i
ii
PENGESAHAN UJIAN PERNYATAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah
hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar. Bila dikemudian hari ternyata pernyataan saya
terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh
NIM: 1713441003
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Believe in yourself and all that you are. Know that there is something inside
you that is greader than any obstacle”
“Karya sederhana ini kupersembahkan sebagai tanda cinta dan terima kasihku
untuk kedua orang tuaku yang setia membimbing dan membesarkanku,
keluarga, sahabat dan orang-orang terkasih atas segala doa, kasih sayang,
dukungan dan pengorbanan baik moril maupun material demi keberhasilanku.
Semoga karyaku bernilai ibadah di mata Allah SWT.”
v
ABSTRAK
Aulia Nurul Fitrah, 2021, Analisis Penguasaan Konsep Peserta Didik Kelas XII
Mipa 1 Sma Negeri 11 Makassar Pada Materi Pokok Sifat Koligatif Larutan
Menggunakan Instrumen Two Tier Diagnostic Tes, Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Makassar, dibimbing oleh Muh.Yunus dan Halimah Husain
dan
Kata kunci: penguasaan konsep, two-tier diagnostic test, sifat koligatif larutan
vi
ABSTRACT
Aulia Nurul Fitrah, 2021, Analysis Concept Mastery of Students of class XII
MIPA 1 SMA Negeri 11 Makassar on Colligative Properties of Solution Subject
Using Two Tier Diagnostic Tests, Chemistry Education Program of Chemistry
Department, Mathematics and Natural Sciences Faculty of Universitas Negeri
Makassar, advised by Muh.Yunus and Halimah Husain.
This research aims to find out the percentage of students' concept mastery in class XII
MIPA 1 SMA Negeri 11 Makassar on colligative properties of solutions subject. The
subjects in this study were students of class XII MIPA 1 which consisted of 30 students.
The instrument used is a Two-Tier Diagnostic Test with 20 items that have been validated
by expert with a very high reliability value of Cronbach’s alpha on 0.877. The two-tier
diagnostic test had 2 levels of questions. The first level is a choice of answers to
questions, and the second level is a reason that refers to the answers in the first level. The
test used to identify concepts mastery of students by analysed the pattern of answers
given. Based on the results of the research, it was found that the percentage of students
who understood the concept of the colligative property of solution was 42% where the
percentage of the concept of explaining the colligative properties of the solution was
73.35%, calculating the concentration of 65%, measuring the decrease in vapor pressure
of the solution 48.87%, measuring the increase in the boiling point of the solution 20,
78%, measuring the osmotic pressure of a solution of 36.65%, and analysing the
phenomenon of colligative properties of solutions in daily life of 31.65%. The percentage
of concept mastery based on concept mastery indicators at the remembering stage (C1)
76.7%, understanding stage (C2) 66.67%, applying stage (C3) 57.23%, analysing stage
(C4) 43.98%, evaluating stage (C5) 12.47%, and stage of creating (C6) 8.32%.
Key words: concepts mastery, two tier diagnostic test, colligative properties of
solution
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Puji syukur penulis panjatkan atas karunia dan
rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan juga salam dan salawat kepada Nabi
Analisis Penguasaan Konsep Peserta Didik Kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 11
Two Tier Diagnostic Tes. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
adanya kerja sama dan bantuan baik berupa tenaga, pikiran, maupun moril dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang
(Penasehat akademik sekaligus Pembimbing I) dan ibu Dr. Halimah Husain, M.Si
mulai dari pengajuan judul hingga sekarang ini. Terima kasih pula yang sebesar-
besarnya kepada ibu Dra. Sumiati Side, M.Si dan ibu Dr. Netti Herawati, M.Si,
selaku penyelaras yang telah memberikan saran, perbaikan dan kritikan demi
viii
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak yang turut
hormati:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Husain Syam, M.TP., IPU., ASEAN Eng. Rektor UNM,
2. Bapak Drs. Suwardi Annas, M.Si., Ph.D. Dekan FMIPA UNM, terima kasih
3. Bapak Dr. Muhammad Anwar, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
UNM, Ibu Dr. Netti Herawati, S. Pd., M.Si, selaku Sekrertaris Jurusan Kimia
FMIPA UNM, dan Ibu Dr. Army Auliah, M.Si, selaku Ketua Program Studi
4. Ibu Dr. Jusniar, S.Pd., M.Pd dan Ibu Dra. Hj. Ramdani, M.Si, selaku
validator instrumen penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini, terima
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA UNM, terima kasih atas segala
6. Ibu Dra. Hj. Masita, M.Si, selaku kepala sekolah SMAN 11 Makassar terima
ix
7. Ibu Dra. Agustinawati Guru Mata Pelajaran Kimia Kelas XII SMAN 11
Makassar, terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada peneliti untuk
Adik-adik peserta didik kelas XII MIPA 1 SMAN 11 Makassar, terima kasih
“ANU” Dewi Sulastri, Felicia Christy, Fitriani Nasir, Mashuria Rapi, Novia
Zulfadillah Syam terima kasih atas canda tawa, air mata, motivasi dan semangat
serta segala bantuannya dalam menyelesaikan studi yang dijalani penulis. Teman-
teman “IRON” Pendidikan Kimia ICP 2017 dan “Eksitasi 2017” terkhusus A.
Kurnia Sari Kadir, S.Pd, Rosita Abdullah, S.Pd, dan Muh. Akbar As terima kasih
Djamaluddin, Nur Rahmah Amar S.Pd, Rika Rahayu Rustam, Suharman Syakir,
Lili S.Pd, dan Yogi Afrizal, S.Pd terimakasih atas segala canda tawa, semangat
dan motivasi yang diberikan kepada peneliti. Seluruh pihak yang membantu
penyelesaian tugas akhir ini, semoga bernilai pahala kebaikan bagi mereka.
