah untuk dinilai, tetapi two-tier diagnostic test tidak dapat membedakan

miskonsepsi dengan kurangnya pengetahuan (Nugroho, 2019). Selain itu, two-tier

17
test memiliki kekurangan yaitu siswa menjawab tingkat kedua hanya berdasarkan

logika atas jawaban mereka pada tingkat pertama sehingga guru tidak dapat

mengetahui seberapa kuat siswa dalam memahami konsep yang diberikan.

3) Tes Diagnostik Three-Tier

Three-tier diagnostic test ini merupakan tes diagnostik yang tersusun dari

tiga tingkatan soal. Tingkat pertama (one-tier) berupa pilihan ganda biasa, tingkat

kedua (two-tier) berupa alasan, dan tingkat ketiga (three-tier) berupa pertanyaan

penegasan tentang keyakinan dari jawaban yang telah dipilih pada tingkat satu dan

dua. Tes diagnostik ini dapat mendeteksi apabila siswa memiliki tingkat

keyakinan berbeda dalam memilih jawaban dan alasan (Nugroho. 2019).

Adapun kategori dari kombinasi jawaban three-tiers test terdapat pada


tabel 2.

No Tier 1 Tier 2 Tier 3 Kategori


1 Benar Benar Yakin Paham (mengerti konsep)
2 Benar Benar Tidak Tidak Paham konsep
Yakin
3 Benar Salah Yakin Miskonsepsi
4 Benar Salah Tidak Tidak paham konsep
Yakin
5 Salah Benar Yakin Miskonsepsi
6 Salah Benar Tidak Tidak paham konsep
Yakin
7 Salah Salah Yakin Miskonsepsi
(Ayu Mutmaina. 2017)

Dari pemaparan tersebut dapat diisimpulkan bahwa tes yang digunakan

untuk mengetahui kelemahan siswa dalam suatu pembelajaran. Tes diagnostik

bermamfaat bagi guru dan calon guru untuk mengetahui kelemahan yang dialami

siswa, dan guru dapat menggunakan tindak lanjut pemecahan masalah yang telah

teridentifikasi dari tes ini.

18
2.3 Materi Bentuk Molekul

2.3.1 Pengertian Bentuk Molekul

Bentuk molekul merupakan gambaran geometris yang dihasilkan apabila

inti atom-atom terikat dan dihubungkan oleh garis lurus. Molekul beratom dua

atau diatomik memiliki bentuk linear sebab dua titik akan membentuk satu garis

lurus. Molekul triatomik berbentuk datar (planar) sedangkan molekul lebih dari

tiga atom atau poliatomik ada yang berbentuk planar dan linier. Bentuk molekul

tidak dapat diramaikan melalui rumus empiris nelainkan harus melalui percobaan.

sedangkan menurut Mahmudi (2011) bentuk molekul menggambarkan

kedudukan atom-atom dalam suatu molekul, kedudukan atom dalam ruang tiga

dimensi, dan besar sudut ikatannya dibentuk dalam suatu molekul. Ikatan tersebut

terbentuk karena adanya pasangan-pasangan elektron.

Menurut Chang (2003) Bentuk molekul atau geometri molekul

merupakan susunan tiga-dimensi dari atom-atom dalam suatu molekul. Geometri

molekul akan mempengaruhi sifat-sifat kimia dan fisiknya meliputi titik leleh,

titik didih, kerapatan, dan jenis reaksi. Panjang ikatan serta sudut ikatan dari suatu

molekul umumnya harus ditentukan lewat percobaan. Bentuk- bentuk molekul

berasal dari susunan tiga-dimensi atom-atom dalam suatu ruang. Hal ini diketahui

dengan cara menambah model lewis dengan teori VSEPR.

Untuk memahami penjelasan bentuk molekul harus mengetahui dua

kuantitas yaitu :

1. Panjang Ikatan (Bond Lengeht) yaitu jarak antar inti atom yang berikatan.

19
2. Sudut ikatan (Bond angel) yaitu sudut antara garis bersebelahan yang

memiliki ikatan. (Watoni Haris, 2016)

Molekul diatomik mempunyai 1 ikatan dan tanpa sudut ikatan bentuk

geometric yang dibentuk oleh 2 titik berupa garis lurus atau linier. Molekul

triatomik memiliki 1 ikatan dan 1 sudut ikatan. Jika besar sudut 1800 maka

molekulnya Linier dan Ketiga atom berada berada pada garis lurus. Sedangkan

untuk bentuk molekul triatomik lainnya dikatakan anguler, bengkok, atau

berbentuk V. Beberapa Molekul Poliatomik mempunyai bentuk Planar dan

linier. Tetapi yang lebih umum pusat-pusat atom dalam molekul menentukan

gambaran geometrik 3 dimensi.

2.3.2 Teori VSEPR (velence-shell electron-pair repulsion)

Menurut Chang (2003) ada cara yang sederhana untuk menggambarkan

geometri molekul jika kita mengetahui jumlah elektron disekitar atom pusat

dalam struktur lewisnya. Pendekatan ini berpendapat bahwa pasangan elektron

dikulit valensi suatu atom. Kulit valensi adalah kulit terluar yang menempati

oleh elektron pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan. Tolak menolak antara

molekul pada ikatan yang berbeda membuat pasangan elektron berada sejauh

mungkin. Pendekatan ini merupakan model tolakan pasangan elektron kulit

valensi (TPEKV) atau velence-shell electron pair repilsion (VSEPR).

Teori VSEPR menunjukan bahwa pengaturan geometri ligan yang berada

yang berada dikeliling atom pusat hanya ditentukan oleperputaran pasangan

elektron pada kulit valensi atom pusat. Dalam kutipan Mahmudi (2011) teori

VSEPR fokus pembahasan berada pada pasangan elektrom dalam kulit elektrom

20
valensi atom pusat pada suatu struktur. Pasangan elektron akan saling menolak

ketika elektron berada dalam ikatan kimia atau pasangan bebas. Pembahasan lain

dari VSEPR yaitu pada gugus elektron, satu guus dapat berupa pasangan baik

berupa pasangan bebas maupun pasangan ikatan atau bisa juga sebagai elektron

tunggal yang tak berpasangan pada oktet taklengkap.

1) Penentuan Bentuk Molekul dengan Model VSEPR

Valence shell electron pair repulsion model(model VSEPR) didasarkan

pada kenyataan bahwa antar pasangan-pasangan elektron valensi atom pusat

terjadi gaya tolak-menolak untuk mencpai kestabilan. Gaya tolak-menolak ini

menyebabkan atom-atom terikat pada atom pusat mengarah sedikit sedemikian

rupa membentuk molekul tiga dimensi yang teratur dengan sudut-sudut ikatan

tertentu.

Kekuatan gaya tolak antar PENI-PENI >antar PENI-PEI >antar PEI-PEI.

Akibatnya, PENI dalam molekul menempati ruang yang lebih besar

dibandingkan dengan PEI. Gaya tolak menolak makin menurun dengan makin

besarnya sudut ikatan antarpasangan elektron

Ruang yang ditempati oleh asangan-pasangan elektron valensi di sekitar

atom pusat disebut domain sehingga teori VSEPR disebut juga sebagai teori

domain. Ada dua jenis domain yang menentukan bentuk molekul, yaitu domain

ikatan dan domain nonikatan (Watoni H, 2019:170)

a. Domain ikatan (DI) adalah domain yang berisi pasangan-pasangan elektron

ikatan. Sudut domain berisi satu jenis ikatan, baik ikatan tunggal maupun

ikatan rangkap, sehingga ada domain ikatan tunggal dan domain ikatan

21
rangkap. Ikatan rangkap akan menempati domain yang lebih besar daripada

ikatan tunggal, tetapi semua elektron ikatan menempati domain yang sama.

Sebagai contoh, HCN memiliki domain ikatan tunggal dan rangkap dengan

struktur Lewis sebagai berikut :

b. Domain nonikatan (DNI) adalah domain yang berisi pasangan elktron

nonikatan maupun elektron tunggal (dalam molekul yang memiliki jumlah

elektron ganjil)untuk meramalkan bentuk molekul dengan model VSEPR,

terlebih dahulu harus menentukan jumlah domain di sekitar atom pusat

melalui penggambaran struktur Lewis. Tahap selanjutnya adalah

menentukan geometri elektron. Susunan elektron di sekitar atom pusat

menggambarkan orientasi semua domain elektron dalam molekul. Adapun

bentuk/geometri molekul menggambarkan orientasi elektron ikatan dalam

molekul. Sebagai contoh, molekul NH3 dan H2O keduanya memiliki

geometri elektron tetrahedral, tetapi bentuk molekul NH3 dan H2O

berturut-turut adalah piramida segitiga dan bentuk bengkok (V).

2.3.3 Kepolaran molekul

Kepolaran Molekul adalah Pemisahan muatan-muatan yang berlawanan

secara keseluruhan dalam molekul. Bentuk molekul berpengaruh terhadap

kepolaran molekul. Pada molekul polar terjadi pemisahan antara muatan positif

(σ+) dengan muatan negatif (σ-) yang disebut dipol. Kepolaran molekul

22
dibuktikan dengan adanya gara tarik menarik antar molekul dengan medan

listrik. Bagian molekul yang bermuatan positif mengarah ke kutub negatif,

sebaliknya ujung molekul yang negatif mengarah ke kutub positif. (Watoni

Haris, 2019).

Molekul diatomik yang terdiri atas dua atom yang sama seperti H2 dan Cl2

bersifat nonpolar. Molekul nonpolar adalah molekul yang tidak memperhatikan

adanya kutub positip dan kutup negarif dalam molekulnya. Sementara itu,

molekul diatomik yang terdiri atas dua atom berbeda keelktronegatifan seperti

NH3, H2O, dan HBr bersifat polar. Molekul polar adalah molekul yang

memperlihatkan adanya kutub positif dan kutub negatif dalam molekulnya.

Kepolaran dari molekul tersebut dapat diperkirakan dari bentuk molekulnya.

2.4 Penelitian yang Relevan

1. Ayu Mutmaina Halim, Halimah Husain, sugiarti dalam penelitiannya

menyimpulkan bahwa presentase siswa kelas X MIA 4 SMAN 1 Pinrang

yang mengalami miskonsepsi pada materi ikatan kimia adalah 40,64 %

(Kategori sedang) dan Penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas X

MIA 4 SMAN 1Pinrang pada materi pokok ikatan kimia bersumber dari

siswa, guru dan buku teks.

