Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERSATUAN DAN PERSATUAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu : Dr. Petrus irianto, SH., MH., M.Pd.

Disusun oleh:

Disusun Oleh :

Delis Amelia Syafira (2023011084050)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS CENDRAWASIH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat-
Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
membahas topik yang penting dan menarik perhatian, yang saya harapkan dapat memberikan
manfaat dan wawasan baru bagi pembaca.

Dalam makalah ini, saya akan membahas secara mendalam mengenai topik
”PERSATUAN DAN PERSATUAN DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR”
dibahas mengenai Apa itu perbedaan Ras, Agama, dan Budaya, Bagaimana karakteristik
diskriminasi, Bagaimana seharusnya praktisi BK menghadapi diskriminasi, Bagaimana
seharusnya konselor BK di sekolah menjalin hubungan yang baik dengan siswa, Bagaimana
praktisi menjalin hubungan dengan siswa dalam konteks perbedaan latar belakang etnis
budaya, bahasa, dan keyakinan, dan latar belakang ekonomi yang berbeda, Apa yang perlu
dilakukan seorang praktisi BK dalam memberi dukungan bimbingan dan konseling yang baik
kepada siswa.

Saya juga akan mencantumkan referensi dan sumber-sumber yang digunakan dalam
penulisan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya harapkan agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas makalah ini ke depannya.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Jayapura, 27 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Ras, Budaya, Agama..........................................................................4
B. Karakteristik Diskriminasi..............................................................................5
C. Praktisi BK (Bimbingan Konseling) dan Diskriminasi..................................6
D. Hubungan Baik Antara Praktisi BK dan Siswa..............................................6
E. Praktisi BK dan Siswa Dalam Konteks Perbedaan Latar Belakang Budaya,
Etnis, Kepercayaan dan Ekonomi...................................................................
F. Cara Menjalin Hubungan Yang Baik Antar Praktisi BK dan Siswa...............
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat multikultur adalah suatu entitas sosial yang terdiri dari individu-
individu dengan latar belakang, kepercayaan, nilai, tradisi, bahasa, dan budaya yang
berbeda-beda. Keanekaragaman ini bisa berasal dari perbedaan etnis, agama, bahasa,
asal negara, dan juga gaya hidup. Kompleksitas masyarakat multikultur terletak pada
dinamika yang timbul dari interaksi kompleks antara kelompok-kelompok ini.
Pertama, terdapat tantangan komunikasi akibat bahasa yang berbeda, norma budaya
yang beragam, dan perbedaan persepsi terhadap makna dan konteks. Selain itu,
munculnya konflik atau ketegangan antarkelompok bisa menjadi masalah serius, yang
dipengaruhi oleh stereotip, prasangka, diskriminasi, dan bias budaya. Saling
pengertian dan penghargaan terhadap keanekaragaman ini menjadi kunci dalam
menjaga harmoni dan mengelola konflik di dalam masyarakat multikultur. Selain itu,
perlu adanya kebijakan inklusif dan pendekatan pendidikan yang mempromosikan
kesadaran multikultural untuk membangun masyarakat yang lebih toleran, inklusif,
dan damai di tengah kompleksitas multikultural ini.
Pentingnya memahami dan mempromosikan persatuan dan kesatuan dalam
masyarakat multikultur sangat krusial untuk membangun sebuah sosial yang harmonis
dan stabil. Masyarakat multikultur adalah kumpulan individu dengan latar belakang
budaya, agama, bahasa, dan tradisi yang berbeda. Memahami perbedaan-perbedaan
ini dengan bijak akan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama dalam
menghargai dan memanfaatkan kekayaan keberagaman yang dimiliki. Ketika
persatuan dan kesatuan dipromosikan, berbagai kelompok dalam masyarakat dapat
saling menghormati dan menghargai hak-hak dan kebebasan masing-masing. Hal ini
membuka pintu bagi dialog yang konstruktif dan kolaborasi yang membangun,
menghasilkan solusi yang lebih baik untuk permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat secara bersama-sama. Persatuan dan kesatuan juga menciptakan
lingkungan yang aman dan inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai,
diterima, dan memiliki ruang untuk berkembang. Dengan begitu, masyarakat

