Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XII IPA 1 PADA

PEMBELAJARAN KIMIA DI SMA YPPK TERUNA BAKTI JAYAPURA


TAHUN AJARAN 2022/2023

PROPOSAL PENELITIAN
“Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Penyelesaian
Mata Kuliah Skripsi”

OLEH
DANIEL ZEFANYA MAENGGA
2019011054012

Dosen Pembimbing:
I. Drs. Alex A Lepa., M.Si
II. Dr. Lusia Narsia Amsad., S.Pd., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023
Lembar Persetujuan
Judul : Analisis Kecerdasan Emosional Siswa Kelas XII IPA 1 Pada Pembelajaran
Kimia di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura
Nama : Daniel Zefanya Maengga
Nim : 2019011054012
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jenjang : Strata Satu
Telah disetujui untuk diseminarkan
pada seminar proposal Program Studi Pendidikan Kimia

Jayapura, Oktober 2023

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Alex A. Lepa., M.Si Dr. Lusia Narsia Amsad, S.Pd., M.Si.
NIP. 19660825 199111 1 001 NIP. 19810622 200501 2 004
a. Latar Belakang
Belajar bukan hanya tentang penguasaan mata pelajaran tetapi di atas segalanya
tentang terkait berbagai kebiasaan, kesenangan, perhatian dan keterampilan, keterampilan
sosial, kemampuan, keinginan dan harapan (Rusman, 2013). Mengembangkan minat dan
keterampilan dalam belajar penting dilakukan karena dapat memotivasi siswa untuk
menunjukkan perhatian, aktif, dan terlibat dalam pembelajaran sepanjang hayat.
Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat menciptakan karakteristik pribadi yang
mencerminkan pengelolaan menyeluruh atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan terkait
kinerja siswa. (Sugiarti dkk., 2016).
Pendidikan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi tujuan atau
sasaran tertentu agar dapat mewujudkan seutuhnya potensi yang dimiliki individu maupun
masyarakat. Pengembangan potensi manusia harus merupakan suatu proses yang harus
dimediasi untuk mengedepankan keselarasan dan kesempurnaan dalam pengembangan
individu dan masyarakat (Nurkholis, 2013). Pendidikan, dibandingkan dengan mengajar,
berfokus pada peningkatan kesadaran, kepribadian, transfer pengetahuan dan keterampilan.
Pembentukan kepribadian berkaitan dengan kecerdasan emosional setiap individu (Sutrisno,
2016).
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi
diri sendiri dan orang lain, serta menggunakan kesadarannya untuk mengelola perilaku dan
hubungan secara efektif. Manajemen perilaku mencakup sejumlah keterampilan, termasuk
kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kesadaran diri
berarti menyadari emosi Anda dan bagaimana emosi tersebut memengaruhi cara Anda
berpikir dan berperilaku. Pengaturan diri melibatkan kemampuan untuk mengendalikan
emosi dan mengendalikan reaksi seseorang. Kecerdasan emosional penting untuk
keberhasilan dalam banyak bidang kehidupan, termasuk pendidikan, yang khususnya penting
dalam bidang kimia. (Thailand, 2013).
Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, sifat dan perubahan materi
baru yang menyertai sumber energi tersebut. Ilmu pengetahuan juga dapat memberikan
kontribusi penting dan signifikan terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan seperti
pertanian, kesehatan, perikanan dan teknologi. Banyaknya kontribusi ilmu kimia di berbagai
departemen menjadikan kajian dan pemahaman topik-topik kimia menjadi sangat penting
secara konseptual maupun praktis dan prosedural. Pemahaman siswa terhadap konsep kimia
merupakan kunci penting keberhasilan siswa dalam pembelajaran kimia. Pemahaman konsep-
konsep penting dalam pembelajaran dan penguasaan konsep-konsep tersebut dengan baik
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa (Susiwi, 2007).
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti melakukan survei pada siswa kelas XII IPA 1
SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura, hasilnya beberapa siswa belum atau sudah memiliki
kecerdasan emosional. Siswa yang belum memiliki kecerdasan emosional, dikarenakan siswa
terkadang bosan untuk mempelajari materi kimia yang sulit, sehingga siswa tidak mau
memperhatikan guru yang mengajar di kelas, dan siswa yang sudah memiliki kecerdasan
emosional merasa senang dan berusaha merasakan rasa ingin mengetahui subjek studi kimia.
Berdasarkan uraian di atas, kecerdasan emosional dalam pembelajaran kimia masih
perlu diteliti. Penulis ingin mengkaji bagaimana bentuk kecerdasan emosional mempengaruhi
belajar siswa. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tentang “Analisis Kecerdasan
Emosi Siswa Kelas XII IPA 1 Pada Pembelajaran Kimia SMA YPPK Teruna Bakti
Jayapura”.
b. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologis, pelajar berarti “orang yang berkeinginan”. Sedangkan
menurut istilah santri adalah peneliti alam yang dibimbing dan diarahkan oleh seorang
pemimpin spiritual (Mursyid). Istilah santri juga digunakan untuk menyebut siswa
sekolah dasar dan menengah, sedangkan di perguruan tinggi sering disebut santri
(thalib).
Merujuk pada sistem pendidikan nasional yang mana peserta didik sebagai
anggota masyarakat berusaha untuk berkembang melalui proses pendidikan menurut
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Siswa adalah makhluk yang sedang
dalam proses berkembang dan menjadi dewasa sesuai dengan kodratnya masing-
masing. Mereka membutuhkan nasihat dan bimbingan yang konsisten untuk
memaksimalkan kemampuan alami mereka.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah anak
yang bersekolah untuk mengembangkan dirinya. Peserta didik adalah orang/individu
yang mendapat pelayanan pendidikan berdasarkan bakat, minat, dan kemampuannya
sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan memuaskan apabila diajar
oleh guru.

