SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
EVI SEPTIYANI
NIM. 11140163000035
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
1. Keluarga tercinta Ayahanda Subeki dan Ibunda Hj. Nurhasanah, yang tak henti-
hentinya mendoakan dan memberikan dukungannya, baik moril maupun material
kepada penulis. Adikku Nanda Sephia Dwi Putri yang telah memberikan doa dan
dukungannya lahir dan bathin selama penulis menempuh Pendidikan. Serta
seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan penulis kekuatan
untuk tetap semangat menyelesaikan pendidikan.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK)
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Dwi Nanto, Ph. D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
5. Bapak Dwi Nanto, Ph. D., selaku dosen pembimbing dengan kesabaran dan
perhatian telah banyak memberikan waktu, bimbingan dan motivasi yang besar
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen, atas ilmu dan bimbingannya selama penulis mengikuti
perkuliahan di Jurusan Pendidikan IPA dan di Program Studi Pendidikan Fisika.
7. Kepala SMA Negeri 5 Depok Bapak Achmad Zarkasih, S. Pd., yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk penelitian skripsi ini, Ibu Novia Dyah
Kusuma Dewi, S. Pd., guru fisika SMA Negeri 5 Depok, serta siswa kelas XI
MIPA SMA Negeri 5 Depok atas bantuan serta kerjasamanya dalam pelaksanaan
penelitian ini.
8. Kepala SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan Bapak Suhermin, S. Pd.,M.Si.,
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanaan penelitian
validasi instrumen soal, Bapak Priono, S. Pd., guru fisika SMA Negeri 4 Kota
Tangerang Selatan, serta siswa kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 4 Kota
Tangerang Selatan atas bantuan serta kerjasamanya dalam pelaksanaan
penelitian ini.
9. Kakak-kakak Pendidikan Fisika angkatan 2013 di bimbingan Pak Dwi, Kak
Dini, Kak Latif, Kak Rahmat, yang sudah banyak membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah memberikan kekuatan, semangat dan motivasi, semoga kita
tetap menjadi keluarga.
11. Sahabat kelas B terbaik Dwi Kartika, Kaka Intan, Lisah, Fazria, Nofa, dan
Hafizh yang selalu hadir membantu dan memberi banyak dukungan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Para sahabat tercinta geng SOON, Nadya, Aida, Lutfi, Puspita, Fitri, Fauziah,
dan Devita yang tak henti-hentinya memberikan doa, semangat dan dukungan
serta bantuan dalam banyak hal bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
13. Para sahabat tercinta geng Pemuda Cileungsi, Sinta, Dyah, Ghina dan Egih yang
selalu ada disaat penulis merasa lemah dan selalu memberikan semangat,
dorongan, doa serta bantuannya. Semoga Allah melanggengkan persahabatan
kita.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis secara terbuka menerima
setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak dan menambah khasanah keilmuwan dalam dunia
Pendidikan.
Peneliti
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH ...........................................iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .........................................................................iv
ABSTRAK ................................................................................................................................ v
ABSTRACT..............................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................................................... 5
C. Batasan Masalah............................................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................................... 7
A. Kajian Teori ..................................................................................................................... 7
1. Konsep dan Pemahaman Konsep .................................................................................. 7
2. Miskonsepsi .................................................................................................................. 9
a) Pengertian Miskonsepsi ............................................................................................ 9
b) Penyebab Miskonsepsi............................................................................................ 10
c) Identifikasi Miskonsepsi ......................................................................................... 12
3. Instrumen Tes Diagnostik Four Tier Test ................................................................... 13
a) Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Four Tier Test ........................................... 15
b) Kelebihan Dan Kekurangan Instrumen Four Tier Test........................................... 16
4. Four Tier Test Digital Berbasis Web .......................................................................... 16
5. Konsep Suhu dan Kalor .............................................................................................. 19
xi
4. Data Persentase Miskonsepsi Siswa pada Tiap Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang,
dan Kelompok Rendah ............................................................................................... 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................................... 53
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 71
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 72
xiii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika berasal dari bahasa Yunani fysikos (alamiah) dan fysis (alam)
merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang benda-benda di alam, gejala-
gejala, kejadian-kejadian alam serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut.1
Tujuan utama semua sains termasuk fisika merupakan upaya untuk mencari
keteraturan dalam pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Pengamatan yang
cermat membutuhkan kemampuan memahami yang baik dan perlu dimiliki oleh
siswa agar bisa mempelajari konsep-konsep fisika dengan tepat. Fisika yang
dipelajari di tingkat sekolah menengah atas dan sederajat pada umumnya memiliki
tiga karakteristik kesulitan yang berbeda dimulai dari tingkat yang mudah, sedang,
dan sulit. Tentunya hal ini berpengaruh terhadap kemampuan memahami siswa.
Konsep dianggap sulit karena kemampuan memahami siswa kurang, sehingga terjadi
kesalahan penafsiran terhadap konsep tersebut. Kesalahan atau ketidaksempurnaan
dalam menafsirkan konsep menimbulkan miskonsepsi.
Selama proses belajar, masing-masing siswa memiliki perbedaan dalam
mengonstruksi pengetahuan serta pemahaman konsep yang bermacam-macam
terhadap sesuatu yang ia lihat. Hal ini menimbulkan perbedaan makna terhadap
stimulus atau peristiwa yang sama. Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada
suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang para
pakar dalam bidang itu.2 Penelitian yang paling menonjol dan dipelajari secara luas
dalam pendidikan fisika yaitu miskonsepsi karena dianggap sebagai faktor penting
dalam mengatasi masalah belajar siswa dalam memahami konsep. Beberapa studi
1
Ganijati Aby Sarojo, 2002, Seri Fisika Dasar Mekanika Edisi Pertama, (Jakarta: Salemba
Teknika), h. xii
2
Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, (Jakarta:
Grasindo, 2005), h. 4
2
dalam literatur yang membahas miskonsepsi siswa difokuskan pada konsep mekanik,
listrik, suhu dan kalor dalam fisika.3
Kalor sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Kita menggunakan istilah
kalor dalam kehidupan sehari-hari seakan-akan kita tahu apa yang dimaksud secara
tepat. Penting bagi kita untuk mendefinisikan kalor secara jelas agar bisa
mengkaitkan setiap fenomena dan konsep yang berhubungan dengan kalor.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada September 2018 yaitu
wawancara kepada guru bidang studi fisika di SMA Negeri 5 Depok. Beliau
menyatakan kesetujuannya bahwa konsep suhu dan kalor mencakup konsep-konsep
yang erat kaitannya dengan kehidupan dan selalu menimbulkan miskonsepsi karena
memuat konsep-konsep yang bersifat abstrak. Selanjutnya alasan mengapa suhu dan
kalor banyak dijadikan sebagai topik utama penelitian dalam pendidikan sains adalah
karena suhu dan kalor merupakan kata yang familiar yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Pemahaman siswa terkait konsep ini menjadi salah satu kunci
untuk memahami berbagai macam konsep sains lainnya.4 Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu tes diagnostik agar guru tidak salah menafsirkan miskonsepsi pada siswa. Tes
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.5
Berbagai jenis instrumen telah digunakan dalam pendidikan sains untuk
mengidentifikasi miskonsepsi di antaranya wawancara, pertanyaan terbuka, peta
konsep, dan tes pilihan ganda, yang semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan
dalam penggunaannya.6 Sebagai contoh, wawancara yang banyak digunakan
3
Derya Kaltakci Gurel, Development And Application Of A Four-Tier Test To Assess Pre-
Service Physics Teachers‟ Misconceptions About Geometrical Optics, (A Thesis Of Middle East
Technical University, 2012), h. 16
4
Mustafa Sozbilir, A Review Of Selected Literature On Students‟ Misconceptions Of Heqt
And Temperature, (A journal of Ataturk University, 2015), h. 25
5
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 34
6
Gurel, Eryilmaz, dan McDermott., A Review And Comparison Of Diagnostik Instrumens
To Identify Students‟ Misconceptions In Science, (Eurasia Journal Of Mathematic, Science &
Technology Education, 11(5), 989-1008, 2015), h. 995
3
memberi kesempatan pada peneliti untuk menyelidiki secara mendalam dan fleksibel,
tetapi memerlukan waktu dan upaya untuk mencapai sampel besar dan menganalisis
hasilnya. Tes pilihan ganda mengatasi masalah yang disebutkan di atas dalam
wawancara, tetapi tidak dapat menyelidiki kesalahpahaman secara mendalam dan
untuk mendeteksi jawaban menebak secara efektif.7 Keterbatasan yang terjadi pada
bentuk Multiple-choice tests mendorong para peneliti untuk menciptakan tes yang
lebih efektif untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang bertujuan untuk mengimbangi
keterbatasan-keterbatasan dari Multiple-choice tests, yaitu tes two-tier, three-tier, atau
four-tier.8
Tes diagnostik dua tingkat dan tiga tingkat mengatasi masalah pendeteksian
dibandingkan tes pilihan ganda biasa. Namun, pada perkembangannya instrumen two
tier test masih memiliki kekurangan yaitu tidak bisa memastikan penyebab siswa
yang benar-benar mengalami miskonsepsi.9 Two tier test memiliki hasil yang terlalu
tinggi (overstimate) dalam mengidentifikasi miskonsepsi, karena semua jawaban
yang salah dianggap miskonsepsi.10 Kelemahan-kelemahan dalam instrumen tes two
tier kemudian diperbaiki dengan hadirnya instrumen tes diagnostik bentuk three tier
test. Three tier test hadir dengan menambahkan tingkat keyakinan yang diletakkan
setelah dua tingkat pertama guna memastikan keyakinan siswa dalam menjawab
pertanyaan dalam dua tingkat sebelumnya.11 Walaupun three tier test berguna untuk
mengukur miskonsepsi bebas dari eror dan LK (lack of knowledge) secara valid,
ternyata masih memiliki keterbatasan terkait tingkat keyakinan untuk tier 1 & 2.