1
multikultur dapat bersatu dalam mengatasi tantangan bersama, mempromosikan
perdamaian, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua warganya.
Guru Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah memiliki peran yang sangat
penting dalam mengelola dan merespons perbedaan latar belakang budaya, ekonomi,
agama, dan etnis antara dirinya sendiri dan murid-muridnya. Pertama-tama, guru BK
harus membangun pemahaman mendalam tentang latar belakang budaya, nilai, dan
norma yang ada di masyarakat tempat tinggal murid-muridnya. Hal ini
memungkinkan guru BK untuk membimbing dengan lebih bijak, menghargai, dan
menghormati perbedaan yang ada. Selanjutnya, guru BK harus memastikan bahwa
pendekatan bimbingan dan konseling yang diterapkan sensitif terhadap nilai-nilai
agama yang beragam yang ada di kalangan murid. Hal ini melibatkan kemampuan
untuk mendengarkan dengan empati, menghormati keyakinan agama, dan
memberikan saran yang menghormati nilai-nilai tersebut. Selain itu, dalam
membimbing murid-murid dari latar belakang ekonomi yang beragam, guru BK perlu
memahami tantangan dan kesulitan yang mungkin dihadapi oleh murid-murid tersebut
dan menyediakan bimbingan yang sesuai untuk membantu mereka mengatasi
rintangan tersebut. Kesadaran terhadap perbedaan etnis juga penting, dengan
mengakui keunikan setiap individu dan memberikan dukungan yang sesuai tanpa
diskriminasi. Dengan pendekatan yang inklusif dan memahami perbedaan ini, guru
BK dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih ramah, aman, dan mendukung
bagi semua murid.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perbedaan Ras, Agama, dan Budaya ?
2. Bagaimana karakteristik diskriminasi ?
3. Bagaimana seharusnya praktisi BK menghadapi diskriminasi ?
4. Bagaimana seharusnya konselor BK di sekolah menjalin hubungan yang baik
dengan siswa ?
5. Bagaimana praktisi menjalin hubungan dengan siswa dalam konteks
perbedaan latar belakang etnis budaya, bahasa, dan keyakinan, dan latar
belakang ekonomi yang berbeda ?
6. Apa yang perlu dilakukan seorang praktisi BK dalam memberi dukungan
bimbingan dan konseling yang baik kepada siswa ?

2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Mengetahui perbedaan ras, agama, dan budaya.
2. Mengetahui karakteristik diskriminasi
3. Mengetahui bagaimana seharusnya praktisi BK menghadapi diskriminasi
4. Mengetahui bagaimana seharusnya konselor BK di sekolah menjalin
hubungan yang baik dengan siswa
5. Mengetahui bagaimana praktisi menjalin hubungan dengan siswa dalam
konteks perbedaan latar belakang etnis budaya, bahasa, dan keyakinan, dan
latar belakang ekonomi yang berbeda
6. Mengetahui apa yang perlu dilakukan seorang praktisi BK dalam memberi
dukungan bimbingan dan konseling yang baik kepada siswa

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perbedaan Ras, Budaya, Agama


1. Perbedaan Ras
Perbedaan ras mengacu pada variasi fisik, genetik, dan fenotipik yang
membedakan kelompok manusia berdasarkan karakteristik biologis tertentu
seperti warna kulit, bentuk mata, struktur rambut, dan ciri-ciri fisik lainnya.
Perbedaan ras berasal dari adaptasi genetik yang berkembang di bawah
pengaruh lingkungan dan evolusi di berbagai wilayah geografis. Penting untuk
diingat bahwa konsep ras bukanlah suatu konstruksi ilmiah yang kuat, tetapi
lebih merupakan pemisahan sosial yang dibuat oleh manusia. Seringkali,
perbedaan ras telah digunakan sebagai dasar diskriminasi, ketidakadilan, dan
pemisahan antar kelompok manusia. Namun, penting untuk memahami bahwa
setiap individu memiliki nilai yang sama sebagai manusia tanpa memandang
ras atau karakteristik fisik mereka. Pendidikan, pemahaman, dan toleransi
adalah kunci untuk mengatasi stereotip dan prasangka yang dapat timbul
akibat perbedaan ras, sehingga masyarakat dapat mencapai kesetaraan,
keadilan, dan penghargaan terhadap keanekaragaman manusia.

2. Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya mencakup variasi-nilai, norma, bahasa,
kepercayaan, adat istiadat, dan praktik yang dimiliki dan dianut oleh suatu
kelompok masyarakat atau individu. Hal ini dapat terjadi di tingkat lokal,
regional, nasional, atau bahkan global. Perbedaan budaya terbentuk dari
pengaruh lingkungan geografis, sejarah, tradisi, agama, dan interaksi sosial.
Dalam konteks yang lebih luas, perbedaan budaya juga mencakup pola pikir,
sikap, dan cara pandang hidup yang membentuk identitas individu dan

4
komunitas. Perbedaan budaya bisa mencakup perbedaan bahasa, tata nilai,
sistem kepercayaan, dan norma perilaku. Dalam kehidupan sehari-hari,
perbedaan budaya dapat mempengaruhi interaksi antarindividu dan
mempengaruhi cara mereka memahami dan menanggapi situasi tertentu.
Penting untuk menghormati dan memahami perbedaan budaya agar dapat
membangun hubungan yang baik, mengatasi konflik, dan menciptakan
masyarakat yang inklusif dan harmonis.

3. Perbedaan Agama
Perbedaan agama merujuk pada variasi keyakinan, doktrin, ritual, dan
praktik spiritual antara berbagai sistem kepercayaan dan tata cara ibadah yang
dipegang oleh individu atau kelompok. Setiap agama memiliki pandangan
unik tentang Tuhan atau kekuatan spiritual, penciptaan, tujuan hidup,
moralitas, dan tindakan etis. Perbedaan ini tercermin dalam bentuk
peribadatan, tata cara upacara, hari suci, dan norma-norma etika yang diikuti.
Beberapa agama mungkin memiliki kepercayaan yang mirip atau nilai-nilai
bersama, namun juga memiliki perbedaan yang signifikan dalam
penekanannya. Penting untuk diakui bahwa perbedaan agama tidak hanya
mencakup kepercayaan, tetapi juga aspek budaya, sejarah, dan sosial yang
mempengaruhi cara individu dan komunitas memandang dunia dan
berinteraksi satu sama lain. Menghormati perbedaan agama adalah prinsip
penting dalam masyarakat yang inklusif dan toleran, di mana dialog terbuka,
pengertian, dan rasa hormat terhadap keberagaman keyakinan dapat
membentuk dasar bagi harmoni dan kerjasama antarindividu dan kelompok
dengan latar belakang keagamaan yang berbeda.

B. Karakteristik Diskriminasi
Diskriminasi adalah perilaku atau tindakan yang didasarkan pada penilaian
diskriminatif terhadap individu atau kelompok tertentu, berdasarkan karakteristik atau
ciri khas tertentu seperti suku, ras, etnisitas, agama, jenis kelamin, orientasi seksual,
usia, atau kecacatan. Karakteristik diskriminatif ini dapat berupa sikap, perlakuan
tidak adil, penolakan, pengucilan, stereotip, prasangka, atau tindakan yang
melecehkan. Diskriminasi mencerminkan ketidakadilan sosial dan merupakan bentuk
perlakuan tidak adil yang dapat membatasi akses individu atau kelompok tertentu

5
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan
kesehatan. Diskriminasi dapat terjadi secara terang-terangan atau tersembunyi, baik di
tingkat individu, organisasi, atau bahkan sistemik. Upaya untuk mengatasi
diskriminasi melibatkan advokasi untuk kesetaraan, edukasi tentang keragaman dan
inklusi, penegakan hukum yang adil, serta upaya bersama untuk menciptakan
masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua individu, tanpa memandang
perbedaan mereka.
C. Praktisi BK (Bimbingan Konseling) dan Diskriminasi
Praktisi Bimbingan dan Konseling (BK) harus menghadapi situasi
diskriminasi dengan sikap proaktif, peduli, dan tegas. Pertama-tama, penting untuk
memiliki kesadaran yang kuat terhadap tindakan diskriminatif, baik yang bersifat
terang-terangan maupun terselubung. Mereka harus membangun pemahaman yang
komprehensif tentang berbagai bentuk diskriminasi yang mungkin terjadi di
lingkungan sekolah, termasuk diskriminasi berbasis budaya, etnis, agama, gender, dan
lainnya.
Ketika dihadapkan pada situasi diskriminasi, praktisi BK harus bertindak
sebagai mediator dan advokat untuk murid yang menjadi korban. Mereka perlu
mendengarkan keluhan dengan penuh empati, memberikan dukungan, dan
memfasilitasi dialog yang konstruktif antara pihak-pihak yang terlibat. Selain itu,
penting bagi praktisi BK untuk mengedukasi seluruh komunitas sekolah tentang
pentingnya menghormati keberagaman dan mendorong toleransi serta inklusi.
Tindakan lebih lanjut harus diambil untuk mencegah dan mengatasi
diskriminasi. Praktisi BK dapat bekerja sama dengan staf sekolah dan pihak terkait
untuk mengembangkan kebijakan anti-diskriminasi yang jelas dan efektif. Mereka
juga harus memberikan pelatihan kepada guru, staf, dan murid tentang nilai-nilai
inklusi, kesetaraan, dan penghargaan terhadap perbedaan. Melalui pendekatan proaktif
ini, praktisi BK dapat memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan
sekolah yang adil, ramah, dan menghormati hak asasi manusia bagi semua individu.