2. Emosi
Emosi berasal dari huruf “e” yang berarti energi dan gerak yang berarti emosi.
Jika kita artikan lebih dalam, emosi adalah keadaan mental yang intens dan
melebihi ambang batas normal. Emosi mengarah pada perasaan dan pikiran yang
khas, keadaan psikologis serta kecenderungan tindakan yang paling umum
(Goleman, 2005). Emosi juga dapat dipahami sebagai potensi pribadi yang
terbentuk dalam pikiran dan perasaan. Terutama di kalangan masyarakat yang
sering terlibat langsung dalam tindakan-tindakan yang secara spontan dapat
menimbulkan emosi, seperti anggota polisi yang sering menghadapi protes
(Zulaikhah, 2015).
Kematangan emosi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam beradaptasi
dengan emosi yang mengaturnya dalam situasi tertentu. Seseorang dengan
kematangan emosi yang baik mampu mengarahkan dan mengendalikan emosinya
dalam situasi tertentu, yang mungkin menyebabkan keadaan emosinya menjadi
terlalu berlebihan sehingga tidak dapat diterima secara sosial oleh masyarakat
(Susilowati, 2013). Kematangan emosi juga berarti seseorang dapat
mengendalikan ledakan emosi dan mengantisipasi situasi secara kritis (Asih dan
Pratiwi, 2010).

3. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Smart dalam bahasa Inggris berarti kecerdasan, sedangkan az-zaka
berarti wawasan, kecepatan dan kesempurnaan dalam bahasa Arab.
Kecerdasan berasal dari bahasa Indonesia yang artinya mengembangkan
budi dan jiwa yang sempurna untuk berpikir, memahami atau berfikir secara
cermat. Dapat dikatakan bahwa akal sendiri merupakan objek yang cerdas,
khususnya kesempurnaan perkembangan mental, seperti kecerdasan dan
ketelitian mental (Darmid, 2020). Oleh karena itu, kenyataannya tingkat
kecerdasan setiap siswa berbeda-beda. Proses belajar mengajar di SMA
merupakan proses pembelajaran yang kompleks dan mendalam. (Ikon, 2018)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk merasakan dan
memahami situasi apa pun dan kemudian meresponsnya dengan kasih sayang.
Orang dengan EQ tinggi, baik secara verbal maupun nonverbal, senang
memberikan informasi dan nasihat kepada orang lain mengenai perilaku yang
pantas di lingkungannya (Mulyadi, 2019).
Kecerdasan emosional memegang peranan penting dalam
perkembangan remaja. Oleh karena itu, untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik, seseorang harus mampu mengenali dan mengelola
emosi dirinya sendiri dan orang lain. (Goleman D., 1996).
b. Unsur-unsur dalam Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional mencakup lima faktor berikut:
a) Percaya diri
b) Pengaturan mandiri (self-regulation)
c) Motivasi
d) Empati
e) Keterampilan sosial
c. Komponen Kecerdasan Emosional
Kecerdasan terdiri dari tiga bagian, antara lain:
a) Kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tindakannya
b) Kemampuan untuk mengubah perilaku seseorang
c) Mampu mengkritik diri sendiri (Solihudien, 2020).
d. Ciri-ciri Orang dengan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosi manusia bersifat komparatif, kecerdasan emosi tinggi dan
kecerdasan emosi rendah, maka identifikasi kecerdasan emosi tinggi adalah
sebagai berikut (Casmini, 2007):
a) Menghadapi peristiwa dalam hidup dan tekanan masalah pribadi, hal
yang optimal adalah selalu bersikap positif.
b) Kemampuan mengembangkan emosi, mewujudkan kesadaran dan
ekspresi emosi, serta menyadari emosi orang lain.
c) Keterampilan kecerdasan emosional yang optimal seperti niat, kreativitas,
fleksibilitas, hubungan interpersonal dan ketidakpuasan yang konstruktif.
d) Idealnya dilandasi oleh kasih sayang atau empati, intuisi, pancaran iman,
kekuatan dan integritas pribadi.
e) Kinerja optimal, kecerdasan relasional, kesehatan umum dan kualitas
hidup.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang antara
lain:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan tanpa keluarga (Dumora, 2018)
Di bawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
juga dapat dibagi menjadi:
a) Faktor internal adalah apa yang terjadi dalam diri seseorang yang
menentukan kecerdasan emosionalnya. Faktor mental ini berasal dari
dua sumber, yaitu fisik dan mental.
b) Faktor eksternal merupakan katalis dan kerangka yang mendorong
berkembangnya kecerdasan emosional.
f. Komponen Eksternal meliputi:
a) Metode stimulasi; kejenuhan gairah merupakan faktor yang
mempengaruhi efektivitas seseorang dalam mengolah kecerdasan
emosional secara objektif; dan
b) Lingkungan khususnya konteks proses kecerdasan emosional
(termasuk RT., 2012).
Penjelasan lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosional juga meliputi:
1) Faktor genetik
Faktor genetik seperti temperamen. Ada empat temperamen:
pemalu, berani, ceria dan pemurung.
2) Faktor yang berasal dari lingkungan
Kehidupan keluarga adalah sekolah pertama yang membantu
kita menemukan emosi.
Dalam suasana intim ini, kita belajar tentang emosi kita sendiri
dan bagaimana orang lain bereaksi terhadap emosi kita, bagaimana
kita berpikir tentang emosi tersebut.
Dan pilihan yang kita ambil untuk meresponsnya, serta cara
membaca dan mengekspresikan keinginan dan ketakutan kita ( Trang,
2019).

