Tugas Widya
Tugas Widya
Disusun oleh:
Disusun Oleh
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
membahas topik yang penting dan menarik perhatian, yang saya harapkan dapat memberikan
manfaat dan wawasan baru bagi pembaca.
Dalam makalah ini, saya akan membahas secara mendalam mengenai topik “Keragaman
Hukum Adat Suku Marind di Wilayah Animha”, meliputi pengertian hukum adat suku marind,
wilayah animha dalam perspektif hukum adat, kondisi geofrafis dan kehidupan sosial, konflik
dan penyelesaiannya, pengaruh hukum adat, dan peran pemerintah serta masyarakat dalam
pengelolaan wilayah adat.
Saya juga akan mencantumkan referensi dan sumber-sumber yang digunakan dalam
penulisan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas makalah ini ke depannya.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
19 September 2023
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Adat Suku Marind.............................................................3
B. Wilayah Animha dalam Perspektif Hukum Adat...........................................4
C. Kondisi Geografis dan Keadaan Sosial Suku Marind....................................4
D. Komflik dan Penyelesaian dalam Konteks Wilayah Animha.........................6
E. Pengaruh Hukum Adat terhadap Wilayah Animha........................................8
F. Peran Pemerintah dan Masyarkat dalam Pengelolaan Wilayah Animha........9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Marind adalah salah satu suku bangsa yang mendiami wilayah Animha,
sebuah kawasan yang terletak di Provinsi Papua, Indonesia. Masyarakat Suku Marind
memiliki kehidupan tradisional yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Mereka
umumnya bermukim di sekitar wilayah hutan tropis dan pesisir.
Kehidupan sehari-hari Suku Marind sangat dipengaruhi oleh alam sekitarnya.
Mereka mengandalkan mata pencaharian seperti berburu, bercocok tanam, dan perikanan
sebagai sumber kehidupan utama. Hutan hujan tropis yang melimpah di wilayah Animha
memberikan beragam jenis tumbuhan dan hewan yang menjadi bagian penting dari pola
makan dan kebutuhan sehari-hari Suku Marind.
Sistem sosial Suku Marind didasarkan pada struktur masyarakat yang terorganisir
dengan baik. Mereka memiliki kepemimpinan tradisional yang diwarisi secara turun
temurun, dan keputusan-keputusan penting diambil melalui musyawarah bersama.
Keluarga dan komunitas memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial
dan budaya Suku Marind.
Budaya Suku Marind tercermin dalam tarian, seni ukir, nyanyian, dan upacara
adat. Mereka memiliki kepercayaan animisme dan spiritualitas yang kuat terhadap alam
dan roh leluhur. Upacara adat seperti pesta panen, pernikahan, dan inisiasi suku
merupakan bagian integral dari kehidupan mereka dan dipenuhi dengan ritual-ritual
tradisional.
Meskipun terdapat pengaruh budaya modern, Suku Marind berusaha
mempertahankan warisan budaya mereka dengan memelihara bahasa, adat istiadat, dan
nilai-nilai tradisional. Namun, tantangan seperti modernisasi, urbanisasi, dan perubahan
lingkungan semakin mempengaruhi kehidupan dan keberlangsungan budaya Suku
Marind di wilayah Animha.
Wilayah Animha memiliki signifikansi yang mendalam bagi Suku Marind.
Wilayah ini bukan hanya sekadar tempat tinggal bagi mereka, tetapi juga mewakili akar
budaya, sejarah, dan identitas mereka sebagai suku bangsa. Animha merupakan ladang
1
subur di mana Suku Marind memperoleh mata pencaharian utama mereka, seperti
berburu, bercocok tanam, dan perikanan. Alam yang melimpah dan hutan hujan tropis
yang ada di wilayah ini menyediakan sumber daya alam yang krusial bagi kehidupan
sehari-hari dan tradisi budaya Suku Marind. Selain itu, wilayah Animha juga menjadi
tempat di mana berbagai upacara adat, ritus keagamaan, dan festival budaya penting
dilakukan. Inilah tempat di mana mereka merayakan kebersamaan, memelihara bahasa,
seni, dan nilai-nilai tradisional mereka, serta mengenang leluhur mereka. Oleh karena itu,
Animha memiliki arti mendalam sebagai pangkalan identitas dan kehidupan spiritual bagi
Suku Marind.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Hukum Adat Suku Marind
2. Wilayah Animha dalam Perspektif Hukum Adat
3. Kondisi Geografis dan Keadaan Sosial Suku Marind
4. Konflik dan Penyelesaian dalam Konteks Wilayah Animha
5. Pengaruh Hukum Adat terhadap Wilayah Animha
6. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Animha
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dari generasi ke generasi, dan sering kali terwujud dalam bentuk lisan, adat, atau
kebiasaan.