Tingkat keyakinan berada setelah dua tingkat pertama, ketika siswa mengisi pada
salah satu tingkat merasa tidak yakin atas jawaban yang dia pilih tetapi mau tidak
mau harus memilih yakin karena hanya ada satu tingkat keyakinan pada soal. Dengan
7
Kaltakci, Ibid., h. 17
8
Gurel, Eryilmaz, dan McDermott., Loc. Cit.
9
Ibid.
10
Yasin Kutluay, Diagnosis Of Eleventh Grade Students‟ Misconcepctions About Geometric
Optic By Three Tier Test, (A Thesis Master from Univ. Middle East Technical, 2005), h. 11
11
Gurel, Eryilmaz, dan McDermott, Op. Cit., h. 996
4
alasan ini, four tier test hadir menambahkan dua tingkat keyakinan yang terletak
untuk tier pertanyaan dan tier alasan resmi diperkenalkan. Instrumen tes diagnostik
miskonsepsi berbentuk four tier dinyatakan lebih mengetahui kondisi pemahaman
siswa.12
Instrumen tes diagnostik four tier test yang banyak dikembangkan umumnya
masih berbentuk paper based test. Tes diagnostik yang masih menggunakan kertas
tentunya kurang praktis dalam penggunaan. Masih banyak kendala yang terjadi pada
saat pelaksanaannya, diantaranya bentuk instrumen tes diagnostik terdiri dari banyak
butir soal dan kondisi ini membutuhkan cukup banyak kertas dalam hal ini dianggap
kurang ekonomis dan tidak ramah lingkungan karena tidak mendukung program go
green. Selain itu, alokasi waktu untuk mengerjakan soal sulit dikontrol saat memulai
ataupun selesainya, waktu banyak terbuang dalam pendistribusian soal dan lembar
jawaban, serta pada saat mengerjakan soal melingkari atau menghapus jawaban yang
dianggap salah akan memakan waktu yang lumayan.13 Kelemahan lainnya dalam
penggunaan sistem paper based test yaitu pengoreksian secara manual rentan terjadi
kesalahan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut, dengan memanfaatkan teknologi yang saat ini sedang berkembang, yaitu
mengganti ujian berbasis kertas (paper) ke bentuk ujian non kertas (paperless)
berbasis web. Tentunya penerapan ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya
menambah efisiensi penilaian, fleksibel di beberapa waktu dan tempat, memberikan
feedback langsung, dan mengurangi kesalahan dalam proses penilaian.14
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dibuat tes diagnostik four tier digital test
berbasis situs web yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa
pada konsep suhu dan kalor. Oleh karena itu, peneliti mengajukan penelitian dengan
12
Kaltakci, Op. Cit., h. 201
13
Iwan Permana S, Mengembangkan Instrumen Ujian Komprehensif Di Program Studi
Pendidikan Fisika Melalui Computer Based Test (CBT), (Jurnal FITK, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta), h. 5
14
Huseyin Oz, Tuba Ozturan, Computer-Based And Paper-Based Testing: Does The Test
Administration Mode Influence The Reliability And Validity Of Achievment Tests, Journal Of
Language And Lingustic Studies, 14(1), 2018, h. 67-85
5
judul “Tes Diagnostik Four-Tier Digital Test (4TDT) Berbasis Website Untuk
Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Konsep suhu dan kalor termasuk dalam materi pelajaran yang dianggap sulit
untuk dipahami sehingga terjadi miskonsepsi.
2. Pendeteksian evaluasi pemahaman siswa menggunakan instrumen yang tepat
masih belum banyak dilakukan.
3. Tes diagnostik yang banyak dikembangkan masih menggunakan kertas (paper
based test).
C. Batasan Masalah
Agar penulisan ini dapat memenuhi sasaran dan tidak menyimpang dari pokok
permasalahan yang hendak dicapai, maka peneliti membatasi pokok permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Identifikasi miskonsepsi siswa pada materi suhu dan kalor mengacu pada
kurikulum 2013. Aspek kognitif yang digunakan yaitu C1 sampai C4
berdasarkan taksonomi Bloom Revisi Anderson, meliputi aspek (mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis).
2. Pengukuran miskonsepsi menggunakan instrumen tes diagnostik Four Tier
Digital Test (4TDT) berbasis website dengan mengadaptasi alur penelitian
Caleon & Subramaniam, dan hasil modifikasi oleh Ismiara Indah Ismail.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Berapa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep suhu dan
kalor menggunakan Four Tier Digital Test (4TDT) berbasis website?
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Konsep dan Pemahaman Konsep
Konsep adalah penyajian internal sekelompok stimulus, yang tidak dapat
diamati karena harus disimpulkan dengan perilaku.1 Konsep adalah cara
mengelompokkan dan mengkategorikan secara mental berbagai objek atau peristiwa
yang mirip dalam hal tertentu2. Konsep adalah pendapat yang meningkatkan
pemikiran seseorang dalam beberapa cara sehingga membantu mengurangi
kompleksitas dunia ketika mengklasifikasikan objek agar lebih mudah.3 Definisi lain
menyebutkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek,
kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. 4 Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu
gambaran secara umum yang memiliki makna, ciri khas, atau kemiripan tertentu yang
dikelompokkan sehingga dapat mempresentasikan suatu objek atau peristiwa agar
bisa dipahami.
Pemahaman konsep merupakan pengetahuan yang dipelajari siswa secara
bermakna dan terintegrasi baik mengenai suatu topik, termasuk membentuk banyak
hubungan logis di antara berbagai konsep dan gagasan spesifik.5 Belajar konsep
merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan dasar bagi proses mental
yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi.6 Sejalan dengan hal ini
maka setelah siswa melakukan proses pembelajaran, ia akan mendapatkan
pemahaman konsep yang lebih mendalam. Namun masih sering ditemui konsep yang
siswa pahami ini kadang tidak sesuai dengan pemahaman yang telah dikonstruk para
1
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 62
2
Jeanne Elllis Omrod, Psikologi Pendidikan Membantu Sisa Tumbuh dan Berkembang
Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 327
3
Ibid.
4
Dahar, Op. Cit., h. 63
5
Ormrod, Op. Cit., h. 343-344
6
Dahar, Op. Cit., h. 62
8
Tingkat
No. Kriteria Penilaian
Pemahaman
Tidak ada jawaban/ kosong
Tidak memberikan
1. Menjawab “saya tidak tahu”
respon
Menjawab “saya tidak mengerti”
Mengulang pertanyaan
2. Menjawab tapi tidak berhubungan Tidak memahami
dengan pertanyaan atau tidak jelas
Menjawab dengan penjelasan tidak
3. Miskonsepsi
logis
Jawaban menunjukkan ada konsep
yang dipahami, tetapi juga membuat Memahami sebagian
4.
pernyataan yang menunjukkan dengan miskonsepsi
kesalahpahaman
Jawaban menunjukkan hanya sebagian
5. Memahami sebagian
konsep dikuasai tanpa ada miskonsepsi
Jawaban menunjukkan konsep
6. dipahami dengan semua penjelasan Memahami konsep
benar
7
Michel R. Abraham, Eileen B. Grzybowski, et al, Understanding and Misunderstanding of
Eight Grades of Five Chemistry Concept in Text Book, Journal of Research in Science
Teaching. 29 (12), 1992, h.112
9
2. Miskonsepsi
a) Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. 8
Miskonsepsi dianggap sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu
pernyataan yang tidak dapat diterima.9 Dalam pengertian lain miskonsepsi adalah
kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan memang
sudah terbukti sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa.10 Disebutkan pula dari
sumber lain miskonsepsi sebagai struktur kognitif (pemahaman) yang berbeda dari
pemahaman yang telah ada dan diterima di lapangan, dan struktur kognitif ini dapat
mengganggu penerimaan ilmu pengetahuan yang baru.11
Bila dalam suatu kelas disajian satu percobaan yang sama, masing-masing
anak memiliki jawabannya sendiri. Setiap anak melihat dan menginterpretasikan
percobaan tersebut berdasarkan caranya sendiri. Kerap kali terlihat bahwa gagasan
anak yang berbeda dengan gagasan ilmiah ini tetap dipertahankan anak, walaupun
guru sudah berusaha memberikan suatu kenyataan yang berlawanan.12 Dari beberapa
pengertian miskonsepsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi merupakan
kekeliruan seseorang dalam memahami suatu konsep yang terbukti tidak benar dan
cenderung bertentangan dengan teori-teori atau konsep-konsep yang telah
disampaikan oleh para ahli dalam sebuah konsep pengetahuan. Karakteristik
miskonsepsi pada umumnya yaitu:13 (1) melekat kuat dan merupakan struktur
kognitif yang stabil; (2) konsepsi yang ada berbeda dengan konsepsi para ahli; (3)
mempengaruhi siswa dalam memahami fenomena alam dan eksplanasi santifik; (4)
8
Suparno, Loc. Cit.
9
Ibid.
10
Ormrod, Op. Cit., h. 338
11
Saleem Hasan, et.al, Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI) , Journal
of Phys. Educ, Vol. 5, 1999, h. 294.
12
Dahar, Op. Cit., h. 154.
13
Arif Widiyatmoko, Kinya Shimizu, Literature Review Of Factors Contributing To
Students‟ Misconceptions In Light And Optical Instruments, International Journal Of Environmental
& Science Education, Vol. 13 No. 10, 2018, h. 853
10
14
Suparno, Op. Cit.,. h. 53
11
15
Dahar, Op. Cit., h. 154-155.
16
H. Ozmen, Some Student Misconceptions In Chemistry: A Literature Review Of Chemical
Bonging. Journal Of Science Education And Technology Vol. 13 No. 2, June 2004, H. 147-159
17
Gurel, D. K., Eryılmaz, A., dan McDermott, Op. Cit. h. 994
13
18
Suparno, Op. Cit., h. 123
19
Gurel, Eryilmaz, dan McDermott, Loc. Cit.
