Anda di halaman 1dari 150

ANALISIS TINGKAT EMOSIONAL PESERTA DIDIK

PADA PEMBELAJARAN KIMIA DI KELAS XII IPA 3


SMA NEGERI 1 JAYAPURA SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2022/2023

SKRIPSI

“Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Penyelesaian


Mata Kuliah Skripsi”

Oleh:

FITRIA ROSPITASARI

NIM. 20180111054003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2023
PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Tingkat Emosional


Peserta Didik Pada Pembelajaran Kimia Di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023” adalah sepenuhnya karya saya
sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang
lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi akademik yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuwan di dalam karya penulis ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya penulis ini. Surat pernyataan ini penulis buat dalam keadaan sadar
dan tanpa tekanan apapun dan dari siapapun.

Jayapura, Januari 2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

iii
LEMBAR PENGESAHAN

iv
ABSTRAK

Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia di


Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran
2022/2023
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis emosi, persentase tingkat
emosional positif dan negatif, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
emosional peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data yaitu angket, wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Instrumen angket yang digunakan sebanyak 175 butir dalam bentuk
angket tertutup yang disusun berdasarkan validitas isi dan telah diuji reliabilitasnya
dengan koefisien reliabilitas sebesar 𝑟11 = 0,96 dan termasuk kategori sangat tinggi.
Hasil analisis diperoleh bahwa jenis emosi yang dimiliki peserta didik terdiri dari
emosi positif dan emosi negatif. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta
didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura memiliki rata-rata tingkat emosional
sebesar 55,37% pada kategori cukup. Rata-rata emosi positif peserta didik sebesar
61,80% pada kategori cukup dengan persentase emosi bahagia, berani, haru, dan
cinta, berturut-turut adalah 74,30%, 47,86%, 61,37%, dan 63,68%. Rata-rata emosi
negatif peserta didik sebesar 51,90% pada kategori cukup dengan persentase emosi
marah, sedih, takut, malu, dan jijik berturut-trut sebesar 41,85%, 49,44%, 62,48%,
54,65%, dan 51,07%. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat emosional peserta
didik terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari minat
belajar, kecerdasan intelektual, kesehatan, usia, gender, serta perubahan hormon,
sedangkan faktor eksternal terdiri dari guru, orang tua, teman, kondisi kelas, serta
situasi dan bentuk pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat
dinyatakan bahwa rata-rata peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
memiliki tingkat emosional yang cukup pada pembelajaran kimia.
Kata kunci: analisis, tingkat emosional, pembelajaran kimia,

v
ABSTRACT

Analysis Of Students’ The Emotional Quotient in Chemistry Learning in


Class XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Odd Semester 2022/2023 Academic
Year
This study aims to analyze the types of emotions, the percentage of
positive and negative emotional quotient, as well as the factors that affect the
emotional quotient of students in class XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura. The
techniques used in data collection were questionnaires, interviews, observation, and
documentation. The questionnaire instrument used was 175 items in the form of a
closed questionnaire which was compiled based on content validity and had been
tested for reliability with a reliability coefficient of 𝑟11 = 0.96 and included in the
very high category. The results of the analysis show that the types of emotions
possessed by students consist of positive emotions and negative emotions. The
research data shows that students in class XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura have
an average emotional quotient of 55.37% in the sufficient category. The average
positive emotion of students was 61.80% in the sufficient category with the
percentages of happy, courageous, compassion, and love emotions, respectively
74.30%, 47.86%, 61.37%, and 63.68%. The average negative emotion of students
was 51.90% in the moderate category with the percentages of anger, sadness, fear,
embarrassment, and disgust respectively 41.85%, 49.44%, 62.48%, 54.65%, and
51.07%. Factors that affect the emotional quotient of students consist of internal
and external factors. Internal factors consist of interest in learning, intellectual
intelligence, health, age, gender, and hormonal changes, while external factors
consist of teachers, parents, friends, class conditions, as well as situations and forms
of learning. Based on the results of the analysis, it can be stated that on average
class XII IPA 3 students at SMA Negeri 1 Jayapura have an adequate emotional
quotient in chemistry learning.
Keywords: analysis, emotional quotient, chemistry learning.

vi
MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN

Motto:

“Semua mimpi akan terwujud jika berani untuk mewujudkannya”

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

❖ Alm. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, mendukung, dan
memberikan kasih sayang, serta bekerja keras agar cita-cita penulis tercapai.

❖ Kakak-kakak penulis Heru Dianto dan Lutfi Fiyan Saputra yang selalu
memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, taufik, dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis
Tingkat Emosional Peserta Didik Pada Pembelajaran Kimia Di Kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023” dengan baik.
penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya dukungan dari
berbagai pihak, baik berupa sumbangan pikiran, bimbingan, dan informasi. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Oscar O. Wambrauw, S.E., M.Sc.Agr. selaku Rektor Universitas


Cenderawasih.

2. Bapak Yan Dirk Wabiser, S.Pd., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih.

3. Bapak Drs. Paul Johan Kawatu, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Univeristas Cenderawasih.

4. Ibu Catur Fathonah Djarwo, S.Pd., M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FKIP Universitas Cenderawasih.

5. Ibu Dr. Albaiti, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
dan sebagai dosen pembimbing II yang selalu sabar membimbing,
mengarahkan, meluangkan waktu, memberikan semangat, dan memberikan
nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

6. Bapak Drs. Alex Agustinus Lepa, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang
selalu sabar membimbing, mengarahkan, meluangkan waktu, memberikan
semangat, dan memberikan nasehat kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Universitas


Cenderawasih yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi.

viii
8. Bapak Musa Msiren, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Jayapura yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan
penelitian.

9. Ibu Umi Jamilah, S.Pd. selaku guru kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura yang telah menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis
dalam pengambilan data penelitian juga selalu memberikan semangat kepada
penulis dalam penulisan skripsi.

10. Bapak, Ibu, dan kedua kakak penulis yang luar biasa selalu mendoakan,
memberi dukungan, dan semangat kepada penulis selama mengikuti
pendidikan dan menyelesaikan penulisan skripsi.

11. Teman-teman Angkatan 2018 atas dukungan dalam penulisan skripsi dan
kebersamaan selama perkuliahan di Program Studi Pendidikan Kimia
Universitas Cendedrawasih

12. Semua pihak yang telah membantu dan tidak sempat penulis sebutkan satu
persatu.

Jayapura, Januari 2023


Penulis,

Fitria Rospitasari

ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN TENTANG KEASLIAN KARYA TULIS ................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................ vi

MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan dan Batasan Penelitian..................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN ... 8

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8

B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 24

C. Rumusan Anggapan Dasar .............................................................. 26

x
D. Kerangka Penelitian......................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 28

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 28

B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 28

C. Variabel Penelitian .......................................................................... 28

D. Populasi ........................................................................................... 28

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ..................... 28

F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 36

A. Hasil Penelitian................................................................................ 36

B. Pembahasan ..................................................................................... 79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 123

A. Simpulan .......................................................................................... 123

B. Saran ................................................................................................ 124

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 125

LAMPIRAN ........................................................................................... 130

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Emosi ............................................................................. 10


Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Pembelajaran Kimia ...................................................................... 30
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas (r11) ................................ 33
Tabel 3.3 Interpretasi Skor Angket Tingkat Emosional pada
Pembelajaran Kimia ...................................................................... 35
Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA Negeri 1
Jayapura ........................................................................................ 35
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1 Jayapura ........................ 37
Tabel 4.2 Data Hasil Uji Coba Instrumen pada Peserta Didik Kelas XII
IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura ......................................... 40
Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Tingkat Emosional Peserta Didik
di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ................................ 44
Tabel 4.4 Data Hasil Analisis Persentase Tingkat Emosional dan Nilai
UAS Kimia Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia di Kelas
XII IPA 3SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 .............................................................. 47
Tabel 4.5 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Positif Peserta Didik
pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura ................................................................ 50
Tabel 4.6 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Senang ........................................................................... 53
Tabel 4.7 Data Hasil Analisis Tingkat Emoisonal Peserta Didik pada
Indikator Gembira ......................................................................... 55
Tabel 4.8 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Puas ............................................................................... 56

xii
Tabel 4.9 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Berani ............................................................................ 56
Tabel 4.10 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Iba.................................................................................. 58
Tabel 4.11 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Terharu .......................................................................... 59
Tabel 4.12 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Cinta .............................................................................. 59
Tabel 4.13 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Negatif Peserta Didik
pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura ................................................................ 61
Tabel 4.14 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Marah ............................................................................ 64
Tabel 4.15 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Kesal.............................................................................. 65
Tabel 4.16 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Jengkel........................................................................... 66
Tabel 4.17 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Sedih.............................................................................. 67
Tabel 4.18 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Takut ............................................................................. 68
Tabel 4.19 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Cemas ............................................................................ 69
Tabel 4.20 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Malu .............................................................................. 70
Tabel 4.21 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Gugup ............................................................................ 71

xiii
Tabel 4.22 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Jijik ................................................................................ 72
Tabel 4.23 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Gender Pria ................................................................................... 73
Tabel 4.24 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Gender Wanita .............................................................................. 73
Tabel 4.25 Data Hasil Analisis Indikator Emosional dan Nilai UAS Kimia
Peserta Didik Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023.................................... 76
Tabel 2.26 Data Hasil Wawancara oleh 4 Perwakilan Peserta Didik
di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ................................ 78

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gedung SMA Negeri 1 Jayapura ................................................. 39


Gambar 4.2 Foto Depan Lingkungan SMA Negeri 1 Jayapura ...................... 39
Gambar 4.3 Diagram Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas
XII IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 ............................................................. 42
Gambar 4.4 Diagram Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 ........................................................................ 46
Gambar 4.5 Diagram Persentase Tingkat Emosional Pada Pembelajaran
Kimia dan Hasil UAS Kimia Peserta Didik Kelas XII IPA 3
di SMA Negeri 1 Jayapura .......................................................... 49
Gambar 4.6 Diagram Persentase Tingkat Emosional Positif Peserta Didik
Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada
Pembelajaran Kimia .................................................................... 52
Gambar 4.7 Diagram Persentase Tingakt Emosional Negatif Peserta Didik
Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran
Kimia .......................................................................................... 63
Gambar 4.8 Diagram Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas
XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran Kimia
Berdasarkan Gender .................................................................... 75

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Uji Instrumen Penelitian ................................................ 130


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data .................................. .131
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ............................ 132
Lampiran 4 Dokumentasi ................................................................................... 133

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, peserta didik


dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20). Interaksi antara guru dan peserta didik menjadi
syarat utama untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Peserta didik yaitu
bagian masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri dengan proses
pembelajaran yang tersedia pada jenjang, jenis, serta jalur pendidikan tertentu
(UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 4). Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 Ayat 1). Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 Ayat 2).

Kepribadian adalah keseluruhan perilaku yang merujuk pada sifat umum


seseorang dengan kecenderungan tertentu berupa pikiran dan perasaan yang
akan terwujud dalam tingkah laku ketika berinteraksi dan menghadapi
serangkaian situasi tertentu (Hasanah, 2018; Octavia, 2022). Perilaku yang
terwujud pada seseorang memiliki perbedaan masing-masing, misalnya
perilaku saat marah, sedih, bahagia, atau cemas akan berbeda antara satu dan
lainnya. Bagian-bagian perilaku ini akan menjadi ciri khas kepribadian dari
setiap individu. Ciri khas kepribadian yang muncul sangat dipengaruhi oleh
pengendalian diri yang dimiliki individu tersebut (Sari, 2013).

Pengendalian diri adalah kemampuan seseorang untuk mengelola


dirinya mendekati tujuan yang diinginkan dengan berfikir serta bersikap positif,
dan juga berhenti mengikuti berbagai hal yang dapat menghasilkan perilaku
tidak produktif yang dapat menghambat tujuan yang telah ditetapkan. Seorang
individu dengan kendali diri yang baik, memahami dengan baik konsekuensi

1
akibat tindakan yang akan dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang
dapat merugikan dirinya, sebaliknya jika tidak mampu mengendalikan diri
dengan baik, tidak hanya diri sendiri yang dirugikan, namun juga orang lain
disekitar dapat merasakan dampaknya (Albab, 2022). Individu dikatakan
memiliki kontrol diri yang baik apabila mampu mengelola emosinya.

Emosi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk


bertindak atau melakukan sesuatu setelah adanya stimulus yang berasal dari
dalam maupun dari luar dirinya sehingga terjadinya perubahan perilaku
(Manizar, 2016). Hurlock (Utami, 2018) menyatakan, seseorang yang matang
emosinya mampu mengekrepsikan emosi tersebut dengan tepat sesuai keadaan
yang dihadapi, sehingga lebih mampu menyesuaikan diri karena mampu
menerima beragam orang juga situasi yang memberikan reaksi secara tepat
sesuai dengan tuntutan yang dihadapi. Ekspresi emosi seringkali sulit dikontrol
akibat kemunculannya secara spontan sehingga ditutup-tutupi (Nadhiroh,
2015). Bentuk ekspresi emosi manusia antara lain ekspresi wajah, suara, sikap,
dan tingkah laku (Nadhiroh, 2015). Kategori emosi dibedakan menjadi 2, yaitu
emosi positif dan emosi negatif. Contoh dari emosi positif yaitu perasaan
bahagia, haru, cinta, dan ketertarikan yang diharapkan memiliki tingkat
emosional tinggi. Contoh dari emosi negatif antara lain perasaan marah, cemas,
takut, sedih, dan benci yang diharapkan memiliki tingkat emosional rendah.

Tingkat emosional (Emotional Quotient) adalah luapan perasaan


seorang individu dengan batasan atau tingkatan tertentu dalam
mengekspresikannya baik itu besar ataupun kecil pada emosi positif dan negatif.
Goleman (Thaib, 2013) menyatakan, individu yang memiliki kecerdasan
intelektual tinggi, cenderung mempunyai rasa gelisah, kritis, menarik diri,
terkesan dingin dan sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya
dengan tepat, bila didukung dengan rendahnya taraf kemampuan mengelola
tingkat emosional, maka individu tersebut sering menjadi sumber masalah.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi namun pengelolaan
tingkat emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang

2
keras kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya diri, tidak peka
dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stres
(Thaib, 2013). Keadaan tersebut dapat terjadi karena individu yang mempunyai
kecerdasan intelektual tinggi dapat mempunyai keinginan dan ambisi yang
sangat tinggi, sehingga tidak dapat mengendalikan tingkat emosinya. Kondisi
sebaliknya dialami oleh individu yang memiliki taraf kecerdasan intelektual
rata-rata namun mampu menjaga emosional dengan tinggi, maka sering didapati
individu tersebut sudah terbiasa dengan kehidupan organisasi yang banyak
melibatkan emosional lebih berhasil (Thaib, 2013). Ananta (Lestari dkk., 2019)
menyatakan, terdapat peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi
tetapi memperoleh prestasi belajar yang rendah, sebaliknya ada peserta didik
yang memiliki kecerdasan intelektual rendah namun dapat meraih prestasi
belajar yang baik, untuk itu faktor kecerdasan intelektual bukanlah satu-satunya
penentu keberhasilan pendidikan, melainkan faktor lainnya ialah kemampuan
pengelolaan tingkat emosional.

Kemampuan mengelola tingkat emosional sangat dibutuhkan dalam


pembelajaran untuk membekali peserta didik dalam mengaplikasikan tingkat
kecerdasannya ke arah yang positif. Menurut Pamungkas, pengelolaan
emosional yang baik pada peserta didik akan mendorongnya untuk lebih
berprestasi, artinya kemampuannya dalam memahami kelemahan dan kelebihan
yang ada berpengaruh terhadap hasil belajarnya (Lestari dkk., 2019). Sutisna
(Sari dkk., 2020) menyatakan, apabila emosional peserta didik tidak baik maka
akan menurunkan keinginan belajar peserta didik. Keadaan tersebut karena
kurangnya beberapa sifat seperti rasa ingin tahu, kreatif, rasa ingin memperoleh
simpati dari orangtua, guru, dan teman, serta enggan memperbaiki kegagalan,
oleh karena itu kemampuan mengelola tingkat emosional berperan penting
dalam keberhasilan belajar peserta didik salah satunya pada mata pelajaran
kimia (Sari dkk., 2020). Ilmu kimia adalah bagian dari IPA yang berhubungan
dengan kajian-kajian tentang zat, baik yang dapat disentuh maupun tidak dapat
disentuh, meliputi sifat, susunan (komposisi dan struktur), perubahan yang

3
dialami dengan menghasilkan zat baru serta fenomena yang menyertai
peruabahan zat tersebut (Fadiawati & Fauzi, 2018).

Penelitian yang dilakukan Syarif & Munandar (2017) terkait hubungan


antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar menunjukkan bahwa
kecerdasan emosional peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri di Kota Parepare
berada pada kategori sedang dengan hasil belajar pada kategori tinggi dan hasil
analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara kecerdasan
emosional dengan hasil belajar. Sari dkk., (2020) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan minat mempunyai korelasi
terhadap hasil belajar peserta didik pada pembelajaran kimia sehingga
merupakan salah satu faktor psikologis dari keberhasilan belajar peserta didik.

SMA Negeri 1 Jayapura adalah salah satu sekolah unggulan di Kota


Jayapura. Pelaksanaan Pembelajaran di sekolah tersebut dilakukan secara
offline pada waktu efektif di hari senin sampai dengan jumat, namun di tahun
2020 – 2021 pembelajaran dilaksanakan secara online akibat dampak dari
pandemi Covid-19. Dampak pandemi Covid-19 memberikan pengenalan media
pembelajaran yang digunakan selama sekolah online diantaranya aplikasi zoom
meeting, classroom, dan whatsapp. Hasil observasi awal yang dilakukan,
selama pembelajaran online berlangsung ternyata sebagian besar peserta didik
mengikuti pembelajaran kimia sampai akhir dan sebagian tidak, selain itu juga
peserta didik sering mematikan kamera saat sedang zoom meeting membuat
guru tidak mengetahui apakah peserta didik memperhatikan penjelasan materi
atau tidak. Pemberian tugas oleh guru juga dikumpulkan hanya sebagian besar
saja bahkan terkadang kurang dari setengah jumlah peserta didik di dalam kelas
yang mengumpulkan, tugas yang diberikan kemudian akan dilengkapi pada saat
menjelang ujian akhir semester. Metode pembelajaran kimia yang selama ini
digunakan di SMA Negeri 1 Jayapura adalah ceramah, tanya jawab, latihan
soal, penugasan, dan eksperimen. Pelaksanaan metode eksperimen umumnya
dilakukan sebanyak 1 atau 2 kali setiap satu semester. Metode diskusi jarang
digunakan karena hanya 1 atau 2 orang peserta didik yang terlibat dalam diskusi

4
sedangkan yang lainnya cenderung pasif, selain itu juga metode diskusi
sebelumnya juga sulit dilaksanakan dimasa pandemi Covid-19 karena
keterbatasan dalam bertatap muka secara langsung. Wawancara awal yang
dilakukan dengan peserta didik menyatakan bahwa kimia dianggap mata
pelajaran yang sulit oleh sebagian besar peserta didik karena memahami
penamaan senyawa kimia dan reaksi-reaksi kimia dirasa sulit bagi peserta didik,
selain itu di kelas X juga tidak begitu banyak memahami materi kimia
dikarenakan pembelajaran dilakukan secara online. Hasil pengamatan langsung
juga menunjukkan peserta didik mempunyai 2 hal dalam luapan perasaannya
selama pembelajaran kimia, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif
ditunjukkan ketika peserta didik mendapatkan nilai kimia yang baik maka
mereka merasa senang, sedangkan emosi negatif ditunjukkan ketika guru kimia
meminta mengerjakan latihan soal di depan kelas tetapi rata-rata peserta didik
takut untuk mengerjakannya dan memilih untuk diam.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dianalisis terkait tingkat


emosional peserta didik dalam pembelajaran kimia, sehingga peneliti
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik
Pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023”.

B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Jenis-jenis emosi apa saja yang dimiliki peserta didik di kelas


XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia?

b. Berapa rata-rata persentase tingkat emosional positif peserta didik di


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia?

5
c. Berapa rata-rata persentase tingkat emosional negatif peserta didik di
kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia?

d. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat emosional


peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada
pembelajaran kimia?

2. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Subyek penelitian ini adalah peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023

b. Objek penelitian ini adalah analisis tingkat emosional peserta didik


dalam pembelajaran kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam


penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Jenis-jenis emosi yang dimiliki peserta didik di kelas XII IPA 3


SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia.

2. Rata-rata persentase tingkat emosional positif peserta didik di kelas XII


IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia.

3. Rata-rata persentase tingkat emosional negatif peserta didik di kelas XII


IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat emosional peserta didik


di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia.

6
D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi


dalam penelitian yang berkaitan dengan tingkat emosional peserta didik,
khususnya dalam pembelajaran kimia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang tingkat


emosional peserta didik dalam pembelajaran kimia

b. Manfaat bagi guru

Memberikan informasi kepada guru dan hasil penelitian dapat


digunakan untuk mengetahui tingkat emosional peserta didik dalam
pembelajaran kimia

c. Manfaat bagi peneliti


Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti
mengenai tingkat emosional peserta didik dalam pembelajaran
kimia.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Analisis

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa analisis adalah


penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan, karangan, dan lainnya)
untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Jogiyanto (Mujiati & Sukadi,
2016) mendefinisikan analisis sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh menjadi bagian-bagian komponennya dengan tujuan
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hambatan dan kesempatan, serta
kebutuhan yang diperlukan sehingga dapat diusulkan perbaikannya. Noeng
Muhadjir (Rijali, 2018) mengungkapkan bahwa analisis dinyatakan
sebagai upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil
wawancara, observasi, dan sebagainya untuk meningkatkan pemahaman
seorang individu mengenai masalah yang diteliti dan menyajikannya
sebagai temuan bagi orang lain, sedangkan untuk meningkatkan
pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan berupa mencari makna.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, analisis didefinisikan sebagai
suatu proses penyelidikan terhadap suatu peristiwa dengan menguraikan
persoalan menjadi bagian yang sistematis menggunakan metode tertentu
sehingga didapatkan keadaan sebenarnya. Pada penelitian ini dilakukan
analisis terhadap tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran kimia.

2. Emosi

a. Pengertian Emosi

Goleman menyatakan emosi berasal dari kata movere kata kerja


bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak” ditambah awalan
“e-” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa
emosi yaitu kecenderungan bertindak (Saparwadi & Sahrandi, 2021).

8
KBBI mengartikan emosi sebagai (1) luapan perasaan yang
berkembang dan surut dalam waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi
fisiologis dan psikologis (seperti kegembiraan, kecintaan, keharuan,
dan kesedihan); keberanian yang bersifat subjektif. Goleman (Thaib,
2013) mengungkapkan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Manizar (2016) juga
menyatakan bila emosi adalah kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu setelah adanya
stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya sehingga
terjadinya perubahan tingkah laku. Berdasarkan definisi diatas, maka
emosi dapat diartikan sebagai suatu luapan perasaan dalam bentuk
tindakan akibat adanya stimulus (rangsangan) yang berasal dari dalam
maupun dari luar diri sehingga terjadinya perubahan tingkah laku
seperti kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan keharuan.
Emosional adalah homonim dari emosi yaitu suatu kata yang
memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Emosional
dalam KBBI didefinisikan sebagai (1) menyentuh perasaan;
mengharukan; (2) dengan emosi; beremosi; penuh emosi. Emosional
didasarkan pada perasaan dan sikap seorang individu dalam bereaksi
pada suatu kondisi. Emosional adalah suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis, psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosional memiliki arti dalam kelas
adjektiva atau kata sifat sehingga emosional dapat mengubah kata
benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau
membuatnya menjadi lebih spesifik. Perbedaan antara emosi dan
emosional yaitu, emosi mengarah kepada sifat/keadaan dan perasaan
sedangkan emosional lebih kepada karakteristik, eksprensif dari emosi,
terpengaruh atau berkaitan dengan emosi.

9
b. Jenis-jenis Emosi

Aaron (Nadhiroh, 2015) mengungkapkan, emosi biasanya muncul


saat seseorang mendapatkan perubahan situasi drastis ataupun
mendadak, baik itu positif ataupun negatif ketika dalam suatu peristiwa
terjadi sebuah perubahan sehingga menjadi perhatian. Ditinjau dari
penampakannya (appearance), Mashar (Nadhiroh, 2015) menyatakan
bahwa emosi terbagi menjadi 2, yaitu emosi dasar dan emosi campuran.
Emosi primer terdiri dari enam macam emosi, yaitu emosi ketertarikan
(surprise / interest), kegembiraan (joy / happiness), marah (anger),
sedih (sadness / distress), jijik dan takut; sedangkan emosi sekunder
yaitu gabungan dari bermacam bentuk emosi primer yang dipengaruhi
oleh kondisi budaya dimana individu tersebut tinggal dan menetap,
misalnya adalah rasa bangga, berani, cemas, malu, dan berbagai
kondisi emosi lainnya. Kategori emosi oleh Mashar (Nadhiroh, 2015)
secara ringkat dapat dilihat dalam Tabel 1.1 berikut:

Tabel 2.1 Kategori Emosi

Emosi positif Emosi negatif


• Keinginan (eagerness) • Tidak sabaran (impatience)
• Lucu (humor) • Kebimbangan (uncertainty)
• Kegembiraan (joy) • Rasa marah (anger)
• Kesenangan (pleasure) • Kecurigaan (suspicion)
• Rasa ingin tahu (curiosity) • Rasa cemas (anxiety)
• Kebahagiaan (happiness) • Rasa bersalah (guilt)
• Kesukaan (delight) • Cemburu (jealous)
• Cinta sayang (love) • Jengkel (annoyance)
• Ketertarikan (excitement) • Takut (fear)
• Depresi (depression)
• Kesedihan (sadness)
• Rasa benci (hate)
Sumber: Mashar (Nadhiroh, 2015)

Kategori emosi tersebut dilihat berdasarkan efek yang


ditimbulkannya, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif

10
yaitu emosi yang perlu dinaikkan dalam batasan tertentu, contohnya
seperti perasaan senang, cinta, dan ketertarikan; sedangkan emosi
negatif yaitu emosi yang perlu diturunkan dalam batasan tertentu,
misalnya perasaan marah, cemas, takut, benci, dan sedih.

Thaib (2013) menyatakan, beberapa tokoh juga mengajukan


tentang jenis emosi, antara lain Descrates, J.B. Watson, dan Daniel
Goleman. Descrates menyatakan bahwa emosi terbagi atas: hasrat
(desire), benci (hate), sedih/duka (sorrow), heran (wonder), cinta
(love), dan kegembiraan (joy). J.B. Watson juga menyatakan ada tiga
jenis emosi, yaitu: ketakutan (fear), kemarahan (rage), dan cinta (love).
Daniel Goleman menyatakan jenis-jenis emosi yang tidak jauh berbeda
dari kedua tokoh sebelumnya, antara lain:

1) Amarah: mengamuk, benci, beringas, kesal hati, jengkel.


2) Kesedihan: sedih, putus asa, mengasihi diri, melankolis.
3) Rasa takut: gugup, cemas, was-was, perasaan takut sekali,
khawatir, waspada, tidak tenang, ngeri.
4) Nikmat: gembira, bahagia, senang, puas, bangga, terhibur.
5) Cinta: persahabatan, kepercayaan, penerimaan, kebaikan hati, rasa
dekat, hormat, bakti, kemesraan, kasih sayang.
6) Terkejut: terkesiap.
7) Jengkel: hina, tidak suka, jijik, muak, mual.
8) Malu: malu hati.
Berdasarkan uraian teori dan pendapat dari beberapa para ahli
mengenai jenis-jenis emosi sebelumnya, maka peneliti membagi emosi
dalam 2 kategori yaitu emosi positif dan emosi negatif sebagai berikut:

1) Emosi Positif

Emosi positif adalah emosi yang perlu dinaikkan dalam


batasan tertentu. Jenis-jenis emosi positif yang dapat diambil
sebagai indikator emosi positif antara lain:

11
a) Emosi Bahagia
Bahagia menurut KBBI adalah keadaan atau perasaan
senang dan tentram (bebas dari segala yang menyusahkan).
Kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman hidup lahir
batin, keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin
(Rahayu, 2016), kebahagiaan berkaitan dengan upaya
memaksimalkan rasa syukur dan meminimalkan rasa
kekecewaan yang akan memunculkan emosi positif bagi
inidividu. Inidividu yang bahagia lebih sering menunjukkan
rasa senangnya dengan tersenyum dan mata berbinar-binar.
Kebahagiaan akan tercapai jika individu mampu memenuhi
berbagai tujuan yang diinginkan misalnya kebutuhan materi,
kebebasan, pengetahuan, keterampilan, pendidikan, ataupun
pengalaman belajar. Cunado dan de Gracia (Rahayu, 2016)
mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan kebanggaan serta rasa senang karena
mendapatkan pengetahuan. Rasa kebanggaan atas pengetahuan
atau keberhasilan dalam pembelajaran adalah kepuasan bagi
individu yang mengalaminya. Senang menurut KBBI adalah
perasaan puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa. Perasaan
senang dalam pembelajaran dapat dilihat secara langsung
misalnya peserta didik mendapatkan nilai ujian yang
memuaskan atas kerja keras selama belajar.

b) Emosi Berani

Berani adalah keadaan yang mempunyai hati yang


mantap dan rasa percaya diri yang besar saat menghadapi
bahaya, kesulitan, dan sebagainya (tidak takut). Keberanian
ialah ketika individu yang sungguh-sunggu melawan hawa
nafsu dan kenikmatan (Putra, 2022). Berani dalam
pembelajaran berkaitan dengan rasa percaya diri peserta didik

12
yang menunjukkan luapan perasaanya ketika dihadapkan pada
kondisi tertentu, misalnya ketika dilaksanakan ujian kimia
apakah peserta didik berani melawan hawa nafsunya untuk
mencontek dan ketika diberikan kesempatan untuk menjawab
latihan soal apakah peserta didik berani mengerjakannya sesuai
pencapaian pemahaman terhadap materi yang baru dipelajari.

c) Emosi Haru

Terharu menurut KBBI adalah merasa rawan hati (iba,


kasihan, dan sebagainya) karena melihat atau mendengar
sesuatu. Haru berbeda dengan sedih, haru mengarah kepada
keikutsertaan perasaan atau turut merasakan perasaan
kebahagiaan yang dialami orang lain disekitarnya. Haru
berbeda dengan iba, haru lebih merujuk kepada turut merasakan
kebahagiaan orang lain sedangkan iba merujuk kepada perasaan
kasihan dan sedih atas penderitaan orang lain. Perasaan haru
dan iba dapat dirasakan bagi seorang individu saat
pembelajaran, contohnya yaitu turut kasihan kepada teman
yang tidak dapat mengerjakan latihan soal di depan kelas.
Perasaan-perasaan tersebut dapat muncul kapan saja ketika
merasakan hati tersentuh dengan kejadian yang dialami orang
lain.

d) Emosi Cinta

Cinta menurut KBBI adalah suka sekali, sayang benar,


terpikat, ingin sekali, berharap sekali. Cinta adalah sikap yang
ditunjukkan dari individu kepada individu lain yang memiliki
nilai sesuatu yang istimewa, memiliki rasa, mempengaruhi
pikiran, dan tingkah laku. cinta berkaitan dengan emosi yang
paling dalam dirasakan individu yang mana berkaitan dengan
perasaan khusus tentang rasa kesenangan terhadap sebuah

13
objek. Definisi cinta dalam pembelajaran berbeda dengan
definisi cinta secara umum yang menyangkut perasaan suka
terhadap individu lainnya, cinta dalam pembelajaran erat
hubungannya dengan rasa suka atau rasa kemauan yang lebih
untuk mengikuti topik pembelajaran, walaupun materi yang
disampaikan sulit dan guru yang mengajar kurang begitu bagus
tetapi ketertarikan/kesukaan terhadap pelajaran tersebut
membuat peserta didik dengan senang hati mengikutinya.