Sistem hukum adat ini mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti
kepemilikan tanah, hak-hak properti, perkawinan, adopsi, serta penyelesaian konflik
internal. Hukum adat juga mencakup peran dan tanggung jawab individu dalam
komunitas serta aturan-aturan yang mengatur hubungan dengan alam sekitar dan
lingkungan.
Pentingnya Hukum Adat Suku Marind terletak dalam fungsi sosial dan budaya
mereka. Ini membantu menjaga keteraturan dan harmoni dalam masyarakat,
menghormati tradisi, dan memelihara nilai-nilai yang diwariskan dari leluhur mereka.
Hukum Adat Suku Marind juga berperan dalam mempertahankan keseimbangan ekologi
dalam penggunaan sumber daya alam. Meskipun pengaruh modernisasi dan hukum
nasional telah mempengaruhi kehidupan suku ini, Hukum Adat Suku Marind masih
memainkan peran penting dalam identitas dan keberlanjutan budaya mereka.
4
C. Kondisi Geografis dan Keadaan Sosial Suku Marind
Kondisi geografis dan keadaan sosial Suku Marind mencerminkan pengaruh
signifikan dari lingkungan alam di wilayah Animha, serta bagaimana masyarakat Marind
berinteraksi dengan lingkungan dan sesama. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai
kedua aspek ini:
1. Kondisi Geografis:
a) Lokasi dan Topografi: Suku Marind mendiami wilayah Animha, yang terletak di
Provinsi Papua, Indonesia. Wilayah ini memiliki topografi yang beragam, mulai
dari hutan hujan tropis, dataran rendah, sungai, hingga pesisir. Kondisi ini
mempengaruhi pola hidup, mata pencaharian, dan aksesibilitas Suku Marind.
b) Sumber Daya Alam: Animha dikenal sebagai kawasan yang kaya akan sumber
daya alam, termasuk hutan tropis yang melimpah, sungai, serta keanekaragaman
flora dan fauna. Masyarakat Suku Marind mengandalkan sumber daya alam ini
untuk kebutuhan hidup sehari-hari, seperti berburu, bercocok tanam, dan
perikanan.
2. Keadaan Sosial:
a. Struktur Sosial: Masyarakat Suku Marind memiliki struktur sosial yang terorganisir.
Mereka umumnya hidup dalam komunitas-komunitas kecil dan memiliki sistem
kekerabatan yang kuat. Keluarga besar memegang peran sentral dalam kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya.
5
b. Bahasa dan Budaya: Bahasa Marind merupakan bahasa yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan merupakan aspek penting dari identitas budaya Suku Marind.
Seni, musik, tarian, dan cerita rakyat juga merupakan bagian integral dari budaya mereka.
Nilai-nilai tradisional seperti solidaritas, gotong royong, dan hormat terhadap leluhur
sangat dijunjung tinggi.
e. Pendidikan dan Kesehatan: Akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan masih
merupakan tantangan di wilayah ini. Meskipun upaya pemerintah dan organisasi non-
pemerintah ada, infrastruktur pendidikan dan kesehatan masih perlu ditingkatkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Marind.
Kondisi geografis dan keadaan sosial Suku Marind mempengaruhi cara hidup,
nilai-nilai, dan interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman mendalam
tentang kondisi ini penting untuk merancang kebijakan yang mempromosikan
pembangunan berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup, dan memelihara keberagaman
budaya Suku Marind.