20
Ibid., h. 995
14
memastikan keyakinan dalam menjawab dua tingkat sebelumnya.21 Pada three tier
test, siswa dikatakan mengalami miskonsepsi apabila tingkat 1 dan 2 menjawab salah
dengan tingkat keyakinan tinggi. Three tier test dikatakan lebih akurat dalam
menunjukkan miskonsepsi siswa semenjak mereka dapat medeteksi persentase LK
(lack of knowledge) menggunakan tingkat keyakinan. Walaupun three tier test
berguna untuk mengukur miskonsepsi bebas dari eror dan LK (lack of knowledge)
secara valid, ternyata masih memiliki keterbatasan terkait tingkat keyakinan untuk
tier 1 & 2. Ini memunculkan dua masalah baru yaitu meremehkan proporsi LK (lack
of knowledge) dan melebihkan nilai siswa.22 Tingkat keyakinan berada setelah dua
tingkat pertama, ketika siswa mengisi pada salah satu tingkat merasa tidak yakin atas
jawaban yang dia pilih tetapi terpaksa harus isi yakin karena hanya ada satu tingkat
keyakinan pada soal. Dengan alasan ini, four tier test yang menambahkan dua tingkat
keyakinan yang terletak untuk tier konten dan tier alasan resmi diperkenalkan.
Four tier test merupakan tes diagnostik dengan empat tingkat pilihan. Four
tier test ini merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat,
yaitu dengan menambahkan tingkat keyakinan pada masing-masing jawaban dan
alasan.23 Penambahan tingkat keyakinan pada masing-masing jawaban dan alasan
dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga akan membantu
dalam mendeteksi tingkat miskonsepsi siswa.24 Tingkat pertama dari tes diagnostik
pilihan ganda empat tingkat adalah soal pilihan ganda dengan lima pengecoh dan satu
kunci jawaban yang harus dipilih siswa, tingkat ke dua merupakan tingkat keyakinan
siswa dalam memilih jawaban, tingkat ke tiga merupakan alasan siswa menjawab
21
Gurel, Eryilmaz dan McDermott, Op. Cit., h. 997
22
Ibid., h. 998
23
Imelda S. Caleon dan R. Subramaniam, Do Student Know What They Know and What
They Don‟t Know? Using a Four Tier Diagnostik Test to Assess the Nature of Students‟ Alternative
Conception, Research Science Education, Vol. 40, 2010, h. 313.
24
Qisti Fitriyani, Ani Rusilowati dan Sugianto, Pengembangan Four Tier Diagnostik Test
untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa SMA Kelas X, Journal of Innovative Science
Education, Vol. 4, No. 2, 2015, h. 42
15
pertanyaan, dan tingkat ke empat merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih
alasan.
a) Penyusunan Instrumen Tes Diagnostik Four Tier Test
Tahapan penyusunan instrumen diagnostik four tier test diawali dengan
menyusun two-tier test dimana tahapan penyusunan two-tier test mengacu pada
tahapan yang dilakukan oleh Treagust, yang juga telah banyak digunakan oleh para
peneliti dalam mengembangkan tes daignostik miskonsepsi. Tahapan dibagi ke dalam
3 tahap, yaitu:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan penentuan isi materi, atau melakukan
analisis konsep. Dilanjutkan dengan mengumpulkan informasi miskonsepsi siswa.
Informasi ini diperoleh dari telaah literatur merujuk dari penelitian-penelitian yang
sudah pernah dilakukan sebelumnya baik penelitian dalam negeri maupun luar negeri.
Setelah telaah literatur tersebut, dibuatlah indikator soal yang sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar dari konsep suhu dan kalor, serta menyusun
kisi-kisi pertanyaan wawancara klinikal siswa.
b. Tahap Pembuatan Instrumen Tingkat Pertama (Tier I)
Tahapan selanjutnya dilakukan wawancara klinikal menggunakan pertanyaan
yang telah dibuat pada tahap persiapan. Wawancara klinikal digunakan sebagai acuan
pembentuk tier pertama. Hasil wawancara kemudian dianalisis dan dipertimbangkan
untuk dipilih sebagai pertanyaan tingkat pertama (tier I) dalam soal Four Tier Test.
c. Tahap Pembuatan Instrumen Tier Alasan
Dalam tahapan ini dibuat 40 pertanyaan dengan 5 pilihan pengecoh serta
dibubuhkan kolom alasan untuk siswa isi sesuai jawaban mereka yang dihasilkan dari
tahap pembuatan instrumen tingkat pertama. Tes ini serupa dengan tes pilihan ganda
alasan terbuka. Alasan bebas dari siswa kemudian dianalisis oleh peneliti serta
dikembangkan berdasarkan hasil jawaban siswa dan studi kepustakaan. Kemudian
16
25
Ibid.
26
Gurel, Eryilmaz, dan McDermott, Op. Cit., h. 998
27
Eko Prasetyo, Pemrograman Web PHP & MySQL untuk Sistem Informasi Perpustakaan
Edisi Pertama, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 2
17
ketika digunakan dalam halaman web. Software PHP bekerja bersama dengan web
server. Web server adalah perangkat lunak (software) yang mengirim halaman web
kepada dunia.28
Cara kerja web yaitu dengan menampilkan file-file HTML yang berasal dari
server web di komputer client menggunakan program-program khusus, yakni
browser. Ketika user mengirimkan permintaan (request) dari web browser, program
yang ditulis dengan PHP akan di-parsing di dalam web server oleh interpreter PHP,
kemudian server web menjawab dengan cara mengirimkan file-file dalam format
HTML, instruksi-instruksi ini diterjemahkan oleh browser, yang selanjutnya akan
ditampilkan kembali secara visual di computer pengguna (users).29
HTML dikenal sebagai standar bahasa yang digunakan untuk menampilkan
dokumen web. Berikut ini merupakan manfaat HTML:30
a) Mengontrol tampilan dari web page dan kontennya.
b) Mempublikasi dokumen secara online sehingga bisa di akses dari seluruh dunia.
c) Membuat online form yang bisa digunakan untuk menangani pendaftaran,
transaksi secara online.
d) Menambahkan obyek-obyek seperti gambar, suara, video, dan juga java applet
dalam dokumen HTML.
Sebagian besar aplikasi web yang dikembangkan saat ini membutuhkan
teknologi database untuk menyimpan dan mengelola data-data yang digunakan di
dalamnya. PHP memberikan dukungan terhadap banyak jenis database, baik yang
bersifat komersial maupun yang tidak. MySQL dipilih sebagai database server yang
digunakan untuk mengembangkan aplikasi.31 MySQL merupakan sistem database
yang banyak digunakan untuk pengembangan aplikasi web. MySQL cepat, mudah
untuk digunakan (easy to use), dan dapat berjalan pada beberapa sistem operasi
28
Janner Simarmata, Aplikasi Mobile Commerce Menggunakan PHP dan MySQL Edisi I,
(Yogyakarta: ANDI OFFSET), h. 32
29
Prasetyo, Loc. Cit.
30
Ibid., h. 3
31
Budi Raharjo, Modul Pemrograman WEB (HTML, PHP, &MySQL, (Bandung: Modula,
2014), h. 211
18
seperti Windows, Linux, Mac OS, dan pada beberapa variasi Unix. Kecepatan adalah
fokus utama pada pengembangan awal MySQL. Instalasi dan penggunaannya juga
lebih mudah dibanding pesaing komersilnya. Di dalam harga, MySQL benar-benar
murah. MySQL versi gratis tersedia via GNU GPL (General Public License). Dan
yang terpenting keamanan terjamin.32
Keuntungan yang didapatkan jika MySQL dan PHP dipasangkan dalam
pengembangan web, yaitu sebagai berikut:33
a) Bersifat gratis (free).
b) Keduanya berorientasi web (web-oriented), keduanya dirancang secara khusus
dan memiliki sekumpulan fitur yang berguna untuk pengembangan website
dinamis.
c) Mudah digunakan (easy to use).
d) Cepat.
e) Keduanya berkomunikasi dengan baik satu sama lain. PHP mempunyai fitur-fitur
yang built-in untuk komunikasi dengan MySQL.
f) Dukungan yang luas tersedia.
g) Keduanya customizable. Keduanya open source, sehingga mengijinkan
pemrogram untuk memodifikasi software PHP dan MySQL sesuai dengan
kebutuhan.
Four tier test diagnostik berbasis web kemudian dibuat menggunakan bahasa
pemrograman Hypertext Prepocessor (PHP), dengan database My Structure Query
Languange (MySQL).