D. Hubungan Baik Antara Praktisi BK dan Siswa


Konselor Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah seharusnya menjalin
hubungan yang baik dengan siswa melalui pendekatan yang empatik, terbuka, dan
mendukung. Pertama, konselor BK perlu menunjukkan empati dan kepedulian
terhadap siswa dengan mendengarkan secara aktif dan memahami persoalan serta

6
perasaan mereka tanpa penilaian. Mendengarkan dengan sepenuh hati membantu
membangun kepercayaan antara konselor dan siswa, menciptakan ruang yang aman
bagi siswa untuk membuka diri dan berbagi pengalaman mereka. Selanjutnya,
konselor BK harus memastikan komunikasi yang terbuka dan jujur, memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menyampaikan perasaan, kekhawatiran, dan harapan
mereka. Hal ini membantu siswa merasa dihargai dan didengar.

Kedua, konselor BK perlu membangun hubungan saling percaya dengan


menghormati privasi dan kerahasiaan siswa. Memastikan bahwa informasi pribadi
siswa tidak disebarluaskan tanpa izin mereka adalah langkah penting dalam
membangun kepercayaan. Selain itu, konselor perlu menjauhkan diri dari prasangka
dan diskriminasi, serta bersikap adil dan inklusif terhadap semua siswa, tanpa
memandang latar belakang, kepercayaan agama, atau asal etnis mereka.
Terakhir, konselor BK harus menunjukkan komitmen untuk membantu siswa
meraih potensi terbaik mereka. Ini dapat dilakukan dengan menyediakan bimbingan
yang sesuai, memberikan saran yang bermanfaat, dan membantu siswa merencanakan
tujuan pendidikan dan karir mereka. Konselor BK juga perlu mengembangkan
keterampilan interpersonal yang kuat, seperti kemampuan mendengar, memberikan
umpan balik konstruktif, dan membangun solusi bersama dengan siswa. Dengan
demikian, hubungan yang baik antara konselor BK dan siswa akan membantu
menciptakan lingkungan belajar yang positif dan memfasilitasi perkembangan holistik
siswa.

E. Praktisi BK dan Siswa Dalam Konteks Perbedaan Latar Belakang Budaya,


Etnis, Bahasa, Keyakinan, dan Ekonomi
Praktisi pendidikan memiliki tugas yang krusial dalam menjalin hubungan
yang positif dengan siswa, terutama dalam konteks perbedaan latar belakang etnis,
budaya, bahasa, keyakinan, dan latar belakang ekonomi yang beragam. Pertama-tama,
penting bagi praktisi untuk membangun pemahaman mendalam tentang latar belakang
budaya, bahasa, dan nilai-nilai siswa. Ini melibatkan upaya aktif untuk belajar tentang
tradisi, norma, dan bahasa yang digunakan oleh masing-masing siswa. Komunikasi
yang terbuka dan penuh penghargaan terhadap keberagaman etnis dan budaya adalah
kunci dalam membina hubungan yang baik. Selanjutnya, praktisi harus memastikan
inklusivitas dalam pengajaran dan pengasuhan, memfasilitasi ruang di mana siswa