2) Emosi Negatif

Emosi negatif yaitu emosi yang perlu diturunkan dalam


batasan tertentu. Jenis-jenis emosi negatif yang dapat diambil
sebagai indikator emosi positif antara lain:

a) Emosi Marah

Emosi marah adalah suatu pola perilaku manusia yang


secara tak sadar dirancang untuk memperingatkan pengganggu
agar menghentikan perilaku mengancam terhadap dirinya
(Husnaini, 2019). Emosi marah meliputi perasaan jengkel,
kesal, benci, mengamuk, dan beringas. Marah yakni suatu
reaksi terhadap hambatan yang menjadi penyebab gagalnya
suatu usaha atau perbuatan dalam mencapai tujuan tertentu.
Penyaluran emosi marah bagi setiap orang memiliki kapasitas
yang berbeda untuk mengendalikannya ke arah yang lebih
positif sehingga dapat diterima secara sosial dan tidak
menimbulkan konflik. Keadaan tersebut harus dikendalikan
individu yang mengalami perasaan marah dengan menurunkan
luapan perasaan tersebut hingga konflik tidak terjadi. Marah
dalam belajar tentu dapat terjadi, misalnya ketika peserta didik
diberikan penugasan dalam kelompok namun hanya beberapa

14
peserta didik saja yang terlibat, tentu peserta didik dengan
pengerjaan tugas yang lebih banyak akan merasa kesal.

b) Emosi Sedih

Sedih adalah jenis emosi negatif yang hadir akibat dari


keadaan atau peristiwa mengecewakan yang tidak sesuai
harapan, penderitaan, sakit, frustasi terhadap keadaan atau
seseorang. Emosi sedih dapat berupa perasaan pedih, suram,
putus asa, muram, mengasihi diri, dan melankolis (Husnaini,
2019). Sedih menurut KBBI adalah perasaan sangat pilu dalam
hati, susah hati, menimbulkan rasa susah. Perasaan sedih tentu
sangat sering terjadi ketika dalam belajar, misalnya peserta
didik yang mempunyai kecerdasan intelektual tinggi namun
ketika mengikuti ujian dan hasil yang didapatkan tidak sesuai
dengan yang diharapkan, kondisi tersebut akan memunculkan
perasaan sedih dan kekecewaan.

c) Emosi Takut

Takut adalah suatu perilaku manusia sebagai respon


terhadap siatuasi yang mengancam dirinya atau orang-orang
disekitarnya. Perasaan takut terbagi dalam berbagai perilaku
seperti cemas, was-was, khawatir, tidak tenang, dan waspada
(Husnaini, 2019). Emosi takut menurut KBBI juga dapat
didefinisikan sebagai perasan gentar (ngeri) menghadapi
sesuatu yang dianggap mendatangkan bencana, takwa, segan,
hormat, tidak berani. Perasaan takut ketika di sekolah juga
sering dirasakan peserta didik pada umumnya, misalnya ketika
ditunjuk oleh guru mengerjakan soal di depan kelas akan
membuat diri menjadi kaget sehingga muncul kecemasan
apabila tidak dapat menjawabnya.

15
d) Emosi Malu

Vilet (Budiarto, 2019) menyatakan bahwa malu adalah


salah satu bentuk emosi yang termasuk dalam kategori self-
noscious emotions, karena melibatkan perhatian dan fokus
individu terhadap dirinya dengan melibatkan proses kognisi,
afek, sensasi, perilaku dan impuls yang kompleks. Ketika
individu melakukan suatu perilaku yang melanggar norma dan
hukum mengalami kegagalan dalam mencapai suatu sasaran,
dan kondisi tersebut diketahui oleh publik, maka perasaan malu
akan muncul (Budiarto, 2019). Emosi malu ini melibatkan
evaluasi terhadap diri sendiri seperti perasaan bersalah sehingga
malu dianggap sebagai emosi moral. Malu dikategorikan
sebagai bentuk yang lebih ringan dari rasa takut, perasaan malu
menghadapkan pada perasaan kehilangan ketentraman sanubari
dan keberanian di samping kegilasahan yang diirngi
kegugupan. Perasaan malu dalam belajar bagi peserta didik
sangat mungkin terjadi, misalnya saat presentasi di hadapan
kelas secara individu, seseorang yang tidak terbiasa berbicara
di depan umum akan merasa gugup. Berbeda halnya dengan
emosi malu sebagai emosi moral, yakni ketika individu
melakukan pelanggaran di kelas saat berlangsung kegiatan
belajar sehingga mendapatkan sanksi dari guru sewajarnya akan
merasa malu karena perilakunya.

e) Emosi Jijik

Emosi jijik menurut KBBI adalah tidak suka melihat


(mual dan sebagainya) karena kotor dan keji. Perasaan mual
yang muncul diartikan sebagai merasa bosan sekali, merasa jijik
sehingga muncul perasaan menekan dan tidak nyaman.
Perasaan jijik seseorang akan muncul ketika dihadapkan
dengan ketidaksukaannya akan sesuatu. Misalnya seseorang

16
yang tidak nyaman dengan kondisi ruangan yang kotor akan
merasa jijik karena sangat menyukai kebersihan dan
pelaksanaan praktikum kimia menggunakan berbagai bahan
kimia yang bagi peserta didik dapat membuat perasaan jijik
muncul karena penggunan bahan tersebut.

c. Ekspresi Emosi

Kemunculan emosi seorang individu dapat dilihat dari ekspresi


yang dimunculkan saat kondisi pada saat itu, antara lain dari segi
perubahan wajah, volume suara, dan tingkah laku. Ekspresi emosi
dapat muncul secara tiba-tiba sehingga sangat sulit dikontrol dan
ditutupi. Contoh ekspresi emosi dalam bentuk tingkah laku yaitu
menghentakkan kaki saat marah dan melompat girang saat meraih
kemenangan dalam perlombaan dimana tingkah laku tersebut muncul
dari pengalaman berinteraksi dengan individu lain. Bentuk ekspresi
emosi menurut Hude (Nadhiroh, 2015) yaitu:

1) Ekspresi wajah

Ekspresi wajah menjadi ekspresi yang umum terjadi ketika


seseorang mengalami peristiwa emosi. Wajah pucat, berseri,
mengerut, dan merah merupakan beberapa bentuk ekspresi emosi
yang umum dialami baik pada saat seorang individu meluapkan
emosi positif dan juga emosi negatifnya.

2) Ekspresi suara

Ekspresi suara saat emosi diketahui secara umum seperti


tertawa, berteriak-teriak, bersenandung, atau memaki. Ekspresi
wajah bisa saja lebih mudah diketahui dibandingkan dengan
ekspresi suara, namun keduanya juga penting.

17
3) Ekspresi tingkah laku

Ekspresi emosi dalam bentuk tingkah laku dapat dibagi


menjadi 2, yakni tingkah laku pelibatan diri (attachement) dan
pelepasan diri (withdrawal). Pelibatan diri yaitu tingkah laku
dengan usaha mempertahankan kondisi yang menyenangkan pada
emosi positif, sedangkan menghindar dari objek yang dapat
menimbulkan emosi yaitu tingkah laku dari pelepasan diri.

3. Tingkat Emosional (Emotional Quotient)

a. Pengertian Tingkat Emosional (Emotional Quotient)

Teori emotional quotient (EQ) pertama kali dikembangkan oleh


ahli psikologi sekitar tahun 1970 sampai 1980-an melalui karya dan
tulisan dari Howard Gardner, Peter Salovey, dan John Mayer. Menurut
Gardner, emotional quotient yang apabila diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia mempunyai arti “tingkatan emosional”, adalah kemampuan
pribadi yang terdiri dari kecerdasan antar pribadi dan intra pribadi.
Istilah EQ sebenarnya dicipkan oleh Peter Salovey dan John D. Mayer
sebagai tantangan terhadap keyakinan bahwa intelegensi tidak didasari
oleh informasi yang berasal dari proses emosi. Keduanya memberikan
batasan EQ sebagai kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan
dan memanfaatkan emosi untuk berpikir, mengenal emosi dan
pengetahuan emosi, dan mengarahkan emosi secara reflektif sehingga
menuju pada pengembangan emosi (Prawitasari, 1998).

Mayer dan Salovey mengemukakan 4 tahapan dalam EQ yang


pertama yaitu kemampuan untuk mengenal emosi secara fisik, rasa, dan
pikir. Kedua perlu ada kemampuan untuk mengenal emosi apda orang
lain melalui bahasa, penampilan, perilaku. Ketiga untuk
mengungkapkan emosi secara tepat, dan mengungkapkan kebutuhan
sehubungan dengan rasa-rasa tersebut. Keempat kemampuan
membedakan ungkapan rasa antara tepat dan tak tepat (Prawitasari,

18
1998). Tahapan yang disampaikan oleh Mayer dan Salovey
keseluruhannya disebut sebagai kecerdasan emosi (emotional
intelligence), sedangkan pada tahap pertamalah tingkatan emosi
(emotional quotient) terjadi yakni kemampuan untuk mengenal emosi
secara fisik, rasa, dan pikir, sehingga EQ lebih mengacu pada aspek
pengukuran atau batasan dalam pengetahuan emosi dan luapannya,
sedangkan EI lebih mengacu pada pengetahuan praktis seseorang
dalam mengelola emosi dirinya dan pengungkapannya dengan orang
lain.

Istilah EQ yang sering disebut sebagai kecerdasan emosional


bukanlah didasarkan atas kepintaran atau intelektual seseorang, namun
lebih merujuk pada sebuah “karakter” atau “karakteristik pribadi”
dimana emosi lebih mengarah kepada sifat atau keadaan luapan
perasaan seseorang, sedangkan emosional lebih mengarah kepada
karakteristik, eksprensif dari emosi yang terpengaruh. Merujuk pada
pengertian emotional quotient yang telah diuraikan, maka emotional
quotient lebih mengacu pada tingkatan atau batasan seseorang dalam
mengekspresikan emosi, baik itu emosi positif dan emosi negatif.
Berdasarkan pengertian diatas, maka tingkat emosional adalah luapan
perasaan seorang individu dengan batasan atau tingkatan tertentu dalam
mengekspresikannya baik itu besar ataupun kecil pada emosi positif
dan negatif.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emosional

Hurlock (Fitri & Adelya, 2017) menyatakan, terdapat dua faktor


yang mempengaruhi tingkat emosional. Faktor-faktor tersebut dibagi
menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri dan
dipengaruhi oleh keadaan otak emosional yang muncul akibat suatu

19
emosi dari diri seseorang dan berkaitan erat dengan apa yang
dirasakan secara individu. Faktor internal membantu dalam
mengelola, mengontrol, dan mengendalikan emosinya agar dapat
terkoordinasi dengan baik serta tidak memunculkan masalah bagi
dirinya dan orang lain. Faktor internal yang mempengaruhi tingkat
emosional yaitu:

a) Usia
Semakin bertambah usia individu, diharapkan emosinya
akan lebih dapat dikuasai juga dikendalikan, yaitu pada usia
dewasa seseorang. Individu semakin baik dalam kemampuan
melihat suatu masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya
secara stabil dan matang secara emosi pada usia dewasa.

b) Perubahan fisik dan kelenjar (hormon)


Perubahan hormon pada individu akan menyebabkan
terjadinya perubahan tingkat emosi, sesuai dengan asumsi
bahwa remaja adalah periode dengan berbagai tekanan.

c) Kesehatan
Kesehatan yang baik dapat membuat emosi positif
menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk dapat
mendorong emosi negatif menjadi dominan. Menjaga
kesehatan sangat penting dalam pengelolaan emosi diri.

d) Jenis kelamin
Laki-laki lebih dikenal berkuasa dibandingkan dengan
perempuan, mereka mempunyai pendapat tentang
kemaskulinan terhadap dirinya sehingga cenderung kurang
mampu mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan oleh
perempuan. Perempuan akan cenderung untuk meluapkan
emosinya dan merasa tenang setelah bercerita dibandingkan
laki-laki.

20
e) Kecerdasan intelektual
Kecerdasan intelektual berperan penting dalam
memahami informasi baru, seberapa baik mengambil
keputusan, dan seberapa mudah memahami konsep/materi yang
rumit. Namun pengelolaan tingkat emosional sangat
dibutuhkan untuk menjalin hubungan yang baik, menjadi
pribadi yang mempunyai sikap baik dalam meluapkan
perasaanya, sehingga seorang individu dengan kecerdasan
intelektual tinggi namun tidak mempunyai pengelolaan
emosional yang baik akan kesulitan menunjukkan potensi
secara maksimal dan kesulitan menghadapi situasi menantang.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu


dan mempengaruhi individu untuk merubah sikap. Faktor eksternal
umumnya berkaitan erat dengan pandangan, pola interaksi, dan
penilaiannya terhadap lingkungan atau sekitarnya. Seorang
individu dapat dibantu oleh faktor eksternal untuk mengenali emosi
orang lain, sehingga individu dapat belajar mengenali berbagai
macam emosi yang dimiliki orang-orang disekitarnya, serta
membantu individu untuk merasakan emosi orang lain dengan
keadaan yang menyertainya. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi tingkat emosional antara lain:

a) Pola asuh orang tua


Pengalaman berinteraksi dalam keluarga akan
menentukan pula pola perilaku anak terhadap orang lain dalam
lingkungannya. Pelajaran mengelola emosi yang diberikan
orang tua pada anaknya berpengaruh besar terhadap tingkat
emosional anak. Pola asuh setiap orangtua berbeda-beda, ada
yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, dan

21
penuh cinta kasih akan berpengaruh terhadap perkembangan
tingkat emosional anak.

b) Lingkungan

Selain pola asuh orang tua, lingkungan sekitar anak juga


memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kematangan tingkat emosional anak.
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan tempat
tinggal, teman sebaya, dan lingkungan sekolah, salah satunya
yaitu guru. Guru maupun tenaga profesional yang berkaitan
dengan kependidikan anak sangat mempengaruhi tingkat
emosional anak. Sekolah menjadi salah satu wadah dan
pengalaman anak untuk menentukan dan mempengaruhi masa
depannya. Kemampuan menunda kepuasan, bertanggung jawab
sosial, bekerjasama, dan mempertahankan kendali emosi dapat
dikembangkan seorang anak dalam lingkungan sekolah salah
satunya dalam proses pembelajaran.

4. Mengelola Tingkat Emosional dalam Pembelajaran Kimia

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, peserta


didik dengan guru, dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU
No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20). Pembelajaran menjadi salah satu
bantuan yang diberikan oleh guru agar terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan keterampilan, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik (Manizar, 2016). Kreativitas guru dan
motivasi peserta didik bergantung pada pembelajaran yang berkualitas dan
dapat diwujudkan, karena pembelajaran yang mempunyai motivasi tinggi
ditunjang dengan guru yang mampu mengelola tingkat emosional peserta
didik sehingga akan mampu mengarahkan pada keberhasilan capaian target
belajar. Target belajar mampu diukur dari kemampuan peserta didik pada
perubahan sikapnya saat proses pembelajaran. Desain pembelajaran yang

22
berkualitas, ditunjang juga dengan sarana prasarana sekolah yang baik,
didukung juga dengan kreativitas guru dalam mengajar akan
mempengaruhi peserta didik dalam mencapai target belajar, salah satunya
pada pembelajaran kimia.

Ilmu kimia adalah bagian dari IPA yang berhubungan dengan


kajian-kajian tentang zat, baik yang dapat disentuh maupun tidak dapat
disentuh, meliputi sifat, susunan (struktur dan komposisi), perubahan yang
dialami dengan menghasilkan zat baru serta fenomena yang menyertai
perubahan zat tersebut (Fadiawati & Fauzi, 2018). Wijaya menyatakan,
pada kajian ilmu kimia peserta didik dituntut untuk mampu memahami
konsep-konsep yang bersifat konkret dan abstrak, hitungan, maupun
praktikum (Yustiqfar dkk., 2019). Kimia bukanlah pelajaran baru bagi
peserta didik, namun seringkali dijumpai peserta didik menganggap
pelajaran kimia rumit dan sulit dipelajari, sehingga peserta didik sudah
terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya (Nasution
dkk., 2014). Mengembangkan dan mengelola tingkat emosional peserta
didik dalam pembelajaran kimia benar-benar dibutuhkan agar
pembelajaran berlangsung optimal dan menghasilkan hasil belajar yang
baik pula. Peserta didik yang mensugesti dirinya bahwa pelajaran kimia
sulit dan membosankan maka akan mempengaruhi tingkat emosionalnya
dalam pembelajaran kimia, mereka akan merasa kesulitan memahami
materi juga dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga guru harus
mampu mengetahui emosional peserta didik selama pembelajaran.
Goleman (Manizar, 2016) mengemukakan bahwa terdapat beberapa cara
untuk mengembangkan pengelolaan tingkat emosional dalam
pembelajaran, antara lain:

a. Menyediakan lingkungan yang mendukung


b. Menciptakan suasana pembelajaran yang seimbang dan sama rata antar
peserta didik

23
c. Mengembangkan sikap empati, dan mempedulikan apa yang dirasakan
oleh peserta didik
d. Membantu peserta didik dalam menemukan solusi di setiap
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran
e. Melibatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran,
baik sosial, fisik, serta emosional
f. Mengapresiasi berbagai perilaku peserta didik secara positif dan
menghindari respon negatif
g. Menjadi teladan dalam menegakkan kedisiplinan juga aturan dalam
pembelajaran

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian oleh Zahara (2017) dengan judul, “Pengendalian Emosi Ditinjau


dari Pola Asuh Orangtua pada Siswa Usia Remaja di SMA Utama Medan”.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat perbedaan pengendalian emosi
peserta didik dilihat dari pola asuh orangtua. Jenis penelitian yang dilakukan
adalah deskriptif kuantitatif dengan metode pengumpulan data
menggunakan angket skala Likert. Sampel yang diambil sebanyak 59
peserta didik dari jumlah populasi yaitu 105 menggunakan teknik purposive
sampling. Uji coba angket kemudian dianalisis untuk melihat validitas dan
reliabilitasnya sehingga dapat dijadikan instrumen pengumpulan data.
Berdasarkan analisis data menggunakan teknik analisis varians 1 jalur,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengendalian emosi antara peserta
didik yang diasuh dengan pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif,
dengan nilai F = 5,354 dan p = 0,007 < 0,050. Penelitian ini menunjukkan
bahwa perbedaan pengendalian emosi antara peserta didik yang diasuh
dengan pola otoriter, demokratis, dan permisif, dapat diterima yang
menunjukkan bahwa pola asuh demokratis memiliki pengendalian emosi
lebih baik dibandingkan peserta didik yang diasuh dengan pola otoriter dan
permisif.

24
2. Penelitian yang dilakukan oleh Raviyoga & Marheni (2019) dengan judul,
“Hubungan Kematangan Emosi dan Konformitas Teman Sebaya Terhadap
Agresivitas Remaja di SMAN 3 Denpasar”. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat tingkat agresivitas peserta didik dan melihat hubungan antara
kematangan emosi dan konformitas teman sebaya dengan agresivitas
peserta didik SMAN 3 Denpasar. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode klaster dan berjumlah 258 peserta didik berusia 15-18 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Instrumen dari penelitian ini
yaitu skala agresivitas, kematangan emosi, dan konformitas yang diuji
validitasnya. Analisis data menggunakan metode regresi berganda dengan
signifikasi 0,00 (p<0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara kematangan emosi dan konformitas teman sebaya terhadap
agresivitas remaja di SMAN 3 Denpasar. Tingkat kematangan emosi remaja
di SMAN 3 Denpasar tergolong tinggi, sedangkan tingkat agresivitas dan
konformitas teman sebaya pada remaja di SMAN 3 Denpasar tergolong
rendah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk., (2020) dengan judul,


“Implementasi Kecerdasan Emosional dan Minat Siswa pada Pembelajaran
Kimia”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui korelasi dan
kontribusi dari kecerdasan emosional dan minat peserta didik terhadap hasil
belajar pada mata pelajaran kimia. Jenis penelitian ini adalah deksriptif
kuantitatif dengan lokasi penelitian dilaksanakan pada dua SMAN Kota
Tangerang dengan populasi seluruh peserta didik kelas X sebanyak 300
orang dengan teknik purposive sampling. Instrumen dari penelitian ini
adalah angket kecerdasan emosional dan minat serta nilai ujian akhir
semester 1 untuk melihat data hasil belajar peserta didik. Data penelitian ini
kemudian dianalisis menggunakan software SPSS versi 22. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan minat
memiliki korelasi dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran
kimia. koefisien korelasi yang didapatkan sebesar 0,299 dengan koefisien
determinasi sebesar 8,94%. Angka tersebut menunjukkan bahwa

25
kecerdasan emosional dan minat merupakan beberapa faktor psikologis
penentu keberhasilan belajar peserta didik yang menyumbang kontribusi
sebesar 8,94% pada mata pelajaran kimia dalam pemusatan perhatian
peserta didik saat pembelajaran berlangsung.

C. Rumusan Anggapan Dasar

Adapun rumusan anggapan dasar penelitian ini yaitu:

1. Jenis-jenis emosi yang dimiliki peserta didik di kelas XII IPA 3


SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia berbeda-beda.

2. Persentase tingkat emosional positif peserta didik di kelas XII IPA 3


SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia berbeda-beda.

3. Persentase tingkat emosional negatif peserta didik di kelas XII IPA 3


SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia berbeda-beda.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat emosional peserta didik


di kelas XII IPA 3 di SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia
berbeda-beda.

26
D. Kerangka Penelitian

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen menggunakan


pendekatan kuantitatif dengan mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari
hasil angket dan didukung dengan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
pada peserta didik kelas XII IPA 3 di SMA Negeri 1 Jayapura semester ganjil
tahun ajaran 2022/2023.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Jayapura, Jl. Biak Abepura Kota
Baru, Kecamatan Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua.

C. Variabel Penelitian

Variabel diartikan sebagai variasi dari suatu gejala penelitian dan


dijadikan sebagai sasaran penelitian (Nasution, 2017). Variabel penelitian ini
adalah tingkat emosional peserta didik.

D. Populasi

Populasi diartikan sebagai keseluruhan subjek penelitian, populasi


dalam penelitian ini adalah peserta didik sebanyak 39 orang di kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dan instrumen dalam penelitian ini yaitu:

1. Angket

Angket sering disebut kuesioner adalah salah satu teknik


pengumpulan data meliputi beberapa macam pertanyaan atau pernyataan
yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan,

28
disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di
lapangan (Sukardi, 2018). Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
angket tertutup terdiri atas sejumlah pertanyaan yang telah disediakan
peneliti dengan sejumlah jawaban tertentu sebagai pilihan. Responden
memberikan tanda silang (X) ataupun lingkar (O) pada jawaban yang sesuai
dengan pilihannya, dengan cara tersebut responden diberikan keleluasaan
dalam memilih sehingga cara ini mempermudah dalam pengisiannya.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data


menggunakan instrumen angket antara lain sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket

Arikunto (2014) menjelaskan bahwa dalam menyusun kisi-kisi


angket beberapa prosedur harus dilalui. Penyusunan kisi-kisi angket
dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, antara lain:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket

2) Mencari teori, konsep, dan prinsip mengenai emosi

3) Mengidentifikasi aspek-aspek yang akan diukur. Aspek yang


diukur yaitu indikator emosi berdasarkan konsep dan prinsip
emosi yang diperoleh

4) Mengidentifikasi turunan dari setiap indikator berdasarkan konsep


dan prinsip emosi yang diperoleh

5) Menjabarkan setiap turunan indikator (sub indikator) yang lebih


spesifik dan tunggal dengan menjabarkan dalam tabel pemetaan
konsep dan prinsip emosi.

29
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Tingkat Emosional Peserta Didik
pada Pembelajaran Kimia

No. Aspek Indikator dan Turunan Nomor Item


1. Diri sendiri Ingatan 1–2
Pikiran 3 – 13
Ikhtiar 14 – 20
Tingkah laku 21 – 23
Gerakan 24 – 26
Keinginan 27 – 29
2. Orang tua Pikiran 30
Tingkah laku 31 – 38
3. Teman Pancaindra 39 – 45
Pikiran 46 – 48
Tingkah laku 49 – 54
4. Guru kimia Pancaindra 55 – 61
Pikiran 62 – 66
Ikhtiar 67 – 69
Tingkah laku 70 – 107
5. Kondisi kelas Pancaindra 108 – 109
Tingkah laku 110 – 111
6. Metode Ikhtiar 112 – 118
pembelajaran Gerakan 119
Tingkah laku 120 – 122
7. Media ajar Pancaindra 123 – 125
Ikhtiar 126
8. Evaluasi Tingkah laku 127 – 130
pembelajaran
9. Bentuk Ikhtiar 131 – 132
pembelajaran
10. Keadaan Ikhtiar 133 – 135
Gerakan 136

30
b. Menyusun kalimat-kalimat pertanyaan berdasarkan indikator yang telah
dibuat dengan mewakili indikator sebagaimana yang telah dijabarkan
dalam pemetaan konsep dan prinsip emosi. Kisi-kisi angket kemudian
dilengkapi dengan nomor item pertanyaan dan jumlah item pertanyaan.

c. Memberi skor pada setiap pilihan jawaban.

d. Menentukan petunjuk pengisian angket tersebut dan mengecek


kelengkapan serta tata bahasa yang digunakan.

e. Validasi ahli
Instrumen akan dinilai dan direvisi berdasarkan validasi dari ahli
yang mempunyai kemampuan di bidang terkait dengan penelitian yang
akan dilakukan, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan
atau pernyataan yang terdapat pada angket sesuai dengan indikatornya.

f. Try out (uji coba) angket


Angket yang telah dibuat dan divalidasi oleh para ahli, kemudian
di uji coba kepada peserta didik yang berbeda dari populasi yang akan
dijadikan subjek penelitian.

g. Uji validitas dan reliabilitas angket


Angket yang telah di uji coba pada subjek yang berbeda
kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan rumus uji korelasi Pearson (Product Moment)
dengan mengkorelasikan skor item dengan skor totalnya. Skor total
adalah penjumlahan seluruh item pada satu variabel. Pengujian
signifikasi dilakukan dengan menggunakan rtabel dengan tingkat
kepercayaan α = 0,01 (99%), apabila rhitung > rtabel maka instrumen
dikatakan valid.

Rumus Uji Korelasi Pearson (Product Moment):

𝑛∑𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 = ………………..……. (1)
√{𝑛∑𝑋 2 −(∑𝑋)2 }{𝑛∑𝑌 2 −(∑𝑌)2 }

31
Keterangan:

Korelasi product moment antara belahan (ganjil-


𝑟𝑥𝑦 =
genap) atau awal akhir
𝑋 = Belahan ganjil
𝑌 = Belahan genap
𝑋2 = Belahan ganjil kuadrat
𝑌2 = Belahan genap kuadrat
𝑛 = Jumlah sampel (Arikunto, 2014)

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu


instrumen mempunyai kehandalan atau konsistensi untuk dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data yang baik. Rumus untuk
menentukan reliabelnya suatu instrumen dapat menggunakan rumus
Alpha Cronbach sebagai berikut:

𝑘 ∑𝜎𝑏2
𝑟11 = (𝑘−1) (1 − )…………………………..……. (2)
𝜎𝑡2

Keterangan:
𝑟11 = Reliabilitas instrumen
𝑘 = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal
∑𝜎𝑏2 = Jumlah varians butir
𝜎𝑡2 = Varians total (Arikunto, 2014)

Setelah koefisien reliabilitas instrumen didapatkan, kemudian


diinterpretasikan dengan kategori koefisien reliabilitas menurut
Guilford pada tabel sebagai berikut:

32
Tabel 3.2 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas (𝑟11)

Koefisien Reliabilitas (𝒓𝟏𝟏 ) Tingkat Reliabilitas


0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
-1,00 < r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber : Guilford, 1956 (Indrasari dkk., 2022)

h. Revisi angket

Revisi angket dilakukan setelah instrumen diuji coba, hasil


analisis uji coba instrumen tersebut dijadikan dasar untuk revisi angket
dengan memperbaiki kalimat-kalimat pertanyaan yang tidak valid dan
menghilangkan item-item yang tidak reliabel.

2. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data sebagai data


pendukung dengan tujuan untuk menggali dan melengkapi tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat emosional peserta didik. Wawancara
yang dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin dengan guru kimia dan
beberapa peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura. Kegiatan
wawancara dengan guru kimia dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran kimia terkhususnya bagaimana tingkat emosional peserta
didik selama berlangsungnya kegiatan belajar. Wawancara juga dilakukan
kepada beberapa peserta didik kelas XII IPA 3 di SMA Negeri 1 Jayapura
secara langsung ataupun melalui aplikasi whatsapp dengan tujuan
melengkapi atau memperjelas hasil informasi yang diperoleh dari angket
dengan 4 perwakilan peserta didik yang mewaliki hasil angket sesuai
kategori/kirteria persentase tingkat emosional.

33
3. Observasi

Jenis observasi yang digunakan yaitu observasi partisipatif. Tujuan


observasi yaitu untuk melihat gambaran umum sekolah, kondisi guru dan
peserta didik di lingkungan sekolah, sarana dan prasana di SMA Negeri 1
Jayapura sebagai data pendukung dalam penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang membantu


peneliti dalam memperoleh informasi dari bermacam sumber tertulis juga
dokumen yang ada pada responden dan tempatnya (Sukardi, 2018).
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa hasil belajar ujian akhir semester
(UAS) dan catatan yang berkaitan dengan pembelajaran kimia di kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura semester ganjil tahun ajaran 2022/2023.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah memperoleh data penelitian melalui


angket yang kemudian didapatkan skor angket dari responden. Skor yang
diperoleh dari para responden adalah skor mentah yang kemudian harus diubah
menjadi skor akhir yang akan disajikan dalam bentuk angka persenan. Rumus
yang digunakan untuk mengkonversi skor awal menjadi skor akhir adalah
sebagai berikut:
skor perolehan
P(%) = x 100 ...............…………………. (3)
skor maksimal

Keterangan:

P = Persentase skor hasil angket peserta didik (Aka, 2016).

