Anda di halaman 1dari 300

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA MENGGUNAKAN

FOUR TIER TEST PADA KONSEP SUHU DAN KALOR

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
LISTIANA ANGGI
1115016300027

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

i
ii
PERNYATAAN KARYA SEND IRI

iii
ABSTRAK

LISTIANA ANGGI, NIM. 11150163000027. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA


Menggunakan Four Tier Test pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi Program
Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2021.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi siswa SMA pada konsep
suhu dan kalor. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Februari di MAN 19
Jakarta Selatan (sekolah dengan peringkat standar kelulusan terendah di Jakarta
Selatan) dan 23 Februari di MAN 10 Jakarta Barat (sekolah dengan peringkat
standar kelulusan tertinggi di Jakarta Barat). Terdapat 71 siswa kelas XI MIA di
MAN 10 Jakarta Barat dan 68 siswa kelas XI MIA di MAN 19 Jakarta Selatan yang
dipilih sebagai sampel. Sampel dipilih menggunakan purposive sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu sesuai
dengan kepentingan peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
instrumen four tier test berupa soal pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal dan
instrumen nontes berupa wawancara. Berdasarkan hasil analisis instrumen four tier
test, diperoleh kesimpulan bahwa terdeteksi miskonsepsi lebih banyak pada
pencapaian ranah kognitif C2 (memahami). Terdeteksi juga miskonsepsi pada
semua subkonsep suhu dan kalor, yaitu suhu, pemuaian, kalor, dan perpindahan
kalor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi siswa di dua
sekolah tersebut hampir sama, hanya berselisih 1% dan berada dalam kategori
rendah. Hasil ini membuktikan miskonsepsi tetap ditemukan baik siswa di sekolah
dengan peringkat tertinggi maupun di sekolah dengan peringkat terendah. Selain
itu, ditemukan bahwa munculnya miskonsepsi berasal dari siswa itu sendiri.
Kata kunci: Miskonsepsi, Four Tier Test, Suhu dan Kalor

iv
ABSTRACT

LISTIANA ANGGI, NIM. 11150163000027. Analysis of High School Students'


Misconceptions Using the Four Tier Test on the Concept of Temperature and
Heat. Undergraduate Thesis of Physic Education Department, Faculty of Tarbiya
and Teacher Training, Syarif Hidayatullah Islamic University Jakarta, 2021.

This study aims to find out the misconceptions of high school students on the
concepts of temperature and heat. This research was conducted on 18 February at
MAN 19 South Jakarta (the school with the lowest passing standard rating in South
Jakarta) and 23 February at MAN 10 West Jakarta (the school with the highest
passing standard rating in West Jakarta). There were 71 students of class XI MIA
at MAN 10 West Jakarta and 68 students of class XI MIA at MAN 19 South Jakarta
who were selected as samples. The sample was selected using purposive sampling,
which is a sampling technique based on certain considerations and objectives in
accordance with the interests of the researcher. The research method used is
descriptive research method. The instrument used in this study, namely the four tier
test instrument in the form of multiple choice questions consisting of 25 questions
and non-test instruments in the form of interviews. Based on the results of the
analysis of the four tier test instrument, it was concluded that more misconceptions
were detected in the achievement of the C2 cognitive domain (understanding).
Misconceptions were also detected in all subconcepts of temperature and heat,
namely temperature, expansion, heat, and heat transfer. The results showed that
the percentage of students' misconceptions in the two schools was almost the same,
only 1% differed and was in the low category. This result proves that
misconceptions are still found in both students in the highest-ranking school and in
the lowest-ranking school. In addition, it was found that the emergence of
misconceptions came from the students themselves.

Keyword: Misconception, Four Tier Test, Temperature and Heat

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Miskonsepsi Siswa SMA Menggunakan Four Tier Test pada Konsep Suhu dan
Kalor”, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, pengikutnya dan kita
semua selaku umatnya hingga akhir zaman semoga senantiasa berada pada
lindungan-Nya. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini, terkhusus disampaikan
kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Perwarna Suwarna, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Tadris
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Erina Hertanti, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang penuh
kesabaran dalam memberikan waktu bimbingan, pengarahan, dan saran selama
proses pembuatan skripsi. Beliau yang selalu membimbing dan membantu
penulis dari awal hingga akhir proses penulisan skripsi. Semoga senantiasa
diberi kesehatan dan dimudahkan segala urusan beliau.
4. Bapak Dwi Nanto, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan menasehati penulis selama menjadi Mahasiswi Tadris Fisika.
5. Ibu Ai Nurlaela, M.Si dan Ibu Devi Solehat, M.Pd selaku Dosen Tadris Fisika
yang telah bersedia menjadi penguji skripsi penulis.

vi
6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi tadris fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
7. Kepala MAN 10 Jakarta Barat, Kepala MAN 19 Jakarta Selatan, Kepala MA
Khazanah Kebajikan yang telah memberikan izin penelitian di sekolah tersebut
8. Bapak Edi Waluyo, M. Si, Ibu Eliza Andayani, M.PFis, dan Bapak Bayu
Ardian, S.Pd selaku guru bidang studi fisika yang telah memberi motivasi,
bimbingan, dan saran kepada penulis selama penelitian berlangsung.
9. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa/i MAN 10 Jakarta Barat, MAN 19
Jakarta Selatan, MA Khazanah Kebajikan yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
10. Keluargaku tercinta, khususnya Bapak (Asrodhi), Mama (Sri Subiyarti), Kakak
(Tiyas Nursanti Yuningsih, S.Kom), Kakak Ipar (Dhimas Adam S, S.Kom), dan
Adik (Dimas Nasrul Liza), yang selalu memberikan motivasi, mendo’akan, dan
dukungan yang luar biasa kepada penulis, serta keponakan (Restu Diaz Alfatih)
yang selalu menghibur penulis di sela waktu penulisan skripsi.
11. Mr. Bayu, yang selalu bersedia membantu penulis menyelesaikan penulisan
skripsi dan menjadi tempat berkeluh kesah setiap saat.
12. Teman-teman seperjuangan, Bayu, Intan, Reza, Muhyi, Iis, Fajar, Kiya, Hani,
Tias dan Oka yang menjadi tempat berbagi informasi, saran, dan dukungan
selama perkuliahan hingga proses akhir penulisan skripsi.
13. Teman-teman seperbimbingan, Tia, Nadia, Yuli, yang selalu bersedia untuk
berbagi informasi, memberi motivasi dan menjadi tempat keluh kesah.
14. Teman-teman Tadris Fisika Angkatan 2015 beserta kakak-kakak tingkat yang
telah memberikan informasi, inspirasi dan motivasi kepada penulis.
15. Seluruh pihak yang telah membantu selama perkuliahan hingga penyelesaian
penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis dan senantiasa memberikan kelancaran kepada kalian semua, baik urusan
di dunia maupun di akhirat. Aamiin.

vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Aamiin.

Jakarta, September 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. i


PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................................... 7
A. Kajian Teori .......................................................................................................... 7
1. Konsep................................................................................................................ 7
2. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika........................................................ 8
3. Tes Diagnostik ................................................................................................. 11
4. Tes Diagnostik Four Tier ................................................................................ 11
5. Suhu dan Kalor ............................................................................................... 15
B. Kajian Penelitian yang Relevan ......................................................................... 22
C. Kerangka Berpikir .............................................................................................. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 27
B. Metode Penelitian................................................................................................ 27
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................... 27
D. Prosedur Penelitian ............................................................................................. 28
E. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 31
1. Instrumen Tes.................................................................................................. 31
2. Instrumen Nontes ............................................................................................ 32

ix
F. Kalibrasi Instrumen Penelitian.......................................................................... 33
1. Kalibrasi Instrumen Tes................................................................................. 33
2. Kalibrasi Instrumen Nontes ........................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data....................................................................................... 41
1. Mengkategorikan Kombinasi Jawaban Siswa.............................................. 41
2. Membuat Persentase dari setiap Kategori .................................................... 41
3. Menentukan Kategori Tingkat Miskonsepsi Siswa ..................................... 41
4. Analisis Data Nontes ....................................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 45
A. Hasil Penelitian.................................................................................................... 45
1. Hasil Pengolahan Data Four Tier Test .......................................................... 45
2. Hasil Analisis Data Wawancara .................................................................... 50
B. Pembahasan ......................................................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 62
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 62
B. Saran .................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................. 69

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kombinasi Jawaban Four Tier Test ............................................................. 13


Tabel 2.2 Bentuk Soal Four Tier Test ........................................................................... 14
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal ................................................................................ 31
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara .................................................. 33
Tabel 3.4 Kategori Hasil Nilai CVI ............................................................................... 34
Tabel 3.5 Hasil Penilaian Judgement Ahli .................................................................... 34
Tabel 3.6 Kategori Koefisien Korelasi Point Biserial .................................................. 36
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ................................................................ 36
Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas........................................................................................ 37
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ............................................................ 37
Tabel 3.10 Kategori Taraf Kesukaran .......................................................................... 38
Tabel 3.11 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ................................................ 38
Tabel 3.12 Kategori Daya Pembeda .............................................................................. 39
Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes .................................................... 39
Tabel 3.13 Uji Validitas Instrumen Nontes .................................................................. 40
Tabel 3.14 Kategori Tingkat Miskonsepsi .................................................................... 42
Tabel 4.1 Hasil Persentase Kategori Tingkat Pemahaman Siswa .............................. 45
Tabel 4.2 Hasil Miskonsepsi pada Pencapaian Ranah Kognitif ................................. 46
Tabel 4.3 Hasil Miskonsepsi pada Indikator Pembelajaran ....................................... 47
Tabel 4.4 Hasil Miskonsepsi pada Subkonsep Suhu dan Kalor.................................. 48
Tabel 4.5 Hasil Pernyataan Miskonsepsi Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor ........ 49
Tabel 4.6 Hasil Ketercapaian KKM Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor ................ 51

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Konsep Suhu dan Kalor ................................................................... 16


Gambar 2.2 Perubahan Ukuran pada Proses Pemuaian ............................................ 18
Gambar 2.3 Perubahan Wujud Zat dan Bentuk Molekul .......................................... 21
Gambar 2.4 Grafik Perubahan Wujud Zat .................................................................. 22
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir......................................................................... 26
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ....................................................................... 29

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A - INSTRUMEN PENELITIAN ........................................................... 69


Lampiran A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes .................................................................... 70
Lampiran A.2 Instrumen Two Tier Open Ended ................................................... 72
Lampiran A.3 Instrument Two Tier Pilihan Ganda ............................................ 103
Lampiran A.4 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Two Tier Pilihan Ganda ..... 152
Lampiran A.5 Instrument Four Tier Test Pilihan Ganda ................................... 176
Lampiran A.6 Kisi-kisi Instrumen Nontes ............................................................ 197
Lampiran A.7 Pedoman Wawancara Guru .......................................................... 198
Lampiran A.8 Pedoman Wawancara Siswa .......................................................... 200
Lampiran A.9 Lembar Penilaian Penilaian Nontes .............................................. 202
Lampiran A.10 Hasil Wawancara Guru ............................................................... 203
Lampiran A.11 Hasil Wawancara Siswa ............................................................... 204
LAMPIRAN B - ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ..................................... 209
Lampiran B.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian ................................................. 210
Lampiran B.2 Data Miskonsepsi Siswa ................................................................. 224
LAMPIRAN C - SURAT-SURAT PENELITIAN ..................................................... 224
Lampiran C.1 Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen Tes ......................... 225
Lampiran C.2 Surat Keterangan sebagai Validator............................................. 228
Lampiran C.3 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ 231
Lampiran C.4 Surat Keterangan Penelitian ......................................................... 234
LAMPIRAN D - LAIN-LAIN ...................................................................................... 237
Lampiran D.1 Lembar Penilaian Instrumen Tes.................................................. 238
Lampiran D.2 Lembar Validasi Instrumen Tes.................................................... 258
Lampiran D.3 Uji Referensi .................................................................................... 268
Lampiran D.4 Dokumentasi Penelitian.................................................................. 284
Lampiran D.5 Tampilan Instrumen Tes Melalui Google Form .......................... 285
Lampiran D.6 Biodata Penulis ............................................................................... 286

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hamalik belajar merupakan suatu proses yang dapat merubah dan
memperkuat tingkah laku individu melalui pengalaman. Pengertian ini menyatakan
bahwa belajar adalah segala bentuk rangkaian kegiatan untuk mengalami sebuah
proses yang mampu merubah tingkah laku individu.1 Belajar sebagai sebuah
perubahan pada hakikatnya menunjuk kepada siswa untuk memperoleh informasi,
sehingga mampu mengembangkan karakteristik dalam dirinya. Sesuai dengan
hakikat tersebut, maka terdapat peranan guru sebagai fasilitator untuk
menyampaikan informasi dan memberikan pengarahan kepada siswa.2 Suatu
kegiatan yang melibatkan siswa dan peranan guru di dalamnya disebut dengan
proses pembelajaran.3 Dengan kata lain, pembelajaran pada dasarnya adalah proses
yang melibatkan interaksi antara dua pihak dengan tujuan memperoleh perubahan
pada siswa yang sedang belajar.4
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Wahidmurni menjelaskan
perubahan pada diri siswa dapat dilihat dari kemampuan berpikirnya,
keterampilannya, atau sikapnya terhadap sesuatu objek.5 Ketika terlihat perubahan,
maka proses pembelajaran tersebut dikatakan berhasil.6 Keberhasilan dalam
pembelajaran dapat dicapai apabila prosesnya berlangsung secara efektif. Namun
ketika prosesnya tidak efektif, kemungkinan akan menimbulkan kegagalan dalam
proses pembelajaran.7 Kegagalan ini bisa terjadi karena adanya suatu problematika

1 Husamah, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Malang: UMM Press, 2018), h. 4.


2 Harli Trisdiono, “Pembelajaran Aktif dan Berpusat pada Siswa sebagai Jawaban Atas
Perubahan Kurikulum dan Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar”, Artikel Penelitian LPMP
D.I Yogyakarta, 2015, h. 4.
3 Andi Setiawan, Belajar dan Pembelajaran, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017),
h. 20.
4 Ibid., h. 21.
5 Susi Andriati, “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Fisika Materi Elastisitas melalui
Pembelajaran Gemes (Gemar Bereksperimen) dengan Metode Eksperimen bagi Peserta Didik Kelas
XI MIA”, Jurnal Pendidikan EMPERISME Edisi Desember, 2017, h. 154.
6Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama, (Jakarta:
Prenamedia Group, 2016), h. 54.
7 Andi Setiawan, Op.Cit., h. 25.

1
2

dalam proses pembelajaran.8 Apabila problematika tidak segera diatasi, maka


terjadilah hambatan dalam proses pembelajaran.9 Djamarah mengatakan hambatan
yang terjadi selama proses pembelajaran menyebabkan siswa mengalami kesulitan
dalam belajar.10 Lebih lanjut Mouhshivits dan Zaslavsky menyebutkan bahwa salah satu
kesulitan belajar yang dialami siswa, yaitu kurangnya penguasaan konsep.11 Kurangnya
penguasaan konsep menyebabkan siswa mengalami kesalahpahaman.12 Kesalahpahaman
dalam penerimaaan konsep yang tidak sesuai disebut sebagai miskonsepsi.13
Miskonsepsi bisa terjadi pada siapa saja dan juga bisa terjadi pada semua
mata pelajaran.14 Salah satu mata pelajaran yang sering mengalami miskonsepsi
adalah fisika.15 Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Novak, dkk bahwa hampir
semua konsep fisika sering terjadi miskonsepsi. Kemudian, Novak,dkk juga
menyebutkan bahwa dari 700 penelitian terkait miskonsepsi, jumlah angka
penelitian miskonsepsi terbanyak ada pada konsep fisika, di antaranya, konsep
mekanika (300 penelitian), listrik (159 penelitian), perpindahan panas, optik, dan
sifat-sifat bahan (70 penelitian), bumi dan ruang angkasa (35 penelitian), serta
fisika modern (10 penelitian).16 Hasil dari data penelitian ini menunjukkan bahwa
miskonsepsi yang terjadi pada konsep fisika sangat banyak dan cukup beragam.

8 Amerudin, Eka Ariyati, dan Asrian Nurdini, “Deskripsi Kesulitan Belajar dan Faktor
Penyebabnya pada Materi Fungi di SMA Islam Bawari Pontianak dan Upaya Perbaikannya”, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, Vol. 2, No. 9, 2013, h. 1.
9 Ika Maryani, dkk, Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar, (Yogyakarta: K-Media,
2018), h. 24.
10 Husamah, dkk, Op.Cit., h. 236
11 Ani Rusilowati, “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai Alat Evaluasi Kesulitan Belajar
Fisika”, Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) ke-6, Vol. 6, No. 1,
2015, h. 1.
12 Resti Ana. M, Sigit Priatmoko, dan Ersanghono Kusuma, “Analisis Kesulitan Belajar
Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga dengan Menggunakan Two-Tier
Multiplechoice Diagnostic Instrument”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No. 1, 2010, h.
518
13 Nurulwati, Arsaythamby Veloo, dan Ruslan Mat Ali, “Suatu Tinjauan tentang Jenis-jenis
dan Penyebab Miskonsepsi Fisika”, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 02, No.01, 2014, h.
87.
14 Wawasan Edukasi, Definisi Miskonsepsi dalam Memahami Konsep Suatu Pelajaran,
2017. (https://www.wawasan-edukasi.web.id/2017/03/definisi-miskonsepsi-dalam-
memahami.html).
15 Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, “Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi Konsep
Hukum Newton dengan Menggunakan Metode Eksperimen di Man Darussalam”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa (JIM), Vol. 2, No. 1, 2017, h. 129.
16 Ibid.
3

Oleh sebab itu penelitian tentang analisis miskonsepsi perlu dilakukan. Penelitian
ini mencoba untuk menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada konsep suhu dan
kalor. Pemilihan konsep ini dikarenakan data penelitian Novak, dkk yang
menyebutkan bahwa suhu dan kalor berada di urutan ketiga dengan angka
penelitian yang cukup banyak.17 Selain itu, dari hasil data penelitian Dessy,dkk
menunjukkan miskonsepsi yang terjadi pada konsep suhu dan kalor hampir di
semua sub materi dengan persentase suhu 67,5%, kalor 73%, perpindahan kalor dan
perubahan suhu 68,5%, sifat termal 71%.18 Lebih lanjut, hasil penelitian Amnah
juga menunjukkan miskonsepsi siswa yang terjadi pada konsep suhu dan kalor
mencapai persentase yang cukup tinggi. Dalam penelitiannya, Amnah mencoba
untuk mengkorelasikan fenomena konsep panas dengan kajian teori. Sebagai
kesimpulan, ternyata siswa belum bisa menjelaskan hubungan antara fenomena satu
dengan lainnya.19
Sementara itu, Yeo dan Zadnik dalam penelitiannya juga menjelaskan
bahwa miskonsepsi yang terjadi pada konsep suhu dan kalor dikarenakan siswa
memiliki perbedaan pemahaman. Penyebab perbedaan pemahaman yang terjadi
pada siswa di antaranya, 1) banyak konsepsi yang hanya bergantung pada konteks
satu arah; 2) jawaban siswa tidak konsisten dalam menjelaskan fenomena yang
serupa; 3) siswa tidak menerapkan ide yang dipelajari di sekolah dalam kehidupan
sehari-hari; 4) siswa tidak mengetahui ide yang didapatkan ketika menjawab suatu
pernyataan dengan benar.20
Hasil dari penelitian tersebut juga serupa dengan Leura, dkk ketika mencoba
menggunakan instrumen yang dibuat oleh Yeo dan Zadnik. Leura, dkk juga
mengemukakan bahwa instrumen tersebut mampu untuk mengidentifikasi
miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor, namun tidak dapat menganalisis secara

17 Ibid.
18 Dessy Fauzi, Ika Mustika Sari, dan Duden Saepuzaman, “Profil Konsepsi Siswa
SMK di Kota Bandung Pada Konsep Termal dengan Three Tier Test” Pros. Semnas
Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 2016, h.134
19 Amnah Mohamed Abdullah Al Kaabi, “Heat Msconceptions among 11th Grade
Students”, Theses United Arab Emirates University, 2014, h. 44.
20 S. Yeo and M. Zadnik, “Introductory Thermal Concept Evaluation: Assesing
students’ Understanding”, The Physic Teacher, Vol. 39, 2001, h. 497.
4

mendalam. Instrumen yang telah dibuat dalam bentuk pilihan ganda hanya
mengkategorikan siswa yang paham konsep dan tidak paham konsep. Dengan kata
lain, siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar dikategorikan sebagai paham
konsep dan yang menjawab salah tidak paham konsep. Ketika siswa menjawab
pertanyaan benar dan dikategorikan paham konsep, dikhawatirkan siswa hanya
menebak jawaban. Berkaitan dengan itu, Leura, dkk menyarankan perlu adanya
modifikasi instrumen yang dapat meminta siswa untuk memberikan tanggapan atau
alasan yang tepat beserta tingkat keyakinan dalam menjawab soal.21 Sehubungan
dengan saran tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk memodifikasi instrumen
yang dapat menganalisis miskonsepsi suhu dan kalor secara mendalam dengan
menggunakan tes diagnostik empat tingkat atau yang disebut four tier test.
Four tier test merupakan bentuk tes diagnostik berupa soal pilihan ganda.
Adapun perbedaan antara four tier test dengan tes pilihan ganda biasa, yaitu pada
instrumen tes pilihan ganda jawaban yang tersedia tidak dapat mengukur ide-ide
siswa secara mendalam dan bisa saja salah ditafsirkan. Sementara pada instrumen
four tier test, selain pilihan jawaban yang tersedia terdapat juga tambahan alasan
serta tingkat keyakinan dalam menjawab soal, sehingga siswa dapat ditafsirkan ke
dalam kategori paham konsep ilmiah, kurang paham, false positive (kesalahan
positif), false negative (kesalahan negatif), miskonsepsi atau eror.22 Modifikasi
instrumen dalam bentuk four tier test ini diharapkan mampu mendeteksi serta
menganalisis miskonsepsi terutama pada konsep suhu dan kalor. Oleh karena itu,
dasar pemikiran ini perlu dituangkan dalam suatu penelitian yang berjudul Analisis
Miskonsepsi Siswa SMA Menggunakan Four Tier Test pada Konsep Suhu dan
Kalor.

21 G. R. Luera, Charlotte A. Otto, and P. W Zitzewitz, “Use of The Thermal Concept


Evaluation to Focus Instruction”, The Physics Teacher, Vol. 44, 2006, h. 166.
22 Derya Kaltakci Gurel, Ali Erylmaz, and Lilian Christie McDermott, “A Review and
Comparison of Diagnostic Instruments to Identify Students’ Misconceptions in Science”, Eurasia
Journal of Mathematics, Sciences & Technology Education, 11(5), 2015, h. 998.
5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukaan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain:
1. Siswa masih kurang dalam menjelaskan hubungan fenomena konsep suhu dan
kalor dengan kajian teori, sehingga menimbulkan miskonsepsi.
2. Penelitian terkait miskonsepsi suhu dan kalor kurang mendalam, karena adanya
keterbatasan instrumen yang digunakan.
3. Instrumen yang telah ada tidak bisa meyakinkan jawaban yang dipilih siswa,
sehingga bisa saja salah dalam menafsirkan kategori siswa.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
masalah miskonsepsi. Untuk menganalisis miskonsepsi dalam penelitian ini
digunakan instrumen soal four tier test dengan kategori kombinasi jawaban siswa
merujuk pada teori Kaltakci, dkk. Konsep yang diterapkan dalam penelitian ini
adalah suhu dan kalor (merujuk hasil penelitian miskonsepsi Yeo dan Zadnik,
disesuaikan dengan kurikulum 2013 revisi 2016 pada aspek kognitif mulai dari C1
sampai dengan C4).

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang dan
pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana hasil analisis setiap tingkatan miskonsepsi siswa SMA pada konsep
suhu dan kalor?”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil setiap tingkatan miskonsepsi yang terjadi pada
siswa SMA terutama dalam konsep suhu dan kalor.
6

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang telah dilakukan, diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi tentang pembuatan instrumen miskonsepsi yang dibuat
dalam bentuk four tier test.
2. Memberikan informasi penggunaan instrumen four tier test untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa pada konsep suhu dan kalor.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teori
1. Konsep
a. Definisi Konsep
Konsep menurut Bahri adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Seseorang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek
ditempatkan dalam golongan tertentu.1 Berdasarkan kebahasaan dalam KBBI
konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau upaya apa pun yang ada di
luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.2
Menurut Rustaman, konsep merupakan suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-
ciri, karakter yang sama dari suatu fakta dalam sekelompok objek, baik merupakan
suatu proses, peristiwa, benda, fenomena di alam yang membedakannya dari
kelompok lainnya.3 Sedangkan, menurut Hasim konsep dapat diartikan sebagai ide
atau pengertian yang ditangkap oleh akal baik berupa peristiwa konkrit, gambaran
mental objek yang digunakan oleh akal untuk memahami hal-hal lain.4
Berdasarkan pengertian oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep merupakan suatu objek dalam pengetahuan yang dapat mengidentifikasi
suatu makna terkhusus untuk menjelaskan abstraksi objek atau peristiwa yang
sedang dihadapi.

1 Darwis dan Hikmawati Mas’ud, Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif


Sosioantropologi, Cet. 1, (Makassar: CV SAH MEDIA, 2017), h. 91.
2 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi Republik Indonsesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Ver. 3.7, 2016,
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konsep diakses pada 13 sept 2021)
3 Yuyu Yuliata, “Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran IPA serta Remediasinya”, Jurnal
Bio Educatio, Vol. 2, No. 2, 2017, h. 53.
4 Hasim W dan Nasrul Ihsan, “Identifikasi Miskonsepsi Materi Usaha, Gaya, dan Energi
dengan Menggunakan CRI (Certainy of Response Index) pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Malangke
Barat”, Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika, Vol. 7, No. 1, 2011, h.26.

7
b. Perolehan Konsep
Setiap individu dalam memperoleh konsep menurut Ausubel digambarkan
menjadi dua yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep. Formasi konsep pada tahap
pertama adalah penemuan, di mana individu mengidentifikasi suatu objek yang
diamati dan mulai mengenal bahwa objek dapat digambarkan secara verbal.
Formasi konsep telah dimiliki oleh setiap individu ketika masih kecil dan
termodifikasi sepanjang perkembangan individu. Di masa yang akan datang, semua
konsep pembelajaran menjadi asimilasi konsep. Maksudnya adalah individu
mampu membangun makna baru dan membuat hubungan antara konsep dengan
proposisi yang dipelajari sebelumnya dalam kerangka kognitif. Asimilasi konsep
terjadi setelah individu memasuki bangku sekolah sampai pada tingkat perguruan
tinggi.5
Hal tersebut dapat dipahami bahwa siswa sebelum masuk ketahap sekolah
telah belajar untuk memperoleh konsep-konsep yang ada disekitarnya, namun sulit
dipastikan apakah pemahaman dari konsep tersebut benar ataupun salah. Pada tahap
asimilasi, siswa dibimbing untuk memahami konsep sesuai dengan konsep yang
dipahami oleh para ahli. Proses tersebut akan menjadi lebih mudah dengan adanya
bimbingan dari guru yang kompeten. Dengan bantuan guru, siswa dapat
memodifikasi dan mengkonstruksi ulang informasi yang diperoleh dan
menghubungkan dengan konsep awal yang didapat saat pembentukan konsep.

2. Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika


a. Definisi Miskonsepsi
Miskonsepsi berasal dari kata bahasa Inggris misconception. Menurut
Webster’s Third New International Dictionary, Mis adalah salah atau tidak.
Sementara conception memiliki arti kemampuan, fungsi atau proses membentuk
ide, abstrak atau berkenaan pemahaman maksud dari sebuah simbol. Gabungan
pengertian kedua suku kata tersebut membentuk idea, abstrak atau pemahaman

5 Joseph D. Novak, “Ausubel’s Assimilation Theory and Metacognitive Tools as a


Foundation for Instructional Design” in Charles R. Dills and A. J. Romiszoski (Ed), Instructional
Development Paradigms, (USA: Educational Technology Publications, 1997), h. 406.
yang salah. Halloun dan Hestenes mendefinisikan miskonsepsi sebagai
pengetahuan yang diturunkan daripada penglaman individu yang luas. Pengetahuan
tersebut bertentangan dengan teori saintifik.6 Sedangkan menurut Brown
miskonsepsi didefinisikan sebagai suatu pandangan yang naïf, suatu gagasan yang
tidak cocok dengan pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Pendapat lain
tentang miskonsepsi dikemukakan Fowler, bahwa miskonsepsi memiliki arti
sebagai sesuatu yang tidak akurat akan konsep. Penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan
hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar.7
Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut maka miskonsepsi dapat
diartikan sebagai kekeliruan atau kesalahan dalam menginterpretasikan hubungan
antar konsep yang berbeda yang saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga
menyebabkan konsep tesebut menjadi tidak benar dan tidak bermakna.

b. Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi dapat berasal dari siswa sendiri, dari guru yang menyampaikan
konsep yang keliru, dan metode mengajar yang kurang tepat. Secara lebih jelas
penyebab dari adanya miskonsepsi adalah sebagai berikut:8
1) Kondisi siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa sendiri dapat terjadi karena asosiasi siswa
terhadap istilah sehari-hari yang meyebabkan miskonsepsi. Misalnya siswa
mengasosiasikan gaya dengan gerak. Gaya menyebabkan benda bergerak, maka
jika mereka tidak bergerak maka pada mereka tidak bekerja gaya. Padahal tidak
begitu. Intuisi yang salah dan perasaan siswa dapat juga menimbulkan miskonsepsi.
Contohnya seseorang mengalami kelelahan setelah bekerja keras, mereka
menganggap energi tidak kekal, buktinya mereka merasa kehilangan energi setelah

6 Kurniyatul Faizah, “Miskonsepsi dalam Pembelajaran IPA”, Jurnal Darussalam: Jurnal


Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam, Vol. VIII, No. 1, 2016, h. 118.
7 Winni Liliawati dan Tufik R. R, “Identifikasi Miskonsepsi Materi IPBA di SMA dengan
Menggunakan CRI (Certainly of Respons Index) dalam Upaya Perbaikan Urutan Pemberian Materi
IPBA Pada KTSP”, Prosiding Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2009, h. 160.
8 Ibid., h. 160
bekerja keras. Dari contoh ini pula miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa
menafsirkan peristiwa yang dialami mereka sendiri.
2) Guru
Dari sekian banyak guru, mungkin saja salah satu dari mereka tidak memahami
konsep dengan baik. Hal ini dapat saja membuat siswa mengalami miskonsepsi
apabila kesalahan pemahaman guru yang kurang baik tersebut diteruskan kepada
siswa. Sebagai contoh jika guru menyampaikan pengertian yang salah tentang
hukum III Newton. Guru Menjelaskan bahwa gaya aksi reaksi terjadi pada titik
yang sama pada benda yang sama.
3) Metode mengajar
Penggunaan metode belajar yang kurang tepat, penerapan aplikasi yang salah
dari konsep yang bersangkutan, serta penggunaan alat peraga yang tidak mewakili
secara tepat konsep yang digambarkan dapat pula menyebabkan miskonsepsi pada
siswa. Misalnya seorang siswa yang melakukan pratikum dan memperoleh data
tidak lengkap.
4) Buku
Faktor terjadinya miskonsepsi yang berasal dari buku salah satunya yaitu
penggunaan bahasa yang terlalu sulit dan kompleks. Tidak semua siswa dapat
mencerna dengan baik apa yang tertulis dalam buku, akibatnya siswa menyalah
artikan maksud dari isi buku tersebut. Selain itu juga penggunaan gambar dan
diagram dapat pula menimbulkan miskonsepsi pada siswa.
5) Konteks
Penyebab khusus dari miskonsepsi yaitu penggunaan bahasa dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun contohnya yaitu, dalam bahasa sehari hari siswa mengenal
satuan berat ialah kg (kilogram) padahal satuan berat adalah newton. Selain itu
ketika siswa sedang diskusi kelompok yang anggotanya didominasi oleh beberapa
orang dan diantara mereka ada yang mengalami miskonsepsi, maka dia akan
mempengaruhi teman-temannya yang lain.
3. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa dalam penguasaan materi yang diajarkan guru serta mencari
faktor penyebabnya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, diberikan
perlakuan yang tepat kepada siswa untuk mengatasi kelemahan tersebut. Tes
diagnostik dirancang untuk mndeteksi kesulitan belajar siswa dan dikembangkan
berdasarkan analisis terhadap penyebab kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
munculnya masalah.9
Tes diagnostik biasanya dilakukan sebelum tes. Hal ini dikarenakan tujuan
diagnostik adalah melihat kemajuan belajar siswa yang berkaitan dengan proses
menemukan kelemahan siswa pada materi tertentu. Pendekatan yang dilakukan
guru dalam mendiagnosis kesulitan belajar siswa berbeda-beda, tergantung kepada
kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Depdiknas (2002) menguraikan lima
pendekatan untuk tes diagnosis yaitu: pendekatan profile materi, pendekatan
prasyarat pengetahuan, pendekatan pencapaian tujuan pembelajaran, pendekatan
identifikasi kesalahan, dan pendekatan pengetahuan berstruktur.10
Berdasarkan uraian pengertian tes diagnostik diatas maka dapat diartikan
bahwa tes diagnostik merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui letak kesalahpahaman siswa dalam memahami materi secara
mendalam, sehingga dapat memberikan tindak lanjut dengan menggunakan metode
pembelajaran yang tepat.

4. Tes Diagnostik Four Tier


a. Pengertian Four Tier Test
Four tier test merupakan tes diagnostik dengan empat tingkat pilihan. Four
tier test ini merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat,
yaitu dengan menambahkan tingkat keyakinan pada masing-masing jawaban dan

9 Ani Rusilowati, “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai Alat Evaluasi Kesulitan Belajar
Fisika”, Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) ke-6, Vol. 6, No. 1,
2015, h. 2.
10 Ibid.
alasan.11 Penambahan tingkat keyakinan pada masing-masing jawaban dan alasan
dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga membantu dalam
mendeteksi tingkat miskonsepsi siswa.12
Dolan menyatakan bahwa sangat sulit untuk membedakan siswa yang tidak
tahu konsep dan siswa yang mengalami miskonsepsi.13 Tes diagnostik pilihan
ganda empat tingkat dirancang untuk menentukan seberapa kuat siswa menguasai
konsep melalui tingkat keyakinan dalam menjawab pertanyaan.14 Tingkat pertama
dari tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat adalah soal pilihan ganda dengan
tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih siswa, tingkat ke dua
merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban, tingkat ke tiga
merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, dan tingkat ke empat merupakan
tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan.15
Tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat memiliki kelebihan dibanding
tes diagnostik pilihan ganda yang telah ada sebelumnya. Melalui tes diagnostik
pilihan ganda empat tingkat guru dapat:16
1) Membedakan tingkat keyakinan jawaban dan tingkat keyakinan alasan yang
dipilih siswa sehingga dapat menggali lebih dalam tentang kekuatan pemahaman
siswa.
2) Mendiagnosis miskonsepsi yang dialami siswa lebih dalam.
3) Menentukan bagian-bagian materi yang memerlukan penekanan lebih.
4) Merencanakan pembelajaran yang lebih baik untuk membantu mengurangi
miskonsepsi siswa.

11 Imelda S. Caleondan dan R. Subramaniam, “Do Student Know What They Know and
What They Don’t Know? Using a Four Tier Diagnostic Test to Assess the Nature of Students’
Alternative Conception”, Research Science Education, Vol. 40, 2009 h. 313.
12 Pujia Rawh, dkk, “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengidentifikasi
Profil Konsepsi Siswa pada Materi Alat-alat Optik”, WaPFI (Wahana Pendidikan Fisika, Vol. 5.
No. 1, 2020, h. 85.
13 Erin Dolan, “Resent Research in Science Teaching and Learning”, CBE Life Sciences
Education, Vol. 9, 2010, h. 76-77.
14 Rusilowati, Op.Cit., h. 4.
15 Nurul Wilantika, dkk, “Pengembangan Penyusunan Instrumen Four Tier Diagnostic Test
untuk Mengungkap Miskonsepsi Materi Sistem Ekskresi di SMA Negeri 1 Mayong Jepara”, Jurnal
Phenomenon, Vol. 08, No. 2, 2018, h. 203.
16 Ibid.
Bentuk Four-tier test adalah soal multiple-choice yang terdiri dari empat
tingkatan pada setiap soal, yaitu dijelaskan sebagai berikut:
1) Tingkat pertama (first tier) adalah pertanyaan tentang suatu konsep ilmiah. Hal
ini sesuai dengan tujuan pembentukan Four-tier Test yaitu untuk mengevaluasi
kemampuan memahami yang dimiliki responden tentang suatu konsep ilmiah
tertentu.
2) Tingkat kedua (second tier) adalah pertanyaan berupa confidence rating
terhadap jawaban pada tingkat pertama. Pertanyaan tingkat kedua bertujuan
untuk mengetahui seberapa kuat pemahaman responden berdasarkan
keyakinan terhadap jawaban pada pertanyaan tingkat pertama.
3) Tingkat ketiga (third tier) adalah pertanyaan tentang alasan jawaban pada
tingkat pertama.
4) Tingkat (fourth tier) pertanyaan tentang confidence rating untuk pemilihan
alasan pada tingkat ketiga. Pertanyaan tingkat keempat bertujuan untuk
mengetahui seberapa kuat pemahaman responden berdasarkan keyakinan
terhadap pemilihan alasan jawaban pada pertanyaan tingkat ketiga. Pada
pertanyaan tingkat keempat responden diminta supaya fokus memilih
peringkat keyakinan hanya untuk jawaban pada pertanyaan tingkat ketiga.

b. Kombinasi Jawaban Four Tier Test


Adapun kategori dari kombinasi jawaban four tier test terdapat pada Tabel
2.1.

1Tabel 2.1 Kombinasi Jawaban Four Tier Test

No 1st tier 2nd tier 3rd tier 4th tier Uji Keputusan four tier test
1 T S T S Paham Konsep Ilmiah
T S T NS
T NS T S
T NS T NS
T S F NS
2 T NS F S Kurang Paham Konsep
T NS F NS
F S T NS
F NS T S
F NS T NS
F S F NS
F NS F S
F NS F NS
3. T S F S False Positive
4. F S T S False Negative
5. F S F S Miskonsepsi (Eror)
Keterangan: T (True), F (False), S (Sure), dan NS (Not Sure)

Berdasarkan Tabel 2.1 bahwa dengan menggunakan four tier test dapat
mengkategorikan siswa ke dalam lima kategori yaitu, siswa paham konsep ilmiah,
kurang paham konsep, kesalahan positif (false positive), kesalahan negatif (false
negative), miskonsepsi atau error.17

c. Bentuk Soal Four Tier Test


Berikut merupakan contoh bentuk soal four tier test yang telah
dikembangkan oleh Sreenvasulu dan Subramaniam (2013) terdapat pada tabel 2.2

2 Tabel 2.2 Bentuk Soal Four Tier Test

Tingkatan Keterangan
Soal konsep:
Pikirkanlah suatu gas asli yang ditempatkan dalam wadah. Jika
gaya tarik-menarik antar molekul menghilang secara tiba-tiba,
1st tier manakah pilihan di bawah ini yang mungkin terjadi?
a. Tekanannya berkurang
b. Tekanannya meningkat
c. Tekanannya tetap sama
d. Gasnya mengembang
Tingkat keyakinan menjawab soal konsep:
a. Menebak saja
b. Sangat tidak yakin
2nd tier c. Tidak yakin
d. Yakin
e. Sangat yakin
f. Sangat sangat yakin
Alasan secara ilmiah yang tepat sesuai soal tingkat pertama:
3rd tier a. Molekul gas berjauhan satu sama lain
b. Frekuensi tumbukan molekul dengan dinding wadah
meningkat

17 Derya Kaltakci Gurel, Ali Erylmaz, and Lilian Christie McDermott, “A Review and
Comparison of Diagnostic Instruments to Identify Students’ Misconceptions in Science”, Eurasia
Journal of Mathematics, Sciences & Technology Education, 2015, 11(5), h. 999.
c. Molekul gas memiliki banyak kebebasan untuk bergerak
d. Gas tersebut memiliki prilaku yang sama dengan gas ideal
Tingkat keyakinan menjawab alasan yang tepat:
a. Menebak saja
b. Sangat tidak yakin
4th tier c. Tidak yakin
d. Yakin
e. Sangat yakin
f. Sangat sangat yakin

Berdasarkan contoh soal di atas apabila siswa salah memilih alternatif


pilihan jawaban di tingkat pertama dengan keyakinan tinggi dan salah memilih
alasan terhdapat jawaban dengan keyakinan tinggi juga, maka secara khusus
dianggap miskonsepsi.18

5. Suhu dan Kalor


a. Peta Konsep
Salah satu materi dalam silabus fisika kurikulum 2013 revisi 2016 kelas XI
adalah suhu dan kalor. Pembahasan materi suhu meliputi pengertian suhu,
pengukuran suhu, melakukan perhitungan secara matematis skala suhu yang
digunakan (Celsius, Reamur, Fahrenheit dan Kelvin), serta proses pemuaian termal
pada suatu benda. Sementara pembahasan materi kalor, meliputi pengertian kalor,
hubungan kalor dan suhu pada suatu benda, menentukan kalor jenis benda dengan
menggunakan Asas Black yang disertai dengan pelepasan kalor laten, kalor lebur
dan kalor uap. Pembahasan terkait suhu dan kalor secara umum dapat dilihat pada
bagan peta konsep berikut:

18 Ibid., h. 1008.
Suhu dan Kalor
membahas

Suhu Kalor
membahas membahas

Kalor Jenis
Pengukuran Pemuaian
digunakan
Asaspada
Termometer
penerapan

Celsius Reamur Fahrenheit Kelvin Perubahan

1 Gambar 2.1 Peta Konsep Suhu dan Kalor

b. Suhu
1) Pengertian Suhu dan Skala Ukur
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali merasakan panas atau dinginnya
sebuah benda. Misal, ketika kita menyentuh setrika listrik yang baru saja
dinyalakan, maka tangan akan terasa panas, ataupun pada saat tangan kita
memegang gelas berisi es, kita akan merasakan dingin. Suatu ukuran yang dapat
mengetahui panas atau dinginnya sebuah benda dinamakan sebagai suhu.19
Walaupun tubuh kita merupakan salah satu alat pengukur suhu yang dapat
membedakan dingin atau panas, tetapi seberapa besar panas atau dingin yang
dihasilkan sebuah benda tidak bisa digambarkan dengan jelas. Untuk itu, diperlukan
alat untuk mengukur derajat panas yaitu termometer.20
Terdapat berbagai macam jenis termometer, tetapi cara kerjanya bergantung
pada sifat suatu zat. Sebagian besar termometer bergantung pada pemuaian suatu
zat yang mengalami kenaikan suhu.21 Prinsip sederhana dari termometer, yaitu
benda dengan sifat fisis yang berubah berkaitan dengan perubahan suhunya. Sifat
fisis tersebut bisa berhubungan dengan warna, bentuk (volume), tekanan, atau sifat
kelistrikan. Perubahan fisis ini dicocokkan dengan berbagai jenis skala pada

19 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 449.