g. Indikator Kecerdasan Emosional


Indikator yang digunakan untuk mengukur kecerdasan Emosional menurut
Daniel Goleman yakni:
a) Mengenali emosi (self-awareness)
b) Mengelola emosi (self management)
c) Motivasi diri (self-motivation)
d) Mengenali emosi orang lain (emphaty)
e) Membangun hubungan (Building relationships)
Dimensi dan indeks yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Mengenali emosi meliputi:
a) Identifikasi emosi anda sendiri dan dampaknya terhadap diri
sendiri
b) Sadarilah kemampuan dan keterbatasan anda sendiri
c) Percaya pada nilai Anda sendiri dan keyakinan tentang nilai Anda
sendiri.
1) Mengelola emosi meliputi:
a) Kemampuan mengendalikan emosi dan dorongan positif dengan
mengorbankan emosi negatif
b) Beradaptasi (dengan mudah) terhadap perubahan
c) Bertanggung jawab atas kinerja anda sendiri
d) Bersikap rendah hati dan terbuka terhadap konsep, metode, dan
informasi baru
3) Motivasi diri meliputi:
a) Kemampuan berpikir positif dan optimis
b) Keinginan yang tak ada habisnya untuk sukses.
4) Mengenali emosi orang lain meliputi:
a) Bersikaplah toleran terhadap pendapat orang lain
b) Peka terhadap perasaan orang lain.
5) Membangun hubungan meliputi:
a) Mampu menyampaikan pesan dengan jelas, dan membujuk orang
lain
b) Dapat menginspirasi kelompok dan lain-lain
c) Manajemen dan pengendalian penjualan (katalis penjualan)
d) Kemampuan untuk bernegosiasi, serta menyelesaikan perbedaan
pendapat.
h. Karakteristik Kecerdasan Emosional
Karakteristik pribadi (Goleman, 1995) dapat dibagi menjadi dua bagian
sebagai berikut:
1) Kecerdasan emosional yang tinggi
a) Kemampuan memotivasi diri sendiri dan mengatasi kekecewaan
b) Mampu mengatasi hambatan yang timbul
c) Tidak mudah putus asa, tidak kasar dan sabar
d) Mampu mengatur diri agar beban pikiran yang dialami tidak
melumpuhkan pikiran
e) Memiliki empati
f) Peka terhadap emosi diri sendiri dan orang lain
g) Memiliki kepribadian yang positif
h) Mudah bergaul dengan orang lain
i) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
j) Mampu menyelesaikan permasalahan yang ada secara damai
2) Kecerdasan emosional yang rendah
a) Bertindak sesukanya tanpa memikirkan dampak kedepannya
b) Mudah marah, kasar, dan tidak sabar
c) Mudah menyerah
d) Kurang peka terhadap diri sendiri dan orang-orang terdekatnya
e) Memiliki tujuan dan cita-cita hidup yang tidak jelas
f) Emosi negatif mudah dipengaruhi dan sulit dikendalikan
g) Memiliki banyak ciri kepribadian negative
h) Kesulitan menjaga hubungan persahabatan dengan orang lain
i) Tidak dapat berkomunikasi
j) Menyelesaikan masalah sesuatu dengan kekerasan.
Setiap orang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang berbeda-
beda, namun menurut (Mangkunegara, 2008) seorang individu mempunyai
empat aspek utama untuk sukses, yaitu:
1) Ketekunan (perseverance)
2) Menghadapi ketidakpastian
3) Kesabaran
4) Mengelola frustrasi

4. Pengertian Analisis
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa analisis adalah ilmu yang
mempelajari peristiwa (perbuatan, perjanjian, dan sebagainya) untuk mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi. Jogiyanto (Mujiati & Sukadi, 2016) mengartikan
analisis sebagai pembedahan suatu sistem informasi secara utuh menjadi bagian-
bagian dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hambatan dan
peluang serta kebutuhan yang diperlukan untuk mengambil keputusan,
rekomendasi perbaikan.
Noeng Muhadjir (Rijali, 2018) mengamati bahwa analisis digambarkan
sebagai studi sistematis dan pengorganisasian wawancara, rekaman observasi, dan
sebagainya. untuk meningkatkan pemahaman seseorang terhadap masalah yang
dipelajari dan menyajikannya kepada orang lain, dan pemahaman ini perlu
diperluas. Analisis untuk terus mencari makna. Berdasarkan definisi tersebut,
analisis diartikan sebagai proses penyelidikan suatu peristiwa dengan membagi
masalah menjadi bagian-bagian yang sistematis dengan menggunakan metode
tertentu untuk memperoleh situasi dunia nyata. Penelitian ini menganalisis
kecerdasan emosional siswa kimia.