Ucapan terima kasih yang teristimewa kepada kedua orang tuaku yang tercinta
Ayahanda Muh. Sabir dan Ibunda Ratnawati yang tak lepas lisan dan hatinya
Rahmat Pratama, Anshor Muhajir, dan Abul A’la Al Maududy serta keluarga
besar penulis lainnya atas doa, motivasi dan dukungannya kepada penulis.
x
Penulis tak mampu menyebut satu per satu orang-orang yang turut andil
dalam penyusunan skripsi ini, kepada mereka yang namanya tak sempat penulis
sebutkan satu per satu, saya ucapkan terima kasih. Semoga segala dukungan,
pesan, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis dapat bernilai ibadah di
penyusunan skripsi ini tidaklah berarti bahwa skripsi yang tersusun sebagai suatu
Sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini yang disusun
ke dalam suatu karya tulis skripsi dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
xi
DAFTAR ISIAR
ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.......................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN..............................................................................iii
PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.....................................................................................viiii
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian...............................................................................4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Kajian Pustaka....................................................................................6
B. Tinjauan Umum Materi Sifat Koligatif Larutan..............................21
C. Kerangka Pikir.................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................30
A. Jenis Penelitian.................................................................................30
B. Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................30
C. Subjek Penelitian..............................................................................30
D. Batasan Istilah..................................................................................30
E. Prosedur Penelitian..........................................................................31
F. Instrumen Penelitian........................................................................32
G. Teknik Pengumpulan Data...............................................................33
H. Teknik Analisis Data........................................................................33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................35
A. Hasil Penelitian................................................................................35
B. Pembahasan......................................................................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................50
A. Kesimpulan......................................................................................50
xii
B. Saran.................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
LAMPIRAN..........................................................................................................55
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran A. Persuratan.........................................................................................59
A.1 Undangan Seminar Proposal..........................................................60
A.2 Undangan Seminar Hasil................................................................61
A.3 Undangan Ujian Skripsi..................................................................62
A.4 Pengesahan Proposal Penelitian.....................................................63
A.5 Surat Pernyataan Validasi Instrumen (1)........................................64
A.6 Surat Pernyataan Validasi Instrumen (2)........................................65
A.7 Permohonan Penerbitan Surat Izin Penelitian................................66
A.8 Surat Izin Penelitian (1)..................................................................67
A.9 Surat Izin Penelitian (2)..................................................................68
A.10 Surat Izin Penelitian (3)................................................................69
A.11 Surat Keterangan Telah Penelitian...............................................70
Lampiran B. Perangkat dan Instrumen Penelitian.................................................71
B.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian........................................................72
B.2 Instrumen Tes Hasil Belajar...........................................................74
B.3 Kunci Jawaban Instrumen Tes Hasil Belajar..................................88
B.4 Pedoman Wawancara......................................................................89
B.5 Tabel Uji Coba Instrumen...............................................................91
B.6 Validasi Item...................................................................................94
B.7 Reabilitas tes...................................................................................97
Lampiran C. Data dan Analisis Data Penelitian....................................................99
C.1 Kategori Jawaban Peserta Didik...................................................100
C.2 Koding Jawaban Peserta Didik.....................................................124
C.3 Tabel Frekuensi Hasil TTDT Tiap Item Soal...............................126
Lampiran D. Dokumentasi...................................................................................131
D.1 Dokumentasi.................................................................................132
Lampiran E. Riwayat Hidup................................................................................134
E.1 Riwayat Hidup..............................................................................135
xv
BAB I
PENDAHULUAN
pendidikan bagi anak bangsa, kemajuan dalam satuan waktu jangka panjang akan
dapat memprediksi kualitas bangsa pada sekian puluh tahun kedepan. Akhir dari
rata berpendidikan tinggi. Masyarakat suatu negara yang maju akan melahirkan
Salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah kimia. Kimia
struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan
berkembang dari konsep yang sederhana menjadi konsep yang lebih kompleks.
Oleh karena itu, ilmu kimia harus dipelajari secara runtut dan berkesinambungan
sehingga konsep yang diterima peserta didik dapat terealisasikan dengan benar.
1
membantu dalam memecahkan persoalan yang dihadapin, serta menimbulkan
konsep sebagai kemampuan peserta didik dalam memaknai makna secara ilmiah
oleh peserta didik tidak hanya pada mengenal sebuah konsep tetapi peserta didik
dapat menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lainnya dalam berbagai
direvisi oleh Krathwohl, tingkat penguasaan konsep peserta didik terbagi atas
untuk menuju tingkatan yang lebih tinggi peserta didik harus mampu atau sudah
peserta didik adalah dengan menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik memiliki
fungsi umum yaitu (1) mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami
sesuai masalah dan kesulitan yang telah teridentifikasi (Arikunto: 2012). Salah
2
Two Tier Diagnostic Test adalah tes diagnostik yang memiliki dua tingkat
pertanyaan. Tingkat pertama merupakan soal pilihan ganda biasa, tingkat kedua
menyatakan alasan-alasan yang mengacu pada jawaban yang terdapat pada bagian
sedangkan tingkat kedua merupakan conceptual domain; (3) lebih mudah dikelola
dan dihitung dibanding dengan metode lain, sehingga sangat berguna digunakan
Makassar dengan prestasi belajar yang cukup baik pada mata pelajaran kimia.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru kelas XII MIPA SMA
Negeri 11 Makassar, salah satu materi pokok yang masih dianggap sulit oleh
peserta didik yaitu sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan merupakan konsep
kesulitan yang dialami peserta didik pada konsep sifat koligatif larutan yaitu salah
dalam mengartikan titik beku, titik didih, tekanan uap dengan penurunannya, serta
salah dalam menggunakan faktor van’t hoff pada perhitungan, sedangkan menurut
larutan yaitu rendahnya penguasaan konsep, peserta didik belajar dengan cara
3
Pemahaman peserta didik yang salah terhadap suatu konsep dapat
didik masih mengalami pada materi awal dan tidak mendapat bantuan, akibatnya
yang dilakukan disekolah. Oleh sebab itu penguasaan konsep peserta didik dalam
materi pokok sifat koligatif larutan penting untuk diketahui guna menciptakan
suatu metode dan strategi mengajar yang lebih baik untuk kedepanya. Dengan
tidak terbatas (Trianto, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk
Kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 11 Makassar pada Materi Pokok Sifat Koligatif
B. Rumusan Masalah
dirumuskan yaitu : Berapa persentase penguasaan konsep peserta didik kelas XII
MIPA 1 SMA Negeri 11 Makassar pada materi pokok sifat koligatif larutan ?
C. Tujuan Penelitian
adalah untuk mengetahui persentase penguasaan konsep peserta didik kelas XII
MIPA 1 SMA Negeri 11 Makassar pada materi pokok sifat koligatif larutan.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik. Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi peserta
konsep peserta didik terhadap konsep sifat koligatif larutan, sehingga dapat
tepat.
lanjut.