20 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT Kandel, 2017), h. 4.
21 Giancoli, Loc.Cit.
termometer.22 Skala pada termometer yang paling sering dipakai secara umum
adalah skala Celsius dan Fahrenheit, sementara dalam dunia sains skala yang
digunakan adalah Kelvin.23 Berikut adalah beberapa skala pada termometer:
a) Skala Celsius/Centigrade
Skala Celsius juga disebut sebagai skala centigrade. Pada skala Celsius
digunakan titik lebur dan titik didih air dan keduanya diambil pada tekanan
atmosfir. Titik lebur air yang dipilih adalah 0℃ (nol derajat Celsius) dan titik
didihnya adalah 100℃.24
b) Skala Reamur
Skala Reamur menggunakan prinsip yang sama dengan skala Celsius.
Perbedaan terletak pada skala maksimum titik didih yaitu 80°R. Skala ini dibagi
menjadi 80 bagian dan pertama kali dibuat skala ini menggunakan alkohol.
Konversi skala Celsius ke Reamur, yaitu:25
4
°𝑅 = 5 °𝐶 (2.1)

c) Skala Fahrenheit
Di Amerika Serikat umumnya menggunakan skala Fahrenheit. Berbeda dengan
skala Celsius, pada skala Fahrenheit titik leburnya adalah 32℉ dan titik didih airnya
sebesar 212℉. Skala ini dibagi menjadi 180 bagian dengan selang yang sama.
Konversi skala Celsius ke Fahrenheit dapat dilakukan dengan cara berikut:26
9
°𝐹 = 5 °𝐶 + 32 (2.2)

d) Skala Kelvin/skala suhu mutlak


Jika kita memanaskan air secara terus-menerus, maka suhu benda juga akan
ikut naik. Ketika benda didinginkan secara terus-menerus menimbulkan sebuah
keadaan yang membuat atom-atom di dalam benda tersebut berhenti bergerak
(energi kinetiknya sama dengan nol). Suhu pada kondisi tersebut disebut dengan 0

22 Yohanes Surya, Loc.cit.


23 Giancoli, Op.Cit., h. 451
24 Ibid., h. 451
25 Yohanes Surya, Op.Cit., h. 9
26 Giancoli, Loc.Cit.
Kelvin atau suhu nol absolute. Untuk mengkonversi skala Celsius ke Kelvin dengan
cara berikut:27
𝐾 = °𝐶 + 273 (2.3)

2) Pemuaian Termal
Sebagian besar zat memuai ketika dipanaskan dan menyusut ketika
didinginkan. Bagaimanapun, besarnya pemuaian dan penyusutan bervariasi
bergantung pada materi itu sendiri.28 Sehingga, pemuaian dapat diartikan sebagai
perubahan ukuran suatu zat karena dipanaskan ataupun didinginkan.29 Pemuaian
dapat terjadi karena molekul-molekul pada zat yang bergerak berjauhan ketika
energi panas meningkat. Pada keadaan ini benda akan mengalami perubahan
ukuran seperti pada gambar 2.2.30

Kondisi tanpa pemanasan:

Kondisi dengan pemanasan:

2 Gambar 2.2 Perubahan Ukuran pada Proses Pemuaian


Benda akan mengalami penambahan panjang seperti pada gambar 2.2
apabila dipanaskan. Penambahan panjang akan bergantung pada perubahan suhu
benda dan bahan benda tersebut.31 Pertambahan panjang suatu benda yang
mengalami pemuaian dapat dinyatakan dengan persamaan:
∆𝐿 = 𝐿0 𝛼∆𝑇 (2.4)
Persamaan tersebut juga dapat dituliskan sebagai:
𝐿 = 𝐿0 (1 + 𝛼∆𝑇) (2.5)

27 Yohanes Suya, Op.cit., h. 10


28 Giancoli, Op.cit., h. 454
29 Yohanes Surya, Op.cit., h. 29
30 Ibid., h. 30
31 Ibid., h. 31
dengan,
∆𝐿 = Perubahan panjang benda yang memuai (m)
𝐿0 = Panjang awal benda dengan satuan meter (m)
𝐿 = Panjang akhir benda setelah memuai dengan satuan meter (m)
𝛼 = Koefisien muai pada zat tertentu dengan satuan ℃-1
∆𝑇 = Perubahan suhu benda yang memuai (℃)

c. Kalor
1) Perubahan Suhu
Suatu energi panas yang dipindahkan yang dipindahkan dari satu benda ke
benda lain yang berbeda suhunya disebut sebagai kalor. kalor mengalir dari zat yang
bersuhu lebih tinggi ke zat yang bersuhu lebih rendah.32 Ketika dua benda yang
berbeda suhunya disentuhkan maka terjadi tumbukan antara molekul-molekul
kedua benda tersebut. Sewaktu terjadi tumbukan, molekul yang bergerak lebih
cepat (dari benda yang bersuhu lebih tinggi) akan memberikan energinya pada
molekul yang lebih lambat (benda yang bersuhu lebih rendah). Peristiwa tersebut
akan terus berlangsung sampai semua molekul mempunyai energi dalam yang
sama.33
Satuan umum yang digunakan untuk kalor adalah kalori (kal) dan
didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air
sebesar 1 derajat Celsius.34 Joule menemukan bahwa untuk menaikkan suhu 1 gram
air setinggi 1 derajat Celsius dibutuhkan energi sebesar 4,18 Joule. Sehingga dapat
dinyatakan bahwa, 1 kal = 4,18 Joule.35
Ketika air dipanaskan maka sistem akan mengalami kenaikan suhu karena
mendapatkan energi panas dari sumber panas dan dapat dikatakan bahwa sistem
tersebut menerima kalor. Perubahan enegi dalam sistem akan sama dengan kalor
yang diterima, yaitu sebagai berikut:36

32 Yohanes Surya, Suhu dan Termodinamika – Persiapan Olimpiade Fisika, Tangerang: Tim
PT Kandel, 2009), h. 3.
33 Ibid., h. 13
34 Giancoli, Op.cit., h. 489
35 Yohanes Surya, 2009, Loc.cit.
36 Yohanes Surya, 2017, Op.cit., h. 63
∆E = Qterima = 𝑚 𝑐 ∆𝑇 (2.6)
dengan:
Qterima = Kalor yang diterima benda dalam satuan Joule (J)
𝑚 = Massa benda dalam satuan kilogram (kg)
𝑐 = Kalor jenis benda dengan satuan J/kg℃
∆𝑇 = Perubahan suhu yang terjadi pada benda (℃)

2) Perubahan Wujud
Jika benda menerima kalor, maka energi dalamnya bertambah dan
menaikkan energi kinetik rata-rata molekul yang kemudian menyebabkan suhu
naik. Tetapi ada suatu proses ketika energi yang ditambahkan ke dalam suatu zat,
tidak mengubah suhu zat tersebut. Energi ini digunakan untuk mengubah wujud
benda. Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud benda disebut kalor laten.
Kalor laten dibagi menjadi dua, yaitu kalor lebur dan kalor uap.
Kalor lebur adalah salah satu kalor laten yang dibutuhkan untuk meleburkan
suatu zat. Kalor tersebu dinyatakan dengan persamaan:
𝑄 = 𝑚𝐿 (2.7)
dengan:
𝑄 = Kalor yang diperlukan untuk meleburkan benda dalam satuan joule (J)
𝑚 = Massa benda dalam satuan kilogram (kg)
𝐿 = Kalor lebur benda dengan satuan J/kg

Kalor uap adalah kalor yang dibutuhkan untuk mendidihkan suatu zat dan
menjadikan zat tersebut menjadi uap. Besar kalor tersebut dinyatakan dengan
persamaan:
𝑄 = 𝑚𝑈 (2.8)
Perubahan wujud zat secara umum dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini:37

37 Ibid., h. 84-86
Gas

Mengkristal

Mengembun

Mencair
Padat Cair
Membeku
Memerlukan Melepaskan
kalor kalor

Padat Cair Gas

3 Gambar 2.3 Perubahan Wujud Zat dan Bentuk Molekul

3) Asas Black
Dua benda yang bebeda suhu akan mengalami kesetimbangan suhu. Misal,
apabila kita memasukkan es batu ke dalam air yang panas. Es akan mencair
(menerima kalor) dan air panas akan menjadi lebih dingin (melepas kalor). Selama
energi tidak lepas ke lingkungan, maka akan berlaku hukum kekekalan energi
dalam bentuk Asas Black dengan bentuk persamaan:
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 (2.9)
Dalam kasus es dicampur dengan air panas, es akan menerima kalor dan
suhu menjadi naik, tetapi beberapa kalor diperlukan juga untuk mengubah wujud
es dari padat ke cair (kalor lebur) dan menyebabkan suhu menadi turun. Hal tersebut
bisa dilihat melalui gambar 2.4:38

38 Ibid., h. 87
TPanas

TCampuran QLepas

AIR PANAS QLebur Qmenaikkan suhu es

Qmenaikkan suhu es

4 Gambar 2.4 Grafik Perubahan Wujud Zat

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian relevan yang dilakukan oleh para ahli adalah
sebagai berikut:
1. Derya Kaltakci Gurel, Ali Erylma, dan Lilian C. McDermott (2015) dalam
penelitiannya yang berjudul “A Review and Comparison of Diagnostic
Instruments to Identify Students, Misconceptions in Science” memberikan
informasi mengenai perbandingan penggunaan instrumen untuk
mengidentifikasi miskonsepsi seperti multiple choice, two tier, three tier, dan
four tier test. Sebagai kesimpulan tes dalam bentuk four tier memiliki
kelebihan dari instrumen lainnya dan mampu melengkapi kekurangan dari
instrumen two tier dan three tier test.
2. S. Caleon dan Subramaniam dalam penelitiannya yang berjudul “Do Students
Know What They Know and What They Don’t Know? Using A Four Tier
Diagnostic Test to Assess the Nature of Students’ Alternative Conception”
menyatakan bahwa instrumen soal yang dibuat dalam bentuk four tier test
mampu mengidentifikasi kategori pemahaman siswa dibandingkan dengan tes
tingkatan sebelumnya, yaitu two tier test dan three tier test.
3. Fithri Iradaty dan Dadan Rosana (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Instrumen Three Tier Test untuk Mengidentifikasi
Miskonsepsi pada Materi Fisika Suhu dan Kalor Siswa SMA Kelas X”
mendapatkan hasil bahwa pengembangan instrumen dalam bentuk three tier
test mampu mengidentifikasi miskonsepsi suhu dan kalor dengan skor 70,5
berdasarkan penilaian Dosen ahli.
4. S. Yeo dan M. Zadnik (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Introductory
Thermal Concept Evaluation: Assesing Students’ Understanding” telah
mengembangkan soal yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi pada konsep
suhu dan kalor. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut bahwa penyebab
miskonsepsi yang dialami siswa karena memiliki pebedaan pemahaman dan
kurang konsisten dalam menjelaskan fenomena yang serupa.
5. Dessy Fauzi, Ika Mustika Sari, dan Duden Saepuzaman (2016) dalam jurnalnya
yang berjudul “Profil Konsepsi Siswa SMK di Kota Bandung Pada Konsep
Termal dengan Three Tier Test”. Berdasarkan penelitiannya menggunakan
adaptasi instrumen Thermal Concept Evaluation dengan Three Tier Test
mendapatkan hasil miskonsepsi pada keempat sub materi tersebut yaitu kalor
73%, suhu 67,5%, perpindahan kalor dan perubahan suhu 68,5%, sifat termal
71%.
6. Rifdah Amalia, dkk (2016) dalam jurnalnya yang berjudul “Identifikasi
Miskonsepsi Siswa SMA di Kota Bandung pada Konsep Suhu dan Kalor”.
Berdasarkan penelitiannya menggunkan adaptasi instrumen Thermal Concept
Evaluation dalam bentuk three tier test mendapatkan hasil kurangnya
pemahaman siswa dalam konsep perpindahan kalor dan perubahan suhu serta
sifat temal bahan sebesar 49% dan miskonsepsi pada konsep kalor sebesar
46%.
7. Amnah Mohamed Abdullah Al-Kaabi (2014) dalam tesisnya yang berjudul
“Heat Misconceptions Among 11th Grade Students” menjelaskan bahwa
miskonsepsi siswa yang terjadi pada konsep suhu dan kalor mencapai
persentase yang cukup tinggi. Dalam penelitiannya, Amnah mencoba untuk
mengkorelasikan fenomena konsep panas dengan kajian teori. Sebagai
kesimpulan, ternyata siswa belum bisa menjelaskan hubungan antara fenomena
satu dengan lainnya.
8. Juwita Febrianti, Hamdi Akhsan, dan Muhammad Muslim (2019) dalam
penelitiannya yang berjudul “Analisis Miskonsepsi Suhu dan Kalor pada Siswa
SMA Negeri 3 Tanjung Raja” dengan menggunakan metode CRI mendapatkan
hasil miskonsepsi yang terjadi pada siswa sebesar 57,85%. Konsep pada suhu
dan kalor yang masih banyak mengalami miskonsepsinya adalah konsep suhu
dengan angka rata-rata sebesar 71,88%.
9. Nursyamsi (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Identifikasi
Miskonsepsi Materi Fisika Suhu dan Kalor menggunakan CRI (Certainty of
Response Index) pada Peserta Didik Kelas XI MIA SMA Negeri 8 Bulukumba
Tahun Ajaran 2015/2016” mendapatkan hasil persentase konsep yang
memiliki kategori tidak paham konsep terjadi pada konsep suhu sebesar
63,56%, sedangkan mengalami miskonsepsi sebesar 29,52% yang berada pada
kategori sedang.
10. Evi Septiyani (2019) dalam skripsinya yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi
Siswa menggunakan Tes Diagnostik Four Tier Test (4TDT) berbasis Website
pada Konsep Suhu dan Kalor” mencoba melakukan tes berbasis website dan
mendapatkan hasil miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor sebesar
11,08%.

C. Kerangka Berpikir
Formasi konsep merupakan bentuk perolehan konsep dengan cara mengenal
suatu objek yang diamati. Formasi konsep juga dapat dikatakan sebagai proses
induktif, yaitu proses perolehan konsep awal yang terbentuk sebelum siswa masuk
sekolah. Proses perolehan konsep ini telah ditunjukkan oleh orang tua atau
lingkungan sekitar dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi. Seiring dengan
terbiasa menghadapi beberapa contoh yang cukup rumit, siswa akhirnya dapat
menetapkan suatu aturan dalam memberikan respons terkait konsep yang disajikan.
Hal ini dapat berguna sebagai pengatur awal untuk membantu siswa dalam
membangun dan menghubungkan suatu konsep yang saling berkaitan satu sama
lain secara ilmiah. Jika siswa mampu dalam menghubungkan konsep yang saling
berkaitan, maka secara tidak langsung konsep tersebut akan masuk ke dalam
struktur kognitif siswa dengan benar. Artinya, siswa akan memahami dan
menafsirkan kejadian sesuai dengan kebenaran ilmiah. Namun jika dalam
menghubungkan keterkaitan konsep salah ditafsirkan dan masuk ke dalam struktur
kognitif, menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima suatu konsep
yang baru. Kesulitan yang dihadapi ini apabila berlanjut akan menimbulkan
miskonsepsi.
Miskonsepsi merupakan kesalahpahaman dalam menerima dan
menghubungkan konsep yang tidak sesuai. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
harus diketahui agar siswa memahami konsep dengan benar dan tidak menimbulkan
kekeliruan secara berkelanjutan. Salah satu cara untuk mengetahui adanya
miskonsepsi yang terjadi pada siswa, yaitu menggunakan tes. Saat ini banyak
bentuk tes yang mampu mendeteksi adanya miskonsepsi pada siswa, seperti tes
pilihan ganda, wawancara, atau tes diagnostik. Tes dalam bentuk pilihan ganda
memiliki kekurangan dalam mendeteksi tingkat pemahaman siswa, karena
dikhawatirkan siswa yang menjawab dengan benar hanya menebak jawaban.
Sementara, tes wawancara juga kurang efektif, karena membutuhkan waktu yang
cukup lama. Saat ini, tes yang dianggap efektif dalam mengukur tingkat
pemahaman siswa adalah tes diagnostik. Salah satu bentuk tes diagnostik yang
banyak digunakan dalam mengidentifikasi miskonsepsi siswa adalah four tier test.
Four tier test merupakan tes dengan empat tingkat pilihan yang terdiri dari 1)
pilihan jawaban atas pertanyaan, 2) tingkat keyakinan atas pilihan jawaban, 3)
alasan terhadap jawaban, dan 4) tingkat keyakinan dalam menjawab alasan.
Kelebihan yang di miliki tes ini dibandingkan tes pilihan ganda biasa adalah adanya
penambahan tingkat keyakinan jawaban dan alasan siswa dalam menjawab soal.
Adanya kelebihan tersebut memungkinkan tingkat pemahaman siswa dibagi ke
dalam lima kategori, yaitu siswa paham konsep ilmiah, kurang paham, false positive
(kesalahan positif), false negative (kesalahan negatif), miskonsepsi atau eror.
Pengkategorian ini dapat memberikan gambaran mengenai sub konsep yang belum
dipahami siswa dan siswa yang kurang paham konsep atau miskonsepsi. Hasil
gambaran ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyiapkan metode
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang tepat dapat mengurangi
terjadinya miskonsepsi, sehingga konsep siswa terkonstruk dengan benar.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat bagan kerangka
pemikirian sebagai berikut:

Siswa memiliki formasi konsep

Formasi konsep yang dimiliki siswa tidak sesuai dengan konsep ilmiah

Menimbulkan kesalahan konsep yang dapat masuk ke dalam struktur


kognitif

Siswa mengalami miskonsepsi

Analisis miskonsepsi siswa menggunakan four tier test

Gambaran tingkat pemahaman siswa dalam lima kategori, yaitu paham


konsep ilmiah, kurang paham, false positive (kesalahan positif), false
negative (kesalahan negatif), miskonsepsi atau eror

Pertimbangan untuk menyiapkan metode pembelajaran yang tepat

Terkonstruksi kembali konsep siswa dengan benar

5 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di MAN 10 yang berlokasi di Jalan Joglo Baru
Kota Jakarta Barat dan MAN 19 yang berlokasi di Jalan H. Jaelani 3 Kota Jakarta
Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari semester Genap Tahun
Ajaran 2020/2021.

B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan suatu metode dengan cara menggambarkan dan menjelaskan objek
penelitian berdasarkan fakta atau keadaan sebenarnya.1 Objek dalam penelitian ini
adalah siswa MAN 10 Jakarta Barat dan MAN 19 Jakarta Selatan yang
teridentifikasi miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor. Identifikasi miskonsepsi
siswa diperoleh melalui tes diagnostik (four tier test). Hasil yang diperoleh melalui
tes tersebut berupa persentase tingkat pemahaman konsep siswa. Kemudian, hasil
persentase yang diperoleh dari setiap tingkat pemahaman siswa akan dideskripsikan
sesuai dengan keadaan sebenarnya.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah kelompok besar yang menjadi sasaran atau ruang lingkup
penelitian.2 Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh siswa MAN 10 Jakarta
Barat dan MAN 19 Jakarta Selatan dengan populasi terjangkau, yaitu 176 siswa
kelas XI MIA. Sementara, sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil
dengan cara tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu

1 Made Indra P. dan Ika Cahyaningrum, Cara Mudah Memahami Metodologi Penelitian,
(Sleaman: Penerbit Deepublish, 2019), h. 11.
2 Nuryadi, dkk, Dasar-dasar Statistik Penelitian, (Yogyakarta: Sibuku Media, 2017), h. 8.

27
yang sesuai dengan tujuan penelitian.3 Penentuan ukuran banyaknya sampel
mengacu pada rumus Slovin dengan taraf kesalahan sebesar 5%.4 Berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan rumus Slovin, ukuran sampel minimum yang dapat
diambil dalam penelitian ini sebanyak 122 siswa.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi lima tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
penyusunan instrumen tingkat kedua atau two tier test dalam bentuk pilihan ganda,
tahap pembuatan dan uji coba instrumen four tier test, tahap pelaksanaan penelitian,
serta tahap pengolahan dan analisis data. Adapun skema prosedur penelitian dapat
dilihat melalui bagan di bawah ini:

3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 85.
4 Setyo Tri Wahyudi, Statistika Ekonomi Konsep Teori dan Terapan, (Malang: UB Press,
2017), h. 17
6 Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Tahap prosedur penelitian pada Gambar 3.1, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan studi literatur, yaitu mempelajari konsep alternatif
hasil penelitian miskonsepsi dari Yeo dan Zadnik tentang Thermal Concept
Evaluation. Selanjutnya, mengkaji silabus kurikulum 2013 revisi 2016 pada mata
pelajaran fisika konsep suhu dan kalor untuk menentukan indikator pencapaian
kompetensi. Setelah mempelajari konsep alternatif dan mengkaji silabus, peneliti
menyesuaikan konsep alternatif yang sesuai dengan kurikulum 2013 revisi 2016
untuk dijadikan indikator instrumen soal.

b. Tahap Penyusunan Instrumen dalam Bentuk Two Tier Test

Pada tahap ini peneliti membuat instrumen tes dalam bentuk two tier.
Instrumen ini terdiri dari dua tingkat, yaitu tingkat pertama berupa pertanyan
dengan jawaban terbuka dan tingkat kedua berupa alasan terbuka dalam menjawab
soal. Instrumen two tier test dengan jawaban terbuka diuji coba pada sampel non
penelitian untuk mendapatkan distraktor atau pengecoh jawaban. Setelah mendapat
distraktor, instrumen two tier test disempurnakan dalam bentuk pilihan ganda.
c. Tahap Penyusunan Instrumen Four Tier Test

Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrumen dalam bentuk four tier test,
yaitu menambahkan tingkat keyakinan pada instrumen two tier test. Tingkat
keyakinan diletakkan setelah tingkat pertama dan tingkat kedua pada instrumen two
tier. Kemudian instrumen four tier test dikalibrasi oleh judgment ahli dan uji coba
kembali pada sampel non penelitian yang hasilnya akan dianalisis menggunakan
software Anates v4. Hasil instrumen four tier test yang sudah dikalibrasi akan diuji
coba pada sampel penelitian.

d. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pada tahap ini, yaitu memberikan instrumen four tier test kepada
sampel yang telah ditentukan. Pemberian instrumen four tier test dilakukan secara
online melalui media google form. Penggunaan google form dimaksudkan untuk
mempermudah dalam memperoleh data hasil penelitian. Data yang diperoleh dari
goole form selanjutnya direkapitulasi secara langsung ke dalam software Microsoft
Excel.

e. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan hasil


keputusan kombinasi jawaban siswa. Hasil dari keputusan kombinasi jawaban
berupa kategori tingkat pemahaman siswa, yaitu paham konsep ilmiah, kurang
paham konsep, false positive, false negative, miskonsepsi atau eror. Hasil
pengolahan data selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan nilai persentase dan
gambaran tingkat pemahaman siswa pada konsep suhu dan kalor.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan peneliti untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.5 Penelitian ini
menggunakan dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes dan nontes.

1. Instrumen Tes
Penelitian ini menggunakan instrumen tes diagnostik empat tingkat atau
four tier test. Dalam instrumen ini siswa diminta untuk mengerjakan soal dari
tingkat pertama yaitu pertanyaan dengan pilihan jawaban terdiri dari satu jawaban
benar dan empat jawaban pengecoh. Tingkat kedua adalah tingkat keyakinan siswa
dalam menjawab soal di tingkat pertama. Tingkat ketiga berupa alasan dengan
empat pilihan yang tersedia. Tingkat keempat yaitu kembali menanyakan tingkat
keyakinan siswa dalam memilih alasan di tingkat ketiga. Tingkat keyakinan dapat
dihitung dengan skala 1 (yakin) dan skala 0 (tidak yakin).6
Instrumen four tier test disesuaikan dengan kisi-kisi intrumen yang merujuk
pada Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) konsep
suhu dan kalor. Kisi-kisi instrumen four tier test disajikan pada Tabel 3.1.

3 Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal

Aspek Kognitif
Indikator Pembelajaran Jumlah
C1 C2 C3 C4
2°*),
1. Menjelaskan konsep
1°*), 3°* 4°*, 6°*) 7
suhu
5°*), 7°
10°*,
2. Menganalisis pengaruh
11°*,
perubahan suhu 8°, 12°*), 9°*),
13°*), 10
terhadap ukuran benda 14°* 15°*)
16°*),
(pemuaian)
17°*)
3. Menjelaskan 18°*,
perpindahan energi 19°*), 20°*,
6
akibat adanya 22°*), 21°
perbedaan suhu 23°
4. Menjelaskan pengaruh 25°*, 26°*),
24°*) 7
kalor terhadap 27°*), 29°*

5 Sugiyono, Op.Cit.h. 222


6 Qisthi Fariyani, dkk, “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap
Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X”, Jurnal of Innovative Science Education, 2015, h. 43.
perubahan suhu dan 28°,
wujud benda 30°*)
31°,
5. Menerapkan Asas Black
32°*), 34°*,
dalam peristiwa 6
33°*), 36°*)
pertukaran kalor
35°*
38°*),
6. Menganalisis
39°*, 42°*),
perpindahan kalor
37°*) 40°*), 43°*), 10
secara konduksi,
41°*) 44°*, 45°,
konveksi dan radiasi
46°
Total 7 15 11 13 46
Persentase 15,2% 32,6% 23,9% 28,3% 100%

keterangan:
° : soal yang valid berdasarkan judgment ahli
* : soal yang valid berdasarkan hasil dari software Anates v4
°*) : soal yang digunakan

2. Instrumen Nontes
Penelitian ini menggunakan instrumen nontes berupa wawancara. Tujuan
dari wawancara adalah mendapatkan informasi lebih lanjut terkait miskonsepsi.
Wawancara dilakukan secara mendalam dan terstruktur kepada guru bidang studi
dan beberapa siswa yang mendapatkan kategori pemahaman konsep rendah,
sedang, dan tinggi. Wawancara dapat terstruktur dengan baik dan mencapai tujuan
karena adanya kisi-kisi pedoman wawancara yang telah dipersiapkan. Kisi-kisi
pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi indikator pertanyaan yang diajukan
kepada guru dan siswa terkait konsep suhu dan kalor. Kisi-kisi pedoman wawancara
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
4 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara

Nomor Nomor
No Indikator Pertanyaan Pertanyaan untuk Pertanyaan untuk
Guru Siswa
1. Media/Metode pembelajaran
yang digunakan pada konsep 1, 2, 3 1, 2, 3
suhu dan kalor
2. Pembelajaran konsep suhu dan
4, 5, 6 4, 5, 6
kalor
3. Evaluasi konsep suhu dan
7, 8, 9 7, 8, 9
kalor
4. Kendala dalam pembelajaran
10, 11 10, 11
konsep suhu dan kalor
5. Solusi kendala konsep suhu
12, 13 12, 13
dan kalor
Jumlah 13 13

F. Kalibrasi Instrumen Penelitian


Kalibrasi instrumen tes diperlukan karena berfungsi untuk mengetahui
kualitas atau kelayakan instrumen yang digunakan. Oleh sebab itu, sebelum
dilakukan penelitian instrumen yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu.

1. Kalibrasi Instrumen Tes


Kalibrasi instrumen four tier test ini melalui dua acara, yaitu judgement ahli
dan uji coba pada subjek penelitian.

a. Judgement Ahli
Judgement ahli diperlukan untuk mengetahui validitas dari instrumen tes
yang digunakan dengan cara dikonsultasikan kepada para ahli. Terdapat tiga aspek
yang dinilai pada instrumen, yaitu aspek materi, aspek konstruksi, dan aspek
bahasa. Hasil dari judgment ahli selanjutnya akan diolah secara kuantitatif
menggunakan persamaan Lawshe’s CVR (Content Validity Ratio), yaitu:7

7 Hendryadi, “Validitas Isi: Tahap Awal Pengembangan Kuesioner”, Jurnal Riset


Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi UNIAT, Vol. 2, No. 2, 2017, h. 174.
𝑁
𝑛𝑒 −
2
𝐶𝑉𝑅 = 𝑁 (3.1)
2

keterangan:
CVR = rasio validitas isi
𝑛𝑒 = jumlah responden yang telah menyatakan sesuai
𝑁 = total respon
Persamaan di atas akan menghasilkan sebuah nilai yang berkisar diantara
+1 sampai dengan -1. Nilai positif menunjukkan bahwa setengah responden menilai
item tersebut adalah penting.8

Nilai CVR yang telah diperoleh, kemudian digunakan untuk mendapatkan


nilai indeks validitas isi dari setiap butir soal atau disebut dengan CVI (Content
Validity Index). Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan nilai indeks
validitas isi sebagai berikut:
∑ 𝐶𝑉𝑅
𝐶𝑉𝐼 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙 (3.2)

Selanjutnya, nilai CVI yang diperoleh dapat dinterpretasikan sesuai kategori Tabel
3.4.9
5 Tabel 3.4 Kategori Hasil Nilai CVI

Skor Kategori
−1 < 𝑥 < 0 Tidak baik
0 Baik
0<𝑥<1 Sangat baik

Setelah mendapatkan nilai indeks validitas isi dari setiap butir soal, maka hasil
penilaian instrumen tes konsep suhu dan kalor dapat disimpulkan pada Tabel 3.5.
6 Tabel 3.5 Hasil Penilaian Judgement Ahli

Aspek Nilai Kategori


Materi 0,96 Sangat Baik
Konstruk 0,99 Sangat Baik
Bahasa 1,00 Sangat Baik

8 Ibid., h. 173
9 Ratna Very Viana dan Subroto, “Pengembangan Sistem Assesment dalam Pembelajaran
Materi Usaha dan Energi Berbasis Media Audio Visual di SMA Negeri 1 Prambanan”, Jurnal
Pendidikan Fisika, Vol, 5, No. 5, 2016, h. 313.
Berdasarkan hasil penilaian judgment ahli pada Tabel 3.5 seluruh aspek
yang dinilai termasuk dalam kategori sangat baik, sehingga dapat disimpulkan
bahwa instrument tes yang digunakan valid dan layak digunakan dalam penelitian.

b. Uji Coba pada Subjek


Instrumen yang telah diuji kelayakan dan kualitas oleh judgment ahli,
kemudian diuji coba kepada subjek non penelitian, yaitu pada siswa MAN 19
Jakarta Selatan kelas XI MIA 3 yang berjumlah 36 siswa. Hasil uji coba subjek
selanjutnya dianalisis setiap butir soalnya menggunakan bantuan software Anates
v4. Analisis butir soal yang dilakukan untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya pembeda.

1) Uji Validitas
Validitas merupakan kemampuan sebuah instrumen untuk mengukur yang
akan diukur dengan cermat dan tepat.10 Validitas ini dapat dihitung melalui
persamaan koefisien korelasi point biserial seperti berikut:11

𝑀𝑝 −𝑀𝑡 𝑝
𝛾𝑝𝑏𝑖 = √𝑞 (3.3)
𝑆𝑡

keterangan:
𝛾𝑝𝑏𝑖 = koefisien korelasi point biserial
𝑀𝑝 = rerata skor dari subjek yang menjawab benar untuk item validitasnya
𝑀𝑡 = rerata skor total
𝑆𝑡 = standar deviasi dari skor total proporsi
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑝 = proporsi siswa yang menjawab benar (𝑝 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 )
𝑞 = proporsi siswa yang menjawab salah (𝑞 = 1 − 𝑝)

Koefisien korelasi point biserial yang diolah menggunakan software


Anates v4, selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kategori Tabel 3.6.

10 Zulkifli Matondang, “Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian”, Jurnal


Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 6, No. 1, 2009, h. 89.
11 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2017), h. 240.
7 Tabel 3.6 Kategori Koefisien Korelasi Point Biserial

Koefisien Korelasi Kategori


0,80 < 𝛾𝑝𝑏𝑖 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < 𝛾𝑝𝑏𝑖 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < 𝛾𝑝𝑏𝑖 ≤ 0,60 Sedang
0,20 < 𝛾𝑝𝑏𝑖 ≤ 0,40 Rendah
0,00 < 𝛾𝑝𝑏𝑖 ≤ 0,20 Sangat Rendah

Koefisien korelasi yang diolah melalui bantuan software Anates v.4


diperoleh nilai sebesar 0,72 dan mendapat kategori tinggi. Sementara, hasil uji
validitas tes yang dilakukan pada setiap butir soal, diperoleh data seperti Tabel 3.7.
8 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes

Statistik Butir Soal


Jumlah Soal 46
Jumlah Siswa 36
1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
Nomor Soal yang Valid 18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44
Jumlah Soal yang Valid 38
Persentase Soal yang Valid 82,61%

Berdasarkan hasil koefisien korelasi dan uji validitas pada Tabel 3.7 dapat
disimpulkan bahwa instrumen tes layak digunakan dalam penelitian.

2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tingkat atau derajat konsistensi suatu instrumen. Suatu
tes dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang sama apabila di ujikan
kepada kelompok yang sama dalam waktu atau kesempatan yang berbeda.12
Karena dalam penelitian ini digunakan uji validitas dengan persamaan
koefisien korelasi point biserial, maka uji reliabilitasnya menggunakan persamaan
Kuder-Richardshon (K-R 20) seperti berikut:
𝑘 𝑆𝐵2 −∑ 𝑝𝑞
𝑟11 = [𝑘−1] [ ] (3.4)
𝑆𝐵2

12 Sugiyono, Op. Cit. h. 267-268


dengan,

(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2−
2 𝑁
𝑆𝐵 = (3.5)
𝑁

keterangan:
𝑟11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
𝑘 = jumlah soal dari 𝑖 = 1 sampai soal terakhir
2
𝑆𝐵 = varian skor total
𝑝 = proporsi subjek yang menjawab benar
𝑞 = proporsi subjek yang menjawab salah
𝑁 = jumlah sampel

Hasil dari uji reliabilitas selanjutnya ditentukan kriterianya sesuai pada Tabel 3.8.
9 Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas

Rentang Nilai Kriteria Reliabilitas


0,91 − 1,00 Sangat Tinggi
0,71 − 0,90 Tinggi
0,41 − 0,70 Cukup
0,21 − 0,40 Rendah
≤ 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang diolah menggunakan software Anates
v4, maka didapatkan hasil reliabilitas instrumen two tier test pada konsep suhu dan
kalor sebagai berikut:
10 Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Nilai Reliabilitas Instrumen Kriteria Reliabilitas


0,83 Tinggi

Hasil pada Tabel 3.8 menunjukkan bahwa nilai reliabilitas instrumen tes
termasuk dalam kriteria tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tes
ini bersifat reliabel dan layak untuk digunakan penelitian.

3) Taraf kesukaran
Tingkat kesukaran soal merupakan pengukuran tentang seberapa besar
derajat kesukaran suatu soal. Jika dalam suatu soal memiliki tingkat kesukaran yang
seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut dalam kualitas
baik.13 Taraf kesukaran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝐵
𝑃 = 𝐽𝑆 (3.6)

keterangan:
𝑃 = derajat kesukaran
𝐵 = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
𝐽𝑆 = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes

Taraf kesukaran dari sebuah soal dapat ditentukan kategorinya seperti Tabel 3.10.
11 Tabel 3.10 Kategori Taraf Kesukaran

Rentang Nilai Kategori


0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah

Berdasarkan hasil pengolahan data melalui software Anates v.4, maka


diperoleh data taraf kesukaran pada instrumen two tier test seperti Tabel 3.11.
12 Tabel 3.11 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes

Butir Soal
Taraf Kesukaran
Jumlah Soal Persentase
Mudah 4 8,69%
Sedang 33 71,74%
Sukar 9 19,57%
Jumlah 46 100%

Berdasarkan hasil pada Tabel 3.11 terlihat bahwa terdapat 8,69% soal
tergolong mudah, 71,74% soal tergolong sedang, dan 19,57% tergolong sukar,
Sebagai kesimpulan, soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah taraf
kesukaran sedang dan sukar.

13 S. Widanarto P., Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Sanata Dharma University Press,


2016), h. 155.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan pengukuran tentang sejauh mana butir soal yang
telah dibuat mampu untuk membedakan siswa yang memiliki kompetensi tinggi
dan kompetensi rendah. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir soal,
semakin mampu butir soal tersebut membedakan siswa yang menguasai
kompetensi dan tidak.14 Untuk menghitung daya pembeda digunakan persamaan
seperti berikut:

𝐵𝐴 𝐵
𝐷= − 𝐽𝐵 (3.7)
𝐽𝐴 𝐵

keterangan:
𝐷 = daya pembeda
𝐵𝐴 = jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok atas
𝐵𝐵 = jumlah siswa yang menjawab salah pada kelompok bawah
𝐽𝐴 = banyaknya siswa pada kelompok atas
𝐽𝐵 = banyaknya siswa pada kelompok bawah
Daya pembeda setiap butir soal nilainya dapat dikategorikan seperti Tabel
3.12.
13 Tabel 3.12 Kategori Daya Pembeda

Rentang Nilai Daya Pembeda Kategori


< 0,00 Drop
0,00 ≤ 𝐷𝐵 < 0,20 Buruk
0,20 ≤ 𝐷𝐵 < 0,40 Cukup
0,40 ≤ 𝐷𝐵 < 0,70 Baik
0,70 ≤ 𝐷𝐵 < 1,00 Baik Sekali
Hasil uji daya pembeda yang diolah melalui software Anates v4 diperoleh
data pada Tabel 3.13.
14 Tabel 3.13 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes

Butir Soal
Kategori Daya Pembeda
Jumlah Soal Persentase
Drop 0 0%
Buruk 8 17,39%
Cukup 17 36,96%
Baik 19 41,30%

14 TIM Pengembag Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan bag. 1 Ilmu
Pendidikan Teoritis, (Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 108.
Baik sekali 2 4,35%
Jumlah 46 100%

Berdasarkan hasil pada Tabel 3.13 terlihat bahwa tidak ada soal terkategori
drop, terdapat 17,39% soal terkategori buruk, 36,96% soal terkategori cukup,
41,30% terkategori baik, dan 4,35% soal terkategori baik sekali. Sebagai
kesimpulan, soal yang digunakan dalam penelitian ini yang memiliki kategori daya
pembeda cukup, baik dan baik sekali.
2. Kalibrasi Instrumen Nontes
Kalibrasi yang dilakukan pada instrumen nontes berupa uji validitas ahli
yang meliputi tiga aspek penilaian, yaitu materi, konstruksi dan bahasa. Uji
validitas ahli dilakukan dengan meminta pertimbangan dosen pembimbing.
Pertimbangan ini mengacu pada setiap butir pertanyaan yang diajukan kepada siswa
dan guru bidang studi. Adapun aspek uji validitas ahli pada pedoman wawancara
dapat dilihat pada Tabel 3.13.
15 Tabel 3.13 Uji Validitas Instrumen Nontes

Kriteria
No Aspek
Ya Tidak
Bahasa
1. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD
2. Bahasa yang digunakan komunikatif
3. Struktrur kalimat pertanyaan mudah dipahami
Pertanyaan bebas dari pernyataan yang dapat
4.
menimbulkan penafsiran ganda
Konstruksi
1. Pedoman wawancara dirumuskan dengan jelas
2. Pertanyaan yang dibuat sesuai dengan indikator
Materi
Pertanyaan dapat menggali informasi untuk
1. mendeskripsikan pemahaman konsep yang
diterima siswa
G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses menyusun data secara sistematis


berdasarkan hasil penelitian yang didapat, sehingga informasi yang diberikan
mudah dipahami oleh orang lain.15 Proses analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini, diantaranya:

1. Mengkategorikan Kombinasi Jawaban Siswa


Pada tahap ini dilakukan pengkategorian kombinasi jawaban siswa kelas XI
MIA MAN 10 Jakarta Barat dan MAN 19 Jakarta Selatan. Kategori kombinasi
jawaban siswa yang diperoleh merujuk pada teori Kaltakci, dkk

2. Membuat Persentase dari setiap Kategori


Pada tahap ini dilakukan penghitungan persentase kategori tingkat
pemahaman siswa. Kategori tingkat pemahaman siswa terdiri dari, paham konsep
ilmiah, kurang paham konsep, false positive, false negative, dan miskonsepsi.
Persentase dari setiap kategori dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

𝑓
𝑃 = 𝑁 × 100% (3.8)

keterangan:
𝑃 = angka persentase
𝑓 = frekuensi yang sedang dicari nilai persentasenya
𝑁 = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

3. Menentukan Kategori Tingkat Miskonsepsi Siswa


Pada tahap ini dilakukan penentuan kategori tingkat miskonsepsi siswa
berdasarkan nilai interval persentase. Nilai interval persentase dihitung dengan
persamaan 3.9.16

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚


𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = (3.9)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

15 Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi, (Sulawesi Selatan:
Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2018), h. 52.
16 Dwi Aprilia Astupura, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap
Motivasi dan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok Cahaya”, Edusains Vol. 4 No. 1, 2016,
h. 20.
Nilai interval yang diperoleh melalui persamaan di atas dapat dikategorikan
berdasarkan Tabel 3.14.

16 Tabel 3.14 Kategori Tingkat Miskonsepsi

Persentase Kategori
0-33% Rendah
34-66% Sedang
67-100% Tinggi

4. Analisis Data Nontes


Pada tahap ini dilakukan analisis data nontes yang diperoleh dari hasil
wawancara guru dan siswa. Analisis hasil wawancara guru dan siswa digunakan
untuk mendeskripsikan informasi yang diperoleh dari pertanyaan yang terdapat
pada kisi-kisi pedoman wawancara. Analisis hasil wawancara siswa dimulai dengan
memilah jawaban yang sama. Selanjutnya jumlah jawaban yang sama dijadikan
acuan untuk mendeskripsikan informasi. Sementara analisis data hasil wawancara
dengan guru dideskripsikan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengkaji miskonsepsi di dua sekolah yang memiliki urutan
peringkat standar kelulusan tertinggi dan terendah, yaitu MAN 10 Jakarta Barat dan
MAN 19 Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini terdapat dua data yang dikaji, yaitu
data four tier test dan wawancara. Data four tier test mendeskripsikan miskonsepsi
yang dialami oleh siswa ditinjau berdasarkan pencapaian ranah kognitif (C1 sampai
dengan C4), indikator pembelajaran, dan subkonsep. Sementara, data wawancara
mendeskripsikan informasi jawaban dari indikator pertanyaan yang terdapat pada
pedoman wawancara terkait konsep suhu dan kalor. Informasi tersebut
dideskripsikan dari sudut pandang siswa dan guru bidang studi. Hasil pengolahan
dan analisis data disajikan sebagai berikut:

1. Hasil Pengolahan Data Four Tier Test


Data four tier test dalam penelitian ini berupa skor dengan kriteria untuk
jawaban benar (1), salah (0), yakin (1) dan tidak yakin (0). Skor jawaban siswa
dikategorikan ke dalam tingkat pemahaman konsep yang merujuk pada teori
Kaltakci,dkk. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase pada setiap kategori
tingkat pemahaman. Hasil persentase pada setiap kategori tingkat pemahaman
siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1.

17 Tabel 4.1 Hasil Persentase Kategori Tingkat Pemahaman Siswa

Kategori Tingkat MAN 10 MAN 19


Kategori
Pemahaman Jakarta Barat Jakarta Selatan
Paham Konsep 19% 16% Rendah
Kurang Paham Konsep 35% 37% Sedang
False Positive 11% 12% Rendah
False Negative 8% 7% Rendah
Miskonsepsi 27% 28% Rendah
Total 100% 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa, persentase pada setiap kategori


tingkat pemahaman siswa di dua sekolah hampir sama, berselisih hanya 1% - 3%.