2. Siska, dalam penelitiannya menyimpulkan telah terjadinya miskonsepsi pada

materi asam basa hampir tersebar pada seluruh soal yang di uji cobakan

kepada sampel dengan tingkat persentase tiap soal berbeda-beda dan rata-

rata presentase tingkat pemahaman konsep siswa kelas XI IPA SMA PGRI

Pekanbaru pada materi asam basa adalah 11 % siswa paham konsep, 55 %

23
siswa yang mengalami miskonsepsi dengan kriteria sedang, 33 % siswa tidak

paham konsep, dan 1 % siswa yang Error.

3. Rizky DayuUtami, Salamah Agung dan EviSapinatulBahriah}, dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa rata-rata persentase miskonsepsi siswa

laki-laki sebesar 36% (sedang) dan siswa perempuan sebesar 35% (sedang).

Berdasarkan indikator pembelajaran menunjukan bahwa persentase

miskonsepsi tertinggi pada siswa laki-laki terdapat indikator 6 ( Menjelaskan

teori asam dan basa menurut Arrhenius) yaitu sebesar 47% (sedang), dan

siswa perempuan terdapat pada indikator 4 ( Menuliskan persamaan reaksi

asam dan basa menurut Bronsted-Lowry) yaitu sebesar 50% (sedang). Secara

umum gender tidak berpengaruh terhadap tingkat miskonsepsi siswa SMA

Negeri di Kota Depok.

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penetapan Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Lakea yang merupan salah satu

sekolah yang berada di Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian

ini dilaksanakan pada semester ganjl tahun ajaran 2020/2021.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif karena bertujuan untuk menganalisis miskonsepsi siswa menggunakan

three-tier multiple choice test pada materi bentuk molekul. Penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki fakta, keadaan, variabel,

dan fenomena-fenomena yang terjadi saat ini yang kemudian disajikan apa

adanya dalam bentuk laporan penelitian (Sugiyono, 2017).

3.3 Peran Peneliti

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti bertindak sebagai

pengumpul data disamping penggunaan instrumen. Kedatangan peneliti di

lapangan disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Sebagimana yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2017: 222) bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadikan

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Selain itu peneliti

bertindak sebagai human instrumen yang berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

25
3.4 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes berupa jawaban siswa

dengan menggunakan instrument three-tier multiple choice pada materi bentuk

molekul. Dalam tes ini terdapat tiga tingkatan,yaitu tingkat pertama menanyakan

konsep, tingkat kedua menanyakan alasan siswa dari tingkat pertama, dan

tingkat ketiga merupakan tingkat untuk menanyakan keyakinan siswa dalam

menjawab soal tersebut. Instrument ini terdiri dari 10 soal yang mencakup ketiga

indikator materi bentuk molekul yaitu menentukan bentuk molekul dari suatu

gambar yang diketahui jumlah PEB dan PEI, memprediksikan bentuk molekul

dari suatu atom yang diketahui jumlah PEB dan PEI, meramalkan bentuk

molekul berdasarkan teori tolak-menolak, menganalisis bentuk dan sifat

kepolaran molekul dan menganalisis perbedaan sudut ikatan.

Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA di

SMA Negeri 1 Lakea yang terdaftar Tahun Ajaran 2020/2021 yang berjumlah 85

orang. Teknik dalam mengambil sampel pada penelitian ini ialah purposive

sampling (sampel bertujuan). Menurut Arikunto (2009) bahwa purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara

mengambil subyek bukan didasarkan strata, random dan daerah.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian untuk mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan

berbagai setting, sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2015). Proses

26
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,

pemberian tes, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi yang dimaksud dalam tahapan ini berupa pengamatan tentang

objek dan subjek penelitian. Observasi ini dilakukan sebelum melakukan

penelitian untuk memperoleh informasi gambaran kemampuan pemahaman

siswa materi bentuk molekul di SMA Negeri 1 Lakea.

2. Pemberian Tes

Instrument tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah Three-Tier

Multiple Choice.Instrument tes ini diberikan kepada siswa yang menjadi sampel

penelitian yaitu kelas X MIA Negeri 1 Lakea. Penelitian ini menggunakan tes

pilihan ganda bertingkat tiga. Dalam tes ini terdapat tiga bagian,yaitu tingkat

pertama merupakan soal pilihan ganda dengan satu kunci jawaban dan tiga

jawaban pengecoh. Tingkat kedua merupakan alasan siswa dalam menjawab

soal, terdapat lima alasan yang disediakan dengan empat alasan pengecoh dan

satu alasan terbuka. Fungsi dari adanya alasan terbuka ini untuk

mengidentifikasi adanya kemungkinan alasan lain dari pemikiran siswa sendiri

yang tidak terdapat pada keempat alasan yang disediakan. Sedangkan untuk

tingkat ketiga merupakan tingkat untuk menanyakan keyakinan siswa dalam

memilih alasan pada jawaban soal.Sebelum tes digunakan untuk mengumpulkan

data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas instrumen dan uji reliabilitas.

27
a. Uji Validitas

Uji validitas yaitu alat ukur berupa instrument yang digunakan untuk

mendapatkan data yang valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2017). Berikut tabel

kriteria dari validitas instrumen.

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Instrumen

Batasan Kategori
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi/sangat baik
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi/baik
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup/sedang
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah/kurang
0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah/sangat kurang

Tingkat validitas isi soal pilihan ganda digunakan rumus sebagai berikut :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑘𝑜𝑟 2


𝑃= 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙

Untuk memberikan penilaian terhadap setiap butir soal yang dititik beratkan pada

dua hal yaitu kalimat yang digunakan sudah komunikatif dan mengandung konsep

yang akan diteliti. Penetapan pemberian skor untuk menilai setiap butir adalah

diberi skor 2 jika susunan kalimatnya sudah komunikatif dan mengandung

konsep-konsep yang akan diteliti. Jika diberi skor 1 apabila susunan kalimatnya

sudah komunikatif namun belum mengandung konsep yang akan diukur atau

sebaliknya. Skor 0 jika kedua hal tersebut belum memenuhi syarat.

28
b. Uji Reabilitas

Uji reliabilitas yaitu alat ukur berupa instrument yang digunakan untuk

mendapatkan data yang dipercaya. Artinya, reliabilitas menunjukkan pada suatu

pengertian bahwa suatu tes dpat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data. Untuk itu, untuk mengukur reliabilitas tes ini menggunakan

rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :

𝑘 ∑𝜎𝑖 2
r11= (
𝑘−1
) (1 − 𝜎𝑡 2
)

Dengan :

r11 = koefisien reliabilitas tes

k = jumlah butir soal

∑𝜎𝑖 2 = jumlah varians butir

𝜎t2 = varians total

Tolak ukur interpretasi reliabilitas adalah sebagai berikut :

Angka 0,81 – 1,00 = sangat tinggi

Angka 0,61 – 0,80 = tinggi

Angka 0,41 – 0,60 = sedang

Angka 0,21 – 0,40 = rendah

Angka 0,00 – 0,20 = sangat rendah

Arikunto (2009)

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lebih mendalam

tentang miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Dalam melakukan wawancara,

29
peneliti juga perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah peneliti mencatat semua peristiwa

yang terjadi dilapangan saat proses penelitian berlangsung baik dokumentasi

gambar maupun dokumentasi dalam bentuk rekaman suara. Dokumentasi yang

diperoleh dalam penelitian ini berupa gambar pada saat proses penelitian

berlangsung untuk mengetahui miskonsepsi siswa terhadap materi yang diujikan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis deskriptif, yaitu menganalisis data dari hasil tes. Analisis

data yang digunakan bertujuan untuk memberikan makna terhadap data yang telah

dikumpulkan dari sampel penelitian dengan menggunakan tes.Dalam penelitian

ini menggunakan tes three-tier multiple choice pada materi bentuk molekul,

kemudian dianalisis dengan cara menghitung nilai dan menghitung presentasi atau

jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah siswa yang menjawab salam pada

setiap soal tersebut.

Menurut Ayu Mutmaina (2017) penentuan kategori tingkat pemahaman

yang menggunakan pilihan ganda tiga tingkat (Three-tier diagnostic test) dapat

dilihat pada tabel 3.2

30
Tabel 3.2 Kriteria pemahaman siswa dengan instrument Three-tier diagnostic test

Tier 1 Skor Tier 2 Skor Tier 3 Kategori


Benar 1 Benar 1 Yakin Tahu Konsep (TK)
Benar 1 Salah 0 Yakin Miskonsepsi 1 (MK 1)
Salah 0 Benar 1 Yakin Miskonsepsi 2 (MK 2)
Salah 0 Salah 0 Yakin Miskonsepsi 3 (MK 3)
Benar 1 Benar 1 Tidak Yakin Tidak Paham Konsep
Benar 1 Salah 0 Tidak Yakin Tidak Paham Konsep
Salah 0 Benar 1 Tidak Yakin Tidak Paham Konsep
Salah 0 Salah 0 Tidak Yakin Tidak Paham Konsep

Setelah semua data tes miskonsepsi peserta didik diperoleh, kemudian data

dihitung persentase setiap masing-masing kriterianya dengan rumus sebagai

berikut :
𝑆(1,2,3)
P(1,2,3) = x 100 %
𝐽𝑆

Keterangan :

P1 = presentasi jumlah siswa yang paham konsep

S1 = banyaknya siswa yang paham konsep

P2 = presentasi jumlah siswa yang miskonsepsi

S2 = banyaknya siswa yang miskonsepsi

P3 = presentasi jumlah siswa yang tidak paham konsep

S3 = banyaknya siswa yang tidak paham konsep

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

31
Berdasarkan persentasi tersebut akan diketahui bahwa rata-rata

Miskonsepsi pada setiap indikator siswa Kelas X MIA SMA Negeri 1 Lakea

secara keseluruhan.

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

a. Teman sejawat (pemeriksaan reman sejawat lalu diskusi). Teknik ini

digunakan dalam media forum diskusis baik secara formal maupun

informal dengan teman-teman sejawat.

b. Co-judging (pengujian bersama), yaitu kategori deskriptif yang telah

dibuat oleh peneliti, selanjutnya diperiksa oleh tim peneliti sebagai co-

judge (penguji) untuk menunjukkan persetujuan terhadap sistem kategori.

c. Check re check yang dilakukan peneliti dalam hail ini adalah menganalisis

dan menganalisis kembali respon siswa dalam kategori yang telah

ditentukan dalam waktu yang telah ditentukan peneliti.