5
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
a. Pengertian konsep
abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang
mempunyai atribut yang sama”. Pendapat senada disampaikan oleh Ratna (2010)
yang mendefinisikan konsep sebagai “abstraksi mental yang mewakili satu kelas
yang sering disebut dengan gambaran mental, dengan ini pengonsepan adalah hal
memahami dan mengingat informasi penting bergantung pada apa yang mereka
kegiatan intelek manusia. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fakta
atau apa saja yang dialami dimana hasil pengamatan di proses dengan persepsi
(inventiveness).
diawali dari pengamatan terhadap fakta yang dirumuskan dalam bentuk ungkapan
abstrak atau umum dan dapat diterima oleh pikiran, yang kita dapat dari
b. Perolehan konsep
strategi yang akan digunakan tersebut. Selajan dengan itu, Piaget menyatakan
bahwa pembuktian secara aktif yang lakukan peserta didik dapat mendorong
sebelumnya.
7
masuk sekolah. Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep menurut
mengikuti pola contoh atau aturan. Pada aturan ini anak yang belajar dihadapkan
pada sejumlah contoh dan non-contoh dari konsep tertentu. Melalui proses
untuk konsep itu. Untuk memperoleh konsep melalui proses asimilasi, orang yang
belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari konsep itu. Sesudah definisi
dari konsep disajikan, konsep itu dapat diilustrasikan dengan memberikan contoh
atau deskripsi verbal dari contoh. Ini biasanya disebut belajar konsep sebagai
aturan atau contoh. (Ratna, 2010). Walaupun kedua bentuk belajar konsep ini
pengetahuan baru yang kemudian dibuat hipotesis sesuai dengan yang didapat
c. Analisis konsep
yang dikembangkan oleh Klausmeir Frayer sebagai analisis konsep yang baik
8
1) Nama konsep
Atribut kriteria dari suatu konsep adalah ciri-ciri konsep yang perlu untuk
objek baru merupakan suatu contoh dari konsep. Atribut variabel konsep
3) Definisi konsep
digunakan sebagai suatu kriteria bahwa peserta didik telah belajar konsep itu.
Untuk sebagian besar konsep, kita dapat mengembangkan suatu hirarki dari
9
d. Tingkat pencapaian konsep
1) Tingkat konkret.
Seseorang telah mencapai konsep pada tingkat konkret, apabila orang itu
telah mengenal suatu benda yang telah dihadapi sebelumnya. Untuk mencapai
konsep tingkat konkret, peserta didik harus dapat memperhatikan benda itu,
2) Tingkat Identitas.
Pada tingkat ini individu telah dapat merespon rangsangan baru berdasarkan
3) Tingkat klasifikatoris.
Pada tingkat ini individu akan tampak telah dapat mengenal kesetaraan dua
atau lebih rangsangan yang berbeda dari kelas yang sama, walaupun pada saat
itu belum dapat menentukan kriteria atribut atau menentukan nama konsep
rangsangan tersebut.
4) Tingkat formal.
10
pada tingkat ini mereka mampu mengkonsep, mendeskriminasi, memberi
e. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep.
seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan ke dalam bentuk yang
diamati melalui tiga ranah yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga ranah
tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut,
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para pendidk di sekolah karena
didik dalam memahami konsep setelah kegitan belajar dan bagian dari hasil dalam
peserta didik dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan
konsep atau penerapannya dalam situasi yang baru. Hal ini nantinya dapat
diketahui melalui hasil belajar peserta didik. Hasil belajar peserta didik akan
11
menggambarkan penguasaan konsep peserta didik sebelum dan sesudah kegiatan
antara materi satu dengan materi lainnya saling berhubungan (Huda, 2016).
3) Dapat memilih dan membedakan antara contoh dari yang bukan konsep.
diantaranya :
perbedaan
12
5) Mampu memberikan contoh dan kontra dari konsep yang dipelajari
B. Taksonomi Bloom
arti untuk mengelompokkan dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat
adalah suatu bentuk klasifikasi tingkah laku peserta didik yang memerlukan hasil
tingkat penguasaan konsep setiap peserta didik yang dapat dilihat dari hasil belajar
peserta didik.
tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari ketiga ranah tersebut,
ranah kognitiflah yang menjadi objek penilaian utama oleh pendidik. Hal ini
sampai 90% waktu belajar di sekolah dihabiskan untuk mencapai tujuan dalam
ranah ini. Hal tersebut dapat juga dilihat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang diajarkan disekolah yag sebagian
Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk
13
ranah kognitif menjadi enam, yaitu pengetahua, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi (Purwanto, 2006). Kemudian salah seorang murid Bloom,
Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam
tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. Ranah
rendah sampai tingkat yang paling tinggi yaitu mencipta. Tahapan ranah ini dapat
Skills, sedangkan tiga tahapan berikutnya Higher order Thingking Skill. Namun
bukan berarti bahwa lower level tidak penting, melainkan lower order thingking
14
skill ini harus dilalui dulu untuk naik ketingkat berikutnya. Skema ini
a. Mengingat (Remember)
merupakan tingkatan paling dasar dari ranah proses kognitif ini. Wilayah ini
15
Kompetensi yang diharapkan dari tingkatan ini adalah menerjemahkan,
kerja operasional yang dapat digunakan dalam jenjang ini adalah Memilih,
b. Memahami (Understand)
suatu bentuk yang mudah dipahami. Peserta didik bisa melakukan tingkatan ini
dengan berbagai cara. Namun fokus utama tujuan-tujuan yang melibatkan tujuan-
dasar yang telah mereka miliki dengan beberapa cara. Menjelaskan (explaining),
Berikut ini Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam jenjang ini
16
c. Menerapkan (Apply)
atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk
ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi pengetahuan hafalan
atau keterampilan. Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap
aplikasi ini peserta didik dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau
memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara)
secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi hukum, dalil, aturan, gagasan,
cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya
secara benar.
penerapan konsep, rumus, teori dan sesuatu yang lain dalam situasi yang baru dan
kongkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam jenjang ini adalah
d. Mengnalisis (Analysis)
17
hubungan di antara bagian dengan bagian-bagian lainnya (Mania, 2012).