45
Siswa MAN 10 Jakarta Barat mencapai persentase tingkat pemahaman lebih
besar dari MAN 19 Jakarta Selatan, yaitu pada kategori paham konsep dan false
negative. Artinya, siswa MAN 10 Jakarta Barat terdeteksi lebih baik dalam
memahami konsep dengan tepat. Namun, terdeteksi false negative lebih besar yang
mengindikasikan banyak siswa hanya menebak jawaban.
Sementara, siswa MAN 19 Jakarta Selatan mencapai persentase tingkat
pemahaman siswa lebih besar untuk kategori kurang paham konsep, false positive
dan miskonsepsi. Hal tersebut memberikan arti bahwa sebagian besar siswa MAN
19 Jakarta Selatan terdeteksi masih kurang dalam memahami konsep dengan tepat.
Siswa yang terkategori kurang paham konsep mengindikasikan memiliki keraguan
dalam menjawab soal atau tidak yakin untuk menjelaskan alasan dalam memilih
jawaban. Sedangkan siswa yang terdeteksi false positive mengindikasikan mampu
untuk menjawab soal dengan benar, namun meyakini alasan yang salah.
Selanjutnya, siswa yang terdeteksi miskonsepsi mengindikasikan bahwa mereka
meyakini jawaban dan alasan yang salah.
Meskipun tabel di atas menunjukkan hasil persentase tingkat pemahaman di
dua sekolah lebih banyak pada kategori kurang paham konsep, tetapi analisis data
dalam penelitian ini difokuskan hanya pada kategori tingkat pemahaman
miskonsepsi. Analisis data yang dilakukan pada kategori miskonsepsi ditinjau lebih
lanjut dalam tiga hal, yaitu pencapaian ranah kognitif, indikator pembelajaran dan
subkonsep.

a. Miskonsepsi pada Pencapaian Ranah Kognitif


Hasil miskonsepsi siswa pada pencapaian ranah kognitif dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
18 Tabel 4.2 Hasil Miskonsepsi pada Pencapaian Ranah Kognitif

Pencapaian MAN 10 Jakarta MAN 19 Jakarta


Kategori
Ranah Kognitif Barat Selatan
C1 21% 27% Rendah
C2 33% 37% Sedang
C3 20% 19% Rendah
C4 28% 29% Rendah
Rata-Rata 25% 28% Rendah
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa, hasil miskonsepsi siswa pada
pencapaian ranah kognitif di dua sekolah tergolong ke dalam kategori sedang dan
rendah. Miskonsepsi siswa dalam kategori sedang terjadi pada pencapaian ranah
kognitif C2, sedangkan kategori rendah pada C1, C3, dan C4. Artinya, kedua
sekolah tersebut terdeteksi miskonsepsi paling banyak pada pencapaian ranah
kognitif C2, yaitu memahami.
Selain itu, terlihat bahwa siswa MAN 10 Jakarta Barat lebih besar
persentase miskonsepsinya dari MAN 19 Jakarta Selatan hanya pada pencapaian
ranah kognitif C3 (menerapkan). Sementara, siswa MAN 19 Jakarta Selatan lebih
besar persentase miskonsepsinya dari MAN 10 Jakarta Barat pada pencapaian ranah
kognitif C1 (mengingat), C2 (memahami), dan C4 (menganalisis). Dengan kata
lain, miskonsepsi pada setiap pencapaian ranah kognitif didominasi oleh siswa di
MAN 19 Jakarta Selatan.

b. Miskonsepsi pada Indikator Pembelajaran


Hasil miskonsepsi siswa pada indikator pembelajaran dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
19 Tabel 4.3 Hasil Miskonsepsi pada Indikator Pembelajaran

Indikator MAN 10 MAN 19


Kategori
Pembelajaran Jakarta Barat Jakarta Selatan
1 36% 39% Sedang
2 23% 30% Rendah
3 35% 33% Sedang
4 21% 27% Rendah
5 27% 25% Rendah
6 24% 22% Rendah
Rata-Rata 28% 29% Rendah
Keterangan Indikator Pembelajaran:
Menjelaskan pengaruh kalor terhadap
1. Menjelaskan konsep suhu 4.
proses perubahan wujud benda
Menganalisis pengaruh perubahan
Menerapkan Asas Black dalam
2. suhu terhadap ukuran benda 5.
peristiwa pertukaran kalor
(pemuaian)
Menjelaskan perpindahan energi Menganalisis perpindahan kalor
3. 6.
akibat adanya perbedaan suhu secara konduksi, konveksi, dan radiasi

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa, hasil miskonsepsi siswa pada


indikator pembelajaran di dua sekolah tergolong ke dalam kategori sedang dan
rendah. Miskonsepsi siswa dalam kategori sedang hanya pada indikator
pembelajaran 1 (menjelaskan konsep suhu) dan 3 (menjelaskan perpindahan energi
akibat adanya perbedaan suhu), sedangkan indikator lainnya tergolong kategori
rendah. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa, siswa baik di MAN 10 Jakarta Barat
maupun MAN 19 Jakarta Selatan mencapai persentase miskonsepsi paling besar
pada indikator pembelajaran 1 (menjelaskan konsep suhu). Namun, mencapai
persentase rendah pada indikator pembelajaran yang berbeda. Siswa di MAN 10
Jakarta Barat mencapai persentase paling rendah pada indikator pembelajaran 4
(menjelaskan pengaruh kalor terhadap proses perubahan wujud benda). Sementara,
siswa di MAN 19 Jakarta Selatan mencapai persentase paling rendah pada indikator
pembelajaran 6 (menganalisis perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan
radiasi).
c. Miskonsepsi pada Subkonsep
Hasil miskonsepsi siswa pada subkonsep dapat dilihat pada Tabel 4.4.
20 Tabel 4.4 Hasil Miskonsepsi pada Subkonsep Suhu dan Kalor

MAN 10 MAN 19
Subkonsep Kategori
Jakarta Barat Jakarta Selatan
Suhu 36% 39% Sedang
Pemuaian Benda 23% 30% Rendah
Kalor 26% 28% Rendah
Perpindahan Kalor 24% 22% Rendah
Rata-Rata 27% 29% Rendah

Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa, hasil miskonsepsi siswa pada


subkonsep di dua sekolah tergolong ke dalam kategori sedang dan rendah.
Miskonsepsi siswa dalam kategori sedang hanya pada subkonsep suhu, sedangkan
subkonsep lainnya tergolong kategori rendah. Selain itu, siswa di MAN 10 Jakarta
Barat mengalami miskonsepsi lebih besar dari MAN 19 Jakarta Selatan hanya pada
subkonsep perpindahan kalor. Sedangkan, siswa di MAN 19 Jakarta Selatan
mengalami miskonsepsi lebih besar pada subkonsep suhu, pemuaian benda, dan
kalor. Dengan kata lain, miskonsepsi pada setiap subkonsep didominasi oleh siswa
di MAN 19 Jakarta Selatan.
Analisis data selanjutnya adalah mengidentifikasi hasil pernyataan
miskonsepsi siswa di dua sekolah tersebut terkait konsep suhu dan kalor seperti
pada Tabel 4.5
21 Tabel 4.5 Hasil Pernyataan Miskonsepsi Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor

Pencapaian
Indikator Pernyataan Miskonsepsi
Subkonsep Ranah %
Pembelajaran Siswa
Kognitif
Suhu Menjelaskan Es batu yang berada dalam 23%
konsep suhu freezer suhunya tetap 0°C,
C1
karena titik beku air selalu
0°C
Suhu es batu yang 19%
dicampur dengan air (dalam
suhu ruangan) menjadi
C2 besar, dan es batu yang
mencair suhunya tidak lagi
0°C
Titik didih air selalu 100°C 29%
Pemuaian Menganalisis Raksa termasuk jenis logam 31%
pengaruh C1 sehingga mengalami
perubahan pemuaian panjang
suhu terhadap Air yang mengalami 17%
ukuran benda perubahan suhu 0°C hingga
(pemuaian) 4°C merupakan fase padat
ke cair yang menyebabkan
volumenya bertambah,
C4
namun massa jenisnya
tetap.
Botol menjadi penyok 42%
akibat perubahan suhu yang
menekan permukaan benda
Kalor Menjelaskan 100 gram air dan 100 gram 23%
perpindahan es dengan suhu 0°C yang
energi akibat diletakkan ke adalam
adanya freezer tidak ada yang
C2
perbedaan kehilangan panas lebih
suhu banyak
Bahan sweater bisa 18%
menahan suhu tubuh
Menjelaskan Titik didih aluminium
pengaruh kalor hanya mencapai 660°C. 26%
C2
terhadap
proses
perubahan
wujud benda
Menerapkan Kalor lebur aluminium 24%
Asas Black C3 membutuhkan kalor
dalam sebesar 387 kkal.
peristiwa Memutar pengatur suhu 40%
pertukaran kulkas ke arah minimum
kalor grafiknya menurun,
sedangkan ke arah
C4 maksimum grafik
meningkat, sementara
perubahan wujud mencair
dan membeku suhu berada
pada 0°C
Perpindahan Menganalisis Pemilihan material atap 27%
Kalor perpindahan rumah agar mampu
kalor secara menahan aliran panas
konduksi, C4 matahari adalah dengan
konveksi, dan memilih emisivitas bahan
radiasi yang tinggi, karena mampu
menahan panas.
Mengganti warna cat aula 28%
dengan warna terang
menyebabkan ruangan
C4
terasa cukup panas
walaupun menggunakan
sedikit penerangan saja.

2. Hasil Analisis Data Wawancara


Data wawancara diperoleh dari seluruh siswa di MAN 10 Jakarta Barat dan
MAN 19 Jakarta Selatan, serta guru bidang studi yang mengisi kelas saat
pembelajaran konsep suhu dan kalor. Wawancara kepada siswa dilakukan setelah
pengambilan data four tier test, yaitu secara daring melalui google meet dan
WhatsApp. Sementara, wawancara kepada guru bidang studi dilakukan secara
pertemuan tatap muka. Wawancara yang dilakukan baik kepada siswa maupun guru
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terkait media/metode yang digunakan,
proses pembelajaran, evaluasi, kendala, dan solusi yang diharapkan pada saat
pembelajaran konsep suhu dan kalor. Hasil analisis data wawancara akan di
deskripsikan berdasarkan informasi yang diperoleh dari siswa dan guru sebagai
berikut:
a. Hasil Wawancara Siswa
Hasil wawancara siswa di dua sekolah diperoleh informasi bahwa, proses
pelaksanaan pembelajaran konsep suhu dan kalor dilakukan secara sinkron dan
asinkron. Proses pembelajaran secara sinkron dilakukan melalui platform Zoom
(MAN 10 Jakarta Barat) dan google meet (MAN 19 Jakarta Selatan). Selama proses
pembelajaran, siswa mengamati penjelasan guru tentang konsep suhu dan kalor,
keterkaitan suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-hari, serta cara memecahkan
masalah dalam bentuk soal.
Proses pembelajaran selanjutnya dilakukan secara asinkron, yaitu
mengerjakan tugas dan evaluasi dalam bentuk penilaian harian. Siswa MAN 10
Jakarta Barat mengatakan bahwa diberikan tugas untuk merangkum dan
mengerjakan latihan soal dari modul digital yang diberikan guru. Sementara, siswa
MAN 19 Jakarta Selatan diberikan tugas presentasi dan latihan soal dari buku cetak.
Selama pengerjaan tugas, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya kepada guru
melalui WhatsApp. Sebagian besar siswa mengajukan pertanyaan tentang
penggunaan rumus kalor pada perubahan wujud benda. Berkaitan dengan evaluasi
penilaian harian konsep suhu dan kalor, hasil ketercapaian siswa dalam Ketuntasan
Kriteria Minimal (KKM) dapat dilihat pada Tabel 4.6.
22 Tabel 4.6 Hasil Ketercapaian KKM Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor

Ragam Jawaban Siswa MAN 10 MAN 19


No. Jakarta Barat Jakarta Selatan
1. Mencapai KKM 25% 91%
2. Tidak Mencapai KKM 68% 7%
3. Ragu atas jawaban 7% 1%

Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa, sebagian besar siswa MAN 10


Jakarta Barat belum mencapai KKM. Siswa MAN 10 Jakarta Barat mengatakan
bahwa, ketidaktuntasan ini disebabkan mereka diberikan bentuk soal evaluasi yang
tidak familier (berbeda dari penugasan latihan soal). Sementara, siswa MAN 19
Jakarta Selatan hampir keseluruhan sudah mencapai KKM pada konsep suhu dan
kalor.
b. Hasil Wawancara Guru
Hasil wawancara guru diperoleh informasi yang sama seperti jawaban
siswa, yaitu tentang proses pembelajaran yang dilakukan secara sinkron dan
asinkron. Pada proses pembelajaran sinkron, guru menyampaikan konsep suhu dan
kalor berbantuan media Power Point (PPT) menggunakan metode demonstrasi
(MAN 19 Jakarta Selatan) dan ceramah (MAN 10 Jakarta Barat). Selama
pembelajaran, guru sudah berusaha untuk mengaitkan setiap subkonsep suhu dan
kalor ke dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menganalogikan keadaan suatu
benda, menjelaskan cara memecahkan masalah dalam bentuk soal, serta membahas
keseluruhan indikator pembelajaran konsep suhu dan kalor. Kendala yang
ditemukan saat pembelajaran secara sinkron, yaitu siswa sulit memahami konsep
kalor tentang perubahan wujud benda, terutama dalam membaca grafik. Oleh sebab
itu, guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan terkait perubahan wujud
benda yang dilakukan secara pembelajaran asinkron. Pada proses pembelajaran
asinkron, guru juga memberikan penugasan latihan soal dan evaluasi penilaian
harian melalui CBT e-learning Madrasah.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa miskonsepsi siswa
baik MAN 10 Jakarta Barat maupun MAN 19 Jakarta Selatan berada pada kategori
rendah. Artinya, sebagian besar siswa telah menerima konsep baru dengan benar
dan tidak mempertahankan miskonsepsinya. Jika dilihat miskonsepsi siswa
berdasarkan pencapaian ranah kognitif, terlihat bahwa persentase miskonsepsi
siswa di dua sekolah lebih banyak pada ranah kognitif C2 (memahami). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Iwan Permana yang menunjukkan bahwa,
miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor paling banyak di pencapaian ranah
kognitif C2 (memahami).1 Proses memahami dalam pencapaian ranah kognitif,
yaitu siswa mampu untuk mengkonstruksi makna dari pesan pembelajaran, baik

1
Iwan Permana Suwarna, Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Mata Pelajaran
Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi, 2013, h. 8.
secara lisan, tulisan, maupun grafik.2 Siswa dikatakan memahami ketika mampu
menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan sebelumnya.3
Dengan kata lain, siswa di dua sekolah tersebut terdeteksi memadukan informasi
yang keliru dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Selain itu, diperoleh informasi bahwa siswa MAN 10 Jakarta Barat lebih
besar persentase miskonsepsinya dari MAN 19 Jakarta Selatan pada pencapaian
ranah kognitif C3 (menerapkan). Hal tersebut disebabkan karena, beberapa siswa
MAN 10 Jakarta Barat sulit mengimplementasikan pengerjaan soal yang tidak
familier. Hal ini juga didukung dari wawancara siswa tentang ketercapaian KKM.
Anderson dan Krathwohl menjelaskan bahwa, siswa lebih mudah menerapkan
prosedur penyelesaian soal jika mendapat tugas yang mereka ketahui cara
pengerjaannya. Sebaliknya, menimbulkan masalah jika mendapat tugas yang
mereka belum tahu cara pengerjaannya.4 Faktor lain penyebab siswa sulit
mengimplementasikan pengerjaan soal sehingga menimbulkan miskonsepsi adalah
pembahasan konsep yang dijelaskan oleh guru melalui pembelajaran sinkron. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dede. Menurut Dede, proses
pembelajaran yang dilakukan secara sinkron membuat adanya keterbatasan
komunikasi antara siswa dengan guru, baik dalam kendala jaringan maupun
penjelasan konsep yang sulit untuk dipahami.5 Dengan kata lain, miskonsepsi yang
terjadi pada pencapaian ranah kognitif C3 (menerapkan) didasari adanya masalah
dalam memahami dan mengolah informasi. Dengan demikian terbukti bahwa, hasil
miskonsepsi siswa lebih banyak pada pencapaian ranah kognitif C2 (memahami)
dibandingkan dengan C3 (menerapkan) dan C4 (menganalisis).

2
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran dan Asesmen - Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2015), h. 105.
3
Dwi Oktaviana dan Iwit Prihatin, “Analisis Hasil Belajar Siswa pada Materi Perbandingan
berdasarkan Ranah Kognitif Revisi Taksonomi Bloom”, Buana Matematika: Jurnal Ilmiah
Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 8, No 2, 2018, h. 85.
4
Anderson, Op.Cit., h. 116.
5
Dede Shinta Sari, dkk, “Analisis Efektivitas Pembalajaran Daring terhadap Hasil Belajar
Kognitif Peserta Didik SMA”, Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, Vol. 9, No.1, 2021, h.
66.
Jika dilihat miskonsepsi siswa berdasarkan subkonsep, terlihat bahwa rata-
rata miskonsepsi siswa baik di MAN 10 Jakarta Barat maupun di MAN 19 Jakarta
Selatan berada dalam kategori rendah. Selain itu, hasil penelitian memberikan
informasi bahwa miskonsepsi pada subkonsep didominasi oleh siswa MAN 19
Jakarta Selatan. Artinya, siswa MAN 19 Jakarta Selatan masih banyak yang
menafsirkan konsep dengan keliru. Hal ini terjadi jika siswa masih
mempertahankan pengetahuan awal yang dimiliki dan tidak menafsirkan konsep
yang diterima saat pembelajaran. Lestari juga menyatakan hal yang serupa, yaitu
siswa lebih dominan mengaitkan pemahamannya dengan apa yang mereka alami
dibandingkan konsep yang diterima di sekolah.6
Hasil penelitian miskonsepsi pada subkonsep juga diperoleh informasi
bahwa dari empat subkonsep, yaitu suhu, pemuaian, kalor dan perpindahan kalor,
miskonsepsi siswa paling besar (kategori sedang) pada subkonsep suhu. Pada
subkonsep suhu, memuat satu indikator pembelajaran, yaitu menjelaskan konsep
suhu. Indikator pembelajaran tersebut terwakili oleh empat butir soal. Masing-
masing soal membahas tentang suhu suatu zat pada keadaan tertentu dan proses
kesetimbangan termal. Miskonsepsi siswa yang ditemukan tentang suhu suatu zat
pada keadaan tertentu, yaitu titik beku air selalu 0°C, sementara titik didih air selalu
100°C. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa parameter dalam menentukan
suhu air pada kondisi tertentu hanya perlu mengingat batas titik bawah dan atas
skala Celsius. Skala Celsius pada termometer menggunakan titik beku dan titik
didih air sebagai acuan. Namun, kedua batas nilai titik tersebut diukur pada tekanan
1 atm.7 Artinya, suhu air ketika membeku dan mendidih tidak selalu 0°C dan 100°C.
Selain itu, miskonsepsi yang ditemukan adalah terkait kesetimbangan
termal. Miskonsepsi tersebut diantaranya, es batu yang berada dalam freezer
suhunya tetap 0°C, suhu es batu yang dicampur dengan air (dalam suhu ruangan)
menjadi besar, dan es batu yang mencair suhunya tidak lagi 0°C. Siswa
beranggapan bahwa es tersebut berinteraksi, maka suhunya akan berubah.

6
P. P. Lestari dan Suharto Linuwih, “Analisis Konsepsi dan Perubahan Konseptual Suhu dan
Kalor pada Siswa di SMA Kelas Unggulan”, Unnes Physics Education Journal, 2014, h.64
7
Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel, 2017), h.8.
Prakonsepsi siswa tentang pernyataan berubahnya suhu es batu tersebut benar.
Namun kasus tertentu seperti mengukur keadaan suhu es yang berada dalam
freezer, suhu campuran es dengan air, dan es yang dibiarkan mencair menjadi
keliru. Pada kasus tersebut es batu mengalami kesetimbangan termal.
Kesetimbangan termal terjadi jika dua benda, yaitu A dan B mempunyai suhu yang
sama, sehingga panas tidak akan berpindah dari benda A ke benda B.8 Es batu yang
berada dalam freezer sudah mengalami kesetimbangan termal. Artinya, suhu es
batu akan sama nilainya dengan suhu yang diatur dalam freezer (di bawah 0°C).
Sama halnya seperti kasus suhu es batu yang dicampur dengan air dan suhu es batu
yang dibiarkan mencair, memiliki suhu yang sama ketika diukur. Miskonsepsi yang
ditemukan pada kasus kesetimbangan termal ini sejalan dengan penelitian Reyza.
Menurut Reyza, pemahaman konsep siswa terkait proses kesetimbangan termal
adalah jika dua benda saling kontak, maka benda tersebut mengalami kenaikan atau
penurunan suhu yang sama.9
Pada subkonsep pemuaian, persentase miskonsepsi siswa di dua sekolah
tersebut berada pada kategori rendah. Subkonsep pemuaian ini memuat satu
indikator pembelajaran, yaitu menganalisis pengaruh perubahan suhu terhadap
ukuran benda. Indikator tersebut terwakili oleh enam butir soal. Masing-masing
soal membahas tentang pemuaian zat padat, cair dan gas. Siswa ditemukan banyak
mengalami miskonsepsi tentang pemuaian pada zat cair dan gas. Miskonsepsi yang
ditemukan pada pemuaian zat cair, yaitu raksa termasuk jenis logam sehingga
mengalami pemuaian panjang. Hal tersebut menunjukkan, siswa tidak mengolah
infomasi pembahasan subkonsep sebelumnya bahwa termometer benda cair berisi
cairan raksa atau alkohol. Jika siswa mengingat kembali bahwa raksa adalah cairan
pengisi termometer, maka mereka memahami raksa mengalami pemuaian
volumetrik.10 Selain itu, miskonsepsi siswa yang ditemukan pada pemuaian zat cair,
yaitu air yang mengalami perubahan suhu 0°C hingga 4°C merupakan fase padat

8
Ibid., h. 2
9
Muhammad Reyza Arief Taqwa, dkk, “Analisis Miskonsepsi Topik Suhu dan Kalor
Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang”, BRILIANT: Jurnal Riset dan
Konseptual, Vol. 5 No. 3, 2020, h. 525.
10
Yohanes Surya, 2017, Op.Cit., h.36
ke cair yang menyebabkan volumenya bertambah, namun massa jenisnya tetap.
Keadaan air suhu 4°C disebut sebagai sifat anomali air. Peristiwa ini menunjukkan
massa jenis air akan meningkat apabila mengalami pemanasan dari 0°C hingga 4°C,
kemudian akan kembali normal pada suhu di atas. 4°C.11 Selanjutnya, miskonsepsi
siswa yang ditemukan pada pemuaian gas, yaitu botol menjadi penyok akibat
perubahan suhu yang menekan permukaan benda. Konsep yang benar bahwa suhu
tidak dapat menekan benda, tetapi molekul dari lingkungan. Saat terjadi penurunan
suhu molekul di dalam botol akan bergerak saling berdekatan. Hal tersebut
mengakibatkan botol mengalami penyusutan.
Pada subkonsep kalor, persentase miskonsepsi siswa di dua sekolah tersebut
berada pada kategori rendah. Subkonsep kalor ini memuat tiga indikator
pembelajaran, yaitu menjelaskan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu
(2 soal), menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda (4 soal), dan
menerapkan Asas Black dalam peristiwa pertukaran kalor (3 soal). Pada indikator
menjelaskan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu, membahas soal
tentang menentukan benda yang kehilangan panas lebih banyak dan menjelaskan
penggunaan sweater saat cuaca dingin. Miskonsepsi siswa yang ditemukan pada
soal tentang benda yang kehilangan panas, yaitu 100 gram air dan 100 gram es
dengan suhu 0°C yang diletakkan ke adalam freezer tidak ada yang kehilangan
panas lebih banyak. Siswa beranggapan bahwa massa dan suhunya sama, sehingga
tidak ada yang kehilangan panas. Konsep yang benar adalah air yang kehilangan
panas lebih banyak. Hal ini disebabkan kalor jenis air lebih besar daripada es. Kalor
jenis suatu benda (zat) menunjukkan banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg
zat untuk menaikkan suhu sebesar 1°C.12 Kalor jenis ini menunjukkan bahwa setiap
benda memerlukan kalor yang berbeda-beda untuk menaikkan suhu yang sama
dengan massa yang sama pada zat yang berbeda.13 Kemudian, miskonsepsi siswa
yang ditemukan pada soal penggunaan sweater saat cuaca dingin, yaitu bahan
sweater bisa menahan suhu tubuh. Siswa beranggapan bahwa sweater bisa

11
Ibid., h. 37
12
Ibid., h. 64
13
Ibid., h. 65
memberikan kalor tambahan ke tubuh, sehingga memberikan kehangatan tubuh.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang ditemukan Adadan bahwa siswa
mempercayai beberapa bahan seperti selimut, sweater, dan kaus kaki membuat
tubuh menjadi hangat. karena bahan tersebut menghasilkan panas.14 Konsep yang
benar adalah sweater bisa mengurangi kalor yang hilang dari tubuh, bukan menahan
suhu tubuh. Ketika suhu lingkungan lebih rendah dari tubuh, maka terjadi transfer
energi dari tubuh ke lingkungan dan menyebabkan tubuh menjadi dingin. 15 Dalam
arti lain, siswa terdeteksi tidak memahami definisi kalor dengan tepat.
Selanjutnya, pada indikator pembelajaran menjelaskan pengaruh kalor
terhadap perubahan wujud benda, siswa paling banyak ditemukan mengalami
miskonsepsi tentang perubahan wujud alumunium yang dipanaskan hingga suhu
tertentu. Miskonsepsi yang ditemukan, titik didih aluminium hanya mencapai
660°C. Siswa beranggapan bahwa, setiap kali aluminium dipanaskan, suhu naik
dengan cepat pada awalnya, tetapi setelah beberapa saat, suhu mulai naik perlahan
karena logam telah menyerap panas yang dibutuhkan. Dalam kasus ini, siswa
mengalami kekeliruan dalam membedakan fase titik didih dengan titik leleh.
Aluminium mencapai 660°C ketika berada pada fase titik lelehnya. Suhunya tidak
akan berubah sampai aluminium meleleh sepenuhnya. Sementara, titik didih terjadi
setelah melewati fase titik leleh. Hal yang mendasari miskonsepsi terjadi pada kasus
ini, yaitu siswa tidak memahami proses perubahan wujud. Hal ini dibuktikan pada
hasil wawancara guru yang menyatakan bahwa, siswa sulit memahami kalor
terutama pada perubahan wujud benda.
Lebih lanjut, pada indikator pembelajaran menerapkan Asas Black dalam
peristiwa pertukaran kalor, siswa juga ditemukan mengalami miskonsepsi tentang
menentukan nilai kalor lebur aluminium pada grafik dan menggambarkan grafik
suhu terhadap perubahan wujud. Miskonsepsi yang ditemukan adalah kalor lebur
aluminium membutuhkan kalor sebesar 387 kkal, serta memutar pengatur suhu
kulkas ke arah minimum grafiknya menurun, sedangkan ke arah maksimum grafik

14
Emine Adadan dan Merve Nur Yavuzkaya, “Examining The Progression and Consistency
of Thermal Concepts: a Cross-Age Study”, Intenational Jurnal of Science Education, 2018, h. 5.
15
Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001) h. 500.
meningkat, sementara perubahan wujud mencair dan membeku suhu berada pada
0°C. Siswa tidak bisa membedakan kalor yang mengalami perubahan suhu dan
perubahan wujud. Sofianto juga menyatakan hal yang serupa, yaitu siswa
mengalami kesulitan saat memahami soal konsep grafik perubahan wujud. Hal ini
dikarenakan soal grafik meminta siswa memahami penerapan rumus kalor.16
Pada subkonsep perpindahan kalor, persentase miskonsepsi siswa di dua
sekolah tersebut berada pada kategori rendah. Subkonsep perpindahan kalor ini
memuat satu indikator pembelajaran, yaitu menganalisis perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi. Indikator tersebut terwakili oleh enam butir soal.
Masing-masing soal membahas tentang peristiwa konduksi, konveksi, dan radiasi.
Siswa ditemukan paling banyak mengalami miskonsepsi pada peristiwa radiasi.
Miskonsepsi yang ditemukan, yaitu pemilihan material atap rumah agar mampu
menahan aliran panas matahari adalah dengan memilih emisivitas bahan yang
tinggi, karena mampu menahan panas. Nilai emisivitas tinggi atau hampir
mendekati satu (permukaan yang sangat hitam) artinya permukaan benda akan
menyerap dan menyimpan panas lebih besar.17 Pemilihan material atap rumah
dengan emisivitas yang tinggi tidak mampu menahan aliran panas matahari. Dalam
arti lain, panas lebih banyak diserap dan menyebabkan ruangan di bawah atap
menjadi panas. Jika siswa mengaitkan konsep yang telah di jawab dengan benar
tentang menggunakan baju berwarna gelap di siang terik lebih banyak menyerap
panas daripada baju berwarna terang, maka seharusnya siswa memahami emisivitas
yang tinggi dimiliki oleh baju berwarna gelap. Selain itu, ditemukan miskonsepsi
yang berkaitan dengan nilai emisivitas, yaitu mengganti warna cat aula dengan
warna terang menyebabkan ruangan terasa cukup panas walaupun menggunakan
sedikit penerangan saja. Penggunaan warna cat yang lebih terang justru membuat
ruangan aula menyerap panas lebih sedikit. Hal ini dikarenakan nilai emisivitas
untuk warna yang lebih terang hampir mendekati nol, sehingga menyerap panas
lebih sedikit.18 Artinya, jika semua penerangan dalam aula dinyalakan, maka

16
E.W.N. Sofianto dan R.K. Irawati, “Upaya Meremediasi Konsep Fisika pada Materi Suhu
dan Kalor”, Shoutheast Asian Journal of Islamic Education, Vol. 2, No. 2, 2020, h. 114.
17
Giancoli, Op.Cit., h. 507,
18
Ibid.
ruangan tidak terasa terlalu panas. Susilawati juga menyatakan, penggunaan cat
warna gelap menyimpan panas yang lebih besar dibandingkan dengan cat warna
terang. Selain itu, penggunaan cat warna terang dalam ruangan terbukti lebih sedikit
mengkonsumsi lampu penerangan.19 Konsep penggunaan warna cat ini sama seperti
kasus pemilihan atap rumah. Hal ini terlihat bahwa siswa hanya memahami konsep
warna gelap menyerap panas lebih banyak, tanpa memperhatikan potongan
informasi terkait nilai emisivitas dalam soal.
Uraian di atas menginformasikan bahwa munculnya miskonsepsi yang
terjadi pada siswa disebabkan dari berbagai faktor. Faktor yang paling
mendominasi adalah sebagian besar siswa terdeteksi belum memadukan
pengetahuan yang dimiliki dengan konsep sebenarnya. Hal ini sejalan dengan Yeo
dan Zadnik yang menyatakan bahwa, siswa tidak menerapkan ide-ide yang
dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan cenderung menjelaskan
fenomena dengan pemahamannya sendiri tanpa melihat kebenarannya.20 Dengan
kata lain, sebagian besar munculnya miskonsepsi berawal dari siswa itu sendiri.
Selain itu, faktor yang menyebabkan adanya perbedaan persentase miskonsepsi
siswa baik di MAN 10 Jakarta Barat maupun MAN 19 Jakarta Selatan, karena
perbedaan penguasaan konsep suhu dan kalor. Faktor lainnya yang didapat dari
hasil wawancara bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru berbeda.
Sejalan dengan hasil penelitian Ni’mah bahwa, penggunaan metode pembelajaran
yang berbeda, menimbulkan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi juga
berbeda.21 Meskipun demikian, persentase miskonsepsi siswa di dua sekolah
tersebut hampir sama. Artinya, tidak ada perbedaan hasil miskonsepsi baik di
sekolah dengan urutan peringkat tertinggi maupun terendah. Dengan demikian,
miskonsepsi bisa terjadi pada siapa saja, tanpa memandang latar belakang siswa itu
sendiri.

19
Susilawati Z dkk, “Menghitung Nilai Emisivitas Warna Menggunakan Miniatur Ruang
Berbentuk Silinder sebagai Media Pembelajaran Fisika”, PENDIPA Journal of Science Students,
2018, h. 139.
20
Shelley Yeo dan Marjan Zadnik, “Introductory Thermal Concept Evaluation (Assessing
Students Understanding)”, THE PHYSICS TEACHER, Vol. 39, 2001, h. 497.
21
Silfia Maftuhatun Ni’mah, dkk, “Profil Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Pembelajaran
Suhu dan Kalor”, Journal Universitas Negeri Malang, Vol. 4, No. 5, 2019, h. 591.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
siswa baik di MAN 10 Jakarta Barat maupun MAN 19 Jakarta Selatan terdeteksi
mengalami miskonsepsi lebih banyak pada pencapaian ranah kognitif C2
(memahami). Siswa juga terdeteksi mengalami miskonsepsi pada semua
subkonsep, yaitu suhu, pemuaian, kalor, dan perpindahan kalor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase miskonsepsi siswa di dua sekolah tersebut hampir
sama, hanya berselisih 1% dan berada dalam kategori rendah. Hasil ini
membuktikan miskonsepsi tetap ditemukan baik siswa di sekolah dengan peringkat
tertinggi maupun di sekolah dengan peringkat terendah. Selain itu, ditemukan
bahwa munculnya miskonsepsi berasal dari siswa itu sendiri.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa
saran, diantaranya:
1. Penelitian ini mengkaji miskonsepsi siswa yang berkaitan dengan penerapan
suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-hari, sehingga perlu kajian lebih lanjut
terhadap faktor penyebab miskonsepsinya, seperti faktor guru, buku, bahan
belajar lainnya, metode pembelajaran yang digunakan, dan konsep alternatif
siswa itu sendiri.
2. Soal yang digunakan dalam penelitian belum mencakup semua penerapan
konsep suhu dan kalor dalam kehidupan sehari-hari, sehingga perlu adanya
pengembangan soal lanjutan agar miskonsepsi siswa terhadap fenomena sehari-
hari terlihat jelas.
3. Pada saat pengambilan data penelitian secara online, sebaiknya menggunakan
platform yang dapat mengawasi siswa dalam mengerjakan soal untuk
menghindari adanya hasil jawaban siswa yang sama.

62
DAFTAR PUSTAKA
Adadan, Emine dan Merve Nur Yavuzkaya. “Examining The Progression and
Consistency of Thermal Concepts: a Cross-Age Study”. Intenational Jurnal
of Science Education, 2018.
Al Kaabi, Amnah Mohamed Abdullah. “Heat Msconceptions among 11th Grade
Students”, Theses United Arab Emirates University, 2014
Amerudin, Eka Ariyati, dan Asrian Nurdini. “Deskripsi Kesulitan Belajar dan
Faktor Penyebabnya pada Materi Fungi di SMA Islam Bawari Pontianak dan
Upaya Perbaikannya”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa,
Vol. 2, No. 9, 2013
Ana. M, Resti, Sigit Priatmoko, dan Ersanghono Kusuma. “Analisis Kesulitan
Belajar Kimia Siswa SMA dalam Memahami Materi Larutan Penyangga
dengan Menggunakan Two-Tier Multiplechoice Diagnostic Instrument”.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No. 1, 2010
Anderson, Lorin W. dan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen - Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015
Andriati, Susi. “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Fisika Materi Elastisitas
melalui Pembelajaran Gemes (Gemar Bereksperimen) dengan Metode
Eksperimen bagi Peserta Didik Kelas XI MIA”. Jurnal Pendidikan
EMPERISME Edisi Desember, 2017.
Astupura, Dwi Aprilia, dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
Terhadap Motivasi dan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok
Cahaya”. Edusains Vol. 4 No. 1, 2016
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonsesia. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Daring. Ver. 3.7, 2016,
(https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konsep diakses pada 13 sept 2021)
Caleondan, Imelda S dan R. Subramaniam. “Do Student Know What They Know
and What They Don’t Know? Using a Four Tier Diagnostic Test to Assess the
Nature of Students’ Alternative Conception”. Research Science Education,
Vol. 40, 2009
Darwis dan Hikmawati Mas’ud. Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif
Sosioantropologi, Cet. 1. Makassar: CV SAH MEDIA, 2017
Dolan, Erin. “Resent Research in Science Teaching and Learning”. CBE Life
Sciences Education, Vol. 9, 2010

64
Faizah, Kurniyatul. “Miskonsepsi dalam Pembelajaran IPA”. Darussalam: Jurnal
Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam, Vol. VIII, No. 1, 2016
Fariyani, Qisthi, dkk. “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk
Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X”. Jurnal of Innovative
Science Education, 2015
Fauzi, Dessy, Ika Mustika Sari, dan Duden Saepuzaman. “Profil Konsepsi Siswa
SMK di Kota Bandung Pada Konsep Termal dengan Three Tier Test”. Pros.
Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 2016
Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001
Gurel, Derya Kaltakci, Ali Erylmaz, dan Lilian Christie McDermott. “A Review
and Comparison of Diagnostic Instruments to Identify Students’
Misconceptions in Science”. Eurasia Journal of Mathematics, Sciences &
Technology Education, 11(5), 2015
Hasim, W. dan Nasrul Ihsan. “Identifikasi Miskonsepsi Materi Usaha, Gaya, dan
Energi dengan Menggunakan CRI (Certainy of Response Index) pada Siswa
Kelas VII SMPN 1 Malangke Barat”. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika,
Vol. 7, No. 1, 2011
Hendryadi. “Validitas Isi: Tahap Awal Pengembangan Kuesioner”. Jurnal Riset
Manajemen dan Bisnis Fakultas Ekonomi UNIAT, Vol. 2, No. 2, 2017
Husamah, dkk. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press, 2018
Indra P., Made dan Ika Cahyaningrum. Cara Mudah Memahami Metodologi
Penelitian. Sleaman: Penerbit Deepublish, 2019
Lestari, P. P. dan Suharto Linuwih. “Analisis Konsepsi dan Perubahan Konseptual
Suhu dan Kalor pada Siswa di SMA Kelas Unggulan”. Unnes Physics
Education Journal, 2014
Liliawati, Winni dan Tufik R. R. “Identifikasi Miskonsepsi Materi IPBA di SMA
dengan Menggunakan CRI (Certainly of Respons Index) dalam Upaya
Perbaikan Urutan Pemberian Materi IPBA Pada KTSP”. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 2009
Luera, G. R., Charlotte A. Otto, dan P. W Zitzewitz, “Use of The Thermal Concept
Evaluation to Focus Instruction”. The Physics Teacher, Vol. 44, 2006
Maryani, Ika, dkk. Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar. Yogyakarta: K-
Media, 2018
Matondang, Zulkifli. “Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian”.
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol. 6, No. 1, 2009
Ni’mah, Silfia Maftuhatun, dkk. “Profil Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi
Pembelajaran Suhu dan Kalor”. Journal Universitas Negeri Malang, Vol. 4,
No. 5, 2019
Novak, Joseph D.. “Ausubel’s Assimilation Theory and Metacognitive Tools as a
Foundation for Instructional Design” in Charles R. Dills and A. J. Romiszoski
(Ed), Instructional Development Paradigms, USA: Educational Technology
Publications, 1997
Nurulwati, Arsaythamby Veloo, dan Ruslan Mat Ali. “Suatu Tinjauan tentang
Jenis-jenis dan Penyebab Miskonsepsi Fisika”. Jurnal Pendidikan Sains
Indonesia, Vol. 02, No.01, 2014
Nuryadi, dkk. Dasar-dasar Statistik Penelitian. Yogyakarta: Sibuku Media, 2017
Oktaviana, Dwi dan Iwit Prihatin. “Analisis Hasil Belajar Siswa pada Materi
Perbandingan berdasarkan Ranah Kognitif Revisi Taksonomi Bloom”. Buana
Matematika: Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 8,
No 2, 2018
Rawh, Pujia, dkk, “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk
Mengidentifikasi Profil Konsepsi Siswa pada Materi Alat-alat Optik”. WaPFI
(Wahana Pendidikan Fisika, Vol. 5. No. 1, 2020
Rusilowati, Ani. “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai Alat Evaluasi Kesulitan
Belajar Fisika”. Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika
(SNFPF) ke-6, Vol. 6, No. 1, 2015
Sari, Dede Shinta, dkk. “Analisis Efektivitas Pembalajaran Daring terhadap Hasil
Belajar Kognitif Peserta Didik SMA”. Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi
Ilmiah, Vol. 9, No.1, 2021
Setiawan, Andi. Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2017
Sofianto, E.W.N. dan R.K. Irawati. “Upaya Meremediasi Konsep Fisika pada
Materi Suhu dan Kalor”. Shoutheast Asian Journal of Islamic Education, Vol.
2, No. 2, 2020
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2013
Surya, Yohanes. Suhu dan Kalor. Tangerang: Tim PT Kandel, 2017
Surya, Yohanes. Suhu dan Termodinamika – Persiapan Olimpiade Fisika.
Tangerang: Tim PT Kandel, 2009
Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama.
Jakarta: Prenamedia Group, 2016
Susilawati Z, dkk. “Menghitung Nilai Emisivitas Warna Menggunakan Miniatur
Ruang Berbentuk Silinder sebagai Media Pembelajaran Fisika”. PENDIPA
Journal of Science Students, 2018
Suwarna, Iwan Permana. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Mata
Pelajaran Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi,
2013
Taqwa, Muhammad Reyza Arief, dkk. “Analisis Miskonsepsi Topik Suhu dan
Kalor Mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang”. BRILIANT:
Jurnal Riset dan Konseptual, Vol. 5 No. 3, 2020
TIM Pengembag Ilmu Pendidikan FIP UPI. Ilmu & Aplikasi Pendidikan bag. 1 Ilmu
Pendidikan Teoritis. Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007
Trisdiono, Harli. “Pembelajaran Aktif dan Berpusat pada Siswa sebagai Jawaban
Atas Perubahan Kurikulum dan Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar”.
Artikel Penelitian LPMP D.I Yogyakarta, 2015
Viana, Ratna Very dan Subroto. “Pengembangan Sistem Assesment dalam
Pembelajaran Materi Usaha dan Energi Berbasis Media Audio Visual di SMA
Negeri 1 Prambanan”. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol, 5, No. 5, 2016
Wahyudi, Setyo Tri. Statistika Ekonomi Konsep Teori dan Terapan. Malang: UB
Press, 2017
Wawasan Edukasi. Definisi Miskonsepsi dalam Memahami Konsep Suatu
Pelajaran. 2017 (https://www.wawasan-edukasi.web.id/2017/03/definisi-
miskonsepsi-dalam-memahami.html)
Widanarto P. S.. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Sanata Dharma University
Press, 2016
Wijaya, Hengki. Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Sulawesi
Selatan: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray, 2018
Wilantika, Nurul, dkk. “Pengembangan Penyusunan Instrumen Four Tier
Diagnostic Test untuk Mengungkap Miskonsepsi Materi Sistem Ekskresi di
SMA Negeri 1 Mayong Jepara”. Jurnal Phenomenon, Vol. 08, No. 2, 2018
Yeo, Shelley. dan Marjan Zadnik. “Introductory Thermal Concept Evaluation
(Assessing Students Understanding)”. The Physics Teacher, Vol. 39, 2001
Yuliata, Yuyu. “Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran IPA serta Remediasinya”.
Jurnal Bio Educatio, Vol. 2, No. 2, 2017
Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.
Jakarta: Kencana, 2017
Zulvita, Ria, A. Halim, dan Elisa. “Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi Konsep
Hukum Newton dengan Menggunakan Metode Eksperimen di Man
Darussalam”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM). Vol. 2, No. 1, 2017
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1LAMPIRAN A - INSTRUMEN PENELITIAN

1. Kisi-kisi Instrumen Tes


2. Instrumen Two Tier Open Ended
3. Instrumen Two Tier Pilihan Ganda
4. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Two Tier Pilihan Ganda
5. Instrumen Four Tier Test yang Digunakan
6. Kisi-kisi Instrumen Non-tes
7. Pedoman Wawancara Guru
8. Pedoman Wawancara Siswa
9. Lembar Validasi Ahli Instrumen Non-tes
10. Hasil Wawancara Guru
11. Hasil Wawancara Siswa

69
2 Lampiran A.1 Kisi-kisi Instrumen Tes

KISI-KISI INSTRUMEN TES MISKONSEPSI PADA KONSEP SUHU DAN KALOR

Satuan Pendidikan : SMA


Materi Pelajaran : Fisika
Materi Pokok : Suhu dan Kalor
Kelas/Semester : XI/Ganjil
Jumlah Soal : 46
Bentuk Soal : Tes Diagnostik (four tier)
Kompetensi Dasar : 3.5 Menganalisis pengaruh suhu dan kalor dan perpindahan kalor yang meliputi karakteristik
termal suatu bahan, kapasitas, dan konduktivitas kalor pada kehidupan sehari-hari.