3.8 Tahapan Penelitian

Tahapan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah :

1) Tahap Pra-Lapangan

Awal yang dilakukan peneliti, untuk menentukan sekolah yang diteliti

sesuai dengan judul penelitian

2) Tahap Pekerja Lapangan

Merupakan bagian dari tahap pengumpulan data hasil observasi, Tahap

analisis data dari hasil jawaban three-tier multiple choice test yang sudah

32
dikelompokkan tingkat miskonsepsinya dan Tahap evaluasi dan pelaporan

berdasarkan analisis data yang telah dilakukan peneliti.

3) Tahap Penyelesaian

Merupakan bagian dari tahap pengumpulan data hasil observasi, Tahap

analisis data dari hasil jawaban three-tier multiple choice test yang sudah

dikelompokkan tingkat miskonsepsinya dan Tahap evaluasi dan pelaporan

berdasarkan analisis data yang telah dilakukan peneliti.

33
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan

untuk menganalisis miskonsepsi peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 1 Lakea

dengan jumlah sampel sebanyak 85 responden. Hasil penelitian diperoleh

persentase pemahaman konsep siswa tentang materi bentuk molekul yang paham

konsep, yang mengalami miskonsepsi 1 (MK 1), miskonsepsi 2 (MK 2),

miskonsepsi 3 (MK 3) dan tidak paham konsep. Dapat dilihat seperti pada Tabel

4.1

Tabel 4.1: Persentase miskonsepsi siswa SMA Negeri 1 Lakea pada


materi bentuk molekul
Indikator Nomor PK MK 1 MK 2 MK 3 TPK
Soal (%) (%) (%) (%) (%)
Menentukan bentuk 1 47 % 19% 13% 7% 14%
molekul 2 18% 33% 15% 14% 20%
6 23% 13% 9% 28% 26%
7 14% 20% 14% 25% 27%
Rata- rata 25 21 13 18 22
Menentukan bentuk 3 26% 12% 18% 32% 12%
molekul dan 4 23% 19% 14% 16% 27%
menghubukannya 5 19% 19% 24% 18% 20%
dengan kepolaran 8 7% 16% 29% 29% 18%
molekul
Rata- rata 19 16 21 24 19
Menentukan sudut ikatan 9 10% 20% 18% 29% 22%
10 14% 18% 10% 25% 33%
Rata- rata 12 19 14 27 27

34
4.1.1 Deskripsi Pemahaman Konsep Siswa dalam Menentukan Bentuk

Molekul

Indikator pertama yaitu menentukan bentuk molekul pada soal nomor 1,2, 6

dan 7 dimana pada soal ini siswa diminta untuk menentukan dan meramal bentuk

molekul. Persentase kategori pemahaman siswa pada indikator pertama dapat

dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

Paham Konsep
22% 25% Miskonsepsi 1

Miskonsepsi 2
18%
21% Miskonsepsi 3
13%
Tidak paham konsep

Gambar 4.1 : Persentase Kategori Pemahaman Siswa pada Indikator


Menentukan Bentuk Molekul

Berdasarkan Gambar 4.1 persentase siswa yang paham konsep pada

indikator pertama sebesar 25%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar

21%, siswa yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 13%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 3 sebesar 18%, dan siswa yang tidak paham konsep rata-rata

persentasenya sebesar 22%.

4.1.2 Deskriptip Pemahaman Konsep Siswa dalam Menentukan Bentuk

Molekul dan Menghubungkannya dengan Kepolaran Molekul

Indikator kedua yaitu menentukan kepolaran senyawa pada soal nomor 3,4,5

dan 8 dimana pada soal ini siswa diminta untuk menentukan bentuk yang

dihubungkan dengan kepolaran senyawa. Persentase kategori pemahaman siswa

pada indikator kedua dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:

35
Paham konsep
19% 19%
Miskonsepsi 1

16% Miskonsepsi 2
24%
21% Miskonsepsi 3

Tidak paham konsep

Gambar 4.2 : Persentase Kategori Pemahaman Siswa pada Indikator


Menentukan Bentuk Molekul dan Menghubungkannya
dengan Kepolaran Molekul

Berdasarkan Gambar 4.2 persentase siswa yang paham konsep pada

indikator kedua sebesar 19%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 16%,

siswa yang mengalami miskonsepsi 2 hanya sebesar 21%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 3 sebesar 24%, dan siswa yang tidak paham konsep rata-rata

persentasenya yaitu 19%.

4.1.3 Deskripsi Pemahaman Konsep Siswa dalam Menentukan Bentuk

Sudut Ikatan

Indikator ketiga yaitu menentukan sudut ikatan suatu molekul pada soal

nomor 9 dan 10, dimana pada soal ini siswa diminta mampu menentukan sudut

ikatan dari suatu molekul.

Paham konsep
12%
27% Miskonsepsi 1
19% Miskonsepsi 2

27% 14% Miskonsepsi 3


Tidak paham konsep

Gambar 4.3 : Persentase Kategori Pemahaman Siswa pada Indikator


Menentukan Sudut Ikatan

36
4.2 Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tes

diagnostik efektif untuk menganalisis siswa yang mengalami miskonsepsi. Dalam

pegelompokkannya, tingkat pemahaman siswa dianalisis berdasarkan tingkat

pemahaman siswa disetiap indikator. Miskonsepsi pada pokok bahasan bentuk

molekul pada siswa untuk setiap indikator disajikan dalam uraian berikut.

4.2.1 Miskonsepsi siswa dalam Menentukan Bentuk Molekul

Bedasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 1 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep dalam menentukan bentuk-bentuk molekul dari suatu senyawa

adalah 47%, tidak paham konsep adalah 14%, siswa yang mengalami miskonsepsi

1 adalah 19%, siswa yang mengalami miskonsepsi 2 adalah 13%, dan siswa yang

mengalami miskonsepsi 3 hanya sebanyak 7%. Pada konsep ini sebagian besar

siswa mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) diperoleh pada jawaban siswa yang

menjawab benar pada Q1 dengan alasan salah pada Q2 dan yakin pada jawab Q3

dalam menentukan bentuk molekul sebesar 19%. Dari 19 % siswa yang menjawab

benar (Q1) dan alasan salah (Q2) dengan menyatakan bahwa tipe molekul AB4e0

merupakan (1) tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk segitiga planar sebanyak

13%, (2) tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk trigonal planar sebanyak 3%, dan

(3) tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk oktahedral sebanyak 6%. Miskonsepsi

yang ditemukan pada soal nomor 1 ini adalah siswa menganggap ikatan PEI dan

PEB mempengaruhi bentuk molekul sehingga siswa melihat gambar dan

menghubungkannya dengan apa yang ditanyakan pada soal, kemudian memilih

alasan tanpa menerapkan teori domain elektron dalam memprediksi bentuk suatu

37
molekul. Konsep yang sebenarnya adalah faktor utama yang menentukan bentuk

molekul berdasarkan teori VSEPR adalah gaya tolak pasangan elektron (PEI dan

PEB) yang mengelilingi atom pusat, sehingga bentuk molekul yang tepat untuk

bentuk dari tipe molekul AB4e0 yaitu tetrahedral mempunyai 4 PEI tanpa adanya

PEB.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 2 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep tentang bentuk molekul sebesar 18% termasuk dalam kategori

sangat kurang dan siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 33%, siswa yang

mengalami miskonsepsi 2 sebesar 15%, siswa yang mengalami miskonsepsi 3

sebesar 14% dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 20%. Pada konsep ini

sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 1 (MK 1), dari 33% siswa yang

menjawab benar (Q1) dan alasan salah (Q2) dengan menyatakan bahwa bentuk

molekul merupakan (1) Baik PEB maupun PEI mengarah kearah pojok-pojok

tetrahedral sebanyak 8%, (2) Baik PEB dan PEI mengarah kearah octahedral

sebanyak 28%, dan (3) PEB dilibatkan dalam penentuan bentuk molekul namun

PEB tidak mempengaruhi sudut ikatan sebanyak 2%. Miskonsepsi yang

ditemukan pada soal nomor 2 ini adalah secara umum siswa menganggap bahwa

PEB maupun PEI mempengaruhi bentuk molekul, pada konsep ini sebagian besar

siswa mengalami miskonsepsi 1 dimana siswa lebih banyak memilih alasan yang

salah, dan siswa menganggap PEB maupun PEI mengarah kearah oktahedral.

Hal ini membuktikan bahwa siswa tidak memahami geometri dasar molekul dan

siswa masih terpengaruhi oleh gambar PEB, yang sebenarnya PEB tidak

38
dilibatkan dalam penentuan bentuk molekul namun PEB sendiri mempengaruhi

sudut ikatan.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 6 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep tentang meramalkan bentuk molekul adalah 23% dan siswa yang

mengalami miskonsepsi 1 adalah sebanyak 13%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 2 sebanyak 9%, miskonsepsi 3 sebanyak 28%, dan siswa yang tidak

paham konsep sebanyak 26%. Pada konsep ini sebagian besar siswa mengalami

miskonsepsi 3 (MK 3) dimana siswa lebih banyak memilih jawaban salah (Q1)

dan alasan salah (Q2) dengan tingkat keyakinan (Q3) Yakin. Miskonsepsi yang

terjadi pada soal nomor 6 yaitu secara umum siswa menganggap apabila pasangan

elektron non-ikatan pada molekul ClF3 ditempatkan posisi ekuatorial bentuk yang

sesuai adalah tetrahedral, konsep yang sebenarnya adalah tolakan antara pasangan

electron di kulit valensi atom klor dalam ClF3 dapat diminimalkan dengan

menempatkan kedua pasangan elektron bebas dalam trigonal bipiramida di posisi

ekuatorial. Hal ini yang menyebabkan bentuk paling memungkinkan adalah

bentuk T.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 7 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep tentang meramalkan bentuk molekul hanya sebanyak 14%, siswa

yang mengalami miskonsepsi 1 sebanyak 20%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 2 sebanyak 14%, siswa yang mengalami miskonsepsi 3 sebanyak

25%, dan siswa yang tidak paham konsep sebanyak 27%. Pada konsep ini

sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 (MK 3) Dari 25% siswa yang

menjawab salah (Q1) dan alasan salah (Q2) dengan menyatakan (1) Elektron

39
valensi terlibat dalam ikatan atom Br di sekitarnya, membentuk ikatan tunggal

(PEI=4) maka atom P memiliki 1 pasang elektron bebas sebanyak 6%, (2)

Elektron valensi terlibat dalam ikatan atom Br di sekitarnya, membentuk ikatan

tunggal (PEI=4) maka atom P memiliki tidak memiliki pasang elektron bebas

sebanyak 5%, (3)Elektron valensi terlibat dalam ikatan atom Br di sekitarnya,

membentuk ikatan tunggal (PEI=5) maka atom P memiliki 1 pasang elektron

bebas sebanyak 16%. Miskonsepsi yang terjadi pada soal nomor 7 yaitu siswa

menganggap bahwa senyawa PBr5 memiliki pasangan elektron bebas, konsep

yang sebenarnya adalah atom P sebagai atom pusat memiliki 5 elektron valensi,

semua elektron valensi terlibat dalam ikatan dengan lima atom Br di sekitarnya

sehingga masing-masing membentuk ikatan tunggal (PEI=5) maka atom P tidak

memiliki PEB.