2014) Dalam tugas analisis ini peserta didik diminta untuk menganalisis suatu
peserta didik untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagian tersebut.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam jenjang ini adalah
e. Mengevaluasi (Evaluate)
sesuai dengan tujuannya (Hamzah 2014). Dalam hal ini evaluasi adalah pemberian
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,
cara kerja, pemecahan, metode, materi, dan lain-lain. Dilihat dari segi tersebut
maka dalam evaluasi perlu adanya suatu kriteria atau standar tertentu (Mania,
2012). Proses penting yang dibutuhkan dalam level evaluasi adalah dukungan
menerapkan kriteria tersebut pada pilihan yang telah dibuat. Selanjutnya, peserta
18
didik bekerja dalam tingkatan evaluasi sebab mereka telah menggunakan kriteria
dalam membuat respon atau jawaban mereka (Miterianifa & Zein. 2016).
Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam jenjang ini adalah :
f. Mencipta (Create)
fungsi keseluruhan atau yang bertalian dengan logis; menyusun kembali elemen-
elemen tersebut ke dalam sebuah pola atau struktur baru. Tingkat mencipta
suatu hal yang baru dan unik. Kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam
Misalnya pada jenjang kedua mencakup pula jenjang pertama dan seterusnya.
19
Jenjang inilah yang biasanya digunakan oleh pendidik untuk mengukur hasil
konsep seperti tidak paham konsep, miskonsepsi, dan paham konsep pendidik
dapat melakukan tes diagnostik. Tes adalah suatu teknik ynag digunakan dalam
Salah satu bentuk tes yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian
kesulitan yang dimiliki oleh peserta didik. Jadi tes diagnostik adalah tes yang
pertanyaan dengan lima pilihan jawaban, sedangkan tingkat kedua terdiri dari lima
pilihan alasan yang mengacu pada jawaban tingkat pertama. Penggunaan tes two-
20
tier dapat mengurangi efek menebak jawaban karena peserta didik di tuntut untuk
Two Tier Diagnostic Test yaitu memahami konsep, tidak paham konsep, dan
jawaban yang diberikan peserta didik yang dapat diliat pada tabel 2.1
Materi sifat koligatif larutan adalah salah satu pokok bahasan pada mata
pelajaran kimia kelas XII yang diajarkan pada semester ganjil dalam 4 kali
pertemuan. Sifat koligatif larutan merupakan sifat larutan yang dipengaruhi oleh
jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari sifat zat terlarut. Pada materi
21
tekanan uap, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih,
Suatu larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya
sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan
jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari sifat zat terlarut. Jumlah
partikel zat terlarut dalam suatu larutan secara kuantitatif dinyatakan dalam
berbagai satuan konsentrasi, contohnya persen (%), fraksi mol, molaritas, dan
molalitas.
22
b. Satuan konsentrasi larutan
fraksi mol.
1) Molaritas
n
M=
v
Keterangan :
M = molaritas larutan
n = jumlah mol zat terlarut
V = volume larutan
2) Molalitas
gram pelarut. Untuk larutan dalam air, massa pelarut dapat dinyatakan dalam
volume pelarut, sebab massa jenis air adalah 1 gram/ ml. molalitas dinyatakan
dengan rumus :
1000
m=nx
p
Keterangan :
m = molalitas larutan
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
3) Fraksi mol
banyaknya mol dari zat tersebut terhadap jumlah mol seluruh komponen dalam
23
larutan. Jika nA zat A bercampur dengan nB zat B, fraksi mol A (X A) dan fraksi
nA nB
XA = dan XB =
nA+ nB nB+nA
Apabila fraksi mol dari masing-masing zat yang ada dalam larutan dijumlahkan,
XA + XB = 1
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Sifat koligatif larutan adalah
sifat larutan yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung
pada jenis pelarut. Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut.
murni, akan menurunkan titik beku larutan dan kenaikan titik didih larutan. Hal
ini akan terjadi karena tekanan uap larutan (P) lebih rendah dari pada tekanan uap
pelarut murni.
Ahli kimia dari prancis, Francois Raoult menyatakan bahwa ‘‘tekanan uap
jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh
pelarut murni’’. Hal ini dikenal dengan hokum Raoult, dan secara matematis dapat
ditulis : P = P0. Xp
24
Besarnya perbedaan antara tekanan uap pelarut disebut penurunan tekanan
uap (ΔP).
ΔP = P0 – P
Hubungan antara penurunan tekanan uap (ΔP) dengan fraksi mol zat
ΔP = P0 . Xp
Keterangan :
ΔP = penurunan tekanan uap
P0 = tekanan uap pelarut murni
P = tekanan uap larutan
Xt = fraksi mol terlarut
Titik didih larutan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh larutan sama
lebih sukar menguap menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik
didih air (yaitu 100oC pada tekanan 760 mmHg). Suhu pada saat air murni
mendidih disebut titik didih larutan (Tb), sehingga titik didih larutan lebih tinggi
daripada titik didih pelarut. Kenaikan titik didih adalah selisih antara titik didih
∆ Tb = m. Kb atau
1000
∆ Tb = Kb ( n x ) atau
p
gr 1000
∆ Tb = x x kb
Mr P
Keterangan ;
ΔTb = kenaikan titik didih (oC).
m = molalitas
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m).
g = massa zat terlarut (gram).
25
3) Penurunan Titik Beku
Titik beku adalah sushu pada saat zat cair mulai membeku. Air murni
memilik titik beku 0oC. suhu pada saat air murni sebagai pelarut mulai membeku
titik beku (0oC) disebut titik beku pelarut (Tf0) dan pada saat larutan mulai
membeku disebut titik beku larutan (Tf), sedangkan selisih antara titik beku
pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (ΔTf). hal ini secara
ΔTf = Tf0 – Tf
4) Tekanan Osmosis
berkonsentrasi tinggi disebut tekanan osmosis. Untuk larutan yang terdiri atas zat
(kemolaran) zat terlarut hal ini secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
26
π=MxRxT
Keterangan :
π = tekanan osmosis (atm)
M = Konsentrasi (mol / liter)
R = Tetapan gas ideal (0,082 L atm mol-1 K-1)
T = suhu (Kelvin)
Dalam kimia, terdapat suatu zat yang disebut zat elektrolit, yaitu
senyawakimia yang terurai menjadi ion-ion dalam suatu larutan. Suatu larutan
yang dihasilkan oleh suatu zat elektrolit disebut larutan elektrolit. Sifat koligatif
larutan elektrolit memiliki jumlah partikel terlarut lebih banyak dibanding non
oleh faktor van't Hoff. Untuk menyatakan banyaknya atau sedikitnya zat
elektrolit yang terionisasi digunakan istilah derajat ionisasi atau derajat disosiasi
(α).