32
Simarmata, Op. Cit., h. 26
33
Ibid., h. 33
19
Perubahan sifat
Memiliki Zat termal disebabkan
Suhu Kalor
Perubahannya
Diukur dengan menyebabkan
Perubahannya Berpindah secara
bergantung
pada
Termometer Pemuaian
Terbagi atas
Terdiri dari Konveksi Konduksi Radiasi
Celcius
Muai Muai Muai
Fahrenheit Panjang Luas Volume
Reamur
1
C. R Nave Hyperphysics Georgia State University, diakses dari http://hyperphysics.phy-
astr.gsu.edu pada tanggal 2 November 2018 pukul 00.07 WIB
2
Ketut Kamajaya, Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Fisika 2, (Bandung: Grafindo Media
Pratama, 2016), h. 97
3
Giancoli, Op. Cit., h. 449
4
Setya Nurachmandani, Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009). h. 152
21
c) Pemuaian
Pemuaian adalah bertambah besarnya ukuran suatu benda karena kenaikan
suhu yang terjadi pada benda tersebut. Kenaikan suhu yang terjadi menyebabkan
benda itu mendapat tambahan energi beruba kalor yang menyebabkan molekul-
molekul pada benda tersebut bergerak lebih cepat.5
(1) Pemuaian Zat Padat
Pemuaian zat pada dasarnya ke segala arah. Besar pemuaian yang dialami
suatu benda tergantung pada tiga hal, yaitu ukuran awal benda, karakteristik bahan,
dan bear perubahan suhu benda.6
(a) Pemuaian Panjang
Pemuaian panjang ini biasanya dibatasi pada benda-benda yang ukuran
panjangnya jauh lebih besar dari tebal atau lebarnya, seperti pada rel kereta api atau
sebuah pipa panjang.7 Jika sebuah batang mempunyai panjang mula-mula l1,
koefisien muai panjang (a), suhu mula-mula T1, lalu dipanaskan sehingga panjangnya
menjadi l2 dan suhunya menjadi T2, maka akan berlaku persamaan, sebagai berikut.8
( ) (2.1)
Dengan:
= Panjang mula-mula (m)
= Panjang batang setekah dipanaskan (m)
= Koefisien muai panjang ( )
= Suhu batang mula-mula ( )
= Suhu batang setelah dipanaskan ( )
= Selisih suhu ( )
5
Joko Sumarsono, Buku Fisika SMA Kelas X, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009), h. 137
6
Nurachmandani, Op. Cit., h. 162
7
Kamajaya, Op. Cit., h. 107
8
Nurachmandani, Op. Cit., h. 154
22
9
Ibid.
10
Nurachmandani, Op. Cit., h. 155
23
d) Kalor
Kalor merupakan salah satu bentuk energi.11 Pada dasarnya kalor adalah
perpindahan energi kinetik dari satu benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang
bersuhu lebih rendah.12 Oleh karena kalor merupakan salah satu bentuk energi, satuan
kalor sama dengan satuan energi, yaitu Joule (J). Sebelum diketahui bahwa kalor
merupakan salah satu bentuk energi, orang sudah membuat satuan dari kalor, yaitu
kalori. Secara umum, 1 kalori didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius.13
(1) Hubungan Kalor Dengan Suhu Benda
Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat ini dipengaruhi oleh massa
benda , kenaikan suhu dan jenis zat. Jenis zat diukur dengan besaran yang
dinamakan kalor jenis dan disimbolkan . Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang
diserap zat bermassa 1 untuk menaikkan suhu sebesar 1 . Hubungan besaran-
besaran ini dapat dituliskan sebagai berikut.
(2.6)
Dengan : = Kalor yang diserap benda (kal)
= massa benda (gr)
= kalor jenis (kal/gr )
= kenaikkan suhu ( )
Perkalian massa dan kalor jenisnya disebut kapasitas kalor C dan dirumuskan sebagai
berikut.14
(2.7)
Dengan : C = kapasitas kalor (kal/ )
m = massa benda (gr)
c = kalor jenis (kal/gr )
11
Kamajaya, Op. Cit., h. 97
12
Nurachmandani, Op. Cit., h. 157
13
Giancoli, Op. Cit., h. 489
14
Sri handayani, Fisika 1 : Untuk SMA/MA Kelas X. (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2009), h. 145
24
15
Kamajaya , Op. Cit., h. 98
16
Ibid., h. 99
25
atau (2.9)
17
Nurachmandani, Op. Cit., h. 161
18
Handayani, Op. Cit., h. 150
26
f) Perpindahan Kalor
Kalor berpindah dari satu tempat atau benda ke yang lainnya dengan tiga cara:
dengan konduksi, konveksi, dan radiasi.19
(1) Konduksi
Konduksi merupakan perpindahan kalor tanpa diikuti oleh mediumnya.
Perpindahan energi secara konduksi ini banyak terjadi pada zat padat, sehingga
didefinisikan juga konduksi adalah perpindahan kalor pada zat padat. Besarnya kalor
yang dipindahkan secara konduksi tiap satu satuan waktu sebanding dengan luas
penampang mediumnya, perbedaan suhunya dan berbanding terbalik dengan Panjang
mediumnya serta tergantung pada jenis mediumnya. Dari penjelasan ini dapat
diperoleh perumusan sebagai berikut.20
(2.12)
19
Giancoli, OP. Cit., h. 501
20
Handayani, Op. Cit., h. 153
21
Sumarsono, Op. Cit., h. 156
27
h = koefisien konveksi
A = luas penampang (m2)
= perubahan suhu (K)
(3) Radiasi
Energi yang dihasilkan oleh matahari dapat sampai ke bumi karena radiasi.
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Pada
radiasi, kalor atau energi merambat tanpa membutuhklan zat perantara, berbeda
halnya dengan konduksi dan konveksi. Radiasi dapat berlangsung dalam ruang
hampa.22 Laju pancaran kalor per satuan luas yang dipancarkan oleh sebuah benda
memiliki suhu T Kelvin memenuhi persamaan:23
(2.14)
Dengan:
P = laju rambatan kalor per satuan luas (Js-1m-2) atau daya per satuan luas
(wattm-2)
= koefisien emisivitas (pancaran) benda (tidak bersatuan)
= tetapan Stefan-Boltzmann ( = 5,672 10-8 wattm-2K-4)
= suhu mutlak permukaan benda (Kelvin)
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan
sebelumnya telah banya diteliti oleh para peneliti lainnya, di antaranya:
1. Caleon & Subramaniam dalam penelitiannya yang berjudul “Do Students
Know What They Know and What They Don’t Know? Using A Four-Tier Diagnostic
Test to Assess The Nature of Students’ Alternative Conceptions” menyatakan bahwa
instrumen tes diagnostik dalam bentuk four-tier test mampu mengidentifikasi
22
Kamajaya, Op. Cit., h. 117
23
Ibid, h. 118
28
miskonsepsi dengan lebih baik dibandingkan dengan bentuk tes pendahulunya yaitu
two tier dan three tier dan efektif digunakan dalam mendeteksi variasi miskonsepsi
yang dialami siswa.
2. Derya Kaltakci Gurel dalam tesisnya yang berjudul “Development and
Application of A Four-Tier to Assess Pre-Service Physics Teachers’ Misconceptions
About Geometrical Optics” mengembangkan dan mengaplikasikan instrumen tes
diagnostik four-tier test dan dinyatakan efektif untuk mendeteksi miskonsepsi pada
materi optic geometri yang dialami guru-guru fisika dan adanya perlu mendalami
kembali materi ajar sebelum mengajar di kelas dan demi mengurangi timbulnya
miskonsepsi baru kepada siswa.
3. Derya Kaltakci Gurel, Ali Eryilmaz, & Lilian C. McDermott dalam
penelitiannya dengan judul “A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to
Identify Students’ Misconceptions In Science” membandingkan identifikasi
miskonsepsi siswa menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier, three tier, dan
four-tier. Mereka menyimpulkan bahwa identifikasi miskonsepsi menggunakan
instrumen tes four-tier memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bentuk
instrumen tes terdahulunya yaitu two-tier dan three-tier.
4. Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati, dan Sugianto dalam jurnalnya yang
berjudul “Four-Tier Diagnostic Test To Identify Misconceptions In Geometrical
Optics”. Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa miskonsepsi terjadi di
hampir semua subbab Optik Geometri. Persentase terbesar miskonsepsi terdapat pada
subbab lensa positif. Siswa tidak mampu membedakan antara lensa bikonveks
sebagai lensa negatif yang melebar dan begitu sebaliknya. Siswa dibagi ke beberapa
kategori mengerti, tidak mengerti, dan miskonsepsi. Setiap kategori dibagi kembali
menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah. Persentase siswa yang mengalami
miskonsepsi kategori rendah sebesar 31,37%, kategori sedang sebesar 52,94%, dan
kategori tinggi sebesar 15,69% dari semua tes.
5. Asni Furoidah, Indrawati, dan Rayendra Wahyu B dalam prosiding
seminar nasional yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Konsep Dinamika Rotasi
29
dengan Metode Four-Tier pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Jember”. Hasil
penelitian ini memberikan informasi bahwa instrumen tes diagnostik four tier ini
lebih mengetahui kondisi pengetahuan siswa. Dengan persentase miskonsepsi
terendah yang dialami siswa pada konsep momen gaya sebesar 45,86% dengan
kategori miskonsepsi sangat rendah, sedangkan miskonsepsi tertinggi yang dialami
siswa pada konsep kecepatan linier pusat massa sebesar 80,25%
6. Fitri Nurul Sholihat, Achmad Samsudin, dan Muhamad Gina Nugraha
dalam jurnalnya “Identifikasi Miskonsepsi Dan Penyebab Miskonsepsi Siswa
Menggunakan Four-Tier Diagnostik Test pada Sub-Materi Fluida Dinamik: Azas
Kontinuitas” menyatakan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada sub-materi Azas
Kontinuitas sebesar 28%, siswa yang paham sebagian 35%, siswa yang paham
konsep hanya 6%, dan siswa yang tidak paham konsep sebesar 30%. Berdasarkan
hasil observasi dalam pembelajaran dan anlisis pada jawaban tier ketiga dan keempat,
miskonsepsi yang terjadi umumnya disebabkan logika siswa yang kurang tepat yaitu
siswa beranggapan bahwa fluida yang memiliki kelajuan besar memiliki tekanan
fluida yang besar, begitupun sebaliknya.
7. Dini Islami dalam skripsinya yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa
pada Konsep Ikatan Kimia Menggunakan Tes Four-Tier Multiple-Choice (4TMC) di
SMA Negeri 1 Karawang” menyatakan bahwa tes diagnostik four-tier test mampu
mendeteksi siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep Ikatan Kimia yang
secara keseluruhan sebesar 30,31%. Miskonsepsi yang teridentifikasi sebanyak 11
miskonsepsi yang tersebar pada 8 dari 13 subkonsep Ikatan Kimia yang diteliti.