Aspek Kognitif
Indikator Pembelajaran Jumlah
C1 C2 C3 C4
7. Menjelaskan konsep suhu 1°*), 3°* 2°*), 4°*, 5°*), 7° 6°*) 7
8. Menganalisis pengaruh perubahan suhu 8°, 12°*), 10°*, 11°*, 13°*), 10
9°*), 15°*)
terhadap ukuran benda (pemuaian) 14°* 16°*), 17°*)
9. Menjelaskan perpindahan energi akibat 18°*, 19°*), 6
20°*, 21°
adanya perbedaan suhu 22°*), 23°
10. Menjelaskan pengaruh kalor terhadap 25°*, 27°*), 28°, 7
24°*) 26°*), 29°*
proses perubahan suhu wujud benda 30°*)
11. Menerapkan Asas Black dalam peristiwa 31°, 32°*), 6
34°*, 36°*)
pertukaran kalor 33°*), 35°*
12. Menganalisis perpindahan kalor secara 39°*, 40°*), 38°*), 42°*), 43°*), 10
37°*)
konduksi, konveksi, dan radiasi 41°*) 44°*, 45°, 46°
Total 7 15 11 13 46
Persentase 15,2% 32,6% 23,9% 28,3% 100%

70
keterangan:
° : soal yang valid berdasarkan judgment ahli
* : soal yang valid berdasarkan hasil dari software Anates v4
°*) : soal yang digunakan

71
3 Lampiran A.2 Instrumen Two Tier Open Ended

SOAL TWO TIER (OPEN ENDED) KONSEP SUHU DAN KALOR

Mata Pelajaran : Fisika Bentuk Soal : Uraian


Kelas/Semester : XI/1 (Ganjil) Waktu : 2 JP (90 menit)
Tahun Ajaran : 2020/2021 Jumlah Butir Soal : 46

Indikator Aspek
KKO Indikator Soal Soal Jawaban
Pembelajaran Kognitif
1. Menjelaskan Mengingat Disajikan pertanyaan No. 1 Jawaban:
konsep suhu tentang besar suhu Besar suhu es batu yang berada di dalam Di bawah 0°C
suatu zat. Siswa freezer adalah….
diminta untuk Jawab: … Alasan:
mengingat besar Pembekuan air menjadi bentuk es
C1
suhu zat tersebut. Alasan: … batu dalam freezer terjadi pada suhu
di bawah 0°C tekanan atmosfer
standar. Es batu mengalami
kesetimbangan termal dengan
freezer.
Memperkirakan Disajikan pernyataan No. 2 Jawaban:
tentang pengambilan Seorang siswa mengambil sepuluh buah es Keduanya berada pada suhu 0°C.
beberapa butir es batu dari kotak icetwist. Enam buah es batu
C2
batu. Kemudian es diletakkan ke dalam gelas berisi air, Alasan:
batu di tempatkan kemudian diaduk hingga es menjadi kecil Es batu yang dimasukkan ke dalam
dalam dua keadaan dan berhenti mencair. Sementara empat air maupun yang berada di dalam

72
yang berbeda. Siswa buah es batu dimasukkan ke dalam gelas gelas kosong telah mencapai titik
diminta untuk kosong dan dibiarkan hingga menjadi lelehnya yaitu sebesar 0°C. Fase titik
memperkirakan genangan air. Jika siswa tersebut langsung leleh berada saat benda padat dan cair
besar suhu air yang memasukkan termometer berskala Celsius berada dalam kesetimbangan.
terjadi pada dua ke dalam dua gelas tersebut, maka besar
keadaan tersebut. masing-masing suhu yang dihasilkan
adalah….
Jawab: …

Alasan: …
Mengetahui Disajikan pernyataan No. 3 Jawaban:
tentang salah satu Termometer klinis merupakan termometer 42°C
jenis termometer. yang digunakan oleh dokter dan perawat di
Siswa diminta untuk rumah sakit. Besar skala ukur maksimum Alasan:
C1
mengetahui skala pada termometer klinis adalah…. Karena menyesuaikan suhu tertinggi
maksimum Jawab: … tubuh.
termometer tersebut. Suhu tubuh pada umumnya berkisar
Alasan: … antara 35°C sampai 42°C.
Memahami Disajikan pertanyaan No. 4 Jawaban:
tentang suhu air yang Perhatikan gambar berikut! 100°C
yang telah mendidih
selama beberapa Alasan:
waktu. Siswa Pada tekanan atmosfer standar besar C2
diminta untuk normal air yang mendidih tetap
memahami besar berada pada suhu 100°C. Selama 10
suhu pada proses menit atau beberapa waktu, jika
tersebut. keadaan air dalam wadah masih

73
Gambar tersebut menunjukkan proses cukup, suhu air mendidih tetap
perebusan air di dalam ketel. Setelah 100°C.
beberapa menit kemudian air dalam ketel
tersebut mendidih. Berapakah besar suhu
air dalam ketel yang telah mendidih selama
10 menit?
Jawab: …

Alasan: …
Memahami Disajikan ilustrasi No. 5 Jawaban:
tentang seorang Seseorang sedang mendaki gunung 68°C
pendaki gunung Everest. Saat berada di pos jaga, Pendaki
yang sedang mencoba memasak air untuk membuat Alasan:
memasak air. Siswa segelas kopi. Pendaki tersebut ingin Pada tekanan atmosfer yang lebih
diminta untuk memastikan air yang dimasak mendidih, rendah atau berada di sekitar gunung
memahami besar agar kopi bisa terseduh dengan baik. Everest, air hanya bisa mendidih
suhu air tersebut. Kemudian, Pendaki mencoba untuk pada suhu 68°C. C2
mengecek besar suhu air yang dimasak
menggunakan termometer. Berapakah
perkiraan suhu air mendidih yang
diperoleh pendaki gunung tersebut?
Jawab: …

Alasan: …
Menggunakan Disajikan tabel hasil No. 6 Jawaban:
formula pengukuran tiga Perhatikan tabel berikut ini! 25°
C3
jenis larutan yang
berbeda

74
menggunakan dua Alasan:
termometer. Siswa 𝑇𝐼 = 𝑇𝐼𝐼
diminta untuk 𝑇1 − 𝑇2 𝑇1 − 𝑇2
menggunakan =
𝑇2 − 𝑇3 𝑇2 − 𝑇3
formula hubungan Tabel di atas menunjukkan hasil 125° − 100° 100° − 75°
pembacaan suhu pengukuran dua buah termometer yang =
100° − 50° 75° − 𝑋°
termometer untuk digunakan untuk mengukur tiga jenis 25° 25°
mendapatkan nilai larutan yang berbeda. Jika termometer I =
50° 75° − 𝑋°
yang belum pada larutan jenis ketiga menunjukkan 75° − 𝑋° = 50°
diketahui. angka 50°, maka pada termometer II akan 𝑋° = 25°
menunjukkan angka?
Jawab: …

Alasan: …
Menjelaskan Disajikan informasi No. 7 Jawaban:
tentang prakiraan Stasiun televisi menyiarkan berita tentang Suhu malam ini lebih dingin dua kali
cuaca yang disiarkan prakiraan cuaca. Berita tersebut lipat dari malam sebelumnya.
pada televisi. Siswa menyampaikan bahwa, menurut BMKG
diminta untuk prakiraan cuaca pada malam ini suhunya Alasan:
menjelaskan mencapai 5°C, lebih dingin 10°C dari Malam ini terjadi penurunan suhu
C2
maksud dari suhu malam sebelumnya. Maksud dari berita sebesar 10°C dari malam
yang terjadi pada tentang suhu yang terjadi pada malam ini sebelumnya. Artinya malam ini
berita tersebut. adalah… terasa lebih dingin dua kalinya dari
Jawab: … 5°C.

Alasan: ….
2. Menganalisis Menyebutkan Disajikan gambar No. 8 Jawaban:
C1
pengaruh dua benda dengan Perhatikan gambar di bawah ini!

75
perubahan suhu kondisi yang Kondisi tanpa pemanasan: Jenis benda, ukuran mula-mula,
terhadap berbeda. Siswa perubahan suhu
ukuran benda diminta untuk Alasan:
(pemuaian) menyebutkan faktor Kondisi dengan pemanasan: Jenis benda mempengaruhi kondisi
yang mempengaruhi perubahan benda karena setiap benda
terjadinya perubahan memiliki partikel yang berbeda.
pada kondisi benda Sementara perubahan suhu yang
tersebut. semakin meningkat menyebabkan
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan partikel bergerak berjauhan,
kondisi perubahan benda pada gambar di sehingga pada kondisi tersebut benda
atas adalah… mengalami perubahan ukuran
Jawab: … (pemuaian).

Alasan: …
Menentukan Disajikan gambar No. 9 Jawaban:
sebuah batang besi Perhatikan gambar berikut! 25,12 cm
yang diukur pada
suhu ruangan. Alasan:
Kemudian besi Benda akan mengalami pertambahan
tersebut dipanaskan panjang apabila dipanaskan. Besi
selama beberapa memiliki konduktor panas yang baik,
C3
menit. Siswa diminta sehingga ketika dipanaskan, panas
untuk menentukan berpindah melalui batang besi dan
panjang besi setelah membuatnya memuai.
dipanaskan. Gambar di atas menunjukkan batang besi ∆𝐿 = 𝐿0 . 𝛼. ∆𝑇
berukuran 25 cm yang panjangnya diukur ∆𝐿 = 25 × 0,000012 × 400
pada suhu ruangan. Jika batang tersebut ∆𝐿 = 0,12 cm
dipanaskan selama 15 menit dan ∆𝐿 = 𝐿𝑡 − 𝐿0

76
mengalami kenaikan suhu hingga 400°C, 𝐿𝑡 = ∆𝐿 + 𝐿0
maka panjang batang besi tersebut ketika 𝐿𝑡 = 0,12 + 25 = 25,12 cm
diukur kembali adalah …. (Koefisien muai
besi = 0,000012/°C)
Jawab: …

Alasan: …
Menganalisis Disajikan sebuah No.10 Jawaban:
pertanyaan tentang Dua buah stik berukuran sama masing- Tembaga
dua jenis logam yang masing terbuat dari bahan besi dan
memiliki ukuran dan tembaga. Keduanya diberi panas, sehingga Alasan:
pertambahan suhu memiliki kenaikan suhu yang sama. Jika 𝛼 𝑇 > 𝛼𝐵 , artinya tembaga lebih cepat
sama. Siswa diminta koefisien muai besi lebih kecil dari mengalami perubahan panjang
untuk menganalisis tembaga, maka stik yang memiliki dibandingkan dengan besi. Koefisien
logam yang perubahan panjang paling besar adalah stik muai panjang sebanding dengan
mengalami dengan bahan…. perubahan panjang suatu benda.
pertambahan Jawab: … Diketahui:
panjang paling besar. 𝐵 = besi C4
Alasan: … 𝑇 = Tembaga
𝑙𝐵 = 𝑙 𝑇 = 𝑙
∆𝑇𝐵 = ∆𝑇𝑇 = ∆𝑇
Ditanya:
Perubahan panjang yang lebih besar?
Penyelesaian:
∆𝑙𝐵 𝑙𝐵 𝛼𝐵 ∆𝑇𝐵
=
∆𝑙 𝑇 𝑙 𝑇 𝛼 𝑇 ∆𝑇𝑇
∆𝑙𝐵 𝑙𝛼𝐵 ∆𝑇
=
∆𝑙 𝑇 𝑙𝛼 𝑇 ∆𝑇

77
∆𝑙𝐵 𝛼𝐵
=
∆𝑙 𝑇 𝛼 𝑇
Jika 𝛼𝐵 < 𝛼𝑇 , maka ∆𝑙𝐵 < ∆𝑙 𝑇
Menelaah Disajikan pernyataan No. 11 Jawaban:
tentang rel kereta api Perhatikan gambar berikut! Memberikan celah antar logam
yang bengkok saat dengan jarak tertentu saat
suhu ekstrem. Siswa pemasangan rel kereta, sehingga saat
diminta untuk mencapai suhu ekstrem rel kereta api
menelaah tindakan memiliki ruang untuk memuai.
yang perlu dilakukan
untuk menghindari Alasan:
pembengkokan pada Logam yang dipasang pada rel kereta
rel kereta api. api memiliki nilai koefisien muai
panjang yang cukup besar. Saat C4
Pada tahun 2017 suhu ekstrem di Jakarta terjadi peningkatan suhu, partikel
membuat rel kereta api bengkok. Rel kereta yang berada dalam logam memiliki
api dapat mencapai 20°C lebih panas dari cukup energi dan mengakibatkan
suhu udara yang terasa. Dapatkah kamu logam mengalami perubahan ukuran
menelaah tindakan yang perlu dilakukan (memuai). Dengan adanya celah
untuk menghindari terjadinya dalam pemasangan rel, logam akan
pembengkokan pada rel kereta api? memiliki cukup ruang ketika
Jawab: … memuai.

Alasan: …
Mengetahui Disajikan pertanyaan No.12 Jawaban:
tentang pemuaian Pemuaian yang terjadi pada raksa adalah Volume
C1
yang terjadi pada muai…
suatu zat. Siswa Jawab: …

78
diminta untuk Alasan:
mengetahui Alasan: … Zat cair selalu mengikuti bentuk
pemuaian pada zat wadah yang ditempati, sehingga
tersebut. hanya terjadi pemuaian volume.
Membuat Disajikan pernyataan No.13 Jawaban:
diagram tentang proses Sebuah wadah diisi air dengan suhu awal grafik hubungan antara suhu dengan
pemanasan zat cair sebesar -5°C, kemudian dipanaskan hingga volume:
sampai suhu tertentu. suhunya menjadi 4°C. Apabila proses 𝑉(Volume)
Siswa diminta untuk pemanasan tersebut digambarkan menjadi
membuat diagram grafik hubungan antara suhu dengan
dari proses volume dan massa jenis air, maka secara
pemanasan air yang berturut-turut gambar grafik yang benar
bergantung pada adalah… 𝑇°𝐶(suhu)
massa jenis dan Jawab: … 4
volume zat cair grafik hubungan antara suhu dan
tersebut. Alasan: … massa jenis:
C4
𝜌(massa jenis)

𝑇°𝐶(suhu)
4

Alasan:
Proses pemanasan tersebut
merupakan sifat anomali air. Volume
air akan menyusut jika dipanaskan

79
hingga 4°C, dan akan memuai setelah
di atas suhu tersebut. Volume dengan
massa jenis berbanding terbalik,
sehingga bentuk grafiknya hanya
berlawanan bentuk.
Mengidentifikasi Disajikan contoh No. 14 Jawaban:
penerapan pemuaian Balon udara dan lampion terbang, Gas
dalam kehidupan merupakan penerapan pemuaian yang
sehari-hari. Siswa terjadi pada zat… Alasan:
diminta untuk Jawab: …. Gas merupakan bahan utama pengisi C1
mengidentifikasi balon udara dan lampion
penerapan tersebut Alasan: …
ke dalam pemuaian
zat tertentu.
Menentukan Disajikan gambar No. 15 Jawaban:
sebuah wadah yang Perhatikan gambar berikut! Mengembang
berisi air dingin,
botol dan balon. Alasan:
Siswa diminta untuk Air panas menyebabkan partikel
menentukan dalam botol bergerak ke atas,
keadaan balon jika sehingga volume balon semakin C3
wadah diganti membesar.
menjadi air panas.
Gambar di atas menunjukkan sebuah botol
yang bagian mulutnya direkatkan pada
balon dan diletakkan di dalam wadah berisi
air dingin. Ketika air dingin diganti dengan
air panas, maka balon akan . . .

80
Jawab: …

Alasan: …
Memecahkan Disajikan gambar No. 16 Jawaban:
masalah tentang alarm listrik Perhatikan gambar berikut! Koefisien logam Q lebih kecil dari
yang menggunakan logam P
prinsip bimetal.
Siswa diminta untuk Alasan:
memecahkan Koefisien logam P harus lebih besar
masalah yang terjadi karena akan menghasilkan pemuaian
pada bimetal agar panjang yang lebih besar, sehingga C4
alarm dapat bimetal akan melengkung ke
Alarm listrik menggunakan bimetal dalam
berfungsi. koefisien logam Q yang lebih kecil.
saklarnya. Alarm tersebut dapat berfungsi
apabila …
Jawab: ….

Alasan: ….
Menganalisis Disajian ilustrasi No. 17 Jawaban:
tentang botol plastik Saat cuaca panas, Fattah meminum air Terjadi penyusutan volume di dalam
kosong yang dalam botol plastik sampai habis dan botol
diletakkan saat cuaca meletakkannya di teras rumah. Ketika
dingin. Siswa cuaca sudah terasa lebih dingin, Fattah
diminta untuk melihat botol plastik tersebut menjadi Alasan: C4
menganalisis penyok. Apa yang menyebabkan botol Molekul udara di dalam botol
perubahan yang tersebut dapat berubah bentuk? semakin berdekatan sehingga udara
terjadi pada botol Jawab: … membutuhkan lebih sedikit ruang.
tersebut.
Alasan: …

81
3. Menjelaskan Menjelaskan Disajikan ilustrasi No. 18 Jawaban:
perpindahan pengambilan Mirzan meletakkan kaleng susu di atas Lebih dingin dari keadaan
energi akibat sekaleng susu dari meja. Susu tersebut diambil dari kulkas sebelumnya.
adanya kulkas dan yang telah disimpan selama 24 jam.
perbedaan suhu diletakkan di atas Beberapa menit kemudian, Mirzan Alasan:
C2
meja. Siswa diminta mengangkat kaleng susu tersebut dan Karena beberapa kalor dipindahkan
untuk menjelaskan merasakan meja tersebut menjadi… dari meja ke kaleng susu
perubahan suhu yang Jawab: …
terjadi dalam
ilustrasi tersebut. Alasan: …
Membandingkan Disajikan sebuah No. 19 Jawaban:
pernyataan tentang Saat kamu meletakkan 100 gram es yang 100 gram air
peletakkan dua bersuhu 0°C dan 100 gram air yang
benda yang memiliki bersuhu 0°C ke dalam freezer, manakah Alasan:
massa dan suhu yang yang akan kehilangan panas paling Karena air mengalami proses
sama ke dalam banyak?… perubahan wujud sekaligus C2
sebuah freezer. Jawab: perubahan suhu
Siswa diminta untuk
membandingkan Alasan: …
benda yang
kehilangan panas.
Menentukan Disajikan tabel yang No. 20 Jawaban:
berisi nilai kalor dari Tabel berikut menunjukkan banyakanya Alumunium dan seng
suatu bahan. Siswa kalor yang diperlukan oleh 1 kg bahan
diminta untuk untuk menaikkan suhu sebesar 1°C Alasan: C3
menentukan bahan 𝑄
Bahan Kalor (J) 𝑐 = 𝑚∆𝑇, Besarnya kalor yang
yang memiliki kalor Kaca 670 dibutuhkan sebanding dengan kalor
Marmer 860 jenis

82
jenis paling tinggi Baja 450
dan rendah. Seng 390
Alumunium 900
Berdasarkan tabel di atas, bahan yang
memiliki kalor jenis tertinggi dan terendah,
yaitu…
Jawab: …

Alasan: …
Menghitung Disajikan sebuah No. 21 Jawaban:
pernyataan tentang Barista merupakan sebutan untuk 70 kJ
penghangatan seseorang yang pekerjaannya membuat
secangkir kopi dan menyajikan kopi kepada pelanggan. Di
Alasan:
menggunakan suatu tempat kedai kopi seorang baristaDiketahui:
microwave. Siswa menghangatkan secangkir kopi yang 𝑚 = 250 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,25 𝑘𝑔
diminta untuk bermassa 250 gram ke dalam microwave. ∆𝑇 = 70°C
menghitung besar Setelah beberapa saat, suhu kopi naik 𝑐 = 4000J/kg°C C3
kalor yang diterima sebesar 70°C. Jika diketahui kalor jenis
Ditanya:
kopi. 𝑄 = ⋯?
kopi adalah 4000 J/kg°C, maka kalor yang
diterima oleh kopi sebesar… Penyelesaian:
Jawab: … 𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇
Alasan: … 𝑄 = 0,25 × 4000 × 70
𝑄 = 70000 𝐽
𝑄 = 70 𝑘𝐽
Menjelaskan Disajikan pertanyaan No. 22 Jawaban:
tentang penggunaan Mengapa kita harus menggunakan sweater Untuk mengurangi kalor yang hilang
C2
sweater saat cuaca saat cuaca dingin? dari tubuh
dingin. Siswa Jawab: …

83
diminta untuk Alasan:
menjelaskan tentang Alasan: …. Sweater menghalangi kalor yang
penggunaan sweater keluar dari tubuh
tersebut.
Memperkirakan Disajikan ilustrasi No. 23 Jawaban:
tentang anak kecil Seorang anak kecil sedang bermain Keadaan suhu boneka tidak berubah
yang sedang boneka. Kemudian dia menyelimuti
menyelimuti bonekanya, bagaimana keadaan boneka Alasan:
bonekanya. Siswa setelah didiamkan beberapa saat? Karena boneka tidak menghasilkan
C2
diminta untuk Jawab: … kalor
memperkirakan
keadaan boneka Alasan: …
setelah didiamkan
beberapa saat.
4. Menjelaskan Mengingat Disajikan pernyataan No. 24 Jawaban:
pengaruh kalor tentang zat cair yang Saat memindahkan bensin dari tangki ke Bensin menguap
terhadap tumpah di lantai. dalam botol, seorang pedagang bensin
perubahan Siswa diminta untuk eceran tidak sengaja menumpahkan bensin Alasan:
wujud benda mengingat ke lantai. Setelah beberapa saat, tumpahan Bensin akan menguap ketika berada
C1
perubahan wujud bensin meghilang. Fenomena yang terjadi di ruangan terbuka pada suhu normal.
yang terjadi pada adalah …
fenomena tersebut. Jawab: ….

Alasan: …
Membandingkan Disajikan tabel yang No. 25 Jawaban:
berisi nilai titik didih Perhatikan tabel berikut! Raksa cair dan seng padat
C2
dan titik leleh suatu Titik Titik
Nama Zat
zat. Siswa diminta Didih °C Leleh °C Alasan:

84
untuk Raksa 357 -39 Raksa masih berada diantara titik
membandingkan Seng 907 420 didih dan lelehnya, sementara seng
keadaan wujud zat Keadaan wujud zat raksa dan seng ketika masih berada di bawah titik lelehnya.
saat mencapai suhu berada pada suhu 100°C, yaitu…
tertentu. Jawab: …

Alasan: …
Menghitung Disajikan pertanyaan No. 26 Jawaban:
tentang besar kalor Berapakah banyak kalor yang harus 16 kkal
yang harus dihilangkan dari 200 g air saat 0 °C untuk
dihilangkan untuk mengubahnya menjadi es dengan suhu
Alasan:
mengubah wujud 0°C? (Kalor beku air = 80 kal/g) Peristiwa tersebut menunjukkan
suatu zat. Siswa Jawab: … proses kalor yang mengalami
diminta untuk perubahan wujud dari cair ke padat,
menghitung besar Alasan: … sehingga berlaku persamaan 𝑄 = 𝑚𝐿
kalor yang harus Diketahui:
C3
dihilangkan dari 𝑚 = 200 𝑔
proses tersebut. 𝐿 = 80 𝑘𝑎𝑙/𝑔
Ditanya:
𝑄 = ⋯?
Penyelesaian:
𝑄 = 𝑚𝐿
𝑄 = 200 𝑔 × 80 𝑘𝑎𝑙/𝑔
𝑄 = 16000 𝑘𝑎𝑙
𝑄 = 16 𝑘𝑘𝑎𝑙
Menarik Disajikan ilustrasi No. 27 Jawaban:
Kesimpulan pemanasan logam Pekerja pembuat panci bertugas untuk Aluminium tersebut telah mencapai C2
aluminium dan data meleburkan potongan aluminium di dalam titik leburnya.

85
hasil pengukuran tungku. Kemudian, Ia mengukur dan
suhu logam tersebut mengisi laporan keadaan suhu alimunium Alasan:
selama di dalam menggunakan termometer yang berskala Saat suatu zat ketika berubah dari
tungku. Siswa 1000°C. Hasil pengukuran suhu yang di keadaan padat menjadi cair
diminta untuk dapat sebagai berikut: mengalami keseimbangan termal.
menarik kesimpulan No
Waktu
Suhu
Artinya, suhu aluminium tidak akan
tentang hasil data (menit) berubah sebelum menjadi zat cair
saat mencapai suhu 1 0 30°C sepenuhnya.
tertentu. 2 10 250°C
3 20 305°C
4 30 388°C
5 50 567°C
6 60 660°C
7 70 660°C
8 80 660°C
9 90 660°C
Setelah melewati waktu 60 menit, suhu
aluminium tetap berada di 660°C, hal ini
menunjukan bahwa ….
Jawab: …

Alasan: ….
Memahami Disajikan pertanyaan No. 28 Jawaban:
tentang perubahan Ketika air berubah wujud menjadi es, kalor Berkurang
wujud suatu zat. pada air akan …
Siswa diminta untuk Jawab: … Alasan: C2
memahami kalor Air melepaskan kalor saat berubah
yang terjadi saat Alasan: … wujud menjadi es.

86
perubahan wujud
tersebut.
Menghitung Disajikan pertanyaan No. 29 Jawaban:
tentang besar kalor Berapakah banyak kalor yang dibutuhkan 6780 kJ
yang dibutuhkan untuk mengubah 3 kg air saat 100°C
untuk mengubah menjadi uap pada suhu 100°C? (Kalor uap Alasan:
wujud suatu zat. air =2260 kJ/kg) Peristiwa tersebut menunjukkan
Siswa diminta untuk Jawab: … proses kalor yang mengalami
menghitung besar perubahan wujud dari cair ke gas,
kalor yang harus Alasan: … sehingga berlaku persamaan 𝑄 =
dibutuhkan dari 𝑚𝑈
proses tersebut. Diketahui: C3
𝑚 = 3 𝑘𝑔
𝑈 = 2260 𝑘𝐽/𝑘𝑔
Ditanya:
𝑄 = ⋯?

Penyelesaian:
𝑄 = 𝑚𝑈
𝑄 = 3 𝑘𝑔 × 2260 𝑘𝐽/𝑘𝑔
𝑄 = 6780 𝑘𝐽
Meramalkan Disajikan beberapa No. 30 Jawaban:
pernyataan tentang Perhatikan beberapa pernyataan di bawah (2)
proses perubahan ini:
wujud pada suatu (1) Ketika es mencair mengalami Alasan: C2
zat. Siswa diminta penyerapan kalor Air tidak selalu berwujud padat pada
untuk meramalkan (2) Saat suhu 0°C air selalu berwujud padat suhu 0°C, tergantung jumlah energi
pernyataan yang yang dilepaskan.

87
salah dari proses (3) Uap yang mengembun akan
perubahan wujud zat melepaskan kalor
tersebut. (4) Air selalu mendidih pada suhu 100°C
saat berada di tekanan normal

Berdasarkan pernyataan di atas, manakah


menurutmu pernyataan yang salah…
Jawab: …

Alasan: …
5. Menerapkan Menentukan Disajikan pernyataan No. 31 Jawaban:
Asas Black tentang Farhan mancampurkan dua gelas air yang 30℃
dalam peristiwa pencampuran zat cair bersuhu 40°C dan 10°C. Berapakah suhu
pertukaran dengan suhu yang campuran air tersebut? Alasan:
kalor berbeda. Siswa Jawab: … Suhu campuran berada diantara suhu
diminta untuk tertinggi dan suhu terendah.
menentukan suhu Alasan: … Diketahui:
campuran yang 𝑇1 = 40°C
dihasilkan dari 𝑇2 = 10°C
pernyataan tersebut. 𝑚1 = 𝑚2 = 𝑚 C3
𝑐1 = 𝑐2 = 𝑐
Ditanya:
𝑇𝑐 = ⋯ ?
Penyelesaian:
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑚1 × 𝑐1 × ∆𝑇 = 𝑚2 × 𝑐2 × ∆𝑇
𝑚𝑐(𝑇1 − 𝑇𝑐 ) = 𝑚𝑐(𝑇𝑐 − 𝑇1 )
(40℃ − 𝑇𝑐 ) = (𝑇𝑐 − 20℃)

88
60℃ = 2𝑇𝑐
𝑇𝑐 = 30℃
Menentukan Disajikan grafik No. 32 Jawaban:
tentang proses Perhatikan grafik berikut! 96 kkal/g
peleburan suatu zat. T (°C)
Siswa diminta untuk C Alasan:
menentukan nilai 2500 Proses peleburan alumunium yang
kalor lebur terjadi pada titik A-B.
berdasarkan proses A B 𝑄𝐴𝐵 = 𝑄𝐵 − 𝑄𝐴
pada grafik tersebut. 660 𝑄𝐴𝐵 = 235 − 139 = 96 𝑘𝑘𝑎𝑙
𝑄𝐴𝐵 96
𝐿= 𝑚 = 1 = 96 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑔 C3
Q (kkal)
25
139 235 387
Grafik di atas merupakan proses peleburan
alumunium sebesar 1 gram. Besar kalor
lebur alumunium yang terjadi berdasarkan
grafik tersebut adalah …
Jawab: …

Alasan: …
Menentukan Disajikan pernyataan No. 33 Jawaban:
tentang logam Seorang siswa melakukan percobaan Suhu logam akan meningkat,
dengan suhu rendah dengan menjatuhkan sebuah logam besi sementara suhu air akan menurun.
dijatuhkan ke dalam bersuhu 0°C ke dalam air yang bersuhu
C3
zat cair yang 20°C. Bagaimanakah keadaan suhu logam Alasan:
memiliki suhu lebih dan air tersebut? Partikel air bergetar lebih cepat
tinggi dari logam. Jawab: …. daripada partikel logam. Ketika
Siswa diminta untuk mereka bertabrakan satu sama lain,

89
menentukan Alasan: …. partikel air akan kehilangan energi
keadaan suhu logam panas dan berpindah ke partikel
dan zat cair tersebut. logam, sehingga logam mendapatkan
energi.
Menelaah Disajikan pernyataan No. 34 Jawaban:
tentang standar suhu Menurut DSA (Dokter Spesialis Anak) Masih ada bakteri, perbandingan air
air yang digunakan susu formula tetap larut apabila dibuat tersebut membuat suhu campuran air
dalam pembuatan dengan air dingin atau air hangat. Namun, di bawah 65°C.
susu formula agar ada resiko susu tersebut terkontaminasi
tidak terkontaminasi bakteri apabila suhu air yang digunakan di Alasan:
bakteri. Siswa bawah 65°C. Perbandingan massa air panas dan air
diminta untuk biasa berbanding terbalik dengan
menelaah keadaan perbandingan kedua perubahan suhu
bakteri apabila tersebut.
diketahui Diketahui:
perbandingan air 𝑚1 : 𝑚2 = 1: 2
yang digunakan 𝑐1 : 𝑐2 = 𝑐 C4
dalam pembuatan 𝑇1 = 100℃
susu tersebut. 𝑇2 = 25℃
Seorang Ibu hendak membuat susu dalam Ditanya:
botol 200 ml. Kemudian terlebih dahulu 𝑇𝑐 = ⋯ ?
Ibu mencampurkan air mendidih dan air Penyelesaian:
biasa dengan perbandingan 1:2 dan 𝑄1 = 𝑄2
dilanjutkan dengan menuangkan susu 𝑚1 × 𝑐 × ∆𝑇 = 𝑚2 × 𝑐 × ∆𝑇
formula ke dalam botol. Menurutnya, 𝑚1 × (𝑇1 − 𝑇𝑐 ) = 𝑚2 × (𝑇𝑐 − 𝑇2 )
perbandingan tersebut sudah memenuhi 1(100℃ − 𝑇𝑐 ) = 2(𝑇𝑐 − 25℃)
untuk membunuh bakteri pada susu. 100℃ + 50℃ = 2𝑇𝑐 + 𝑇𝑐
Menurut pendapatmu, bagaimana keadaan 150℃ = 3𝑇𝑐

90
bakteri dengan perbandingan air yang 𝑇𝑐 = 50℃
digunakan oleh Ibu? (Diketahui, suhu air
biasa = 25°C dan suhu air mendidih =
100°C)
Jawab: …

Alasan: …
Menghitung Disajikan pertanyaan No. 35 Jawaban:
tentang massa salah Sebanyak 200 gram logam perak (kalor 11,2 gram
satu zat yang jenis 0,056 kal/g°C) dicampurkan dengan
mengalami peristiwa air (kalor jenis 1,00 kal/g°C), sehingga Alasan:
pertukaran kalor. menghasilkan suhu campuran sebesar Massa suatu zat berbanding terbalik
Siswa diminta untuk 40°C. Jika besar energi yang diperlukan dengan kalor jenisnya.
Menghitung hasil untuk memanaskan logam sama dengan Diketahui:
massa salah satu zat energi yang dilepaskan oleh air, maka 𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘 = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚
dari proses massa air yang dibutuhkan sebanyak… 𝑐𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘 = 0,056 𝑘𝑎𝑙/𝑔℃
pertukaran kalor Jawab: …. 𝑐𝑎𝑖𝑟 = 1,00 𝑘𝑎𝑙/𝑔℃
tersebut. ∆𝑇 = 40℃ C3
Alasan: …. Ditanya:
𝑚𝑎𝑖𝑟 = ⋯ ?
Penyelesaian:
𝑄𝑎𝑖𝑟 = 𝑄𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑚𝑎 × 𝑐𝑎 × ∆𝑇 = 𝑚𝑝 × 𝑐𝑝 × ∆𝑇
𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘 ×𝑐𝑝𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝑐𝑎𝑖𝑟
200 𝑔× 0,056 𝑘𝑎𝑙/𝑔℃
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 1,00 𝑘𝑎𝑙/𝑔℃
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 11,2 𝑔𝑟𝑎𝑚

91
Membuat Disajikan ilustrasi No. 36 Jawaban:
diagram tentang pengambilan Di cuaca yang terik, Andi hendak membuat
es batu yang minuman dingin. Saat mengambil es batu
dipenuhi oleh bunga dalam kulkas, ternyata freezer sudah
es di dalam freezer. dipenuhi oleh bunga es seperti pada
Siswa diminta untuk gambar berikut:
membuat diagram
yang sesuai dengan
tahapan pengamblian
es batu pada ilustrasi
Alasan:
tersebut.
Memutar pengatur suhu ke arah
minimum dan maksimum
menyebabkan suhu pada grafik
meningkat dan menurun, sementara C4
perubahan wujud mencair dan
membeku suhu berada pada 0 °C.
Andi berpikir untuk memutar pengatur
suhu ke arah minimum, dengan harapan
bunga es dapat mencair. Beberapa jam
kemudian Andi mengecek kembali,
ternyata bunga es dan es batu sudah
mencair. Selanjutnya Andi memutar
pengatur suhu ke arah maksimum untuk
membekukan es batunya. Satu jam
kemudian Andi membuka freezer dan es
batunya sudah mengeras. Grafik suhu
terhadap perubahan wujud kalor yang
mendekati cerita di atas adalah ….

92
Jawab: …

Alasan: ….
6. Menganalisis Menyebutkan Disajikan pernyataan No. 37 Jawaban:
perpindahan tentang contoh Nelayan selalu berlayar pada malam hari Konveksi
kalor secara penerapan dengan memanfaatkan angin darat.
konduksi, perpindahan kalor Kemudian kembali pada pagi hari dengan Alasan:
konveksi, dan dalam kehidupan memanfaatkan angin laut. Proses angin Pada malam hari daratan lebih dingin
radiasi sehari-hari. Siswa laut dan angin darat adalah contoh dari dari lautan sehingga udara panas dari C1
diminta untuk perpindahan kalor secara …. laut naik ke atas digantikan dengan
menyebutkan Jawab: … udara dingin dari darat.
perpindahan kalor
yang terjadi pada Alasan: …
contoh tersebut.
Memilih Disajikan tabel yang No. 38 Jawaban:
berisi jenis-jenis Seorang teknik sipil meminta kliennya Saya akan memilih galvalume steel,
material penutup untuk menentukan jenis material yang karena memiliki emisivitas paling
atap rumah dan nilai digunakan sebagai penutup atap rumah. rendah
emisivitasnya. Siswa Teknik sipil tersebut menunjukkan empat
diminta untuk jenis material yang ditawarkan seperti Alasan:
memilih material berikut: Emisivitas mempengaruhi C4
yang mampu kemampuan suatu benda untuk
menahan aliran meradiasikan energi yang
panas dengan baik diterimanya. Semakin rendah nilai
berdasarkan tabel emisivitas, maka benda sedikit
tersebut. memancarkan energi.

93
Setelah melihat jenis material di atas, klien
hanya menginginkan penutup atap
rumahnya mampu menahan aliran panas
matahari. Jika kamu sebagai teknik sipil,
material mana yang menjadi pilihanmu
untuk klien?
Jawab: …

Alasan: …

94
Menjelaskan Disajikan pertanyaan No. 39 Jawaban:
tentang peletakan Mengapa kotak ruangan freezer diletakkan Karena udara dingin masuk dan
freezer di dalam pada bagian atas kulkas? mudah untuk mengedarkannya ke
kulkas. Siswa Jawab: … bawah
diminta untuk
C2
menjelaskan Alasan: … Alasan:
peletakan freezer Terdapat arus konveksi yang
tersebut. menimbulkan udara dingin ke bawah
dan udara hangat ke atas, sehingga
membantu kulkas tetap dingin
Menyimpulkan Disajikan ilustrasi No. 40 Jawaban:
warna baju yang Warna yang lebih gelap sangat baik dalam Betra merasa lebih kepanasan
digunakan saat siang menyerap panas, dibandingkan warna dibanding Ambar
hari. Siswa diminta terang. Saat siang hari yang terik, Ambar
untuk dan Betra sedang bermain di taman. Ambar Alasan:
menyimpulkan menggunakan baju putih dan Betra 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 > 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Betra C2
fenomena yang menggunakan baju hitam. Apa kesimpulan menyerap panas lebih banyak
terjadi dengan yang dapat kamu peroleh? daripada baju Ambar.
penggunaan warna Jawab: …
baju tersebut.
Alasan: …
Memahami Disajikan ilustrasi No. 41 Jawaban:
tentang bagian- Rice cooker (penanak nasi) merupakan Konduksi dan Konveksi
bagian dari rice salah satu peralatan dalam rumah tangga
cooker. Siswa yang bekerja dengan bantuan listrik. Alasan: C2
diminta untuk Panas yang dihasilkan dari heater
memahami proses secara konduksi berpindah ke panci,
perpindahan kalor selanjutnya secara konveksi air

95
yang terjadi saat dalam beras akan mendidih dan
menanak nasi. matang.

Proses perpindahan kalor yang terjadi


ketika tombol rice cooked ditekan saat
menanak nasi adalah …
Jawab: …

Alasan: …
Menelaah Disajikan ilustrasi No. 42 Jawaban:
tentang spesifikasi Di sebuah mall, seorang Sales Promotion Tembaga, aluminium, cast iron,
produk panci yang Girls (SPG) sedang mempromosikan marble
dipromosikan oleh sebuah produk panci keluaran terbaru yang
Sales Promotion dilapisi oleh bahan marble, cast iron, Alasan:
Girls (SPG). Siswa tembaga, dan aluminium. SPG tersebut Kecepatan dalam menghantarkan C4
diminta untuk membagikan brosur yang berisi spesifikasi panas dalam spesifikasi dipengaruhi
menelaah lapisan utama bahan panci seperti berikut: oleh nilai konduktivitas bahan, luas
panci yang paling permukaan, dan ketebalan pada
cepat dalam panci. Konduktivitas termal
sebanding dengan kecepatan hantar

96
menghantarkan panasnya. Semakin besar
panas. konduktivitas termal, maka
kecepatan hantar panasnya juga
semakin besar. Sementara pada
ketebalan panci, jika semakin tebal,
maka akan memperlambat hantaran
panas pada panci.
Setelah melihat spesifikasi panci di atas, • Marble
menurut telaahmu urutan panci yang paling 𝑄 𝐴∆𝑇
= 𝑘 ∆𝑥
cepat hingga paling lama dalam 𝑡
2
𝑄 [3,14×(12×10−2 ) ]∆𝑇
menghantarkan panas adalah… = 2,80
𝑡 3×10−3
Jawab: …. 𝑄
= 42,2 ∆𝑇
𝑡
Alasan: …. • Cast Iron
𝑄 𝐴∆𝑇
= 𝑘 ∆𝑥
𝑡
2
𝑄 [3,14×(12×10−2 ) ]∆𝑇
= 73
𝑡 4×10−3
𝑄
𝑡
= 825,2 ∆𝑇
• Tembaga
𝑄 𝐴∆𝑇
= 𝑘 ∆𝑥
𝑡
2
𝑄 [3,14×(12×10−2 ) ]∆𝑇
= 285
𝑡 2,6×10−3
𝑄
= 4956,4 ∆𝑇
𝑡
• Aluminium
𝑄 𝐴∆𝑇
= 𝑘
𝑡 ∆𝑥

97
2
𝑄 [3,14×(12×10−2 ) ]∆𝑇
= 202
𝑡 2,4×10−3
𝑄
= 3805,7 ∆𝑇
𝑡
Menganalisis Disajikan data No. 43 Jawaban:
tentang nilai Penggunaan warna cat yang tepat dapat Tidak terlalu panas dan menjadi lebih
emisivitas warna dan menghemat energi jika digabungkan terang dari sebelumnya karena
ilustrasi tentang dengan penerangan yang sangat baik. emisivitas warna yang digunakan
keadaan awal warna Setiap warna memiliki nilai emisivitas lebih kecil dari warna sebelumnya
cat sebuah ruangan. yang berhubungan erat dengan radiasi
Siswa diminta untuk kalor. Nilai emisivitas dari beberapa warna Alasan:
menganalisis dapat dilihat melalui tabel berikut: Emisivitas yang rendah atau
kondisi penerangan mendekati sama dengan nol akan
ruangan tersebut Warna Emisivitas memancarkan cahaya dengan baik.
apabila di cat dengan Crystal Pink 0,24
warna yang berbeda. Absolute Yellow 0,31 C4
Apple Martini 0,57
True Blue 0,75
Going Green 0,84

Keadaan awal sebuah Aula di cat dengan


warna Apple Martini dan mendapatkan
penerangan yang baik ketika menggunakan
8 buah lampu. Jika Aula tersebut diganti
dengan cat berwarna Absolute Yellow,
bagaimana kondisi Aula sekarang?
Mengorganisasi- Disajikan informasi No. 44 Jawaban:
C4
kan tentang sebuah teko Perhatikan gambar berikut! 10℃

98
berbentuk kubus dan
pernyataan apabila Alasan:
teko diisi dengan teh Teh dalam teko tidak mengalami
panas. Siswa diminta penurunan suhu terlalu banyak.
untuk Benda yang memiliki emisivitas
mengorganisasikan tinggi namun konduktivitas
cara yang tepat untuk Gambar di atas merupakan teko kubus termalnya rendah, mengakibatkan
mendapatkan hasil berukuran 10 × 10 cm2. Teko tersebut energi yang dipindahkan dari
penurunan suhu teh biasanya digunakan saat di kapal dan permukaan ke udara dalam jumlah
dalam teko apabila berfungsi untuk menstabilkan minuman yang sedikit.
dibiarkan selama ketika kapal bergoyang terlalu kencang. Diketahui:
beberapa menit. Jika teko diisi dengan minuman teh panas 𝐴 = 5 × 100 × 10−4 = 5 ×
(𝑐𝑎𝑖𝑟 = 4200 J/kg°C) bersuhu 97℃ 10−2 m2
sebanyak 0,60 L, maka berapakah suhu 𝑐𝑎𝑖𝑟 = 4200 J/kg°C
yang turun setelah dibiarkan selama 20 𝑇1 = 97℃ = 97 + 273 = 370𝐾
menit saat keadaan tutup teko terbuka dan 𝑇2 = 27℃ = 27 + 273 = 300𝐾
berada dalam ruangan yang bersuhu 27℃! 𝑉 = 0,60 𝐿
(Diketahui teko berlapis keramik dengan 𝑡 = 20 menit = 1200 detik
nilai 𝑒 = 0,70 dan konstanta Boltzmann 𝑒 = 0,70
𝜎 = 5,67 × 10−8 W/m2.K4) Ditanya:
Jawab: … ∆𝑇=…?
Penyelesaian:
𝑄
Alasan: … = 𝑒𝐴𝜎(𝑇1 4 − 𝑇2 4 )
𝑡
𝑄 = 𝑒𝐴𝜎(𝑇1 4 − 𝑇2 4 )𝑡
𝑄 = 𝑒[(5 × 10−2 )(5,67 ×
10−8 )(3704 − 3004 )1200]
𝑄 = 36000𝑒

99
𝑄 = 36000 × 0,7 = 25200 W
𝑚
𝜌 = 𝑉 → 𝑚 = 𝜌𝑉
𝑚 = 1000 × 0,6 × 10−3 = 0,6 𝑘𝑔
𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇
𝑄 25200
∆𝑇 = 𝑚𝑐 = 0,6×4200 = 10℃
Memilih Disajikan gambar No. 45 Jawaban:
tentang bagian- Perhatikan gambar berikut! (3) saja
bagian dalam termos.
Siswa diminta untuk Alasan:
memilih pernyataan Perpindahan kalor secara radiasi
yang tidak tepat tidak memerlukan media perantara.
terkait fungsi dari Ruang vakum berfungsi untuk
bagian-bagian mencegah perpindahan kalor secara
termos tersebut. konduksi atau konveksi, sehingga
mampu membatasi kemungkinan
panas yang hilang dari dalam termos. C4
Gambar tersebut menunjukkan bagian
dalam termos yang bekerja secara
konduksi, konveksi dan radiasi. Fungsi
dari bagian dalam termos dapat dilihat
melalui pernyataan berikut:
(1) Sumbat gabus untuk mencegah
perpindahan kalor secara konveksi
(2) Lapisan perak untuk mencegah
perpindahan kalor secara radiasi

100
(3) Ruang hampa untuk mencegah
perpindahan kalor secara radiasi
(4) Dinding dalam kaca untuk mencegah
perpindahan kalor dari air panas agar
tidak diserap oleh dinding
(5) Dinding luar kaca untuk mencegah
perpindahan kalor secara radiasi

Pernyataan yang TIDAK tepat terkait


fungsi bagian-bagian termos adalah . . . .
Jawab: …

Alasan: …
Menyeleksi Disajikan pernyataan No. 46 Jawaban:
tentang sebuah Sebuah logam bermassa 2 kg berbentuk (1) dan (3)
logam yang persegi panjang dengan ukuran 60 × 40 cm
diletakkan es batu di dan memiliki ketebalan sebesar 30 mm. Alasan:
atasnya sampai Logam tersebut memiliki suhu 30°C. Es yang mencair mengalami
keadaan es mencair. Sebuah es batu yang bersuhu 0°C dan peristiwa perubahan wujud, sehingga
Siswa diminta untuk bermassa 0,3 kg (𝐿𝑒𝑠 = 340000 J/kg, kalor lebur es digunakan untuk
menyeleksi 𝑐𝑒𝑠 = 2100 J/kg℃) diletakkan di atas menentukan besar kalor yang C4
pernyataan yang logam. Jika es batu tersebut mencair dalam diterima es. Konduktivitas termal
tepat terkait waktu 40 menit, maka: didapat dari persamaan konduksi.
peristiwa tersebut. Diketahui:
(1) Kalor yang diterima es sampai mencair 𝐴 = 0,6 × 0,4 = 24 × 10−2 m2
sebesar 1020 kJ 𝑙 = 30 mm = 3 × 10−2 m
(2) Laju perubahan energi yang dirasakan 𝑇𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 = 𝑇𝑝 = 30℃
es batu sebesar 2550 J/s 𝑇𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 = 𝑇𝑑 = 0℃

101
(3) Konduktivitas termal logam tersebut 𝑚𝑒𝑠 = 0,3 𝑘𝑔
0,177 J/m℃ 𝑡 = 40 menit = 2400 detik
(4) Peristiwa yang terjadi dalam kasus ini 𝐿𝑒𝑠 = 340000 J/kg
adalah perubahan kalor secara 𝑐𝑒𝑠 = 2100 J/kg℃
konveksi dan radiasi Penyelesaian:
(1) Kalor yang diterima es
Pernyataan yang benar dari peristiwa 𝑄 = 𝑚𝑒𝑠 𝐿𝑒𝑠
tersebut adalah… 𝑄 = 0,3 × 340000 = 102 𝑘𝐽 (Benar)
Jawab: …
(2) Energi yang dirasakan es
𝑄 102000
Alasan: …. 𝑃 = 𝑡 = 2400 = 42,5 W (Salah)

(3) Konduktivitas termal logam


𝐴∆𝑇
𝑃=𝑘 𝑙
𝑃𝑙
𝑘 = 𝐴(𝑇
𝑝 −𝑇𝑑 )
42,5×3×10−2
𝑘 = 24×10−2 ×(30−0)
𝑘 = 0,177 J/m℃ (Benar)

(4) Peristiwa pemanasan yang terjadi


pada logam secara konduksi,
sementara saat es mencair terjadi
perpindahan kalor secara
konveksi. (Salah)

102
4 Lampiran A.3 Instrument Two Tier Pilihan Ganda

SOAL TWO TIER TEST (PILIHAN GANDA) KONSEP SUHU DAN KALOR

Mata Pelajaran : Fisika Bentuk Soal : Pilihan Ganda


Kelas/Semester : XI/1 (Ganjil) Waktu : 2 JP (90 menit)
Tahun Ajaran : 2020/2021 Jumlah Butir Soal : 46

Indikator Aspek
KKO Indikator Soal Soal
Pembelajaran Kognitif
2. Menjelaskan Mengingat Disajikan pertanyaan No. 1
konsep suhu tentang besar suhu Besar suhu es batu yang berada di dalam freezer adalah….
suatu zat. Siswa A. -5°C *
diminta untuk B. 0°C
mengingat besar suhu C. 5°C
zat tersebut. D. -18°C sampai -20°C
E. Bergantung pada ukuran es batu
C1
Berikan Alasanmu!
A. Kisaran suhu maksimum di dalam freezer sekitar -18°C
B. Suhu rendah dapat membuat es membeku
C. Pada tekanan standar suhu es dalam freezer berada di
bawah 0°C *
D. Ukuran es yang besar suhunya semakin rendah
E. Titik beku es berada pada suhu 0°C

103
Memperkirakan Disajikan pernyataan No. 2
tentang pengambilan Seorang siswa mengambil sepuluh buah es batu dari kotak
beberapa butir es icetwist. Enam buah es batu diletakkan ke dalam gelas yang
batu. Kemudian es berisi 100 ml air, kemudian diaduk hingga es menjadi kecil dan
batu di tempatkan berhenti mencair. Sementara empat buah es batu dimasukkan
dalam dua keadaan ke dalam gelas kosong dan dibiarkan hingga menjadi genangan
yang berbeda. Siswa air. Jika siswa tersebut langsung memasukkan termometer
diminta untuk berskala Celsius ke dalam dua gelas tersebut, maka besar
memperkirakan masing-masing suhu yang dihasilkan adalah….
besar suhu air yang A. Suhu es yang tercampur air 0°C dan suhu es yang menjadi
terjadi pada dua genangan air 5 °C
keadaan tersebut. B. Suhu es yang tercampur air 5°C dan suhu es yang menjadi
genangan air 0 °C
C. Suhu es yang tercampur air 10°C dan suhu es yang menjadi
C2
genangan air 5 °C
D. Keduanya berada pada suhu 0°C *
E. Keduanya berada pada suhu 5°C

Berikan Alasanmu!
A. Es yang tercampur air dan es yang menjadi genangan air
suhunya sudah menyesuaikan ruangan, sehingga keduanya
berada pada 5°C
B. Dua keadaan es sudah mencapai fase titik lelehnya,
sehingga tetap berada pada 0°C *
C. Suhu es yang tercampur air lebih cepat mencair, sedangkan
es yang menjadi genangan tetap dingin
D. Es batu yang tercampur air melepaskan kalor, sehingga
suhunya meningkat

104
E. Es ketika mencair suhunya pasti berubah dan lebih tinggi
dari suhu sebelumnya
Mengetahui Disajikan pernyataan No. 3
tentang salah satu Termometer klinis merupakan termometer yang digunakan
jenis termometer. oleh dokter dan perawat di rumah sakit. Besar skala ukur
Siswa diminta untuk maksimum pada termometer klinis adalah….
mengetahui skala A. 35°C
maksimum B. 40°C
termometer tersebut. C. 42°C *
D. 50°C
C1
E. 100°C

Berikan Alasanmu!
A. Suhu tubuh manusia tidak pernah kurang dari 35°C
B. Suhu panas rata-rata tubuh manusia hanya 40°C
C. Batas suhu tertinggi manusia tidak pernah lebih dari 42°C*
D. Skala ukur pada termometer klinis dibuat hingga 50°C
E. Semua skala termometer menyesuaikan titik didih pada air
Memahami Disajikan pertanyaan No. 4
tentang suhu air yang Perhatikan gambar berikut!
yang telah mendidih
selama beberapa
waktu. Siswa diminta C2
untuk memahami
besar suhu pada
proses tersebut.