Hoff (i) Van’t Hoff itu sendiri adalah 1 + α (n - 1), sehingga beberapa sifat
ΔP = P0 . Xp . i
ΔTf = m x Kf x i
27
ΔTb = m x Kb x i
4) Tekanan osmotic
π=MxRxTxi
C. Kerangka Pikir
peserta didik. Salah satu tujuan pembelajaran sains adalah agar peserta didik
memahami konsep, aplikasi konsep dan mampu mengaitkan satu konsep dengan
peserta didik dalam memahami konsep merupakan hal yang sangat penting karena
tidak sekedar mengingat, tapi dapat menjelaskan kembali suatu defenisi, ciri
khusus, hakikat, inti dan isi dengan menggunakan kata-kata sendiri, namun tidak
pembelajaran, peserta didik perlu memahami konsep secara benar, hal ini
berhubungan dengan pemahaman mengenai arti fisis dari konsep yang dipelajari
pemahaman konsep yang baik artinya peserta didik dapat menguasai konsep.
28
mengidentifikasi penguasaan konsep seperti tidak paham konsep, miskonsepsi,
dan paham konsep guru dapat melakukan tes diagnostik. Tes adalah suatu teknik
yang harus dijawab atau dikerjakan oleh peserta didik. Salah satu bentuk tes
menggunakan tes pilihan ganda dimana peserta didik harus menjawab dan
Secara singkat, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2
dibawah ini :
Prakonsepsi Siswa
Proses Pembelajaran
Identifikasi Penguasaan
Konsep
29
Penguasaan Konsep
30
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kualitatif.
2021/2022.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri
koligatif larutan.
D. Batasan Istilah
1. Analisis penguasaan konsep pada materi sifat koligatif larutan adalah analisis
2. Tes Diagnostik Two Tier merupakan tes pilihan ganda dengan dua tingkat
jawaban, sedangkan tingkat kedua terdiri dari lima alasan yang mengacu pada
jawaban tingkat pertama.
E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
yaitu :
studi kimia kelas XII MIPA SMA Negeri 11 Makassar mengenai keadaan
peserta didik, hasil belajar kimia peserta didik, materi pelajaran yang akan
d. Meminta izin kepada instansi yang terkait sehubungan dengan penelitian yang
diadakan.
setelah pemberian tes hasil belajar. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran
31
3. Tahap Akhir Penelitian
koligatif larutan.
c. Penarikan kesimpulan.
d. Publikasi.
F. Instrumen Penelitian
1. Tes diagnostik pilihan ganda dua tingkat (Two-Tier Diagnostic Test) disusun
berdasarkan indikator pada materi sifat koligatif larutan. Tes ini terdiri dari 20
soal, digunakan untuk menentukan penguasaan konsep peserta didik kelas XII
dilakukan uji validasi isi dan validasi materi oleh validator ahli.
32
a. Pertanyaan yang diajukan terhadap peserta didik sesuai dengan hasil
larutan.
(posttest) dalam bentuk pilihan ganda yang telah divalidasi. Hasil posttest inilah
yang kemudian digunakan untuk melihat penguasaan konsep peserta didik pada
materi sifat koliagatif larutan, dengan pengkategorian nilai 4 untuk paham konsep
33
benar pada alasan tingkat
kedua
Benar-Salah Menjawab benar pada Miskonsepsi
perntanyaan tingkat
pertama dan salah pada
alasan tingkat kedua
Salah-Benar Menjawab salah pada Menebak
pertanyaan tingkat pertama
dan benar pada alasan
tingkat kedua
Salah-Salah Menjawab salah pada Tidak Paham
pertanyaan tingkat pertama Konsep
dan menjawab salah pada
alasan tingkat kedua
(Sumber: Kurniasih dan Nurkhbatul, 2017)
Data diperoleh berasal dari jawaban peserta didik yang telah diberi
N
P=( ) x 100%
F
Keterangan :
P = Persentase Jawaban
F = Jumlah total masing-masing jawaban
N = jumlah maksimum jawaban
Persentase Kategori
>88 – 100 Sangat Baik
>76 – 88 Baik
≥64 – 76 Cukup
34
<64 Kurang
(Sumber: Purwanto, 2013)
35
35
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan hasil dari Two Tier Diagnostic Test. Hasil
dari Two Tier Diagnostic Test yang digunakan dalam penelitian ini berupa
telah diberikan posttest mengenai sifat koligatif larutan sebanyak 20 butir soal
yang dapat diamati pada Tabel 4.1. Dalam Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada
menjelaskan sifat koligatif larutan. Untuk kategori tidak paham konsep, persentase
terendah pada konsep menjelaskan sifat koligatif larutan. Adapun untuk kategori
36
80 73
70 65
60
49
50
41
40 37
32
Persentase
30
21
20
10
0
f s i p h ku is a
ati tra ua di be os en
lig di
ko e n an k ti k
os
m om
ns an ti ti ti en
ko te
k an f
kan
te
Konsep
didapatkan persentasi penguasaan konsep pada tabel 4.2. Secara umum peserta
didik memiliki pemahaman yang kurang baik dalam menguasai konsep sifat
koligatif larutan. Pada tahap mengingat (C1) peserta didik dalam kategori baik,
kemudian pada tahap memahami (C2) dalam kategori cukup, tahap mengaplikasi
(C3) dalam kategori kurang, dan tahap menganalisis (C4), mengevaluasi (C5),
37
11 60 30 6.7 3.3
15 50 20 26.7 3.3
Rata-rata 57.23 22.22 15 5.55
4 Menganalisis (C4) 5 33.3 13.3 53.3 0
6 53.3 20 23.3 3.3
13 73.3 20 6.7 0 Kurang
18 26.7 10 60 3.3 Sekali
20 33.3 36.7 20 10
Rata-rata 43.98 20 32.6 3.34
8
5 Mengevaluasi (C5) 8 10 0 66.7 23.3
14 3.3 10 66.7 20 Kurang
16 13.3 20 56.7 10 Sekali
19 23.3 13.3 23.3 40
Rata-rata 12.47 10.8 53.3 23.35
8
6 Mencipta (C6) 10 6.7 26.7 50 16,7 Kurang
12 10 3.3 73.3 13.3 Sekali
Rata-rata keseluruhan 8.32 15 61.6 15
5
beberapa peserta didik yang telah ditentukan berdasarkan kriteria nilai yang
diperoleh pada tes sebelumnya. Jumlah peserta didik yang diwawancarai adalah 6
orang peserta didik yang mewakili tingkat penguasaan konsep. Wawancara ini
dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui tes hasil belajar
38
konsentrasi dan kurangnya kemampuan
matematis peserta didik.