Berdasarkan rata-rata jawaban yang diberikan, siswa lebih cenderung

menebak dan tidak sesuai dengan konsep yang sudah dipelajari. Siswa cenderung

sulit menerapkan teori domain electron dan teori VSEPR dalam memprediksi

bentuk suatu molekul serta siswa tidak memahami geometri dasar molekul.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi

ini terjadi kemungkinan diakibatkan metode mengajar guru yang membuat siswa

sulit memahami materi yang dipelajari serta didukung oleh siswa yang tidak

mengulang kembali pembelajaran yang sudah diberikan.

40
4.2.2 Miskonsepsi Siswa dalam Menentukan Bentuk Molekul dan

Menghubungkannya dengan Kepolaran Molekul

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 3 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep tentang menentukan bentuk molekul dan menghubungkannya

dengan kepolaran molekul sebanyak 26%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1

sebesar 12%, siswa yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 18%, siswa yang

mengalami miskonsepsi 3 sebesar 32 % dan siswa yang tidak paham konsep

sebesar 12%. Pada konsep ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3

(MK 3) dimana siswa lebih banyak memilih jawaban salah (Q1) dan alasan salah

(Q2) dengan tingkat keyakinan (Q3) Yakin. Kepolaran molekul adalah perilaku

suatu zat yang menyerupai medan magnet dimana kesimetrisan suatu bentuk

molekul juga mempengaruhi kepolaran suatu molekul. Akan tetapi masi banyak

siswa yang memilih opsi PEB 0 dan PEI bentuk molekul simetris sehingga

bersifat non polar. pada konsep ini siswa menganggap bahwa semua molekul yang

tidak memiliki PEB pasti bersifat non polar dan molekul yang memiliki PEB pasti

merupakan molekul polar, yang sebenarnya kesimetrisan suatu bentuk juga

mempengaruhi kepolaran suatu molekul.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 4 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep sebesar 23%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 19%,

siswa yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 14%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 3 sebesar 16% dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 27%.

Pada konsep ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 1 (MK 1) dimana

siswa lebih banyak memilih alasan yang salah, dan siswa menganggap bahwa

41
kedua molekul tersebut memiliki bentuk yang simetris dan momen dipol < 0.

Konsep yang sebenarnya adalah suatu molekul yang bersifat non polar karena

mempunyai bentuk yang simetris dan momen dipol = 0. Hal ini membuktikan

masi ada siswa yang kurang paham tentang konsep kepolaran molekul.

Berdasrkan Tabel 4.1 pada soal nomor 5 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep sebesar 19%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 19%,

siswa yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 24%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 3 sebesar 18% dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 20%.

Pada konsep ini sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 2 (MK 2) hal ini

terjadi karena siswa menganggap bahwa atom pusat pada molekul BF3 tidak

memiliki PEB dan bentuk simetris, secara konsep benar tetapi kebanyakan siswa

masi belum bisa menentukan bentuk molekul dengan tepat ketika dihubungkan

dengan kepolaran molekul.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 8 diperoleh bahwa siswa yang

paham konsep sebesar 7%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 16%,

siswa yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 29%, siswa yang mengalami

miskonsepsi 3 sebesar 29% dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 18%.

Miskonsepsi yang muncul pada soal ini, sebagian siswa menganggap bahwa

bentuk dari SF4 adalah tetrahedral. Alasan siswa menyatakan bentuk molekulnya

adalah tetrahedral karena PEI dari atom F tersebut. Dalam teori VSEPR atom S

sebagai atom pusat memiliki 6 elektron valensi, empat elektron valensi terlibat

dalam ikatan dengan 4 atom F di sekitarnya masing-masing membentuk ikatan

tunggal (PEI=4) maka atom S memiliki satu pasangan electron bebas (PEB=1)

42
sehingga 1 PEB yang menyebabkan tarikan elektron menjadi tidak merata atau

tidak simetris maka SF4 bersifat polar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa miskonsepsi

ini terjadi kemungkinan diakibatkan karena adanya kesalahan penangkapan

konsep materi oleh siswa, dimana siswa diperintahkan untuk belajar sendiri

dengan menggunakan buku yang telah diberikan guru guna melatih siswa untuk

memahami konsep pada materi sebelum proses pembelajaran di sekolah, namun

cara ini kadang dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi karena ada

kemungkinan kurangnya pengetahuan yang dimiliki siswa terhadap materi akan

menimbulkan pemahaman konsep yang berbeda dengan konsep yang sebenarnya

bahkan bertolak belakang dengan konsep yang sebenarnya.

4.2.3 Miskonsepsi Siswa dalam Menentukan Sudut Ikatan

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 9 diperoleh siswa yang paham

konsep sebesar 10%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 20%, siswa

yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 18%, siswa yang mengalami miskonsepsi

3 sebesar 29% dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 22%. Pada konsep ini

sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 (MK 3) dimana siswa lebih

banyak memilih jawaban (Q1) dan alasan (Q2) yang salah. Besar kecilnya sudut

ikatan disebabkan oleh gaya tolak yang lebih besar dibandingkan dengan gaya

tolak PEI, akan tetapi masi banyak siswa yang memilih opsi jawaban gaya tolak

PEB sama dengan gaya tolak PEI. Pada konsep ini siswa menganggap bahwa PEB

maupun PEI tidak dilibatkan dalam penentuan sudut ikatan, konsep yang

sebenarnya adalah Tolakan terbesar terjadi antara PEB-PEB sehingga tolakan ini

43
akan mendorong ikatan lain sedemikian rupa sehingga sudut ikatannya mengecil

dengan tujuan meminimalkan tolakan antar PEB.

Berdasarkan Tabel 4.1 pada soal nomor 10 diperoleh siswa yang paham

konsep sebesar 14%, siswa yang mengalami miskonsepsi 1 sebesar 18%, siswa

yang mengalami miskonsepsi 2 sebesar 10%, siswa yang mengalami miskonsepsi

3 sebesar 25% dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 33%. Pada konsep ini

sebagian besar siswa mengalami miskonsepsi 3 (MK 3) dimana siswa lebih

banyak memilih jawaban (Q1) salah dan alasan (Q2) salah dan tingkat keyakinan

(Q3) Yakin. Senyawa-senyawa termasuk bentuk molekul trigonal bipiramida

adalah SF5, SbCl5, dan PCl5 yang memiliki sudut ikatan yang terbentuk adalah

1200 dan 900. Akan tetapi masi banyak siswa yang memilih opsi bentuk molekul

yang disusun oleh tiga atom yang berikatan dalam satu garis, sudut antara dua

ikatan akuator adalah 900, ikatan aksial dan ekuator adalah 1200 dan antara dua

ikatan aksial adalah 1800. Ada juga yang beranggapan bahwa bentuk molekul

yang disusun oleh lima atom berikatan, sudut antara dua ikatan ekuator adalah

1090, bahwa antara ikatan aksial dan ikatan ekuator adalah 900, dan antara dua

ikatan aksial adalah 1800. Hal ini membuktikan bahwa masi banyak siswa yang

kurang paham dalam menentukan bentuk molekul yang dihubungkan dengan

sudut ikatan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi 3 (MK

3) memiliki persentase tertinggi daripada miskonsepsi 1 (MK 1) dan miskonsepsi

2 (MK 2) diakibatkan karena siswa cenderung tidak paham dalam menentukan

bentuk molekul, dan bisa juga di akibatkan karena tingkat kesulitan soal.

44
Miskonsepsi ini terjadi di akibatkan cara mengajar guru yang dianggap terlalu

monoton karena proses pembelajaran hanya terpusat pada guru dibandingkan

siswa. Sehingga siswa hanya kebanyakan mencatat terus-menerus tanpa

memahami konsep yang guru berikan. Siswa yang rajin mencatat belum tentu

paham dengan materi yang ditulisnya.

45
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data miskonsepsi dapat

disimpulkan bahwa miskonsepsi yang dialami siswa kelas X MIA SMA Negeri 1

Lakea yaitu sebagian besar siswa masih banyak mengalami miskonsepsi pada

materi bentuk molekul dengan prakonsep yang monoton untuk setiap indikator.

Pada indikator 1 miskonsepsi yang dialami siswa yaitu sebagian besar siswa

menganggap bahwa baik PEB maupun PEI itu mempengaruhi bentuk dari suatu

molekul. Pada indikator ke 2 miskonsepsi yang dialami siswa yaitu siswa

menganggap bahwa semua molekul yang tidak memiliki PEB pasti bersifat non

polar dan molekul yang memiliki PEB pasti merupakan molekul polar. Pada

indikator ke 3 miskonsepsi yang dialami siswa yaitu sebagian besar siswa opsi

bentuk molekul yang disusun oleh tiga atom yang berikatan dalam satu garis,

sudut antara dua ikatan akuator adalah 900, ikatan aksial dan ekuator adalah 1200

dan antara dua ikatan aksial adalah 1800.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, peneliti menyarankan hal

sebagai berikut :

1. Kepada guru diharapkan memberikan model dan strategi pembelajaran yang

cocok untuk materi bentuk molekul agar konsep yang diberikan kepada siswa

bisa dipahami dengan baik dan benar.

46
2. Kepada siswa diharapkan meningkatkan motivasi dalam belajar seperti halnya

mencari konsep secara utuh.

3. Kepada peneliti lain hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar untuk

penelitian miskonsepsi selanjutnya.