105
Gambar tersebut menunjukkan proses perebusan air di dalam
ketel. Setelah beberapa menit kemudian air dalam ketel
tersebut mendidih. Berapakah besar suhu air dalam ketel yang
telah mendidih selama 10 menit?
A. Sekitar 50°C
B. 88°C
C. 98°C
D. 100°C *
E. 110°C

Berikan Alasanmu!
A. Suhunya turun sedikit karena sebagian air yang mendidih
sudah menjadi uap
B. Semakin lama mendidih suhunya semakin menurun karena
airnya berkurang
C. Selama masih ada air dalam ketel, suhu mendidih air akan
tetap berada di 100°C *
D. Batas titik atas termometer hanya 100°C
E. Ketelnya semakin panas, suhunya semakin lama meningkat

Memahami Disajikan ilustrasi No. 5


tentang seorang Seseorang sedang mendaki gunung Everest. Saat berada di pos
pendaki gunung yang jaga, Pendaki mencoba memasak air untuk membuat segelas
sedang memasak air. kopi. Pendaki tersebut ingin memastikan air yang dimasak
C2
Siswa diminta untuk mendidih, agar kopi bisa terseduh dengan baik. Kemudian,
memahami besar Pendaki mencoba untuk mengecek besar suhu air yang
suhu air tersebut. dimasak menggunakan termometer. Berapakah perkiraan suhu
air mendidih yang diperoleh pendaki gunung tersebut?

106
A. 50°C
B. 68°C *
C. 80°C
D. 100°C
E. 105°C

Berikan Alasanmu!
A. Karena di puncak gunung suhunya sangat ekstrem,
sehingga hanya bisa mencapai 50°C
B. Berada di sekitar gunung Everest tekanan atmosfernya
lebih rendah, air hanya bisa mendidih pada suhu 68°C*
C. Titik didih air selalu 100°C
D. Berada di sekitar gunung Everest tekanan atmosfernya
lebih tinggi, air bisa mendidih lebih dari 100°C
E. Berada di sekitar gunung lingkungannya dingin, sehingga
air hanya bisa mendidih kira-kira 80°C
Menggunakan Disajikan tabel hasil No. 6
formula pengukuran tiga jenis Perhatikan tabel berikut ini!
larutan yang berbeda
menggunakan dua
termometer. Siswa
diminta untuk
C3
menggunakan
formula hubungan Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran dua buah
pembacaan suhu termometer yang digunakan untuk mengukur tiga jenis larutan
termometer untuk yang berbeda. Jika termometer I pada larutan jenis ketiga
mendapatkan nilai menunjukkan angka 50°, maka pada termometer II akan
yang belum diketahui. menunjukkan angka?

107
A. 50°
B. 40°
C. 35°
D. 30°
E. 25°*

Berikan Alasanmu!
A. 𝑇𝐼 = 𝑇𝐼𝐼 , menggunakan perbandingan titik tetap atas dan
bawah dari hasil pembacaan kedua termometer*
B. Termometer I dan II hanya berbeda 25°
C. Karena setiap larutan turun 25°
D. Larutan 1 dan 2 berbeda 25°, sedangkan larutan 1 dan 3
berbeda 50°
E. Karena larutan 3 suhunya setengah dari termometer
pertama
Menjelaskan Disajikan informasi No. 7
tentang prakiraan Stasiun televisi menyiarkan berita tentang prakiraan cuaca.
cuaca yang disiarkan Berita tersebut menyampaikan bahwa, menurut BMKG
pada televisi. Siswa prakiraan cuaca pada malam ini suhunya mencapai 5°C, lebih
diminta untuk dingin 10°C dari malam sebelumnya. Maksud dari berita
menjelaskan maksud tentang suhu yang terjadi pada malam ini adalah…
dari suhu yang terjadi A. Cuaca malam ini lebih ekstrem dari sebelumnya C2
pada berita tersebut. B. Suhu semakin dingin dari sebelumnya
C. Malam ini suhunya lebih dingin dua kali lipat dari
sebelumnya*
D. 10°C dua kali lipat lebih hangat dari 5°C
E. 5°C tidak dua kali lipat lebih dingin dari 10°C

108
Berikan Alasanmu!
A. Suhunya turun banyak sehingga cuaca ekstrem
B. Karena suhunya kecil jadi semakin dingin
C. Rasa dingin 10°C tidak sama dengan dua kalinya 5°C
D. Lebih dingin artinya terjadi penurunan suhu dari keadaan
sebelumnya*
E. Lebih dingin 10°C artinya semakin hangat dari keadaan
sebelumnya
2. Menganalisis Menyebutkan Disajikan gambar dua No. 8
pengaruh benda dengan kondisi Perhatikan gambar di bawah ini!
perubahan suhu yang berbeda. Siswa Kondisi tanpa pemanasan:
terhadap ukuran diminta untuk
benda menyebutkan faktor
(pemuaian) yang mempengaruhi Kondisi dengan pemanasan:
terjadinya perubahan
pada kondisi benda
tersebut.
C1
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi perubahan
benda pada gambar di atas, kecuali ….
A. Jenis benda
B. Jumlah partikel
C. Ukuran mula-mula
D. Energi panas*
E. Perubahan suhu

Berikan Alasanmu!

109
A. Jenis benda mempengaruhi cepat lambatnya perubahan
bentuk benda ketika dipanaskan
B. Semakin rapat jumlah partikel dalam suatu benda, hanya
sedikit terjadi perubahan bentuk ketika dipanaskan
C. Ukuran mula-mula berhubungan dengan jumlah partikel
suatu benda
D. Kalor menyebabkan energi panas meningkat dan
mengubah wujud benda*
E. Perubahan suhu yang semakin meningkat menyebabkan
partikel bergerak berjauhan
Menentukan Disajikan gambar No. 9
sebuah batang besi
yang diukur pada
suhu ruangan.
Kemudian besi
tersebut dipanaskan
selama beberapa
menit. Siswa diminta
untuk menentukan
C3
panjang besi setelah
dipanaskan. Gambar di atas menunjukkan batang besi berukuran 25 cm
yang panjangnya diukur pada suhu ruangan. Jika batang
tersebut dipanaskan selama 15 menit dan mengalami kenaikan
suhu hingga 400°C, maka panjang batang besi tersebut ketika
diukur kembali adalah ….(Koefisien muai besi = 0,000012/°C)
A. 25,10 cm
B. 25,12 cm*
C. 25,15 cm

110
D. 26,12 cm
E. 26,15 cm

Berikan Alasanmu!
A. Panjang akhir besi setelah dipanaskan dapat ditentukan
melalui persamaan 𝑙𝑡 = 𝑙0 (1 + 𝛼∆𝑇)*
B. Panjang akhir besi setelah dipanaskan dapat ditentukan
melalui persamaan 𝑙𝑡 = 𝑙0 (1 − 𝛼∆𝑇)
C. Panjang akhir besi setelah dipanaskan dapat ditentukan
melalui persamaan 𝑙𝑡 = 𝑙0 𝛼∆𝑇
D. Besi adalah zat padat, pertambahan panjangnya sedikit saat
dipanaskan
E. Kenaikan suhunya tinggi, sehingga pertambahan
panjangnya menjadi lebih besar
Menganalisis Disajikan sebuah No.10
pertanyaan tentang Dua buah stik berukuran sama masing-masing terbuat dari
dua jenis logam yang bahan besi dan tembaga. Keduanya diberi panas, sehingga
memiliki ukuran dan memiliki kenaikan suhu yang sama. Jika koefisien muai besi
pertambahan suhu lebih kecil dari tembaga, maka stik yang memiliki perubahan
sama. Siswa diminta panjang paling besar adalah stik dengan bahan….
untuk menganalisis A. Besi
C4
logam yang B. Tembaga*
mengalami C. Keduanya sama besar
pertambahan panjang D. Tidak jauh berbeda
paling besar. E. Tidak ada yang mengalami pertambahan panjang
Berikan Alasanmu!
A. 𝛼 𝑇 > 𝛼𝐵 , artinya tembaga lebih cepat mengalami
perubahan panjang dibandingkan dengan besi. Koefisien

111
muai panjang sebanding dengan perubahan panjang suatu
benda*
B. 𝛼 𝑇 > 𝛼𝐵 , artinya besi lebih cepat mengalami perubahan
panjang dibandingkan dengan besi. Koefisien muai
panjang sebanding dengan perubahan panjang suatu benda
C. ∆𝑇𝑇 = ∆𝑇𝐵 , artinya pertambahan panjang kedua benda
sama
D. 𝐿0𝑇 = 𝐿0𝐵 , artinya panjang akhir kedua benda tidak jauh
berbeda
E. ∆𝑇𝑇 = ∆𝑇𝐵 , artinya tidak ada perubahan yang terjadi pada
kedua benda

Menelaah Disajikan pernyataan No. 11


tentang rel kereta api Perhatikan gambar berikut!
yang bengkok saat
suhu ekstrem. Siswa
diminta untuk
menelaah tindakan
yang perlu dilakukan
untuk menghindari C4
pembengkokan pada
rel kereta api.

Pada tahun 2017 suhu ekstrem di Jakarta membuat rel kereta


api bengkok. Rel kereta api dapat mencapai 20°C lebih panas
dari suhu udara yang terasa. Dapatkah kamu menelaah

112
tindakan yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya
pembengkokan pada rel kereta api?
A. Memberikan celah antar logam dengan jarak tertentu saat
pemasangan rel kereta*
B. Mengganti jenis bahan pembuatan rel yang tidak cepat
mengalami pemuaian saat suhu ekstrem
C. Meregangkan baut pada sambungan rel
D. Membuat jalur kereta di bawah tanah
E. Memperkecil ketebalan rel kereta

Berikan Alasanmu!
A. Celah antar logam dengan jarak tertentu pada rel kereta
memberikan ruang untuk memuai saat suhu ekstrem*
B. Bahan yang memiliki koefisien muai kecil dapat
memperlambat perubahan ukuran logam, meskipun suhu
ekstrem
C. Meregangkan baut memberikan ruang logam untuk
memuai, sehingga pertambahan panjang logam saat suhu
ekstrem tidak membuat rel saling menekan satu sama lain
D. Kereta bawah tanah bisa mengurangi pemuaian yang terjadi
pada rel karena terhindar dari sinar matahari
E. Semakin tebal logam yang digunakan pada rel kereta, maka
kecil kemungkinan mengalami pemuaian karena jumlah
partikenya semakin rapat
Mengetahui Disajikan pertanyaan No.12
tentang pemuaian Pemuaian yang terjadi pada raksa adalah muai…
C1
yang terjadi pada A. Panjang
suatu zat. Siswa B. Luas

113
diminta untuk C. Volume*
mengetahui D. Cair
pemuaian yang E. Padat
dialami pada zat
tersebut. Berikan Alasanmu!
A. Raksa termasuk dalam jenis logam yang dapat mengalami
muai panjang
B. Raksa termasuk zat gas yang hanya mengalami muai
volume
C. Raksa salah satu jenis zat cair yang bentuknya tetap
sehingga, mengalami muai panjang dan luas
D. Raksa salah satu jenis zat cair yang bentuknya mengikuti
wadahnya, sehingga mengalami muai volume*
E. Raksa termasuk zat gas yang bentuknya tidak tetap,
sehingga mengalami muai panjang, luas, dan volume
Membuat Disajikan pernyataan No.13
diagram tentang proses Sebuah wadah diisi air dengan suhu awal sebesar -5°C,
pemanasan zat cair kemudian dipanaskan hingga suhunya menjadi 4°C. Apabila
sampai suhu tertentu. proses pemanasan tersebut digambarkan menjadi grafik
Siswa diminta untuk hubungan antara suhu dengan volume dan massa jenis air,
membuat diagram maka secara berturut-turut gambar grafik yang benar adalah…
C4
dari proses A. *
pemanasan air yang
bergantung pada
massa jenis dan
volume zat cair
tersebut. B.

114
C.

D.

E.

Berikan Alasanmu!
A. Suhunya naik dari -5°C ke 4 °C sehingga terjadi perubahan
wujud, jadi grafiknya lengkung ke bawah
B. Fase padat ke cair menyebabkan volumenya bertambah,
namun massa jenisnya tetap

115
C. Volume air mengalami penyusutan saat mencapai 4°C dan
massa jenisnya tetap. Sehingga grafik volumenya terbuka
ke atas dan grafik massa jenisnya mendatar
D. Volume air mengalami penyusutan saat dipanaskan hingga
4°C, sedangkan massa jenisnya meningkat. Sehingga grafik
volumenya terbuka ke atas, dan grafik massa jenisnya
terbuka ke bawah*
E. Saat dipanaskan hingga 4°C air mengalami peristiwa
anomali, sehingga volume dan massa jenisnya sama-sama
memuai jadi grafiknya sama
Mengidentifikasi Disajikan contoh No. 14
penerapan pemuaian Balon udara dan lampion terbang, merupakan penerapan
dalam kehidupan pemuaian yang terjadi pada zat…
sehari-hari. Siswa A. Padat
diminta untuk B. Cair
mengidentifikasi C. Gas*
penerapan tersebut ke D. Udara
dalam pemuaian zat E. Volume
tertentu. C1
Berikan Alasanmu!
A. Pada ruang tertutup pemuaian yang terjadi adalah gas
B. Gas merupakan bahan utama dalam balon udara dan
lampion terbang ketika dipanaskan*
C. Saat udara dipanaskan balon dan lampion memuai
D. Karena balon dan lampion terbang ke udara, sehingga
termasuk penerapan dalam pemuaian volume
E. Udara membuat balon dan lampion terisi kumpulan gas

116
Menentukan Disajikan gambar No. 15
sebuah wadah yang Perhatikan gambar berikut!
berisi air dingin, botol
dan balon. Siswa
diminta untuk
menentukan keadaan
balon jika wadah
diganti menjadi air
panas.
Gambar di atas menunjukkan sebuah botol yang bagian
mulutnya direkatkan pada balon dan diletakkan di dalam
wadah berisi air dingin. Ketika air dingin diganti dengan air
panas, maka balon akan . . .
A. Mengembang* C3
B. Menyusut
C. Masuk ke dalam botol
D. Lepas dari mulut botol
E. Tidak berubah

Berikan Alasanmu!
A. Ketika suhu naik maka kalor akan berpindah dari tinggi ke
rendah, sehingga balon menyusut
B. Ketika panas diberikan pada ruang tertutup, maka kalor
akan memuai menjadi gas dan balon terlepas dari mulut
botol
C. Karena kalor yang masuk ke botol tidak dapat keluar dan
ditampung balon

117
D. Air panas menyebabkan partikel dari atas bergerak ke
bawah sehingga balonnya masuk ke dalam botol
E. Air panas menyebabkan partikel dalam botol bergerak ke
atas, sehingga volume balon semakin membesar*
Memecahkan Disajikan gambar No. 16
masalah tentang alarm listrik Perhatikan gambar berikut!
yang menggunakan
prinsip bimetal. Siswa
diminta untuk
memecahkan
masalah yang terjadi
pada bimetal agar
alarm dapat berfungsi.

Alarm listrik menggunakan bimetal dalam saklarnya. Alarm


tersebut dapat berfungsi apabila … C4
A. Koefisien logam P lebih kecil dari logam Q
B. Koefisien logam Q lebih kecil dari logam P*
C. Koefisien logam P dan Q harus sama
D. Koefisien logam P dan Q tidak mempengaruhi alarm
E. Sumber arus listrik terhubung ke rumah saklar

Berikan Alasanmu!
A. Ketika terjadi kebakaran arus listrik langsung
menghidupkan saklar sehingga alarm bunyi
B. Ketika koefisien logam Q lebih besar, aliran listrik dapat
berjalan dengan cepat

118
C. Ketika terjadi kebakaran koefisien logam P dan Q memuai
bersama dengan ukuran yang sama panjang, sehingga
aliran listriknya cepat terhubung saklar
D. Ketika koefisien logam P lebih besar, maka menghasilkan
pemuaian panjang yang lebih besar dan aliran listrik dapat
berjalan dengan cepat
E. Ketika koefisien logam P lebih besar, maka menghasilkan
pemuaian panjang yang lebih besar, sehingga logam P akan
melengkung ke logam Q yang memiliki koefiseien muai
lebih kecil dan menyentuh saklar untuk membunyikan
alarm*
Menganalisis Disajian ilustrasi No. 17
tentang botol plastik Saat cuaca panas, Fattah meminum air dalam botol plastik
kosong yang sampai habis dan meletakkannya di teras rumah. Ketika cuaca
diletakkan saat cuaca sudah terasa lebih dingin, Fattah melihat botol plastik tersebut
dingin. Siswa diminta menjadi penyok. Botol tersebut dapat berubah bentuk dari
untuk menganalisis keadaan semula dikarenakan adanya….
perubahan yang A. Suhu dan tekanan
terjadi pada botol B. Perubahan suhu dari panas ke dingin
tersebut. C. Penyusutan volume dalam botol* C4
D. Pemuaian volume dalam botol
E. Suhu dingin yang menyebabkan gas dalam botol
berdekatan membentuk sebuah atom
Berikan Alasanmu!
A. Semua molekul udara keluar dari botol, sehingga tidak ada
yang tersisa dalam botol
B. Suhu yang berubah menjadi dingin menekan permukaan
botol

119
C. Molekul udara di dalam botol semakin berdekatan,
sehingga udara membutuhkan lebih sedikit ruang*
D. Molekul panas keluar dari botol, sehingga molekul yang
tersisa lebih sedikit di dalam botol
E. Molekul udara di dalam botol terurai menjadi atom yang
menempati ruang lebih sedikit
3. Menjelaskan Menjelaskan Disajikan ilustrasi No. 18
perpindahan pengambilan Mirzan meletakkan kaleng susu di atas meja. Susu tersebut
energi akibat sekaleng susu dari diambil dari kulkas yang telah disimpan selama 24 jam.
adanya kulkas dan diletakkan Beberapa menit kemudian, Mirzan mengangkat kaleng susu
perbedaan suhu di atas meja. Siswa tersebut dan merasakan meja tersebut menjadi…
diminta untuk A. Basah
menjelaskan B. Berembun
perubahan suhu yang C. Lebih dingin dari sebelumnya*
terjadi dalam ilustrasi D. Lebih hangat dari sebelumnya
tersebut. E. Tidak mengalami perubahan dingin/panas C2

Berikan Alasanmu!
A. Perubahan suhu membuat permukaan kaleng susu
mengeluarkan air dan membasahi ke meja
B. Perubahan suhu menimbulkan butiran embun di atas meja
C. Karena susu berubah dari beku menjadi cair
D. Beberapa kalor dipindahkan dari meja ke kaleng susu*
E. Meja menyerap kalor dari air yang keluar dari permukaan
kaleng
Membandingkan Disajikan sebuah No. 19
pernyataan tentang C2
peletakkan dua benda

120
yang memiliki massa Saat kamu meletakkan 100 gram es yang bersuhu 0°C dan 100
dan suhu yang sama gram air yang bersuhu 0°C ke dalam freezer, manakah yang
ke dalam sebuah akan kehilangan panas paling banyak?…
freezer. Siswa diminta A. 100 gram es
untuk B. 100 gram air*
membandingkan C. Ruang freezer
benda yang D. Sebagian air dan es kehilangan panas
kehilangan panas. E. Tidak ada yang kehilangan panas paling banyak

Berikan Alasanmu!
A. Es menyimpan lebih banyak suhu dingin
B. Karena perubahan suhu yang dialami air dari suhu tinggi ke
rendah
C. Ruangan freezer suhunya lebih rendah, sehingga paling
banyak melepas panas
D. Air mengalami perubahan wujud sekaligus perubahan suhu
sehingga melepas kalor lebih banyak*
E. Massa dan suhunya sama, jadi tidak ada yang kehilangan
panas

Menentukan Disajikan tabel yang No. 20


berisi nilai kalor dari Tabel berikut menunjukkan banyakanya kalor yang diperlukan
suatu bahan. Siswa oleh 1 kg bahan untuk menaikkan suhu sebesar 1°C
diminta untuk Bahan Kalor (J)
menentukan bahan C3
Kaca 670
yang memiliki kalor Marmer 860
jenis paling tinggi dan Baja 450
rendah. Seng 390

121
Aluminium 900
Berdasarkan tabel di atas, bahan yang memiliki kalor jenis
tertinggi dan terendah, yaitu…
A. Baja dan seng
B. Seng dan aluminium
C. Aluminium dan marmer
D. Aluminium dan seng*
E. Aluminium dan baja

Berikan Alasanmu!
𝑄
A. 𝑐 = 𝑚∆𝑇, Besar/kecilnya kalor jenis sebanding dengan
kalor yang digunakan*
B. 𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇, Besarnya kalor yang dibutuhkan sebanding
dengan kalor jenis
C. Karena nilai energi kalor yang dihasilkan paling rendah
D. Dilihat dari tabel yang memiliki nilai tertinggi dan terendah
E. Aluminium memiliki lapisan yang tipis sedangkan seng
tebal
Menghitung Disajikan sebuah No. 21
pernyataan tentang Barista merupakan sebutan untuk seseorang yang pekerjaannya
penghangatan membuat dan menyajikan kopi kepada pelanggan. Di suatu
secangkir kopi tempat kedai kopi seorang barista menghangatkan secangkir
menggunakan kopi yang bermassa 250 gram ke dalam microwave. Setelah
C3
microwave. Siswa beberapa saat, suhu kopi naik sebesar 70°C. Jika diketahui
diminta untuk kalor jenis kopi adalah 4000 J/kg°C, maka kalor yang diterima
menghitung besar oleh kopi sebesar…
kalor yang diterima A. 30000 J/kg°C
kopi. B. 70 kJ*

122
C. 70000 kJ
D. 4000 J/kg°C
E. 10 kJ

Berikan Alasanmu!
A. Dimasukkan dalam microwave, sehingga kalor jenisnya
berubah
B. 𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇, persamaan untuk menghitung kalor yang
diterima kopi*
C. Menggunakan persamaan asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 )
karena terjadi proses perubahan suhu
D. Kopi hanya mengalami kenaikan suhu, kalor jenisnya akan
tetap sama
E. Kopi mengalami perubahan dari cair ke gas sehingga
menggunakan persamaan titik didih (𝑄 = 𝑚𝑈)
Menjelaskan Disajikan pertanyaan No. 22
tentang penggunaan Mengapa kita harus menggunakan sweater saat cuaca dingin?
sweater saat cuaca A. Untuk menghangatkan tubuh
dingin. Siswa diminta B. Untuk menaikkan suhu tubuh
untuk menjelaskan C. Untuk mengurangi kalor yang hilang dari tubuh*
tentang penggunaan D. Untuk membantu tubuh memproduksi lebih banyak kalor
sweater tersebut. E. Karena bahan sweater bisa menahan suhu tubuh C2
Berikan Alasanmu!
A. Sweater hangat untuk cuaca dingin
B. Serat bahan sweater menjaga suhu tubuh kita tetap hangat
C. Pakaian tebal bisa mengunci kalor
D. Sweater menghalangi kalor yang keluar dari tubuh
sehingga tidak bisa diserap lingkungan yang dingin*

123
E. Sweater bisa memberikan kalor tambahan ke tubuh,
sehingga menjadi hangat
Memperkirakan Disajikan ilustrasi No. 23
tentang anak kecil Seorang anak kecil sedang bermain boneka. Kemudian dia
yang sedang menyelimuti bonekanya, bagaimana keadaan boneka setelah
menyelimuti didiamkan beberapa saat?
bonekanya. Siswa A. Boneka jadi hangat
diminta untuk B. Boneka tetap dingin
memperkirakan C. Keadaan suhu bonekanya tidak berubah*
keadaan boneka D. Boneka kehilangan panas
setelah didiamkan E. Boneka panas karena kalor dari selimut pindah ke boneka
beberapa saat.
C2
Berikan Alasanmu!
A. Selimut adalah bahan isolator yang bisa membuat boneka
jadi hangat
B. Selimut adalah konduktor yang buruk dan tidak bisa
menghangatkan boneka
C. Selimut sama seperti pakaian yang tebal, jadi ada kalor
yang tersimpan antara selimut dan boneka
D. Karena tidak terjadi perubahan suhu maupun tekanan
E. Karena boneka benda mati, yang tidak bisa menghasilkan
kalor seperti manusia*
4. Menjelaskan Mengingat Disajikan pernyataan No. 24
pengaruh kalor tentang zat cair yang Saat memindahkan bensin dari tangki ke dalam botol, seorang
terhadap tumpah di lantai. pedagang bensin eceran tidak sengaja menumpahkan bensin ke
C1
perubahan Siswa diminta untuk lantai. Setelah beberapa saat, tumpahan bensin meghilang.
wujud benda mengingat perubahan Fenomena yang terjadi adalah …
wujud yang terjadi A. Bensin mengalami perubahan suhu

124
pada fenomena B. Bensin terserap ke lantai
tersebut. C. Bensin memuai
D. Bensin menyusut
E. Bensin menguap *

Berikan Alasanmu
A. Suhu bensinya semakin tinggi karena tercampur udara
B. Penyerapan energi dari yang tinggi ke rendah
C. Bensin mengalami pemuaian karena suhu udara yang lebih
tinggi
D. Bensin akan menguap ketika berada di ruangan terbuka
pada suhu normal *
E. Bensin akan menyusut karena mengalami perubahan suhu
dengan lingkungan
Memperkirakan Disajikan tabel yang No. 25
berisi nilai titik didih Perhatikan tabel berikut!
dan titik leleh suatu Titik Titik
Nama Zat
zat. Siswa diminta Didih °C Leleh °C
untuk Raksa 357 -39
memperkirakan Seng 907 420
keadaan wujud zat Keadaan wujud zat raksa dan seng ketika berada pada suhu C2
saat mencapai suhu 100°C, yaitu…
tertentu. A. Raksa berwujud cair dan seng berwujud padat*
B. Seng rapuh dan raksa menguap
C. Raksa berwujud padat dan seng berwujud cair
D. Raksa menjadi zat gas dan seng menjadi zat cair
E. Raksa berwujud cair dan seng berwujud gas

125
Berikan Alasanmu!
A. Karena jauh dari suhu tertinggi dan terendahnya
B. Raksa menguap karena sudah mendekati titik didihnya, dan
seng rapuh karena masih sama dengan keadaan semula
C. Raksa menjadi padat ketika dipanaskan sampai suhu
tertentu, seng menjadi cair karena hampir mendekati titik
lelehnya
D. Raksa masih berada diantara titik didih dan lelehnya,
sementara seng masih berada di bawah titik lelehnya,
sehingga keadaan wujudnya masih sama seperti semula*
E. Karena suhu 100°C merupakan suhu maksimum sebuah
benda, sehingga raksa menjadi uap dan seng menjadi rapuh
Menghitung Disajikan pertanyaan No. 26
tentang besar kalor Berapakah banyak kalor yang harus dihilangkan dari 200 g air
yang harus saat 0 °C untuk mengubahnya menjadi es dengan suhu 0°C?
dihilangkan untuk (Kalor beku air = 80 kal/g)
mengubah wujud A. 16 kkal*
suatu zat. Siswa B. 32 kkal
diminta untuk C. 36 kkal
menghitung besarD. 40 kkal
kalor yang harus E. 80 kkal C3
dihilangkan dari
proses tersebut. Berikan Alasanmu!
A. Peristiwa asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) air melepas kalor
dan es menerima kalor
B. Kalor beku airnya 80 kal/g
C. Peristiwa perubahan wujud sekaligus perubahan suhu
sehingga dihitung dengan 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑐∆𝑇 + 𝑚𝐿

126
D. Peristiwa tersebut menunjukkan proses kalor yang
mengalami perubahan wujud, sehingga berlaku persamaan
𝑄 = 𝑚𝐿*
E. Peristiwa perubahan wujud menjadi es mengakibatkan
kalor beku air berubah menjadi setengahnya
Menarik Disajikan ilustrasi No. 27
kesimpulan pemanasan logam Pekerja pembuat panci bertugas untuk meleburkan potongan
aluminium dan data aluminium di dalam tungku. Kemudian, Ia mengukur dan
hasil pengukuran mengisi laporan keadaan suhu alumunium menggunakan
suhu logam tersebut termometer yang berskala 1000°C. Hasil pengukuran suhu
selama di dalam yang di dapat sebagai berikut:
tungku. Siswa diminta Waktu
No Suhu
untuk menarik (menit)
kesimpulan tentang 1 0 30°C
hasil data saat 2 10 250°C
mencapai suhu 3 20 305°C
tertentu. 4 30 388°C C2
5 50 567°C
6 60 660°C
7 70 660°C
8 80 660°C
9 90 660°C
Setelah melewati waktu 60 menit, suhu aluminium tetap berada
di 660°C, hal ini menunjukkan bahwa ….
A. Pergerakan kalornya berhenti saat suhu 660°C
B. Suhu tertingginya aluminium hanya mencapai suhu 660°C
C. Aluminium sudah benar-benar meleleh
D. Aluminium tersebut telah mencapai titik peleburannya*

127
E. Titik didih aluminium hanya mencapai 660°C

Berikan alasanmu!
A. Tidak ada lagi pergerakan kalornya sehingga suhu tetap
B. Saat mengalami perubahan wujud dari keadaan padat
menjadi cair, suhunya tidak akan berubah sampai
alumiminum benar-benar meleleh sepenuhnya*
C. Aluminium hanya bisa berubah pada suhu tertentu
D. Tidak ada alasan ilmiah untuk menunjukkan bahwa
suhunya sama, mungkin termometernya hanya bisa
membaca skala hingga 660°C
E. Setiap kali aluminium dipanaskan, suhu naik dengan cepat
pada awalnya, tetapi setelah beberapa saat, suhu mulai naik
perlahan karena logam telah menyerap panas yang
dibutuhkan
Memahami Disajikan pertanyaan No. 28
tentang perubahan Ketika air berubah wujud menjadi es, kalor pada air akan …
wujud suatu zat. A. Berkurang *
Siswa diminta untuk B. Bertambah
memahami kalor C. Hilang
yang terjadi saat D. Diserap
C2
perubahan wujud E. Tetap/tidak berubah
tersebut. Berikan Alasanmu!
A. Air melepaskan kalor saat berubah wujud menjadi es*
B. Semakin rendah suhu kalor yang dibutuhkan akan
bertambah
C. Kalor pada air hilang karena terjadi kesetimbangan termal

128
D. Proses perubahan wujud, air akan menyerap kalor agar bisa
membeku
E. Tidak ada energi yang diserap/terima untuk mengubah
keadaan tersebut
Menghitung Disajikan pertanyaan No. 29
tentang besar kalor Berapakah banyak kalor yang dibutuhkan untuk mengubah 3
yang dibutuhkan kg air saat 100°C menjadi uap pada suhu 100°C? (Kalor uap
untuk mengubah air =2260 kJ/kg)
wujud suatu zat. A. 6,780 J
Siswa diminta untuk B. 6780 kJ*
menghitung besar C. 7458 kJ
kalor yang harus D. 7,458 J
dibutuhkan dari E. 6102 kJ
proses tersebut.
Berikan Alasanmu!
C3
A. Peristiwa asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) panas melepas
kalor dan air menerima kalor
B. Semakin banyak kalor semakin cepat menguap
C. Peristiwa perubahan wujud sekaligus perubahan suhu
sehingga dihitung dengan 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑐∆𝑇 + 𝑚𝑈
D. Peristiwa tersebut menunjukkan proses kalor yang
mengalami perubahan wujud, sehingga berlaku persamaan
𝑄 = 𝑚𝑈*
E. Peristiwa perubahan wujud menjadi uap mengakibatkan
kalor kenaikan suhu dikurangi dengan kalor perubahan
wujudnya
Meramalkan Disajikan beberapa No. 30
C2
pernyataan tentang Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini:

129
proses perubahan (5) Ketika es mencair mengalami penyerapan kalor
wujud pada suatu zat. (6) Saat suhu 0°C air selalu berwujud padat
Siswa diminta untuk (7) Uap yang mengembun akan melepaskan kalor
meramalkan (8) Air selalu mendidih pada suhu 100°C saat berada dalam
pernyataan yang salah tekanan normal
dari proses perubahan
wujud zat tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas, manakah menurutmu
pernyataan yang salah…
A. (1)
B. (2)*
C. (3)
D. (4)
E. Tidak ada yang salah

Berikan Alasanmu!
A. Ketika es mencair memang seharusnya melepaskan kalor
B. Air tidak selalu berwujud padat pada suhu 0°C*
C. Uap yang mengembun memang seharusnya mengalami
penyerapan kalor
D. Air mendidih tidak selamanya berada di suhu 100°C
E. Tidak ada alasan, karena semua pernyataan sudah benar

5. Menerapkan Menentukan Disajikan pernyataan No. 31


Asas Black tentang pencampuran Farhan mancampurkan dua gelas air yang bersuhu 40°C dan
dalam peristiwa zat cair dengan suhu 10°C. Berapakah suhu campuran air tersebut?
C3
pertukaran yang berbeda. Siswa A. -30°C
kalor diminta untuk B. 25°C
menentukan suhu C. 30°C*

130
campuran yang D. 40°C
dihasilkan dari E. 50°C
pernyataan tersebut.
Berikan Alasanmu!
A. Karena 10°C-40°C = -30°C
B. Karena air yang bersuhu 40°C berubah menjadi
setengahnya, dan yang bersuhu 10°C juga bertambah
setengahnya
C. Karena 40°C-10°C = 30°C
D. Karena pada perstiwa asas black suhu akhir campuran
berada diantara suhu tertinggi dan terendahnya*
E. Karena suhunya lebih tinggi yang panas, ketika
dicampurkan suhunya jadi meningkat
Menentukan Disajikan grafik No. 32
tentang proses Perhatikan grafik berikut!
peleburan suatu zat. T (°C)
Siswa diminta untuk C
menentukan nilai 2500
kalor lebur
berdasarkan proses A B
pada grafik tersebut. 660
C3
Q (kkal)
25
139 235 387
Grafik di atas merupakan proses peleburan aluminium sebesar
1 gram. Besar kalor lebur aluminium yang terjadi berdasarkan
grafik tersebut adalah …
A. 387 kkal/g

131
B. 235 kkal/g
C. 152 kkal/g
D. 139 kkal/g
E. 96 kkal/g*

Berikan Alasanmu!
A. Karena di grafik membutuhkan kalornya sebanyak 387 kkal
B. Karena proses peleburan berhenti sampai titik B
C. Karena proses peleburan terjadi dari titik A sampai B,
𝑄
sehingga kalor leburnya menggunakan persamaan 𝐿 = 𝑚*
D. Karena proses peleburan terhadu dari titik B sampai C, jadi
kalor leburnya dapat ditentukan dari selisih kalor yang
dihasilkan dari kedua titik tersebut
E. Karena proses peleburan terjadi mulai dari titik A sampai C
Menentukan Disajikan pernyataan No. 33
tentang logam dengan Seorang siswa melakukan percobaan dengan menjatuhkan
suhu rendah sebuah logam besi bersuhu 0°C ke dalam air yang bersuhu
dijatuhkan ke dalam 20°C. Bagaimanakah keadaan suhu logam dan air tersebut?
zat cair yang memiliki A. Suhunya sama-sama normal
suhu lebih tinggi dari B. Suhunya menyesuaikan suhu lingkungan
logam. Siswa diminta C. Suhu logam saja yang berubah C3
untuk menentukan D. Suhu logam akan meningkat, sedangkan suhu air akan
keadaan suhu logam menurun*
dan zat cair tersebut. E. Suhu logam akan menurun, sedangkan suhu air akan
meningkat

Berikan Alasanmu!

132
A. Logam dingin dimasukkan ke dalam air akan hilang
dinginnya
B. Seperti air panas yang tercampur air dingin, jadi suhunya
normal
C. Karena terjadi perpindahan kalor
D. Partikel logam bergetar lebih cepat daripada partikel air.
Ketika mereka bertabrakan satu sama lain, partikel air akan
menyerap energi dan logam melepaskan energi
E. Partikel air bergetar lebih cepat daripada partikel logam.
Ketika mereka bertabrakan satu sama lain, partikel air akan
kehilangan energi panas dan berpindah ke partikel logam*
Menelaah Disajikan pernyataan No. 34
tentang standar suhu Menurut DSA (Dokter Spesialis Anak) susu formula tetap larut
air yang digunakan apabila dibuat dengan air dingin atau air hangat. Namun, ada
dalam pembuatan resiko susu tersebut terkontaminasi bakteri apabila suhu air
susu formula agar yang digunakan di bawah 65°C.
tidak terkontaminasi
bakteri. Siswa diminta
untuk menelaah
keadaan bakteri C4
apabila diketahui
perbandingan air yang
digunakan dalam
pembuatan susu
tersebut. Seorang Ibu hendak membuat susu dalam botol 200 ml.
Kemudian terlebih dahulu Ibu mencampurkan air mendidih
dan air biasa dengan perbandingan 1:2, dan dilanjutkan dengan
menuangkan susu formula ke dalam botol. Menurutnya,

133
perbandingan tersebut sudah memenuhi untuk membunuh
bakteri pada susu. Menurut pendapatmu, bagaimana keadaan
bakteri dengan perbandingan air yang digunakan oleh Ibu?
(Diketahui, suhu air biasa = 25°C dan suhu air mendidih =
100°C)
A. Bakteri sudah terbunuh dengan perbandingan tersebut
B. Susu tidak akan terkontaminasi bakteri
C. Masih ada bakteri, perbandingan air tersebut membuat
suhu campuran air di atas 65°C
D. Masih ada bakteri, perbandingan air tersebut membuat
suhu campuran air di bawah 65°C*
E. Tidak terkontaminasi karena suhu campuran airnya tepat
65°C
Berikan Alasanmu!
A. Karena perbandingannya sudah cukup dan suhunya berada
di 65°C
B. Karena suhu campurannya di atas 65°C, yaitu 75°C
C. Perbandingan massa air panas dan air biasa berbanding
terbalik dengan kedua perubahan suhu tersebut, sehingga
suhu yang dihasilkan berada di bawah 65°C *
D. Perbandingan massa air panasnya terlalu sedikit
E. Perbandingan massa air panas dan air biasa sudah
sebanding dengan kedua perubahan suhu tersebut, sehingga
suhu yang dihasilkan tepat di 65°C
Menghitung Disajikan pertanyaan No. 35
tentang massa salah Sebanyak 200 gram logam perak (kalor jenis 0,056 kal/g°C)
C3
satu zat yang dicampurkan dengan air (kalor jenis 1,00 kal/g°C), sehingga
mengalami peristiwa menghasilkan suhu campuran sebesar 40°C. Jika besar energi

134
pertukaran kalor. yang diperlukan untuk memanaskan logam sama dengan energi
Siswa diminta untuk yang dilepaskan oleh air, maka massa air yang dibutuhkan
menghitung hasil sebanyak…
massa salah satu zat A. 11, 2 gram*
dari proses pertukaran B. 11, 2 liter
kalor tersebut. C. 5 gram
D. 5 liter
E. 0,005 liter

Berikan alasanmu!
A. Massa air harus lebih sedikit karena ketika bercampur
logam jadi bertambah
B. Karena untuk menghasilkan energi yang sama besar, massa
airnya harus lebih kecil dari massa logam
C. Massa suatu zat berbanding terbalik dengan kalor jenisnya*
D. Massa logam harus dibagi dengan suhu untuk mendapatkan
massa airnya
E. Karena massa logam dan air sebanding dengan kalor
jenisnya, sehingga kalor jenis air kecil massanya juga kecil
Membuat Disajikan ilustrasi No. 36
diagram tentang pengambilan Di cuaca yang terik, Andi hendak membuat minuman dingin.
es batu yang dipenuhi Saat mengambil es batu dalam kulkas, ternyata freezer sudah
oleh bunga es di dipenuhi oleh bunga es seperti pada gambar berikut:
dalam freezer. C4
Siswa diminta untuk
membuat diagram
yang sesuai dengan
tahapan pengamblian

135
es batu pada ilustrasi
tersebut.