3.1.3 Mengukur Penguasaan konsep peserta didik dalam
penurunan tekanan kategori kurang, sebagian peserta didik
uap larutan mengalami miskonsepsi dikarenakan
prakonsepsi yang salah, penalaran yang tidak
lengkap, salah dalam menggunakan rumus,
dan kurangnya kemampuan matematis peserta
didik.
3.1.4 Mengukur kenaikan Penguasaan konsep peserta didik dalam
titik didih larutan kategori kurang, sebagaian besar peseta didik
mengalami miskonsepsi dikarenakan
kurangnya kemamapuan untuk menganalisis
dan menghubungkan satu konsep dengan
konsep yang lainnya dalam menyelesaikan
persoalan, serta kurangnya kemampuan
matematis peserta didik
3.1.5 Menetukan Penguasaan konsep peserta didik dalam
penurunan titik beku kategori kurang, sebagain besar peserta didik
larutan yang mengalami miskonsepsi dikarenakan
prakonsepsi yang salah, penalaran yang tidak
lengkap, kurangnya kemampuan dalam
menghubungkan konsep, salah dalam
menggunakan rumus, dan kurangnya
kemampuan matematis peserta didik.
3.1.6 Mengukur tekanan Penguasaan konsep peserta didik dalam
osmosis larutan kategori kurang, sebagain besar peserta didik
mengalami miskonsepsi dikarenakan penalaran
peserta didik yang tidak lengkap, dan
kurangnya kemampuan matematis peserta
didik.
3.1.7 Menganalisis Penguasaan konsep peserta didik dalam
fenomena sifat kategori kurang, sebagain besar peserta didik
koligatif larutan mengalami miskonsepsi dikarenakan
dalam kehidupan prakonsepsi yang salah, penalaran yang tidak
sehari-hari lengkap, dan kurangnya kemampuan dalam
menghubungkan konsep.
Adapun peserta didik yang tidak paham
mengenai konsep-konsep sifat koligatif larutan
dikarenakan peserta didik tidak memahami
konsep sifat koligatif larutan sehingga peserta
didik tidak mampu menghubungkan konsep-
konsep, dan tidak mengetahui rumus dan cara
untuk menyelesaikan soal.
39
B. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui penguasaan konsep
peserta didik pada materi pokok sifat koligatif larutan berdasarkan pola jawaban
dan hasil wawancara peserta didik. Peserta didik dikategorikan paham konsep
apabila peserta didik tersebut menjawab benar pada pilihan jawaban dan pilihan
alasan.
Peserta didik yang paham pada konsep menjelaskan sifat koligatif larutan
dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu sebesar 73.35%, peserta didik yang mengalami
miskonsepsi sebesar 11.65%, tidak paham konsep 8.35%, dan menebak sebanyak
6.65%. Untuk menguasai konsep ini, konsep-konsep yang harus diketahui oleh
peserta didik yaitu konsep larutan, dan jenis-jenis larutan. Terdapat dua butir soal
menjelaskan sifat koligatif larutan, yaitu soal nomor 1 dan soal nomor 2.
Pertanyaan soal nomor 1 berisi tentang sifat-sifat koligatif yang dimiliki oleh
suatu larutan dengan jenjang kognitif C2, dan soal nomor 2 berisi tentang
Peserta didik yang paham pada konsep menjelaskan sifat koligatif larutan
dapat menjelaskan pengertian sifat koligatif larutan yaitu sifat yang dipengaruhi
oleh jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung dari sifat zat terlarut, serta
memahami sifat-sifat koligatif larutan yang terdiri dari penurunan tekanan uap,
penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan tekanan osmotik. Selain paham
40
konsep juga terdapat peserta didik yang mengalami miskonsepsi, yaitu peserta
didik yang menjawab salah pada pilihan alasan. Peserta didik menganggap bahwa
sifat koligatif larutan adalah sifat yang dipengaruhi oleh jenis partikel zat terlarut,
dan massa jenis larutan, serta menganggap bahwa penurunan titik didih
penalaran peserta didik yang tidak lengkap mengenai konsep sifat koligatif
larutan, sehingga dalam mejawab soal peserta didik masih mengalami kekeliruan.
Dalam penelitian Ilmah (2017) menjelaskan bahwa peserta didik cenderung hanya
menghafal tetapi tidak memahami apa yang mereka pelajari. Selain itu juga
terdapat peserta didik yang tidak paham konsep sebab peserta didik sama sekali
tidak paham bahwa sifat koligatif larutan adalah sifat yang dipengaruhi oleh
jumlah partikel zat terlarut, yang terdiri dari penurunan tekanan uap, penurunan
dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu sebesar 65%, peserta didik yang mengalami
sebanyak 5%. Untuk menguasai konsep ini, konsep-konsep yang harus diketahui
oleh peserta didik yaitu konsep larutan, jenis larutan, massa relatif, persamaan
yaitu soal nomor 3 dan soal nomor 4. Soal nomor 3 dan 4 merupakan soal
41
Berdasarkan jawaban peserta didik miskonsepsi yang terjadi dikarenakan
peserta didik salah dalam menentukan massa relatif dari suatu senyawa, peserta
didik tidak mengalikan Ar suatu unsur dengan koefisiennya. Dalam hal ini juga
terdapat peserta didik yang salah dalam menggunakan rumus untuk mencari
von’t hoff senyawa tersebut, padahal nilai faktor van’t hoff tidak digunakan untuk
peserta didik yang tidak paham konsep hal ini dikarenakan peserta didik tidak
mengetahui cara dan rumus yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan.
Peserta didik yang paham pada konsep mengukur penurunan tekanan uap
larutan dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu sebesar 48.87%, peserta didik yang
harus diketahui oleh peserta didik yaitu konsep larutan, jenis larutan, massa
relatif, konsentrasi larutan, fraksi mol, stoikiometri, dan faktor van’t hoff.
didik pada konsep mengukur penurunan tekanan uap larutan, yaitu soal nomor 5,
6, dan soal nomor 7. Soal nomor 5 merupakan soal perhitungan tekanan uap lima
larutan kemudian diurutkan dari yang memiliki tekanan uap terendah hingga
tertinggi dengan jenjang kognitif C4, soal nomor 6 dan soal nomor 7 merupakan
soal perhitungan penurunan tekanan uap larutan dengan jenjang kognitif C4, dan
C3.