Persentase yang diperoleh kemudian digunakan untuk melakukan


analisis perkelompok dari masing-masing indikator emosi. Jumlah nilai yang
diperoleh dari jawaban masing-masing responden yang telah dikelompokan
selanjutnya digunakan untuk menghitung persentase tiap-tiap indikator emosi.
Persentase hasil skor angket menggunakan suatu kriteria. Kriteria interpretasi

34
skor angket pada tingkat emosional peserta didik dalam pembelajaran kimia
menggunakan kriteria dari Sudijono (Ristiyani & Bahriah, 2016), yaitu:

Tabel 3.3 Interpretasi Skor Angket Tingkat Emosional pada Pembelajaran


Kimia

Persentase Interpretasi
76,00% – 100,00% Tinggi
51,00% – 75,99% Cukup
26,00% – 50,99% Rendah
0,00% – 25,99% Sangat Rendah

Sumber: Sudijono (Ristiyani & Bahriah, 2016)

Kriteria hasil belajar peserta didik yang digunakan pada mata pelajaran
kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura yang digunakan sebagai
indikator penunjuk dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA Negeri 1
Jayapura

Rentang Predikat Kategori


90 – 100 A Sangat Baik
80 – 89 B Baik
70 – 79 C Cukup Baik
<69 D Kurang

Sumber: Kurikulum SMA Negeri 1 Jayapura, 2022

Hasil pengolahan data tersebut dianalisis sehingga dijadikan dasar


untuk membuat kesimpulan berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam
rumusan masalah.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum tentang SMA Negeri 1 Jayapura

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jayapura adalah salah satu


sekolah unggulan di Kota Jayapura yang didirikan pada tanggal 1 Agustus
Tahun 1965 dengan SK pendirian sekolah 51/6113/1965 dengan motto
“Aku Unggul dan Tetap Nomor Satu”. Berdasarkan Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M), SMA Negeri 1 Jayapura
mempunyai akreditasi “A” dengan predikat unggul dan SK Penetapan Hasil
Akreditasi BAP-S/M Nomor 125/BAP-SM/TU/XI/2017 yang ditetapkan
sejak 20 November 2017. Lokasi SMA Negeri 1 Jayapura terletak di Jl. Biak
Abepura, Kota Baru, Kecamatan Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua
dan berada di koordinat garis lintang: -2,53298 dan garis bujur: 140,72353
dengan ketinggian 23 mdpl.

Masa studi di SMA Negeri 1 Jayapura yaitu selama 3 tahun pelajaran


dimulai dari kelas X sampai dengan kelas XII. Jurusan/peminatan di sekolah
ini ada 3 jurusan yaitu Bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dengan rombongan belajar (rombel) sebanyak 12
disetiap kelas X, XI, dan XII. Rombongan belajar di kelas X bersifat umum
(general) dengan mengikuti kurikulum yang diterapkan di kelas X tersebut.
Pada rombongan belajar di kelas XI dan XII masing-masing terdiri dari 1
rombel pada jurusan Bahasa, 7 rombel pada jurusan IPA dan 4 rombel pada
jurusan IPS. Total peserta didik di SMA Negeri 1 Jayapura berjumlah 1.363
orang dengan sebaran di kelas X berjumlah 475, pada kelas XI Bahasa
sebanyak 34, dan pada kelas XI IPA sebanyak 279, kelas XI IPS sebanyak
122, sedangkan kelas XII Bahasa sebanyak 31, kelas XI IPA sebanyak 294,
dan kelas XII IPS sebanyak 128. Jumlah guru di sekolah tersebut sebanyak
87 orang dengan 67 orang sebagai guru tetap, 5 orang sebagai guru PPPK,

36
dan 15 orang lainnya sebagai guru tidak tetap, sedangkan staf tata usaha
(TU) di SMA Negeri 1 Jayapura berjumlah 19 orang.

Penerapan kurikulum di SMA Negeri 1 Jayapura pada tahun


pelajaran 2022/2023 yang sedang berjalan yaitu Kurikulum Merdeka untuk
kelas X, sedangkan pada kelas XI dan XII diterapkan Kurikulum 2013
revisi. Kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilakukan selama 5 hari secara
efektif dimulai dari hari Senin sampai dengan Jumat. Hari Sabtu digunakan
untuk kegiatan ekstrakurikuler guna menunjang prestasi dan pengembangan
karakter peserta didik. Kegiatan Ekstrakurikuler yang ada di sekolah ini
yang berjalan aktif dan diikuti oleh peserta didik antara lain Pramuka, PMR
& UKS, Paskibra, Marching Band, OSIS, Klub KIR & Jurnalistik, Klub
Kompetensi Akademik, English Club, Klub Futsal, Klub Basket, Klub
Volly, Klub Ju-Jitshu, Klub Muaythai, Klub Tari Daerah, Klub Musikalisasi
Puisi, Klub Bahasa Indonesia, Klub TIK, dan Kegiatan Keagamaan.

Sarana dan prasarana di SMA Negeri 1 Jayapura tergolong lengkap


dan memadai dengan kategori baik guna menunjang kelancaran kegiatan
belajar mengajar dan kegiatan ekstrakulikuler di sekolah tersebut.
Rekapitulasi sarana dan prasarana yang tersedia di SMA Negeri 1 Jayapura
pada tahun pelajaran 2022/2023 selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1 Jayapura

No. Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi

1. Ruang Kelas 36 Baik


2. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3. Ruang Tata Usaha 1 Baik
4. Ruang Guru 3 Baik
5. Ruang Perpustakaan 1 Baik
6. Ruang BP/BK 1 Baik
7. Laboratorium 6 Baik

37
Lanjutan Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1 Jayapura

No. Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi


8. Ruang Kurikulum 1 Baik
9. Ruang Humas 1 Baik
10. Ruang Kesiswaan 1 Baik
11. Ruang Koperasi 1 Baik
12. Ruang Ibadah 2 Baik
13. Ruang OSIS 1 Baik
14. Ruang Marching Band 1 Baik
15. Ruang Pramuka 1 Baik
16. Ruang UKS dan PMR 1 Baik
17. Pos Satpam 1 Baik
18. Toilet Siswa 3 lokasi Baik
19. Toilet Guru 3 lokasi Baik
20. Green House 1 Baik
21. Lapangan Upacara 1 Baik
22. Lapangan Basket 1 Baik
23. Lapangan Volly 1 Baik
24. Lapangan Futsal 1 Baik
25. Lapangan Lompat Jauh 1 Baik
26. Area Parkir 2 Baik
27. Taman Baik
28. Pojok Baca 1 Baik
29. Kantin 1 Baik
30. Gudang 1 Baik

Sumber: Data TU SMA Negeri 1 Jayapura, 2022

38
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

Gambar 4.1 Gedung SMA Negeri 1 Jayapura

Gambar 4.1 menunjukkan kondisi gedung sekolah di SMA Negeri 1


Jayapura, sedangkan Gambar 4.2 adalah kondisi lingkungan di SMA Negeri
1 Jayapura dengan area hijau. Kedua gambar tersebut menunjukkan keadaan
sekolah yang cukup baik.

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022

Gambar 4.2 Foto Depan Lingkungan SMA Negeri 1 Jayapura

39
2. Data Hasil Uji Instrumen dan Analisis Uji Instrumen

Instrumen penelitian ini menggunakan angket tertutup berjumlah


136 butir pertanyaan dan pada bagian soal tertentu terdiri dari satu kalimat
pernyataan dan beberapa pertanyaan yang menunjukkan indikator emosi
yang berbeda, sehingga jumlah total angket yang digunakan sebanyak 175
butir pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban. Angket disusun berdasarkan
kisi-kisi hingga memenuhi validitas isi, apabila validitas isi sudah terpenuhi
maka dilakukan uji coba instrumen angket terlebih dahulu kepada subyek
yang berbeda dari subyek penelitian. Subyek uji coba instrumen ini adalah
peserta didik kelas XII IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023 sebanyak 25 responden. Pelaksanaan uji
coba instrumen pada tanggal 07 – 08 November 2022. Data hasil uji coba
instrumen dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Hasil Uji Coba Instrumen pada Peserta Didik Kelas XII
IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura

Kategori
Skor Persentase Tingkat
No. Responden Tingkat
perolehan Emosional (%)
Emosional
1. R20 390 74,29 Cukup
2. R18 380 72,38 Cukup
3. R14 371 70,67 Cukup
4. R24 364 69,33 Cukup
5. R22 355 67,62 Cukup
6. R7 348 66,29 Cukup
7. R19 347 66,10 Cukup
8. R12 336 64,00 Cukup
9. R13 330 62,86 Cukup
10. R6 325 61,90 Cukup
11. R23 319 60,76 Cukup
12. R11 318 60,57 Cukup

40
Lanjutan Tabel 4.2 Data Hasil Uji Coba Instrumen Pada Peserta Didik
Kelas XII IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura

Kategori
Skor Persentase Tingkat
No. Responden Tingkat
perolehan Emosional (%)
Emosional
13. R17 316 60,19 Cukup
14. R9 295 56,19 Cukup
15. R3 288 54,86 Cukup
16. R2 274 52,19 Cukup
17. R5 274 52,19 Cukup
18. R21 267 50,86 Rendah
19. R4 262 49,90 Rendah
20. R8 261 49,71 Rendah
21. R1 254 48,38 Rendah
22. R10 251 47,81 Rendah
23. R16 247 47,05 Rendah
24. R25 225 42,86 Rendah
25. R15 221 42,10 Rendah
Rata-rata 304,72 58,40% Cukup

Berdasarkan Tabel 4.2, persentase tingkat emosional peserta didik


kelas XII IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 dengan kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah
berturut-turut sebesar 0,00%, 68,00%. 32,00%, dan 0,00% dengan total 25
responden dan rata-rata persentase tingkat emosional sebesar 58,04% pada
kategori cukup. Persentase tingkat emosional peserta didik kelas XII IPA 1
SMA Muhammadiyah Jayapura dapat dilihat pada gambar dari diagram
berikut:

41
Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas XII IPA 1
SMA Muhammadiyah pada Pembelajaran Kimia
Berdasarkan Kategori Tingkat Emosional
80.00
68.00
Jumlah Peserta Didik (%)
70.00
60.00
50.00
40.00 32.00
30.00
20.00
10.00
0.00 0.00
0.00
Tinggi Cukup Rendah Sangat
Rendah
Kategori Tingkat Emosional

Gambar 4.3 Diagram Persentase Tingkat Emosional Peserta didik Kelas


XII IPA 1 SMA Muhammadiyah Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran
2022/2023

Data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen kemudian di


analisis menggunakan uji validitas dan reliabilitas untuk membuktikan
angket yang dibuat dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dan dapat
dipercaya sebagai alat pengumpulan data. Uji validitas dilakukan dengan
rumus uji korelasi Pearson (Product Moment) pada persamaan (1),
kemudian dibandingkan dengan rTabel product moment. Nilai rTabel untuk
jumlah responden (n) = 25 adalah 0,505 dengan tingkat kepercayaan α =
0,01 (99%). rHitung > rTabel maka instrumen dinyatakan valid, dan apabila
rHitung < rTabel maka instrumen tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas,
terdapat 51 butir pertanyaan yang tidak valid dari 175 pertanyaan yang
kemudian diperbaiki tata bahasanya dan selanjutnya divalidasi oleh para
ahli. Setelah validator melihat kelayakan instrumen sesudah diperbaiki
maka angket dapat dipergunakan dalam pengambilan data penelitian.

42
Uji Reliabilitas untuk melihat konsistensi angket sebagai alat ukur
dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach pada persamaan (2), maka
diperoleh data sebagai berikut:

𝑘 ∑𝜎𝑏2
𝑟11 =( ) (1 − 2 )
𝑘−1 𝜎𝑡

175 95,497
𝑟11 = ( ) (1 − )
175 − 1 2464,460
𝑟11 = 0,96677

Data hasil uji reliabilitas didapatkan 𝑟11 = 0,96677, artinya koefisien


reliabilitas berada pada rentang 0,80 < 𝑟11 ≤ 1,00 yang menunjukkan bahwa
instrumen yang dibuat memiliki reliabilitas sangat tinggi (sangat reliebel)
berdasarkan kategori oleh Guilford, sehingga angket penelitian yang
digunakan dapat dipercaya dan memenuhi syarat sebagai alat pengumpulan
data penelitian.

3. Data Hasil Penelitian Tingkat Emosional Peserta Didik pada


Pembelajaran Kimia

Penelitian tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran kimia


di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura dilakukan pada tanggal 17 – 18
November 2022. Pengambilan data dilakukan secara langsung dengan
membagikan angket kepada peserta didik yang menjadi subyek penelitian.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 39 orang dari total 45 peserta
didik di kelas tersebut, hal ini disebabkan ketidakhadiran peserta didik
lainnya saat pengambilan data. Jawaban responden selanjutnya dianalisis
dengan uji validitas dan reliabilitas kemudian dihitung nilai persentase
tingkat emosional berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dan
diinterpretasikan sesuai kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.
Data hasil penelitian tingkat emosional peserta didik di kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura dapat dilihat pada Tabel 4.3.

43
Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Tingkat Emosional Peserta Didik di Kelas
XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura

Persentase Kategori
Jumlah
No Responden Tingkat Tingkat
Skor
Emosional (%) Emosinal
1. R30 426 81,14 Tinggi
2. R27 381 72,57 Cukup
3. R17 355 67,62 Cukup
4. R36 350 66,67 Cukup
5. R8 347 66,10 Cukup
6. R33 345 65,71 Cukup
7. R13 332 63,24 Cukup
8. R20 327 62,29 Cukup
9. R21 327 62,29 Cukup
10. R31 326 62,10 Cukup
11. R6 324 61,71 Cukup
12. R12 323 61,52 Cukup
13. R29 318 60,57 Cukup
14. R32 315 60,00 Cukup
15. R16 312 59,43 Cukup
16. R18 312 59,43 Cukup
17. R15 308 58,67 Cukup
18. R1 307 58,48 Cukup
19. R5 306 58,29 Cukup
20. R35 304 57,90 Cukup
21. R19 294 56,00 Cukup
22. R7 293 55,81 Cukup
23. R25 290 55,24 Cukup
24. R10 287 54,67 Cukup
25. R26 281 53,52 Cukup

44
Lanjutan Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Tingkat Emosional Peserta
Didik di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura

Persentase Kategori
Jumlah
No Responden Tingkat Tingkat
Skor
Emosional (%) Emosinal
26. R2 280 53,33 Cukup
27. R34 278 52,95 Cukup
28. R9 269 51,24 Cukup
29. R14 267 50,86 Rendah
30. R28 263 50,10 Rendah
31. R3 255 48,57 Rendah
32. R37 250 47,62 Rendah
33. R4 247 47,05 Rendah
34. R22 242 46,10 Rendah
35. R38 203 38,67 Rendah
36. R39 195 37,14 Rendah
37. R11 194 36,95 Rendah
38. R24 159 30,29 Rendah
39. R23 145 27,62 Rendah
Rata-rata 290,69 55,37% Cukup

Berdasarkan data hasil penelitian pada Tabel 4.3, rata-rata jumlah


skor responden sebesar 290,69 dan rata-rata persentase tingkat emosional
yaitu 55,37% pada kategori cukup. Persentase tingkat emosional peserta
didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 disesuaikan dengan kategori tinggi, cukup, rendah, dan
sangat rendah berturut-turut yaitu sebesar 2,56%, 69,23%, 28,21%, dan
0,00%. Gambar pada diagram berikut menunjukkan rata-rata persentase
tingkat emosional peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
pada pembelajaran kimia.

45
Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran Kimia
Berdasarkan Kategori Tingkat Emosional
80.00
69.23
70.00
Junlah Peserta Didik (%)

60.00
50.00
40.00
28.21
30.00
20.00
10.00 2.56 0.00
0.00
Tinggi Cukup Rendah Sangat
Rendah
Kategori Tingkat Emosional

Gambar 4.4 Diagram Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas


XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran
2022/2023
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa peserta didik di kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura mempunyai tingkat emosional dalam pembelajaran
kimia paling banyak termasuk dalam kategori cukup.

4. Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada


Pembelajaran Kimia

Data hasil penelitian yang di peroleh pada Tabel 4.3 menunjukkan


bahwa persentase tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran kimia
berbeda-beda. Hasil data yang diperoleh kemudian dapat dipahami dengan
mengaitkannya menggunakan data hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran kimia sebagai indikator dalam melakukan analisis. Data hasil
belajar peserta didik yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ujian
akhir semester (UAS) pelajaran kimia yang diperoleh dari dokumentasi
peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada semester ganjil

46
tahun pelajaran 2022/2023. Nilai UAS Kimia peserta didik yang diperoleh
berbeda-beda dan diinterpretasikan sesuai dengan kriteria penilaian di SMA
Negeri 1 Jayapura dengan kategori sangat baik, baik. cukup, dan kurang.
Data hasil analisis persentase tingkat emosional dan hasil belajar peserta
didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia
dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Hasil Analisis Persentase Tingkat Emosional dan Nilai UAS
Kimia Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023

Kategori Kategori
Persentase Tingkat Nilai UAS
No Responden Tingkat Nilai UAS
Emosional (%) Kimia
Emosional Kimia

1. R30 81,14 40,76 + 40,38 Tinggi 75,00 Cukup Baik


2. R27 72,57 36,38 + 36,19 Cukup 77,00 Cukup Baik
3. R17 67,62 31,43 + 36,19 Cukup 69,00 Kurang
4. R36 66,67 36,57 + 30,10 Cukup 79,00 Cukup Baik
5. R8 66,10 35,81 + 30,29 Cukup 48,00 Kurang
6. R33 65,71 35,05 + 30,67 Cukup 81,00 Baik
7. R13 63,24 33,33 + 29,90 Cukup 54,00 Kurang
8. R20 62,29 34,29 + 28,00 Cukup 71,00 Cukup Baik
9. R21 62,29 33,14 + 29,14 Cukup 63,00 Kurang
10. R31 62,10 33,71 + 28,00 Cukup 33,00 Kurang
11. R6 61,71 32,00 + 29,71 Cukup 59,00 Kurang
12. R12 61,52 31,62 + 29,90 Cukup 83,00 Baik
13. R29 60,57 32,95 + 27,62 Cukup 56,00 Kurang
14. R32 60,00 34,86 + 25,14 Cukup 21,00 Kurang
15. R16 59,43 30,00 + 30,00 Cukup 37,00 Kurang
16. R18 59,43 29,90 + 29,14 Cukup 53,00 Kurang
17. R15 58,67 37,33 + 21,71 Cukup 82,00 Baik
18. R1 58,48 28,76 + 29,71 Cukup 53,00 Kurang

47
Lanjutan Tabel 4.4 Data Hasil Analisis Persentase Tingkat Emosional dan Nilai
UAS Kimia Peserta Didik pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023

Kategori Kategori
Persentase Tingkat Nilai UAS
No Responden Tingkat Nilai UAS
Emosional (%) Kimia
Emosional Kimia

19. R5 58,29 28,00 + 30,29 Cukup 57,00 Kurang


20. R35 57,90 36,00 + 21,90 Cukup 78,00 Cukup Baik
21. R19 56,00 29,52 + 26,48 Cukup 70,00 Cukup Baik
22. R7 55,81 30,86 + 25,14 Cukup 52,00 Kurang
23. R25 55,24 28,76 + 26,48 Cukup 45,00 Kurang
24. R10 54,67 27,62 + 27,43 Cukup 48,00 Kurang
25. R26 53,52 27,05 + 26,48 Cukup 53,00 Kurang
26. R2 53,33 26,48 + 26,86 Cukup 63,00 Kurang
27. R34 52,95 28,19 + 24,76 Cukup 72,00 Cukup Baik
28. R9 51,24 27,81 + 23,43 Cukup 69,00 Kurang
29. R14 50,86 26,10 + 24,38 Rendah 59,00 Kurang
30. R28 50,10 29,33 + 20,76 Rendah 78,00 Cukup Baik
31. R3 48,57 25,14 + 23,62 Rendah 47,00 Kurang
32. R37 47,62 32,38 + 15,24 Rendah 73,00 Cukup Baik
33. R4 47,05 25,14 + 21,90 Rendah 63,00 Kurang
34. R22 46,10 24,76 + 21,33 Rendah 70,00 Cukup Baik
35. R38 38,67 30,86 + 7,81 Rendah 65,00 Kurang
36. R39 37,14 24,38 + 12,76 Rendah 49,00 Kurang
37. R11 36,95 31,43 + 5,52 Rendah 72,00 Cukup Baik
38. R24 30,29 25,52 + 4,76 Rendah 33,00 Kurang
39. R23 27,62 22,67 + 4,95 Rendah 48,00 Kurang
Rata – rata 55,37% Cukup 60,46 Kurang

Tabel 4.4 menunjukkan rincian analisis persentase tingkat emosional


dan hasil belajar kimia peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura berbeda-beda. Gambar diagram berikut menunjukkan rata-rata

48
persentase tingkat emosional dan hasil belajar kimia dengan masing-masing
pengkategoriannya.

Persentase Tingkat Emosional pada Pembelajaran Kimia dan


Nilai UAS Kimia Peserta Didik Kelas XII IPA 3 SMA Negeri
1 Jayapura Berdasarkan Kategori
80.00
69.23
70.00
64.10

60.00
Jumlah Peserta Didik (%)

50.00

40.00

28.21 28.21
30.00

20.00

10.00 7.69
2.56
0.00 0.00
0.00
Tinggi/Sangat Baik Cukup/Baik Rendah/Cukup Sangat
Baik Rendah/Kurang
Kategori

Persentase Tingkat Emosional Persentase Nilai UAS Kimia

Gambar 4.5. Diagram Persentase Tingkat Emosional pada Pembelajaran


Kimia dan Hasil UAS Kimia Peserta Didik Kelas XII IPA 3 di SMA
Negeri 1 Jayapura

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar persentase tingkat


emosional peserta didik pada pembelajaran kimia di kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura sebesar 69,23% termasuk pada kategori cukup dan rata-
rata keseluruhan tingkat emosional sebesar 55,37% dengan kategori cukup.
Sedangkan nilai UAS kimia peserta didik di kelas tersebut berada pada
kategori kurang dengan jumlah 64,10% dan rata-rata keseluruhan nilai yaitu
60,46 yang termasuk pada kategori kurang.

49
5. Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik Berdasarkan
Indikator Emosi Positif pada Pembelajaran Kimia

Analisis tingkat emosional positif peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 terdiri dari 4 indikator emosi, yaitu: bahagia, berani, haru,
dan cinta. Data hasil analisis tingkat emosional positif peserta didik pada
pembelajaran kimia dapat dilihat dan disajikan pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Positif Peserta Didik
Pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura

Rata-rata
Emosi Positif
emosi
Bahagia Berani Haru Cinta positif
R K
Persentase Persentase Persentase Persentase peserta
(%) (%) (%) (%) didik (%)
R30 90,72 74,36 93,33 86,67 86,27 Tinggi
R8 84,64 41,03 100,00 93,33 79,75 Tinggi
R27 86,09 53,85 83,33 83,33 76,65 Tinggi
R36 78,94 69,23 76,67 76,67 75,38 Cukup
R35 88,31 48,72 73,33 90,00 75,09 Cukup
R13 79,93 43,59 100,00 76,67 75,05 Cukup
R20 81,93 56,41 86,67 70,00 73,75 Cukup
R33 81,16 43,59 90,00 80,00 73,69 Cukup
R15 91,50 61,54 60,00 80,00 73,26 Cukup
R37 76,33 79,49 53,33 76,67 71,45 Cukup
R29 81,45 43,59 90,00 66,67 70,43 Cukup
R32 82,83 56,41 66,67 66,67 68,14 Cukup
R21 76,38 43,59 73,33 73,33 66,66 Cukup
R18 71,57 46,15 93,33 53,33 66,10 Cukup
R6 74,69 58,97 66,67 63,33 65,92 Cukup
R31 77,58 38,46 66,67 80,00 65,68 Cukup
R16 77,58 61,54 73,33 50,00 65,61 Cukup
R38 76,57 61,54 70,00 53,33 65,36 Cukup
R12 80,00 51,28 63,33 66,67 65,32 Cukup
R11 62,54 74,36 56,67 66,67 65,06 Cukup
R1 58,21 48,72 73,33 73,33 63,40 Cukup
R19 69,11 46,15 66,67 66,67 62,15 Cukup
R7 78,74 46,15 53,33 60,00 59,56 Cukup
R17 82.42 15,38 73,33 66,67 59,45 Cukup
R34 71.16 56,41 50,00 53,33 57,73 Cukup
R2 63.,12 56,41 60,00 46,67 56,55 Cukup
R26 69,11 30,77 70,00 53,33 55,80 Cukup
R9 74,28 23,08 56,67 60,00 53,50 Cukup

50
Lanjutan Tabel 4.5 Data hasil Analisis Tingkat Emosional Positif Peserta
Didik pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura

Rata-rata
Emosi Positif
emosi
Bahagia Berani Haru Cinta positif
R K
peserta
Persentase Persentase Persentase Persentase
(%) (%) (%) (%) didik (%)
R25 68,33 35,90 50,00 53,33 51,89 Cukup
R10 81,18 12,82 56,67 56,67 51,83 Cukup
R28 70,07 53,85 20,00 60,00 50,98 Rendah
R4 66,69 46,15 43,33 46,67 50,71 Rendah
R3 56,06 46,15 53.33 43,33 49,72 Rendah
R5 72,61 43,59 16,67 53,33 46,55 Rendah
R14 64,42 30,77 33,33 56,67 46,30 Rendah
R24 57,87 66,67 0,00 60,00 46,14 Rendah
R39 64,01 28,21 46,67 40,00 44,72 Rendah
R23 64,28 53,85 6,67 36,67 40,36 Rendah
R22 65,29 17,95 26,67 43,33 38,31 Rendah
Rata-rata 74,30 47,86 61,37 63,68
(%) (cukup) (cukup) (cukup) (cukup)
Rata-rata (%) emosi positif 61,80 cukup

Keterangan:
R = Responden K = Kategori

Tabel 4.5 menunjukkan rincian analisis persentase tingkat emosional


positif pada peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura yang
berbeda-beda. Rata-rata persentase pada setiap indikator emosi positif yaitu
emosi bahagia, berani, haru, dan cinta berturut-turut yaitu sebesar 74,30%,
47,86%, 61,37%, dan 63,68%. Rata-rata tingkat emosional positif secara
keseluruhan dari peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
sebesar 61,80% termasuk pada kategori cukup. Gambar diagram berikut
menunjukkan persentase tingkat emosional positif peserta didik kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembejaran kimia berdasarkan kategori
tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah.

51
Persentase Tingkat Emosional Positif Peserta Didik Kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembejaran Kimia
Berdasarkan Kategori Tingkat Emosional
80.00
69.23
70.00

60.00
Junlah Peserta Didik (%)

50.00

40.00

30.00
23.08
20.00

10.00 7.69
0.00
0.00
Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah

Kategori

Gambar 4.6 Diagram Persentase Tingkat Emosional Positif Peserta Didik


Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran Kimia

Gambar 4.6 menunjukkan persentase tingkat emosional positif


peserta didik pada pembelajaran kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura pada kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah berturut-
turut sebesar 7,69%, 69,23%, 23,08%, dan 0,00%. Berdasarkan diagram
tersebut sebesar 69,23% peserta didik memiliki tingkat emosional positif
yang termasuk dalam kategori cukup.

a. Data Hasil Emosi Bahagia

Data hasil analisis pada emosi bahagia terdiri dari 3 indikator,


yaitu indikator senang, indikator gembira, dan indikator puas. Hasil
analisis pada emosi bahagia sebagai berikut:

52
1) Data Hasil Emosi Pada Indikator Senang

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi bahagia pada indikator senang
dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik


pada Indikator Senang

Indikator Senang
Sangat Kurang Tidak
Senang
No Item Senang Senang Senang N
F % F % F % F %
13 (2) 0 0,00 7 17,95 19 48,72 13 33,33 39
17 24 61,54 14 35,90 1 2,56 0 0,00 39
25 (2) 3 7,69 6 15,38 17 43,59 13 33,33 39
31 16 41,03 16 41,03 5 12,82 2 5,13 39
32 11 28,21 25 64,10 2 5,13 1 2,56 39
34 25 64,10 14 35,90 0 0,00 0 0,00 39
35 26 66,67 10 25,64 1 2,56 2 5,13 39
54 8 20,51 21 53,85 9 23,08 1 2,56 39
55 7 17,95 21 53,85 8 20,51 3 7,69 39
64 10 25,64 27 69,23 2 5,13 0 0,00 39
67 11 28,21 22 56,41 6 15,38 0 0,00 39
70 16 41,03 22 56,41 1 2,56 0 0,00 39
71 13 33,33 22 56,41 2 5,13 2 5,13 39
72 8 20,51 25 64,10 3 7,69 3 7,69 39
73 15 38,46 22 56,41 1 2,56 1 2,56 39
74 11 28,21 25 64,10 3 7,69 0 0,00 39
78 (1) 10 25,64 19 48,72 9 23,08 1 2,56 39
84 11 28,21 25 64,10 2 5,13 1 2,56 39
85 9 23,08 27 69,23 2 5,13 1 2,56 39
86 13 33,33 21 53,85 4 10,26 1 2,56 39
87 7 17,95 26 66,67 5 12,82 1 2,56 39
88 7 17,95 21 53,85 10 25,64 1 2,56 39
89 24 61,54 11 28,21 4 10,26 0 0,00 39
90 25 64,10 13 33,33 1 2,56 0 0,00 39
91 19 48,72 16 41,03 2 5,13 2 5,13 39
92 20 51,28 19 48,72 0 0,00 0 0,00 39
93 10 25,64 24 61,54 5 12,82 0 0,00 39
94 10 25,64 21 53,85 6 15,38 2 5,13 39
95 12 30,77 24 61,54 3 7,69 0 0,00 39
96 13 33,33 23 58,97 3 7,69 0 0,00 39
105 (1) 18 46,15 15 38,46 4 10,26 2 5,13 39
106 (1) 27 69,23 11 28,21 1 2,56 0 0,00 39
112 9 23,08 18 46,15 8 20,51 4 10,26 39
118 (1) 10 25,64 17 43,59 10 25,64 2 5,13 39
121 (1) 11 28,21 21 53,85 5 12,82 2 5,13 39
122 (1) 2 5,13 9 23,08 15 38,46 13 33,33 39
126 15 38,46 21 53,85 2 5,13 1 2,56 39
127 (2) 1 2,56 7 17,95 21 53,85 10 25,64 39
128 (2) 11 28,21 18 46,15 6 15,38 4 10,26 39

53
Lanjutan Tabel 4.6 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta
Didik pada Indikator Senang

Indikator Senang
Sangat Kurang Tidak
Senang
No Item Senang Senang Senang N
F % F % F % F %
129 (1) 19 48,72 19 48,72 1 2,56 0 0,00 39
130 (1) 1 2,56 9 23,08 17 43,59 12 30,77 39
131 (1) 2 5,13 14 35,90 13 33,33 10 25,64 39
132 9 23,08 26 66,67 3 7,69 1 2,56 39
134 (2) 5 12,82 5 12,82 18 46,15 11 28,21 39
135 (2) 0 0,00 9 23,08 21 53,85 9 23,08 39
136 (1) 15 38,46 18 46,15 3 7,69 3 7,69 39
Jumlah F 549 826 284 135
Rata-rata
30,60% 46,04% 15,83% 7.53%
persen
Total F 1.794
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator senang pada emosi bahagia yang dimiliki peserta


didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada
Tabel 4.6. Respon peserta didik yang menjawab sangat senang,
senang, kurang senang, dan tidak senang dengan persentase
berturut-turut sebesar 30,60%, 46,04%, 15,83%, dan 7,53% dan
persentase tertinggi pada kategori senang.