Andi berpikir untuk memutar pengatur suhu ke arah minimum,


dengan harapan bunga es dapat mencair. Beberapa jam
kemudian Andi mengecek kembali, ternyata bunga es dan es
batu sudah mencair. Selanjutnya Andi memutar pengatur suhu
ke arah maksimum untuk membekukan es batunya. Satu jam
kemudian Andi membuka freezer dan es batunya sudah
mengeras. Grafik suhu terhadap perubahan wujud kalor yang
mendekati cerita di atas adalah ….
A. *

136
B.

C.

D.

137
E.

Berikan Alasanmu!
A. Suhunya mengalami perubahan dari rendah (saat 0°C),
tinggi (di atas 0°C ) dan kembali rendah (di bawah 0°C)
B. Suhunya berubah dari tinggi ke rendah dan tinggi lagi
C. Memutar pengatur suhu ke arah minimum grafik meningkat
dan ke arah maksimum grafik menurun, sementara
perubahan wujud saat mencair dan membeku suhu berada
di 0°C*
D. Memutar pengatur suhu ke arah minimum grafik menurun
dan ke arah maksimum grafik meningkat, sementara
perubahan wujud mencair dan membeku suhu berada pada
0 °C
E. Suhu minimunya di bawah 0 °C, suhu maksimunya di atas
10 °C
6. Menganalisis Menyebutkan Disajikan pernyataan No. 37
perpindahan tentang contoh Nelayan selalu berlayar pada malam hari dengan
C1
kalor secara penerapan memanfaatkan angin darat. Kemudian kembali pada pagi hari
konduksi, perpindahan kalor

138
konveksi, dan dalam kehidupan dengan memanfaatkan angin laut. Proses angin laut dan angin
radiasi sehari-hari. Siswa darat adalah contoh dari perpindahan kalor secara ….
diminta untuk A. Konduksi
menyebutkan B. Konveksi*
perpindahan kalor C. Radiasi
yang terjadi pada D. Osmosis
contoh tersebut. E. Semikonduksi

Berikan Alasanmu!
A. Karena terjadi perpindahan panas dari darat ke laut ketika
malam hari
B. Karena pada malam hari daratan lebih dingin dari lautan
sehingga udara panas dari laut naik ke atas digantikan
dengan udara dingin dari darat*
C. Aliran panasnya berpindah dari tempat tinggi ke rendah
D. Karena kalornya berpindah dengan mengalir
E. Karena perpindahannya alirannya membutuhkan medium
perantara

Memilih Disajikan tabel yang No. 38


berisi jenis-jenis Seorang teknik sipil meminta kliennya untuk menentukan jenis
material penutup atap material yang digunakan sebagai penutup atap rumah. Teknik
rumah dan nilai sipil tersebut menunjukkan empat jenis material yang
emisivitasnya. Siswa ditawarkan seperti berikut: C4
diminta untuk
memilih material
yang mampu
menahan aliran panas

139
dengan baik
berdasarkan tabel
tersebut.

Setelah melihat jenis material di atas, klien hanya


menginginkan penutup atap rumahnya mampu menahan aliran
panas matahari. Jika kamu sebagai teknik sipil, material mana
yang menjadi pilihanmu untuk klien?
A. Saya akan memilihkan metal beton
B. Saya akan memilihkan metal galvalume steel*
C. Saya akan memilihkan metal pasir
D. Saya akan memilihkan metal millennium
E. Campur metal galvalume steel dan millennium
Berikan alasanmu!
A. Agar bagian dalam ruangan tidak terasa panas
B. Karena genteng yang terbuat dari tanah liat mampu
menahan panas
C. Karena koefisien serap panasnya rendah

140
D. Emisivitas yang tinggi mampu menyerap panas sehingga
panas ditahan oleh atap
E. Emisivitas yang rendah mampu menyerap energi lebih
sedikit sehingga atas rumah tidak terasa panas*
Menjelaskan Disajikan pertanyaan No. 39
tentang peletakan Mengapa kotak ruangan freezer diletakkan pada bagian atas
freezer di dalam kulkas?
kulkas. Siswa diminta A. Karena adanya penyusutan volume udara, mengakibatkan
untuk menjelaskan udara dingin menjadi lebih besar
peletakan freezer B. Karena suhunya lebih rendah dibagian atas
tersebut. C. Supaya bagian bawahnya ikut dingin
D. Karena udara dingin masuk dan mudah untuk
mengedarkannya ke bawah *
E. Supaya yang bagian bawah tidak sedingin freezer
C2
Berikan Alasanmu!
A. Penyusutan volume udara mengakibatkan massa jenis
udara di bagian atas membesar
B. Karena di bawah suhunya tidak bisa sama dengan freezer
C. Karena jika freezer di bawah, hanya bagian bawah saja
yang dingin
D. Karena terdapat aliran radiasi yang membuat dinginnya
ke arah atas bukan ke bawah
E. Karena terdapat arus konveksi yang menyebabkan udara
dingin ke bawah dan udara hangat ke atas *
Menyimpulkan Disajikan ilustrasi No. 40
warna baju yang Warna yang lebih gelap sangat baik dalam menyerap panas, C2
digunakan saat siang dibandingkan warna terang. Saat siang hari yang terik, Ambar

141
hari. Siswa diminta dan Betra sedang bermain di taman. Ambar menggunakan baju
untuk menyimpulkan putih dan Betra menggunakan baju hitam. Apa kesimpulan
fenomena yang terjadi yang dapat kamu peroleh?
dengan penggunaan A. Betra menjadi kegerahan*
warna baju tersebut. B. Ambar yang lebih cepat kegerahan
C. Baju ambar jadi cepat basah karena menyerap keringat
D. Baju betra tidak bisa menyerap keringat
E. Keduanya sama-sama kepanasan

Berikan Alasanmu!
A. 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 < 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Betra menyerap panas lebih banyak
daripada baju Ambar
B. 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 > 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Betra menyerap panas lebih banyak
daripada baju Ambar*
C. 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 < 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Ambar menyerap panas lebih banyak
daripada baju betra
D. Karena baju berwarna gelap nilai emisivitasnya rendah
E. Karena baju berwarna terang nilai emisivitasnya hampir
mendekati 1
Memahami Disajikan ilustrasi No. 41
tentang bagian-bagian Rice cooker (penanak nasi) merupakan salah satu peralatan
dari rice cooker. dalam rumah tangga yang bekerja dengan bantuan listrik.
Siswa diminta untuk
C2
memahami proses
perpindahan kalor
yang terjadi saat
menanak nasi.

142
Proses perpindahan kalor yang terjadi ketika tombol rice
cooked ditekan saat menanak nasi adalah …
A. Konduksi
B. Konduksi dan konveksi*
C. Konveksi
D. Konveksi dan radiasi
E. Radiasi

Berikan Alasanmu!
A. Karena panci menyerap kalor dari listrik dan
memindahkannya ke nasi
B. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke rendah
C. Karena kalor mengalir bersama partikel listrik menuju ke
nasi
D. Panas yang dihasilkan dari heater secara konduksi
berpindah ke panci, selanjutnya secara konveksi air dalam
beras akan mendidih *

143
E. Panas yang dihasilkan dari heater secara radiasi berpindah
ke panci, selanjutnya secara konveksi air dalam beras akan
mendidih
Menelaah Disajikan ilustrasi No. 42
tentang spesifikasi Di sebuah mall, seorang Sales Promotion Girls (SPG) sedang
produk panci yang mempromosikan sebuah produk panci keluaran terbaru yang
dipromosikan oleh dilapisi oleh bahan marble, cast iron, tembaga, dan aluminium.
Sales Promotion Girls SPG tersebut membagikan brosur yang berisi spesifikasi
(SPG). Siswa diminta utama bahan panci seperti berikut:
untuk menelaah
lapisan panci yang
paling cepat dalam
menghantarkan
panas.

C4

Setelah melihat spesifikasi panci di atas, menurut telaahmu


urutan panci yang paling cepat hingga paling lama dalam
menghantarkan panas adalah…
A. Aluminium dan marble
B. Tembaga, aluminium, cast iron dan marble*
C. Marble lebih cepat, aluminium lebih lama
D. Marble, cast iron, aluminium, dan tembaga
E. Aluminium, tembaga, cast iron dan marble

Berikan Alasanmu!

144
A. Karena biasanya panci di rumah yang cepat panas
aluminium
B. Dilihat berdasarkan konduktivitas termalnya saja, semakin
tinggi nilainya kecepatan hantaran panasnya akan semakin
cepat
C. Dilihat berdasarkan jenis bahannya, mable terbuat dari
bahan dasar tanah liat jadi lama menghantarkan panas
D. Kecepatan menghantarkan panas dalam spesifikasi
dipengaruhi oleh nilai konduktivitas bahan, luas
permukaan, dan ketebalan pada panci. Konduktivitas
termal sebanding dengan kecepatan hantar panasnya.
Semakin besar konduktivitas termal, maka kecepatan
hantar panasnya juga semakin besar. Sementara pada
ketebalan panci, jika semakin tebal, maka akan
memperlambat hantaran panas pada panci*
E. Kecepatan hantaran panas panci bergantung dengan massa
dan ketebalan pancinya, semakin berat dan tebal, maka
semakin lama panci untuk menghantarkan panas. Jadi
massa dan ketebalan juga mempengaruhinya
Menganalisis Disajikan data tentang No. 43
nilai emisivitas warna Penggunaan warna cat yang tepat dapat menghemat energi jika
dan ilustrasi tentang digabungkan dengan penerangan yang sangat baik. Setiap
keadaan awal warna warna memiliki nilai emisivitas yang berhubungan erat dengan
cat sebuah ruangan. radiasi kalor. Nilai emisivitas dari beberapa warna dapat dilihat C4
Siswa diminta untuk melalui tabel berikut:
menganalisis kondisi Warna Emisivitas
penerangan ruangan Crystal Pink 0,24
tersebut apabila di cat Absolute Yellow 0,31

145
dengan warna yang Apple Martini 0,57
berbeda. True Blue 0,75
Going Green 0,84
Keadaan awal sebuah Aula di cat dengan warna Apple Martini
dan mendapatkan penerangan yang baik ketika menggunakan
8 buah lampu. Jika Aula tersebut diganti dengan cat berwarna
Absolute Yellow, bagaimana kondisi Aula sekarang?
A. Cukup panas karena terlalu terang dengan kondisi lampu
yang ada
B. Lebih gelap dari sebelumnya, karena ada penerangan
lampu jadi terlihat terang
C. Tidak ada perubahan penerangannya, karena nilai
emisivitasnya juga kecil
D. Terlihat silau karena warnanya hampir sama dengan
penerangannya
E. Menjadi lebih terang dan tidak terasa panas dari
sebelumnya karena emisivitas warna yang digunakan lebih
kecil dari warna sebelumnya*

Berikan Alasanmu!
A. Semakin terang warnanya maka terlihat lebih cerah
B. Emisivitasnya masih cukup baik apabila digabungkan
dengan penerangan dalam Aula
C. Emisivitas yang rendah atau mendekati sama dengan nol
akan meradiasikan cahaya lebih sedikit *
D. Emisivitasnya terlalu rendah dari sebelumnya, jadi butuh
penerangan tambahan supaya tetap terang

146
E. Tidak bergantung nilai emisivitasnya, karena terang
gelapnya suatu ruangan bergantung banyaknya penerangan
(lampu) dalam ruangan
Mengorganisasi- Disajikan informasi No. 44
kan tentang sebuah teko Perhatikan gambar berikut!
berbentuk kubus dan
pernyataan apabila
teko diisi dengan teh
panas. Siswa diminta
untuk
mengorganisasikan
cara yang tepat untuk Gambar di atas merupakan teko kubus berukuran 10 × 10 cm2.
mendapatkan hasil Teko tersebut biasanya digunakan saat di kapal dan berfungsi
penurunan suhu teh untuk menstabilkan minuman ketika kapal bergoyang terlalu
dalam teko apabila kencang. Jika teko diisi dengan minuman teh panas (𝑐𝑎𝑖𝑟 =
dibiarkan selama 4200 J/kg°C) bersuhu 97°C sebanyak 0,60L, maka berapakah C4
beberapa menit. suhu yang turun setelah dibiarkan selama 20 menit saat
keadaan tutup teko terbuka dan berada dalam ruangan yang
bersuhu 27ºC (Diketahui teko berlapis keramik dengan nilai
𝑒 = 0,70 dan konstanta Boltzmann = 5,67 × 10−8W/m2.K4)
A. Suhunya turun sekitar 20°C
B. Suhunya turun lebih banyak dari 20°C
C. Suhunya turun tidak sampai 20°C*
D. Suhunya tetap 97°C
E. Sudah kehilangan suhu hampir setangahnya dari keadaan
suhu awal

Berikan Alasanmu!

147
A. Peristiwa asas black, suhu teh dalam teko mengalami
perubahan suhu dengan ruangannya
B. Teh dalam teko tidak mengalami penurunan suhu terlalu
banyak. Benda yang memiliki emisivitas tinggi namun
konduktivitas termalnya rendah, mengakibatkan energi
yang dipindahkan dari permukaan ke udara dalam jumlah
yang sedikit*
C. Teh dalam teko mengalami penurunan suhu terlalu banyak.
Benda yang memiliki emisivitas dan konduktivitas
termalnya rendah, mengakibatkan energi yang dipindahkan
dari permukaan ke udara dalam jumlah yang banyak
D. Teh dalam teko tidak mengalami penurunan suhu. Benda
yang memiliki emisivitas tinggi namun konduktivitas
termalnya rendah, mengakibatkan energi panasnya
seimbang
E. Tidak ada alasan ilmiah untuk menjawab kasus ini
Memilih Disajikan gambar No. 45
tentang bagian-bagian Perhatikan gambar berikut!
dalam termos. Siswa
diminta untuk
memilih pernyataan C4
yang tidak tepat
terkait fungsi dari
bagian-bagian termos
tersebut.

148
Gambar tersebut menunjukkan bagian dalam termos yang
bekerja secara konduksi, konveksi dan radiasi. Fungsi dari
bagian dalam termos dapat dilihat melalui pernyataan berikut:
(6) Sumbat gabus untuk mencegah perpindahan kalor secara
konveksi
(7) Lapisan perak untuk mencegah perpindahan kalor secara
radiasi
(8) Ruang hampa untuk mencegah perpindahan kalor secara
radiasi
(9) Dinding dalam kaca untuk mencegah perpindahan kalor
dari air panas agar tidak diserap oleh dinding
(10) Dinding luar kaca untuk mencegah perpindahan kalor
secara radiasi

Pernyataan yang TIDAK tepat terkait fungsi bagian-bagian


termos adalah . . . .
A. (1)

149
B. (2)
C. (3)*
D. (4)
E. (5)

Berikan Alasanmu!
A. Karena yang mencegah perpindahan kalor secara konduksi
adalah lapisan perak
B. Karena ruang vakum berfungsi untuk mencegah
perpindahan kalor secara konduksi atau konveksi, sehingga
mampu membatasi kemungkinan panas yang hilang dari
dalam termos*
C. Karena dinding dalam kaca berfungsi untuk menjaga panas
melalui konduksi
D. Dinding luar kaca ada medium perambatannya, sedangkan
radiasi perpindahan kalor tanpa medium perantara
E. Seharusnya sumbat gabus berfungsi sebagai isolator agar
panas air dari dalam termos tidak keluar
Menyeleksi Disajikan pernyataan No. 46
tentang sebuah logam Sebuah logam bermassa 2 kg berbentuk persegi panjang
yang diletakkan es dengan ukuran 60 × 40 cm dan memiliki ketebalan 30 mm.
batu di atasnya Logam tersebut memiliki suhu 30ºC. Sebuah es batu yang
sampai keadaan es bersuhu 0ºC dan bermassa 0,30 kg (𝐿𝑒𝑠 = 340000 J/kg, 𝑐𝑒𝑠 =
C4
mencair. Siswa 2100 J/kg℃) diletakkan di atas logam. Jika es batu tersebut
diminta untuk mencair dalam waktu 40 menit, maka:
menyeleksi (5) Kalor yang diterima es sampai mencair sebesar 1020 kJ
pernyataan yang tepat (6) Laju perubahan energi yang dirasakan oleh es batu sebesar
2550 J/s

150
terkait peristiwa (7) Konduktivitas termal logam tersebut 0,177 J/m℃
tersebut. (8) Peristiwa yang terjadi dalam kasus ini adalah perubahan
kalor secara konveksi dan radiasi

Pernyataan yang benar dari peristiwa tersebut adalah…


A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)*
C. (2) dan (4)
D. (3) saja
E. (4) saja

Berikan Alasanmu!
A. Es yang mencair mengalami peristiwa perubahan wujud,
sehingga kalor lebur es digunakan untuk menentukan besar
kalor yang diterima es. Konduktivitas termal didapat dari
persamaan konduksi*
B. Kalornya dihitung menggunakan 𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇, sedangkan
laju perubahan energinya menggunakan persamaan laju
konveksi
C. Laju perubahan energi menggunakan persamaan 𝑃 = 𝑄/𝑡,
perpindahan panas dari batu ke es adalah radiasi, sedangkan
saat es mencair perpindahan secara konveksi
D. Konduktivitas termal didapat dari persamaan laju konduksi
termal
E. perpindahan panas dari batu ke es adalah radiasi, sedangkan
saat es mencair mengalami perpindahan secara konveksi
Keterangan: tanda (*) adalah kunci jawaban.

151
5 Lampiran A.4 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Two Tier Pilihan Ganda
a. Analisis validasi ahli materi
Analisis Validasi Ahli Penilaian Materi

Aspek Penilaian Materi


Erina Eliza
Anugrah Edi Waluyo, Ridwan Dery
Validator Hertanti, Andayani,
Azhar, M.Si M.Si Iradat, S.Pd Skor CVR
M.Si M.PFis
(Content Validity Ratio)
Status Ahli Ahli Ahli Guru SMA Guru SMA Rata-Rata skor CVR

Nomor
a b c d a b c d a b c d a b c d a b c d a b c d
Soal
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1.00 1.00 0.60 0.80 0.85
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0.80 1.00 0.80 0.80 0.85
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1.00 1.00 0.60 1.00 0.90
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1.00 1.00 0.60 1.00 0.90
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1.00 1.00 0.80 0.80 0.90
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1.00 1.00 0.60 0.80 0.85
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95

152
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1.00 0.80 0.60 0.80 0.80
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1.00 1.00 0.80 1.00 0.95
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1.00 0.80 1.00 1.00 0.95
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0.80 1.00 1.00 1.00 0.95
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 0.80 0.95
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

153
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Jumlah Rata-Rata CVR 44.25
Nilai CVI 0.96

Kategori Sangat Baik

154
b. Analisis validasi ahli kontruksi
Analisis Validasi Ahli Penilaian Kontruksi
Aspek Penilaian Konstruksi
Vali
Ridwan Dery Iradat,
dato Erina Hertanti, M.Si Anugrah Azhar, M.Si Eliza Andayani, M.Pfis Edi Waluyo, M.Si
S.Pd
r
Stat
Ahli Ahli Ahli Guru SMA Guru SMA
us
No
mor a b c d e f g h i a b c d e f g h i a b c d e f g h i a b c d e f g h i a b c d e f g h i
Soal
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

155
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

156
157

Aspek Penilaian Kontruksi

Skor CVR
(Content Validity Ratio) Rata-Rata Skor
CVR

a b c d e f g h i

1.00 0.80 1.00 1.00 1.00 0.80 0.80 0.80 1.00 0.91
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 0.80 1.00 0.96
1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
158

1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 0.80 1.00 0.96
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 1.00 1.00 0.98
1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.80 0.80 1.00 0.96
0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98
0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98
0.80 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98
Jumlah Rata-Rata CVR 45.31
Nilai CVI 0.99

Kategori Sangat Baik


c. Analisis validasi ahli Bahasa

Analisis Validasi Ahli Penilaian Bahasa


Aspek Penilaian Bahasa
Erina Eliza
Anugrah Edi Waluyo, Ridwan Dery
Validator Hertanti, Andayani,
Azhar, M.Si M.Si Iradat, S.Pd Skor CVR
M.Si M.PFis
(Content Validity Ratio) Rata-Rata
Status Ahli Ahli Ahli Guru SMA Guru SMA skor CVR

Nomor
a b c d a b c d a b c d a b c d a b c d a b c d
Soal
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

159
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

160
Jumlah Rata-Rata CVR 46.00
Nilai CVI 1.00
Sangat
Kategori
Baik

161
162

d. Analisis uji subjek menggunakan software


Analisis Uji Coba Subjek dengan Software Anates v4
Rata-Rata = 21.17
Simpangan Baku = 8.49
Korelasi XY = 0.72
Reliabilitas Tes = 0.83
Butir Soal = 46
Jumlah Subyek = 36

NO Validasi Butir Soal Daya Pembeda Tingkat Kesukaran


Keputusan
SOAL Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
1 0.445 Valid 0.60 Baik 0.56 Sedang Digunakan
2 0.365 Valid 0.60 Baik 0.36 Sedang Digunakan
Tidak
3 0.316 Valid 0.40 Cukup 0.72 Mudah Digunakan
Tidak
4 0.322 Valid 0.40 Cukup 0.61 Sedang Digunakan
5 0.400 Valid 0.40 Cukup 0.36 Sedang Digunakan
6 0.554 Valid 0.80 Baik Sekali 0.69 Sedang Digunakan
Tidak
7 0.074 Tidak Valid 0.10 Buruk 0.47 Sedang Digunakan
Tidak
8 0.203 Tidak Valid 0.30 Cukup 0.25 Sukar Digunakan
9 0.478 Valid 0.60 Baik 0.53 Sedang Digunakan
Tidak
10 0.359 Valid 0.20 Buruk 0.67 Sedang Digunakan
Tidak
11 0.309 Valid 0.50 Baik 0.72 Mudah Digunakan
12 0.514 Valid 0.60 Baik 0.67 Sedang Digunakan
13 0.462 Valid 0.50 Baik 0.31 Sedang Digunakan
Tidak
14 0.282 Valid 0.30 Cukup 0.67 Sedang Digunakan
15 0.494 Valid 0.60 Baik 0.72 Mudah Digunakan
16 0.392 Valid 0.30 Cukup 0.56 Sedang Digunakan
17 0.351 Valid 0.40 Cukup 0.28 Sukar Digunakan
Tidak
18 0.292 Valid 0.10 Buruk 0.28 Sukar Digunakan
19 0.626 Valid 0.80 Baik Sekali 0.56 Sedang Digunakan
Tidak
20 0.390 Valid 0.40 Cukup 0.44 Sedang Digunakan
Tidak
21 0.234 Tidak Valid 0.20 Buruk 0.47 Sedang Digunakan
22 0.477 Valid 0.40 Cukup 0.31 Sedang Digunakan
163

Tidak
23 0.101 Tidak Valid 0.20 Buruk 0.72 Mudah Digunakan
24 0.473 Valid 0.50 Baik 0.47 Sedang Digunakan
Tidak
25 0.327 Valid 0.40 Cukup 0.47 Sedang Digunakan
26 0.497 Valid 0.50 Baik 0.44 Sedang Digunakan
27 0.365 Valid 0.40 Cukup 0.36 Sedang Digunakan
Tidak
28 0.014 Tidak Valid 0.10 Buruk 0.67 Sedang Digunakan
Tidak
29 0.320 Valid 0.30 Cukup 0.47 Sedang
Digunakan
30 0.354 Valid 0.50 Baik 0.47 Sedang Digunakan
Tidak
31 0.045 Tidak Valid 0.20 Buruk 0.56 Sedang Digunakan
32 0.609 Valid 0.40 Cukup 0.25 Sukar Digunakan
33 0.657 Valid 0.60 Baik 0.31 Sedang Digunakan
Tidak
34 0.434 Valid 0.70 Baik 0.42 Sedang Digunakan
Tidak
35 0.444 Valid 0.40 Cukup 0.33 Sedang Digunakan
36 0.324 Valid 0.40 Cukup 0.33 Sedang Digunakan
37 0.493 Valid 0.70 Baik 0.67 Sedang Digunakan
38 0.536 Valid 0.50 Baik 0.28 Sukar Digunakan
Tidak
39 0.447 Valid 0.50 Baik 0.28 Sukar Digunakan
40 0.659 Valid 0.50 Baik 0.17 Sukar Digunakan
41 0.420 Valid 0.60 Baik 0.47 Sedang Digunakan
42 0.400 Valid 0.40 Cukup 0.36 Sedang Digunakan
43 0.529 Valid 0.50 Baik 0.28 Sukar Digunakan
Tidak
44 0.632 Valid 0.60 Baik 0.28 Sukar Digunakan
Tidak
45 0.158 Tidak Valid 0.30 Cukup 0.42 Sedang Digunakan
Tidak
46 0.259 Tidak Valid 0.10 Buruk 0.50 Sedang Digunakan

Keterangan Butir Soal


Jumlah soal yang valid 38
Jumlah soal yang digunakan 25
164

e. Rekapitulasi uji coba instrument two tier pilihan ganda

Rekapitulasi Jawaban Instrumen Two Tier Test Open Ended

Soal Nomor 1 Jumlah


Tier 1
-5°C 15
0°C 13
5°C 1
-18°C sampai -20°C 7
Tier 2
Tergantung ukuran es batunya 1
Suhu maksimum di dalam freezer -18°C hingga -20°C 6
Suhu rendah dapat membuat es membeku 6
Suhu es dalam freezer berada di bawah 0°C 8
Titik beku es suhunya 0°C 15
Soal Nomor 2
Tier 1
Suhu es yang tercampur air 5°C dan suhu es yang menjadi genangan air 0 °C 8
Suhu es yang tercampur air 10°C dan suhu es yang menjadi genangan air 5 °C 13
Keduanya berada pada suhu 5°C 3
Tidak menjawab 12
Tier 2
Es yang tercampur air dan es yang menjadi genangan air suhunya sudah menyesuaikan
3
ruangan, sehingga keduanya berada pada 5°C
Suhu es yang tercampur air lebih cepat mencair, sedangkan es yang menjadi genangan
7
tetap dingin
Es batu yang tercampur air melepaskan kalor, sehingga suhunya meningkat 9
Es ketika mencair suhunya pasti berubah dan lebih tinggi dari suhu sebelumnya 4
Tidak menjawab 13
Soal Nomor 3
Tier 1
35°C 4
40°C 2
42°C 27
50°C 2
100°C 1
Tier 2
Tubuh manusia tidak pernah kurang dari 35°C 3
Suhu panas rata-rata tubuh manusia hanya 40°C 2
Batas suhu tertinggi manusia tidak pernah lebih dari 42°C 25
Skala ukur pada termometer klinis dibuat hingga 50°C 3
Semua skala termometer dalam Celsius maksimumnya 100°C 3
Soal Nomor 4
Tier 1
Sekitar 50°C 5
100°C 25
110°C 6
Tier 2
Selama masih ada air dalam ketel, suhu mendidih air akan tetap berada di 100°C 20
Batas titik atas termometer hanya 100°C 7
Ketelnya semakin panas, suhunya semakin lama meningkat 6
Tidak menjawab 3
165

Soal Nomor 5
Tier 1
50°C 9
68°C 7
80°C 5
100°C 15
Tier 2
Karena di puncak gunung suhunya sangat ekstrem, sehingga hanya bisa mencapai 50°C 7
Titik didih air selalu 100°C 14
Berada di sekitar gunung lingkungannya dingin, sehingga air hanya bisa mendidih kira-
5
kira 80°C
Tidak menjawab 10
Soal Nomor 6
Tier 1
50° 4
40° 2
35° 3
25° 27
Tier 2
Termometer I dan II hanya berbeda 25° 10
Karena setiap larutan turun 25° 12
Larutan 1 dan 2 berbeda 25°, sedangkan larutan 1 dan 3 berbeda 50° 8
Karena larutan 3 suhunya setengah dari termometer pertama 2
Tidak menjawab 4
Soal Nomor 7
Tier 1
Cuaca malam ini lebih ekstrem dari sebelumnya 10
Malam ini suhunya lebih dingin dua kali lipat dari sebelumnya 9
10°C dua kali lipat lebih hangat dari 5°C 1
Tier 2
Suhu semakin dingin dari sebelumnya 16
Lebih dingin artinya terjadi penurunan suhu dari keadaan sebelumnya 20
Tidak menjawab 16
Soal Nomor 8
Tier 1
Jenis benda 10
Jumlah partikel 6
Ukuran mula-mula 5
Energi panas 3
Perubahan suhu 3
Tier 2
Jenis benda mempengaruhi cepat lambatnya perubahan bentuk benda ketika dipanaskan 6
Semakin rapat jumlah partikel dalam suatu benda, hanya sedikit terjadi perubahan bentuk
5
ketika dipanaskan
Ukuran mula-mula berhubungan dengan jumlah partikel suatu benda 4
Kalor menyebabkan energi panas meningkat dan mengubah wujud benda 8
Perubahan suhu yang semakin meningkat menyebabkan partikel bergerak berjauhan 4
Soal Nomor 9
Tier 1
25,12 cm 19
Tidak menjawab 18
Tier 2
Karena di hitung pakai rumus 𝑙𝑡 = 𝑙0 (1 + 𝛼∆𝑇) 10
166

Tidak menjawab 26
Soal Nomor 10
Tier 1
Besi 6
Tembaga 15
Keduanya sama besar 5
Tidak jauh berbeda 1
Tidak ada yang mengalami pertambahan panjang 1
Tier 2
Koefisien tembaga lebih besar dari koefisien besi 16
Koefisien besi lebih kecil dari koefisien tembaga 8
Suhunya sama, jadi pertambahan panjangnya sama 4
Suhunya sama jadi tidak ada pertambahan panjang pada kedua benda 6
Tidak menjawab 2
Soal Nomor 11
Tier 1
Memberikan celah antar logam dengan jarak tertentu saat pemasangan rel kereta 22
Mengganti jenis bahan pembuatan rel yang tidak cepat mengalami pemuaian saat suhu
8
ekstrem
Meregangkan baut pada sambungan rel 4
Membuat jalur kereta di bawah tanah 2
Tier 2
Celah antar logam dengan jarak tertentu pada rel kereta memberikan ruang untuk memuai
22
saat suhu ekstrem
Bahan yang memiliki koefisien muai kecil dapat memperlambat perubahan ukuran logam,
7
meskipun suhu ekstrem
Meregangkan baut memberikan ruang logam untuk memuai, sehingga pertambahan
5
panjang logam saat suhu ekstrem tidak membuat rel saling menekan satu sama lain
Kereta bawah tanah bisa mengurangi pemuaian yang terjadi pada rel karena terhindar dari
2
sinar matahari
Soal Nomor 12
Tier 1
Panjang 3
Luas 1
Volume 23
Cair 7
Tier 2
Raksa termasuk dalam jenis logam yang dapat mengalami muai panjang 1
Raksa salah satu jenis zat cair yang bentuknya tetap sehingga, mengalami muai panjang
9
dan luas
Raksa salah satu jenis zat cair yang bentuknya mengikuti wadahnya, sehingga mengalami
19
muai volume
Tidak menjawab 7
Soal Nomor 13
Tier 1

10
167

Tidak menjawab 11
Tier 2
Suhunya naik dari -5°C ke 4 °C sehingga terjadi perubahan wujud, jadi grafiknya lengkung
7
ke bawah
Fase padat ke cair menyebabkan volumenya bertambah, namun massa jenisnya tetap 4
Volume air mengalami penyusutan saat mencapai 4°C dan massa jenisnya tetap. Sehingga
9
grafik volumenya terbuka ke atas dan grafik massa jenisnya mendatar
Tidak menjawab 16
Soal Nomor 14
Tier 1
Padat 2
Cair 1
Gas 27
Udara 6
Tier 2
Pada ruang tertutup pemuaian yang terjadi adalah gas 7
Gas merupakan bahan utama dalam balon udara dan lampion terbang ketika dipanaskan 8
Saat udara dipanaskan balon dan lampion memuai 14
Karena balon dan lampion terbang ke udara, sehingga termasuk penerapan dalam
4
pemuaian volume
Udara membuat balon dan lampion terisi kumpulan gas 3
Soal Nomor 15
Tier 1
Mengembang 28
Menyusut 1
Masuk ke dalam botol 1
Lepas dari mulut botol 1
Tidak berubah 5
Tier 2
Ketika suhu naik maka kalor akan berpindah dari tinggi ke rendah, sehingga balon
1
menyusut
Ketika panas diberikan pada ruang tertutup, maka kalor akan memuai menjadi gas dan
4
balon terlepas dari mulut botol
Karena kalor yang masuk ke botol tidak dapat keluar dan ditampung balon 4
Air panas menyebabkan partikel dari atas bergerak ke bawah sehingga balonnya masuk ke
3
dalam botol
Air panas menyebabkan partikel dalam botol bergerak ke atas, sehingga volume balon
24
semakin membesar
Soal Nomor 16
Tier 1
Koefisien logam P lebih kecil dari logam Q 11
168

Koefisien logam Q lebih kecil dari logam P 17


Koefisien logam P dan Q harus sama 4
Tier 2
Sumber arus listrik terhubung ke rumah saklar 2
Ketika terjadi kebakaran arus listrik langsung menghidupkan saklar sehingga alarm bunyi 14
Tidak menjawab 22
Soal Nomor 17
Tier 1
Suhu dan tekanan 15
Perubahan suhu dari panas ke dingin 14
Suhu dingin menyebabkan gas dalam botol berdekatan membentuk sebuah atom 7
Tier 2
Semua molekul udara keluar dari botol, sehingga tidak ada yang tersisa dalam botol 7
Suhu yang berubah menjadi dingin menekan permukaan botol 9
Tidak menjawab 20
Soal Nomor 18
Tier 1
Basah 22
Lebih dingin dari sebelumnya 14
Tier 2
Perubahan suhu membuat permukaan kaleng susu mengeluarkan air dan membasahi ke
15
meja
Perubahan suhu menimbulkan butiran embun di atas meja 16
Karena susu berubah dari beku menjadi cair 5
Soal Nomor 19
Tier 1
100 gram es 10
100 gram air 18
Ruang freezer 2
Tidak ada yang kehilangan panas paling banyak 6
Tier 2
Es menyimpan lebih banyak suhu dingin 14
Karena perubahan suhu yang dialami air dari suhu tinggi ke rendah 12
Ruangan freezer suhunya lebih rendah, sehingga paling banyak melepas panas 3
Massa dan suhunya sama, jadi tidak ada yang kehilangan panas 7
Soal Nomor 20
Tier 1
Baja dan seng 4
Seng dan aluminium 9
Aluminium dan marmer 4
Aluminium dan baja 18
Aluminium dan seng 1
Tier 2
Besar/kecilnya kalor jenis sebanding dengan kalor yang digunakan 9
Besarnya kalor yang dibutuhkan sebanding dengan kalor jenis 14
Karena nilai energi kalor yang dihasilkan paling rendah 2
Dilihat dari tabel yang memiliki nilai tertinggi dan terendah 11
Soal Nomor 21
Tier 1
30000 J/kg°C 5
70 kJ 12
70000 kJ 14
Tidak menjawab 5
169

Tier 2
Dimasukkan dalam microwave, sehingga kalor jenisnya berubah 4
𝑄 = 𝑚 × 𝑐 × ∆𝑇, persamaan untuk menghitung kalor yang diterima kopi 18
Menggunakan persamaan asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) karena terjadi proses perubahan
3
suhu
Tidak menjawab 11
Soal Nomor 22
Tier 1
Untuk menghangatkan tubuh 11
Untuk menaikkan suhu tubuh 2
Untuk membantu tubuh memproduksi lebih banyak kalor 5
Karena bahan sweater bisa menahan suhu tubuh 6
Tier 2
Sweater hangat untuk cuaca dingin 7
Serat bahan sweater menjaga suhu tubuh kita tetap hangat 9
Pakaian tebal bisa mengunci kalor 6
Sweater bisa memberikan kalor tambahan ke tubuh, sehingga menjadi hangat 14
Soal Nomor 23
Tier 1
Boneka jadi hangat 7
Boneka tetap dingin 1
Keadaan suhu bonekanya tidak berubah 28
Tier 2
Selimut adalah bahan isolator yang bisa membuat boneka jadi hangat 1
Selimut sama seperti pakaian yang tebal, jadi ada kalor yang tersimpan antara selimut dan
8
boneka
Karena tidak terjadi perubahan suhu maupun tekanan 7
Karena boneka benda mati, yang tidak bisa menghasilkan kalor seperti manusia 20
Soal Nomor 24
Tier 1
Bensin terserap ke lantai 4
Bensin memuai 6
Bensin menyusut 3
Bensin menguap 23
Tier 2
Suhu bensinya semakin tinggi karena tercampur udara 3
Penyerapan energi dari yang tinggi ke rendah 3
Bensin mengalami pemuaian karena suhu udara yang lebih tinggi 5
Bensin akan menguap ketika berada di ruangan terbuka 20
Bensin akan menyusut karena mengalami perubahan suhu dengan lingkungan 5
Soal Nomor 25
Tier 1
Raksa berwujud cair dan seng berwujud padat 17
Seng rapuh dan raksa menguap 5
Raksa berwujud padat dan seng berwujud cair 4
Raksa menjadi zat gas dan seng menjadi zat cair 5
Raksa berwujud cair dan seng berwujud gas 5
Tier 2
Karena jauh dari suhu tertinggi dan terendahnya 7
Raksa menguap karena sudah mendekati titik didihnya, dan seng rapuh karena masih sama
11
dengan keadaan semula
Raksa menjadi padat ketika dipanaskan sampai suhu tertentu, seng menjadi cair karena
5
hampir mendekati titik lelehnya
170

Raksa masih berada diantara titik didih dan lelehnya, sementara seng masih berada di
8
bawah titik lelehnya, sehingga keadaan wujudnya masih sama seperti semula
Karena suhu 100°C merupakan suhu maksimum sebuah benda, sehingga raksa menjadi
5
uap dan seng menjadi rapuh
Soal Nomor 26
Tier 1
16 kkal 17
32 kkal 4
36 kkal 6
40 kkal 6
80 kkal 3
Tier 2
Peristiwa asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) air melepas kalor dan es menerima kalor 5
Kalor beku airnya 80 kal/g 3
Peristiwa perubahan wujud sekaligus perubahan suhu sehingga dihitung dengan 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
9
𝑚𝑐∆𝑇 + 𝑚𝐿
Peristiwa tersebut menunjukkan proses kalor yang mengalami perubahan wujud, sehingga
16
berlaku persamaan 𝑄 = 𝑚𝐿
Peristiwa perubahan wujud menjadi es mengakibatkan kalor beku air berubah menjadi
3
setengahnya
Soal Nomor 27
Tier 1
Suhu tertingginya aluminium hanya mencapai suhu 660°C 20
Titik didih aluminium hanya mencapai 660°C 16
Tier 2
Mungkin termometernya hanya bisa membaca skala hingga 660°C 15
Suhu naik dengan cepat pada awalnya, tetapi setelah beberapa saat, suhu mulai naik
10
perlahan karena logam telah menyerap panas yang dibutuhkan
Tidak menjawab 11
Soal Nomor 28
Tier 1
Berkurang 25
Bertambah 4
Hilang 5
Diserap 1
Tetap/tidak berubah 1
Tier 2
Air melepaskan kalor saat berubah wujud menjadi es 27
Semakin rendah suhu kalor yang dibutuhkan akan bertambah 3
Proses perubahan wujud, air akan menyerap kalor agar bisa membeku 6
Soal Nomor 29
Tier 1
6,780 J 13
6780 kJ 15
7458 kJ 4
7,458 J 3
6102 kJ 1
Tier 2
Peristiwa asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) panas melepas kalor dan air menerima kalor 8
Semakin banyak kalor semakin cepat menguap 5
Peristiwa perubahan wujud sekaligus perubahan suhu sehingga dihitung dengan 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
10
𝑚𝑐∆𝑇 + 𝑚𝑈
171

Peristiwa tersebut menunjukkan proses kalor yang mengalami perubahan wujud, sehingga
11
berlaku persamaan 𝑄 = 𝑚𝑈
Soal Nomor 30
Tier 1
Pernyataan (1) 9
Pernyataan (2) 4
Pernyataan (3) 3
Pernyataan (4) 4
Tidak ada yang salah 16
Tier 2
Ketika es mencair memang seharusnya melepaskan kalor 8
Air tidak selalu berwujud padat pada suhu 0°C 2
Uap yang mengembun memang seharusnya mengalami penyerapan kalor 2
Air mendidih tidak selamanya berada di suhu 100°C 6
Tidak ada alasan, karena semua pernyataan sudah benar 16
Soal Nomor 31
Tier 1
-30°C 6
25°C 13
30°C 17
Tier 2
Karena 10°C-40°C = -30°C 9
Karena air yang bersuhu 40°C berubah menjadi setengahnya, dan yang bersuhu 10°C juga
10
bertambah setengahnya
Karena 40°C-10°C = 30°C 17
Soal Nomor 32
Tier 1
387 kkal/g 16
235 kkal/g 8
152 kkal/g 4
139 kkal/g 4
96 kkal/g 4
Tier 2
Karena di grafik membutuhkan kalornya sebanyak 387 kkal 7
Karena proses peleburan berhenti sampai titik B 5
Karena proses peleburan terjadi dari titik A sampai B, sehingga kalor leburnya
𝑄 14
menggunakan persamaan 𝐿 =
𝑚
Karena proses peleburan terhadu dari titik B sampai C, jadi kalor leburnya dapat
4
ditentukan dari selisih kalor yang dihasilkan dari kedua titik tersebut
Karena proses peleburan terjadi mulai dari titik A sampai C 6
Soal Nomor 33
Tier 1
Suhunya menyesuaikan suhu lingkungan 13
Suhu logam saja yang berubah 3
Suhu logam akan meningkat, sedangkan suhu air akan menurun 12
Suhu logam akan menurun, sedangkan suhu air akan meningkat 8
Tier 2
Logam dingin dimasukkan ke dalam air akan hilang dinginnya 8
Seperti air panas yang tercampur air dingin, jadi suhunya normal 17
Karena terjadi perpindahan kalor 11
Soal Nomor 34
Tier 1
Bakteri sudah terbunuh dengan perbandingan tersebut 10
172

Susu tidak akan terkontaminasi bakteri 6


Masih ada bakteri, perbandingan air tersebut membuat suhu campuran air di bawah 65°C 13
Tidak terkontaminasi karena suhu campuran airnya tepat 65°C 7
Tier 2
Karena perbandingannya sudah cukup dan suhunya berada di 65°C 6
Karena suhu campurannya di atas 65°C, yaitu 75°C 8
Perbandingan massa air panas dan air biasa berbanding terbalik dengan kedua perubahan
14
suhu tersebut, sehingga suhu yang dihasilkan berada di bawah 65°C
Perbandingan massa air panasnya terlalu sedikit 8
Soal Nomor 35
Tier 1
11, 2 gram 12
11, 2 liter 8
5 gram 14
0,005 liter 2
Tier 2
Massa air harus lebih sedikit karena ketika bercampur logam jadi bertambah 6
Karena untuk menghasilkan energi yang sama besar, massa airnya harus lebih kecil dari
11
massa logam
Massa logam harus dibagi dengan suhu untuk mendapatkan massa airnya 10
Karena massa logam dan air sebanding dengan kalor jenisnya, sehingga kalor jenis air
9
kecil massanya juga kecil
Soal Nomor 36
Tier 1