42
Berdasarkan jawaban peserta didik miskonsepsi yang terjadi dikarenakan
peserta didik keliru dalam mengurutkan larutan yang memiliki tekanan uap paling
larutan, semakin banyak partikel zat terlarut dalam larutan sehingga tekanan uap
akan semkin rendah. Padahal konsentrasi dan tekanan uap berbanding terbalik
yaitu semakin rendah konsentrasi suatu larutan, maka tekanan uapnya akan
bahwa glukosa merupakan senyawa elektrolit yang memiliki faktor van’t hoff >1,
van’t hoff = 1, dan juga terdapat peserta didik yang menggunakan rumus tekanan
tekanan uap larutan. Hal ini terjadi karena terdapat kemiripan konsep dalam
dimana untuk menentukan tekanan uap larutan fraksi mol yang digunakan adalah
fraksi mol zat pelarut, sedangkan untuk menentukan penurunan tekanan uap fraksi
mol yang digunakan adalah fraksi mol zat terlarut. Adapun peserta didik yang
tidak paham konsep dikarenakan peserta didik belum memahami hubungan antara
konsentrasi dengan penurunan tekanan uap, perbedaan antara tekanan uap dan
penurunan tekanan uap, dan rumus yang digunakan untuk menentukan penurunan
Peserta didik yang paham pada konsep mengukur kenaikan titik didih
43
larutan dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu sebesar 20.78%, peserta didik yang
menebak sebanyak 20%. Untuk menguasai konsep ini, konsep-konsep yang harus
diketahui oleh peserta didik yaitu konsep larutan, jenis larutan, massa relatif,
konsentrasi larutan, fraksi mol, stoikiometri, faktor van’t hoff, dan diagram PT.
peserta didik pada konsep mengukur kenaikan titik didih larutan, yaitu soal nomor
8, 9, 10, dan soal nomor 19. Soal nomor 8 merupakan soal analisis mengenai
daerah yang mengalami kenaikan titik didih pada diagram PT air dengan jenjang
kognitif C5, soal nomor 9 merupakan soal perhitungan kenaikan titik didih larutan
larutan dengan kenaikan titik didih dengan jenjang kognitif C6, dan soal nomor 19
merupakan soal analisis titik didih larutan berdasarkan gambar larutan dengan
konsentrasi gula yang dibutuhkan untuk menaikkan titik didih larutan dapat
dengan persamaan konsentrasi larutan. Hal ini dikarenakan peserta didik tidak
mampu menganalisis soal dengan baik sehingga tidak dapat menghubungkan satu
konsep dengan konsep yang lainnya. Peserta didik hanya mengingat rumus
dasarnya sehingga ketika yang diketahui dari soal berbeda peserta didik menjadi
44
dikarenakan peserta didik menganggap bahwa semakin banyak jumlah partikel zat
terlarut maka titik didih larutan akan semakin rendah, padahal nilai titik didih
larutan berbanding lurus dengan jumlah partikel zat terlarut yaitu semakin banyak
jumlah partikel zat terlarut titik didih larutan akan semakin tinggi.
Adapun peserta didik yang tidak paham konsep dikarenakan peserta didik
tidak memahami konsep kenaikan titik didih larutan, tidak mampu mengaitkan
konsep konsentrasi dengan kenaikan titik didih larutan, tidak mengetahui konsep
diagram PT air, sehingga peserta didik tidak mampu menentukan massa larutan,
mengurutkan larutan yang memiliki titik didih tertinggi hingga terendah dan tidak
Peserta didik yang paham pada konsep mengukur penurunan titik beku
larutan dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu sebesar 36.65%, peserta didik yang
harus diketahui oleh peserta didik yaitu konsep larutan, jenis larutan, massa
relatif, konsentrasi larutan, fraksi mol, stoikiometri, dan faktor van’t hoff.
peserta didik pada konsep mengukur penurunan titik beku larutan, yaitu soal
nomor 11, 12, 13, dan soal nomor 14. Soal nomor 12 merupakan soal perhitungan
penurunan titik beku larutan dengan jenjang kognitif C6, dan soal nomor 11, 13,
dan 14 merupakan soal perhitungan titik beku larutan dengan jenjang kognitif C3
dan C4.
45
Berdasarkan jawaban peserta didik yang mengalami miskonsepsi
dikarenakan prakonsepsi peserta didik yang salah, dan penalaran yang tidak
lengkap mengenai konsep penurunan titik beku larutan sehingga peserta didik
belum dapat membedakan penurunan titik beku dan titik beku larutan.
menentukan nilai titik beku larutan sama saja dengan menentukan nilai penurunan
titik beku larutan, padahal konsep tersebut merupakan dua hal yang berbeda,
untuk menentukan titik beku larutan nilai titik beku pelarut harus dikurangkan
dengan nilai penurunan titik beku. Selain itu peserta didik juga kesulitan dalam
menghubungkan konsep penurunan titik beku larutan dengan konsep mol, serta
mampu membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit sehingga peserta didik
hasil wawancara peserta didik tidak memahami bahwa larutan NaCl dan
didik tidak mengalikan nilai yang didapatkan dengan nilai faktor van’t hoff,
padahal larutan NaCl dan CH3COOH merupakan larutan elektrolit yang memiliki
nilai faktor van’t hoff = 2. Dalam hal ini juga terdapat peserta didik yang salah
dalam mengurutkan larutan yang memiliki nilai titik beku tertinggi hingga
terendah, hal ini dikarenakan peserta didik menganggap bahwa larutan yang
memilik nilai titik beku tertingga adalah larutan yang juga memiliki nilai
46
penurunan titik beku tertinggi, padahal nilai titik beku dan penurunan titik beku
berbanding terbalik, yaitu larutan yang memiliki titik beku tertinggi merupakan
Adapun peserta didik yang tidak paham konsep dikarenakan peserta didik
belum memahami konsep penurunan titik beku larutan sehingga peserta didik
tidak mengetahui persamaan apa yang digunakan untuk menentukan nilai titik
Peserta didik yang paham pada konsep mengukur tekanan osmosis larutan
dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu sebesar 31.65%, peserta didik yang mengalami
miskonsepsi sebesar 20%, tidak paham konsep 41.7%, dan menebak sebanyak
6.65%. Untuk menguasai konsep ini, konsep-konsep yang harus diketahui oleh
peserta didik yaitu konsep larutan, jenis larutan, massa relatif, konsentrasi larutan,
didik pada konsep mengukur tekanan osmosis larutan, yaitu soal nomor 15, dan
soal nomor 16. Soal nomor 15 merupakan soal perhitungan tekanan osmosis
larutan dengan jenjang kognitif C3, dan soal nomor 16 merupakan soal penerapan
sifat tekanan osmosis larutan pada diagram corong listel dengan jenjang kognitif
C5.