6
hukum adat dan budaya mereka. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang konflik dan
cara penyelesaiannya:
a. Sumber Konflik: Konflik dalam Wilayah Animha bisa timbul dari berbagai
faktor, seperti perselisihan atas tanah atau sumber daya alam, perbedaan dalam
pemahaman terhadap adat istiadat, atau ketidaksepakatan dalam hubungan sosial.
Misalnya, persaingan dalam penggunaan tanah pertanian atau sungai untuk
perikanan bisa menjadi sumber konflik yang umum.
d. Upacara Adat Penyelesaian Konflik: Dalam beberapa kasus, konflik yang lebih
serius atau yang berkaitan dengan adat istiadat tertentu dapat memerlukan upacara
adat khusus untuk penyelesaiannya. Ini mungkin melibatkan pemberian
kompensasi atau pengakuan kesalahan dalam bentuk upacara adat yang dihadiri
oleh seluruh komunitas.
7
f. Pentingnya Rekonsiliasi: Setelah konflik selesai, rekonsiliasi dan pemulihan
hubungan yang harmonis antarindividu dan kelompok adalah hal penting. Ini
dapat dilakukan melalui ritual atau upacara adat yang bertujuan untuk
mengembalikan perdamaian dan persatuan dalam komunitas.
8
c. Upacara Adat dan Ritual Keagamaan: Wilayah Animha adalah tempat di mana
berbagai upacara adat dan ritual keagamaan suku dilakukan. Hukum adat
mengatur dan mengarahkan pelaksanaan upacara-upacara ini, yang memiliki
signifikansi budaya dan spiritual yang sangat penting bagi Suku Marind. Upacara
adat mematuhi aturan dan norma-norma yang ditetapkan oleh hukum adat,
memastikan keberlangsungan tradisi dan kepercayaan.
d. Penyelesaian Konflik dan Tata Kehidupan Sosial: Hukum adat juga mencakup
norma-norma yang mengatur penyelesaian konflik internal di antara anggota
komunitas. Prosedur penyelesaian konflik ini bisa melibatkan musyawarah,
mediasi, atau proses tradisional lainnya yang diakui dan dihormati oleh
masyarakat Marind. Hukum adat juga membentuk tata kehidupan sosial,
menjaga etika dan hubungan antarindividu dalam komunitas.
Pengaruh Hukum Adat terhadap Wilayah Animha mencerminkan keterkaitan yang erat
antara kehidupan sehari-hari Suku Marind dengan nilai-nilai, tradisi, dan norma-norma
adat mereka. Hal ini juga mencerminkan kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan
alam dan kekayaan budaya di wilayah Animha.
9
1. Peran Pemerintah:
10
2. Peran Masyarakat:
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suku Marind adalah salah satu suku bangsa yang mendiami wilayah Papua,
khususnya bagian selatan Papua Nugini dan bagian barat Papua (Indonesia). Suku Marind
memiliki adat istiadat dan budaya yang kaya, yang mencakup tradisi sosial, agama, seni,
dan kehidupan sehari-hari mereka. Namun, perlu diingat bahwa informasi tentang suku
bangsa dan budaya bisa beragam dan bisa berubah seiring waktu.
Berikut adalah beberapa informasi umum tentang adat dan budaya suku Marind:
a. Sistem Sosial dan Masyarakat: Suku Marind memiliki struktur sosial yang
terorganisir, dengan masyarakat yang terbagi dalam kelompok-kelompok atau
klannya. Struktur sosial mereka didasarkan pada sistem kekerabatan yang
kompleks.
b. Bahasa: Bahasa Marind adalah bahasa yang digunakan oleh suku Marind. Bahasa
ini memiliki ciri khas tersendiri dan merupakan bagian penting dari identitas
budaya mereka.
c. Seni dan Budaya Visual: Seni suku Marind meliputi ukiran kayu, ukiran batu, dan
seni hiasan yang diaplikasikan pada perabotan rumah, alat-alat, dan pakaian. Seni
ini sering menggambarkan simbol-simbol budaya dan mitologi suku Marind.