7
merasa nyaman untuk berbicara tentang identitas budaya dan bahasa mereka. Adalah
esensial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, tanpa diskriminasi, dan
memotivasi siswa untuk berbagi pengalaman mereka. Selain itu, memahami latar
belakang ekonomi siswa adalah aspek penting dalam memastikan pemberian bantuan
yang sesuai. Hal ini melibatkan memberikan perhatian ekstra untuk memastikan
bahwa akses terhadap sumber daya pendidikan tidak terhalang oleh keterbatasan
ekonomi. Dengan demikian, praktisi pendidikan yang sensitif terhadap perbedaan ini
dapat membangun hubungan yang kuat, memotivasi siswa, dan menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif dan positif bagi semua siswa.
Untuk menjalin hubungan yang baik dengan siswa dalam konteks perbedaan
latar belakang etnis, budaya, bahasa, keyakinan, dan latar belakang ekonomi yang
berbeda, praktisi harus menerapkan pendekatan yang inklusif, sensitif, dan terbuka.
Pertama, penting bagi praktisi untuk menunjukkan sikap terbuka dan ramah,
memberikan ruang bagi setiap siswa untuk berbagi aspek unik dari identitas mereka
tanpa takut diskriminasi atau penilaian. Selanjutnya, praktisi harus mendengarkan
dengan cermat dan empati untuk memahami pengalaman, nilai-nilai, dan perspektif
yang dimiliki setiap siswa. Ini mencakup memahami bahasa dan budaya mereka, serta
memberikan apresiasi terhadap perbedaan tersebut.
Penting juga bagi praktisi untuk mempromosikan dialog terbuka tentang
perbedaan etnis, budaya, bahasa, keyakinan, dan latar belakang ekonomi. Mendorong
diskusi yang positif dan membina pemahaman yang lebih baik di antara siswa,
termasuk edukasi tentang keragaman dan pentingnya saling menghormati. Hal ini
dapat dilakukan melalui kegiatan kelas yang mempromosikan inklusivitas dan
membangun kesadaran akan perbedaan ini.
Selain itu, praktisi harus menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di
kelas, di mana setiap siswa merasa diterima dan dihormati tanpa memandang latar
belakang mereka. Menghormati dan mengakui keunikan masing-masing siswa, serta
memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
terkait dengan perbedaan tersebut, juga merupakan aspek penting dari menjalin
hubungan yang baik. Dengan demikian, praktisi dapat membantu menciptakan ikatan
yang kuat antara diri mereka sendiri dan siswa, mempromosikan inklusivitas, dan
membimbing siswa dalam mencapai potensi penuh mereka, tanpa terpengaruh oleh
perbedaan latar belakang mereka.

8
F. Cara Menjalin Hubungan Yang Baik Antar Praktisi BK dan Siswa
Seorang praktisi Bimbingan dan Konseling (BK) perlu mengambil serangkaian
tindakan penting untuk memberikan dukungan bimbingan dan konseling yang baik
kepada siswa. Berikut adalah beberapa langkah yang perlu dilakukan:

1. Membangun Hubungan dan Kepercayaan:Membangun hubungan yang kuat


dan saling percaya antara praktisi BK dan siswa adalah kunci utama.
Mendengarkan dengan penuh perhatian, bersikap empati, dan menunjukkan
penghargaan terhadap perasaan dan pengalaman siswa dapat membantu
membuka pintu komunikasi yang efektif.

2. Menyediakan Lingkungan Aman dan Mendukung: Penting untuk menciptakan


lingkungan yang aman, terbuka, dan tidak menghakimi bagi siswa. Hal ini
akan membantu siswa merasa nyaman untuk berbagi masalah, kekhawatiran,
atau perasaan mereka tanpa takut dicemooh atau dihakimi.

3. Mendengarkan dengan Empati: Praktisi BK harus mendengarkan siswa


dengan empati, memahami perspektif mereka, dan menanggapi dengan
pengertian. Ini mencakup mengakui dan menghargai perasaan dan pengalaman
siswa tanpa mengambil sikap menghakimi.

4. Menilai Kebutuhan dan Permasalahan Siswa: Menggunakan teknik penilaian


yang komprehensif untuk mengidentifikasi kebutuhan, masalah, atau
tantangan yang dihadapi siswa. Hal ini dapat meliputi wawancara, tes
psikologis, dan observasi perilaku.