Tidak menjawab 18
Tier 2
173

Suhunya mengalami perubahan dari rendah (saat 0°C), tinggi (di atas 0°C ) dan kembali
13
rendah (di bawah 0°C)
Suhunya berubah dari tinggi ke rendah dan tinggi lagi 2
Memutar pengatur suhu ke arah minimum grafik meningkat dan ke arah maksimum grafik
3
menurun, sementara perubahan wujud saat mencair dan membeku suhu berada di 0°C
Tidak menjawab 18
Soal Nomor 37
Tier 1
Konduksi 5
Konveksi 25
Radiasi 4
Osmosis 2
Tier 2
Karena terjadi perpindahan panas dari darat ke laut ketika malam hari 3
Karena pada malam hari daratan lebih dingin dari lautan sehingga udara panas dari laut
22
naik ke atas digantikan dengan udara dingin dari darat
Aliran panasnya berpindah dari tempat tinggi ke rendah 4
Karena kalornya berpindah dengan mengalir 7
Soal Nomor 38
Tier 1
Saya pilih metal beton 15
memilih metal galvalume steel 6
memilih metal pasir 9
memilihkan metal millennium 4
Campur metal galvalume steel dan millennium 2
Tier 2
Agar bagian dalam ruangan tidak terasa panas 9
Karena genteng yang terbuat dari tanah liat mampu menahan panas 8
Karena koefisien serap panasnya rendah 5
Emisivitasnya tinggi dan mampu menyerap panas sehingga panas ditahan oleh atap 14
Soal Nomor 39
Tier 1
Supaya bagian bawahnya ikut dingin 11
Karena udara dingin masuk dan mudah untuk mengedarkannya ke bawah 11
Supaya yang bagian bawah tidak sedingin freezer 8
Tidak menjawab 6
Tier 2
Karena di bawah suhunya tidak bisa sama dengan freezer 9
Karena jika freezer di bawah, hanya bagian bawah saja yang dingin 10
Karena terdapat aliran radiasi yang membuat dinginnya ke arah atas bukan ke bawah 7
Tidak menjawab 10
Soal Nomor 40
Tier 1
Betra menjadi kegerahan 16
Ambar yang lebih cepat kegerahan 14
Baju ambar jadi cepat basah karena menyerap keringat 5
Baju betra tidak bisa menyerap keringat 1
Tier 2
Baju Betra menyerap panas lebih banyak daripada baju Ambar 30
Baju Ambar menyerap panas lebih banyak daripada baju Betra 6
Soal Nomor 41
Tier 1
Konduksi 14
174

Konduksi dan konveksi 13


Konveksi 6
Konveksi dan radiasi 2
Radiasi 1
Tier 2
Karena panci menyerap kalor dari listrik dan memindahkannya ke nasi 10
Karena kalor mengalir bersama partikel listrik menuju ke nasi 4
Panas yang dihasilkan dari heater secara konduksi berpindah ke panci, selanjutnya
18
secara konveksi air dalam beras akan mendidih
Panas yang dihasilkan dari heater secara radiasi berpindah ke panci, selanjutnya secara
4
konveksi air dalam beras akan mendidih
Soal Nomor 42
Tier 1
Aluminium dan marble 4
Tembaga, aluminium, cast iron dan marble 9
Marble lebih cepat, aluminium lebih lama 4
Marble, cast iron, aluminium, dan tembaga 16
Aluminium, tembaga, cast iron dan marble 3
Tier 2
Karena biasanya panci di rumah yang cepat panas aluminium 7
Dilihat berdasarkan konduktivitas termalnya saja, semakin tinggi nilainya kecepatan
11
hantaran panasnya akan semakin cepat
Dilihat berdasarkan jenis bahannya, mable terbuat dari bahan dasar tanah liat jadi lama
7
menghantarkan panas
Tidak menjawab 11
Soal Nomor 43
Tier 1
Cukup terang dan hanya membutuhkan sedikit penerangan saja 14
Lebih gelap dari sebelumnya, karena ada penerangan lampu jadi terlihat terang 14
Tidak ada perubahan penerangannya, karena nilai emisivitasnya juga kecil 6
Terlihat silau karena warnanya hampir sama dengan penerangannya 2
Tier 2
Semakin terang warnanya maka terlihat lebih cerah 11
Emisivitasnya masih cukup baik apabila digabungkan dengan penerangan dalam Aula 9
Emisivitasnya terlalu rendah dari sebelumnya, jadi butuh penerangan tambahan supaya
14
tetap terang
Tidak bergantung nilai emisivitasnya, karena terang gelapnya suatu ruangan bergantung
2
banyaknya penerangan (lampu) dalam ruangan
Soal Nomor 44
Tier 1
Suhunya turun sekitar 20°C 8
Suhunya turun lebih banyak dari 20°C 5
Suhunya turun tidak sampai 20°C 9
Sudah kehilangan suhu hampir setangahnya dari keadaan suhu awal 9
Tidak menjawab 5
Tier 2
Peristiwa asas black, suhu teh dalam teko mengalami perubahan suhu dengan ruangannya 13
Tidak ada alasan ilmiah untuk menjawab kasus ini
Tidak menjawab 17
Soal Nomor 45
Tier 1
Pernyataan (1) 10
Pernyataan (2) 9
175

Pernyataan (3) 7
Pernyataan (4) 5
Pernyataan (5) 5
Tier 2
Karena yang mencegah perpindahan kalor secara konduksi adalah lapisan perak 10
Karena ruang vakum berfungsi untuk mencegah perpindahan kalor secara konduksi atau
9
konveksi, sehingga mampu membatasi kemungkinan panas yang hilang dari dalam termos
Karena dinding dalam kaca berfungsi untuk menjaga panas melalui konduksi 6
Dinding luar kaca ada medium perambatannya, sedangkan radiasi perpindahan kalor tanpa
6
medium perantara
Seharusnya sumbat gabus berfungsi sebagai isolator agar panas air dari dalam termos tidak
5
keluar
Soal Nomor 46
Tier 1
(1) dan (2) 9
(1) dan (3) 11
(2) dan (4) 11
(4) saja 5
Tier 2
Es yang mencair mengalami peristiwa perubahan wujud, sehingga kalor lebur es
digunakan untuk menentukan besar kalor yang diterima es. Konduktivitas termal didapat 16
dari persamaan konduksi
Kalornya dihitung menggunakan 𝑄 = 𝑚𝑐∆𝑇, sedangkan laju perubahan energinya
7
menggunakan persamaan laju konveksi
Laju perubahan energi menggunakan persamaan 𝑃 = 𝑄/𝑡, perpindahan panas dari batu ke
10
es adalah radiasi, sedangkan saat es mencair perpindahan secara konveksi
Perpindahan panas dari batu ke es adalah radiasi, sedangkan saat es mencair mengalami
3
perpindahan secara konveksi
176

6 Lampiran A.5 Instrument Four Tier Test Pilihan Ganda


FOUR TIER TEST MULTIPLE CHOICE
(TES EMPAT TINGKAT DALAM BENTUK PILIHAN GANDA)
KONSEP SUHU DAN KALOR
TINGKAT SMA/MA

Petunjuk Pengisian Tes:


1. Tes ini terdiri dari 25 butir soal dalam bentuk pilihan ganda
2. Setiap soal terdiri dari 4 tingkatan, yaitu a, b, c, dan d
a) Pada tingkatan a, pilihlah satu jawaban yang tepat dari lima pilihan jawaban.
b) Pada tingkatan b, pilihlah satu tingkat keyakinan terhadap jawaban dari dua
pilihan tingkat keyakinan yang disediakan (Yakin atau Tidak Yakin).
c) Pada tingkatan c, pilihlah satu alasan yang tepat dari lima pilihan alasan.
d) Pada tingkatan d, pilihlah satu tingkat keyakinan terhadap alasan dari dua
pilihan tingkat keyakinan yang disediakan (Yakin atau Tidak Yakin).
3. Bacalah soal dengan teliti dan cermat sebelum menjawab.
4. Tidak diperkenankan bekerja sama, menggunakan alat bantu seperti kalkulator
atau alat hitung lainnya.
5. Tersedia waktu 75 menit untuk mengerjakan tes.

Tes ini berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa pada konsep
suhu dan kalor!
1. Besar suhu es batu yang berada di dalam freezer adalah….
a) Berikan Jawabanmu!
A. -5°C *
B. 0°C
C. 5°C
D. -18°C sampai -20°C
E. Bergantung pada ukuran es batu
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Kisaran suhu maksimum di dalam freezer sekitar -18°C
B. Suhu rendah dapat membuat es membeku
C. Pada tekanan standar suhu es dalam freezer berada di bawah 0°C *
D. Ukuran es yang besar suhunya semakin rendah
E. Titik beku es berada pada suhu 0°C
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
177

2. Seorang siswa mengambil sepuluh buah es batu dari kotak icetwist. Enam buah
es batu diletakkan ke dalam gelas yang berisi 100 ml air, kemudian diaduk
hingga es menjadi kecil dan berhenti mencair. Sementara empat buah es batu
dimasukkan ke dalam gelas kosong dan dibiarkan hingga menjadi genangan air.
Jika siswa tersebut langsung memasukkan termometer berskala Celsius ke
dalam dua gelas tersebut, maka besar masing-masing suhu yang dihasilkan
adalah….
a) Berikan Jawabanmu!
A. Suhu es yang tercampur air 0°C dan suhu es yang menjadi genangan air
5 °C
B. Suhu es yang tercampur air 5°C dan suhu es yang menjadi genangan air
0 °C
C. Suhu es yang tercampur air 10°C dan suhu es yang menjadi genangan
air 5 °C
D. Keduanya berada pada suhu 0°C *
E. Keduanya berada pada suhu 5°C
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Es yang tercampur air dan es yang menjadi genangan air suhunya sudah
menyesuaikan ruangan, sehingga keduanya berada pada 5°C
B. Dua keadaan es sudah mencapai fase titik lelehnya, sehingga tetap
berada pada 0°C *
C. Suhu es yang tercampur air lebih cepat mencair, sedangkan es yang
menjadi genangan tetap dingin
D. Es batu yang tercampur air melepaskan kalor, sehingga suhunya
meningkat
E. Es ketika mencair suhunya pasti berubah dan lebih tinggi dari suhu
sebelumnya
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

3. Seseorang sedang mendaki gunung Everest. Saat berada di pos jaga, Pendaki
mencoba memasak air untuk membuat segelas kopi. Pendaki tersebut ingin
memastikan air yang dimasak mendidih, agar kopi bisa terseduh dengan baik.
Kemudian, Pendaki mencoba untuk mengecek besar suhu air yang dimasak
178

menggunakan termometer. Berapakah perkiraan suhu air mendidih yang


diperoleh pendaki gunung tersebut?
a) Berikan Jawabanmu!
A. 50°C
B. 68°C *
C. 80°C
D. 100°C
E. 105°C
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Karena di puncak gunung suhunya sangat ekstrem, sehingga hanya bisa
mencapai 50°C
B. Berada di sekitar gunung Everest tekanan atmosfernya lebih rendah, air
hanya bisa mendidih pada suhu 68°C*
C. Titik didih air selalu 100°C
D. Berada di sekitar gunung Everest tekanan atmosfernya lebih tinggi, air
bisa mendidih lebih dari 100°C
E. Berada di sekitar gunung lingkungannya dingin, sehingga air hanya bisa
mendidih kira-kira 80°C
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

4. Perhatikan tabel berikut ini!

Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran dua buah termometer yang


digunakan untuk mengukur tiga jenis larutan yang berbeda. Jika termometer I
pada larutan jenis ketiga menunjukkan angka 50°, maka pada termometer II
akan menunjukkan angka?
a) Berikan Jawabanmu!
A. 50°
B. 40°
C. 35°
D. 30°
E. 25°*
179

b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?


A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. 𝑇𝐼 = 𝑇𝐼𝐼 , menggunakan perbandingan titik tetap atas dan bawah dari
hasil pembacaan kedua termometer*
B. Termometer I dan II hanya berbeda 25°
C. Karena setiap larutan turun 25°
D. Larutan 1 dan 2 berbeda 25°, sedangkan larutan 1 dan 3 berbeda 50°
E. Karena larutan 3 suhunya setengah dari termometer pertama
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
5. Perhatikan gambar berikut!

Gambar di atas menunjukkan batang besi berukuran 25 cm yang panjangnya


diukur pada suhu ruangan. Jika batang tersebut dipanaskan selama 15 menit dan
mengalami kenaikan suhu hingga 400°C, maka panjang batang besi tersebut
ketika diukur kembali adalah ….(Koefisien muai besi = 0,000012/°C)
a) Berikan Jawabanmu!
A. 25,10 cm
B. 25,12 cm*
C. 25,15 cm
D. 26,12 cm
E. 26,15 cm
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Panjang akhir besi setelah dipanaskan dapat ditentukan melalui
persamaan 𝑙𝑡 = 𝑙0 (1 + 𝛼∆𝑇)*
B. Panjang akhir besi setelah dipanaskan dapat ditentukan melalui
persamaan 𝑙𝑡 = 𝑙0 (1 − 𝛼∆𝑇)
C. Panjang akhir besi setelah dipanaskan dapat ditentukan melalui
persamaan 𝑙𝑡 = 𝑙0 𝛼∆𝑇
180

D. Besi adalah zat padat, pertambahan panjangnya sedikit saat dipanaskan


E. Kenaikan suhunya tinggi, sehingga pertambahan panjangnya menjadi
lebih besar
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

6. Pemuaian yang terjadi pada raksa adalah muai…


a) Berikan Jawabanmu!
A. Panjang
B. Luas
C. Volume*
D. Cair
E. Padat
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Raksa termasuk dalam jenis logam yang dapat mengalami muai panjang
B. Raksa termasuk zat gas yang hanya mengalami muai volume
C. Raksa salah satu jenis zat cair yang bentuknya tetap sehingga,
mengalami muai panjang dan luas
D. Raksa salah satu jenis zat cair yang bentuknya mengikuti wadahnya,
sehingga mengalami muai volume*
E. Raksa termasuk zat gas yang bentuknya tidak tetap, sehingga
mengalami muai panjang, luas, dan volume
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
7. Sebuah wadah diisi air dengan suhu awal sebesar -5°C, kemudian dipanaskan
hingga suhunya menjadi 4°C. Apabila proses pemanasan tersebut digambarkan
menjadi grafik hubungan antara suhu dengan volume dan massa jenis air, maka
secara berturut-turut gambar grafik yang benar adalah…
a) Berikan Jawabanmu!
A.
181

B.

C.

D.

E.

b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?


A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Suhunya naik dari -5°C ke 4 °C sehingga terjadi perubahan wujud, jadi
grafiknya lengkung ke bawah
B. Fase padat ke cair menyebabkan volumenya bertambah, namun massa
jenisnya tetap
C. Volume air mengalami penyusutan saat mencapai 4°C dan massa
jenisnya tetap. Sehingga grafik volumenya terbuka ke atas dan grafik
massa jenisnya mendatar
D. Volume air mengalami penyusutan saat dipanaskan hingga 4°C,
sedangkan massa jenisnya meningkat. Sehingga grafik volumenya
terbuka ke atas, dan grafik massa jenisnya terbuka ke bawah*
E. Saat dipanaskan hingga 4°C air mengalami peristiwa anomali, sehingga
volume dan massa jenisnya sama-sama memuai jadi grafiknya sama
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
182

8. Perhatikan gambar berikut!

Gambar di atas menunjukkan sebuah botol yang bagian mulutnya direkatkan pada
balon dan diletakkan di dalam wadah berisi air dingin. Ketika air dingin diganti
dengan air panas, maka balon akan . . .

a) Berikan Jawabanmu!
F. Mengembang*
G. Menyusut
H. Masuk ke dalam botol
I. Lepas dari mulut botol
J. Tidak berubah
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Ketika suhu naik maka kalor akan berpindah dari tinggi ke rendah,
sehingga balon menyusut
B. Ketika panas diberikan pada ruang tertutup, maka kalor akan memuai
menjadi gas dan balon terlepas dari mulut botol
C. Karena kalor yang masuk ke botol tidak dapat keluar dan ditampung
balon
D. Air panas menyebabkan partikel dari atas bergerak ke bawah sehingga
balonnya masuk ke dalam botol
E. Air panas menyebabkan partikel dalam botol bergerak ke atas, sehingga
volume balon semakin membesar*
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

9. Perhatikan gambar berikut!


183

Alarm listrik menggunakan bimetal dalam saklarnya. Alarm tersebut dapat


berfungsi apabila …
a) Berikan Jawabanmu!
A. Koefisien logam P lebih kecil dari logam Q
B. Koefisien logam Q lebih kecil dari logam P*
C. Koefisien logam P dan Q harus sama
D. Koefisien logam P dan Q tidak mempengaruhi alarm
E. Sumber arus listrik terhubung ke rumah saklar
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Ketika terjadi kebakaran arus listrik langsung menghidupkan saklar
sehingga alarm bunyi
B. Ketika koefisien logam Q lebih besar, aliran listrik dapat berjalan
dengan cepat
C. Ketika terjadi kebakaran koefisien logam P dan Q memuai bersama
dengan ukuran yang sama panjang, sehingga aliran listriknya cepat
terhubung saklar
D. Ketika koefisien logam P lebih besar, maka menghasilkan pemuaian
panjang yang lebih besar dan aliran listrik dapat berjalan dengan cepat
E. Ketika koefisien logam P lebih besar, maka menghasilkan pemuaian
panjang yang lebih besar, sehingga logam P akan melengkung ke logam
Q yang memiliki koefiseien muai lebih kecil dan menyentuh saklar
untuk membunyikan alarm*
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

10. Saat cuaca panas, Fattah meminum air dalam botol plastik sampai habis dan
meletakkannya di teras rumah. Ketika cuaca sudah terasa lebih dingin, Fattah
184

melihat botol plastik tersebut menjadi penyok. Botol tersebut dapat berubah
bentuk dari keadaan semula dikarenakan adanya….
a) Berikan Jawabanmu!
A. Suhu dan tekanan
B. Perubahan suhu dari panas ke dingin
C. Penyusutan volume dalam botol*
D. Pemuaian volume dalam botol
E. Suhu dingin yang menyebabkan gas dalam botol berdekatan membentuk
sebuah atom
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Semua molekul udara keluar dari botol, sehingga tidak ada yang tersisa
dalam botol
B. Suhu yang berubah menjadi dingin menekan permukaan botol
C. Molekul udara di dalam botol semakin berdekatan, sehingga udara
membutuhkan lebih sedikit ruang*
D. Molekul panas keluar dari botol, sehingga molekul yang tersisa lebih
sedikit di dalam botol
E. Molekul udara di dalam botol terurai menjadi atom yang menempati
ruang lebih sedikit
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

11. Saat kamu meletakkan 100 gram es yang bersuhu 0°C dan 100 gram air yang
bersuhu 0°C ke dalam freezer, manakah yang akan kehilangan panas paling
banyak?
a) Berikan Jawabanmu!
A. 100 gram es
B. 100 gram air*
C. Ruang freezer
D. Sebagian air dan es kehilangan panas
E. Tidak ada yang kehilangan panas paling banyak
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Es menyimpan lebih banyak suhu dingin
B. Karena perubahan suhu yang dialami air dari suhu tinggi ke rendah
185

C. Ruangan freezer suhunya lebih rendah, sehingga paling banyak melepas


panas
D. Air mengalami perubahan wujud sekaligus perubahan suhu sehingga
melepas kalor lebih banyak*
E. Massa dan suhunya sama, jadi tidak ada yang kehilangan panas
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

12. Mengapa kita harus menggunakan sweater saat cuaca dingin?


a) Berikan Jawabanmu!
A. Untuk menghangatkan tubuh
B. Untuk menaikkan suhu tubuh
C. Untuk mengurangi kalor yang hilang dari tubuh*
D. Untuk membantu tubuh memproduksi lebih banyak kalor
E. Karena bahan sweater bisa menahan suhu tubuh
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Sweater hangat untuk cuaca dingin
B. Serat bahan sweater menjaga suhu tubuh kita tetap hangat
C. Pakaian tebal bisa mengunci kalor
D. Sweater menghalangi kalor yang keluar dari tubuh sehingga tidak bisa
diserap lingkungan yang dingin*
E. Sweater bisa memberikan kalor tambahan ke tubuh, sehingga menjadi
hangat
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

13. Saat memindahkan bensin dari tangki ke dalam botol, seorang pedagang bensin
eceran tidak sengaja menumpahkan bensin ke lantai. Setelah beberapa saat,
tumpahan bensin meghilang. Fenomena yang terjadi adalah …
a) Berikan Jawabanmu!
A. Bensin mengalami perubahan suhu
B. Bensin terserap ke lantai
C. Bensin memuai
D. Bensin menyusut
E. Bensin menguap *
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
186

c) Berikan Alasanmu!
A. Suhu bensinya semakin tinggi karena tercampur udara
B. Penyerapan energi dari yang tinggi ke rendah
C. Bensin mengalami pemuaian karena suhu udara yang lebih tinggi
D. Bensin akan menguap ketika berada di ruangan terbuka pada suhu
normal *
E. Bensin akan menyusut karena mengalami perubahan suhu dengan
lingkungan
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

14. Berapakah banyak kalor yang harus dihilangkan dari 200 g air saat 0 °C untuk
mengubahnya menjadi es dengan suhu 0°C? (Kalor beku air = 80 kal/g)
a) Berikan Jawabanmu!
A. 16 kkal*
B. 32 kkal
C. 36 kkal
D. 40 kkal
E. 80 kkal
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Peristiwa asas black (𝑄𝐿𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ) air melepas kalor dan es
menerima kalor
B. Kalor beku airnya 80 kal/g
C. Peristiwa perubahan wujud sekaligus perubahan suhu sehingga dihitung
dengan 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑚𝑐∆𝑇 + 𝑚𝐿
D. Peristiwa tersebut menunjukkan proses kalor yang mengalami
perubahan wujud, sehingga berlaku persamaan 𝑄 = 𝑚𝐿*
E. Peristiwa perubahan wujud menjadi es mengakibatkan kalor beku air
berubah menjadi setengahnya
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

15. Pekerja pembuat panci bertugas untuk meleburkan potongan aluminium di


dalam tungku. Kemudian, Ia mengukur dan mengisi laporan keadaan suhu
alumunium menggunakan termometer yang berskala 1000°C. Hasil pengukuran
suhu yang di dapat sebagai berikut:
187

Waktu
No Suhu
(menit)
1 0 30°C
2 10 250°C
3 20 305°C
4 30 388°C
5 50 567°C
6 60 660°C
7 70 660°C
8 80 660°C
9 90 660°C
Setelah melewati waktu 60 menit, suhu aluminium tetap berada di 660°C, hal ini
menunjukkan bahwa ….

a) Berikan Jawabanmu!
A. Pergerakan kalornya berhenti saat suhu 660°C
B. Suhu tertingginya aluminium hanya mencapai suhu 660°C
C. Aluminium sudah benar-benar meleleh
D. Aluminium tersebut telah mencapai titik peleburannya*
E. Titik didih aluminium hanya mencapai 660°C
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan alasanmu!
A. Tidak ada lagi pergerakan kalornya sehingga suhu tetap
B. Saat mengalami perubahan wujud dari keadaan padat menjadi cair,
suhunya tidak akan berubah sampai alumiminum benar-benar meleleh
sepenuhnya*
C. Aluminium hanya bisa berubah pada suhu tertentu
D. Tidak ada alasan ilmiah untuk menunjukkan bahwa suhunya sama,
mungkin termometernya hanya bisa membaca skala hingga 660°C
E. Setiap kali aluminium dipanaskan, suhu naik dengan cepat pada
awalnya, tetapi setelah beberapa saat, suhu mulai naik perlahan karena
logam telah menyerap panas yang dibutuhkan
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

16. Perhatikan beberapa pernyataan di bawah ini:


(1) Ketika es mencair mengalami penyerapan kalor
(2) Saat suhu 0°C air selalu berwujud padat
(3) Uap yang mengembun akan melepaskan kalor
188

(4) Air selalu mendidih pada suhu 100°C saat berada dalam tekanan normal

Berdasarkan pernyataan di atas, manakah menurutmu pernyataan yang salah…


a) Berikan Jawabanmu!
A. (1)
B. (2)*
C. (3)
D. (4)
E. Tidak ada yang salah
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Ketika es mencair memang seharusnya melepaskan kalor
B. Air tidak selalu berwujud padat pada suhu 0°C*
C. Uap yang mengembun memang seharusnya mengalami penyerapan
kalor
D. Air mendidih tidak selamanya berada di suhu 100°C
E. Tidak ada alasan, karena semua pernyataan sudah benar
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

17. Perhatikan grafik berikut!


T (°C)
C
2500

A B
660

Q (kkal)
25
139 235 387

Grafik di atas merupakan proses peleburan aluminium sebesar 1 gram. Besar kalor
lebur aluminium yang terjadi berdasarkan grafik tersebut adalah …
a) Berikan Jawabanmu!
A. 387 kkal/g
B. 235 kkal/g
C. 152 kkal/g
D. 139 kkal/g
E. 96 kkal/g*
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
189

A. Yakin B. Tidak Yakin


c) Berikan Alasanmu!
A. Karena di grafik membutuhkan kalornya sebanyak 387 kkal
B. Karena proses peleburan berhenti sampai titik B
C. Karena proses peleburan terjadi dari titik A sampai B, sehingga kalor
𝑄
leburnya menggunakan persamaan 𝐿 = 𝑚*
D. Karena proses peleburan terhadu dari titik B sampai C, jadi kalor
leburnya dapat ditentukan dari selisih kalor yang dihasilkan dari kedua
titik tersebut
E. Karena proses peleburan terjadi mulai dari titik A sampai C
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

18. Seorang siswa melakukan percobaan dengan menjatuhkan sebuah logam besi
bersuhu 0°C ke dalam air yang bersuhu 20°C. Bagaimanakah keadaan suhu
logam dan air tersebut?
a) Berikan Jawabanmu!
A. Suhunya sama-sama normal
B. Suhunya menyesuaikan suhu lingkungan
C. Suhu logam saja yang berubah
D. Suhu logam akan meningkat, sedangkan suhu air akan menurun*
E. Suhu logam akan menurun, sedangkan suhu air akan meningkat
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Logam dingin dimasukkan ke dalam air akan hilang dinginnya
B. Seperti air panas yang tercampur air dingin, jadi suhunya normal
C. Karena terjadi perpindahan kalor
D. Partikel logam bergetar lebih cepat daripada partikel air. Ketika mereka
bertabrakan satu sama lain, partikel air akan menyerap energi dan logam
melepaskan energi
E. Partikel air bergetar lebih cepat daripada partikel logam. Ketika mereka
bertabrakan satu sama lain, partikel air akan kehilangan energi panas
dan berpindah ke partikel logam*
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
190

19. Di cuaca yang terik, Andi hendak membuat minuman dingin. Saat mengambil
es batu dalam kulkas, ternyata freezer sudah dipenuhi oleh bunga es seperti pada
gambar berikut:

Andi berpikir untuk memutar pengatur suhu ke arah minimum, dengan harapan
bunga es dapat mencair. Beberapa jam kemudian Andi mengecek kembali, ternyata
bunga es dan es batu sudah mencair. Selanjutnya Andi memutar pengatur suhu ke
arah maksimum untuk membekukan es batunya. Satu jam kemudian Andi
membuka freezer dan es batunya sudah mengeras. Grafik suhu terhadap perubahan
wujud kalor yang mendekati cerita di atas adalah ….
a) Berikan Jawabanmu!
A. B.

C. D.

E.
191

b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?


A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Suhunya mengalami perubahan dari rendah (saat 0°C), tinggi (di atas
0°C) dan kembali rendah (di bawah 0°C)
B. Suhunya berubah dari tinggi ke rendah dan tinggi lagi
C. Memutar pengatur suhu ke arah minimum grafik meningkat dan ke arah
maksimum grafik menurun, sementara perubahan wujud saat mencair
dan membeku suhu berada di 0°C
D. Memutar pengatur suhu ke arah minimum grafik menurun dan ke arah
maksimum grafik meningkat, sementara perubahan wujud mencair dan
membeku suhu berada pada 0 °C*
E. Suhu minimunya di bawah 0 °C, suhu maksimunya di atas 10 °C
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

20. Nelayan selalu berlayar pada malam hari dengan memanfaatkan angin darat.
Kemudian kembali pada pagi hari dengan memanfaatkan angin laut. Proses
angin laut dan angin darat adalah contoh dari perpindahan kalor secara ….
a) Berikan Jawabanmu!
A. Konduksi
B. Konveksi*
C. Radiasi
D. Osmosis
E. Semikonduksi
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Karena terjadi perpindahan panas dari darat ke laut ketika malam hari
B. Karena pada malam hari daratan lebih dingin dari lautan sehingga udara
panas dari laut naik ke atas digantikan dengan udara dingin dari darat*
C. Aliran panasnya berpindah dari tempat tinggi ke rendah
D. Karena kalornya berpindah dengan mengalir
E. Karena perpindahannya alirannya membutuhkan medium perantara
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
192

21. Seorang teknik sipil meminta kliennya untuk menentukan jenis material yang
digunakan sebagai penutup atap rumah. Teknik sipil tersebut menunjukkan
empat jenis material yang ditawarkan seperti berikut:

Setelah melihat jenis material di atas, klien hanya menginginkan penutup atap
rumahnya mampu menahan aliran panas matahari. Jika kamu sebagai teknik sipil,
material mana yang menjadi pilihanmu untuk klien?
a) Berikan Jawabanmu!
A. Saya akan memilihkan metal beton
B. Saya akan memilihkan metal galvalume steel*
C. Saya akan memilihkan metal pasir
D. Saya akan memilihkan metal millennium
E. Campur metal galvalume steel dan millennium
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Agar bagian dalam ruangan tidak terasa panas
B. Karena genteng yang terbuat dari tanah liat mampu menahan panas
C. Karena koefisien serap panasnya rendah
D. Emisivitas yang tinggi mampu menyerap panas sehingga panas ditahan
oleh atap
E. Emisivitas yang rendah mampu menyerap energi lebih sedikit sehingga
atas rumah tidak terasa panas
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
193

22. Warna yang lebih gelap sangat baik dalam menyerap panas, dibandingkan
warna terang. Saat siang hari yang terik, Ambar dan Betra sedang bermain di
taman. Ambar menggunakan baju putih dan Betra menggunakan baju hitam.
Apa kesimpulan yang dapat kamu peroleh?
a) Berikan Jawabanmu!
A. Betra menjadi kegerahan*
B. Ambar yang lebih cepat kegerahan
C. Baju ambar jadi cepat basah karena menyerap keringat
D. Baju betra tidak bisa menyerap keringat
E. Keduanya sama-sama kepanasan
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 < 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Betra menyerap panas lebih banyak daripada baju
Ambar
B. 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 > 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Betra menyerap panas lebih banyak daripada baju
Ambar*
C. 𝑒ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚 < 𝑒𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ , Baju Ambar menyerap panas lebih banyak daripada
baju betra
D. Karena baju berwarna gelap nilai emisivitasnya rendah
E. Karena baju berwarna terang nilai emisivitasnya hampir mendekati 1
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

23. Rice cooker (penanak nasi) merupakan salah satu peralatan dalam rumah tangga
yang bekerja dengan bantuan listrik.
194

Proses perpindahan kalor yang terjadi ketika tombol rice cooked ditekan saat
menanak nasi adalah …
a) Berikan Jawabanmu!
A. Konduksi
B. Konduksi dan konveksi*
C. Konveksi
D. Konveksi dan radiasi
E. Radiasi
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Karena panci menyerap kalor dari listrik dan memindahkannya ke nasi
B. Kalor mengalir dari suhu tinggi ke rendah
C. Karena kalor mengalir bersama partikel listrik menuju ke nasi
D. Panas yang dihasilkan dari heater secara konduksi berpindah ke panci,
selanjutnya secara konveksi air dalam beras akan mendidih *
E. Panas yang dihasilkan dari heater secara radiasi berpindah ke panci,
selanjutnya secara konveksi air dalam beras akan mendidih
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

24. Di sebuah mall, seorang Sales Promotion Girls (SPG) sedang mempromosikan
sebuah produk panci keluaran terbaru yang dilapisi oleh bahan marble, cast
iron, tembaga, dan aluminium. SPG tersebut membagikan brosur yang berisi
spesifikasi utama bahan panci seperti berikut:

Setelah melihat spesifikasi panci di atas, menurut telaahmu urutan panci yang
paling cepat hingga paling lama dalam menghantarkan panas adalah…
a) Berikan Jawabanmu!
A. Aluminium dan marble
195

B. Tembaga, aluminium, cast iron dan marble*


C. Marble lebih cepat, aluminium lebih lama
D. Marble, cast iron, aluminium, dan tembaga
E. Aluminium, tembaga, cast iron dan marble
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Karena biasanya panci di rumah yang cepat panas aluminium
B. Dilihat berdasarkan konduktivitas termalnya saja, semakin tinggi
nilainya kecepatan hantaran panasnya akan semakin cepat
C. Dilihat berdasarkan jenis bahannya, mable terbuat dari bahan dasar
tanah liat jadi lama menghantarkan panas
D. Kecepatan menghantarkan panas dalam spesifikasi dipengaruhi oleh
nilai konduktivitas bahan, luas permukaan, dan ketebalan pada panci.
Konduktivitas termal sebanding dengan kecepatan hantar panasnya.
Semakin besar konduktivitas termal, maka kecepatan hantar panasnya
juga semakin besar. Sementara pada ketebalan panci, jika semakin tebal,
maka akan memperlambat hantaran panas pada panci*
E. Kecepatan hantaran panas panci bergantung dengan massa dan
ketebalan pancinya, semakin berat dan tebal, maka semakin lama panci
untuk menghantarkan panas. Jadi massa dan ketebalan juga
mempengaruhinya
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin

25. Penggunaan warna cat yang tepat dapat menghemat energi jika digabungkan
dengan penerangan yang sangat baik. Setiap warna memiliki nilai emisivitas
yang berhubungan erat dengan radiasi kalor. Nilai emisivitas dari beberapa
warna dapat dilihat melalui tabel berikut:
Warna Emisivitas
Crystal Pink 0,24
Absolute Yellow 0,31
Apple Martini 0,57
True Blue 0,75
Going Green 0,84

Keadaan awal sebuah Aula di cat dengan warna Apple Martini dan
mendapatkan penerangan yang baik ketika menggunakan 8 buah lampu. Jika
196

Aula tersebut diganti dengan cat berwarna Absolute Yellow, bagaimana kondisi
Aula sekarang?
a) Berikan Jawabanmu!
A. Cukup panas karena terlalu terang dengan kondisi lampu yang ada
B. Lebih gelap dari sebelumnya, karena ada penerangan lampu jadi terlihat
terang
C. Tidak ada perubahan penerangannya, karena nilai emisivitasnya juga
kecil
D. Terlihat silau karena warnanya hampir sama dengan penerangannya
E. Menjadi lebih terang dan tidak terasa panas dari sebelumnya karena
emisivitas warna yang digunakan lebih kecil dari warna sebelumnya
b) Apakah kamu yakin atas jawabanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
c) Berikan Alasanmu!
A. Semakin terang warnanya maka terlihat lebih cerah
B. Emisivitasnya masih cukup baik apabila digabungkan dengan
penerangan dalam Aula
C. Emisivitas yang rendah atau mendekati sama dengan nol akan
meradiasikan cahaya lebih sedikit *
D. Emisivitasnya terlalu rendah dari sebelumnya, jadi butuh penerangan
tambahan supaya tetap terang
E. Tidak bergantung nilai emisivitasnya, karena terang gelapnya suatu
ruangan bergantung banyaknya penerangan (lampu) dalam ruangan
d) Apakah kamu yakin atas alasanmu?
A. Yakin B. Tidak Yakin
197

7 Lampiran A.6 Kisi-kisi Instrumen Nontes

Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara


Nomor Nomor
No Indikator Pertanyaan Pertanyaan untuk Pertanyaan untuk
Guru Siswa
1. Media/Metode pembelajaran
yang digunakan pada konsep 1, 2, 3 1, 2, 3
suhu dan kalor
2. Pembelajaran konsep suhu dan
4, 5, 6 4, 5, 6
kalor
3. Evaluasi konsep suhu dan
7, 8, 9 7, 8, 9
kalor
4. Kendala dalam pembelajaran
10, 11 10, 11
konsep suhu dan kalor
5. Solusi kendala konsep suhu
12, 13 12, 13
dan kalor
Jumlah 13 13
8 Lampiran A.7 Pedoman Wawancara Guru
PEDOMAN WAWANCARA GURU
Nama Bapak/Ibu :
Nama Sekolah :
Waktu Pelaksanaan :
Judul Penelitian : Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Menggunakan Four Tier Test pada Konsep Suhu dan Kalor
Penyusun : Listiana Anggi
Pembimbing : Erina Hertanti, M.Si.

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Wawancara Jawaban


1) Media pembelajaran apa yang Bapak/Ibu gunakan
saat menyampaikan konsep suhu dan kalor?
2) Metode atau model pembelajaran apa yang
Media/Metode pembelajaran Bapak/Ibu gunakan saat menyampaikan konsep
yang digunakan pada konsep suhu dan kalor?
suhu dan kalor 3) Media cetak atau media digital apa yang
Bapak/Ibu sarankan untuk menjadi rujukan
kepada siswa dalam membantu proses
pembelajaran konsep suhu dan kalor?
4) Apakah selama ini indikator pembelajaran pada
Pembelajaran konsep suhu konsep suhu dan kalor tercapai?
dan kalor 5) Bagaimana Bapak/Ibu mengaitkan konsep suhu
dan kalor dengan kehidupan sehari-hari?

198
6) Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh
pengerjaan soal selama pembelajaran konsep
suhu dan kalor?
7) Pertanyaan apa yang sering siswa ajukan ketika
Bapak/Ibu mengajar konsep suhu dan kalor?
Evaluasi konsep suhu dan 8) Penugasan apa yang Bapak/Ibu berikan kepada
siswa ketika mengajar konsep suhu dan kalor?
kalor
9) Evaluasi apa yang Bapak/Ibu berikan untuk
mengetahui hasil belajar siswa pada konsep suhu
dan kalor?
10) Kendala apa yang Bapak/Ibu temui selama
pembelajaran konsep suhu dan kalor?
Kendala dalam pembelajaran
11) Menurut Bapak/Ibu sub materi konsep suhu dan
konsep suhu dan kalor
kalor mana yang sulit dipahami siswa, sehingga
perlu dijelaskan berulang-ulang?
12) Bagaimana cara Bapak/Ibu mengatasi kendala
yang terjadi selama pembelajaran konsep suhu
Solusi kendala konsep suhu dan kalor?
dan kalor 13) Solusi apa yang Bapak/Ibu harapkan untuk
mengurangi kendala yang terjadi selama
pembelajaran konsep suhu dan kalor?
Jakarta, Februari 2021

______________________
NIP. ______________________

199
9 Lampiran A.8 Pedoman Wawancara Siswa
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
Nama Siswa : Nama Sekolah :
Kelas : Waktu Pelaksanaan :

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Wawancara Jawaban


1) Media pembelajaran apa yang digunakan guru
saat menjelaskan konsep suhu dan kalor?
Media/Metode pembelajaran 2) Metode atau model pembelajaran apa yang
digunakan guru saat menyampaikan konsep suhu
yang digunakan pada konsep
dan kalor?
suhu dan kalor
3) Media cetak atau media digital apa yang
disarankan guru untuk menjadi rujukan dalam
membantu proses pembelajaran suhu dan kalor?
4) Apakah penilaian harian konsep suhu dan kalor
kamu mencapai KKM?
Pembelajaran konsep suhu 5) Bagaimana guru mengaitkan konsep suhu dan
dan kalor kalor dengan kehidupan sehari-hari?
6) Apakah guru memberikan contoh pengerjaan soal
selama pembelajaran suhu dan kalor?
7) Pertanyaan apa yang akan kamu ajukan saat
Evaluasi konsep suhu dan mempelajari konsep suhu dan kalor?
kalor 8) Penugasan apa yang diberikan guru ketika
mengajar konsep suhu dan kalor?

200
9) Tes apa yang diberikan guru untuk mengetahui
hasil belajar kamu pada konsep suhu dan kalor?
10) Kendala/kesulitan apa yang kamu hadapi selama
pembelajaran konsep suhu dan kalor?
Kendala dalam pembelajaran
11) Menurut kamu sub materi konsep suhu dan kalor
konsep suhu dan kalor
mana yang sulit dipahami, sehingga perlu
dijelaskan guru berulang-ulang?
12) Bagaimana cara kamu mengatasi kesulitan yang
terjadi selama pembelajaran konsep suhu dan
Solusi kendala konsep suhu kalor?
dan kalor 13) Solusi apa yang kamu harapkan dalam
mengurangi kesulitan yang terjadi selama
pembelajaran konsep suhu dan kalor?

201
202

10 Lampiran A.9 Lembar Penilaian Penilaian Nontes


LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN NONTES (WAWANCARA)

Judul : Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Menggunakan Four Tier


Test pada Konsep Suhu dan Kalor
Penyusun : Listiana Anggi
Pembimbing : Erina Hertanti, M.Si

Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan
pendapat validator secara objektif.
2. Berilah komentar atau saran pada kolom yang tersedia.