2) Data Hasil Emosi pada Indikator Gembira

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi bahagia pada indikator
gembira dapat dilihat pada Tabel 4.7.

54
Tabel 4.7 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik
pada Indikator Gembira

Indikator Gembira
Sangat Kurang Tidak
Gembira
No Item Gembira Gembira Gembira N
F % F % F % F %
12 (2) 0 0,00 5 12,82 15 38,46 19 48,72 39
33 10 25,64 22 56,41 4 10,26 3 7,69 39
48 19 48,72 18 46,15 2 5,13 0 0,00 39
97 25 64,10 13 33,33 1 2,56 0 0,00 39
120 13 33,33 19 48,72 7 17,95 0 0,00 39
Jumlah F 67 77 29 22
Rata-rata
34,36% 39,49% 14,87% 11,28%
persen
Total F 195
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator gembira pada emosi bahagia yang dimiliki peserta


didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada
Tabel 4.7. Respon peserta didik yang menjawab sangat gembira,
gembira, kurang gembira, dan tidak gembira dengan persentase
berturut-turut sebesar 34,36%, 39,49%, 14,87%, dan 11,28% dan
persentase tertinggi pada kategori gembira.

3) Data Hasil Emosi pada Indikator Puas

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi bahagia pada indikator puas
dapat dilihat pada Tabel 4.8.

55
Tabel 4.8 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik
pada Indikator Puas

Indikator Puas
Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas
No Item N
F % F % F % F %
7 27 69,23 12 30,77 0 0,00 0 0,00 39
14 27 69,23 11 28,21 1 2,56 0 0,00 39
15 27 69,23 11 28,21 1 2,56 0 0,00 39
16 29 74,36 9 23,08 0 0,00 1 2,56 39
Jumlah F 110 43 2 1
Rata-rata
70,51% 27,56% 1.28% 0,64%
persen
Total F 156
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator puas pada emosi bahagia yang dimiliki peserta


didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada
Tabel 4.8. Respon peserta didik yang menjawab sangat puas, puas,
kurang puas, dan tidak puas dengan persentase berturut-turut sebesar
70,51%, 27,56%, 1,28%, dan 0,64% dan persentase tertinggi pada
kategori sangat puas.

b. Data Hasil Emosi Berani

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 pada indikator berani dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Berani

Indikator Berani
Sangat Kurang
No Berani Tidak Berani
Berani Berani N
Item
F % F % F % F %
5 2 5,13 15 38,46 18 46,15 4 10,26 39
6 0 0,00 7 17,95 24 61,54 8 20,51 39
66 1 2,56 23 58,97 11 28,21 4 10,26 39
77 13 33,33 17 43,59 5 12,82 4 10,26 39

56
Lanjutan Tabel 4.9 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta
Didik pada Indikator Berani

Indikator Berani
Sangat Kurang
No Berani Tidak Berani
Berani Berani N
Item
F % F % F % F %
81 3 7,69 13 33,33 15 38,46 8 20,51 39
82 4 10,26 24 61,54 10 25,64 1 2,56 39
83 6 15,38 23 58,97 9 23,08 1 2,56 39
103 (1) 5 12,82 23 58,97 7 17,95 4 10,26 39
104 (2) 3 7,69 16 41,03 18 46,15 2 5,13 39
107 (2) 3 7,69 16 41,03 16 41,03 4 10,26 39
119 2 5,13 9 23,08 25 64,10 3 7,69 39
128 (1) 1 2,56 11 28,21 15 38,46 12 30,77 39
129 (2) 0 0,00 7 17,95 18 46,15 14 35,90 39
Jumla
43 204 191 69
hF
Rata-
rata 8,48% 40,24% 37,67% 13,61%
persen
Total F 507
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator berani yang dimiliki peserta didik kelas XII IPA 3


SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel 4.9. Respon peserta
didik yang menjawab sangat berani, berani, kurang berani, dan tidak
berani dengan persentase berturut-turut sebesar 8,48%, 40,24%,
37,67%, dan 13,61% dan persentase tertinggi pada ketegori berani.

c. Data Hasil Emosi Haru

Data hasil analisis pada emosi haru terdiri dari 2 indikator, yaitu
indikator iba dan terharu. Hasil analisis pada emosi haru sebagai berikut:

1) Data Hasil Emosi Haru pada Indikator Iba

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi haru pada indikator iba dapat
dilihat pada Tabel 4.10.

57
Tabel 4.10 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik
pada Indikator Iba

Indikator Iba
Sangat Iba Iba Kurang Iba Tidak Iba
No Item N
F % F % F % F %
42 5 12,82 16 41,03 8 20,51 10 25,64 39
43 8 20,51 20 51,28 5 12,82 6 15,38 39
44 6 15,38 17 43,59 9 23,08 7 17,95 39
45 13 33,33 16 41,03 5 12,82 5 12,82 39
57 11 28,21 20 51,28 4 10,26 4 10,26 39
Jumlah F 43 89 31 32
Rata-rata
22,05% 45,64% 15.90% 16,41%
persen
Total F 195
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator iba pada emosi terharu yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura terdapat pada Tabel 4.10.
Respon peserta didik yang menjawab sangat iba, iba, kurang iba, dan
tidak iba dengan persentase berturut-turut sebesar 22,05%, 45,64%,
15,90%, dan 16,41% dan persentase tertinggi pada kategori iba.

2) Data Hasil Emosi Haru pada Indikator Terharu

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi haru pada indikator terharu
dapat dilihat pada Tabel 4.11.

58
Tabel 4.11 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik
pada Indikator Terharu

Indikator Terharu
Sangat Kurang
Terharu Tidak terharu
No Item Terharu Terharu N
F % F % F % F %
53 10 25,64 22 56,41 2 5,13 5 12,82 39
Jumlah F 10 22 2 5
Rata-rata
25,64% 56,41% 5,13% 12,82%
persen
Total F 39
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator terharu pada emosi haru yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel
4.11. Respon peserta didik yang menjawab sangat terharu, terharu,
kurang terharu, dan tidak terharu dengan persentase berturut-turut
sebesar 25,64%, 56,41%, 5,13%, dan 12,82% dan persentase
tertinggi pada kategori terharu.

d. Data Hasil Emosi Cinta

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 pada indikator cinta dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Cinta

Indikator Suka
Sangat Suka Suka Kurang Suka Tidak Suka
No Item N
F % F % F % F %
27 1 2,56 12 30,77 19 48,72 7 17,95 39
28 5 12,82 23 58,97 6 15,38 5 12,82 39
29 1 2,56 19 48,72 15 38,46 4 10,26 39
56 23 58,97 13 33,33 2 5,13 1 2,56 39
65 21 53,85 15 38,46 3 7,69 0 0,00 39
69 (1) 13 33,33 20 51,28 5 12,82 1 2,56 39
113 14 35,90 19 48,72 5 12,82 1 2,56 39

59
Lanjutan Tabel 4.12 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta
Didik pada Indikator Cinta

Indikator Suka
Kurang
Sangat Suka Suka Tidak Suka
No Item Suka N
F % F % F % F %
114 17 43,59 18 46,15 4 10,26 0 0,00 39
116 (1) 7 17,95 21 53,85 9 23,08 2 5,13 39
117 (2) 4 10,26 10 25,64 19 48,72 6 15,38 39
Jumlah F 106 170 87 27
Rata-rata
27,18% 43,59% 22,31% 6,92%
persen
Total F 390
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator cinta yang dimiliki peserta didik kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel 4.12. Respon peserta didik
yang menjawab sangat suka, suka, kurang suka dan tidak suka dengan
persentase berturut-turut sebesar 27,18%, 43,59%, 22,31%, dan 6,92%
dan persentase tertinggi pada kategori suka.

6. Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik Berdasarkan


Indikator Emosi Negatif pada Pembelajaran Kimia

Tingkat emosional negatif peserta didik pada pembelajaran kimia di


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran
2022/2023 terdiri dari 5 indikator emosi, yaitu: marah, sedih, takut, malu,
dan jijik. Data hasil analisis tingkat emosional positif peserta didik pada
pembelajaran kimia dapat dilihat pada Tabel 4.13 dengan masing-masing
persentase tingkat emosional sebagai berikut:

60
Tabel 4.13 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Negatif Peserta Didik
pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura

Rata-rata
Emosi Negatif
emosi
R Marah Sedih Takut Malu Jijik negatif K

Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase peserta


(%) (%) (%) (%) (%) didik (%)
R30 70,58 84,21 87,22 91,67 100,00 86,74 Tinggi
R17 62,67 73,68 93,89 63,19 100,00 78,69 Tinggi
R27 60,16 78,95 86,67 88,19 50,00 72,79 Cukup
R8 33,16 87,72 84,44 88,19 50,00 68,70 Cukup
R21 42,83 59,65 83,89 79,86 66,67 66,58 Cukup
R13 38,70 71,93 77,78 84,03 50,00 64,49 Cukup
R33 46,15 78,95 80,56 63,89 50,00 63,91 Cukup
R18 38,05 61,40 84,44 72,92 58,33 63,03 Cukup
R36 47,83 64,91 77,22 74,31 50,00 62,85 Cukup
R12 49,37 66,67 78,33 68,06 50,00 62,49 Cukup
R31 39,74 64,91 66,11 72,92 66,67 62,07 Cukup
R29 43,96 52,63 84,44 65,28 58,33 60,93 Cukup
R6 56,63 52,63 57,78 59,03 75,00 60,21 Cukup
R19 42,94 43,86 83,33 80,56 50,00 60,14 Cukup
R10 53,49 45,61 65,56 60,42 75,00 60,02 Cukup
R16 49,40 68,42 72,22 49,31 58,33 59,54 Cukup
R25 50,06 42,11 68,33 67,36 66,67 58,91 Cukup
R1 52,48 63,16 64,44 56,94 50,00 57,41 Cukup
R20 52,28 59,65 62,22 45,14 58,33 55,53 Cukup
R5 68,69 31,58 60,00 66,67 50,00 55,39 Cukup
R2 49,57 50,88 53,89 52,78 58,33 53,09 Cukup
R7 46,05 45,61 59,44 54,86 58,33 52,86 Cukup
R32 49,21 50,88 53,33 51,39 50,00 50,96 Rendah
R9 34,88 47,37 75,00 60,42 33,33 50,20 Rendah
R26 54,10 42,11 52,78 42,36 58,33 49,94 Rendah
R3 37,20 56,14 55,56 52,08 41,67 48,53 Rendah
R15 36,42 42,11 56,67 45,14 58,33 47,73 Rendah
R14 44,68 52,63 59,44 37,50 41,67 47,18 Rendah
R35 34,10 45,61 62,22 57,64 33,33 46,58 Rendah
R28 27,17 47,37 68,89 46,53 41,67 46,32 Rendah
R34 55,58 40,35 54,44 46,53 33,33 46,05 Rendah
R22 28,99 47,37 61,11 74,31 16,67 45,69 Rendah
R4 44,12 40,35 49,44 27,78 33,33 39,01 Rendah
R39 13,59 7,02 60,00 51,39 58,33 38,07 Rendah
R37 22,27 38,60 56,67 13,89 41,67 34,62 Rendah
Sangat
R38 18,40 7,02 6,11 0,00 66,67 19,64
Rendah
Sangat
R11 6,64 10,53 13,89 12,50 8,33 10,38
Rendah
Sangat
R23 13,95 3,51 12,22 4,17 16,67 10,10
Rendah

61
Lanjutan Tabel 4.13 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Negatif Peserta
Didik pada Pembelajaran Kimia di Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura

rata-rata
Emosi Negatif
emosi
Marah Sedih Takut Malu Jijik negatif
R K
Persentase Persentase Persentase Persentase Persentase peserta
(%) (%) (%) (%) (%) didik (%)

Sangat
R24 16,04 0,00 6,67 2,08 8,33 6,62
Rendah
Rata-
41,85 49,44 62,48 54,65 51,07
rata (%)
per- (Rendah) (Rendah) (Cukup) (Cukup) (Cukup)
indikator
Rata-rata (%) emosi positif 51,90 Cukup

Keterangan:

R = Responden K = Kategori

Tabel 4.13 menunjukkan rincian analisis persentase tingkat


emosional negatif pada peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura yang berbeda-beda. Rata-rata persentase pada setiap indikator
emosi negatif yaitu emosi marah, sedih, takut, malu, dan jijik berturut-turut
yaitu sebesar 41,85%, 49,44%, 62,48%, 54,65%, dan 51,07%. Rata-rata
tingkat emosional negatif secara keseluruhan peserta didik kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura sebesar 51,90% dan termasuk pada kategori cukup.
Gambar diagram berikut menunjukkan persentase tingkat emosional negatif
peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran
kimia berdasarkan kategori tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah.

62
Persentase Tingkat Emosional Negatif Peserta Didik Kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran Kimia
Berdasarkan Kategori Tingkat Emosional

60.00
51.28
50.00
Jumlah Peserta Didik (%)

40.00
33.33
30.00

20.00
10.26
10.00 5.13

0.00
Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
Kategori

Gambar 4.7 Diagram Persentase Tingkat Emosional Negatif Peserta Didik


Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran Kimia

Gambar 4.7 menunjukkan persentase tingkat emosional negatif


peserta didik pada pembelajaran kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura pada kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah berturut-
turut yaitu sebesar 5,13%, 51,28%, 33,33%, dan 10,26%. Berdasarkan
diagram tersebut sebesar 51,28% peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura memiliki tingkat emosional negatif yang termasuk dalam
kategori cukup.

a. Data Hasil Emosi Marah

Data hasil analisis pada emosi marah terdiri dari 3 indikator,


yaitu indikator marah, kesal, dan jengkel. Hasil analisis pada emosi
marah pada indikator marah dapat dilihat sebagai berikut:

63
1) Data Hasil Emosi Marah pada Indikator Marah

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura untuk emosi marah
pada indikator marah dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Marah

Indikator Marah
Kurang
Sangat Marah Marah Tidak Marah
No Item Marah N
F % F % F % F %
10 (2) 2 5,13 14 35,90 13 33,33 10 25,64 39
11 (2) 4 10,26 7 17,95 15 38,46 13 33,33 39
39 10 25,64 11 28,21 12 30,77 6 15,38 39
40 1 2,56 7 17,95 4 10,26 27 69,23 39
47 4 10,26 20 51,28 8 20,51 7 17,95 39
49 15 38,46 15 38,46 5 12,82 4 10,26 39
50 6 15,38 13 33,33 9 23,08 11 28,21 39
61 2 5,13 5 12,82 17 43,59 15 38,46 39
127 (1) 1 2,56 8 20,51 17 43,59 13 33,33 39
Jumlah F 45 100 100 106
Rata-rata
12,82% 28,49% 28,49% 30,20%
persen
Total F 351
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator marah pada emosi marah peserta didik di kelas XII


IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel 4.14. Respon
peserta didik yang menjawab sangat marah, marah, kurang marah,
dan tidak marah dengan persentase berturut-turut sebesar 12,82%,
28,49%, 28,49%, dan 30,20% dan persentase tertinggi pada kategori
tidak marah.

2) Data Hasil Emosi Marah pada Indikator Kesal

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura untuk emosi marah
pada indikator kesal dapat dilihat pada Tabel 4.15.

64
Tabel 4.15 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Kesal

Indikator Kesal
Sangat Kesal Kesal Kurang Kesal Tidak Kesal
No Item N
F % F % F % F %
23 (3) 0 0,00 16 41,03 11 28,21 12 30,77 39
26 (2) 15 38,46 15 38,46 6 15,38 3 7,69 39
36 (2) 10 25,64 19 48,72 2 5,13 8 20,51 39
37 (2) 3 7,69 2 5,13 7 17,95 27 69,23 39
41 12 30,77 11 28,21 8 20,51 8 20,51 39
52 9 23,08 20 51,28 6 15,38 4 10,26 39
58 13 33,33 12 30,77 7 17,95 7 17,95 39
62 9 23,08 10 25,64 11 28,21 9 23,08 39
63 9 23,08 18 46,15 6 15,38 6 15,38 39
79 (1) 7 17,95 5 12,82 9 23,08 18 46,15 39
80 (2) 6 15,38 6 15,38 13 33,33 14 35,90 39
98 7 17,95 6 15,38 11 28,21 15 38,46 39
100 4 10,26 20 51,28 9 23,08 6 15,38 39
103 (2) 1 2,56 7 17,95 11 28,21 20 51,28 39
104 (1) 3 7,69 11 28,21 11 28,21 14 35,90 39
105 (2) 0 0,00 4 10,26 10 25,64 25 64,10 39
106 (2) 1 2,56 1 2,56 7 17,95 30 76,92 39
107 (1) 1 2,56 14 35,90 11 28,21 13 33,33 39
115 (2) 2 5,13 12 30,77 9 23,08 16 41,03 39
116 (2) 0 0,00 4 10,26 16 41,03 19 48,72 39
117 (1) 0 0,00 11 28,21 12 30,77 16 41,03 39
118 (2) 1 2,56 7 17,95 10 25,64 21 53,85 39
121 (2) 0 0,00 4 10,26 12 30,77 23 58,97 39
134 (1) 9 23,08 11 28,21 9 23,08 10 25,64 39
135 (1) 2 5,13 17 43,59 10 25,64 10 25,64 39
Jumlah F 124 263 234 354
Rata-rata
12,72% 26,97% 24,00% 36,31%
persen
Total F 975
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator kesal pada emosi marah yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel
4.15. Respon peserta didik yang menjawab sangat kesal, kesal,
kurang kesal, dan tidak kesal dengan persentase berturut-turut
sebesar 12,72%, 26,97%, 24,00%, dan 36,31% dan persentase
tertinggi pada kategori tidak kesal.

65
3) Data Hasil Emosi Marah pada Indikator Jengkel

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi marah pada indikator jengkel
dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik


pada Indikator Jengkel

Indikator Jengkel
Sangat Kurang
Jengkel Tidak Jengkel
No Item Jengkel Jengkel N
F % F % F % F %
22 (1) 1 2,56 9 23,08 13 33,33 16 41,03 39
46 13 33,33 13 33,33 7 17,95 6 15,38 39
51 8 20,51 14 35,90 8 20,51 9 23,08 39
59 9 23,08 16 41,03 6 15,38 8 20,51 39
60 10 25,64 16 41,03 7 17,95 6 15,38 39
69 (2) 0 0,00 5 12,82 8 20,51 26 66,67 39
78 (2) 1 2,56 5 12,82 7 17,95 26 66,67 39
99 6 15,38 16 41,03 9 23,08 8 20,51 39
109 19 48,72 15 38,46 3 7,69 2 5,13 39
110 12 30,77 15 38,46 4 10,26 8 20,51 39
122 (2) 4 10,26 6 15,38 11 28,21 18 46,15 39
130 (3) 4 10,26 12 30,77 14 35,90 9 23,08 39
Jumlah F 87 142 97 142
Rata-rata
18,59% 30,34% 20,73% 30,34%
persen
Total F 468
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator jengkel pada emosi marah yang dimiliki peserta


didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada
Tabel 4.16. Respon peserta didik yang menjawab sangat jengkel,
jengkel, kurang jengkel, dan tidak jengkel dengan persentase
berturut-turut sebesar 18,59%, 30,34%, 20,73%, dan 30,34% dengan
persentase tertinggi pada kategori jengkel dan tidak jengkel.

66
b. Data Hasil Emosi Sedih

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2022/2023 pada indikator sedih dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Sedih

Indikator Sedih
Sangat Sedih Sedih Kurang Sedih Tidak Sedih
No Item N
F % F % F % F %
10 (1) 12 30,77 15 38,46 7 17,95 5 12,82 39
11 (1) 14 35,90 18 46,15 3 7,69 4 10,26 39
18 6 15,38 21 53,85 5 12,82 7 17,95 39
20 (1) 11 28,21 15 38,46 8 20,51 5 12,82 39
22 (3) 2 5,13 15 38,46 9 23,08 13 33,33 39
23 (2) 8 20,51 18 46,15 5 12,82 8 20,51 39
30 12 30,77 17 43,59 2 5,13 8 20,51 39
36 (1) 8 20,51 22 56,41 1 2,56 8 20,51 39
37 (1) 4 10,26 12 30,77 7 17,95 16 41,03 39
38 (1) 13 33,33 19 48,72 0 0,00 7 17,95 39
68 15 38,46 13 33,33 7 17,95 4 10,26 39
76 4 10,26 11 28,21 9 23,08 15 38,46 39
79 (2) 2 5,13 6 15,38 8 20,51 23 58,97 39
80 (1) 5 12,82 16 41,03 9 23,08 9 23,08 39
102 6 15,38 13 33,33 10 25,64 10 25,64 39
115 (1) 7 17,95 10 25,64 10 25,64 12 30,77 39
131 (2) 6 15,38 12 30,77 7 17,95 14 35,90 39
133 8 20,51 10 25,64 9 23,08 12 30,77 39
136 (2) 3 7,69 3 7,69 13 33,33 20 51,28 39
Jumlah F 146 266 129 200
Rata-rata
19,70% 35,90% 17,41% 26,99%
persen
Total F 741
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator sedih yang dimiliki peserta didik kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel 4.17. Respon peserta didik
yang menjawab sangat sedih, sedih, kurang sedih, dan tidak sedih
dengan persentase berturut-turut sebesar 19,70%, 35,90%, 17,41%, dan
26,99% dengan persentase tertinggi pada kategori sedih.

67
c. Data Hasil Emosi Takut

Data hasil analisis pada emosi takut terdiri dari 2 indikator, yaitu
indikator takut dan cemas. Hasil analisis pada emosi takut yaitu:

1) Data Hasil Emosi Takut pada Indikator Takut

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi takut pada indikator takut
dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Takut

Indikator Takut
Sangat Takut Takut Kurang Takut Tidak Takut
No Item N
F % F % F % F %
8 1 2,56 15 38,46 13 33,33 10 25,64 39
9 7 17,95 19 48,72 10 25,64 3 7,69 39
75 8 20,51 12 30,77 7 17,95 12 30,77 39
101 11 28,21 15 38,46 6 15,38 7 17,95 39
125 12 30,77 18 46,15 5 12,82 4 10,26 39
Jumlah F 39 79 41 36
Rata-rata
20,00% 40,51% 18,46%
persen 21,03%
Total F 195
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator takut pada emosi takut yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel
4.18. Respon peserta didik yang menjawab sangat takut, takut,
kurang takut, dan tidak takut dengan persentase berturut-turut
sebesar 20,00%, 40,51%, 21,03%, dan 18,46% dengan persentase
tertinggi pada kategori takut.

68
2) Data Hasil Emosi Takut pada Indikator Cemas

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi takut pada indikator cemas
dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik


pada Indikator Cemas

Indikator Cemas
Kurang
Sangat Cemas Cemas Tidak Cemas
No Item Cemas N
F % F % F % F %
1 13 33,33 15 38,46 9 23,08 2 5,13 39
2 18 46,15 16 41,03 1 2,56 4 10,26 39
12 (1) 19 48,72 15 38,46 1 2,56 4 10,26 39
13 (1) 11 28,21 16 41,03 6 15,38 6 15,38 39
25 (1) 14 35,90 15 38,46 6 15,38 4 10,26 39
26 (1) 27 69,23 8 20,51 1 2,56 3 7,69 39
Jumlah F 102 85 24 23
Rata-rata
43,59% 36,32% 10,26% 9,83%
persen
Total F 234
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator cemas pada emosi takut yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel
4.19. Respon peserta didik yang menjawab sangat cemas, cemas,
kurang cemas, dan tidak cemas dengan persentase berturut-turut
sebesar 43,59%, 36,32%, 10,26%, dan 9,83% dengan persentase
tertinggi pada kategori sangat cemas.

d. Data Hasil Emosi Malu

Data hasil analisis pada emosi malu terdiri dari 2 indikator, yaitu
indikator malu dan gugup. Hasil analisis pada emosi malu yaitu:

69
1) Data Hasil Emosi Malu pada Indikator Malu

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi malu pada indikator malu
dapat dilihat pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Malu

Indikator Malu
Sangat Malu Malu Kurang Malu Tidak Malu
No Item N
F % F % F % F %
3 2 5,13 10 25,64 7 17,95 20 51,28 39
4 3 7,69 14 35,90 9 23,08 13 33,33 39
19 6 15,38 16 41,03 11 28,21 6 15,38 39
20 (2) 9 23,08 17 43,59 4 10,26 9 23,08 39
21 13 33,33 18 46,15 2 5,13 6 15,38 39
22 (2) 11 28,21 21 53,85 3 7,69 4 10,26 39
23 (1) 14 35,90 17 43,59 3 7,69 5 12,82 39
38 (2) 12 30,77 16 41,03 4 10,26 7 17,95 39
Jumlah F 70 129 43 70
Rata-rata
22,44% 41,35% 13,78% 22,44%
persen
Total F 312
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator malu pada emosi malu yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel
4.20. Respon peserta didik yang menjawab sangat malu, malu,
kurang malu, dan tidak malu dengan persentase berturut-turut
sebesar 22,44%, 41,35%, 13,78%, dan 22,44% dengan persentase
tertinggi pada kategori malu.

2) Data Hasil Emosi Malu pada Indikator Gugup

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil

70
Tahun Ajaran 2022/2023 untuk emosi malu pada indikator gugup
dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik


pada Indikator Gugup

Indikator Gugup
Kurang
Sangat Gugup Gugup Tidak Gugup
No Item Gugup N
F % F % F % F %
24 4 10,26 19 48,72 6 15,38 10 25,64 39
127 (3) 9 23,08 18 46,15 5 12,82 7 17,95 39
130 (2) 12 30,77 15 38,46 2 5,13 10 25,64 39
Jumlah F 25 52 13 27
Rata-rata
21,37% 44,44% 11,11% 23,08%
persen
Total F 117
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator gugup pada emosi malu yang dimiliki peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura ditunjukkan pada Tabel
4.21. Respon peserta didik yang menjawab sangat gugup, gugup,
kurang gugup, dan tidak gugup dengan persentase berturut-turut
sebesar 21,37%, 44,44%, 11,11%, dan 23,08% dengan persentase
tertinggi pada kategori gugup.

e. Data Hasil Emosi Jijik

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran


kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2022/2023 pada indikator jijik dapat dilihat pada Tabel 4.20
sebaga berikut:

71
Tabel 4.22 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Indikator Jijik

Indikator Jijik
Sangat Jijik Jijik Kurang Jijik Tidak Jijik
No Item N
F % F % F % F %
108 13 33,33 20 51,28 6 15,38 0 0,00 39
111 10 25,64 23 58,97 2 5,13 4 10,26 39
123 4 10,26 8 20,51 15 38,46 12 30,77 39
124 2 5,13 8 20,51 10 25,64 19 48,72 39
Jumlah F 29 59 33 35
Rata-rata
18,59% 37,82% 21,15% 22,44%
persen
Total F 156
Total
100,00%
Persen

Keterangan:

F = Frekuensi N = Jumlah peserta didik

Indikator jijik yang dimiliki peserta didik kelas XII IPA 3 SMA
Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023
ditunjukkan pada Tabel 4.22. Respon peserta didik yang menjawab
sangat jijik, jijik, kurang jijik, dan tidak jijik dengan persentase berturut-
turut sebesar 18,59%, 37,82%, 21,15%, 22,44% dengan persentase
tertinggi pada kategori jijik.

7. Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Berdasarkan Gender

Data hasil analisis tingkat emosional peserta didik pada


pembelajaran kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester
Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023 berdasarkan gender pria dan wanita
memiliki persentase tingkat emosional berbeda-beda sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi tingkat emosional peserta didik, data
berdasarkan gender pria dan wanita dapat dilihat pada tabel berikut:

72
Tabel 4.23 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
Gender Pria

Persentase Persentase Persentase


Jumlah Tingkat Tingkat Tingkat
Gender Responden Kategori
Skor Emosional Emosional Emosional
(%) Positif (%) Negatif (%)
L 30 426 81,14 Tinggi 86,27 86,74
L 17 355 67,62 Cukup 59,45 78,69
L 20 327 62,29 Cukup 73,75 55,53
L 6 324 61,71 Cukup 65,92 60,21
L 16 312 59,43 Cukup 65,61 59,54
L 5 306 58,29 Cukup 46,55 55,39
L 25 290 55,24 Cukup 51,89 58,91
L 2 280 53,33 Cukup 56,55 53,09
L 9 269 51,24 Cukup 53,50 50,20
L 14 267 50,86 Rendah 46,30 47,18
L 22 242 46,10 Rendah 38,31 45,69
L 38 203 38,67 Rendah 65,36 19,64
L 39 195 37,14 Rendah 44,72 38,07
L 24 159 30,29 Rendah 46,14 6,62
L 23 145 27,62 Rendah 40,36 10,10
56,05 48,37
Rata-rata 52,06 Cukup
(Cukup) (Rendah)

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa persentase tingkat emosional


peserta didik pada gender pria memiliki rata-rata persentase sebesar 52,06%
pada kategori cukup. Persentase tingkat emosional berdasarkan gender pria
pada kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah berturut-turut
sebesar 6,67%, 53,33%, 40,00%, dan 0,00% dengan persentase tertinggi
berada pada kategori cukup.