47
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.
Astutik, W. 2018. Pengembangan Instrumen Three-Tier Multiple Choice
Diagnostic Test Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA Materi
Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi. UINWS. Semarang

Astari, D. 2018. Pembangan Three-Tier Test Sebagai Instrumen Dalam


Identifikasi Miskonsepsi Konsep Atom, Ion dan Molekul. Skripsi

Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta : Erlangga

Dahar, R,W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga

Halim, A. M., Husain, H., & Sugiarti. (2017). Analisis Miskonsepsi Siswa Pada
Materi Ikatan Kimia Menggunakan Three-Tier Test. Prosiding Seminar
Nasional Kimia UNY 2017 Sinergi Penelitian Dan Pembelajaran Untuk
Mendukung Pengembangan Literasi Kimia Pada Era Global Ruang Seminar
FMIPA UNY, 14 Oktober 2017, April.
https://www.researchgate.net/publication/350819461
Ibnu, S. (2003). Resintesi Kesalahan Konsep Kimia terhadap Pembelajaran dan
Pembelajaran Remidi. Jurnal Penelitian Kependidikan, 13(1).
Irsanti, R., Khaldun, I., & Hanum, L. (2017). Identifikasi Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four- TierDiagnostic Test pada Materi Larutan Elektrolit dan
Larutan Non Elektrolit di Kelas X SMA Islam Al-falah Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK), 2(3), 230–237.
Islami, D., Suryaningsih, S., & Bahriah, E. S. (2018). Identifikasi Miskonsepsi
Siswa pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan Tes Four-Tier Multiple-
Choice (4TMC). JRPK: Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 9(1), 21–29.
https://doi.org/10.21009/jrpk.091.03

48
Laliyo, L.A.R., Hamdi, S., Pikoli, R.,Abdullah, M., &Panigoro, C. (2021).
Implementation Of Four-Tier Multiple Choice Instruments Based On The
Partial Credit Model In Evaluating Students’ Learning Progress. European
Journal Of Educational Research, 10(2),825-840

Laliyo, L.A.R., N., Botutihe, D, &Panigoro, C. (2019). The Development of Two-


Tier Instrument Based On Distractor to Assess Conceptual Understanding
Level and Student Misconceptions in Explaining Redox
Reactions.Internation Journal of Learning, Teaching and Educational
Research

Maksum, M. J., Sihaloho, M., & Kilo, A. La. (2017). Analisis Kemampuan
Pemahaman Siswa pada Konsep Larutan Penyangga Menggunakan Three
Tier Multiple Choice Tes. Jambura Journal of Educational Chemistry, 12(1),
47–53. https://www.neliti.com/id/publications/277383/analisis-kemampuan-
pemahaman-siswa-pada-konsep-larutan-penyangga-menggunakan-thr
Miterianifa. 2013. Strategi Pembelajaran Kimia. PekanBaru : Pustaka Mulya

Nugroho, Fajar. 2015. Keterampilan Berpikir Kritis siswa Pada Materi


Kesetimbangan Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi.
UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Pikoli, M. (2018). Miskonsepsi Tentang Pembentukan Ikatan Kovalen dan Ionik
pada Mahasiswa Pendidikan Kimia UNG. Jambura Journal of Educational
Chemistry, 13, 115–120.
Sabekti, A. ., Widarti, H. ., & Mahmudi, M. (2014). Analisis Pemahaman Konsep
Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Malang Pada Topik Bentuk Molekul. Jurnal
Zarah, 2(1), 34–69.
Setiawan, D., Chayono, E., & Kurniawan, C. (2017). Identifikasi dan Analisis
Miskonsepsi pada Materi Ikatan Kimia Menggunakan Instrumen Tes
Diagnostik Three-Tier. Journal of Innovative Science Education, 5(1), 45–
53. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). bandung : Alfabeta.
49
Tayubi, Y. R. (2005). Identifikasi Miskonsepsi pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty of Response Index (CRI). Jurnal UPI, 24(3), 4–9.
titin Sri Ratama. (2013). Remediasi miskonsepsi pada konsep gerak lurus
menggunakan pendekatan konflik kognitif. Skripsi.
Utami, R. D., Agung, S., & Bahriah, E. S. (2017). Analisis Pengaruh Gender
Terhadap Miskonsepsi Siswam SMAN di Kota Depok dengan Menggunakan
Tes Diagnostik Two-Tier. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP
UNTIRTA, 93–102.

50
Lampiran 1. Instrumen Penelitian

INSTRUMEN TEST

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas :X

Materi : Bentuk Molekul

Sekolah : SMA Negeri 1 Lakea

PETUNJUK PENGISIAN :

I. Bacalah tiap soal dengan saksama


II. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat pada tahap 1
III. Pilihlah satu alasan yang tepat pada tahap 2, jika alasanmu tidak ada pada
pilihan yang tersedia, tulis sendiri alasanmu pada opsi lainnya
IV. Pada tahap 3 pilihlah opsi a jika kamu yakin akan jawabanmu pada dua
tahap sebelumnya dan pilih opsi b jika kamu tidak yakin akan jawabanmu
pada dua tahap sebelumnya
V. Berdo’a sebelum mengerjakannya

1. Dibawah ini merupakan bentuk-bentuk molekul dari suatu senyawa

I II III IV V

Dari beberapa bentuk molekul diatas, manakah bentuk molekul yang memiliki
tipe molekul AB4e0 ………

A. I
B. II
51
C. III
D. IV
E. V
Alasan :

A. Tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk segitiga planar


B. Tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk tetrahedral
C. Tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk trigonal planar
D. Tipe molekul AB4e0 memiliki bentuk oktahedral
E. ………………………….
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?

A. Yakin
B. Tidak yakin
2. Perhatikan gambar bentuk molekul suatu senyawa dibawah ini

Bentuk molekul suatu senyawa yang tepat untuk gambar diatas adalah..

A. Tetrahedral

B. Trigonal Planar

C. Segiempat

D. Oktahedral

E. Piramida segiempat

Alasan :

A. Baik PEB maupun PEI mengarah kearah pojok-pojok tetrahedral


B. PEB tidak dilibatkan dalam penentuan bentuk molekul walaupun PEB sendiri
mempengaruhi sudut ikatan
C. Satu orbital yang terisi PEB akan menempati bagian salah satu sisi muka octahedral

52
D. PEB dilibatkan dalam penentuan bentuk molekul karena PEB sendiri
mempengaruhi sudut ikatan
E…………………….

Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?

A. Yakin

B. Tidak yakin

3. Suatu senyawa yang terbentuk antara satu atom P (nomor atom 15) dan tiga atom Br
(nomor atom 35) mempunyai struktur lewis sebagai berikut.

Bentuk dan kepolaran molekul tersebut adalah…..

A. Planar segitiga dan nonpolar

B. Bentuk T dan Polar

C. Tethrahedral dan nonpolar

D. Piramida segitiga dan polar

E. Planar segitiga dan polar

Alasan :

A. Memiliki PEB 0 dan PEI 3, bentuk molekulnya simetris sehingga bersifat


nonpolar

B. Memiliki PEB 2 dan PEI 3 sehingga bersifat polar

C. Memiliki PEB 0 dan PEI 4 sehingga bersifat nonpolar

D. Memiliki PEB 1 dan PEI 3 bentuk molekul tidak simetris maka bersifat
polar

E…………………………

53
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?

A. Yakin

B. Tidak yakin

4. Atom S (nomor atom 16) merupakan atom pusat dalam senyawa dengan O (nomor
atom 8). Kedua spesies berikut yang bersifat nonpolar dan tidak memiliki pasangan
elektron bebas pada atom S adalah…..
A. SO dan SO32-
B. SO2 dan SO32-
C. SO3 dan SO32-
D. SO3 dan SO42-
E. SO2 dan SO42-
Alasan :
A. Karena kedua molekul tersebut memiliki bentuk yang simetris dan momen
dipol < 0
B. Karena kedua molekul tersebut memiliki bentuk yang tidak simetris dan
momen dipol = 0
C. Karena kedua molekul tersebut memiliki bentuk yang simetris dan momen
dipol > 0
D. Karena kedua molekul tersebut memiliki bentuk yang simetris dan momen
dipol = 0
E……………………..
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?
A. Yakin
B. Tidak yakin
5. Nomor atom B, F, dan Cl berturut-turut adalah 5, 9, dan 17. Bentuk dan sifat kepolaran
molekul BF2Cl adalah……….
A. Bipiramida segitiga dan polar
B. Bentuk T dan polar
C. Planar segitiga dan polar
D. Tetrahedral dan nonpolar
E. Jungkat-jungkit dan nonpolar
Alasan :
A. atom pusatnya tidak memiliki PEB dan momen dipol = 0
B. Atom pusat memiliki 1 PEB dan momen dipole > 0
C. Atom pusat tidak memiliki PEB dan bentuk yang tidak simetris
D. Atom pusatnya memiliki 2 PEB dan bentuk yang simetris
E………………….
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?

54
A. Yakin
B. Tidak yakin
6. Suatu molekul memiliki 5 pasang elektron disekitar atom pusat. Dua diantaranya
merupakan pasangan elektron bebas. Ramalkan bentuk molekul yang paling mungkin
adalah……………
A. Tetrahedral
B. Linear
C. Huruf T bengkok
D. Huruf V
E. Trigonal bipiramida
Alasan :
A. PEB menempati posisi ekuatorial dalam kedudukan simetris sehingga
diperoleh bentuk linier
B. PEB tersebut akan minimal tolakannya bila posisinya mengarah pada
pojok-pojok tetrahedral
C. PEB akan menempati posisi ekuatorial dan diperoleh bentuk T bengkok
D. PEB yang ada mengarah pada pojok-pojok trigonal bipiramida
E……………………
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?
A. Yakin
B. Tidak yakin
7. Bentuk molekul dapat diramalkan berdasarkan teori tolak-menolak pasangan electron
kulit valensi yang mengelilingi atom pusat. Bila nomor atom P adalah 15, sedangkan
Br adalah 35, maka bentuk molekul PBr5 adalah………
A. Tetrahedron
B. Segiempat bipiramida
C. Bipiramida trigonal
D. Piramida trigonal
E. bentuk V
Alasan :
A. Elektron valensi terlibat dalam ikatan dengan atom Br di sekitarnya,
membentuk ikatan tunggal (PEI=4) maka atom P memiliki 1 Pasang
electron bebas
B. Elektron valensi terlibat dalam ikatan dengan atom Br di sekitarnya,
membentuk ikatan tunggal (PEI=4) dan atom P tidak memiliki Pasang
electron bebas

55
C. Elektron valensi terlibat dalam ikatan dengan atom Br di sekitarnya,
membentuk ikatan tunggal (PEI=5) dan atom P memiliki 1 Pasang electron
bebas
D. Semua elektron valensi terlibat dengan lima atom Br di sekitarnya,
membentuk ikatan tunggal (PEI=5) dan atom P tidak memiliki Pasang
electron bebas
E…………………….
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?
A. Yakin
B. Tidak yakin
8. Nomor atom S dan F masing-masing adalah 16 dan 9. Kedua unsur tersebut dapat
membentuk molekul SF4. Bentuk molekul dan kepolaran senyawa SF4 adalah….
A. Tetrahedral dan nonpolar
B. Bipiramida segitiga dan polar
C. Planar segiempat dan nonpolar
D. Jungkat-jungkit (seesaw) dan polar
E. Piramida segiempat dan nonpolar
Alasan :
A. Terdapat 1 PEB menyebabkan tarikan electron menjadi tidak merata atau
tidak simetris maka SF4 bersifat polar
B. Terdapat 1 PEB menyebabkan tarikan electron menjadi merata atau
simetris maka SF4 bersifat polar
C. Terdapat 1 PEB menyebabkan tarikan electron menjadi tidak merata atau
asimetris maka SF4 bersifat nonpolar
D. Terdapat 2 PEB menyebabkan tarikan electron menjadi tidak merata atau
asimetris maka SF4 bersifat nonpolar
E. …………………………
Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?
A. Yakin
B. Tidak yakin
9. Perhatikan gambar dibawah ini!