12
d. Kepercayaan dan Agama: Tradisi keagamaan suku Marind umumnya didasarkan
pada kepercayaan animisme dan spiritualisme. Mereka meyakini adanya roh dalam
alam semesta dan menghormati roh-roh tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
e. Ritual dan Upacara: Suku Marind memiliki beragam ritual dan upacara, termasuk
upacara inisiasi, pernikahan, dan upacara kematian. Upacara ini memiliki peran
penting dalam kehidupan sosial dan keagamaan mereka.
f. Makanan dan Gaya Hidup: Makanan tradisional suku Marind mencakup ikan,
sagu, umbi-umbian, dan buah-buahan. Gaya hidup mereka sering terkait dengan
lingkungan alam sekitarnya, termasuk kegiatan berburu dan bertani.
Penting untuk diingat bahwa adat dan budaya suku Marind adalah warisan
berharga yang harus dihormati dan dihargai. Jika Anda ingin mendalami lebih lanjut atau
mendapatkan informasi yang lebih rinci, direkomendasikan untuk berbicara langsung
dengan orang-orang dari suku Marind atau mempelajari literatur dan penelitian yang
memadai tentang budaya mereka.
B. Saran
a. Pengembangan Penelitian Lanjutan: Menyarankan untuk melanjutkan penelitian
ini dengan lebih mendalam, mungkin dengan melibatkan metode yang lebih
kompleks atau menggali aspek-aspek tertentu yang belum sempat dijelajahi.
b. Penggunaan Metode Baru:Menyarankan untuk menggunakan metode atau alat
analisis baru yang dapat memberikan wawasan tambahan atau hasil yang lebih
akurat.
13
c. Penambahan Sampel atau Populasi:Menyarankan untuk memperluas jumlah
sampel atau populasi yang diteliti agar hasil penelitian lebih representatif dan
dapat diandalkan.
d. Kerja Sama dengan Pihak Eksternal:Mengajukan ide untuk berkolaborasi dengan
institusi, organisasi, atau ahli lain yang dapat memberikan perspektif baru atau
dukungan dalam penelitian ini.
e. Penelitian Terkait: Mengusulkan untuk menjalankan penelitian terkait yang dapat
memberikan kontribusi lebih lanjut dalam memahami topik yang sama atau
terkait.
f. Diseminasi Hasil: Mendorong untuk membagikan hasil penelitian ini melalui
publikasi ilmiah, seminar, atau konferensi untuk memberikan manfaat lebih luas
dan memperoleh umpan balik dari komunitas ilmiah.
g. Mengajak Partisipasi Masyarakat: Mengajak untuk menggandeng masyarakat atau
pemangku kepentingan terkait untuk mengimplementasikan hasil penelitian ini
dalam kebijakan atau tindakan nyata.
h. Peluang Kolaborasi Selanjutnya: Mengidentifikasi peluang kolaborasi dengan
peneliti lain, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk menjalankan
penelitian bersama yang lebih mendalam atau kompleks.
i. Pengembangan Aplikasi Praktis: Mendorong untuk mengembangkan aplikasi atau
solusi praktis berdasarkan hasil penelitian ini yang dapat memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat atau industri terkait.
j. Evaluasi Ulang Metode atau Pendekatan: Menganjurkan untuk melakukan
evaluasi kembali terhadap metode atau pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini guna memastikan keakuratan dan keefektifan.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Alputila, Marlyn Jane, and Mulyadi Alrianto Tajuddin. "Analisis Sosio-Yuridis Hak
Ulayat Dengan Pelepasan Adat Sebagai Syarat Pendaftaran Tanah Pada Suku Marind Di
Kabupaten Merauke." Jurnal Restorative Justice 1.1 (2017): 13-27.
Holle, Yolanda. "Perilaku Suku Marind dalam Bercocok Tanam Padi Sawah." (2020).
Ita, Saharuddin. "Pemetaan Olahraga Unggulan Papua Berbasis Wilayah Adat." Altius:
Jurnal Ilmu Olahraga dan Kesehatan 6.2 (2017).
iii