Tabel 4.24 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik pada
gender Wanita

Persentase Persentase Persentase


Jumlah Tingkat Tingkat Tingkat
Gender Responden Kategori
Skor Emosional Emosional Emosional
(%) Positif (%) Negatif (%)
P 27 381 72,57 Cukup 76,65 72,79
P 36 350 66,67 Cukup 75,38 62,85
P 8 347 66,10 Cukup 79,75 68,70
P 33 345 65,71 Cukup 73,69 63,91
P 13 332 63,24 Cukup 75,05 64,49

73
Lanjutan Tabel 4.24 Data Hasil Analisis Tingkat Emosional Peserta Didik
pada gender Wanita

Persentase Persentase Persentase


Jumlah Tingkat Tingkat Tingkat
Gender Responden Kategori
Skor Emosional Emosional Emosional
(%) Positif (%) Negatif (%)
P 21 327 62,29 Cukup 66,66 66,58
P 31 326 62,10 Cukup 65,68 62,07
P 12 323 61,52 Cukup 65,32 62,49
P 29 318 60,57 Cukup 70,43 60,93
P 32 315 60,00 Cukup 68,14 50,96
P 18 312 59,43 Cukup 66,10 63,03
P 15 308 58,67 Cukup 73,26 47,73
P 1 307 58,48 Cukup 63,40 57,41
P 35 304 57,90 Cukup 75,06 46,58
P 19 294 56,00 Cukup 62,15 60,14
P 7 293 55,81 Cukup 59,56 52,86
P 10 287 54,67 Cukup 51,83 60,02
P 26 281 53,52 Cukup 55,80 49,94
P 34 278 52,95 Cukup 57,73 46,05
P 28 263 50,10 Rendah 50,98 46,32
P 3 255 48,57 Rendah 49,72 48,53
P 37 250 47,62 Rendah 71,45 34,62
P 4 247 47,05 Rendah 50,71 39,01
P 11 194 36,95 Rendah 65,06 10,38
65,40 54,10
Rata-rata 57,44 Cukup
(Cukup) (Cukup)

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa persentase tingkat emosional


peserta didik pada gender wanita memiliki rata-rata persentase sebesar
57,44% pada kategori cukup. Persentase tingkat emosional berdasarkan
gender wanita pada kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah
berturut-turut sebesar 0,00%, 79,17%, 20,83%, dan 0,00% dengan
persentase tertinggi berada pada kategori cukup. Gambar diagram berikut
menunjukkan persentase tingkat emosional peserta didik di kelas XII IPA 3
SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia berdasarkan gender
dengan kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah.

74
Persentase Tingkat Emosional Berdasarkan Gender
pada Kategori Tingkat Emosional
90.00
79.17
80.00
Jumlah Peserta Didik (%)

70.00
60.00 53.33
50.00
40.00
40.00
30.00
20.83
20.00
10.00 6.67
0.00 0.00 0.00
0.00
tinggi cukup rendah sangat rendah
Kategori

laki-laki perempuan

Gambar 4.8 Diagram Persentase Tingkat Emosional Peserta Didik Kelas


XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada Pembelajaran Kimia Berdasarkan
Gender

Gambar 4.8 menunjukkan persentase tingkat emosional peserta didik


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura berdasarkan gender pria dan
Wanita. Persentase tingkat emosional berdasarkan gender pria memiliki
nilai berturut-turut berdasarkan kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat
rendah adalah 6,67%, 53,33%, 40,00%, dan 0,00%, sedangkan persentase
tingkat emosional berdasarkan gender wanita memiliki nilai berturut-turut
berdasarkan kategori tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah adalah
0,00%, 79,17%, 20,83%, dan 0,00%.

8. Data Hasil Analisis Indikator Emosional dan Hasil Belajar

Analisis tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran kimia di


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran
2022/2023 pada setiap indikator dapat dipahami menggunakan nilai UAS

75
Kimia sebagai indikator dalam melakukan analisis. Adapun hasil analisis
pada setiap indikator emosi dan nilai UAS Kimia terdapat pada Tabel 4.23
sebagai berikut:

Tabel 4.25 Data Hasil Analisis Indikator Emosional dan Nilai UAS Kimia Peserta
Didik Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil Tahun Ajaran
2022/2023

Persentase Tingkat Emosional (%) Nilai


No R UAS
A B C D E F G H I Kimia

1 R30 90,72 74,36 93,33 86,67 70,58 84,21 87,22 91,67 100,00 75,00
2 R27 86,09 53,85 83,33 83,33 60,16 78,95 86,67 88,19 50,00 77,00
3 R17 82,42 15,38 73,33 66,67 62,67 73,68 93,89 63,19 100,00 69,00
4 R36 78,94 69,23 76,67 76,67 47,83 64,91 77,22 74,31 50,00 79,00
5 R8 84,64 41,03 10,00 93,33 33,16 87,72 84,44 88,19 50,00 48,00
6 R33 81,16 43,59 90,00 80,00 46,15 78,95 80,56 63,89 50,00 81,00
7 R13 79,93 43,59 10,00 76,67 38,70 71,93 77,78 84,03 50,00 54,00
8 R20 81,93 56,41 86,67 70,00 52,28 59,65 62,22 45,14 58,33 71,00
9 R21 76,38 43,59 73,33 73,33 42,83 59,65 83,89 79,86 66,67 63,00
10 R31 77,58 38,46 66,67 80,00 39,74 64,91 66,11 72,92 66,67 33,00
11 R6 74,69 58,97 66,67 63,33 56,63 52,63 57,78 59,03 75,00 59,00
12 R12 80,00 51,28 63,33 66,67 49,37 66,67 78,33 68,06 50,00 83,00
13 R29 81,45 43,59 90,00 66,67 43,96 52,63 84,44 65,28 58,33 56,00
14 R32 82,83 56,41 66,67 66,67 49,21 50,88 53,33 51,39 50,00 21,00
15 R16 77,58 61,54 73,33 50,00 49,40 68,42 72,22 49,31 58,33 37,00
16 R18 71,57 46,15 93,33 53,33 38,05 61,40 84,44 72,92 58,33 53,00
17 R15 91,50 61,54 60,00 80,00 36,42 42,11 56,67 45,14 58,33 82,00
18 R1 58,21 48,72 73,33 73,33 52,48 63,16 64,44 56,94 50,00 53,00
19 R5 72,61 43,59 16,67 53,33 68,69 31,58 60,00 66,67 50,00 57,00
20 R35 88,31 48,72 73,33 90,00 34,10 45,61 62,22 57,64 33,33 78,00
21 R19 69,11 46,15 66,67 66,67 42,94 43,86 83,33 80,56 50,00 70,00
22 R7 78,74 46,15 53,33 60,00 46,05 45,61 59,44 54,86 58,33 52,00
23 R25 68,33 35,90 50,00 53,33 50,06 42,11 68,33 67,36 66,67 45,00
24 R10 81,18 12,82 56,67 56,67 53,49 45,61 65,56 60,42 75,00 48,00
25 R26 69,11 30,77 70,00 53,33 54,10 42,11 52,78 42,36 58,33 53,00
26 R2 63,12 56,41 60,00 46,67 49,57 50,88 53,89 52,78 58,33 63,00
27 R34 71,16 56,41 50,00 53,33 55,58 40,35 54,44 46,53 33,33 72,00

76
Lanjutan Tabel 4.25 Data Hasil Analisis Indikator Emosional dan Nilai UAS
Kimia Peserta Didik Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2022/2023

Persentase Tingkat Emosional (%) Nilai


No R UAS
A B C D E F G H I Kimia

28 R9 74,28 23,08 56,67 60,00 34,88 47,37 75,00 60,42 33,33 69,00
29 R14 64,42 30,77 33,33 56,67 44,68 52,63 59,44 37,50 41,67 59,00
30 R28 70,07 53,85 20,00 60,00 27,17 47,37 68,89 46,53 41,67 78,00
31 R3 56,06 46.15 53,33 43,33 37,20 56,14 55,56 52,08 41,67 47,00
32 R37 76,33 79,49 53,33 76,67 22,27 38,60 56,67 13,89 41,67 73,00
33 R4 66,69 46,15 43,33 46,67 44,12 40,35 49,44 27,78 33,33 63,00
34 R22 65,29 17,95 26,67 43,33 28,99 47,37 61,11 74,31 16,67 70,00
35 R38 76,57 61,54 70,00 53,33 18,40 7,02 6,11 0,00 66,67 65,00
36 R39 64,01 28,21 46,67 40,00 13,59 7,02 60,00 51,39 58,33 49,00
37 R11 62,54 74,36 56,67 66,67 6,64 10,53 13,89 12,50 8,33 72,00
38 R24 57,87 66,67 0,00 60,00 16,04 0,00 6,67 2,08 8,33 33,00
39 R23 64,28 53,85 6,67 36,67 13,95 3,51 12,22 4,17 16,67 48,00
Rata-rata
74,30 47,86 61,37 63,68 41,85 49,44 62,48 54,65 51,07 60,46
persentase

Keterangan:
H = Emosi malu
R = Responden D = Emosi cinta
I = Emosi Jijik
A = Emosi bahagia E = Emosi marah

B = Emosi berani F = Emosi sedih

C = Emosi haru G = Emosi takut

9. Data Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan kepada peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA


Negeri 1 Jayapura sebagai data pendukung dari hasil angket melalui
whatsapp. Pemilihan responden untuk wawancara yaitu peserta didik yang
mewakili hasil jawaban yang berbeda-beda di setiap kategorinya.
Responden pertama yaitu peserta didik yang memiliki persentase tingkat
emosional tertinggi, responden kedua dan ketiga yakni peserta didik yang

77
mempunyai persentase tingkat emosional dengan kategori cukup, serta
responden keempat yaitu peserta didik yang mempunyai persentase tingkat
emosional dengan kategori rendah, hasil wawancara dapat dilihat pada
Tabel 4.26.

Tabel 4.26 Data Hasil Wawancara Oleh 4 Perwakilan Peserta Didik di Kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura

No. Responden Petikan wawancara


Responden A adalah peserta didik dengan persentase tingkat emosional pada
kategori tinggi. Tanggapan terhadap pelajaran kimia cukup baik, kesulitan
belajar dan dorongan dari guru yang dirasa kurang baginya, sehingga
terkadang merasa sulit. Responden menyukai kimia bila berkaitan dengan
reaksi kimia, sedangkan yang tidak disukai yaitu pengerjaan latihan soal
1 A
yang sulit karena keterbatasan contoh, terkadang gangguan dari teman saat
belajar membuat kesulitan memahami materi. Guru mengajar cukup baik,
jika suasana hati guru sedang tidak baik maka peserta didik merasa tegang
saat belajar. Keinginan belajar kimia responden A sangat rendah karena
kimia bukan pelajaran yang diminatinya.
Responden B adalah peserta didik yang mempunyai persentase tingkat
emosional pada kategori cukup. Tanggapan responden terhadap pelajaran
kimia sangat baik, tidak sulit dan cukup menyenangkan. Responden sangat
menyukai kimia karena terdapat praktikum. Hal yang tidak yaitu memahami
2 B nama senyawa kimia. Kesulitan yang dialami jika sudah berhubungan
dengan materi di kelas X karena tidak mempelajari materi kimia dengan baik.
Guru yang mengajar cukup bagus penjelasannya. Keinginan/kemauan
responden dalam belajar kimia cukup baik karena banyak mempelajari
berbagai zat disertai adanya praktikum.
Responden C adalah peserta didik yang mempunyai persentase tingkat
emosional pada kategori cukup. Tanggapan terhadap pelajaran kimia sangat
baik dan menyukai kimia karena tidak banyak hitungan namun kurang suka
jika berkaitan dengan nama senyawa atau unsur kimia. Kesulitan yang
3 C
dialami jika materi yang ingin dipelajari lebih dalam tetapi sulit didapat baik
di internet atau buku paket dan materi dasar di kelas X tidak dikuasai dengan
baik karena sekolah online. Guru kimia yang mengajar sudah cukup baik
namun intonasi dalam menjelaskan terkadang terlalu cepat. Kemauan

78
responden dalam belajar kimia cukup baik pada awalnya, namun saat ini
materi yang dipelajari sulit dipahami.
Responden D adalah peserta didik yang mempunyai persentase tingkat
emosional pada kategori rendah. Tanggapan terhadap pelajaran kimia cukup
baik, kimia cukup rumit dan sulit baginya, walaupun telah dijelaskan oleh
guru tetapi terkadang masih membuatnya kurang paham. Responden tidak
dapat menyebut kimia sebagai pelajaran yang tidak disukai karena belajar
4 D kimia wajib baginya, namun responden sangat suka kimia bila dapat
memahami materi. Kesulitan responden dalam belajar kimia yaitu
memahami unsur atau senyawa kimia. Penjelasan guru kimia cukup baik dan
dapat dipahami. Keinginan belajar kimia cukup baik dengan tetap mengikuti
walaupun tidak memahami materi, karena belajar kimia adalah kewajiban
dari jurusan IPA.

B. Pembahasan

SMA Negeri 1 Jayapura adalah salah satu sekolah unggulan di kota


Jayapura yang mempunyai fasilitas cukup lengkap dan memadai serta
pengalaman pembelajaran menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 Jayapura
mempunyai cukup banyak prestasi yang diraih. Prestasi yang diraih
menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual dan keterampilan peserta didik di
sekolah tersebut cukup baik, namun rata-rata sekolah yang ada hanya cenderung
memperhatikan kemampuan kognitif dan keterampilan peserta didik saja tanpa
melihat bagaimana sikap peserta didik dalam belajar, sikap peserta didik ini
dapat dilihat dari tindakan yang muncul ketika diberikan stimulus misalnya dari
lingkungan sekolah, tindakan tersebut terlihat dari tingkat emosional berupa
luapan perasaannya ketika menghadapi suatu kondisi, tingkat emosional yang
muncul tersebut akan memunculkan tingkah laku peserta didik. Ananta (Lestari
dkk., 2019) menyatakan, terdapat peserta didik yang mempunyai kecerdasan
intelektual tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun
ada peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual yang relatif rendah
namun dapat meraih prestasi belajar yang tinggi, untuk itu faktor kecerdasan
intelektual bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan dalam pendidikan

79
melainkan faktor lainnya ialah kemampuan pengelolaan tingkat emosional.
Melalui pengelolaan tingkat emosional, peserta didik akan mampu mengelola
perasaanya, kemampuan memotivasi diri, kesanggupan tegar menghadapi
frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan kepuasaan sesaat,
mengatur suasana hati, mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain
(Kurnia & Wahono, 2021). Pamungkas (Lestari dkk., 2019) mengemukakan
bahwa pengelolaan emosional yang baik pada peserta didik akan
mendorongnya untuk lebih berprestasi, artinya kemampuannya dalam
memahami kelemahan dan kelebihan yang ada berpengaruh terhadap hasil
belajarnya, jika peserta didik mampu memahami kelemahannya dengan baik
maka akan berusaha untuk memecahkan masalahnya secara mandiri atau
dengan bantuan orang lain. Peserta didik dengan kemampuan mengelola
emosionalnya yang baik mampu memanfaatkan waktu yang ada untuk
menyelesaikan serangkaian tugas belajar dengan baik sehingga dengan
pengelolaan emosional seseorang dapat mencapai kesuksesan di lingkungan
sekitarnya dalam berkomunikasi baik di sekolah maupun masyarakat (Lestari
dkk., 2019), sehingga pengetahuan pihak sekolah dan guru sangat diperlukan
terkait emosional peserta didik dalam pembelajaran yang mana dapat
membantu peserta didik dalam mengendalikan emosinya sehingga peserta didik
dapat mengendalikan perilaku yang menyimpang seperti mudah putus asa dan
depresi yang dapat mengakibatkan kurangnya keinginan belajar, sulit
berkonsentrasi dan sulit memahami suatu pelajaran (Kurnia & Wahono, 2021),
untuk itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat emosional peserta
didik dalam pembelajaran terkhususnya pembelajaran kimia.

Penelitian tingkat emosional peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA


Negeri 1 Jayapura ini menggunakan berbagai teknik dalam pengumpulan data
diantaranya wawancara dan observasi untuk mengetahui gambaran umum dan
proses pembelajaran yang berlangsung disekolah, wawancara juga dilakukan
untuk memeperkuat hasil angket, dokumentasi untuk memperoleh hasil belajar
kimia berupa hasil UAS kimia semester ganjil tahun ajaran 2022/2023, dan
angket untuk memperoleh data terkait respon peserta didik berupa tingkat

80
emosionalnya selama pembelajaran kimia. Instrumen angket disusun
berdasarkan validitas isi melalui beberapa tahap, diantaranya 1) Mencari dan
menentukan teori mengenai emosi dari berbagai sumber 2) Mengidentifikasi
aspek yang diukur dan menentukan indikator emosi dari teori yang diperoleh.
3) Menentukan turunan dari setiap indikator dan menjabarkannya menjadi sub-
indikator. 4) Indikator dan sub-indikator yang telah dikumpulkan kemudian
dibuat dalam tabel pemetaan agar memudahkan penentuan butir angket yang
digunakan dalam instrumen. 5) Tabel pemetaan dijadikan dasar untuk
menyusun kisi-kisi angket. 6) Menyusun kalimat pertanyaan berdasarkan
indikator dan dilengkapi dengan nomor item dan jumlah item pertanyaan. 7)
Memberikan skor pada setiap pilihan jawaban dan menentukan petunjuk
pengisian angket tersebut. 8) Angket diperiksa terkait redaksi serta kesesuaian
dan kelengkapannya oleh pembimbing, kemudian sebelum diujicobakan angket
di acak terlebih dahulu. 9) Angket yang telah diacak diujicobakan kepada
subyek yang berbeda untuk menguji validitas dan reliabilitas angket, jika hasil
uji coba angket valid dan reliebel maka angket dapat digunakan dalam
pengumpulan data. Pengambilan data melalui angket dilakukan secara langsung
kepada peserta didik. Jumlah responden dalam pengambilan data yaitu
sebanyak 39 orang di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura yang
dilaksanakan pada tanggal 17 – 18 November 2022. Data yang diperoleh dari
hasil angket seluruh responden kemudian ditabulasi dan dilakukan perhitungan
untuk mengetahui jenis-jenis emosi peserta didik, persentase tingkat emosional
peserta didik baik emosi positif dan negatif, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat emosionalnya dalam pembelajaran kimia.

1. Jenis-Jenis Emosi Peserta didik

Emosi adalah suatu luapan perasaan dalam bentuk tindakan akibat


adanya stimulus (rangsangan) yang berasal dari dalam maupun dari luar
diri sehingga terjadinya perubahan tingkah laku seperti kegembiraan,
kesedihan, kemarahan, dan keharuan. Jenis emosi oleh Mashar (Nadhiroh,
2015) terbagi menjadi 2 bagian, yaitu emosi positif dan emosi negatif.

81
Perasaan keinginan, lucu, kegembiraan, kesenangan, rasa ingin tahu,
kebahagiaan, kesukaan, cinta dan ketertarikan adalah jenis emosi positif.
Perasaan seperti tidak sabaran, kebimbangan, rasa marah, kecurigaan, rasa
cemas, bersalah, cemburu, jengkel, takut, depresi, sedih, dan benci adalah
jenis emosi negatif. Thaib (2013) juga menyatakan beberapa tokoh yang
mengajukan tentang jenis emosi yaitu Descrates, J.B. Watson, dan Daniel
Goleman. Descrates menyatakan bahwa emosi terbagi atas: hasrat (desire),
benci (hate), sedih/duka (sorrow), heran (wonder), cinta (love), dan
kegembiraan (joy). J.B. Watson juga menyatakan ada tiga jenis emosi,
yaitu: ketakutan (fear), kemarahan (rage), dan cinta (love). Daniel
Goleman (Thaib, 2013) menyatakan jenis emosi yaitu perasaan amarah
seperti mengamuk, benci, beringas, kesal hati, dan jengkel, perasaan
kesedihan seperti sedih, putus asa, mengasihi diri, perasaan takut seperti
gugup, cemas, was-was, dan tidak tenang, perasaan cinta seperti kebaikan
hati, kepercayaan, dan rasa suka, dan jenis-jenis lainnya. Berdasarkan
uraian dari teori emosi tersebut maka peneliti membagi emosi peserta didik
dalam pembelajaran kimia menjadi 2 jenis yaitu emosi positif yang terdiri
dari emosi bahagia, berani, haru, dan cinta, sedangkan emosi negatif terdiri
dari emosi marah, sedih, takut, malu, dan jijik.

Data yang diperoleh dari hasil angket dianalisis berdasarkan


jawaban dari responden dan dipersentasekan untuk mendapatkan
persentase tingkat emosional peserta didik pada pembelajaran kimia. Tabel
4.3 menunjukkan bahwa data hasil penelitian tingkat emosional peserta
didik di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura dikategorikan dengan
kriteria tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Persentase tingkat
emosional peserta didik pada masing-masing kategori dapat dilihat pada
Gambar 4.4, terdapat 2,56% pada kategori tinggi, 69,23% pada kategori
cukup, 28,21% pada kategori rendah, dan 0,00% pada kategori sangat
rendah. Data menunjukkan bahwa persentase tingkat emosional paling
banyak terdapat pada kategori cukup. Syarif & Munandar (2017) dalam
penelitian yang dilakukan mengenai hubungan kecerdasan emosional

82
dengan hasil belajar mengungkapkan bahwa kemampuan mengelola
emosional peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri di kota Parepare
tergolong sedang karena hasil analisis menunjukkan frekuensi pengelolaan
emosional rata-rata pada kategori sedang dan masih ada beberapa yang
rendah.

Analisis tingkat emosional peserta didik kelas XII IPA 3 SMA


Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia yang telah diperoleh kemudian
dipahami dengan menggunakan data hasil belajar yaitu nilai UAS Kimia
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023 sebagai indikator untuk
menganalisis. Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar peserta didik
memiliki persentase tingkat emosional dan nilai UAS Kimia yang berbeda-
beda, hal ini dapat dilihat dari responden 17, 8, 13, 21, 31, 6, 29, 32, 16,
18, 1, 5, 7, 25, 10, 26, 2, dan 9 yang memiliki tingkat emosional pada
kategori cukup dengan nilai UAS kimia tergolong kurang baik. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa walaupun tingkat emosional peserta didik
tergolong pada kategori cukup, akan tetapi hasil belajar menunjukkan
peserta didik masih tergolong kurang. Sama halnya dengan responden 30
yang memiliki tingkat emosional pada kategori tinggi dengan nilai UAS
kimia pada kategori cukup baik yang menujukkan bahwa persentase
tingkat emosionalnya lebih tinggi daripada hasil belajarnya. Data tersebut
menunjukkan bahwa peserta didik memiliki tingkat emosional yang lebih
tinggi daripada hasil belajar kimianya. Kondisi tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya peserta didik cukup sering meluapkan
emosionalnya sehingga berpengaruh terhadap hasil belajarnya, keinginan
/kemauan belajar yang rendah, kemampuan guru dalam mengenali dan
mengelola emosi peserta didik yang rendah juga menjadi faktor penentu,
yakni cara mengajar ataupun kondisi belajar yang membuat peserta didik
tidak mampu untuk menahan luapan emosionalnya sehingga berpengaruh
terhadap hasil belajar kimia tersebut, kondisi teman dan keluarga juga
menjadi penentu emosional peserta didik yang berpengaruh terhadap
prestasinya. Pada responden 30, 8, 13, 21, 31, 6, 29, 32, 18, 7, 25, 20, 26,

83
dan 9, memiliki selisih emosi positif yang lebih tinggi dari emosi negatif
dari total persentase tingkat emosional masing-masing, kondisi tersebut
menunjukkan bahwa luapan perasaan pada emosi positif lebih besar dari
emosi negatif maka emosi positif dapat lebih ditingkatkan sehingga akan
lebih mendorong perasaan tentram dalam hati. Berbeda dengan responden
17, 1, 5, dan 2 yang memiliki selisih emosi negatif lebih besar maka kondisi
tersebut harus diturunkan sama halnya dengan responden 16 yang memiliki
persentase emosi positif dan negatif yang sama, dari hasil tersebut maka
peserta didik yang memiliki selisih emosi negatif lebih besar harus
diturunkan dengan menaikkan luapan perasaan positifnya. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan, responden A menyatakan bila merasa sulit
dalam belajar kimia akibat materi yang sulit dipahami juga motivasi guru
yang kurang, selain itu juga gangguan dari teman dapat mengganggu
konsentrasi saat belajar, sama halnya dengan responden D yang
menyatakan keinginan belajar kimianya cukup baik namun tidak dapat
dikatakan menyukai pelajaran tersebut juga karena pemahaman materi
yang sulit, namun responden D tetap mengikuti pelajaran kimia karena
kewajiban dari jurusan IPA. Kemampuan mengelola tingkat emosional
dan minat belajar yang tinggi pada pelajaran kimia, akan mempengaruhi
hasil belajar peserta didik ke arah yang lebih baik (Sari dkk., 2020).

Tabel 4.4 menunjukkan perbedaan lainnya yaitu pada responden


33, 12 dan 15, yang memiliki tingkat emosional pada kategori cukup
dengan nilai UAS kimia pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik yang mempunyai tingkat emosional cukup mempunyai hasil
belajar pada kategori baik, kondisi tersebut mengungkapkan bila peserta
didik dengan tingkat emosional yang cukup mempunyai kecerdasan
intelektual yang baik, sama halnya dengan responden 27, 36, 20, 35, 19
dan 34, yang memiliki tingkat emosional pada kategori cukup dengan nilai
UAS kimia pada kategori cukup baik. Fakta tersebut menunjukkan bahwa
kecerdasan intelektual mempengaruhi tingkat emosional peserta didik
dalam belajar kimia. Pengaruh positif ini bermakna semakin baik dalam

84
menjaga tingkat emosional, maka akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik tersebut (Kurnia & Wahono, 2021). Kondisi tersebut
sesuai dengan hasil analisis data yang menunjukkan bahwa responden 33,
12, 15, 27, 36, 20, 35, 19, dan 34 keseluruhannya ini memiliki selisih emosi
positif yang lebih besar dari emosi negatif pada persentase tingkat
emosionalnya masing-masing, fakta tersebut menunjukkan juga bahwa
emosi positif yang lebih tinggi dari emosi negatif berpengaruh terhadap
hasil belajarnya, yang mana peserta didik tersebut memiliki nilai UAS
kimia berada pada kategori baik dan cukup baik. Luapan tingkat emosional
yang cukup akan berpengaruh terhadap hasil belajar tersebut dan akan
mendukung peserta didik dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.
Pembelajaran yang hanya berpusat pada kecerdasan intelektual tanpa
menyeimbangkan sisi emosional atau luapan perasaanya akan
menghasilkan generasi yang sulit menyeimbangkan dirinya sehingga
mudah terpengaruh dan mengakibatkan kurangnya motivasi dalam belajar
serta sulit untuk berkonsentrasi.

Sebaliknya, responden 14, 3, 4, 38, 39, 24, dan 23 yang memiliki


tingkat emosional pada kategori rendah dengan nilai UAS Kimia juga pada
kategori kurang baik. Data tersebut menunjukkan bahwa luapan perasaan
peserta didik berada pada kategori rendah, artinya apapun kondisi yang
dialami, peserta didik memiliki luapan perasaanya baik emosi positif
maupun negatif yang rendah sehingga tidak terpengaruh dengan situasi
yang ada, responden 14, 3, 4, dan 39 memiliki selisih emosi positif yang
lebih besar dari emosi negatifnya, sama halnya dengan responden 38, 24,
dan 23 yang memiliki selisih emosi positif jauh lebih besar dari emosi
negatif yang di bawah 10% dari total tingkat emosionalnya, artinya peserta
didik tersebut memiliki luapan emosi negatif yang sangat kecil terlihat dari
data analisis yang ada, namun walaupun luapan emosi peserta didik
tersebut rendah, tetapi mempunyai nilai UAS yang rendah juga, artinya
kecerdasan intelektual yang dimiliki berada pada kategori rendah. Kondisi
tersebut berkaitan dengan faktor internal lain dari peserta didik, yakni

85
kemauan/keinginan belajar peserta didik yang tergolong rendah dan juga
kecerdasan intelektual peserta didik yang memang rendah pada dasarnya,
fakta tersebut sejalan dengan hasil wawancara beberapa peserta didik,
yakni responden A dan C yang menyatakan bahwa keinginan/kemauan
belajar kimia yang kurang. Responden A mengungkapkan bahwa pelajaran
kimia sulit baginya dan guru yang menjelaskan juga kurang memberikan
dorongan sehingga merasa kimia bukanlah pelajaran yang diminatinya,
responden C juga menyatakan bahwa pada awalnya sangat memiliki
kemauan tinggi dalam belajar kimia, namun materi yang dipelajari semakin
sulit dengan naiknya tingkatan kelas terlebih tidak begitu mempelajari
materi dasar di kelas X karena situasi belajar online, sehingga merasa
kesulitan dalam belajar kimia. Kondisi tersebut mengungkapkan fakta lain
dimana tingkat emosional yang baik tidak selamanya menjadikan hasil
belajar yang baik pula, kondisi tersebut dipengaruhi oleh
kemauan/keinginan belajar peserta didik yang rendah dan juga kecerdasan
intelektual peserta didik yang rendah dan harus ditingkatkan melalui giat
belajar. Semakin tinggi motivasi belajar maka akan semakin baik pula hasil
belajar peserta didik (Daud, 2012).

Analisis dari Tabel 4.4 juga menunjukkan fakta yang berbeda,


terlihat dari responden 28, 37, 22, dan 11 yang memiliki tingkat emosional
pada kategori rendah dengan nilai UAS kimia pada kategori cukup baik.
Kondisi tersebut mengungkapkan bahwa peserta didik memiliki luapan
emosionalnya dengan kategori rendah dan mempunyai kecerdasan
intelektual yang cukup baik. Data tersebut menunjukkan bahwa luapan
perasaan peserta didik tersebut berada pada kategori rendah, artinya
apapun kondisi yang dialami peserta didik menjaga luapan perasaanya
sehingga tidak terpengaruh dengan situasi yang ada, kecerdasan intelektual
yang dimiliki peserta didik tersebut juga terbilang baik karena memiliki
hasil belajar kimia pada kategori cukup baik. Responden 28, 37, 22, dan 11
adalah peserta didik yang memiliki tingkat emosional rendah sehingga
tidak terpengaruh dengan dihadapkan pada kondisi apapun, peserta didik

86
tersebut juga memiliki prestasi yang cukup baik yang dapat dilihat dari
hasil belajar mereka. Responden 28, 37, dan 22 ini memiliki selisih emosi
positif yang lebih besar dari emosi negatifnya, sama halnya pada responden
11 yang memilki selisih emosi positif jauh lebih besar dari emosi
negatifnya yang di bawah 7% dari total tingkat emosionalnya sebesar 36%
juga memiliki nilai UAS kimia pada kategori cukup baik, responden 11
tersebut sangat memiliki luapan emosi negatif yang sangat rendah dan
dapat memperbesar emosi positif sehingga akan terus berpengaruh dengan
hasil belajarnya terlihat dari nilai UAS kimia dengan kategori cukup baik,
maka emosi positifnya harus terus ditingkatkan dan emosi negatif juga
diturunkan sehingga dapat berdampak positif dengan hasil belajarnya.
Luapan tingkat emosional peserta didik berpengaruh positif terhadap hasil
belajar peserta didik, artinya semakin baik dalam menjaga emosionalnya
maka semakin baik pula hasil belajarnya (Daud, 2012).