Dalam molekul air terdapat sudut ikatan sebesar 104,50. Sudut ini lebih kecil
dibandingkan sudut tetrahedral (109,50). Hal ini disebabkan oleh……

A. Gaya tolak PEB > PEI


56
B. Gaya tolak PEB = PEI

C. Gaya tolak PEB < PEI

D. Molekul air memiliki 4 pasang electron

E. Ukuran atom oksigen lebih besar dibandikan atom hidrogen

Alasan :

A. Adanya tolakan 2 PEB sehingga mempengaruhi sudut ikatan

B. Adanya tolakan 2 PEB dan 2 PEI sehingga mempengaruhi sudut ikatan

C. Tolakan terbesar terjadi antara PEB – PEB sehingga tolakan ini akan
mendorong ikatan lain sedemikian rupa sehingga sudut ikatanya mengecil
dengan tujuan meminimalkan tolakan antar PEB

D. Tolakan terbesar terjadi antara PEB – PEI sehingga tolakan ini akan
mendorong ikatan lain sedemikian rupa sehingga sudut ikatanya mengecil
dengan tujuan meminimalkan tolakan antar PEB dan PEI

E……………………..

Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?

A. Yakin

B. Tidak yakin

10. Molekul adalah kumpulan 2 atom atau bahkan lebih yang ada di dalam suatu susunan
tertentu yang terikat oleh gaya kimia, molekul tersebut akan membentuk suatu susunan
ruang-ruang atom yang dikenal dengan geometri molekul. Berdasarkan pernyataan
tersebut, dibawah ini manakah senyawa-senyawa yang memiliki bentuk molekul
trigonal bipiramida……..
A. HgBr2, CdCl2 dan BeH2
B. BCl3, BF3, dan Gal3
C. CCl4, CH4, dan SnCl4
D. PF5, SbCl5, dan PCl5
E. SF6, TeF6, dan SeF6
Alasan :
A. Bentuk molekul yang disusun oleh tiga atom yang berikatan dalam satu
garis dan sebuah atom merupakan atom pusatnya. Sudut antara dua ikatan
ekuator adalah 900, bahwa antara ikatan aksial dan ikatan ekuator adalah
1200, dan antara dua ikatan aksial adalah 1800 .

57
B. Bentuk molekul yang disusun oleh empat buah atom. Sudut antara dua
ikatan ekuator adalah 1800, bahwa antara ikatan aksial dan ikatan ekuator
adalah 900, dan antara dua ikatan aksial adalah 1200 .
C. Bentuk molekul yang disusun oleh lima atom berikatan. Sudut antara dua
ikatan ekuator adalah 1090, bahwa antara ikatan aksial dan ikatan ekuator
adalah 900, dan antara dua ikatan aksial adalah 1200 .
D. Bentuk molekul terdiri atas dua bentuk piramida yang bergabung dalam
salah satu bidang. Sudut antara dua ikatan ekuator adalah 1200, bahwa
antara ikatan aksial dan ikatan ekuator adalah 900, dan antara dua ikatan
aksial adalah 1800 .
E…………………………….

Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ?

A. Yakin

B . Tidak yakin

58
Lampiran 2. Kunci Jawaban Instrumen

No. CU Jawaban No. CU Jawaban


Soal Soal
1 Q1 B 6 Q1 C
Q2 B Q2 C
Q3 A Q3 A
2 Q1 C 7 Q1 C
Q2 B Q2 D
Q3 A Q3 A
3 Q1 D 8 Q1 D
Q2 D Q2 A
Q3 A Q3 A
4 Q1 D 9 Q1 A
Q2 D Q2 C
Q3 A Q3 A
5 Q1 C 10 Q1 D
Q2 C Q2 D
Q3 A Q3 A

59
Lampiran 3. Lembar Validasi Instrumen

Validasi instrumen dilakukan sebelum melakukan penelitian. Validitas


instrumen dilakukan oleh validator ahli sebanyak 3 orang. Data hasil validasi
dapat dilihat pada tabel hasil persentase soal (P) masing-masing validator ahli
berikut ini:

Tabel 1: Hasil Persentase Soal (P) Masing-masing Validator Ahli

Nomor Penilai
Soal A (Skor) B (Skor) C (Skor)
1 2 2 2
2 2 2 2
3 2 2 2
4 2 2 2
5 2 2 2
6 2 2 2
7 2 2 2
8 2 2 2
9 2 2 2
10 2 2 2

Keterangan :

1. Penilai A : Dr. Masrid Pikoli, S.Pd., M.Pd


2. Penilai B : Jafar La Kilo, S.Pd., M.Sc
3. Penilai C : Zulhijra Lanyumba S.Pd

Persentase soal (P) masing-masing validator sebagai berikut:


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 2
1) P (A) = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙
10
= 𝑥 100 %
10

60
= 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 2
2) P (B) = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙
10
= 𝑥 100 %
10

= 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 2
3) P (C) = 𝑥 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙
10
= 𝑥 100 %
10

= 100 %

Persentase rata-rata soal yang mendapatkan skor 2 adalah:

𝑃(𝐴)+𝑃(𝐵)+𝑃(𝐶) 100+100+100 300


= = = 100%
3 3 3

Denga n demikian tingkat validitas soal adalah 100% valid.

61
Lampiran 4 Lembar Uji Reliabel

NO NAMA SISWA KELAS NOMOR SOAL Xt (Xt)2


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Abdul Bestari XI MIA 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 4 16
2 Aditya Anaki H XI MIA 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
3 Adrian XI MIA 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 5 25
4 Adrian A. Taca'ali XI MIA 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 9
5 Ahmad Rijal XI MIA 2 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 5 25
6 Alhaidar XI MIA 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4 16
7 Asy-syifah khairunnisah XI MIA 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 25
8 Didin Putra Irawan XI MIA 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4 16
9 Fadilah S Taar XI MIA 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4
10 Hasriyanti XI MIA 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 3 9
11 Harlan XI MIA 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 6 36
12 Irdawanti XI MIA 2 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 5 25
13 Idrawan XI MIA 2 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 4
14 Imelda Husain XI MIA 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4
15 Jusran XI MIA 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 4
16 Moh Aril XI MIA 2 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 49
17 Moh Abyan XI MIA 2 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 25
18 Nawang Sari XI MIA 2 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 5 25
19 Nurhidayah XI MIA 2 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 5 25
20 Nur Endang XI MIA 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
21 Rahman XI MIA 2 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 4 16
22 Ricky Rifaldi XI MIA 2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5 25
23 Risna R Julunau XI MIA 2 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 6 36
24 Siti Mutia Mokodompit XI MIA 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 4 16
25 Safira XI MIA 2 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 9
26 Susiani XI MIA 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
27 Sri Hardini XI MIA 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 4
28 Titin Selvani XI MIA 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 64
29 Yulianti Oktaviana XI MIA 2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 64
30 Yuliani R Ismail XI MIA 2 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 5 25
∑ 24 14 13 8 9 19 14 9 7 7 124 610
pi 1.2 0.7 0.65 0.4 0.45 0.95 0.7 0.45 0.35 0.35
qi -0.2 0.3 0.35 0.6 0.55 0.05 0.3 0.55 0.65 0.65
pi.qi -0.24 0.21 0.2275 0.24 0.2475 0.0475 0.21 0.2475 0.2275 0.2275
∑pi.qi 1.645

St^2 k/k-1 ( St2 - ∑piqi)/St2 r


4.876735 1.07 0.662684131 0.71002

62
Lampiran 5. Skor Jawaban Siswa

Skor Q1
No Nama Siswa Nama Sekolah Jenis Kelamin Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B C D D C C C D A D
1 Adelia M. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
2 Aditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
3 Admisyar B. Mokol SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
4 Adriawan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
5 Alini SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
6 Amanda SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1
7 Andi Fausal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
8 Andita SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
9 Ardi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0
10 Arif Hidayat Y. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0
11 Armi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0
12 Candra SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
13 Cici Paramida SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0
14 Danil S. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
15 Danisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
16 Desi Warsila Boromang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
17 Efendi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
18 Efayanti A. Rahma SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
19 Eka Asria Lagarutu SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
20 Eka R. Dullah SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1
21 Farmi A. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
22 Febriana SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1
23 Gita Rianingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0
24 Husna AT. Talebo SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1
25 Husaini SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0
26 Habil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
27 Idrus SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1
28 Ikrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0
29 Imelda B. Habo SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0
30 Indriati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1
31 Intan Jaelani SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0
32 Juita S. Taha SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0
33 Jaslan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Kurnia Susilawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1
35 Lisrawana I. Bantilan SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1
36 Lilis Mutiara SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
37 Maemun Labanji SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
38 Mardalena SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
39 Masrun SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
40 Mifta Indriani SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0