5. Pembelajaran Kimia
Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi dua arah dimana guru
berperan sebagai pengaja, dan pembelajaran dilakukan oleh siswa. Belajar
merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga menimbulkan
perubahan perilaku yang positif.
Pembelajaran kimia tidak terlepas dari konsep pembelajaran dan pengertian
kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, sifat dan
perubahan materi yang dapat menciptakan materi baru dan energi yang
menyertainya. Pembelajaran kimia merupakan interaksi antara guru, siswa, dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pembelajaran kimia.
H. Rumusan Anggapan Dasar
Adapun rumusan anggapan dasar dari penelitian ini, antara lain:
1. Peserta didik kelas XI IPA 1 di SMA YPPK Teruna Bakti memiliki kemampuan
kecerdasan emosional pada pembelajaran kimia yang berbeda-beda.
2. Adanya persentase mengenali emosi diri, mengenali emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina orang pada kecerdasan
emosional di siswa kelas XI IPA 1 di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura tahun
ajaran 2022/2023 pada pembelajaran kimia
3. Adanya karakteristik yang mempengaruhi kecerdasan emosional pada
pembelajaran kimia di peserta didik kelas X1 IPA 1 di SMA YPPK Teruna Bakti
Jayapura.
4. Adanya unsur-unsur kecerdasan emosional yang berbeda-beda di peserta didik
kelas XI IPA 1 di SMA YPPK Teruna Bakti Jayapura pada pembelajaran kimia.
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan
data yang didapatkan yang berkaitan dengan keadaan subjek dari suatu populasi.
2. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA YPPK Teruna Bakti beralamat di Jalans
SPG Teruna Bakti, Waena, Yabansai, Kec. Heram, Kota Jayapura, Papua 99225
3. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah analisis kecerdasan emosional kelas XI IPA 1 di SMA
YPPK Teruna Bakti semester genap tahun ajaran 2023/2024
4. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA 1 di SMA
YPPK Teruna Bakti semester genap tahun ajaran 2023/2024. Populasi yang
digunakan berjumlah 30 peserta didik.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua teknik
yaitu:
a. Angket
Angket merupakan metode pengumpulan data yang melibatkan penyampaian
sejumlah pertanyaan tertulis kepada responden. Angket penelitian ini berisi
sejumlah pernyataan tentang kecerdasan emosional untuk siswa di SMA
YPPK Teruna Bakti. Sesuai dengan panduan yang diberikan oleh Menurut
Arifin (2012, 229), ada serangkaian langkah yang perlu diikuti dalam
pembuatan angket evaluasi, yang mencakup:
1) Penyusunan organisasi angket;
2) Pembuatan pertanyaan dan format jawaban yang diinginkan;
3) Penyediaan panduan untuk menjawab pertanyaan agar mempermudah
responden;
4) Pengujian lapangan jika kuesioner telah terstruktur dengan baik, untuk
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan;
5) Koreksi angket jika ditemukan kekurangan, terutama dari segi bahasa
dan formulasi pertanyaan;
6) Replikasi survei sesuai dengan jumlah responden yang dibutuhkan.
Arifin juga menyarankan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses
pembuatan dan penyebaran kuesioner, antara lain:
1) Pastikan setiap pertanyaan menggunakan bahasa yang jelas, singkat,
tepat, dan mudah dipahami oleh responden;
2) Hindari pertanyaan yang mengarahkan responden untuk memberikan
jawaban tertentu;
3) Jangan gunakan lebih dari satu kata negatif dalam satu pertanyaan;
4) Elakkan pertanyaan ganda yang bisa membingungkan responden;
5) Sampaikan pertanyaan secara langsung dan tepat sasaran;
6) Jika angket tidak diisi oleh responden, pertimbangkan untuk
mendistribusikan ulang kepada responden lain yang bersedia mengisi;
7) Selalu sertakan surat pengantar saat menyebarkan survei;
8) Pastikan jumlah opsi jawaban tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merujuk pada data yang diperoleh dari proses pencatatan. Ini
adalah alat pengumpulan informasi yang menghasilkan catatan penting terkait
dengan topik yang sedang diselidiki, dengan tujuan untuk memberikan
informasi yang akurat dan komprehensif, tanpa mengandalkan evaluasi
subjektif.
Pendekatan ini mencakup pengumpulan data yang sudah ada dalam bentuk
dokumentasi termasuk informasi dari pendidik, peserta didik, dan lembaga
pendidikan lainnya.
6. Teknik Analisis Data
Untuk mengukur melihat dan mengukur angket berupa tangggapan siswa terhadap
kecerdasan emosionalnya menggunakan skala likert. Adapun skor penilaiannya
dapat dilihat pada table kategori sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2018:95)


Teknik analisis data dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
persentase, sehingga rumus persentase dapat dilihat sebagai berikut:
Jumlah Skor Tiap Siswa
Persentase= X 100 %
Jumlah Skor Maksimum
Untuk memperjelas proses analisis, dibuat klasifikasi yang tujuannya
untuk menentukan kriteria interval. Kategori kriteria pengetahuan kecerdasan
emosional siswa dapat dilihat pada tabel hasil Analisis Kategori Survei
Kecerdasan Emosi:
Interval Kategori
80-100 Baik Sekali
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
30-39 Gagal

Sumber: Imanuel Sairo Awang dkk

Anda mungkin juga menyukai