2. Tingkat Emosional Positif Peserta Didik

Tabel 4.5 menunjukkan data analisis tingkat emosional positif


peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura yang berbeda-
beda. Rata-rata persentase pada setiap indikator emosi positif yaitu emosi
bahagia, berani, haru, dan cinta berturut-turut sebesar 74,30%, 47,86%,
61,37%, dan 63,68% dengan rata-rata keseluruhan sebesar 63,68% pada
kategori cukup. Gambar 4.6 juga menunjukkan rata-rata persentase tingkat
emosional positif peserta didik dengan kategori tinggi, cukup, rendah, dan
sangat rendah berturut-turut sebesar 7,69%, 69,23%, 23,08%, dan 0,00%.
Data tersebut menunjukkan bahwa peserta didik kelas XII IPA 3 dapat
meluapkan emosi positif dengan cukup baik. Emosi positif adalah emosi
yang perlu dinaikkan/ditingkatkan dalam batasan tertentu seperti perasaan
senang, gembira, cinta, dan ketertarikan sehingga emosi bahagia akan
mendorong tawa/tentram dalam hati.

Rata-rata emosi bahagia peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri
1 Jayapura sebesar 74,30%. Peserta didik artinya dapat meluapkan

87
perasaan bahagianya dengan cukup baik selama pembelajaran kimia.
seperti rasa kebahagiaan ketika mendapatkan pengetahuan, proses
pembelajaran yang diikuti dengan baik mampu memberikan hasil yang
baik pula misalnya dalam pengerjaan latihan soal dengan benar sehingga
merasakan kepuasan dan kebanggan tersendiri, serta hasil belajar yang
didapatkan seperti tugas dan ujian kimia sangat memuaskan.

Emosi berani peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
sebesar 47,86% pada kategori rendah, artinya keberanian peserta didik
dalam belajar perlu ditingkatkan, berani dalam pembelajaran berkaitan
dengan rasa percaya diri peserta didik ketika dihadapkan pada kondisi
tertentu. Data emosi berani yang didapatkan ini tergolong pada kategori
rendah sehingga peserta didik harus mengurangi rasa ketidakpercayaan
dirinya, seperti berani untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahaminya, berani mengungkapkan pendapat, serta berani untuk
mengerjakan latihan soal yang diberikan, seperti responden 37 yang
mempunyai emosi berani sebesar 79,49% artinya peserta didik tersebut
mempunyai tingkat keberanian tinggi dengan nilai UAS kimia pada
kategori cukup baik artinya walaupun kecerdasan intelektual masih
tergolong cukup namun keberanian dalam pembelajaran seperti berani
bertanya dan mengungkapkan pendapat menunjukkan rasa keingintahuan
dan percaya diri yang tinggi, sangat berbeda dengan peserta didik lainnya
yang memiliki tingkat keberanian rata-rata yang rendah misalnya
responden 33 dengan rata-rata emosi berani sebesar 43,59% pada kategori
rendah dengan nilai UAS kimia pada kategori baik, peserta didik ini
menunjukkan bahwa keberaniannya masih kurang walaupun kecerdasan
intelektualnya baik sehingga kepercayaan diri peserta didik seperti dirinya
perlu ditingkatkan agar dia mampu berani tampil di depan umum.

Emosi haru peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
sebesar 61,37% dengan kategori cukup, emosi haru ini berkaitan dengan
keikutsertaan perasaan atau turut merasakan perasaan orang lain

88
disekitarnya. Peserta didik yang memiliki emosi haru cukup baik artinya
individu tersebut meluapkan emosi akibat turut serta dengan perasaan
orang lain sehingga turut merasakan apa yang dialami. Haru berbeda
dengan iba, haru lebih merujuk kepada merasakan kebahagiaan orang lain
sedangkan iba merujuk kepada perasaan kasihan. Responden 5, 23, dan 24
mempunyai emosi haru pada kategori sangat rendah yaitu 16,67%, 6,67%,
dan 0,00% artinya mereka tidak turut merasakan hal yang dialami orang
lain, misalnya ketika teman yang tidak mampu mengerjakan latihan soal di
depan kelas, mereka merasa tidak iba dengan kondisi yang di alami
temannya. Berbeda dengan responden 8 dan 13 yang memiliki emosi haru
sebesar 100,00%, artinya mereka sangat tersentuh perasaanya ketika
melihat suatu kondisi terjadi pada orang lain disekitarnya, seperti merasa
sangat terharu ketika teman mampu mengerjakan latihan soal di depan
kelas setelah belajar bersamanya, dan merasa sangat iba ketika teman tidak
mampu mengerjakan latihan soal di depan kelas, namun dilihat dari rata-
rata hasil analisis emosi haru berada pada kategori cukup yang artinya
peserta didik mampu mepunyai tingkat emosi haru dengan cukup baik.

Emosi cinta peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura
berada pada kategori cukup dengan presentase 63,68%. Cinta yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah kesukaan/kemauan untuk mengikuti
pembelajaran, seperti merasa suka untuk mengerjakan tugas kimia, suka
untuk belajar kimia di sekolah dan bimbingan di luar sekolah, hal tersebut
menujukkan kesukaannya terhadap pelajaran kimia, walaupun materi yang
disampaikan sulit baginya tetapi tetap mengikuti dengan baik maka
kesukaannya terhadap pelajaran kimia cenderung tinggi. Responden 8
menunjukkan bahwa kesukaannya terhadap pelajaran kimia sebesar
93,33% dengan nilai UAS pada kategori cukup, sedangkan responden 23
tergolong rendah dengan 36,67%, artinya minat belajar responden 23 harus
ditingkatkan terlebih nilai UAS kimia yang dimilikinya juga tergolong
rendah, maka guru harus mampu memberikan dorongan agar peserta didik
memiliki kemauan yang tinggi dalam pelajaran kimia sehingga hasil

89
belajarnya juga dapat meningkat. Namun emosi cinta peserta didik
memiliki rata-rata persentase 63,68% sehingga dapat dikatakan cukup
baik. Secara keseluruhan tingkat emosional positif peserta didik sudah
cukup baik dengan sebesar 69,23% berada pada kategori cukup.

a. Tingkat Emosional Positif pada Indikator Bahagia

Analisis emosi bahagia pada indikator senang pada Tabel 4.6


menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang dengan
persentase berturut-turut sebesar 30,60%, 46,04%, 15,83%, dan 7,53%
dengan persentase tertinggi pada kategori senang. Peserta didik yang
merasa senang ketika ditunjuk oleh guru menyimpulkan pembelajaran
kimia sebesar 17,95%, kurang senang ketika ditunjuk sebesar 48,72%,
dan tidak senang ketika ditunjuk sebesar 33,33%. Tugas kimia yang
diberikan dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan membuat
peserta didik merasa sangat senang sebanyak 61,54%, senang sebanyak
35,90%, dan kurang senang sebanyak 2,56%. Peserta didik yang
merasa sangat senang saat ditunjuk mengerjakan latihan soal kimia
didepan kelas sebesar 7,69%, merasa senang ketika ditunjuk sebesar
15,38%, merasa kurang senang ketika ditunjuk sebesar 43,59%, dan
merasa tidak senang ketika ditunjuk sebesar 33,33%.

Dukungan orang tua dalam mengikuti bimbingan belajar kimia


diluar sekolah membuat sebesar 41,03% peserta didik merasa sangat
senang, sebesar 41,03%, sebesar 12,82% kurang senang, dan sebesar
5,13% tidak senang. Peserta didik yang difasilitasi oleh orang tua
dalam belajar kimia seperti pembelian buku paket sehingga membuat
28,21% peserta didik sangat senang, 64,10% senang, 5,13% kurang
senang, dan 2,56% tidak senang. Peserta didik yang merasa sangat
senang ketika diapresiasi oleh orang tua saat mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan sebesar 64,10% dan merasa senang sebesar 35,90%.
Peserta didik yang diberikan semangat oleh orang tua ketika hasil

90
belajar kimia tidak memuaskan dan merasa sangat senang sebesar
66,67%, merasa senang sebesar 25,64%, merasa kurang senang sebesar
2,56%, dan merasa tidak senang sebesar 5,13%.

Saat teman kelas meminta diajarkan materi kimia yang belum


dipahaminya, peserta didik yang merasa sangat senang untuk
membantu sebesar 20,51%, merasa senang untuk membantu sebesar
53,85%, kurang senang untuk membantu sebesar 23,08%, dan tidak
senang untuk membantu sebesar 2,56%. Ketika menjelaskan materi
kimia sebesar 17,95% sangat senang ketika diperhatikan, sebesar
53,85% senang ketika diperhatikan, sebesar 20,51% kurang senang
ketika diperhatikan, dan sebesar 7,69% tidak senang ketika
diperhatikan. Sebelum mengajar, guru selalu memberikan apersepsi
terlebih dahulu, tindakan tersebut membuat 25,64% peserta didik
merasa sangat senang, sebesar 69,23% peserta didik senang, dan
sebesar 5,13% peserta didik kurang senang. Saat guru mengumumkan
bahwa hasil belajar kimia kurang memuaskan dan diberikan remedial,
sebesar 28,21% peserta didik sangat senang, sebesar 56,41% peserta
didik senang dan sebesar 15,38% peserta didik kurang senang. Guru
selalu memberikan salam diakhir pembelajaran membuat sebesar
41,03% peserta didik sangat senang, sebesar 56,41% peserta didik
senang, dan sebesar 2,56% peserta didik kurang senang. Sebelum
pembelajaran kimia berlangsung, guru selalu memberikan dorongan
dan semangat sebelum belajar kimia membuat 33,33% peserta didik
merasa sangat senang, sebesar 56,41% peserta didik senang, sebesar
5,13% peserta didik kurang senang, dan sebesar 5,13% peserta didik
tidak senang. Guru selalu mengecek kesiapan peserta didik sebelum
mengajar sehingga membuat 20,51% merasa sangat senang dengan
pengecekan tersebut, 64,10% senang dengan pengecekan tersebut,
7,69% kurang senang dengan pengecekan tersebut, dan sebesar 7,69%
tidak senang dengan pengecekan tersebut. Saat guru kimia datang
dengan ekspresi wajah menyenangkan membuat 38,46% peserta didik

91
merasa sangat senang, 56,41% peserta didik merasa senang, 2,56%
peserta didik merasa kurang senang, dan 2,56% peserta didik merasa
tidak senang. Guru kimia juga datang dengan menyapa dan
memberikan salam membuat sehingga sebesar 28,21% peserta didik
sangat senang, 64,10% peserta didik senang, dan sebesar 7,69% peserta
didik kurang. Ketika guru kimia datang terlambat dan membuat wkatu
belajar kimia menjadi berkurang, peserta didik sebesar 25,64% sangat
senang, 48,72% peserta didik merasa senang, 23,08% peserta didik
merasa kurang senang, dan 2,56% peserta didik merasa tidak senang.
Saat guru mengecek kehadiran sebelum mengajar membuat 25,64%
peserta didik sangat senang, 48,72% peserta didik senang, 23,08%
peserta didik kurang senang, dan 2,56% peserta didik tidak senang.
Ketika guru menyampaikan topik atau judul materi kimia yang akan
dipelajari sebelum pembelajaran sebesar 23,08% peserta didik sangat
senang, 69,23% peserta didik senang, 5,13% peserta didik kurang
senang, dan 2,56% peserta didik tidak senang. Guru memulai
pembelajaran dengan meminta peserta didik berdo’a terlebih dahulu
sehingga 33,33% peserta didik sangat senang, sebesar 53,85% peserta
didik senang, 10,26% peserta didik kurang senang, dan 2,56% peserta
didik tidak senang. Tujuan pembelajaran selalu disampaikan terlebih
dahulu oleh guru kimia sebelum pembelajaran membuat 17,95%
peserta didik sangat senang, 66,67% merasa senang, 12,82% merasa
kurang senang dan 2,56% merasa tidak senang dengan penyampaian
tujuan pembelajaran terlebih dahulu.

Pemberian tugas kimia oleh guru yang harus dikumpulkan pada


jadwal pelajaran kimia berikutnya menjadikan 17,95% peserta didik
merasa sangat senang, 53,85% senang, 25,64% kurang senang, dan
2,56% tidak senang dengan jadwal yang ditentukan tersebut. Suasana
kelas yang menyenangkan saat pembelajaran kimia seperti bermain
game ditengah pembelajaran dengan maksud tidak membuat peserta
didik jenuh menjadikan 17,95% peserta didik sangat senang, 53,85%

92
peserta didik senang, 25,64% peserta didik kurang senang, dan 2,56%
peserta didik tidak senang dengan suasana tersebut. Pujian yang
diberikan guru saat nilai tugas kimia memuaskan membuat 64,10%
peserta didik sangat senang, 33,33% senang, dan 2,56% peserta didik
merasa kurang senang. Pujian yang diberikan guru juga saat
penyelesaian latihan soal kimia yang dikerjakan benar membuat
48,72% peserta didik sangat senang, 41,03% senang, 5,13% kurang
senang, dan 5,13% tidak senang. Pujian lainnya yang diberikan oleh
guru saat hasil ujian kimia memuaskan membuat 51,28% peserta didik
sangat senang, dan 48,72% peserta didik merasa senang. Tindakan guru
saat melakukan refleksi setelah pembejaran telah selesai menjadikan
25,64% peserta didik sangat senang, 61,54% senang, dan 12,82%
peserta didik kurang senang dengan tindakan tersebut. Pada akhir
pembelajaran kimia dan guru memberikan nasehat untuk peserta didik
agar mengikuti pembelajaran dengan lebih baik lagi membuat 25,64%
peserta didik sangat senang, 53,85% peserta didik senang, 15,38%
peserta didik kurang senang, dan 5,13% peserta didik tidak senang.
Penyampaian topik materi selanjtunya oleh guru menyebabkan 30,77%
peserta didik sangat senang, 61,54% senang, dan 7,69% kurang senang
dengan penyampaian tersebut. Guru selalu meminta peserta didik
menutup pembelajaran dengan berdo’a sehingga sebesar 33,33%
peserta didik sangat senang dengan tindakan tersebut, 58,97% merasa
senang, dan 7,69% merasa kurang senang. Ketika guru kimia tidak
masuk mengajar dan tidak memberikan tugas juga membuat peserta
didik sebesar 46,15% merasa sangat senang, 38,46% merasa senang,
10,26% merasa kurang senang, dan 5,13% merasa tidak senang. Saat
guru tidak memberikan tugas kimia sebesar 69,23% peserta didik
sangat senang, 28,21% peserta didik senang, dan 2,56% peserta didik
kurang senang.

Praktikum kimia yang sering dilaksanakan menjadikan 23,08%


peserta didik merasa sangat senang, 46,15% peserta didik senang,

93
20,51% kurang senang, dan 10,26% tidak senang. Penjelasan materi
kimia tanpa pemberian latihan soal oleh guru membuat 25,64% peserta
didik merasa sangat senang, 46,15% senang, 20,51% kurang senang,
dan 5,13% tidak senang dengan tindakan tersebut. Pengerjaan tugas
kimia yang diberikan guru dilaksanakan dalam bentuk kelompok
sehingga sebesar 28,21% peserta didik sangat senang, 53,85% senang,
12,82% kurang senang, dan 5,13% peserta didik tidak senang. Ketika
guru kimia tidak masuk kelas namun diberikan tugas membuat 5,13%
peserta didik merasa sangat senang, 23,08% senang, 38,46% kurang
senang, dan 33,33% peserta didik tidak senang. Penggunaan bahan
alamiah dalam kehidupan sehari-hari saat melaksanakan praktikum
kimia menjadikan 38,46% peserta didik merasa sangat senang, 53,85%
peserta didik senang, 5,13% peserta didik kurang senang dan 2,56%
peserta didik tidak senang. Pemberian tes awal sebelum pembelajaran
kimia berlangsung membuat 2,56% peserta didik sangat senang,
17,95% peserta didik senang, 53,85% peserta didik kurang senang, dan
25,64% peserta didik tidak senang. Pemberian tes awal yang tidak
dilaksanakan sebelum memulai pembelajara kimia membuat 28,21%
peserta didik sangat senang, 46,15% peserta didik senang, 15,38%
peserta didik kurang senang, dan 10,26% peserta didik tidak senang.
Ketika guru lupa memberikan tes akhir setelah pembelajaran kimia
membuat 48,72% peserta didik merasa sangat senang, 48,72% peserta
didik senang, dan 2,56% peserta didik kurang senang. Pada saat guru
memberikan tes akhir setelah pembelajaran kimia dilaksanakan,
sebesar 2,56% peserta didik sangat senang, 23,08% senang, 43,59%
kurang senang, dan 30,77% tidak senang.

Ketika pembelajaran kimia dilaksanakan secara online dari


rumah membuat 5,13% peserta didik merasa sangat senang, 35,90%
peserta didik senang, 33,33% peserta didik kurang senang dan 25,64%
peserta didik tidak senang. Ketika pembelajaran kimia dilaksanakan
secara tatap muka langsung disekolah, sehingga sebesar 23,08%

94
peserta didik merasa sangat senang, 66,67% peserta didik senang,
7,69% peserta didik kurang senang, dan 2,56% peserta didik tidak
senang. Saat pelajaran kimia dilaksanakan pada jam pelajaran terakhir
di siang hari, menjadikan 12,82% peserta didik sangat senang, 12,82%
senang, 46,15% kurang senang, dan 28,21% tidak senang. Saat
pembelajaran kimia dilaksanakan pada jam pelajaran pertama di pagi
hari menjadikan 23,08% peserta didik senang, 53,85% peserta didik
kurang senang, dan 23,08% peserta didik tidak senang. Ketika sekolah
diliburkan akibat berbagai halangan misalnya seperti aksi demo dan
bertepatan dengan pembelajaran kimia di hari tersebut, membuat
sebesar 38,46% peserta didik sangat senang, 46,15% peserta didik
senang, 7,69% peserta didik kurang senang, dan 7,69% peserta didik
tidak senang.

Analisis emosi bahagia pada indikator gembira pada Tabel 4.7


menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat gembira, gembira, kurang gembira, dan tidak gembira
dengan persentase berturut-turut sebesar 34,36%, 39,49%, 14,87%, dan
11,28% dengan persentase tertinggi pada kategori gembira. Peserta
didik merasa gembira ketika akan melaksanakan ujian kimia sebesar
12,82%, kurang gembira saat akan melaksanakan ujian kimia sebesar
38,46%, dan tidak gembira ketika akan melaksanakan ujian kimia
sebesar 48,72%. Ketika orang tua peserta didik mengizinkan untuk
mengerjakan tugas kelompok bersama di rumahnya yang merasa
sangat gembira sebesar 25,64%, peserta didik yang gembira sebesar
56,41%, peserta didik yang kurang gembira sebesar 10,26% dan yang
tidak gembira sebesar 7,69%. Peserta didik yang merasa sangat
gembira ketika seluruh anggota kelompok terlibat dalam berdiskusi
mengerjakan tugas kimia sebesar 48,72%, peserta didik yang merasa
gembira sebesar 46,15%, dan yang merasa kurang gembira sebesar
5,13%. Pada akhir pembelajaran kimia, guru memberikan hadiah untuk
peserta didik sebagai bentuk apresiasi karena mengikuti pembelajaran

95
dengan baik, hadiah yang diberikan membuat 64,10% peserta didik
merasa sangat gembira, 33,33% peserta didik merasa gembira, dan
2,56% peserta didik merasa kurang gembira. Pengerjaan tugas
kelompok dalam bentuk diskusi di sekolah membuat 33,33% peserta
didik merasa sangat gembira, 48,72% peserta didik merasa gembira,
dan 17,95% peserta didik merasa kurang gembira.

Tabel 4.8 menunjukkan hasil analisis tingkat emosional peserta


didik dalam pembelajaran kimia pada emosi bahagia dengan indikator
puas mempunyai persentase sangat puas, puas, kurang puas, dan tidak
puas berturut-turut sebesar 70,51%, 27,56%, 1,28%, dan 0,64%.
Peserta didik merasa sangat puas ketika dapat mengerjakan tugas kimia
dengan baik yaitu sebanyak 69,23% dan peserta didik yang merasa
puas sebesar 30,77%. Ketika dapat menjawab pertanyaan latihan soal
kimia di depan kelas dengan benar membuat 69,23% peserta didik
sangat puas, 28,21% peserta didik merasa puas, dan 2,56% peserta
didik merasa kurang puas. Saat melaksanakan praktikum kimia dan
hasil yang didapatkan sesuai dengan teori dan rujukan membuat
69,23% peserta didik merasa sangat puas, 28,21% peserta didik merasa
puas, dan 2,56% peserta didik merasa kurang puas. Peserta didik
sebesar 74,36% merasa sangat puas ketika mendapatkan nilai ujian
kimia yang memuaskan dari hasil belajar sendiri, 23,08% peserta didik
merasa puas, dan 2,56% peserta didik merasa tidak puas ketika hasil
ujian kimia memuaskan.

b. Tingkat Emosional Positif pada Indikator Berani

Analisis emosi berani pada indikator berani dalam Tabel 4.9


menunjukkan bahwa ketika pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat berani, berani, kurang berani, dan tidak berani dengan
persentase berturut-turut sebesar 8,48%, 40,24%, 37,67%, dan 13,61%
dengan persentase tertinggi pada kategori berani. Peserta didik yang
merasa sangat berani saat guru kimia memberikan kesempatan untuk

96
bertanya dari penjelasan yang belum dipahami yaitu sebesar 5,13%,
sebesar 38,46% peserta didik merasa berani, 46,15% peserta didik
kurang berani, dan sebesar 10,26% peserta didik tidak berani untuk
bertanya. Ketika guru memberikan kesempatan peserta didik untuk
menyimpulkan pembelajaran kimia di hari tersebut membuat sebesar
17,95% peserta didik merasa berani menyimpulkan, 61,54% peserta
didik merasa kurang berani menyimpulkan, dan 20,51% peserta didik
merasa tidak berani untuk menyimpulkan. Penjelasan materi oleh guru
kimia yang menemukan beberapa bagian yang salah membuat sebesar
2,56% peserta didik sangat berani untuk mengingatkan, 58,97% peserta
didik berani untuk mengingatkan, 28,21% peserta didik kurang berani
untuk mengingatkan, dan 10,26% peserta didik tidak berani untuk
mengingatkan. Ketika guru lupa memberi salam diakhir pembelajaran
dan bersiap meninggalkan ruang kelas membuat 33,33% peserta didik
sangat berani untuk menyapa terlebih dahulu, 43,59% peserta didik
berani untuk menyapa terlebih dahulu, 12,82% peserta didik kurang
berani untuk menyapa terlebih dahulu, dan sebesar 10,26% peserta
didik tidak berani untuk menyapa terlebih dahulu. Saat guru lupa dalam
penyampaian tujuan pembelajaran membuat 7,69% peserta didik
sangat berani untuk mengingatkan, 33,33% peserta didik berani untuk
mengingatkan, 38,46% peserta didik kurang berani untuk
mengingatkan, dan 20,51% peserta didik tidak berani untuk
mengingatkan. Ketika guru lupa untuk menutup pembelajaran dengan
berdo’a membuat 10,26% peserta didik sangat berani untuk
mengingatkan, 61,54% peserta didik berani untuk mengingatkan,
25,64% peserta didik kurang berani untuk mengingatkan, dan 2,56%
peserta didik tidak berani untuk mengingatkan.

Diawal pembelajaran juga guru lupa untuk memulai dengan


meminta peserta didik berdo’a sehingga sebesar 15,38% peserta didik
sangat berani untuk mengingatkan, 58,97% peserta didik berani untuk
mengingatkan, 23,08% peserta didik kurang berani untuk

97
mengingatkan, dan 2,56% peserta didik tidak berani untuk
mengingatkan. Ketika guru tidak mengecek kehadiran peserta didik
sebelum belajar membuat 12,82% peserta didik sangat berani untuk
mengingatkan, 58,97% peserta didik berani untuk mengingatkan,
17,95% peserta didik kurang berani untuk mengingatkan, dan 10,26%
peserta didik tidak berani untuk mengingatkan. Pada awal
pembelajaran guru lupa untuk menyampaikan topik materi kimia yang
akan dipelajari pada hari tersebut sehingga membuat 7,69% peserta
didik sangat berani untuk bertanya tentang topik yang dibahas, sebesar
41,03% peserta didik berani untuk bertanya, 46,15% peserta didik
kurang berani untuk bertanya, dan 5,13% peserta didik tidak berani
untuk bertanya tentang topik yang akan dibahas. Penyampaian topik
materi kimia untuk pertemuan selanjutnya lupa disampaikan oleh guru
sehingga membuat 7,69% peserta didik sangat berani untuk bertanya,
41,03% peserta didik berani untuk bertanya, 41,03% peserta didik
kurang berani untuk bertanya, dan 10,26% peserta didik tidak berani
untuk bertanya.

Pemberian latihan soal kimia di depan kelas kemudian guru


mempersilahkan peserta didik yang bisa menjawab untuk
menyelesaikannya, sebanyak 5,13% peserta didik sangat berani untuk
mengerjakannya, 23,08% peserta didik berani untuk mengerjakan,
64,10% peserta didik kurang berani untuk mengerjakan, dan 7,69%
peserta didik tidak berani untuk mengerjakan. Tidak diberikannya tes
awal oleh guru kimia membuat 2,56% peserta didik sangat berani untuk
mengingatkan, 28,21% peserta didik berani untuk mengingatkan,
38,46% peserta didik kurang berani untuk mengingatkan, dan 30,77%
peserta didik tidak berani untuk mengingatkan. Saat guru kimia juga
lupa untuk memberikan tes akhir setelah pembelajaran membuat
17,95% peserta didik berani untuk mengingatkan, 46,15% peserta didik
kurang berani untuk mengingatkan, dan 35,90% peserta didik tidak
berani untuk mengingatkan.

98
c. Tingkat Emosional Positif pada Indikator Haru

Analisis emosi haru pada indikator iba dalam Tabel 4.10


menunjukkan bahwa ketika pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat iba, iba, kurang iba, dan tidak iba dengan persentase
berturut-turut sebesar 22,05%, 45,64%, 15,90%, dan 16,41% dengan
persentase tertinggi pada kategori iba. Peserta didik yang merasa sangat
iba ketika melihat temannya tidak dapat mengerjakan latihan soal kimia
di depan kelas sebanyak 12,82%, 41,03% merasa iba, 20,51% merasa
kurang iba, dan 25,64% merasa tidak iba. Ketika mengetahui teman
kelas sedang sakit sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran kimia
di sekolah membuat 20,51% peserta didik sangat iba, 51,28% peserta
didik merasa iba, 12,82% peserta didik merasa kurang iba, dan 15,38%
peserta didik merasa tidak iba. Peserta didik yang melihat temannya di
hukum karena tidak dapat menyelesaikan tugas kimia dan merasa
sangat iba sebanyak 15,38%, merasa iba sebanyak 43,59%, merasa
kurang iba sebanyak 23,08%, dan merasa tidak iba sebanyak 17,95%.
Ketika peserta didik mengetahui bahwa temannya tidak dapat
mengikuti bimbingan belajar kimia di luar sekolah karena faktor
perekonomian membuat 33,33% peserta didik merasa sangat iba,
41,03% peserta didik merasa iba, 12,82% peserta didik merasa kurang
iba, dan 12,82% peserta didik merasa tidak iba. Saat guru kimia tidak
masuk mengajar di kelas karena sakit membuat 28,21% peserta didik
merasa sangat iba, 51,28% peserta didik merasa iba, 10,26% peserta
didik merasa kurang iba, dan 10,26% peserta didik merasa tidak iba.
Analisis emosi haru pada indikator terharu dalam Tabel 4.11 juga
menunjukkan bahwa ketika pembelajaran kimia, peserta didik yang
membantu memberikan penjelasan kepada temannya seingga dapat
menyelesaikan latihan soal di depan kelas membuat sebanyak 25,64%
peserta didik merasa sangat terharu, 56,41% peserta didik merasa
terharu, 5,13% peserta didik merasa kurang terharu, dan 12,82%
peserta didik merasa tidak terharu.

99
d. Tingkat Emosional Positif pada Indikator Cinta

Tabel 4.12 menunjukkan data hasil analisis tingkat emosional


peserta didik pada emosi cinta dengan indikator suka yang mempunyai
presentase sangat suka, suka, kurang suka, dan tidak suka berturut-turut
sebesar 27,18%, 43,59%, 22,31%, dan 6,92%. Peserta didik yang sangat
suka mengerjakan tugas kimia yang diberikan oleh guru sebesar 2,56%,
30,77% peserta didik suka mengerjakannya, 48,72% peserta didik
kurang suka mengerjakannya, dan 17,95% peserta didik tidak suka
mengerjakan tugas kimia yang diberikan. Keikutsertaan dalam
bimbingan belajar kimia di luar sekolah atas kemauan tersendiri oleh
peserta didik yang sangat suka untuk mengikutinya sebanyak 12,82%,
58,97% suka mengikutinya, 15,38% kurang suka mengikutinya, dan
12,82% peserta didik tidak suka mengikuti bimbingan belajar kimia di
luar sekolah. Ketika akan memulai pembelajaran kimia, peserta didik
yang sangat suka untuk mengikutinya sebanyak 2,56%, 48,72% peserta
didik suka untuk mengikutinya, 38,46% peserta didik kurang suka untuk
mengikutinya, dan 10,26% peserta didik tidak suka untuk mengikutinya.
Tulisan dari guru kimia saat menulis di papan terlihat bagus dan rapi,
sehingga peserta didik yang sangat suka untuk membacanya sebanyak
58,97%, 33,33% suka untuk membacanya, 5,13% kurang suka untuk
membacanya, dan 2,56% peserta didik tidak suka untuk membacanya.
Penjelasan materi oleh guru dengan mengaitkannya dalam kehidupan
sehari-hari dan bidang ilmu lainnya membuat peserta didik lebih mudah
memahaminya membuat 53,85% peserta didik sangat suka dengan
tindakan tersebut, 38,46% peserta didik suka dengan tindakan tersebut,
dan 7,69% peserta didik kurang suka dengan tindakan tersebut. Saat
pembelajaran kimia berlangsung dan guru meminta peserta didik untuk
mencatat materi atau poin-poin penting dari penjelasannya, sebanyak
33,33% sangat suka untuk mencatat materi tersebut, 51,28% suka untuk
mencatat materi tersebut, 12,82% kurang suka untuk mencatat, dan
2,56% peserta didik tidak suka untuk mencatat.