8. Vidya Matarani Salma dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan E-
Diagnostic Test untuk Mengidentifikasi Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMA pada
Pokok Bahasan Fluida Statis” menyatakan bahwa e-diagnostic test dikategorikan
sangat layak yang memiliki rata-rata perolehan skor > 80% dan hasil uji korelasi
antara nilai ulangan harian dan nilai e-diagnostic test berkorelasi secara positif
sebesar 0,86 dengan kriteria sangat kuat sehingga e-diagnostic test dikategorikan
efektif dan layak untuk digunakan.
30
C. Kerangka Pikir
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling mendasar
serta menjelaskan secara rinci tentang berbagai jenis fenomena-fenomena alam yang
terjadi di sekitar kita. Oleh karena itu, fisika menjadi satu dari banyaknya khasanah
ilmu pengetahuan yang syarat akan teori-teori serta konsep-konsep ilmiah. Kalor
sangat erat kaitannya dengan kehidupan. Penting bagi kita untuk mendefinisikan
kalor dengan tepat, karena pemahaman pada konsep ini menjadi salah satu kunci
untuk memahami berbagai macam konsep sains lainnya.
Kemampuan pemahaman yang baik sangat dibutuhkan untuk memahami
berbagai macam teori-teori tersebut yang sebaiknya dimiliki oleh siswa agar bisa
mempelajari konsep-konsep dengan tepat. Konsep yang sulit terjadi karena
kurangnya kemampuan memahami dan memungkinkan terjadinya kesalahan
penafsiran terhadap konsep tersebut. Kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam
menafsirkan konsep inilah yang akan menimbulkan miskonsepsi.
Diperlukan suatu alat evaluasi yang dapat mengukur pemahaman siswa
sehingga mampu mengidentifikasi secara rinci terkait di mana letak miskonsepsi yang
dialami pada masing-masing siswa. Tentunya kita lihat juga fakta yang masih banyak
terjadi di lapangan bahwa masih kurangnya alat pendeteksian miskonsepsi yang
memadai dan dianggap baik untuk bisa digunakan. Four tier test merupakan salah
satu bentuk tes diagnostik yang sudah banyak dikembangkan serta diterapkan
langsung dalam dunia pendidikan.
Tes diagnostik yang banyak dikembangkan sebagian besar masih berbentuk
paper pencil test, sehingga pemetaan profil kelemahan siswa dan pemberian feedback
yang sesusi dengan kelemahan siswa tidak dapat dilakukan dengan cepat. Tes yang
masih berbasis kertas memiliki banyak kelemahan, salah satunya memerlukan waktu
pengolahan yang cukup lama dan juga tidak tersedianya peralatan yang memadai
untuk memindai jawaban dianggap cukup rentan terjadi ketidaktelitian dalam
mengoreksi.
31
Ujian berbasis digital dapat menjadi salah satu alternative untuk mengatasi
masalah ini. Tes online berbasis web memiliki kemampuan mendiagnosis
miskonsepsi siswa dengan cepat dan tepat. Tes semacam ini tentunya lebih
memudahkan guru dalam persiapan, pengolahan, serta pengambilan keputusan
lanjutan untuk melakukan pembelajaran remediasi atau alternatif lain. Berdasarkan
uraian di atas, kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini
Fisika menjadi salah satu cabang ilmu yang membutuhkan kemampuan
pemahaman yang baik yang harus dimiliki oleh siswa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltiian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), h. 3
33
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan alur penelitian yang diadaptasi dari Caleon
yang dapat dilihat pada skema Gambar 3.1 berikut ini:
Tahap
Melakukan pengambilan data dengan menggunakan four
Pelaksanaan
tier digital test (4TDT) berbantuan website
Penelitian
Tahap Pengolahan & analisis data dari hasil tes four tier
Pengolahan Data digital test (4TDT) berbantuan website
& Analisis Data
Penarikan kesimpulan
dengan validasi media ke dosen ahli. Setelah disetujui, media website dinyatakan
layak dan dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.
f. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Soal Four-tier test website kemudian diberikan kepada 50 siswa pada kelas XI
MIPA di ruang laboraturium komputer SMAN 5 Depok Tahun Pelajaran 2018/2019.
Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam penelitian guna memperoleh data yang
telah paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep.
g. Tahap Pengolahan & Analisis Data
Merupakan tahap terakhir dari serangkaian penelitian yang akan menghasilkan
informasi terkait miskonsepsi yang dialami pada siswa. Hasil four tier digital test
(4TDT) berbasis website kemudian dikalkulasi hingga mendapatkan persentase
miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor serta dianalisis secara lebih spesifik
dari masing-masing indikator pembelajaran untuk dapat dideskripsikan sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Berdasarkan pengolahan data tersebut, dapat diambil
kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2015), h. 121
37
Tabel 3.1 Kisi Kisi Instrumen Tes Diagnostik Four Tier Test
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
Mengungkapkan
kembali definisi 1*
Memahami suhu
konsep suhu, sifat Mengetahui sifat
termometrik pada 2 4 10.53
termometrik zat,
dan alat ukurnya suatu benda
Membandingkan
suhu benda 3*
tertentu
3
Ibid., h. 127
38
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
Menyebutkan
satuan besaran 4*
pokok suhu
Menentukan titik
5*
didih air
Menuliskan besar
suhu skala 6*
Celcius ke Kelvin
Menerapkan
Menerapkan hubungan antara
7*
pengukuran suhu skala Celcius ke
4 10.53
dengan berbagai Fahrenheit
macam skala Menggunakan
persamaan
kalibrasi
termometer pada 8*
skala Celcius
dengan skala
sembarang
Mengidentifikasi
pemuaian zat 9*
padat
Mengidentifikasi
pemuaian zat
Menganalisis padat pada 10
perbedaan yang kehidupan sehari-
terjadi pada zat hari
padat, cair, dan Menganalisis 4 10.53
gas serta faktor- faktor penyebab
faktor yang terjadinya 11
mempengaruhinya pemuaian pada
suatu benda
Menganalisis
koefisien muai
12*
panjang berbagai
jenis logam
Menganalisis Mendefinisikan
13*
konsep kalor, kalor
kalor jenis, dan Menyebutkan ciri
kapasitas kalor proses perubahan 14*
kalor
Membandingkan 10 26.32
suhu benda yang 15*
menerima kalor
Mengidentifikasi
kejadian akibat 16*
pengaruh kalor
39
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
Mengidentifikasi
proses menyerap 17*
kalor
Menggunakan
persamaan kalor
untuk mengetahui
besar kalor yang 18
dibutuhkan dalam
menaikkan suhu
benda
Menunjukkan
faktor yang
mempengaruhi 19
nilai kapasitas
kalor suatu zat
Membandingkan
kalor jenis suatu 20
benda
Membandingkan
kenaikan suhu
21*
sesuai kalor jenis
zat
Menghitung kalor
22
jenis suatu zat
Mengidentifikasi
perubahan wujud
23*
zat menguap dan
Menganalisis mendidih
pengaruh kalor Menguraikan
terhadap proses perubahan 24*
perubahan wujud wujud zat
4 10.53
zat serta Memberi contoh
penerapannya proses perubahan
25*
dalam kehidupan wujud yang
sehari-hari melepas kalor
Menghitung kalor
dari peristiwa 26*
perubahan zat
Menggunakan
persamaan kalor
Menerapkan untuk
27
persamaan kalor mnengetahui suhu
dan Asas Black mula-mula suatu 4 10.53
dalam kehidupan zat
sehari-hari Menggunakan
persamaan kalor 28*
untuk mengetahui
40
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
suhu akhir
campuran suatu
zat
Mengidentifikasi
kalor akibat
perubahan suhu 29
ketika benda
bersentuhan
Mengidentifikasi
kalor akibat
perubahan suhu 30*
ketika benda
bersentuhan
Membedakan
perpindahan kalor
secara konduksi, 31*
konveksi, dan
radiasi
Menyelidiki
perpindahan kalor
secara konduksi 32*
pada kehidupan
sehari-hari
Menentukan
ilustrasi contoh 33
konveksi
Mengidentifikasi
Menyelidiki perpindahan kalor
perpindahan kalor secara konveksi 34*
secara konduksi, pada kehidupan 8 21.05
konveksi, dan sehari-hari
radiasi Mengidentifikasi
perpindahan kalor
35*
secara konveksi
alami
Mengidentifikasi
perpindahan kalor 36*
secara radiasi
Mengidentifikasi
perpindahan kalor
secara radiasi 37
pada kehidupan
sehari-hari
Menentukan
ilustrasi contoh 38
peristiwa radiasi
Jumlah 4 24 7 3 38 100.00
41
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
Persentase 10.5% 63.2% 18.4% 7.89% 100
Keterangan :
(*) : Lulus uji reliabilitas dan daya pembeda (26 soal)
4
Suharsimi Arikunto, 2006, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 28
42
Jawaban
No. Pernyataan
SS S RG TS STS
pesan pemberitahuan tentang langkah yang
saya lakukan untuk mengatasi masalah
10. Kapanpun saya melakukan kesalahan, saya
dapat kembali dan pulih dengan cepat
11. Informasi yang disediakan website ini sangat
jelas
12. Mudah untuk menemukan informasi yang
saya butuhkan
13. Informasi yang diberikan oleh website ini
sangat mudah dipahami
14. Informasi yang diberikan sangat efektif
dalam membantu menyelesaikan pekerjaan
saya
15. Tata letak informasi yang terdapat di layer
monitor sangat jelas
16. Tampilan website sangat memudahkan
17. Saya suka menggunakan tampilan website
semacam ini
18. Website ini memberikan semua fungsi dan
kapabilitas yang saya perlukan
19. Secara keseluruhan, saya sangat puas dengan
kinerja website ini
E. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu dilakukan kalibrasi untuk
menguji kelayakan instrumen yang meliputi validitas, analisis butir soal, reliabilitas,
praktibilitas, kualitas instrumen four tier, dan respon siswa.
1. Uji Validasi
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen, sehingga mampu mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat.5 Tes diujicoba kepada sejumlah siswa yang bukan subjek
dalam penelitian dan digunakan untuk menguji validitas butir soal dari instrumen
yang telah dibuat sebelumnya.