A. Penilaian
Kriteria
No Aspek
Ya Tidak
Bahasa
1. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD √
2. Bahasa yang digunakan komunikatif √
3. Struktrur kalimat pertanyaan mudah dipahami √
Pertanyaan bebas dari pernyataan yang dapat √
4.
menimbulkan penafsiran ganda
Konstruksi
1. Pedoman wawancara dirumuskan dengan jelas √
2. Pertanyaan yang dibuat sesuai dengan indikator √
Materi
Pertanyaan dapat menggali informasi untuk √
1. mendeskripsikan pemahaman konsep yang
diterima siswa

B. Kesimpulan
Instrumen nontes (wawancara) ini dinyatakan:
[√]Layak digunakan dalam penelitian skripsi.
[ ]Tidak layak digunakan dalam penelitian skripsi

Jakarta, 22 Februari 2021

Erina Hertanti, M.Si


NIP. 19720419 199903 2 002
11 Lampiran A.10 Hasil Wawancara Guru

203
12 Lampiran A.11 Hasil Wawancara Siswa

Rekapitulasi Wawancara Siswa

Nama Sekolah : MAN 10 Jakarta


Waktu Pelaksanaan : Jum’at, 26 Februari 2021

Q1: Media pembelajaran apa yang digunakan guru saat menjelaskan konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Perentase
WhatsApps 38 53%
Panggilan Video (Zoom) 21 30%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan 12 17%
Jumlah 71 100%
Q2: Metode atau model pembelajaran apa yang digunakan guru saat menyampaikan konsep suhu dan
kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Persentase
Drill 20 28%
Ceramah 36 51%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan 15 21%
Jumlah 71 100%
Q3: Media cetak atau media digital apa yang disarankan guru untuk menjadi rujukan dalam membantu
proses pembelajaran suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Persentase
Modul digital (PDF) 31 44%
LKS 31 44%
Youtube 6 8%
Platform Internet 3 4%
Jumlah 71 100%
Q4: Apakah penilaian harian konsep suhu dan kalor kamu mencapai KKM?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Persentase
Iya 18 25%
Tidak 48 68%
Tidak memberikan jawaban/Ragu dengan jawaban 5 7%
Jumlah 71 100%
Q5: Bagaimana guru kamu mengaitkan konsep suhu dan kalor dengan kehidupan sehari-hari?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Menjelaskan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari 46 65%
Melalui penjelasan materi 1 1%
Melalui soal dan latihan 1 1%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai pertanyaan 23 33%
Jumlah 71 100%
Q6: Apakah guru memberikan contoh pengerjaan soal selama pembelajaran suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Iya 65 91%
Tidak 4 6%
Tidak memberikan jawaban/ragu atas jawaban 2 3%
Jumlah 71 100%
Q7: Pertanyaan apa yang akan kamu ajukan saat mempelajari konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Pertanyaan tentang konsep kalor 5 7%
Pertanyaan tentang anomali air 1 1%

204
Pertanyaan tentang penggunaan rumus pada proses perubahan 37 53%
wujud kalor
Pertanyaan tentang pemuaian 2 3%
Pertanyaan tentang Asas Black 1 1%
Pertanyaan tentang manfaat mempelajari suhu dan kalor 2 3%
Pertanyaan tentang perpindahan kalor 2 3%
Pertanyaan terkait termometer 1 1%
Tidak memberikan jawaban/Tidak tahu apa yang ingin 20 28%
ditanyakan
Jumlah 71 100%
Q8: Penugasan apa yang diberikan guru ketika mengajar konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Soal/latihan dari modul PDF 47 66%
Merangkum materi dari buku LKS 17 24%
Tidak memberikan jawaban/ragu atas jawaban 7 10%
Jumlah 71 100%
Q9: Tes apa yang diberikan guru untuk mengetahui hasil belajar kamu pada konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Penilaian Harian melalui CBT Madrasah 61 86%
Latihan soal 8 11%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai pertanyaan 2 3%
Jumlah 71 100%
Q10: Kendala/kesulitan apa yang kamu hadapi selama pembelajaran konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Kurang memahami penjelasan guru 16 23%
Kurang paham mengenai materinya 16 23%
Lemah dalam menggunakan rumus 16 23%
Lemah dalam memahami soal 6 8%
Karena pembelajaran PJJ (kuota, lingkuan kurang kondusif, 7 10%
koneksi jaringan kurang bagus)
Tidak menjawab/Ragu atas jawaban 10 13%
Jumlah 71 100%
Q11: Menurut kamu sub materi konsep suhu dan kalor mana yang sulit dipahami, sehingga perlu
dijelaskan guru berulang-ulang?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Suhu 2 3%
Pemuaian 5 7%
Konsep kalor 6 8%
Kalor menyebabkan perubahan wujud 25 36%
Asas Black 6 8%
Perpindahan kalor 6 8%
Tidak ada yang sulit dipahami 9 13%
Tidak paham semua 12 17%
Jumlah 71 100%
Q12: Bagaimana cara kamu mengatasi kesulitan yang terjadi selama pembelajaran konsep suhu dan
kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Mencari penjelasan materi di internet/youtube 35 49%
Bertanya kepada teman yang lebih paham 10 14%
Les 4 6%
Mempelajari ulang materinya 15 21%
Tidak menjawab/Ragu atas jawaban 7 10%
Jumlah 71 100%

205
Q13: Solusi apa yang kamu harapkan dalam mengurangi kesulitan yang terjadi selama pembelajaran
konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Menggunakan rumus cepat 6 8%
Mendapatkan penjelasan berulang yang mendetail sampai 47 67%
mengerti
Menerapkan langsung materi pada kehidupan sehari-hari 12 17%
Melakukan pembelajaran tatap muka 6 8%
Jumlah 71 100%

Nama Sekolah : MAN 19 Jakarta


Waktu Pelaksanaan : Jum’at, 18 Februari 2021

Q1: Media pembelajaran apa yang digunakan guru saat menjelaskan konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Perentase
WhatsApps 10 15%
Panggilan Video (google meet) 40 59%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan 18 26%
Jumlah 68 100%
Q2: Metode atau model pembelajaran apa yang digunakan guru saat menyampaikan konsep suhu dan
kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Persentase
Drill 8 12%
Ceramah 26 38%
Demonstrasi 23 34%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan 11 16%
Jumlah 68 100%
Q3: Media cetak atau media digital apa yang disarankan guru untuk menjadi rujukan dalam membantu
proses pembelajaran suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Persentase
PPT dari guru 22 33%
Buku cetak (Erlangga) 20 29%
Youtube 9 13%
Platform Internet 10 15%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan 7 10%
Jumlah 68 100%
Q4: Apakah penilaian harian konsep suhu dan kalor kamu mencapai KKM?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi jawaban Persentase
Iya 41 61%
Tidak 7 10%
Tidak memberikan jawaban/Ragu dengan jawaban 20 29%
Jumlah 68 100%
Q5: Bagaimana guru kamu mengaitkan konsep suhu dan kalor dengan kehidupan sehari-hari?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Melalui demonstrasi 27 40%
Menjelaskan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari 27 40%
Melalui penjelasan materi 4 6%
Melalui soal dan latihan 1 1%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai pertanyaan 9 13%
Jumlah 68 100%
Q6: Apakah guru memberikan contoh pengerjaan soal selama pembelajaran suhu dan kalor?

206
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Iya 62 92%
Tidak 5 7%
Tidak memberikan jawaban/ragu atas jawaban 1 1%
Jumlah 68 100%
Q7: Pertanyaan apa yang akan kamu ajukan saat mempelajari konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Pertanyaan tentang konsep kalor 4 6%
Pertanyaan tentang penggunaan rumus pada proses perubahan 26 38%
wujud kalor
Pertanyaan tentang Asas Black 6 9%
Pertanyaan tentang manfaat mempelajari suhu dan kalor 12 18%
Tidak memberikan jawaban/Tidak tahu apa yang ingin 20 29%
ditanyakan
Jumlah 68 100%
Q8: Penugasan apa yang diberikan guru ketika mengajar konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Praktikum 26 38%
Latihan soal 32 47%
Merangkum materi dari buku paket 2 3%
Tidak memberikan jawaban/ragu atas jawaban 8 12%
Jumlah 68 100%
Q9: Tes apa yang diberikan guru untuk mengetahui hasil belajar kamu pada konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Penilaian Harian melalui CBT Madrasah 34 50%
Latihan soal 28 41%
Tidak menjawab/Jawaban tidak sesuai pertanyaan 6 9%
Jumlah 68 100%
Q10: Kendala/kesulitan apa yang kamu hadapi selama pembelajaran konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Kurang memahami penjelasan guru 7 10%
Kurang paham mengenai materinya 17 25%
Lemah dalam menggunakan rumus 24 35%
Karena pembelajaran PJJ (kuota, lingkuan kurang kondusif, 10 15%
koneksi jaringan kurang bagus)
Tidak menjawab/Ragu atas jawaban 10 15%
Jumlah 68 100%
Q11: Menurut kamu sub materi konsep suhu dan kalor mana yang sulit dipahami, sehingga perlu
dijelaskan guru berulang-ulang?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Pemuaian 9 13%
Konsep kalor 6 9%
Kalor menyebabkan perubahan wujud 23 34%
Asas Black 9 13%
Perpindahan kalor 6 9%
Tidak paham semua 15 22%
Jumlah 68 100%
Q12: Bagaimana cara kamu mengatasi kesulitan yang terjadi selama pembelajaran konsep suhu dan
kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Mencari penjelasan materi di internet/youtube 24 35%
Bertanya kepada teman yang lebih paham 17 25%
Les 1 1%

207
Mempelajari ulang materinya 21 32%
Tidak menjawab/Ragu atas jawaban 5 7%
Jumlah 68 100%
Q13: Solusi apa yang kamu harapkan dalam mengurangi kesulitan yang terjadi selama pembelajaran
konsep suhu dan kalor?
Ragam Jawaban Siswa Frekuensi Jawaban Persentase
Lebih berkonsentrasi saat belajar 19 28%
Mendapatkan penjelasan berulang yang mendetail sampai 35 51%
mengerti
Menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan 2 3%
Melakukan pembelajaran tatap muka 2 3%
Tidak menjawab 10 15%
Jumlah 68 100%

208
13 LAMPIRAN B - ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN

1. Data Hasil Kombinasi Jawaban Four Tier Test


2. Data Hasil Miskonsepsi Siswa`
3. Rekapitulasi Pernyataan Miskonsepsi

209
14 Lampiran B.1 Penyekoran Data Hasil Penelitian
a. Hasil Penyekoran Jawaban Siswa MAN 10 Jakarta Barat
Kelas : XI MIA 1

210
211

211
212

*Keterangan:

KJ (Kunci Jawaban), HK (Hasil Keputusan), PK (Paham Konsep), KPK (Kurang Paham Konsep), FP (False Positive), FN (False Negative), M
(Miskonsepsi)

212
213

Kelas : XI MIA 2

213
214

214
215

*Keterangan:
KJ (Kunci Jawaban), HK (Hasil Keputusan), PK (Paham Konsep), KPK (Kurang Paham Konsep), FP (False Positive), FN (False Negative), M
(Miskonsepsi)

215
216

b. Hasil Penyekoran Jawaban Siswa MAN 19 Jakarta Selatan


Kelas : XI MIA 1

216
217

217
218

*Keterangan:
KJ (Kunci Jawaban), HK (Hasil Keputusan), PK (Paham Konsep), KPK (Kurang Paham Konsep), FP (False Positive), FN (False Negative), M
(Miskonsepsi)

218
219

Kelas : XI MIA 2

219
220

220
221

*Keterangan:

KJ (Kunci Jawaban), HK (Hasil Keputusan), PK (Paham Konsep), KPK (Kurang Paham Konsep), FP (False Positive), FN (False Negative), M
(Miskonsepsi)

221
222

c. Analisis Data Kategori Pemahaman Siswa MAN 10 Jakarta Barat

*Keterangan:
PK (Paham Konsep),
KPK (Kurang Paham Konsep),
FP (False Positive),
FN (False Negative),
M (Miskonsepsi)
d. Analisis Data Kategori Pemahaman Siswa MAN 19 Jakarta Selatan

*Keterangan:
PK (Paham Konsep),
KPK (Kurang Paham Konsep),
FP (False Positive),
FN (False Negative),
M (Miskonsepsi)
224

15 Lampiran B.2 Data Miskonsepsi Siswa


a. Analisis Data Miskonsepsi SIswa pada Pencapaian Ranah Kognitif

MAN 10 JAKARTA BARAT


Ranah Kognitif PK KPK FP FN M Jumlah %PK %KPK %FP %FN %M
C1 100 83 21 21 59 284 35% 29% 7% 7% 21%
C2 123 175 47 35 188 568 22% 31% 8% 6% 33%
C3 68 167 79 27 85 426 16% 39% 19% 6% 20%
C4 44 199 49 65 140 497 9% 40% 10% 13% 28%

MAN 19 JAKARTA SELATAN


Ranah Kognitif PK KPK FP FN M Jumlah %PK %KPK %FP %FN %M
C1 83 79 27 11 72 272 31% 29% 10% 4% 27%
C2 95 172 42 36 199 544 18% 32% 8% 7% 37%
C3 65 166 76 24 77 408 16% 41% 7% 6% 19%
C4 36 209 50 44 137 476 8% 44% 37% 9% 29%

SEKOLAH C1 C2 C3 C4
MAN 10 JAKARTA BARAT 21% 33% 20% 28%
MAN 19 JAKARTA SELATAN 27% 37% 19% 29%
b. Analisis Data Miskonsepsi Siswa pada Indikator Pembelajaran

MAN 10 JAKARTA BARAT


Indikator PK KPK FP FN M Jumlah %PK %KPK %FP %FN %M
1 41 85 40 15 103 284 14% 30% 14% 5% 36%
2 79 169 42 36 100 426 19% 40% 10% 8% 23%
3 29 37 15 12 49 142 20% 26% 11% 8% 35%
4 74 101 36 12 61 284 26% 36% 13% 4% 21%
5 21 84 24 26 58 213 10% 39% 11% 12% 27%
6 91 148 39 47 101 426 21% 35% 9% 11% 24%

MAN 19 JAKARTA SELATAN


Indikator PK KPK FP FN M Jumlah %PK %KPK %FP %FN %M
1 34 80 47 6 105 272 13% 29% 17% 2% 39%
2 60 172 35 19 122 408 15% 42% 9% 5% 30%
3 26 32 16 17 45 136 19% 24% 12% 13% 33%
4 60 108 23 8 73 272 22% 40% 8% 3% 27%
5 15 97 20 21 51 204 7% 48% 10% 10% 25%
6 84 137 54 44 89 408 21% 34% 13% 11% 22%

Indikator Pembelajaran
SEKOLAH
1 2 3 4 5 6
MAN 10 JAKARTA BARAT 36% 24% 35% 22% 27% 24%
MAN 19 JAKARTA SELATAN 39% 30% 33% 27% 25% 22%
c. Analisis Data Miskonsepsi Siswa pada Subkonsep
MAN 10 JAKARTA BARAT
SUB KONSEP PK KPK FP FN M Jumlah %PK %KPK %FP %FN %M
Suhu 41 85 40 15 103 284 14% 30% 14% 5% 36%
Pemuaian Benda 79 169 42 36 100 426 19% 40% 10% 8% 23%
Kalor 124 222 75 50 168 639 19% 35% 12% 8% 26%
Perpindahan Kalor 91 148 39 47 101 426 21% 35% 9% 11% 24%

MAN 19 JAKARTA SELATAN


SUB KONSEP PK KPK FP FN M Jumlah %PK %KPK %FP %FN %M
Suhu 34 80 47 6 105 272 13% 29% 17% 2% 39%
Pemuaian Benda 60 172 35 19 122 408 15% 42% 9% 5% 30%
Kalor 101 237 59 46 169 612 17% 39% 10% 8% 28%
Perpindahan Kalor 84 137 54 44 89 408 21% 34% 13% 11% 22%

SUBKONSEP
SEKOLAH
Suhu Pemuaian Benda Kalor Perpindahan Kalor

MAN 10 JAKARTA BARAT 36% 24% 26% 24%


MAN 19 JAKARTA SELATAN 39% 30% 28% 22%
d. Rekapitulasi Pernyataan Miskonsepsi Siswa

Rekapitulasi Pernyataan Miskonsepsi Siswa pada Konsep Suhu dan Kalor

Pencapaian
Jumlah
Subkonsep Indikator Pembelajaran Ranah Pernyataan Miskonsepsi Siswa %
Pernyataan
Kognitif
Suhu Menjelaskan konsep suhu Es batu yang berada dalam freezer suhunya tetap 23%
C1 31
0°C, karena titik beku air selalu 0°C
Suhu es batu yang dicampur dengan air (dalam 19%
suhu ruangan) menjadi besar, dan es batu yang 25
C2
mencair suhunya tidak lagi 0°C
Titik didih air selalu 100°C 38 29%
Pemuaian Menganalisis pengaruh Raksa termasuk jenis logam sehingga mengalami 31%
C1 41
perubahan suhu terhadap pemuaian panjang
ukuran benda (pemuaian) Air yang mengalami perubahan suhu 0°C hingga 17%
4°C merupakan fase padat ke cair yang
22
menyebabkan volumenya bertambah, namun
C4
massa jenisnya tetap.
Botol menjadi penyok akibat perubahan suhu 42%
56
yang menekan permukaan benda
Kalor Menjelaskan perpindahan 100 gram air dan 100 gram es dengan suhu 0°C 23%
energi akibat adanya perbedaan yang diletakkan ke adalam freezer tidak ada yang 31
C2
suhu kehilangan panas lebih banyak
Bahan sweater bisa menahan suhu tubuh 24 18%
Menjelaskan pengaruh kalor Titik didih aluminium hanya mencapai 660°C.
terhadap proses perubahan C2 34 26%
wujud benda

222
Menerapkan Asas Black dalam Kalor lebur aluminium membutuhkan kalor 24%
C3 32
peristiwa pertukaran kalor sebesar 387 kkal.
Memutar pengatur suhu kulkas ke arah minimum 40%
grafiknya menurun, sedangkan ke arah
C4 maksimum grafik meningkat, sementara 53
perubahan wujud mencair dan membeku suhu
berada pada 0°C
Perpindahan Menganalisis perpindahan Pemilihan material atap rumah agar mampu 27%
Kalor kalor secara konduksi, menahan aliran panas matahari adalah dengan
C4 36
konveksi, dan radiasi memilih emisivitas bahan yang tinggi, karena
mampu menahan panas.
Mengganti warna cat aula dengan warna terang 28%
C4 menyebabkan ruangan terasa cukup panas 37
walaupun menggunakan sedikit penerangan saja.
16 LAMPIRAN C - SURAT-SURAT PENELITIAN

1. Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen Tes


2. Surat Keterangan sebagai Validator
3. Surat Permohonan Izin Penelitian
4. Surat Keterangan Penelitian

224
17 Lampiran C.1 Surat Permohonan Izin Validasi Instrumen Tes

225
226

226
227

227
228

18 Lampiran C.2 Surat Keterangan sebagai Validator

228
229

229
230

230
231

19 Lampiran C.3 Surat Permohonan Izin Penelitian


232
233
20 Lampiran C.4 Surat Keterangan Penelitian

234
235
236
21 LAMPIRAN D - LAIN-LAIN

1. Lembar Penilaian Instrumen Tes


2. Lembar Validitas Ahli Instrumen Tes
3. Lembar Uji Referensi
4. Dokumentasi Penelitian
5. Tampilan Instrumen Tes Melalui Google Form
6. Biodata Penulis

237
22 Lampiran D.1 Lembar Penilaian Instrumen Tes

238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258

23 Lampiran D.2 Lembar Validasi Instrumen Tes


259
260
261
262
263
264
265
266
267
268

24 Lampiran D.3 Uji Referensi


Lembar Uji Referensi

Nama : Listiana Anggi


NIM : 11150163000027
Prodi/Semester : Tadris Fisika/13
Judul Skripsi : Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Menggunakan Four
Tier Test pada Konsep Suhu dan Kalor
No. Referensi Paraf
Pembimbing
BAB 1
1 Husamah, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Malang: UMM
Press, 2018), h. 4
(https://drive.google.com/file/d/1ReJ3WrPr9KdQjfmkn4H
py2Jgien_iDA0/view?usp=sharing)
2 Harli Trisdiono, “Pembelajaran Aktif dan Berpusat pada
Siswa sebagai Jawaban Atas Perubahan Kurikulum dan
Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar”, Artikel
Penelitian LPMP D.I Yogyakarta, 2015, h. 4.
(https://drive.google.com/file/d/1TjR6NaY7ZXIFeBn2IsR
QA6lBtgvjvGc3/view?usp=sharing)
3 Andi Setiawan, Belajar dan Pembelajaran, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), h. 20.
(https://drive.google.com/file/d/11h_tvoCT0ttQJ2WPQ4bJ
hcuzM523KD6L/view?usp=sharing)
4 Andi Setiawan, Belajar dan Pembelajaran, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), h. 21.
(https://drive.google.com/file/d/11h_tvoCT0ttQJ2WPQ4bJ
hcuzM523KD6L/view?usp=sharing)
5 Susi Andriati, “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar
Fisika Materi Elastisitas melalui Pembelajaran Gemes
(Gemar Bereksperimen) dengan Metode Eksperimen bagi
Peserta Didik Kelas XI MIA”, Jurnal Pendidikan
EMPERISME Edisi Desember, 2017, h. 154.
269

(https://docs.google.com/document/d/1NXpbCDwEq2ibeK
E92TYrDDujeHyWJqmx/edit?usp=sharing&ouid=108135
705513961451576&rtpof=true&sd=true)
6 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di
Sekolah Dasar Edisi Pertama, (Jakarta: Prenamedia Group,
2016), h. 54.
(https://docs.google.com/document/d/1ouJNxlpH9fLglN4
Hkl7t5I5B1auOBOvB/edit?usp=sharing&ouid=108135705
513961451576&rtpof=true&sd=true)
7 Andi Setiawan, Belajar dan Pembelajaran, (Ponorogo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2017), h. 25.
(https://drive.google.com/file/d/11h_tvoCT0ttQJ2WPQ4bJ
hcuzM523KD6L/view?usp=sharing)
8 Amerudin, Eka Ariyati, dan Asrian Nurdini, “Deskripsi
Kesulitan Belajar dan Faktor Penyebabnya pada Materi
Fungi di SMA Islam Bawari Pontianak dan Upaya
Perbaikannya”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, Vol. 2, No. 9, 2013, h. 1.
(https://drive.google.com/file/d/1Fr_9GYdZqsRauinCnnne
4A7I1rBcckrx/view?usp=sharing)
9 Ika Maryani, dkk, Model Intervensi Gangguan Kesulitan
Belajar, (Yogyakarta: K-Media, 2018), h. 24.
(https://drive.google.com/file/d/1L9fzWj_DB4s83hYIdAy
mDxv2T5A6xN70/view?usp=sharing)
10 Husamah, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Malang: UMM
Press, 2018), h. 236.
(https://docs.google.com/document/d/1WaHSh0UoXSvSo
C_X-
d9ukZyABXrW4I9b/edit?usp=sharing&ouid=1081357055
13961451576&rtpof=true&sd=true)
11 Ani Rusilowati, “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai
Alat Evaluasi Kesulitan Belajar Fisika”, Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) ke-6, Vol.
6, No. 1, 2015, h. 1.
270

(https://drive.google.com/file/d/1kHQKC6ahy5zCGiicjGSJ
PMNnn10-A66h/view?usp=sharing)
12 Resti Ana. M, Sigit Priatmoko, dan Ersanghono Kusuma,
“Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA dalam
Memahami Materi Larutan Penyangga dengan
Menggunakan Two-Tier Multiplechoice Diagnostic
Instrument”, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No.
1, 2010, h. 518.
(https://drive.google.com/file/d/1hMMH4ebz1ojWhFjyatC
JDPjA-hBAiyoC/view?usp=sharing)
13 Nurulwati, Arsaythamby Veloo, dan Ruslan Mat Ali, “Suatu
Tinjauan tentang Jenis-jenis dan Penyebab Miskonsepsi
Fisika”, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 02, No.01,
2014, h. 87.
(https://drive.google.com/file/d/1XFb8iWDRUKmrZcA6O
xRqPK1E7I_xoW-V/view?usp=sharing)
14 Wawasan Edukasi, Definisi Miskonsepsi dalam Memahami
Konsep Suatu Pelajaran, 2017.
(https://www.wawasan-edukasi.web.id/2017/03/definisi-
miskonsepsi-dalam-memahami.html)
15 Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, “Identifikasi dan
Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum Newton dengan
Menggunakan Metode Eksperimen di Man Darussalam”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM), Vol. 2, No. 1, 2017, h. 129.
(https://drive.google.com/file/d/14Q9Cgw7aCIX6oVj0rND
ss3bGZH1QygSQ/view?usp=sharing)
16 Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, “Identifikasi dan
Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum Newton dengan
Menggunakan Metode Eksperimen di Man Darussalam”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM), Vol. 2, No. 1, 2017, h. 129.
(https://drive.google.com/file/d/14Q9Cgw7aCIX6oVj0rND
ss3bGZH1QygSQ/view?usp=sharing)
17 Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, “Identifikasi dan
Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum Newton dengan
Menggunakan Metode Eksperimen di Man Darussalam”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM), Vol. 2, No. 1, 2017, h. 129.
271

(https://drive.google.com/file/d/14Q9Cgw7aCIX6oVj0rND
ss3bGZH1QygSQ/view?usp=sharing)
18 Dessy Fauzi, Ika Mustika Sari, dan Duden Saepuzaman,
“Profil Konsepsi Siswa SMK di Kota Bandung Pada Konsep
Termal dengan Three Tier Test” Pros. Semnas Pendidikan
IPA Pascasarjana UM, 2016, h.134.
(https://drive.google.com/file/d/1HwbeMdZ4M6xuXm5cja
CrBa2QkykeyUvl/view?usp=sharing)
19 Amnah Mohamed Abdullah Al Kaabi, “Heat
Msconceptions among 11th Grade Students”, Theses United
Arab Emirates University, 2014, h. 44.
(https://drive.google.com/file/d/1sxU4IXma_KnccQLWcl3
7bULOPWin9cV8/view?usp=sharing)
20 S. Yeo and M. Zadnik, “Introductory Thermal Concept
Evaluation: Assesing students’ Understanding”, The Physic
Teacher, Vol. 39, 2001, h. 497.
(https://drive.google.com/file/d/1INi39zHvjweuw9hXhhNa
rXtZnhS81dRK/view?usp=sharing)
21 G. R. Luera, Charlotte A. Otto, and P. W Zitzewitz, “Use of
The Thermal Concept Evaluation to Focus Instruction”, The
Physics Teacher, Vol. 44, 2006, h. 166.
(https://drive.google.com/file/d/13IKDZT5_k9nMpmKsOP
QUB-IR4_yWwvMS/view?usp=sharing)
22 Derya Kaltakci Gurel, Ali Erylmaz, and Lilian Christie
McDermott, “A Review and Comparison of Diagnostic
Instruments to Identify Students’ Misconceptions in
Science”, Eurasia Journal of Mathematics, Sciences &
Technology Education, 11(5), 2015, h. 998.
(https://drive.google.com/file/d/1B4RvBRWnF9rhwD2H-
it88sWAgRp7Jp9C/view?usp=sharing)
BAB II
1 Darwis dan Hikmawati Mas’ud, Kesehatan Masyarakat
dalam Perspektif Sosioantropologi, Cet. 1, (Makassar: CV
SAH MEDIA, 2017), h. 91.
272

(https://docs.google.com/document/d/1yK2BsrrrjSBlo1am
xTDCyjpZ5f2WlguA/edit?usp=sharing&ouid=108135705
513961451576&rtpof=true&sd=true)
2 Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonsesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Ver.
3.7, 2016, (https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/konsep
diakses pada 13 sept 2021)
3 Yuyu Yuliata, “Miskonsepsi Siswa pada Pembelajaran IPA
serta Remediasinya”, Jurnal Bio Educatio, Vol. 2, No. 2,
2017, h. 53.
(https://drive.google.com/file/d/1G9ogPgiEqWegCyurQj4
OtvCsPNJm7ybV/view?usp=sharing)
4 Hasim W dan Nasrul Ihsan, “Identifikasi Miskonsepsi
Materi Usaha, Gaya, dan Energi dengan Menggunakan CRI
(Certainy of Response Index) pada Siswa Kelas VII SMPN
1 Malangke Barat”, Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika,
Vol. 7, No. 1, 2011, h.26.
(https://drive.google.com/file/d/1FdAK3Gqf4J1y3hOJ-
iLy7TsJI2mBpEyE/view?usp=sharing)
5 Joseph D. Novak, “Ausubel’s Assimilation Theory and
Metacognitive Tools as a Foundation for Instructional
Design” in Charles R. Dills and A. J. Romiszoski (Ed),
Instructional Development Paradigms, (USA: Educational
Technology Publications, 1997), h. 406.
(https://docs.google.com/document/d/1cqOTlpaaFwlWbsz
NI76ECqod95txgutT/edit?usp=sharing&ouid=1081357055
13961451576&rtpof=true&sd=true)
6 Kurniyatul Faizah, “Miskonsepsi dalam Pembelajaran
IPA”, Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi
dan Pemikiran Hukum Islam, Vol. VIII, No. 1, 2016, h. 118.
(https://drive.google.com/file/d/1txg3TakcX2QncSGEFvZ
ve1AO_F6Mwf52/view?usp=sharing)
7 Winni Liliawati dan Tufik R. R, “Identifikasi Miskonsepsi
Materi IPBA di SMA dengan Menggunakan CRI (Certainly
of Respons Index) dalam Upaya Perbaikan Urutan
Pemberian Materi IPBA Pada KTSP”, Prosiding Seminar
273

Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA,


Universitas Negeri Yogyakarta, 2009, h. 160.
(https://drive.google.com/file/d/1QEtGbNq4NhkZglRYLre
QVHkJP4PrACYg/view?usp=sharing)
8 Winni Liliawati dan Tufik R. R, “Identifikasi Miskonsepsi
Materi IPBA di SMA dengan Menggunakan CRI (Certainly
of Respons Index) dalam Upaya Perbaikan Urutan
Pemberian Materi IPBA Pada KTSP”, Prosiding Seminar
Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan MIPA,
Universitas Negeri Yogyakarta, 2009, h. 160.
(https://drive.google.com/file/d/1QEtGbNq4NhkZglRYLre
QVHkJP4PrACYg/view?usp=sharing)
9 Ani Rusilowati, “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai
Alat Evaluasi Kesulitan Belajar Fisika”, Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) ke-6, Vol.
6, No. 1, 2015, h. 2.
(https://drive.google.com/file/d/1w2s0wpqxm7kXxtAqbcO
h_r6_CL8YeRno/view?usp=sharing)
10 Ani Rusilowati, “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai
Alat Evaluasi Kesulitan Belajar Fisika”, Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) ke-6, Vol.
6, No. 1, 2015, h. 2.
(https://drive.google.com/file/d/1w2s0wpqxm7kXxtAqbcO
h_r6_CL8YeRno/view?usp=sharing)
11 Imelda S.Caleondan dan R. Subramaniam, “Do Student
Know What They Know and What They Don’t Know?
Using a Four Tier Diagnostic Test to Assess the Nature of
Students’ Alternative Conception”, Research Science
Education, Vol. 40, 2009 h. 313.
(https://drive.google.com/file/d/1ry8cXX0bOCKYlyBCTE
HLMyQz7TyJDE49/view?usp=sharing)
12 Pujia Rawh, dkk, “Pengembangan Four-Tier Diagnostic
Test untuk Mengidentifikasi Profil Konsepsi Siswa pada
Materi Alat-alat Optik”, WaPFI (Wahana Pendidikan
Fisika, Vol. 5. No. 1, 2020, h. 85.
274

(https://drive.google.com/file/d/1NT2ZL_KVCdSNZ5J6lh
TsqalqZKbIuCJS/view?usp=sharing)
13 Erin Dolan, “Resent Research in Science Teaching and
Learning”, CBE Life Sciences Education, Vol. 9, 2010, h.
76-77.
(https://drive.google.com/file/d/13oW__xL4VT-
pZSl9YdIw5w4iTWU6ddrg/view?usp=sharing)
14 Ani Rusilowati, “Pengembangan Tes Diagnostik sebagai
Alat Evaluasi Kesulitan Belajar Fisika”, Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) ke-6, Vol.
6, No. 1, 2015, h. 4.
(https://drive.google.com/file/d/1w2s0wpqxm7kXxtAqbcO
h_r6_CL8YeRno/view?usp=sharing)
15 Nurul Wilantika, dkk, “Pengembangan Penyusunan
Instrumen Four Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap
Miskonsepsi Materi Sistem Ekskresi di SMA Negeri 1
Mayong Jepara”, Jurnal Phenomenon, Vol. 08, No. 2, 2018,
h. 203.
(https://drive.google.com/file/d/1viHHjpYP2ChYEeQZe92
0gMgBkk7BLcUI/view?usp=sharing)
16 Nurul Wilantika, dkk, “Pengembangan Penyusunan
Instrumen Four Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap
Miskonsepsi Materi Sistem Ekskresi di SMA Negeri 1
Mayong Jepara”, Jurnal Phenomenon, Vol. 08, No. 2, 2018,
h. 203.
(https://drive.google.com/file/d/1viHHjpYP2ChYEeQZe92
0gMgBkk7BLcUI/view?usp=sharing)
17 Derya Kaltakci Gurel, Ali Erylmaz, and Lilian Christie
McDermott, “A Review and Comparison of Diagnostic
Instruments to Identify Students’ Misconceptions in
Science”, Eurasia Journal of Mathematics, Sciences &
Technology Education, 2015, 11(5), h. 999.
(https://drive.google.com/file/d/1r0BDkfFipLdctmCuePaZ
Ox11eMhWqSPk/view?usp=sharing)
275

18 Derya Kaltakci Gurel, Ali Erylmaz, and Lilian Christie


McDermott, “A Review and Comparison of Diagnostic
Instruments to Identify Students’ Misconceptions in
Science”, Eurasia Journal of Mathematics, Sciences &
Technology Education, 2015, 11(5), h. 1008.
(https://drive.google.com/file/d/1r0BDkfFipLdctmCuePaZ
Ox11eMhWqSPk/view?usp=sharing)
19 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 449.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
20 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 4.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
21 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 449.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
22 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 4.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
23 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 451.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
24 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 451.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
25 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 9.
276

(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
26 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 451.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
27 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 10.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
28 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 454.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
29 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 29.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
30 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 30.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
31 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 31.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
32 Yohanes Surya, Suhu dan Termodinamika – Persiapan
Olimpiade Fisika, Tangerang: Tim PT Kandel, 2009), h. 3.
(https://docs.google.com/document/d/1pj8xCAlR9d3rEO-
0hzpgRtswQ15vdjx8/edit?usp=sharing&ouid=1081357055
13961451576&rtpof=true&sd=true)
33 Yohanes Surya, Suhu dan Termodinamika – Persiapan
Olimpiade Fisika, Tangerang: Tim PT Kandel, 2009), h. 13.
277

(https://docs.google.com/document/d/1pj8xCAlR9d3rEO-
0hzpgRtswQ15vdjx8/edit?usp=sharing&ouid=1081357055
13961451576&rtpof=true&sd=true)
34 Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga,
2001), h. 489.
(https://drive.google.com/file/d/1KY1lcWDa2zRkNulR52_
BVRt5a36XeiZ0/view?usp=sharing)
35 Yohanes Surya, Suhu dan Termodinamika – Persiapan
Olimpiade Fisika, Tangerang: Tim PT Kandel, 2009), h. 13.
(https://docs.google.com/document/d/1pj8xCAlR9d3rEO-
0hzpgRtswQ15vdjx8/edit?usp=sharing&ouid=1081357055
13961451576&rtpof=true&sd=true)
36 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 63.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
37 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 84-86.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
38 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Tangerang: Tim PT
Kandel, 2017), h. 87.
(https://drive.google.com/file/d/1qin8cnmvcWJxQgwztYn
wP8CGF0H1Rt7H/view?usp=sharing)
BAB III
1 Made Indra P. dan Ika Cahyaningrum, Cara Mudah
Memahami Metodologi Penelitian, (Sleaman: Penerbit
Deepublish, 2019), h. 11
(https://docs.google.com/document/d/1SWZqRs-
8z5tyBLKVFJd6eMOge-
ojjYjj/edit?usp=sharing&ouid=108135705513961451576&
rtpof=true&sd=true)
2 Nuryadi, dkk, Dasar-dasar Statistik Penelitian,
(Yogyakarta: Sibuku Media, 2017), h. 8.
278

(https://drive.google.com/file/d/1vNP1YltxBnBCd-
pbMusBmzzNkx5m826t/view?usp=sharing)
3 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 85.
(https://drive.google.com/file/d/1b5bQ1HKlxn0mbCeiIBzo
ahxdNnCjmKhd/view?usp=sharing)
4 Setyo Tri Wahyudi, Statistika Ekonomi Konsep Teori dan
Terapan, (Malang: UB Press, 2017), h. 17
(https://docs.google.com/document/d/1VNGEOUYm9s8q
GoI-
_V0MdXQBk1u1kysp/edit?usp=sharing&ouid=108135705
513961451576&rtpof=true&sd=true)
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 222.
(https://drive.google.com/file/d/1b5bQ1HKlxn0mbCeiIBzo
ahxdNnCjmKhd/view?usp=sharing)
6 Qisthi Fariyani, dkk, “Pengembangan Four-Tier Diagnostic
Test untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA
Kelas X”, Jurnal of Innovative Science Education, 2015, h.
43.
(https://drive.google.com/file/d/1I0ZPNe7uz0jA9EXdw75
nHQqOVrvpQCsZ/view?usp=sharing)
7 Hendryadi, “Validitas Isi: Tahap Awal Pengembangan
Kuesioner”, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Fakultas
Ekonomi UNIAT, Vol. 2, No. 2, 2017, h. 174.
(https://drive.google.com/file/d/1rylAbSqbuwaI1TweTHIY
gC3DYGu2ZaOC/view?usp=sharing)
8 Hendryadi, “Validitas Isi: Tahap Awal Pengembangan
Kuesioner”, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis Fakultas
Ekonomi UNIAT, Vol. 2, No. 2, 2017, h. 173.
(https://drive.google.com/file/d/1rylAbSqbuwaI1TweTHIY
gC3DYGu2ZaOC/view?usp=sharing)
9 Ratna Very Viana dan Subroto, “Pengembangan Sistem
Assesment dalam Pembelajaran Materi Usaha dan Energi
Berbasis Media Audio Visual di SMA Negeri 1
279

Prambanan”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol, 5, No. 5, 2016,


h. 313.
(https://drive.google.com/file/d/1CrTFksJysblCWa4FgIRx
1xbhxSoD9AsU/view?usp=sharing)
10 Zulkifli Matondang, “Validitas dan Reliabilitas Suatu
Instrumen Penelitian”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED,
Vol. 6, No. 1, 2009, h. 89.
(https://drive.google.com/file/d/1lUym6pe5KCjhjsRG3niw
AGq3zy8Ti8Ar/view?usp=sharing)
11 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif &
Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2017), h. 240.
(https://drive.google.com/file/d/1LmnT5D3Ms7VK4QvQZ
KQEtEsDhccEVsIr/view?usp=sharing)
12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 267-268.
(https://drive.google.com/file/d/1b5bQ1HKlxn0mbCeiIBzo
ahxdNnCjmKhd/view?usp=sharing)
13 S. Widanarto P., Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta:
Sanata Dharma University Press, 2016), h. 155.
(https://docs.google.com/document/d/1XoCmYsmg6tSgyx
dXrjXazP82OoelHgpj/edit?usp=sharing&ouid=108135705
513961451576&rtpof=true&sd=true)
14 TIM Pengembag Ilmu Pendidikan FIP UPI, Ilmu & Aplikasi
Pendidikan bag. 1 Ilmu Pendidikan Teoritis, (Bandung:
Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 108.
(https://docs.google.com/document/d/12hH8flUCBjE5v40
2k8CeGdEotCoXjulA/edit?usp=sharing&ouid=108135705
513961451576&rtpof=true&sd=true)
15 Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan
Teologi, (Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Theologia
Jaffray, 2018), h. 52.
(https://drive.google.com/file/d/1YRo4kRU1DDI3x3RUD
RAP4XOML7CRRT3_/view?usp=sharing)
280

16 Dwi Aprilia Astupura, dkk, “Penerapan Model


Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Motivasi dan
Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok Cahaya”,
Edusains Vol. 4 No. 1, 2016, h. 20.
(https://drive.google.com/file/d/1KZ6_CVCGcFPKBeXTP
7UmzySVu4oSHt7w/view?usp=sharing)
BAB IV
1 Iwan Permana Suwarna, Analisis Miskonsepsi Siswa SMA
Kelas X pada Mata Pelajaran Fisika melalui CRI (Certainty
of Response Index) Termodifikasi, 2013, h. 8.
(https://drive.google.com/file/d/1S7ogVFDX7rW8dwiexeg
VePL8U78Q5Noa/view?usp=sharing)
2 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka
Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen -
Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2015), h. 105.
(https://drive.google.com/file/d/1HgWtvEOFZkgddkxiera
V6sBbj6MP957G/view?usp=sharing)
3 Dwi Oktaviana dan Iwit Prihatin, “Analisis Hasil Belajar
Siswa pada Materi Perbandingan berdasarkan Ranah
Kognitif Revisi Taksonomi Bloom”, Buana Matematika:
Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika,
Vol. 8, No 2, 2018, h. 85.
(https://drive.google.com/file/d/1xL95hXTAMRQngq-
sOdu4wQ9_LQsApOWG/view?usp=sharing)
4 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka
Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen -
Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2015), h. 116.
(https://drive.google.com/file/d/1HgWtvEOFZkgddkxiera
V6sBbj6MP957G/view?usp=sharing)
5 Dede Shinta Sari, dkk, “Analisis Efektivitas Pembalajaran
Daring terhadap Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
SMA”, Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah, Vol. 9,
No.1, 2021, h. 66.
281

(https://drive.google.com/file/d/1_sUwiS2WTLF904d0SK
kk8fzWuCiiI_Ck/view?usp=sharing)
6 P. P. Lestari dan Suharto Linuwih, “Analisis Konsepsi dan
Perubahan Konseptual Suhu dan Kalor pada Siswa di SMA
Kelas Unggulan”, Unnes Physics Education Journal, 2014,
h.64.
(https://drive.google.com/file/d/1N7zO6VB6_Afhpv-
_jfStOKq3krMorqaz/view?usp=sharing)
7 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel,
2017), h.8
(https://drive.google.com/file/d/16V7LCgdRixChQMCItR
qbeOtN9IOaZAOj/view?usp=sharing).
8 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel,
2017), h.2.
(https://drive.google.com/file/d/16V7LCgdRixChQMCItR
qbeOtN9IOaZAOj/view?usp=sharing).
9 Muhammad Reyza Arief Taqwa, dkk, “Analisis
Miskonsepsi Topik Suhu dan Kalor Mahasiswa Pendidikan
Fisika Universitas Negeri Malang”, BRILIANT: Jurnal Riset
dan Konseptual, Vol. 5 No. 3, 2020, h. 525.
(https://drive.google.com/file/d/1lMKOEcorwhP14wvpGO
5Cefv44g_Ipltz/view?usp=sharing)
10 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel,
2017), h.36.
(https://drive.google.com/file/d/16V7LCgdRixChQMCItR
qbeOtN9IOaZAOj/view?usp=sharing).
11 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel,
2017), h.37.
(https://drive.google.com/file/d/16V7LCgdRixChQMCItR
qbeOtN9IOaZAOj/view?usp=sharing).
12 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel,
2017), h.64.
(https://drive.google.com/file/d/16V7LCgdRixChQMCItR
qbeOtN9IOaZAOj/view?usp=sharing).
282

13 Yohanes Surya, Suhu dan Kalor, (Jakarta: PT. Kandel,


2017), h.65.
(https://drive.google.com/file/d/16V7LCgdRixChQMCItR
qbeOtN9IOaZAOj/view?usp=sharing).
14 Emine Adadan dan Merve Nur Yavuzkaya, “Examining The
Progression and Consistency of Thermal Concepts: a Cross-
Age Study”, Intenational Jurnal of Science Education,
2018, h. 5.
(https://drive.google.com/file/d/1MYu6X0sj4q8WbC2Sn
WOc7lEhzq6Ip0-A/view?usp=sharing)
15 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 2001) h. 500.
(https://drive.google.com/file/d/19bu1XmUzNvrfxJHQPg
HMdQeTlJMGZ_eV/view?usp=sharing)
16 E.W.N. Sofianto dan R.K. Irawati, “Upaya Meremediasi
Konsep Fisika pada Materi Suhu dan Kalor”, Shoutheast
Asian Journal of Islamic Education, Vol. 2, No. 2, 2020, h.
114.
(https://drive.google.com/file/d/1yYKkiD80vSmeWTRcO
WAlR9uzgk0OCPwx/view?usp=sharing)
17 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 2001) h. 507.
(https://drive.google.com/file/d/19bu1XmUzNvrfxJHQPg
HMdQeTlJMGZ_eV/view?usp=sharing)
18 Douglas C. Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 2001) h. 507.
(https://drive.google.com/file/d/19bu1XmUzNvrfxJHQPg
HMdQeTlJMGZ_eV/view?usp=sharing)
19 Susilawati Z dkk, “Menghitung Nilai Emisivitas Warna
Menggunakan Miniatur Ruang Berbentuk Silinder sebagai
Media Pembelajaran Fisika”, PENDIPA Journal of Science
Students, 2018, h. 139.
(https://drive.google.com/file/d/1zwDOF3q2eRg6RXFSV
OvYkgmCL8IemJ8I/view?usp=sharing)
283

20 Shelley Yeo dan Marjan Zadnik, “Introductory Thermal


Concept Evaluation (Assessing Students Understanding)”,
THE PHYSICS TEACHER, Vol. 39, 2001, h. 497.
(https://drive.google.com/file/d/1awFCtJZr42AHqDckSl49
1eRl1G0hc_8_/view?usp=sharing)
21 Silfia Maftuhatun Ni’mah, dkk, “Profil Miskonsepsi Siswa
SMA pada Materi Pembelajaran Suhu dan Kalor”, Journal
Universitas Negeri Malang, Vol. 4, No. 5, 2019, h. 591.
(https://drive.google.com/file/d/1h0SJzu9hQ7TYxDhmN8
PznWZ-to_8l8td/view?usp=sharing)

Jakarta, 15 September 2021


Yang mengesahkan,
Pembimbing

Erina Hertanti, M.Si


NIP: 197204191999032002
284

25 Lampiran D.4 Dokumentasi Penelitian


Waktu Pelaksanaan : Kamis, 18 Februari 2021 Pukul 13.30 WIB
Sekolah : MAN 19 Jakarta Selatan

Waktu Pelaksanaan : Selasa, 23 Februari 2021 Pukul 13.30 WIB


Sekolah : MAN 10 Jakarta Barat
26 Lampiran D.5 Tampilan Instrumen Tes Melalui Google Form

285
286

27 Lampiran D.6 Biodata Penulis


BIODATA PENULIS

LISTIANA ANGGI. Anak kedua dari tiga


bersaudara pasangan Bapak Asrodhi dan Ibu Sri
Subiarti. Lahir di Batang pada tanggal 26 Maret
1997. Bertempat tinggal di Jl. Istiqomah RT
001/008, Kelurahan Cipadu, Kecamatan Larangan,
Kota Tangerang, Provisi Banten.

Riwayat Pendidikan. Telah menyelesaikan pendidikan di SD Islam Nurul Azhar


pada tahun 2009, MTs.N 32 Jakarta Selatan pada tahun 2012, dan SMAN 32 Jakarta
Selatan pada tahun 2015. Memulai pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta melalui jalur UM-PTKIN pada tahun 2015 di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Tadris Fisika.

Anda mungkin juga menyukai