100
Penggunaan metode demonstrasi dan eksperimen dalam
pembelajaran kimia membuat 35,90% peserta didik sangat suka, 48,72%
peserta didik suka, 12,82% peserta didik kurang suka, dan 2,56% peserta
didik tidak suka dengan metode tersebut. Ketika dalam kegiatan belajar
mengajar kimia guru menggunakan metode simulasi dalam
penjelasannya membuat 43,59% peserta didik sangat suka, 46,15%
peserta didik suka, dan 10,26% peserta didik kurang suka dengan
metode tersebut. Penggunaan metode proyek dalam pembelajaran kimia
juga membuat 17,95% peserta didik sangat suka, 53,85% peserta didik
suka, 23,08% peserta didik kurang suka, dan 5,13% peserta didik tidak
suka dengan penggunaan metode proyek tersebut dalam pembelajaran
kimia. pemberian latihan soal setelah guru selesai menjelaskan materi
kimia membuat 10,26% peserta didik sangat suka mengerjakannya,
25,64% peserta didik suka untuk mengerjakannya, 48,72% peserta didik
kurang suka untuk mengerjakannya, dan 15,38% peserta didik tidak
suka untuk mengerjakannya.

3. Tingkat Emosional Negatif Peserta Didik

Tabel 4.13 menunjukkan data analisis tingkat emosional negatif


peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura dengan hasil yang
berbeda-beda. Rata-rata persentase pada setiap indikator emosi negatif
yaitu emosi marah, sedih, takut, malu, dan jijik berturut-turut sebesar
41,85%, 49,44%, 62,48%, 54,65%, dan 51,07%. Gambar 4.7 menunjukkan
persentase tingkat emosional negatif peserta didik pada pembelajaran
kimia di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura dengan kategori tinggi,
cukup, rendah, dan sangat rendah berturut-turut sebesar 5,13%, 51,28%,
33,33%, dan 10,26%. Data tersebut menunjukkan peserta didik di kelas XII
IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura dapat meluapkan emosi negatif dengan
kategori cukup. Emosi negatif yaitu emosi yang perlu diturunkan dalam
batasan tertentu seperti perasaan amarah, kesal, malu, ketakutan, dan
kesedihan.

101
Rata-rata emosi marah peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri
1 Jayapura sebesar 41,85% pada kategori rendah. Data menunjukkan
bahwa peserta didik meluapkan tingkat emosional amarahnya dengan
cukup baik karena berada pada kategori rendah. misalnya pada saat
mendapatkan gangguan dari teman kelas saat belajar tetapi sebesar 69,23%
peserta didik tidak marah, namun saat kondisi tertentu misalnya ketika
beberapa anggota kelompok tidak membantu mengerjakan tugas kimia
sebanyak 51,28% peserta didik merasa kesal. Keadaan kesal lainnya yang
membuat perasaan marah peserta didik muncul yaitu ketika penyampaian
materi ajar oleh guru kurang jelas, penjelasan guru saat menyampaikan
materi selalu menghadap ke papan tulis, dan guru memberikan tugas kimia
dengan tenggat waktu pengumpulan yang singkat. Namun dengan kondisi-
kondisi yang memunculkan perasaan marah/kesal tersebut membuat rata-
rata peserta didik dengan persentase 41,85% berada pada kategori rendah,
yang artinya peserta didik memiliki luapan perasaan marahnya dengan
cukup baik karena berada pada kategori kurang. Seperti responden 11 yang
memiliki emosi marah sebesar 6,64% dengan kategori sangat rendah
artinya ia memiliki luapan perasaan marahnya yang sangat kecil, sama
halnya dengan nilai UAS kimianya berada pada kategori cukup baik,
artinya perasaan marahnya yang kecil dan juga kecerdasan intelektualnya
dengan baik berdampak positif terhadap hasil belajarnya, berbeda dengan
responden 30 yang memiliki rata-rata emosi marah sebesar 70,58%, artinya
peserta didik tersebut harus menurunkan luapan amarahnya ketika
dihadapkan dengan kondisi tertentu.

Rata-rata emosi sedih peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura sebesar 49,44% dengan kategori rendah. Data menunjukkan
bahwa peserta didik memiliki tingkat emosional sedih yang rendah. Emosi
sedih yang dialami misalnya pada saat kesulitan dalam mengerjakan tugas
kimia, ketika mendapatkan teguran akibat melakukan pelanggaran,
permasalahan dengan orang tua yang mengganggu konsentrasi belajar
kimia, pembelajaran yang dilakukan secara online, serta kondisi kesehatan

102
yang tidak baik, keadaan-keadaan tersebut dapat membuat peserta didik
cukup merasa sedih, seperti responden 8 yang memiliki tingkat emosi sedih
sebesar 87,72% dengan kategori tinggi, artinya peserta didik tersebut
memiliki luapan perasaan sedihnya yang sangat tinggi terlihat juga dari
nilai UAS kimianya pada kategori kurang artinya hal yang diinginkan tidak
sesuai harapan membuat sedih yang mendalam dan berpengaruh juga
terhadap hasil belajarnya, berbeda dengan responden 24 dan 23 yang
memiliki tingkat emosi sedih sebesar 0,00% dan 3,51%, artinya keduanya
ini memiliki luapan perasaan sedih yang kecil walaupun keadaan yang
diinginkan tidak sesuai yang diharapkan, namun walaupun memiliki
tingkat emosi sedih yang rendah, keduanya juga memiliki hasil belajar
yang kurang terlihat dari nilai UAS kimia keduanya yang berada pada
kategori kurang sehingga walaupun emosi sedihnya rendah yang berarti
baik, keinginan belajar juga harus ditingkatkan.

Rata-rata emosi takut peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura sebesar 62,48% pada kategori cukup. Data menunjukkan bahwa
peserta didik memiliki tingkat emosional takut yang cukup tersebut harus
diturunkan karena perasaan cemas, was-was, khawatir, dan sebagainya
dapat mengganggu kepercayaan diri sehingga menimbulkan rasa psimis.
Rasa takut dalam pembelajaran mislanya ketika tugas kimia yang diberikan
lupa dikerjakan, merasa cemas saat akan melaksanakan ujian kimia, merasa
cemas saat diminta pendapat dalam berdiskusi, takut ditunjuk untuk
mengerjakan latihan soal di depan kelas, takut ketika mengenai bahan
kimia saat praktikum dan sebagainya. Perasaan takut pada kondisi tersebut
harus diturunkan karena dapat mengganggu diri sendiri ketika sedang
belajar, seperti responden 17 dan 30 yang memiliki rata-rata persentase
emosi takut berada pada kategori tinggi yaitu 93,89% dan 87,22% berbeda
halnya dengan responden 24 dan 38 yang memiliki rata-rata persentase
emosi takut berada pada kategori sangat rendah yaitu 6,67%, dan 6,11%.
kondisi tersebut menunjukkan bahwa responden 24 dan 38 tidak merasa
takut atau cemas ketika dihadapkan pada kondisi yang mengancam

103
sedangkan responden 17 dan 30 memiliki tingkat emosi takut yang tinggi
sehingga harus diturunkan agar mampu mengendalikan rasa takut dan
menjaga diri dari rasa kepanikan berlebihan.

Rata-rata emosi malu peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura sebesar 54,65% pada kategori cukup. Data menunjukkan bahwa
responden 27 dan 30 memiliki rata-rata tingkat emosi malu sebesar 88,19%
dan 91,67% yang tergolong pada kategori tinggi, sedangkan responden 38
dan 24 memiliki rata-rata tingkat emosi malu sebesar 0,00% dan 2,08%
dengan kategori rendah, responden 27 dan 30 harus mampu menurunkan
perasaan malu ataupun gugup ketika sedang menghadapi suatu kondisi
seperti responden 38 dan 24 yang memiliki tingkat emosi malu pada
kategori sangat rendah. Perasaan malu ini melibatkan evaluasi terhadap diri
sendiri seperti perasaan bersalah, rasa malu dikategorikan sebagai bentuk
yang lebih ringan dari rasa takut. Pada kegiatan pembelajaran, perasaan
malu dapat muncul seperti malu untuk bertanya kepada teman yang sudah
paham, merasa gugup ketika melaksanakan presentasi, gugup ketika akan
diadakan ujian kimia, dan lain sebagainya. Namun perasaan malu seperti
rasa bersalah seperti malu saat di tegur karena mengganggu ketertiban
kelas harus ditingkatkan agar tidak menjadi peserta didik yang selalu
melanggar aturan, artinya dia bertanggung jawab atas perbuatan yang
dilakukannya dengan muncul rasa malu sehingga tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama.

Rata-rata emosi jijik peserta didik kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura sebesar 51,07% pada kategori cukup. Data menunjukkan bahwa
responden 11 dan 24 memiliki rata-rata persentase tingkat emosi jijik
sebesar 10,38% dan 6,62% pada kategori sangat rendah, sedangkan
responden 30 dan 17 memiliki rata-rata sebesar 100,00% pada kategori
tinggi. Perasaan jijik pada pembelajaran kimia misalnya ruangan kelas
yang beraroma tidak mengenakkan sehingga mengganggu konsentrasi
belajar, keadaan kelas yang kotor, pelaksanaan praktikum yang

104
menggunakan bahan kimia berbau menyengat, dan tidak sengaja tersentuh
bahan kimia saat praktikum. Perasaan jijik saat kondisi kelas yang
mengganggu harus diturunkan, namun aksi juga perlu dilakukan dengan
membersihkan ruangan sebagai sikap yang baik sehingga kondisi kelas
menjadi nyaman, sama halnya dengan pelaksanaan praktikum yang
menggunakan bahan kimia, perasaan jijik terhadap penggunaan bahan
tersebut harus diturunkan agar tidak mengganggu proses percobaan yang
dilaksanakan dengan menggunakan alat keamanan. Perasaan jijik memang
tidak mengganggu keberhasilan belajar, namun perasaan jijik yang muncul
sangat mengganggu kenyamanan diri sehingga harus diturunkan.

a. Tingkat Emosional Negatif pada Indikator Marah

Tabel 4.12 yaitu analisis tingkat emosional peserta didik pada


emosi marah dengan indikator marah yang mempunyai persentase
sangat marah, marah, kurang marah, dan tidak marah berturut-turut
sebesar 12,82%, 28,49%, 28,49%, dan 30,20% dengan kategori tertinggi
yaitu tidak marah. Peserta didik yang sangat marah saat merasa
kesulitan dalam mengerjakan tugas kimia sebesar 5,13%, 35,90%
merasa marah, 33,33% kurang marah, dan 25,64% tidak marah. Saat
ujian kimia dan terdapat soal yang tidak dapat dikerjakan membuat
10,26% peserta didik sangat marah, 17,95% peserta didik marah,
38,46% peserta didik kurang marah, dan 33,33% peserta didik tidak
marah.

Ketika teman melihat/menyontek jawaban miliknya secara


diam-diam membuat 25,64% peserta didik sangat marah, 28,21%
peserta didik marah, 30,77% peserta didik kurang marah, dan 15,38%
peserta didik tidak marah. Gangguan yang didapatkan dari teman kelas
sata guru menjelaskan membuat 2,56% peserta didik sangat marah,
17,95% peserta didik marah, 10,26% peserta didik kurang marah, dan
69,23% peserta didik tidak marah. Perdebatan antar anggota kelompok
saat menyelesaikan tugas kimia membuat 10,26% peserta didik sangat

105
marah, 51,28% peserta didik marah, 20,51% peserta didik kurang marah
dan 17,95% peserta didik tidak marah. Pengerjaan tugas kelompok
bersama didapatkan anggota yang tidak membantu mengerjakan
membuat 38,46% peserta didik sangat marah, 38,46% peserta didik
marah, 12,82% peserta didik kurang marah, dan 10,26% peserta didik
tidak marah. Pembagian anggota kelompok oleh guru dalam
mengerjakan tugas kimia bersama menjadikan peserta didik lainnya
terlibat dengan anggota kelompok yang tidak disuka akibat masalah
pribadi sehingga membuat 15,38% peserta didik sangat marah
sekelompok, 33,33% peserta didik marah karena sekelompok, 23,8%
peserta didik kurang marah karena sekelompok, dan 28,21% peserta
didik tidak marah karena sekelompok. Saat guru menjelaskan materi
kimia sambil berjalan sehingga membuat fokus peserta didik menjadi
terganggu menyebabkan 5,13% peserta didik sangat marah, 12,82%
peserta didik marah, 43,59% peserta didik kurang marah, dan 38,46%
peserta didik tidak marah. Pemberian tes awal oleh guru sebelum
pembelajaran membuat 2,56% peserta didik sangat marah, 20,51%
peserta didik marah, 43,59% peserta didik kurang marah, dan 33,33%
peserta didik tidak marah.

Tabel 4.15 menunjukkan analisis tingkat emosional peserta didik


pada emosi marah dengan indikator kesal dengan sangat kesal sebanyak
12,72%, kesal sebanyak 26,97%, kurang kesal sebanyak 24,00%, dan
tidak kesal sebanyak 36,31% dan persentase tertinggi pada kategori
tidak kesal. Sanksi/hukuman yang diberikan guru akibat tidak
mengumpulkan tugas kimia membuat 41,03% peserta didik merasa
kesal, 28,21% peserta didik kurang kesal, dan 30,77% peserta didik
tidak kesal. Pemberian ujian kimia secara mendadak membuat 38,46%
peserta didik sangat kesal, 38,46% peserta didik kesal, 15,38% peserta
didik kurang kesal, dan 7,69% peserta didik tidak kesal.

106
Larangan orang tua untuk bekerja kelompok di rumah sendiri
dalam mengerjakan tugas kimia membuat 25,64% peserta didik sangat
kesal, 48,72% peserta didik kesal, 5,13% peserta didik kurang kesal, dan
20,51% peserta didik tidak kesal. Orang tua yang tidak dapat
memberikan fasilitas untuk mengikuti bimbingan belajar kimia di luar
sekolah menyebabkan 7,69% peserta didik sangat kesal, 5,13% peserta
didik kesal, 17,95% peserta didik kurang kesal, dan 69,23% peserta
didik tidak kesal. Peserta didik yang merasa sangat kesal ketika
mendengar teman mengobrol di luar konteks pembelajaran kimia
sebanyak 30,77%, 28,21% merasa kesal, 20,51% merasa kurang kesal,
dan 20,51% peserta didik merasa tidak kesal. Ketika mengerjakan tugas
kelompok terdapat anggota lain yang hanya beberapa kali melibatkan
diri sehingga 23,08% peserta didik merasa sangat kesal, 51,28% peserta
didik kesal, 15,38% kurang kesal, dan 10,26% tidak kesal. Saat guru
hanya memperhatikan beberapa peserta didik dalam pembelajaran kimia
membuat 33,33% peserta didik lain sangat kesal, 30,77% peserta didik
lain kesal, 17,95% peserta didik lain kurang kesal, dan 17,95% peserta
didik lain tidak kesal. Sebelum penyampaian materi ajar guru tidak
pernah mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya
sehingga membuat 23,08% peserta didik merasa sangat kesal, 25,64%
peserta didik kesal, 28,21% peserta didik kurang kesal, dan 23,08%
peserta didik tidak kesal.

Penyampaian materi ajar oleh guru kimia kurang jelas dan sulit
dipahami bagi peserta didik sehingga 23,08% sangat kesal, 46,15%
kesal, 15,38% kurang kesal, dan 15,38% tidak kesal. Guru tidak
mengecek kesiapan peserta didik sebelum kegiatan belajar membuat
17,95% peserta didik sangat kesal, 12,82% peserta didik kesal, 23,08%
peserta didik kurang kesal, dan 46,15% peserta didik tidak kesal. Guru
juga tidak pernah memberikan semangat dan dorongan sebelum
memulai pembelajaran kimia sehingga menyebabkan 15,38% peserta
didik sangat kesal, 15,38% kesal, 33,33% kurang kesal, dan 35,90%

107
tidak kesal. Penjelasan guru kimia saat menyampaikan materi selalu
menghadap ke papan tulis membuat 17,95% peserta didik sangat kesal,
15,38% peserta didik kesal, 28,21% peserta didik kurang kesal, dan
38,46% peserta didik tidak kesal. Saat guru tidak masuk dalam pelajaran
kimia dan memberi tugas yang diwajibkan mengumpulkan setelah jam
pelajaran kimia selesai membuat 10,26% peserta didik sangat kesal,
51,28% kesal, 23,08% kurang kesal, dan 15,38% tidak kesal.
Pengecekan kehadiran peserta didik tidak dilakukan oleh guru membuat
2,56% peserta didik sangat kesal, 17,95% kesal, 28,21% kurang kesal,
dan 51,28% tidak kesal. Pada awal pembelajaran guru lupa
menyampaikan topik atau judul amteri kimia yang dipelajari
menyebabkan 7,69% peserta didik sangat kesal, 28,21% kesal, 28,21%
kurang kesal, dan 35,90% tidak kesal. Saat guru kimia juga tidak masuk
kelas untuk mengajar dan tidak memberikan tugas membuat 10,26%
peserta didik kesal, 25,64% peserta didik kurang kesal, dan 64,10%
peserta didik tidak kesal. Berbeda juga ketika guru selesai mengajar dan
tidak memberikan tugas sehingga peserta didik yang sangat kesal
sebanyak 2,56%, merasa kesal sebanyak 2,56%, merasa kurang kesal
sebanyak 17,95%, dan merasa tidak kesal sebanyak 76,92%. Guru lupa
menyampaikan topik materi kimia dipertemuan selanjutnya membuat
2,56% peserta didik sangat kesal, 35,90% kesal, 28,21% kurang kesal,
dan 33,33% tidak kesal.

Praktikum kimia yang dilaksanakan hanya sekali dalam satu


semester menyebabkan 5,13% peserta didik sangat kesal, 30,77%
peserta didik kesal, 23,08% peserta didik kurang kesal dan 41,03%
peserta didik tidak kesal. Penggunaan metode proyek oleh guru kimia
dalam mengajar menyebabkan 10,26% peserta didik sangat kesal,
41,03% peserta didik merasa kesal, dan 48,72% peserta didik tidak kesal
dengan penggunaan metode tersebut. Peserta didik merasa kesal ketika
guru selesai menjelaskan materi kemudian diberikan latihan soal yakni
sebanyak 28,21% sangat kesal, 30,77% merasa kesal, dan 41,03% tidak

108
kesal dengan pemberian latihan soal tersebut. Selama pembelajaran
kimia guru hanya menjelaskan saja tanpa memberikan latihan soal dan
tugas membuat 2,56% peserta didik sangat kesal, 17,95% peserta didik
kesal, 25,64% peserta didik kurang kesal, dan 53,85% tidak kesal.
Pengerjaan tugas kimia dalam bentuk kelompok menyebabkan 10,26%
peserta didik kesal, 30,77% kurang kesal, dan 58,97% tidak kesal
dengan diskusi kelompok tersebut. Peserta didik sangat kesal ketika
pembelajaran kimia dilaksanakan pada jam pelajaran terakhir di siang
hari sebanyak 23,08%, 28,21% merasa kesal, 23,08% merasa kurang
kesal, dan 25,64% tidak kesal saat belajar kimia di siang hari.
Pembelajaran kimia yang juga dilaksanakan pada jam pertama di pagi
hari menyebabkan 5,13% peserta didik sangat kesal, 43,59% kesal,
25,64% kurang kesal, dan 25,64% tidak kesal.

Tabel 4.16 adalah analisis tingkat emosional peserta didik pada


emosi marah dengan indikator jengkel dengan peserta didik yang
merasa sangat jengkel sebanyak 18,59%, peserta didik yang merasa
jengkel sebanyak 30,34%, peserta didik yang kurang jengkel sebanyak
20,73%, dan tidak jengkel sebanyak 30,34% peserta didik, dengan
persentase tertinggi pada kategori jengkel dan tidak jengkel. Peserta
didik yang merasa sangat jengkel ketika guru menegur akibat melanggar
aturan dan ketertiban kelas saat pembelajaran kimia sebanyak 2,56%,
23,08% peserta didik merasa jengkel, 33,33% peserta didik merasa
kurang jengkel, dan 41,03% peserta didik merasa tidak jengkel saat
ditegur. Peserta didik juga merasa sangat jengkel ketika gagasan dalam
berdiskusi tidak dihiraukan oleh teman kelompoknya dalam
mengerjakan tugas kimia yaitu sebanyak 33,33%, kemudian 33,33%
peserta didik merasa jengkel, saat tidak dihiraukan, 17,95% peserta
didik kurang jengkel, dan 15,38% peserta didik tidak jengkel saat
berdiskusi dan pendapatnya tidak dihiraukan oleh teman
sekelompoknya. Ketika teman kelasnya bertanya terus-menerus tentang
materi kimia yang belum dipahaminya namun sudah dijelaskan berulang

109
kali membuat 20,51% peserta didik sangat jengkel, 35,90% peserta
didik merasa jengkel, 20,51% peserta dididik kurang jengkel, dan
23,08% peserta didik tidak jengkel saat temannya bertanya berulang
kali. Saat guru menulis materi di papan tulis dengan tulisan yang sulit
dibaca dan kurang rapi membuat 23,08% peserta didik merasa sangat
jengkel, 41,03% peserta didik merasa jengkel, 15,38% peserta didik
kurang jengkel, dan 20,51% peserta didik tidak jengkel ketika membaca
tulisan tersebut.

Penjelasan oleh guru kimia dengan volume suara yang kecil


sehingga tidak terdengar baik membuat peserta didik yang sangat
jengkel sebanyak 25,64%, 41,03% peserta didik merasa jengkel,
17,95% peserta didik kurang jengkel, dan 15,38% peserta didik merasa
tidak jengkel dengan volume suara guru tersebut yang kurang terdengar
jelas. Peserta didik merasa jengkel ketika guru meminta untuk mencatat
materi atau poin penting dari penjelasannya sebanyak 12,82% peserta
didik, 20,51% merasa kurang jengkel, dan 66,67% peserta didik tidak
jengkel ketika diminta untuk mencatat materi tersebut. Saat guru
terlambat masuk di kelas pada pembelajaran kimia dan membuat waktu
belajar menjadi lebih singkat juga membuat 2,56% peserta didik sangat
jengkel, 12,82% merasa jengkel, 17,95% peserta didik merasa kurang
jengkel, dan 66,67% peserta didik tidak jengkel dengan keterlambatan
tersebut. Pemberian tugas kimia oleh guru dan diwajibkan
mengumpulkan pada esok harinya menyebabkan 15,38% peserta didik
sangat jengkel, 41,03% peserta didik merasa jengkel, 23,08% peserta
didik kurang jengkel, dan 20,51% peserta didik tidak jengkel dengan
waktu yang ditentukan tersebut.

Saat pembelajaran kimia berlangsung tetapi ruangan kelas terasa


panas sehingga membuat peserta didik menjadi gerah dan berkeringat
saat belajar membuat 48,72% peserta didik sangat jengkel dengan
kondisi tersebut, 38,46% merasa jengkel, 7,69% merasa kurang jengkel,

110
dan 5,13% peserta didik tidak jengkel dengan kondisi tersebut.
Keributan di luar kelas dan kelas lainnya sehingga menimbulkan
kegaduhan dan mengganggu peserta didik dalam belajar menyebabkan
30,77% sangat jengkel dengan kondisi tersebut, 38,46% peserta didik
merasa jengkel, 10,26% peserta didik kurang jengkel, dan 20,51%
peserta didik tidak jengkel dengan kondisi tersebut. Peserta didik yang
merasa sangat jengkel ketika guru tidak masuk dalam pembelajaran
kimia namun diberikan tugas yaitu sebanyak 10,26%, 15,38% merasa
jengkel dengan pemberian tugas, 28,21% peserta didik kurang jengkel,
dan 46,15% peserta didik tidak jengkel dengan pemberian tugas
tersebut. Pemberian tes akhir oleh guru setelah pembelajaran kimia
berakhir juga membuat 10,26% sangat jengkel untuk mengerjakan,
30,77% peserta didik jengkel, 35,90% peserta didik kurang jengkel, dan
23,08% peserta didik tidak jengkel untuk mengerjakan.

b. Tingkat Emosional Negatif pada Indikator Sedih

Analisis emosi sedih dengan indikator sedih pada Tabel 4.17


menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat sedih, sedih, kurang sedih, dan tidak sedih dengan
persentase berturut-turut sebesar 19,70%, 35,90%, 17,41%, dan 26,99%
dan persentase tertinggi pada kategori sedih. Peserta didik yang merasa
sangat sedih ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas kimia sebanyak
30,77% peserta didik, 38,46% merasa sedih, 17,95% merasa kurang
sedih, dan 12,82% merasa tidak sedih ketika tak dapat mengerjakan soal
kimia tersebut. Soal yang tak dapat dikerjakan selama ujian kimia juga
membuat 35,90% peserta didik merasa sangat sedih, 46,15% peserta
didik merasa sedih, 7,69% peserta didik kurang sedih, dan 10,26%
peserta didik tidak sedih saat soalnya tidak dapat dikerjakan. Hasil yang
didapatkan saat praktikum kimia juga tidak sesuai dengan teori dan
rujukan menyebabkan 15,38% peserta didik sangat sedih, 53,85%
peserta didik merasa sedih, 12,82% peserta didik kurang sedih, dan

111
17,95% peserta didik merasa tidak sedih dengan hasil praktikum
tersebut. Ketika tidak dapat menyelesaikan tugas kimia yang diberikan
hingga batas waktu pengumpulan tugasnya berakhir menyebabkan
28,21% peserta didik merasa sangat sedih, 38,46% merasa sedih,
20,51% peserta didik kurang sedih, dan 12,82% peserta didik tidak
sedih. Pelanggaran yang dilakukan membuat ketertiban kelas menjadi
terganggu sehingga guru menegurnya membuat 5,13% peserta didik
merasa sangat sedih, 38,46% peserta didik merasa sedih, 23,08% peserta
didik merasa kurang sedih, dan 33,33% peserta didik tidak sedih dengan
teguran tersebut. Sanksi yang didapatkan akibat tidak mengumpulkan
tugas kimia menyebabkan 20,51% peserta didik sangat sedih, 46,15%
peserta didik sedih dengan sanksi yang diberikan, 12,82% peserta didik
kurang sedih dengan sanksi yang diberikan, dan 20,51% peserta didik
tidak sedih dengan sanksi yang diberikan. Permasalahan dengan orang
tua di rumah mengganggu pikiran selama pembelajaran kimia di sekolah
menyebabkan 30,77% peserta didik sangat sedih, 43,59% peserta didik
merasa sedih, 5,13% peserta didik kurang sedih, dan 20,51% peserta
didik tidak sedih dengan permasalahan tersebut.

Larangan orang tua untuk bekerja kelompok di rumah teman


juga membuat 20,51% peserta didik sangat sedih, 56,41% peserta didik
sedih, 2,56% peserta didik kurang sedih, dan 20,51% peserta didik tidak
sedih dengan larangan tersebut. Orang tua yang tidak dapat
memfasilitasi anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar kimia di luar
sekolah menjadikan 10,26% peserta didik sangat sedih, 30,77% sedih,
17,95% kurang sedih, dan 41,03% tidak sedih dengan kondisi tersebut.
Hasil belajar kimia yang tidak memuaskan membuat orang tua marah
saat mengetahuinya sehingga 33,33% peserta didik sangat sedih,
48,72% merasa sedih, dan 17,95% peserta didik tidak sedih.

Hasil ujian kimia yang didapat kurang memuaskan dan tidak


diberikan remedial oleh guru sehingga 38,46% peserta didik sangat

112
sedih, 33,33% merasa sedih, 17,95% kurang sedih, dan 10,26% tidak
sedih saat tidak diberikan remedial kimia. guru yang tidak menyapa dan
memberikan salam saat memulai pembelajaran kima juga menyebabkan
10,26% peserta didik sangat sedih, 28,21% peserta didik sedih, 23,08%
kurang sedih, dan 38,46% peserta didik tidak sedih. Kesiapan peserta
didik sebelum belajar juga tidak diperhatikan oleh guru membuat 5,13%
peserta didik sangat sedih, 15,38% merasa sedih, 20,51% merasa kurang
sedih, dan 58,97% tidak sedih. Dorongan dan semangat tidak diberikan
oleh guru sebelum memulai kegiatan belajar menyebabkan 12,82%
peserta didik sangat sedih, 41,03% merasa sedih, 23,08% kurang sedih,
dan 23,08% merasa tidak sedih. Hasil ujian kimia yang didapatkan tidak
memuaskan dan guru tidak memberi semangat serta mengabaikannya
menyebabkan 15,38% peserta didik sangat sedih, 33,33% merasa sedih,
25,64% kurang sedih, dan 25,64% tidak sedih.

Ketika praktikum kimia dilaksanakan hanya sekali dalam satu


semester membuat 17,95% peserta didik sangat sedih, 25,64% sedih,
25,64% kurang sedih, dan 30,77% peserta didik tidak sedih dengan
kondisi tersebut. Pembelajaran kimia yang dilaksanakan secara online
dari rumah menyebabkan 15,38% peserta didik sangat sedih, 30,77%
merasa sedih, 17,95% kurang sedih, dan 35,90% peserta didik tidak
sedih dengan pelaksanaan pembelajaran online dari rumah. Kondisi
yang sakit sehingga tidak dalam masuk sekolah mengikuti pembelajaran
kimia di hari tersebut membuat 20,51% peserta didik sangat sedih,
25,64% peserta didik merasa sedih saat sakit, 23,08% peserta didik
merasa kurang sedih ketika sakit, dan 30,77% peserta didik tidak sedih
ketika sakit. Keadaan sekolah yang diliburkan karena aksi demo pada
jadwal pelajaran kimia di hari tersebut menyebabkan 7,69% peserta
didik sangat sedih, 7,69% peserta didik merasa sedih, 33,33% peserta
didik kurang sedih, dan 51,28% peserta didik tidak sedih dengan kondisi
tersebut.

113
c. Tingkat Emosional Negatif pada Indikator Takut

Analisis emosi takut dengan indikator takut pada Tabel 4.18


menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat takut, takut, kurang takut, dan tidak takut dengan
persentase berturut-turut sebesar 20,00%, 40,51%, 21,035, dan 18,46%
dan persentase tertinggi pada kategori takut. Peserta didik yang merasa
sangat takut ketika diminta pendapat oleh guru saat berdiskusi bersama
menyelesaikan latihan soal kimia sebanyak 2,56% peserta didik,
38,46% merasa takut, 33,33% merasa kurang takut, dan 25,64% merasa
tidak takut ketika diminta memberikan pendapat. Saat guru meminta
menjelaskan ulang materi yang telah dipaparkan juga membuat 17,95%
peserta didik sangat takut untuk kembali menjelaskan, 48,72% peserta
didik takut, 25,64% peserta didik kurang takut, dan 7,69% peserta didik
tidak takut untuk kembali menjelaskan. Saat guru datang dan memulai
pembelajaran kimia dengan ekspresi wajah yang terlihat kesal seperti
mempunyai permasalahan pribadi membuat 20,51% peserta didik
sangat takut, 30,77% peserta didik takut, 17,95% peserta didik kurang
takut, dan 30,77% peserta didik tidak takut dengan ekspresi guru
tersebut. Kegiatan belajar mengajar kimia dengan suasana kelas yang
tegang membuat 28,21% peserta didik sangat takut, 38,46% peserta
didik merasa takut, 15,38% peserta didik kurang takut, dan 17,95%
peserta didik tidak takut dengan suasana kelas yang tegang tersebut.
Saat praktikum kimia membuat peserta didik tidak sengaja terkena
bahan kimia berbahaya sehingga menyebabkan 30,77% yang merasa
sangat takut, 46,15% yang merasa takut, 12,82% merasa kurang takut,
dan 10,26% peserta didik tidak takut ketika terkena bahan berbahaya
tersebut.