Validitas ini menggunakan rumus koefisien korelasi poin biserial. Teknik
korelasi poin biserial (Point Biserial Correlation) adalah salah satu Teknik Analisis
5
Arikunto, Op. Cit., h. 211
43
Bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel: variabel
I berbentuk variabel kontinum, sedangkan variabel II berbentuk variabel diskrit
murni.6 Adapun rumusnya yaitu sebagai berikut:7
( )( )
Keterangan :
= reliabilitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( )
6
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 257
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), Ed.
2 Cet. 4, h. 93
8
Ibid., h. 100
9
Ibid., h. 115
44
Tes dianggap reliabel jika hasil uji reliabilitas memiliki kriteria tinggi.
Berdasarkan pengolahan data, tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai
reliabilitas 0,89 (reliabilitas dengan kriteria tinggi).
3. Daya Pembeda
Uji daya pembeda butir soal dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu
soal dalam membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D.11 Daya pembeda butir soal dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut:12
Keterangan:
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
h. 75
11
Ibid., h. 226
12
Ibid., h. 228
45
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
13
Ibid., h. 232
14
Ibid., h. 222
15
Ibid., h. 223
46
16
Ibid., h. 225
17
Kaltakci, Op. Cit., h. 61
47
Kombinasi jawaban
Tingkat
Tingkat
No. Kategori Pilihan yakin Alasan
yakin kedua
(tier I) pertama (tier (tier III)
(tier IV)
II)
Benar Yakin Benar Tidak yakin
Benar Tidak Yakin Benar Yakin
Benar Tidak yakin Benar Tidak Yakin
Benar Yakin Salah Yakin
Benar Yakin Salah Tidak yakin
Paham
2. Benar Tidak Yakin Salah Yakin
Sebagian
Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin
Salah Yakin Benar Yakin
Salah Yakin Benar Tidak yakin
Salah Tidak yakin Benar Yakin
Salah Tidak yakin Benar Tidak yakin
Keterangan :
p = angka persentase (per kelompok)
f = jumlah siswa tiap kelompok dari setiap soal
N = jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian
4. Membuat tabel tabulasi persentase dari tiap-tiap jawaban siswa guna melihat
tingkat pemahaman siswa pada konsep suhu dan kalor.
5. Mengkategorikan persentase berdasarkan indikator soal konsep suhu dan kalor
dan berdasarkan persentase siswa. Hasil perhitungan ini kemudian
dikelompokkan sebagai berikut.18
18
Suwarna, Op. Cit., h. 4
48
0% - 24,99% Rendah
19
Sugiyono, Op. Cit., h. 134
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada subbab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran umum
dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dijabarkan diperoleh dari hasil tes
diagnostik menggunakan four tier digial test (4TDT) berbasis website sebanyak 26
butir soal dengan mencakup 5 subkonsep dalam konsep Suhu dan Kalor, yaitu: Suhu
dan Sifat Termometrik Zat, Kalor dan Perubahan Suhu Zat, Kalor dan Perubahan
Wujud Zat, Asas Black, dan Perpindahan Kalor.
Hasil penelitian kemudian diolah dan didapatkan beberapa data hasil
penelitian, yaitu: 1) Data persentase tiap kategori tingkat pemahaman siswa secara
keseluruhan; 2) Data persentase miskonsepsi siswa pada subkonsep suhu dan kalor;
3) Data persentase miskonsepsi siswa berdasarkan pada tingkat kognitif; 4) Data
persentase miskonsepsi siswa pada tiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Paham
Konsep
46%
Miskonsep
si
11%
C1 C2 C3 C4
12.5
12.02
12
11.5
Persentase
10.97
11 Tinggi
10.58
Sedang
10.5
Rendah
10
9.5
Tinggi Sedang Rendah
Kelompok Siswa
b. Tidak yakin
1.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
a. Temperature adalah ukuran besar dan kecilnya suatu derajat
b. Temperature adalah ukuran panas atau kalor
c. Temperature adalah ukuran suatu sifat lingkungan
d. Temperature adalah ukuran energi kinetik yang terkandung dari tumbukan antar
partikel dalam suatu benda
e. Temperature adalah ukuran yang dapat dirasakan oleh panca indera
1.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan alasan :
a. Yakin
b. Tidak yakin
Gambar 4.5 Soal No. 1
Indikator soal nomor 1 yaitu: Mendefinisikan pengertian temperatur. Pada
soal ini teridentifikasi miskonsepsi, yaitu temperatur merupakan ukuran panas atau
kalor. Ini merupakan miskonsepsi yang paling banyak dialami oleh siswa yaitu
sebesar 76% dari total sampel. Hal ini sesuai dengan yang telah teridentifikasi
sebelumnya oleh Kesidou dan Duit menyatakan bahwa rata-rata siswa berumur antara
15-16 tahun menganggap bahwa suhu/ temperatur merupakan jumlah dari banyaknya
panas1, dengan kata lain suhu dianggap suatu ukuran banyaknya panas.
Kalor yang kita kenal bukanlah merupakan energi yang dimiliki suatu benda,
melainkan mengacu pada jumlah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda
lainnya pada temperatur yang berbeda.2 Dengan menggunakan teori kinetik, kita
dapat mendefinisikan bahwa temperatur (dalam Kelvin) merupakan pengukuran dari
energi kinetik rata-rata dari molekul secara individu.3
Indikator soal nomor 2 yaitu: Membandingkan suhu pada benda tertentu. Pada
soal ini hampir setengah dari total sampel mengalami paham sebagian, mereka
1
Mustafa Sozbilir, 2003, A Review of Selected Literature on Students’ Misconceptions of
Heat and Temperatur, Vol. 20 (1), Ataturk University, h. 29
2
Giancoli, Op.Cit., h. 491
3
Ibid.
56
menganggap bahwa perubahan suhu suatu benda tidak bergantung pada lingkungan.
Pada soal tingkat pertama, sebagian besar siswa telah paham bahwa ketika suatu zat
cair (dalam soal ini contohnya air panas) dibagi menjadi beberapa bagian, suhunya
tetap sama, tetapi alasan yang diberikan tidak tepat, mereka menganggap bahwa
perubahan suhu tidak bergantung pada lingkungan. Gambar 4.6 menampilkan soal
nomor 2 berikut ini
2.1 Air panas di gelas X diambil seperempatnya kemudian dituangkan ke dalam gelas A.
Jika pengaruh lingkungan diabaikan selama 3 menit. Kondisi temperature air di gelas
X dibandingkan air di gelas A adalah…
a. TA > Tx
b. TA < Tx
c. TA = Tx
d. TA Tx
e. TA Tx
2.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan jawaban:
a. Yakin
b. Tidak yakin
2.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
a. Perubahan suhu suatu benda bergantung pada ukuran suatu benda
b. Perubahan suhu suatu benda bergantung pada perubahan wujud zat
c. Perubahan suhu suatu benda tidak bergantung pada lingkungan
d. Perubahan suhu suatu benda tidak bergantung pada bentuk maupun ukuran suatu
benda
e. Perubahan suhu suatu benda tidak bergantung pada kalor
2.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan alasan :
a. Yakin
b. Tidak yakin
Gambar 4.6 Soal No. 2
Pada soal tertulis keterangan “jika pengaruh lingkungan diabaikan”, namun
jawaban yang tepat bukanlah demikian, melainkan perubahan suhu suatu benda tidak
57
bergantung pada bentuk maupun ukuran suatu benda. Disini siswa langsung memilih
jawaban sesuai dengan keterangan soal tanpa menganalisis peristiwanya terlebih
dahulu.
Indikator soal nomor 3 yaitu: Menyebutkan satuan besaran pokok suhu.
Sebanyak 62% siswa dari total sampel telah paham. Pada soal ini sebanyak 38%
sampel keliru dan siswa meyakini alasan mengapa satuan Kelvin dijadikan sebagai
satuan besaran pokok untuk suhu dalam SI yaitu karena satuan Kelvin dianggap
sebagai satuan derajat suhu yang mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jika kita tinjau kembali, pemakaian satuan suhu yang popular dan
umumnya kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah satuan Celcius, namun
alasannya bukanlah demikian. Satuan Kelvin dijadikan sebagai satuan besaran pokok
suhu karena merupakan satuan derajat suhu yang lebih stabil dibandingkan dengan
derajat suhu yang lainnya. Skala Kelvin merupakan skala suhu yang memberikan
suatu definisi suhu yang kontinu dan baik untuk seluruh daerah suhu serta tidak
bergantung pada sifat zat tertentu.4
Indikator soal nomor 4 yaitu: Menentukan titik didih air. Sebanyak 84% siswa
benar bahwa titik didih air pada tekanan 1 atm adalah sebesar 100 dalam artian
siswa benar menjawab soal pada tingkat pertama, namun sekitar 74% siswa tidak
tepat dalam memberikan alasannya pada soal tingkat ketiga. Mereka masih
menganggap bahwa pada suhu 100 , air sudah mulai mendidih, padahal jawaban
yang tepat bukan ini. Skala Celcius menetapkan titik tetap bawah dari suhu es leleh
murni adalah sebesar 0 , dan titik tetap atas dari suhu uap di atas air mendidih pada
tekanan atmosfir normal adalah sebesar 100 5
Indikator soal nomor 5 yaitu: Menuliskan besar suhu skala Celcius ke Kelvin.