5. Merencanakan dan Menyusun Rencana Bimbingan: Berdasarkan penilaian,


praktisi BK harus menyusun rencana bimbingan yang spesifik, terukur, dan
realistis untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka. Rencana ini harus
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan siswa serta sumber daya yang
tersedia.

6. Menggunakan Pendekatan yang Beragam: Menggunakan berbagai teknik dan


metode konseling yang sesuai dengan kebutuhan individu, seperti konseling

9
individual, kelompok, atau konseling berbasis solusi. Pendekatan yang
beragam dapat membantu menanggapi kebutuhan dan preferensi siswa dengan
lebih baik.

7. Memberikan Dukungan Emosional dan Psikologis: Memberikan dukungan


emosional dan psikologis yang memadai kepada siswa, terutama dalam
mengatasi stres, kecemasan, atau kesulitan emosional. Menyediakan ruang
bagi siswa untuk mengatasi dan memahami perasaan mereka adalah kunci
dalam membantu mereka mengatasi tantangan.

8. Mendorong Pertumbuhan Pribadi dan Pengembangan Keterampilan:


Mendukung siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial, emosional,
akademik, dan keterampilan hidup lainnya yang diperlukan untuk mencapai
potensi penuh mereka. Memberikan bimbingan untuk mengatasi hambatan dan
mengambil langkah menuju perbaikan diri.

9. Melibatkan Orang Tua dan Guru: Melibatkan orang tua dan guru dalam proses
bimbingan dan konseling, karena kolaborasi ini dapat memaksimalkan
dampak dan konsistensi dukungan yang diberikan kepada siswa.

10. Evaluasi dan Pemantauan Progres: Melakukan evaluasi berkala terhadap


progres siswa, mengukur efektivitas intervensi dan strategi yang diterapkan,
serta melakukan penyesuaian jika diperlukan untuk memastikan tujuan
bimbingan tercapai.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini dengan cermat dan sensitif terhadap


kebutuhan individu, praktisi BK dapat memberikan dukungan bimbingan dan
konseling yang optimal kepada siswa.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktisi Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah perlu menjalankan
pendekatan yang inklusif dan peduli terhadap perbedaan ras, budaya, keyakinan, dan
latar belakang ekonomi yang ada di antara siswa. Pertama-tama, mereka harus
menerapkan komunikasi terbuka dan penuh penghargaan, menghormati setiap siswa
sebagai individu yang unik, dengan mengakui dan memahami beragam latar belakang
budaya dan keyakinan yang mereka miliki. Guru BK harus berusaha untuk
membangun hubungan yang kuat berdasarkan saling pengertian, empati, dan
kesetaraan, sehingga siswa merasa nyaman dalam berbicara tentang pengalaman
mereka tanpa rasa takut atau diskriminasi. Selanjutnya, praktisi BK harus
mengedepankan kepekaan sosial dan keadilan, memastikan bahwa bimbingan yang
mereka berikan memperhitungkan konteks ekonomi dan memberikan strategi yang
sesuai dengan situasi keuangan siswa. Kolaborasi dengan stakeholder seperti keluarga
dan komunitas juga perlu ditekankan untuk memahami lebih dalam konteks budaya
dan keyakinan siswa, sehingga bimbingan yang diberikan dapat terintegrasi secara
holistik dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, praktisi BK dapat menciptakan
iklim yang inklusif dan mendukung, memungkinkan pertumbuhan positif dan
pengembangan siswa tanpa batasan-batasan perbedaan yang mungkin ada.

B. Saran
Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut dapat mengupas tuntas materi yang
sudah dijabarkan. Mengambil lebih banyak referensi sebagai sumber utama
penelitian.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Lattu, Desje. "Peran guru bimbingan dan konseling pada sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi." Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan 2.1 (2018): 61-67.

Mufrihah, Arina. "Implikasi prinsip bimbingan dan konseling terhadap kompetensi


multikultural konselor." Jurnal Pelopor Pendidikan 7.1 (2014): 73-85.

Umami, Dwi Ananda Nur. "Pengetahuan dan Keterampilan Guru Bimbingan dan Konseling
Mengenai Konseling Multibudaya di Indonesia." Edu Consilium: Jurnal Bimbingan dan
Konseling Pendidikan Islam 3.1 (2022): 38-50.

iii

Anda mungkin juga menyukai