Analisis emosi takut dengan indikator cemas pada Tabel 4.19


menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat cemas, cemas, kurang cemas, dan tidak cemas dengan

114
persentase berturut-turut sebesar 43,59%, 36,32%, 10,26%, dan 9,83%
dengan persentase tertinggi pada kategori sangat cemas. Ketika tugas
kimia harus dikumpulkan pada waktu yang telah ditentukan namun
peserta didik lupa mengerjakan dan baru mengingatknya sehingga
membuat 33,33% yang merasa sangat cemas, 38,46% merasa cemas,
23,08% merasa kurang cemas, dan 5,13% merasa tidak cemas. Saat akan
melaksanakan praktikum kimia di sekolah dan beberapa diantaranya
lupa membawa bahan yang ditugaskan sehingga menyebabkan peserta
didik sebanyak 46,15% sangat cemas, 41,03% merasa cemas, 2,56%
merasa kurang cemas, dan 10,26% tidak cemas. Peserta didik yang
sangat cemas ketika akan melaksanakan ujian kimia sebanyak 48,72%,
peserta didik yang cemas sebanyak 38,46%, kemudian 2,56% merasa
kurang cemas, dan 10,26% merasa tidak cemas sebelum melaksanakan
ujian kimia. ketika guru menunjuk secara mendakak untuk
menyimpulkan pembelajaran kimia di hari tersebut membuat 28,21%
peserta didik sangat cemas, 41,03% peserta didik merasa cemas, 15,38%
peserta didik kurang cemas, dan 15,38% peserta didik tidak cemas. Guru
juga menunjuk untuk mengerjakan latihan soal kimia di depan kelas
secara acak membuat 35,90% peserta didik sangat cemas ditunjuk,
38,46% peserta didik cemas saat ditunjuk, 15,38% peserta didik kurang
cemas saat ditunjuk, dan 10,26% peserta didik tidak cemas saat
ditunjuk. Ujian kimia yang dilaksanakan secara mendadak dan beberapa
diantaranya belum menyiapkan diri menyebabkan 69,23% peserta didik
sangat cemas 20,51% peserta didik cemas, 2,56% merasa tidak cemas,
dan 7,69% peserta didik tidak cemas dengan diadakannya ujian kimia
secara mendadak.

d. Tingkat Emosional Negatif pada Indikator Malu

Tabel 4.20 menunjukkan hasil analisis tingkat emosional pada


emosi malu dengan indikator malu dalam pembelajaran kimia dimana
peserta didik yang merasa sangat malu, malu, kurang malu, dan tidak

115
malu dengan persentase berturut-turut sebesar 22,44%, 41,35%,
13,78%, dan 22,44% dan persentase tertinggi pada kategori malu.
Peserta didik yang merasa sangat sedih ketika kesulitan dalam
mengerjakan tugas kimia sebanyak 30,77% peserta didik, 38,46%
merasa sedih, 17,95% merasa kurang sedih, dan 12,82% merasa tidak
sedih ketika tak dapat mengerjakan soal kimia tersebut. Ketika terdapat
teman yang sudah paham materi kimia dan terdapat peserta didik lain
yang belum memahaminya, membuat 5,13% peserta didik sangat malu
untuk bertanya kepada temannya, 25,64% peserta didik malu untuk
bertanya kepada temannya, 17,95% peserta didik kurang malu untuk
bertanya kepada temannya, dan 51,28% peserta didik tidak malu
bertanya kepada temannya yang sudah memahami materi. Ketika materi
kimia belum dipahami juga membuat 7,69% peserta didik sangat malu
untuk bertanya secara langsung kepada gurunya, 35,90% peserta didik
merasa malu untuk bertanya secara langsung kepada gurunya, 23,08%
kurang malu untuk bertanya, dan 33,33% peserta didik tidak malu untuk
bertanya secara langsung kepada gurunya. Pertanyaan latihan soal yang
diberikan oleh guru menemui beberapa kesalahan sehingga
menyebabkan peserta didik sebanyak 15,38% merasa sangat malu,
41,03% merasa malu, 28,21% peserta didik kurang malu, dan 15,38%
peserta didik tidak malu dengan kesalahan yang dilakukan tersebut.
Ketika peserta didik yang bersangkutan tidak dapat menyelesaikan tugas
kimia sampai dengan batas waktu pengumpulan tugas berakhir juga
menyebabkan 23,08% peserta didik ada yang merasa sangat malu,
43,59% peserta didik ada yang merasa malu, 10,26% peserta didik
merasa kurang malu, dan 23,08% peserta didik tidak malu dengan
keterlambatannya. Pada akhir kegiatan belajar guru menegur peserta
didik yang bersangkutan karena selama pembelajaran hanya bermain
dan tidak memperhatikan sehingga 33,33% peserta didik yang
bersangkutan merasa sangat malu ketika ditegur, 46,15% peserta didik
yang bersangkutan malu ketika ditegur, 5,13% merasa kurang malu, dan

116
15,38% peserta didik yang bersangkutan tidak malu saat ditegur. Saat
sedang berlangsung kegiatan mengajar oleh guru kemudian peserta
didik yang bersangkutan ditegur dihadapan teman sekelas akibat
mengganggu ketertiban kelas sehingga yang bersangkutan sebanyak
28,21% merasa sangat malu, 53,85% merasa malu, 7,69% merasa
kurang malu, dan 10,26% merasa tidak malu ketika ditegur dihadapan
teman sekelas. Sanksi juga diberikan guru kepada peserta didik yang
tidak mengumpulkan tugasnya sehingga peserta didik yang tidak
mengerjakan sebanyak 35,90% merasa sangat malu, 43,59% merasa
malu, 7,69% merasa kurang malu, dan 12,82% peserta didik yang tidak
mengerjakan dan diberikan sanksi tersebut merasa tidak malu. Hasil
belajar kimia yang tidak memuaskan dan diketahui oleh orang tuanya
sehingga membuat marah keduanya juga menyebabkan 30,77% peserta
didik sangat malu oleh orang tuanya, 41,03% merasa malu, 10,26%
merasa kuran malu, dan 17,95% peserta didik merasa tidak malu dengan
orang tuanya.

Analisis emosi malu dengan indikator gugup pada Tabel 4.21


menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kimia peserta didik yang
merasa sangat gugup, gugup, kurang gugup, dan tidak gugup dengan
persentase berturut-turut sebesar 21,37%, 44,44%, 11,11%, dan 23,08%
denga persentase tertinggi pada kategori gugup. Pelaksanaan presentasi
dihadapan kelas secara individu membuat 10,26% peserta didik merasa
sangat gugup, 48,72% peserta didik merasa gugup untuk presentasi,
15,38% kurang gugup, dan 25,64% peserta didik tidak gugup untuk
presentasi dihadapan teman dan guru. Tes awal yang diberikan oleh
guru sebelum memulai pembelajaran juga membuat 23,08% peserta
didik sangat gugup, 46,15% peserta didik merasa gugup, 12,82% kurang
gugup, dan sisanya 17,95% peserta didik tidak gugup saat tes awal
diberikan. Pemberian tes akhir setelah pembelajaran kimia berakhir oleh
guru juga membuat 30,77% peserta didik sangat gugup, 38,46% peserta

117
didik merasa gugup, 5,13% peserta didik merasa kurang gugup, dan
25,64% peserta didik tidak gugup untuk mengerjakan tes akhir tersebut.

e. Tingkat Emosional Negatif pada Indikator Jijik

Tabel 4.22 menunjukkan analisis tingkat emosional peserta didik


dengan emosi jijik pada kategori jijik dalam pembelajaran kimia dengan
peserta didik yang merasa sangat jijik, jijik, kurang jijik, dan tidak jijik
mempunyai persentase berturut-turut sebesar 18,59%, 37,82%, 21,15%,
dan 22,44% dan persentase tertinggi pada kategori jijik. Pembelajaran
kimia dilaksanakan oleh peserta didik namun di ruangan kelas terdapat
aroma yang tidak mengenakkan saat dihirup sehingga mengganggu
konsentrasi saat belajar menyebabkan 33,33% peserta didik sangat jijik
untuk menghirupnya, 51,28% merasa jijik, dan 15,38% peserta didik
kurang merasa jijik dengan kondisi tersebut. Kondisi kelas yang kotor
juga menganggu kenyamanan dalam belajar kimia sehingga 25,64%
peserta didik merasa sangat jijik, 58,97% peserta didik merasa jijik,
5,13% peserta didik kurang merasa jijik, dan 48,72% peserta didik tidak
merasa jijik dengan kondisi kelas yang kotor. Pelaksanaan praktikum
kimia yang menggunakan bahan berbau menyengat juga mengganggu,
sehingga membuat 10,26% peserta didik sangat merasa jijik, 20,51%
peserta didik merasa jijik, 25,64% peserta didik kurang merasa jijik, dan
48,72% peserta didik tidak merasa jijik dengan bahan-bahan berbau
menyengat. Pelaksanaan praktikum kimia yang menggunakan bahan-
bahan tersebut dapat dengan tidak sengaja tersentuh atau mengenai
peserta didik, sehingga menyebabkan 5,13% peserta didik sangat jijik
mengenai bahan kimia, 20,51% peserta didik merasa jijik, 25,64%
peserta didik kurang merasa jijik, dan 48,72% peserta didik tidak merasa
jijik dengan tersentuhnya bahan kimia saat praktikum.

118
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Emosional Peserta Didik
dalam Pembelajaran

Hurlock (Fitri & Adelya, 2017) menyatakan bahwa tingkat


emosional dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri sendiri sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar seperti lingkungan sekitar.
Pada tingkat emosional peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1
Jayapura, faktor yang mempengaruhi setiap peserta didiknya berbeda-
beda, dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor internal
terdiri dari keinginan/kemauan (minat) peserta didik dalam pembelajaran
kimia, kecerdasan intelektual, kesehatan, usia, gender, serta perubahan
fisik dan kelenjar (hromon). Peserta didik yang memiliki tingkat emosional
cukup baik tetapi minat belajar yang rendah akan mengakibatkan hasil
belajar yang didapatkan tidak memuaskan, artinya apabila ingin memiliki
hasil belajar yang baik, kondisi emosional juga harus dapat dijaga dengan
baik serta keinginan belajar juga harus tinggi sehingga akan mendapatkan
hasil belajar sesuai keinginan. Kecerdasan intelektual juga mempengaruhi
tingkat emosional peserta didik, peserta didik yang memililiki kecerdasan
intelektual yang tinggi tetapi mempunyai luapan tingkat emosional yang
tinggi pula maka akan kesulitan dalam menunjukkan potensi dirinya dan
menghadapi situasi menantang. Kesehatan mempengaruhi dalam tingkat
emosional peserta didik dalam belajar, peserta didik yang memiliki
kesehatan buruk sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran di sekolah
dan sangat menyukai suatu bidang pembelajaran maka ia akan merasa
sedih dan bisa saja memunculkan amarah karena tidak dapat mengikuti
pembelajaran karena kondisi kesehatannya. Perbedaan persentase tingkat
emosional peserta didik di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura selain
dilihat dari situasi ketika belajar dan lingkungan belajarnya, kondisi dari
diri sendiri juga menjadi faktor penentu dari perbedaan tingkat
emosionalnya.

119
Faktor gender menjadi salah satu faktor internal dalam tingkat
emosional peserta didik pada pembelajaran kimia, hal ini dapat dilihat dari
tabel 4.23 dan Tabel 4.24 yang menunjukkan presentase tingkat emosional
pada gender pria dan wanita. Presentase tingkat emosional pada gender pria
memiliki rata-rata sebesar 52,06% pada kategori cukup. Persentase tingkat
emosional pada gender wanita memiliki presentase sebesar 57,44% pada
kategori cukup. Data tersebut menunjukkan bahwa persentase tingkat
emosional pada gender wanita lebih besar daripada persentase tingkat
emosional pria. Hurlock berpendapat bahwa pria kurang mampu
mengekspresikan emosi seperti yang dilakukan wanita, wanita akan
cenderung untuk meluapkan emosinya dan merasa tenang setelah bercerita
dan mengungkapkan isi hatinya dibandingkan laki-laki (Fitri & Adelya,
2017). Pernyataan tersebut sejalan dengan data yang didapatkan pada
gambar 4.8 menunjukkan bahwa sebesar 53,33% pria memiliki persentase
tingkat emosional pada kategori cukup dan wanita sebesar 79,17%.
Sedangkan pada kategori rendah, pria memiliki presentase tingkat
emosional sebesar 40% dibandingkan wanita yang berada pada kategori
rendah sebesar 20,83%, yang artinya bahwa pria mempunyai luapan
tingkat emosional yang lebih kecil dibandingkan wanita. Namun pada
kategori tinggi sebesar 6,67% pria berada pada kategori tersebut sedangkan
wanita sebesar 0,00% pada kategori tinggi. Fakta tersebut mengungkapkan
hal baru bahwa tidak selamanya pria memiliki luapan tingkat emosional
yang rendah, artinya faktor lain dapat menyebabkan luapan emosionalnya
yang berada pada kategori tinggi. Wahyuni (Lestari dkk., 2019)
mengungkapkan bahwa peserta didik yang memiliki luapan emosionalnya
yang tinggi dan rendah dikarenakan pada masa remaja dikenal dengan
masa storm and stress, yang artinya terjadi ketegangan emosi yang
meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar hormon, kondisi
tersebut dikarenakan remaja di bawah tekanan sosial dan menghadapi
kondisi yang baru. Sejalan juga dengan Hurlock yang menyatakan bahwa
semakin bertambah usia individu diharapkan emosinya akan dapat

120
dikendalikan yaitu pada usia dewasa seseorang (Fitri & Adelya, 2017),
namun peserta didik di bangku sekolah adalah individu yang berada pada
fase remaja dengan perubahan hormon yang tinggi dan menuju tahap
kedewasaan yang mengenal hal baru juga tekanan sosial sehingga pada
usia tersebut individu cenderung memiliki luapan perasaan yang tinggi.
Maka usia dan hormon juga menjadi faktor internal dari tingkat emosional
peserta didik.

Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat emosional peserta


didik dalam pembelajaran kimia diantaranya yang pertama adalah cara
mengajar guru termasuk juga penggunaan metode pembelajaran dan media
ajarnya. Faktor guru menjadi salah satu faktor terbesar dalam tingkat
emosional peserta didik, apabila guru yang mengajar kurang baik tentu
peserta didik akan bermalasan untuk mengikuti pembelajaran kimia
sehingga minat mereka dalam belajar juga berkurang, sama halnya dengan
metode mengajar yang digunakan apabila monoton dengan 1 atau 2 metode
saja peserta didik menjadi bosan dalam pembelajaran sehingga
mempengaruhi juga pada kesukaan belajarnya, guru yang mengajar dengan
suasana kelas yang tegang juga akan menjadikan peserta didik merasa
takut, dan contoh lainnya adalah ketika guru memberikan ujian kimia
secara mendadak maka beberapa peserta didik akan merasa sangat kesal
karena tidak menyiapkan diri, untuk itu guru harus mampu menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan seperti memberikan hadiah
kepada peserta didik yang mengikuti pembelajaran dan mampu menjawab
pertanyaan dengan baik agar termotivasi untuk terus belajar, menggunakan
model pembelajaran yang menyenangkan sehingga terciptanya kondisi
belajar yang nyaman dan peserta didik tentu akan suka dengan kondisi
tersebut.

Orang tua juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi


tingkat emosional peserta didik, peserta didik yang memiliki permasalahan
pribadi dengan orang tua sehingga merasa sedih tentu akan terganggu

121
konsentrasinya saat belajar, sama juga halnya ketika orang tua tidak
memberikan semangat saat ujian kimia mendapatkan hasil yang kurang
memuaskan sehingga orang tua akan memarahi peserta didik tentu peserta
didik tersebut bisa saja merasa sedih dan malu. Teman kelas juga menjadi
salah satu faktor eksternal dalam tingkat emosional peserta didik saat
belajar, misalnya perilaku teman yang suka menyontek secara diam-diam
maka akan membuat peserta didik yang bersangkutan tidak terima dan
menimbulkan amarah, selain itu juga ketika tugas kelompok yang
diberikan namun beberapa anggota kelompok tidak berpartisipasi dengan
baik maka bisa saja menimbulkan kekesalan bagi peserta didik lain yang
berusaha mengerjakan tugas kelompok. Faktor kondisi ruangan kelas yang
mempengaruhi tingkat emosional peserta didik misalnya ketika kelas kotor
dan panas serta terdapat aroma tidak mengenakkan ketika dihirup bisa saja
peserta didik yang lainnya akan merasa jijik bahkan menimbulkan
kekesalan sehingga kebersihan kelas harus dijaga bersama. Kondisi dan
bentuk pembelajaran menjadi faktor tingkat emosional yakni apabila
pembelajaran dilakukan secara online maka beberapa peserta didik merasa
kesal dan sedih dikarenakan sekolah secara online yang tidak maksimal.

122
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis-jenis emosi yang dimiliki peserta didik di kelas XII IPA 3


SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia terdiri dari emosi
positif dan emosi negatif. Emosi positif antara lain emosi bahagia,
berani, haru, dan cinta, sedangkan emosi negatif antara lain emosi
marah, sedih, takut, malu, dan jijik.

2. Rata-rata persentase tingkat emosional positif peserta didik di kelas XII


IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia sebesar 61,80%
pada kategori cukup dengan persentase emosi bahagia, berani, haru, dan
cinta berturut-turut adalah 74,30%, 47,86%, 61,37%, dan 63,68%.

3. Rata-rata persentase tingkat emosional negatif peserta didik di kelas XII


IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia sebesar 51,90%
pada kategori cukup dengan persentase emosi marah, sedih, takut, malu,
dan jijik berturut-turut adalah 41,85%, 49,44%, 62,48%, 54,65%, dan
51,07%.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat emosional peserta didik di


kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Jayapura pada pembelajaran kimia
terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri
dari faktor keinginan/kemauan (minat) dalam belajar, kecerdasan
intelektual, kesehatan, usia, gender, serta perubahan fisik dan kelenjar
(hormon). Faktor eksternal terdiri dari faktor guru, orang tua, teman,
kondisi kelas, serta situasi dan bentuk pembelajaran.

123
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberi saran yakni:

1. Peserta didik perlu mengetahui dan mengelola tingkat emosional dirinya


dalam pembelajaran kimia

2. Guru dan pihak sekolah perlu mengetahui tingkat emosional peserta didik
dalam pembelajaran kimia sehingga bukan saja berfokus pada kemampuan
kognitif dan keterampilannya saja, melainkan guru juga harus mampu
mengetahui tingkat emosional peserta didik dalam belajar sehingga akan
mempengaruhi sikapnya dalam bertindak.

3. Orang tua perlu mengetahui tentang tingkat emosional peserta didik dalam
pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga mampu
memberikan dukungan dan semangat peserta didik saat belajar.

124
DAFTAR PUSTAKA

Aka, K. A. (2016). Model Quantum Teaching Dengan Pendekatan Cooperative


Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran PKn. Jurnal
Pedagogia [Online], Vol 5 (1), Hal 35-46. Diakses:
https://pedagogia.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/1358/153
2 [1 Agustus,2022]

Albab, A. U. (2022). Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Pengendalian Diri


Terhadap Kemampuan Pemahaman Peserta Didik Pada Mata Pelajaran
PAI di SMAN 1 Karanganyar Demak Tahun Pelajaran 2018/2019. Tesis
Institut Agama Islam Negeri Kudus, Pascasarjana Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam. Demak: Repositori IAIN Kudus. Diakses:
http://repository.iainkudus.ac.id/3924/ [18 Juli, 2022]

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Budiarto, Y. (2019). Studi Awal Atribusi dan Emosi Malu Pada Remaja: Analisis
Survey Kualitatif. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia [Online], Vol 8 (1),
Hal 139-161. Diakses: https://core.ac.uk/download/pdf/229330441.pdf [22
November, 2022]

Daud, F. (2012). Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar


Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran [Online], Vol 19 (2), Hal 243-255. Diakses:
http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-
pembelajaran/article/view/3475/626 [4 Agustus, 2022]

Erawati, N. K. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap


Hasil Belajar Asuhan Kebidanan Komunitas Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosional. Jurnal Lampuhyang [Online], Vol 3 (1), Hal 16-31. Diakses:
http://e-journal.stkip-
amlapura.ac.id/index.php/jurnallampuhyang/article/view/122/54 [26 Juli,
2022]

Fadiawati, N., & Fauzi, M. (2018). Perancangan Pembelajaran Kimia. Bandar


Lampung: Graha Ilmu

Fitri, N. F., & Adelya, B. (2017). Kematangan Emosi Remaja dalam Pengentasan
Masalah. Jurnal Penelitian Guru Indonesia [Online], Vol 2 (2), Hal 30-39.
Diakses: https://jurnal.iicet.org/index.php/jpgi/article/view/225 [4 Agustus
2022]

Hasanah, M. (2018). Dinamika Kepribadian Menurut Psikologi Islam. Jurnal


Ummul Qura [Online], Vol 11 (1), Hal 110-122. Diakses:

125
https://ejournal.insud.ac.id/index.php/UQ/article/download/9/8 [18 Juli,
2022]

Husnaini, R. (2019). Hadis Mengendalikan Amarah Dalam Perspektif Psikologi.


Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis [Online], Vol 4 (1), Hal 79-88. Diakses:
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Diroyah/article/view/6017 [22
Noveember, 2022]

Indrasari, D., Sarjana, K., Arjudin, & Hapipi. (2022). Efektivitas Model
Pembelajaran Problem Solving Dengan Teori Bruner Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas VII Materi Pecahan. Griya Journal of Mathematics
Education and Application [Online], Vol 2 (1), Hal 141-151. Diakses:
https://mathjournal.unram.ac.id/index.php/Griya/article/view/138/139 [22
Oktober, 2022]

Kurnia, H., & Wahono, J. (2021). Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap


Prestasi Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Siswa SMA
Negeri 5 Yogyakarta. AoEJ: Academy of Education Journal [Online], Vol
12 (1), Hal 82-97. Diakses:
https://jurnal.ucy.ac.id/index.php/fkip/article/view/431 [12 Desember,
2022]

Lestari, D. P., Sofah, R., & Putri, R. M. (2019). Tingkat Kecerdasan Emosi Peserta
Didik Kelas XI di SMA Negeri 15 Palembang. Jurnal Konseling
Komprehensif: Kajian teori dan Praktik Bimbingan Konseling [Online],
Vol 6 (1), Hal 11-20. Diakses:
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkonseling/article/view/8498/4496
[19 Juli, 2022]

Manizar, E. (2016). Mengelola Kecerdasan Emosi. Jurnal Tadrib [Online], Vol 2


(2), Hal 1-16. Diakses:
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/Tadrib/article/view/1168/987 [16
Juli, 2022]

Mujiati, H., & Sukadi. (2016). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Stok
Obat Pada Apotek Arjowinangun. Jurnal Bianglala Informatika [Online],
Vol 4 (1), Hal 11-15. Diakses:
http://ijns.org/journal/index.php/speed/article/view/1281 [31 Juli, 2022]

Nadhiroh, Y. F. (2015). Pengendalian Emosi. Jurnal Saintifika Islamica [Online],


Vol 2 (1), Hal 53-63. Diakses:
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/284/
283 [19 Juli 2022]

Nasution, H. I., Dewi, R. S., & Harahap, H. J. (2014). Hubungan Kecerdasan


Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa
SMA. Jurnal Pendidikan Kimia [Online],Vol 6 (3), Hal 11-19. Diakses:

126
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpk/article/view/5530/4947 [4
Agustus, 2022]

Nasution, S. (2017). Variabel Penelitian. Jurnal Raudhah [Online], Vol 5 (2), Hal
1-9. Diakses:
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/raudhah/article/view/182/163 [2
Agustus, 2022]

Octavia, N. (2022). Pengaruh Kepribadian, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan


Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Bisnis dan Manajemen
[Online], Vol 16 (2), Hal 130-144. Dikases:
http://jurnal.feb.unila.ac.id/index.php/jbm/article/view/87/50 [18 Juli,
2022]

Prawitasari, J. (1998). Kecerdasan Emosi. Buletin Psikologi [Online], (1), Hal 21-
31. Diakses: https://core.ac.uk/download/pdf/304224740.pdf [24 Januari,
2023]

Putra, S. (2022). Urgensi Pendidikan dan Ide Keberanian: Book Review "Platon:
Lakhes (Tentang Keberanian). Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan
Karakter [Online], Vol 6 (1), Hal 115-123. Diakses:
https://scholar.google.co.id/citations?user=xV9p8VMAAAAJ&hl=id&oi=
sra [22 November, 2022]

Rahayu, T. P. (2016). Determinan Kebahagiaan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan


Bisnis [Online], Vol 19 (1), Hal 149-170. Diakses:
https://ejournal.uksw.edu/jeb/article/view/485/321 [22 November 2022]

Raviyoga, T. T., & Marheni, A. (2019). Hubungan kematangan Emosi dan


Konformitas Teman Sebaya Terhadap Agresivitas Remaja di SMAN 3
Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana [Online], Vol 6 (1), Hal 44-55.
Diakses:http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1586
097&val=4934&title=Hubungan%20kematangan%20emosi%20dan%20k
onformitas%20teman%20sebaya%20terhadap%20agresivitas%20remaja%
20di%20SMAN%203%20Denpasar [4 Agustus, 2022]

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah [Online], Vol 17


(33), Hal 81-95. Diakses: http://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/alhadharah/article/view/2374/1691 [1 Agustus,
2022]

Ristiyani, E., & Bahriah, E. S. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Di
SMAN X Kota Tangerang Selatan. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran
IPA [Online], Vol 2 (1), Hal 18-29. Diakses:
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JPPI/article/view/431/573 [30
November, 2022]

127
Saparwadi, & Sahrandi, A. (2021). Mengenal Konsep Daniel Goleman Dan
Pemikirannya Dalam Kecerdasan Emosi. Al Musyrif Jurnal Bimbingan dan
Konseling Islam [Online], Vol 1 (1), Hal 17-38. Diakses:
http://ejournal.iaidalwa.ac.id/index.php/almusyrif/article/view/480/177 [26
Juli, 2022]

Sari, D. K., Suryaningsih, S., & Yunita, L. (2020). Implementasi Kecerdasan


Emosional dan Minat Siswa pada Pembelajaran Kimia. Jambura Journal of
Educational Chemistry [Online], Vol 2 (1), Hal 40-47. Diakses:
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjec/article/view/4170/2146 [27 Juli,
2022]

Sari, Y. K. (2013). Pengaruh Pengendalian Diri dan Perilaku Belajar Terhadap


Tingkat Pemahaman Pengantar Akuntansi. Skripsi Universitas Negeri
Padang, Program Studi Akuntansi, Padang. Diakses:
http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/view/108/96 [18
Juli, 2022]

Siby, P. S. (2018). Membangun Kesantunan Bertutur Berbasis Kecerdasan Emosi.


Jurnal Media Edukasi [Online], Vol 2 (2), Hal 119-129. Diakses:
https://jurnal.undhirabali.ac.id/index.php/jmk/article/view/612/539 [26
Juli, 2022]

Sukardi. (2018). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,


Edisi Revisi. (R. Damayanti, Ed.) Yogyakarta, Indonesia: Bumi Aksara.

Syarif, S. H., & Munandar, H. (2017). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan


Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kota Parepare pada Mata
Pelajaran Kimia. Jurnal Chemica [Online], Vol 18 (1), Hal 39-47. Diakses:
https://ojs.unm.ac.id/chemica/article/view/4669/2671 [3 Agustus, 2022]

Thaib, E. N. (2013, Februari). Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan


Kecerdasan Emosional. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA [Online], Vol XIIII (2),
Hal 384-399. Diakses: https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/485/403 [26 Juli, 2022]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional. DIKBUD KBRI Tokyo.

Utami, R. W. (2018). Hubungan Antara Kontrol Diri dan Kematangan Emosi


dengan Kecenderungan Narsistik pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Intan Lampung. Skripsi Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, Program Studi Psikologi Islam, Lampung.
Diakses: http://repository.radenintan.ac.id/6531/1/Skripsi%20Full.pdf [19
Juli, 2022]

128
Yustiqfar, M., Hadisaputra, S., & Gunawan, G. (2019). Analisis Penguasaan
Konsep Siswa yang Belajar Kimia Menggunakan Multimedia Interaktif
Berbasis Green Chemistry. Jurnal Pijar MIPA [Online], Hal 135-140.
Diakses:
https://pdfs.semanticscholar.org/e6ed/8552cf818ea8c1573d3298105f79c7
6734ed.pdf [4 Agustus, 2022]

Zahara, F. (2017). Pengendalian Emosi Ditinjau dari Pola Asuh Orangtua pada
Siswa Usia Remasa di SMA Utama Medan. Kognisi Jurnal [Online], Vol 1
(2), Hal 94-109. Diakses: http://e-journal.potensi-
utama.ac.id/ojs/index.php/KOGNISI/article/view/412/432 [4 Agustus,
2022]

129
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Uji Instrumen Penelitian

130
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dan Pengambilan Data

131
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian

132
Lampiran 4 Dokumentasi

133
RIWAYAT HIDUP

Fitria Rospitasari atau akrab disapa Fitria


lahir di Abepura, Kota Jayapura pada tanggal 24
Juni 2000. Penulis adalah anak ketiga dari bapak
Shofan dan Ibu Sari. Pendidikan yang ditempuh
penulis mulai dari jenjang pendidikan anak usia
dini di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Jayapura
dan lulus pada tahun 2006, kemudian
melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN
Inpres Youtefa Jayapura dan lulus pada tahun
2012. Penulis kemudian melanjutkan jenjang
pendidikan sekolah menengah pertama yaitu di
SMP Muhammadiyah Jayapura dan lulus pada tahun 2015. Tahun 2015 penulis
melanjutkan jenjang pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Jayapura dan
lulus pada tahun 2018, ditahun yang sama penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang menjadi tempat
penulis melanjutkan studi yaitu di Universitas Cenderawasih Jayapura, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Program
Studi Pendidikan Kimia dan lulus pada 01 Februari 2023.

134

Anda mungkin juga menyukai