63
Skor Q2
No Nama Siswa Nama Sekolah Jenis Kelamin Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B B D D C C D A C D
1 Adelia M. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1
2 Aditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0
3 Admisyar B. Mokol SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
4 Adriawan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1
5 Alini SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
6 Amanda SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
7 Andi Fausal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1
8 Andita SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1
9 Ardi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
10 Arif Hidayat Y. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
11 Armi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
12 Candra SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0
13 Cici Paramida SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
14 Danil S. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
15 Danisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 Desi Warsila Boromang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1
17 Efendi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1
18 Efayanti A. Rahma SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
19 Eka Asria Lagarutu SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
20 Eka R. Dullah SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
21 Farmi A. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
22 Febriana SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0
23 Gita Rianingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0
24 Husna AT. Talebo SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0
25 Husaini SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0
26 Habil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1
27 Idrus SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
28 Ikrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0
29 Imelda B. Habo SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0
30 Indriati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0
31 Intan Jaelani SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
32 Juita S. Taha SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
33 Jaslan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 Kurnia Susilawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0
35 Lisrawana I. Bantilan SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1
36 Lilis Mutiara SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0
37 Maemun Labanji SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1
38 Mardalena SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1
39 Masrun SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
40 Mifta Indriani SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0

64
41 Moh. Ibnu Rizki SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0
42 Moh. Ramadanil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
43 Moh. Ali Madusila SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
44 Moh. Yusril K. Kaimo SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0
45 Moh. Farid SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
46 Moh. Zhidan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0
47 Murli Tisya SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
48 Nukfa SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0
49 Nur Aziza M. Taim SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
50 Nina Andriani SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0
51 Nur Anisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
52 Nurul J. Dua SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1
53 Nurwahidah SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
54 Puspita SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1
55 Pingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0
56 Pusrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1
57 Putri Patrisia SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
58 Rahmatia SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0
59 Ridwan A.R Laindjong SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 Risman A. Tauke SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
61 Rizwal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0
62 Ruly SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
63 Rahmatia AR SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
64 Rifaldo Saputra SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0
65 Siti Rahmadina SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0
66 Sofiana S. Bisi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0
67 Sumarni Mohidin SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
68 Sumarni Rusmin SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1
69 Sakilah SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0
70 Sandi Aziz SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
71 Septi Aulia SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0
72 Seruni SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0
73 Sucila A. Fatha SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
74 Sukmawati SR SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1
75 Salsa Wanda SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
76 Sri Devita Saiful SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
77 Sri Imelda SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0
78 Sarlan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
79 Selfi SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0
80 Teguh Praditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0
81 Tiara SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1
82 Yuspandi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
83 Zahratul Nisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1
84 Zaldi Rahmadan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0
85 Aldino SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0

65
Skor Q3
No Nama Siswa Nama Sekolah Jenis Kelamin Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A A A A A A A A A A
1 Adelia M. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Aditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Admisyar B. Mokol SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
4 Adriawan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1
5 Alini SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Amanda SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
7 Andi Fausal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
8 Andita SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Ardi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Arif Hidayat Y. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 Armi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
12 Candra SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 Cici Paramida SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 Danil S. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
15 Danisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
16 Desi Warsila Boromang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 Efendi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 Efayanti A. Rahma SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Eka Asria Lagarutu SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
20 Eka R. Dullah SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 Farmi A. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1
22 Febriana SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 Gita Rianingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 Husna AT. Talebo SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0
25 Husaini SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 Habil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 Idrus SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 Ikrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 Imelda B. Habo SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 Indriati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
31 Intan Jaelani SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 Juita S. Taha SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 Jaslan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0
34 Kurnia Susilawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0
35 Lisrawana I. Bantilan SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1
36 Lilis Mutiara SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 Maemun Labanji SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 Mardalena SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
39 Masrun SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 Mifta Indriani SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
66
41 Moh. Ibnu Rizki SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 Moh. Ramadanil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 Moh. Ali Madusila SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 Moh. Yusril K. Kaimo SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 Moh. Farid SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 Moh. Zhidan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
47 Murli Tisya SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 Nukfa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0
49 Nur Aziza M. Taim SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
50 Nina Andriani SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0
51 Nur Anisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
52 Nurul J. Dua SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
53 Nurwahidah SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 Puspita SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0
55 Pingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
56 Pusrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
57 Putri Patrisia SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0
58 Rahmatia SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1
59 Ridwan A.R Laindjong SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
60 Risman A. Tauke SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
61 Rizwal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1
62 Ruly SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1
63 Rahmatia AR SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
64 Rifaldo Saputra SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
65 Siti Rahmadina SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0
66 Sofiana S. Bisi SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
67 Sumarni Mohidin SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1
68 Sumarni Rusmin SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0
69 Sakilah SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
70 Sandi Aziz SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
71 Septi Aulia SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
72 Seruni SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
73 Sucila A. Fatha SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
74 Sukmawati SR SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0
75 Salsa Wanda SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
76 Sri Devita Saiful SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
77 Sri Imelda SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
78 Sarlan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
79 Selfi SMA N 1 LAKEA Perempuan 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
80 Teguh Praditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0
81 Tiara SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
82 Yuspandi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
83 Zahratul Nisa SMA N 1 LAKEA Perempuan 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
84 Zaldi Rahmadan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
85 Aldino SMA N 1 LAKEA Laki-Laki 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1

67
Lampiran 6. Kategori Pemahaman Siswa
No Nama Siswa Nama Sekolah Jenis Kelamin Nomor Soal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Adelia Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 PK PK MK 2 PK MK 3 MK 1 MK 2 PK
2 Aditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 1 PK MK 2 MK 3 MK 3 PK MK 2 MK 2 MK 2 MK 1
3 Admisyar B. Mokol SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK PK PK TPK TPK MK 3 MK 2 MK 2 MK 3 MK 3
4 Adriawan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 2 TPK MK 3 MK 3 TPK PK MK 1 MK 1 MK 1 PK
5 Alini SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 PK PK MK 3 PK MK 1 MK 1 MK 1 MK 1
6 Amanda SMA N 1 LAKEA Perempuan PK TPK MK 3 TPK PK TPK MK 3 MK 2 MK 3 TPK
7 Andi Fausal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 1 TPK PK MK 1 TPK TPK TPK TPK TPK TPK
8 Andita SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 PK PK PK PK MK 1 MK 2 MK 1 PK
9 Ardi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 MK 3 MK 3 MK 1 MK 3 PK MK 3 MK 3 MK 3
10 Arif Hidayat Y. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 2 PK PK MK 3 PK MK 1 MK 1 MK 3 MK 3
11 Armi SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 3 MK 1 MK 1 MK 3 MK 3 PK TPK TPK TPK
12 Candra SMA N 1 LAKEA Perempuan PK PK PK TPK MK 3 MK 1 PK MK 2 MK 1 MK 1
13 Cici Paramida SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 PK MK 2 MK 1 PK MK 1 MK 3 MK 1 MK 3
14 Danil S. Husain SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 2 MK 3 MK 1 MK 3 MK 3 MK 3 MK 3 TPK MK 3
15 Danisa SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 3 MK 1 TPK TPK MK 3 TPK MK 1 MK 1 MK 2
16 Desi Warsila Boromang SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 PK PK MK 2 MK 1 MK 1 MK 1 MK 1 MK 1
17 Efendi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 PK PK MK 3 PK MK 1 MK 1 MK 3 MK 2
18 Efayanti A. Rahma SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK
19 Eka Asria Lagarutu SMA N 1 LAKEA Perempuan PK PK PK MK 2 TPK TPK TPK TPK TPK TPK
20 Eka R. Dullah SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 3 MK 3 PK MK 2 PK MK 2 MK 1 MK 1 PK
21 Farmi A. Laumarang SMA N 1 LAKEA Perempuan PK PK PK TPK TPK TPK PK MK 1 MK 1 PK
22 Febriana SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 MK 3 PK MK 2 PK MK 3 MK 2 PK MK 1
23 Gita Rianingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 MK 3 PK MK 2 PK MK 3 MK 3 MK 3 MK 3
24 Husna AT. Talebo SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 3 MK 3 MK 1 MK 2 MK 3 TPK TPK MK 1 TPK
25 Husaini SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 MK 1 PK MK 3 PK MK 3 PK MK 2 MK 2 MK 3
26 Habil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 MK 3 PK MK 2 PK MK 3 MK 3 MK 3 PK
27 Idrus SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 MK 3 PK MK 2 PK MK 3 MK 2 MK 1 MK 1
28 Ikrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 MK 3 PK MK 2 MK 2 MK 2 MK 2 PK MK 3
29 Imelda B. Habo SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 MK 3 PK MK 2 PK MK 2 MK 2 PK MK 3
30 Indriati SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 MK 3 PK MK 2 PK MK 3 MK 2 PK TPK
31 Intan Jaelani SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 3 MK 1 MK 2 MK 3 MK 1 PK MK 1 MK 3 MK 1 MK 3
32 Juita S. Taha SMA N 1 LAKEA Perempuan PK PK PK MK 2 MK 1 MK 1 MK 3 MK 1 MK 3 MK 3
33 Jaslan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 3 TPK MK 3 MK 3 MK 3 TPK MK 3 TPK TPK
34 Kurnia Susilawati SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 3 TPK TPK PK MK 1 TPK TPK TPK TPK TPK
35 Lisrawana I. Bantilan SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 PK TPK TPK PK TPK MK 1 MK 3 MK 3 PK
36 Lilis Mutiara SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 PK MK 3 MK 2 PK MK 3 MK 3 MK 2 MK 3 MK 1
37 Maemun Labanji SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 2 MK 3 MK 3 MK 1 MK 1 MK 3 MK 3 MK 2 MK 2
38 Mardalena SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 TPK MK 2 TPK MK 2 MK 3 MK 1 MK 3 MK 3 TPK
39 Masrun SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 3 MK 3 PK MK 2 MK 2 MK 2 PK MK 2 MK 1 MK 2
40 Mifta Indriani SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 MK 1 PK MK 1 MK 1 MK 3 PK MK 3 MK 3 MK 3