Pada soal ini sebanyak 90% siswa benar dalam menjawab soal pada tingkat pertama
bahwa untuk mengkonversikan suhu pada skala Celcius ke Kelvin menggunakan
4
Fathiah Alatas, Ai Nurlaela, Termodinamika 1, Cet. 1, (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 35
5
Tom Duncan, CAMBRIDGE IGCSE Physics Thrid Edition, (Hodder Education, an Hachette
UK Company, 2014), h. 85
58
rumus t + 273 K. Namun, sekitar 22% di antaranya siswa keliru dan tidak tepat
dalam memilih alasan, yaitu menuliskan satuan Kelvin yang dibubuhkan oleh simbol
derajat ( ). Kata derajat dengan simbol “ ”, dihilangkan dari satuan suhu sistem SI
(Satuan Internasional) dinyatakan dalam satuan kelvin atau K, bukan derajat Kelvin
atau K.6
Indikator soal nomor 6 yaitu: Menerapkan hubungan antara skala Celcius ke
skala Fahrenheit. Pada soal ini hampir setengah dari total sampel mengalami
miskonsepsi. Hal ini terjadi dikarenakan siswa tidak tepat dalam memberikan
jawaban pada soal tingkat pertama dan ketiga serta merasa yakin dengan jawaban
mereka. Gambar 4.7 menampilkan soal nomor 6 berikut ini
6.1 Skala Celcius dan Fahrenheit menunjukkan hasil yang sama pada…
a. -50º d. -20º
b. -40º e. -10º
c. -30º
6.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan jawaban:
a. Yakin
b. Tidak yakin
6.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
a. Karena untuk mencari suhu yang sama pada skala celcius dan fahrenheit
menggunakan rumus C = 9/5 F – 32
b. Karena untuk mencari suhu yang sama pada skala celcius dan fahrenheit
menggunakan rumus C = 5/9 F + 32
c. Karena untuk mencari suhu yang sama pada skala celcius dan fahrenheit
menggunakan rumus C = 5/9 (F – 32)
d. Karena untuk mencari suhu yang sama pada skala celcius dan fahrenheit
menggunakan rumus C = 9/5 (F + 32)
e. Karena untuk mencari suhu yang sama pada skala celcius dan fahrenheit
menggunakan rumus C = 9/5 F + 32
6
Alatas, Op. Cit., h. 11
59
( ) atau ( ) ( )
7
Giancoli, Op. Cit., h. 452
8
Ibid., h. 454
60
yakin atas jawaban yang ia pilih. Siswa mampu menganalisis berdasarkan tabel yang
diberikan dan mampu menemukan jawaban yang tepat. Jika siswa tahu konsepnya
bahwa koefisien muai panjang sangat berpengaruh terhadap perubahan panjang saat
diberi pemanasan tertentu, maka tidak perlu siswa menghitung menggunakan rumus.
Hanya sedikit siswa yang mengalami miskonsepsi dalam soal ini dan sebagian
lainnya teridentifikasi siswa yang paham sebagian, kesalahan dikarenakan siswa
menjawab benar pada soal tingkat pertama dan ketiga, namun tidak meyakini
jawaban mereka saat menjawab soal tingkat pertama.
2. Subkonsep kalor dengan perubahan suhu zat
Subkonsep hubungan kalor dengan perubahan suhu zat diwakili oleh 5 butir
soal yaitu pada butir soal nomor 10, 11, 12, 13, dan nomor 14. Indikator soal nomor
10 yaitu: Mendefinisikan pengertian kalor. Pada soal ini tidak banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi dan sebagian besar siswa sudah paham definisi dari kalor
yaitu merupakan energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lainnya karena
adanya perbedaan temperatur. Hal ini terjadi karena pada soal ini siswa hanya sekedar
mengingat pengertian dari istilah-istilah suhu dan kalor (tingkat kognitif C1).
Indikator soal nomor 11 yaitu: Menyebutkan ciri proses perubahan kalor.
Sebanyak 94% siswa telah paham jika suatu benda menerima atau melepaskan kalor
maka perubahan signifikan yang terjadi yaitu terdapat perubahan suhu. Gambar 4.8
menampilkan soal nomor 11 berikut ini
11.1 Ciri-ciri yang dialami suatu benda saat menerima/melepaskan kalor adalah…
a. beratnya berkurang
b. terdapat perubahan suhu
c. massanya bertambah
d. volumenya tetap
e. terdapat gelembung-gelembung udara
11.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan jawaban:
a. Yakin
b. Tidak yakin
61
9
Ibid., h. 325
63
tidak tepat dan meyakini jawaban mereka. Volume dianggap sebagai faktor yang
tidak berubah ketika zat cair dipanaskan mencapai suhu tertentu.
Indikator soal nomor 14 yaitu: Mengidentifikasi proses menyerap kalor. Pada
soal ini tidak banyak persentase miskonsepsi yang terdeteksi karena sebagian besar
siswa telah paham bahwa ketika suatu sistem menyerap kalor, keadaan yang
memungkinkan terkait suhunya yaitu suhu sistem tersebut akan bertambah tinggi dari
sebelumnya, dan alasannya pun tepat. Miskonsepsi yang terjadi pun ditandai dengan
tidak tepat dalam menjawab soal tingkat pertama dan ketiga serta membubuhkan
tingkat keyakinan yakin pada kedua soal. Mereka menganggap bahwa ketika sebuah
sistem menyerap kalor maka suhunya sebesar 100 padahal jawaban yang demikian
adalah salah. Suhu 100 merupakan titik didih air saat mendidih, di sini
pertanyaannya adalah suatu sistem bukan menyatakan air, tentu jawaban ini adalah
tidak tepat.
Indikator soal nomor 15 yaitu: Membandingkan kenaikan suhu sesuai dengan
kalor jenis zat. Pada soal ini teridentifikasi miskonsepsi sebanyak 88% siswa sudah
benar dalam menjawab soal tingkat pertama, yaitu ketika dua buah benda yang
memiliki kalor jenis berbeda dipanaskan dengan massa dan pemanas yang sama
secara bersamaan, ternyata memiliki perbedaan pada peristiwa kenaikan suhunya.
Suhu benda yang memiliki kalor jenis lebih kecil yang kenaikan suhunya lebih cepat.
Hal ini bisa terjadi karena kalor jenis memengaruhi kenaikan suhu benda, semakin
besar kalor jenisnya maka akan semakin besar kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhunya dan tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk
siswa yang mengalami paham sebagian persentasenya sebesar 58% yakni rata-rata
siswa salah menjawab pada soal tingkat pertama dan tingkat ketiga serta
membubuhkan ketidakyakinan pada kedua soal mengidentifikasikan bahwa siswa
benar-benar tidak mengetahui penyelesaian berikut alasan konsep tersebut.
3. Subkonsep kalor dengan perubahan wujud zat
64
Subkonsep hubungan kalor dengan perubahan wujud zat diwakili oleh 4 butir
soal yaitu pada butir soal nomor 16, 17, 18, dan nomor 19. Indikator soal nomor 16
yaitu: Mengidentifikasi perubahan wujud zat menguap dan mendidih. Sebanyak 82%
sampel mengetahui bahwa ketika air yang sudah mendidih lalu dipanaskan secara
terus-menerus maka keadaan suhu air tetap, tetapi alasan yang diberikan kurang tepat
yaitu menganggap titik didih tertinggi yang dimiliki oleh air adalah sebesar 100 .
Gambar 4.10 menampilkan soal nomor 16 berikut ini
16.1 Perhatikan gambar dibawah ini!
Hal yang akan terjadi jika air yang sudah mendidih dipanaskan terus-menerus
adalah…
a. suhu air naik
b. suhu air tetap
c. suhu air turun
d. suhu berubah-ubah
e. suhu naik terus menerus
16.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan jawaban:
a. Yakin
b. Tidak yakin
16.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
a. Kalor yang diterima air tidak untuk menaikan suhu tetapi digunakan untuk
mengubah wujud zat cair menjadi uap.
b. Kalor yang diterima air untuk menaikan suhu dan digunakan untuk mengubah
wujud zat.
c. Kalor yang diterima air untuk menaikan suhu sehingga zat cair menjadi uap.
d. Karena titik didih tertinggi air adalah 100oC
e. Kalor yang diterima air untuk menaikan suhu benda
65
10
Ibid., h. 497
66
yang ditemukan, hanya saja masih ada sebagian lainnya yang mengalami paham
sebagian. Hal ini ditandai dengan siswa hanya mampu menjawab benar dari kedua
soal pada tingkat pertama dan ketiga dan memberikan jawaban tidak yakin untuk
kedua soal.
Indikator soal nomor 19 yaitu: Menghitung kalor dari peristiwa perubahan zat.
Pada soal ini hanya 16% siswa dari total sampel yang berhasil menjawab dengan
benar, dan sisanya 2% mengalami miskonsepsi serta 74% siswa masuk ke dalam
paham sebagian. Sebagian besar siswa menjawab benar pada soal tingkat pertama
serta merasa yakin padahal sebenarnya mereka mengalami miskonsepsi, karena
memilih alasan yang tidak tepat dan yakin pada soal tingkat ketiga. Untuk siswa yang
mengalami tidak paham konsep, rata-rata terjadi menjawab salah pada tingkat 1 dan
tingkat 3 serta membubuhkan ketidakyakinan dikedua tingkat. Ketika suatu materi
berubah fase dari padat ke cair, atau dari air ke gas, sejumlah energi tertentu terlibat
pada perubahan fase ini.11 Dan untuk menghitung berapa banyak energi yang
dibutuhkan untuk mengubah suatu zat, maka dengan menjumlahkan semua energi
yang ada.
4. Subkonsep Asas Black
Subkonsep Asas Black diwakili oleh 2 butir soal yaitu pada butir soal nomor
20 dan nomor 21. Indikator soal nomor 20 yaitu: Menggunakan persamaan kalor
untuk mengetahui suhu akhir campuran. Pada soal ini sebanyak 56% siswa paham
dan dapat menjawab dengan tepat bahwa untuk mencari nilai suhu akhir suatu
campuran menggunakan rumus Asas Black yaitu . Hanya 6%
siswa yang mengalami miskonsepsi dikarenakan siswa mampu menjawab soal tingkat
pertama dengan benar dan yakin, namun tidak tepat dalam menjawab soal alasan pada
tingkat ketiga. Untuk siswa yang mengalami paham sebagian persentasenya sebesar
32% yakni rata-rata siswa salah menjawab pada soal tingkat pertama dan tingkat
ketiga serta membubuhkan ketidakyakinan pada kedua soal mengidentifikasikan
11
Ibid.