peserta didik tidak mengubah satuan suhu 0Celcius ke Kelvin, selain itu juga
47
terdapat peserta didik yang tidak mengetahui nilai R yang digunakan untuk
menarik kesimpulan bahwa molekul air bergerak dari larutan hipertonis ke larutan
Adapun peserta didik yang tidak paham konsep dikarenakan peserta didik
osmosis larutan, selain itu peserta didik juga tidak memahami konsep larutan
koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 4.1 yaitu
sebesar 41/1%, peserta didik yang mengalami miskonsepsi sebesar 22.25%, tidak
paham konsep 31.1%, dan menebak sebanyak 5.55%. Untuk menguasai konsep
ini, konsep-konsep yang harus diketahui oleh peserta didik yaitu konsep larutan,
didik pada konsep menganalisis fenomena sifat koligatif larutan dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu soal nomor 17, 18, dan soal nomor 20. Soal nomor 17, dan 20
48
merupakan soal penerapan sifat penurunan titik beku larutan dalan kehidupan
sehari-hari dengan jenjang kognitif C2 dan C4, dan soal nomor 18 merupakan soal
kognitif C4.
merupakan penerapan sifat koligatif penurunan titik beku larutan, dengan alasan
penaburan garam akan menaikkan titik beku salju, sehingga salju akan berubah
menjadi air. Padahal penggunaan NaCl membuat titik beku larutan berubah
menjadi lebih rendah sehingga air dalam bentuk es maupun salju akan mudah
mencair. Selain itu miskonsepsi yang dialami oleh peserta didik dikarenakan
peserta didik menganggap bahwa penggunaan etilen glikol dalam radiator mobil
merupakan penerapan sifat koligatif penurunan tekanan uap larutan, serta terdapat
peserta didik yang mengaggap bahwa desalinasi air laut dan membasmi lintah
sifat tekanan osmosis larutan. Miskonsepsi yang terjadi pada peserta didik
peserta didik keliru dalam menjelaskan prinsip kerja dari penerapan sifat koligatif
49
50
BAB V
A. Kesimpulan
SMA Negeri 11 Makassar pada materi sifat koligatif larutan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
Persentase penguasaan konsep peserta didik pada materi sifat koligatif larutan
yaitu :
semua peserta didik dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan ketika
sintesis.
3. Bagi Peserta didik. Hendaknya peserta didik lebih aktif, sering-sering bertanya
4. Two Tier Diagnostic test juga dapat digunakan untuk menganalisis penguasaan
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Kurniasih, Nining., Nukhbatul Bidayati Haka. 2017. Penggunaan Tes Diagnostik
Two-Tier Multiple Choice untuk Mengevaluasi Miskonsepsi Siswa Kelas
X Pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria. Jurnal Tadris Pendidikan
Biologi. Vol. 8., No.1.
Kuswono, Sunaryo Wowo. 2011. Taksonomi Berfikir. Bandung: Remaja
Rosdakarya.lili
Laksono, Yustinus Setio. 2018. Hubungan Minat belajar siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
menggunakan komik. Jurnal edukasi matematika dan sains. Vol. 1, No. 1.
Ilmah, Mashfufatul. 2017. Miskonsepsi Peserta Didik Pada Materi Asam Basa
Dengan Menggunakan Instrumen Test Diagnostik Two Tier. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Mania, Sitti. 2012. Pengantar Evaluasi Pembelajaran. Makassar: Alauddin
University Press.
Miterianifa dan Mas’ud Zien. 2016. Evaluasi Pembelajaran Kimia. Pekanbaru:
Cahaya Firdaus.
Okwon, R. O. 2005. Mathematics Achievement and Academic Performancein
Chemistry. J quality Education. Vol 2.
Pabaccu, A and Geban, O. 2012. Students’ Conseptual Level of Understandingon
Chemical Bonding. Internasional Online Journal of Education
Sciences.Vol. 4.
Purwanto, N. 2013. Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya
Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga, 2011.
Rizal, M. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inquiri Terbimbing dengan Multi
Representasi Terhadap Ketemrampilan Proses Sains dan Penguasaan
Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 2., No.
Rositasari Dessy, Nanda Saridewi & Salamah Agung. 2014. Pengembangan Tes
Diagnostik Two-Tier Untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa Sma Pada
Topik Asam-Basa. Jurnal Pendidikan Kimia. Volume 4., No. 02.
Sari Yulia Purnama., Amilda., & Syutaridho. 2020. Identifikasi Kemampuan
Kognitif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Materi Bangun Ruang
Sisi Datar. Journal of Mathematic Education UIN Raden Fatah
Palembang.
53
Sartika, Rody Putra. 2018. Peranan model siklus belajar 5E dalam meningkatkan
Pemahaman Konsep Sifat Koligatif Larutan. Jurnal Kimia dan
Pendidikan. Vol.3., No. 2.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R&D. Bandung: IKAPI.
Sutarto. 2005. Buku Ajar Fisika ( BAF ) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian
Fisika ( AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep IPA dan
Pajanannya dalam Interaksi Kelas di SD Negeri Kotamadya Medan.
Jurnal Pendidikan dan kebudayaan. No. 054.
Syah, Muhibin. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Syamsudduha. 2012. Penilaian Kelas. Makassar: Alauddin University Press,
2012.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Buku IV dari
IV, Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Media Group.
Turnip, Betty Marisi. 2000. Penguasaan Konsep IPA dan Pajangannya dalam
Interaksi Kelas Di SD Negeri Kotamadya Medan. Medan.
Utama, Prasetya. 2018. Membangun pendidikan bermartabat: pendidikan
berbasis tahfidz mencegah stress dan melejitkan prestasi. Bandung: CV.
Rasi terbit
Widodo, Ari. 2006. Revisi Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal.
Didaktis. 3(2).
Zubaidah. 2010. Penguasaan Konsep Oleh Siswa Melalui Metode Problem
Solving Pada Konsep Sistem Respirasi. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Biologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
54
55