68
41 Moh. Ibnu Rizki SMA N 1 LAKEA Laki-Laki TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK
42 Moh. Ramadanil SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 2 PK MK 2 MK 2 MK 3 MK 2 PK MK 3 MK 3 MK 1
43 Moh. Ali Madusila SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 3 MK 3 MK 3 MK 2 PK MK 3 MK 3 PK MK 2 MK 1
44 Moh. Yusril K. Kaimo SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 2 MK 2 MK 2 MK 3 MK 1 MK 2 MK 2 PK MK 3 MK 1
45 Moh. Farid SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 MK 3 MK 1 MK 1 MK 1 MK 2 MK 1 MK 1 MK 2
46 Moh. Zhidan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki TPK MK 2 MK 2 MK 3 PK TPK MK 3 MK 2 MK 3 TPK
47 Murli Tisya SMA N 1 LAKEA Perempuan PK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK
48 Nukfa SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 TPK MK 1 TPK PK TPK TPK PK MK 1 TPK
49 Nur Aziza M. Taim SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 PK MK 2 PK MK 3 MK 2 MK 1 MK 2 MK 3 MK 2
50 Nina Andriani SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 3 MK 2 MK 2 TPK PK MK 2 MK 1 MK 3 TPK TPK
51 Nur Anisa SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK TPK TPK TPK TPK MK 1 TPK TPK TPK TPK
52 Nurul J. Dua SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 3 PK PK MK 1 PK MK 1 MK 3 MK 2 MK 2 PK
53 Nurwahidah SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 MK 1 MK 2 MK 2 MK 2 MK 2 MK 3 PK PK PK
54 Puspita SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 TPK TPK MK 2 MK 2 TPK MK 2 TPK TPK TPK
55 Pingsi SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 MK 2 MK 2 MK 1 MK 3 MK 2 MK 1 MK 2 MK 3 MK 3
56 Pusrawati SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 MK 1 MK 1 MK 1 PK MK 1 TPK MK 2 TPK PK
57 Putri Patrisia SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK MK 1 MK 3 TPK MK 1 MK 3 MK 1 TPK MK 2 TPK
58 Rahmatia SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 MK 3 MK 2 MK 3 MK 2 TPK TPK MK 2 MK 3 MK 1
59 Ridwan A.R Laindjong SMA N 1 LAKEA Laki-Laki TPK MK 3 MK 1 MK 3 TPK TPK TPK MK 3 MK 1 MK 2
60 Risman A. Tauke SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 1 MK 2 MK 3 MK 1 MK 3 TPK MK 3 MK 3 MK 3 TPK
61 Rizwal SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 2 MK 3 TPK MK 1 TPK MK 2 TPK MK 2 MK 1
62 Ruly SMA N 1 LAKEA Laki-Laki TPK MK 1 MK 1 TPK TPK TPK TPK TPK TPK MK 1
63 Rahmatia AR SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 TPK MK 3 MK 1 MK 2 TPK MK 3 MK 3 MK 3 TPK
64 Rifaldo Saputra SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK PK PK TPK MK 2 MK 3 MK 3 MK 2 MK 2 MK 3
65 Siti Rahmadina SMA N 1 LAKEA Perempuan PK PK MK 3 TPK MK 2 TPK PK MK 2 MK 2 TPK
66 Sofiana S. Bisi SMA N 1 LAKEA Perempuan PK PK MK 2 MK 2 PK MK 3 MK 1 MK 3 PK MK 3
67 Sumarni Mohidin SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK TPK PK TPK PK PK TPK MK 3 TPK MK 3
68 Sumarni Rusmin SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK MK 2 MK 1 PK TPK MK 3 TPK MK 3 PK TPK
69 Sakilah SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 MK 3 MK 2 PK MK 1 PK MK 2 MK 2 MK 3 MK 3
70 Sandi Aziz SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 1 PK MK 3 MK 2 MK 3 MK 3 MK 1 MK 3 MK 3 MK 1
71 Septi Aulia SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK TPK
72 Seruni SMA N 1 LAKEA Perempuan PK TPK MK 3 MK 1 TPK MK 3 MK 3 MK 2 MK 2 MK 3
73 Sucila A. Fatha SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 MK 1 MK 3 MK 1 MK 3 PK PK MK 2 MK 3 TPK
74 Sukmawati SR SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 1 MK 2 MK 2 TPK TPK MK 3 TPK MK 1 MK 2 TPK
75 Salsa Wanda SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 MK 3 MK 3 MK 1 MK 3 TPK MK 3 TPK MK 2
76 Sri Devita Saiful SMA N 1 LAKEA Perempuan PK MK 1 PK PK MK 2 MK 1 PK PK PK PK
77 Sri Imelda SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK MK 2 MK 2 MK 3 MK 3 MK 3 MK 3 MK 3 MK 3 MK 3
78 Sarlan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 2 MK 3 MK 3 MK 3 MK 1 MK 3 MK 3 MK 1 TPK TPK
79 Selfi SMA N 1 LAKEA Perempuan TPK TPK MK 3 MK 1 PK MK 1 MK 2 MK 3 PK MK 3
80 Teguh Praditya SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 1 MK 1 TPK TPK TPK MK 3 TPK MK 2 MK 2 TPK
81 Tiara SMA N 1 LAKEA Perempuan MK 2 MK 2 PK TPK MK 1 TPK TPK TPK TPK TPK
82 Yuspandi SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 MK 1 PK PK PK PK MK 1 MK 1 PK
83 Zahratul Nisa SMA N 1 LAKEA Perempuan PK TPK PK MK 2 MK 1 MK 3 MK 2 MK 3 MK 2 MK 2
84 Zaldi Rahmadan SMA N 1 LAKEA Laki-Laki PK MK 1 MK 1 MK 1 PK MK 1 MK 1 PK MK 3 MK 1
85 Aldino SMA N 1 LAKEA Laki-Laki MK 1 MK 3 MK 1 MK 1 MK 2 TPK TPK MK 3 MK 2 MK 3

PAHAM KONSEP (PK) 40 15 22 20 16 20 12 6 9 12


MISKONSEPSI 1 (MK 1) 16 28 10 16 16 11 17 14 17 15
MISKONSEPSI 2 (MK 2) 11 13 15 12 21 8 12 25 15 9
MISKONSEPSI 3 (MK 3) 6 12 28 14 15 24 21 25 25 21
TIDAK PAHAM KONSEP ( TPK) 12 17 10 23 17 22 23 15 19 28
TOTAL RESPONDEN 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PRESENTASE
PAHAM KONSEP (PK) 47% 18% 26% 23% 19% 23% 14% 7% 10% 14%
MISKONSEPSI 1 (MK 1) 19% 33% 12% 19% 19% 13% 20% 16% 20% 18%
MISKONSEPSI 2 (MK 2) 13% 15% 18% 14% 24% 9% 14% 29% 18% 10%
MISKONSEPSI 3 (MK 3) 7% 14% 32% 16% 18% 28% 25% 29% 29% 25%
TIDAK PAHAM KONSEP ( TPK)
14% 20% 12% 27% 20% 26% 27% 18% 22% 33%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

69
Lampiran 7. Dokumentasi

Gambar 1 : Siswa kelas X MIA 1 Gambar 2 : Siswa kelas X MIA 2

Gambar 3 : Siswa kelas X MIA 3

70
CURRICULUM VITAE

Selviena merupakan putri ketiga dari enam bersaudara yang

dilahirkan di desa Lakea 1 pada tanggal 07 Agustus 1999.

Penulis merupakan putri dari pasangan suami istri yakni

Bapak Mustakim Taim dan Ibu Sunawiyah Madjid Salim.

Penulis menjadi mahasiswa Strata-1 di Universitas Negeri

Gorontalo, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia

Program Studi Pendidikan Kimia pada Tahun 2017. Penulis berasal dari Desa

Lakea 1, Kecamatan Lakea, Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Tengah.

Mengawali pendidikan formal di di Sekolah Dasar (SD) Negeri 07 Lakea dan

lulus pada tahun 2011, Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Lakea dan lulus pada tahun 2014, pada tahun

yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Lakea dan lulus pada tahun 2017, pada tahun yang sama penulis melanjutkan

studi di Universitas Negeri Gorontalo, mengambil Jurusan Kimia, Program Studi

Pendidikan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui

jalur SBMPTN. Dalam proses akademik maupun non akademik penulis telah

mengikuti beberapa kegiatan antara lain:

1. Peserta kegiatan Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) yang

diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Universitas

Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2017.

2. Peserta Pelatihan Komputer dan Internet yang diselenggarakan oleh UPT

Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

71
3. Peserta dalam kegiatan Orientasi Penerimaan HIMKA (OPH) dan Latihan

Dasar Kepemimpinan (LDK) dengan tema “Satu Fasa, Satu Senyawa Untuk

Mewujudkan Mahasiswa Kimia yang Berkarakter” yang diselenggarakan oleh

Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo

(UNG).

4. Peserta Seminar Milenial Himpunan Mahasiswa Kimia dengan Tema

“Menuju Cinta yang Hakiki” tahun 2018.

5. Peserta Seminar Motivasi Nasional Entrepreneur Series dengan tema

“Winning In Disruptive Era” yang diselenggarakan oleh Wirausaha Muda

Nusantara tahun 2019.

6. Peserta pada kegiatan Seminar Fatwa Cinta yang diselenggarakan oleh

Himpunan Mahasiswa Kimia Tahun 2019.

7. Peserta dalam kegiatan Webinar Nasional dengan tema “New Normal Era,

Ujian Kreaktivitas Mahasiswa” yang diselenggarakan oleh Himpunan

Mahasiswa Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun

2020.

8. Peserta Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) 2020 di desa Motihelumo

Kecamatan Sumalata Timur Kabupaten Gorontalo Utara.

9. Peserta Webinar Pembelajaran Kimia Berseri yang diselenggarakan oleh

Jurusan Kimia Universitas Negeri Gorontalo bekerja sama dengan MGMP

Kimia Se-Provinsi Gorontalo dengan tema ‘Pengembangan Instrumen HOTS

Kimia” tahun 2020.

72
10. Peserta dalam kegiatan Selenium (Seminar Milenial Umum) dengan tema

“Muslim Milenial dalam Pusaran Globalisasi” yang diselenggarakan oleh

Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) Universitas Negeri Gorontalo (UNG)

2020.

11. Peserta Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) yang dilaksanakan oleh

Pusat Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)

Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2020.

12. Peserta Webinar Nasional dengan tema “Peran Inovasi Kimiawan dalam

Mendukung Optimasi Energi Terbarukan Menuju Indonesia Emas 45” yang

diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA) Universitas

Negeri Gorontalo” tahun 2020.

13. Peserta kegiatan Webinar Nasional dengan Tema “Generasi Milenial serta

Perananya dalam Optimalisasi Jiwa Saintis untuk Indonesia Maju tahun

2045” yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMKA)

Universitas Negeri Gorontalo (UNG) tahun 2021.

14. Panitia Kegiatan Orientasi Penerimaan HIMKA (OPH) dan Latihan Dasar

Kepemimpinan (LDK) tahun 2019.

15. Peserta dalam Kegiatan Seminar Nasional Kimia-Pendidikan Kimia dengan

tema “Penguatan Peran Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan

Berkelanjutan Untuk Kemanusiaan dan Peradaban” yang diselenggarakan

oleh Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Tekonologi UIN Walisongo Semarang

Tahun 2021.

73

Anda mungkin juga menyukai