67
12
Ibid., h. 501
68
13
Ibid., h. 505
69
(karena kapasitas panas spesifik tanah jauh lebih kecil). Udara panas di atas tanah
naik dan digantikan oleh udara yang lebih dingin dari laut. Di malam hari
kebalikannya terjadi. Laut kehilangan lebih banyak panas dan mendingin lebih
lambat. Udara di atas laut lebih hangat dibandingkan di atas daratan dan angin sepoi-
sepoi berhembus dari darat.14
Indikator soal nomor 26 yaitu: Menyelidiki aplikasi perpindahan kalor secara
radiasi dalam kehidupan sehari-hari. Sebanyak 70% siswa dari total sampel memiliki
jawaban benar dan mereka telah paham bahwa warna putih merupakan warna yang
baik digunakan sebagai cat rumah. Hal ini berdasarkan pada persamaan Stefan-
Boltzmann. Faktor , disebut emisivitas, merupakan bilangan antara 0 dan 1 yang
menunjukkan karakteristik suatu materi. Permukaan yang sangat hitam seperti arang,
mempunyai emisivitas yang mendekati 1, sementara permukaan yang mengkilat
mempunyai e yang mendekati nol dan dengan demikian memancarkan radiasi yang
lebih kecil.15 Itulah mengapa warna yang lebih terang/ muda biasanya lebih disukai
dari yang gelap pada siang hari yang hangat karena penerapan ini berdasarkan pada
konsep suhu dan kalor.
Data miskonsepsi selanjutnya diolah juga untuk mendapatkan persentase
miskonsepsi pada tiap kelompok siswa yaitu kelompok tinggi, sedang dan kelompok
rendah. Hasilnya menunjukkan bahwa kelompok tinggi dengan persentase rata-rata
miskonsepsi sebesar 10,58%. Kelompok tingi mengalami miskonsepsi dengan
kategori rendah. Begitu juga dengan kelompok sedang dan rendah mengalami
miskonsepsi kategori rendah, dengan persentase rata-rata miskonsepsi pada kelompok
sedang sebesar 10,97% dan pada kelompok rendah mengalami sebesar 12,02%.
Miskonsepsi dalam bidang fisika paling banyak berasal dari diri siswa sendiri.
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, antara
lain: prakonsepsi atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik,
reasioning yang tidak lengkap/salah, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif
14
Tom Duncan, Op. Cit., h. 100
15
Giancoli, Op. Cit., h. 507
70
siswa, kemampuan siswa, dan minat belajar siswa.16 Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Fakhruddin, dkk. Menyatakan bahwa pada
umumnya siswa mengalami miskonsepsi dalam pelajaran fisika disebabkan oleh
pemikiran asosiatif rata-rata berkontribusi sebesar 80%, pemikiran humanistik
sebesar 83%, alasan yang tidak lengkap sebesar 12%, intuisi yang salah sebesar 86%,
tahap perkembangan kognitif sebesar 85%, serta kemampuan siswa sebesar 70%,
sedangkan minat belajar siswa tidak memberikan konstribusi pemicu terjadinya
miskonsepsi siswa.17
Miskonsepsi yang terungkap menggunakan instrumen four tier digital test
(4TDT) ini dapat menjadi catatan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pada konsep suhu dan kalor. Mengetahui letak miskonsepsi siswa akan
mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran remediasi (perbaikan).18
Dengan hadirnya tes diagnostik miskonsepsi seperti ini, guru dapat dengan segera
memberikan perbaikan untuk mengatasi miskonsepsi tersebut. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Nana Sukmadinata dan Thomas tentang kegiatan
perbaikan yang dapat dilakukan dengan berbagai metode dan perlakuan yang berbeda
tergantung dari analisis kesulitan dan perkembangan belajar siswa, antara lain
pengajaran konsep ulang, penyederhanaan konsep, studi kasus, atau aplikasi ke
tingkat yang lebih tinggi baik dengan cara diskusi kelompok, pemberian PR, atau
pemanfaatan media pengajaran lainnya.19
16
Suparno, Op. Cit., h. 34.
17
Fakhruddin, Azizahwati dan Yelfi Rahmi, Analisis Penyebab Miskonsepsi Siswa pada
Pelajaran Fisika di Kelas XII SMA/MA Kota Duri, Jurnal Pendidikan Matematika volume 3 nomor 1,
2012, hal. 87.
18
David F. Treagust, Development and Use of Diagnostik Test to Evaluate Students’s
Misconceptions in Science, Journal Science Education, Vol. 10, 1988, h. 167
19
Karunia P. dan Rinaningsih, Pengembangan Tes Diagnostik Materi Teori Mekanika
Kuantum dan Ikatan Kimia, Unesa Journal of Chemical Education Vol.2 Nomor 2, 2013, pp. 171.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh dari tes diagnostik
four-tier digital test (4TDT) terhadap siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Depok,
dapat disimpulkan:
1. Miskonsepsi yang teridentifikasi pada konsep Suhu dan Kalor secara keseluruhan
sebesar 11,08%, paham konsep sebesar 45,69%, paham sebagian sebesar
33,54%, serta tidak paham konsep sebesar 8,54% dan termasuk ke dalam
miskonsepsi kategori rendah.
2. Subkonsep yang mengalami miskonsepsi pada suhu dan kalor terdapat pada
subkonsep suhu sebesar 45,14%, subkonsep kalor & perubahan suhu sebesar
25,69%, subkonsep kalor & perubahan wujud zat sebesar 11,81%, subkonsep
asas black sebesar 7,64%, dan subkonsep perpindahan kalor sebesar 9,72%
3. Miskonsepsi siswa yang terjadi pada tiap tingkat kognitif suhu dan kalor yang
teridentifikasi menggunakan Four Tier Digital Test (4TDT) berbasis website
sebesar 15,38% pada C1, 65,4% pada C2, 15,4% pada C3, dan 3,85% pada C4.
4. Miskonsepsi siswa yang terjadi pada tiap kelompok siswa suhu dan kalor yang
teridentifikasi menggunakan Four Tier Digital Test (4TDT) berbasis website
sebesar 10,58% pada siswa kelompok tinggi, 10,97% pada siswa kelompok
sedang, dan 12,02% pada siswa kelompok rendah.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
untuk penelitian lanjutan antara lain:
1. Sampel sebaiknya diambil per-wilayah, tidak hanya ditingkat sekolah karena
website bisa diakses dimana-mana.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M. R., Grzybowski, E. B., & al, e. (1992). Understanding and Misunderstanding of
Eight Graders of Five Chemistry Concept Found in Textbooks . Journal of Research
in Science Teaching Vol. 29 No. 2, 105-120.
Amin, N., Wiendartun, & Samsudin, A. (2016). Analisis Intrumen Tes Diagnostik Dynamic-
Fluid Conceptual Change Inventory (DFCCI) Bentuk Four-Tier Test pada Beberapa
SMA di Bandung Raya. Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains (hal.
570-574). Bandung: ResearchGate.
Arikunto, S. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Caleon, I. S., & Subramaniam, R. (2009). Do Students Know What They Know and What
They Don‟t Know? Using a Four-Tier Diagnostic Test to Assess the Nature of
Students‟ Alternative Conceptions. Springer Science, 313-337.
Duncan, T., & Kennet, H. (2014). CAMBRIDGE IGCSE Physics Third Edition. London:
Hachette UK Company.
Fakhruddin, Azizahwati, & Rahmi, Y. (2012). Analisis Penyebab Miskonsepsi Siswa pada
Pelajaran Fisika di Kelas XII SMA/MA Kota Duri. Fakhruddin, Azizahwati dan Yelfi
Rahmi, Analisis Penyebab Miskonsepsi SiswaJurnal Pendidikan Matematika volume
3 nomor 1, 87.
Gurel, D. K., Eryilmaz, A., & McDermott, L. C. (2015). A Review and Comparison of
Diagnostic Instruments to Identify Students' Misconceptions in Science. Eurasia
Journal of Mathematics, Sciences & Technology Education, 989-1008.
Handayani, S., & Damari, A. (2009). Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hermita, N., Suhandi, A., & Syaodih, E. (2017). Constructing and Implementing a Four Tier
Test about Static Electricity to Diagnose Pre-service Elementary School Teacher‟
Misconceptions. Journal of Physics Conference Series, 1-5.
Ismail, I. I., Samsudin, A., Suhendi, E., & Kaniawati, I. (2015). Diagnostik Miskonsepsi
Melalui Listrik Dinamis Four Tier Test. Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains (hal. 381-384). Bandung: ResearchGate.
Kamajaya, K., & Purnama, W. (2016). Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Fisika 2 untuk
SMA/MA Kelas XI Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Kamilah, D. S., & Suwarna, I. P. (2016). Pengembangan Three-Tier Test Digital untuk
Mengidentifikasi Miskonsepsi pada Konsep Fluida Statis. Edusains, 212-220.
Oz, H., & Ozturan, T. (2018). Computer-Based And Paper-Based Testing: Does The Test
Administration Mode Influence The Reliability And Validity Of Achievment Tests.
Huseyin Oz, Tuba Ozturan, Computer-Based And Paper-Based Testing: Does The
Test Administration Mode Influence TJournal Of Language And Lingustic Studies,
14(1), 67-85.
74
P, K., & Rinaningsih. (2013). Pengembangan Tes Diagnostik Materi Teori Mekanika
Kuantum dan Ikatan Kimia. Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2 Nomor 2,
171.
PISA, O. (2016). Result in Focus OECD: Better Policies for Better Lives. OECD PISA 2015.
Prasetyo, E. (2008). Pemrograman Web PHP & MySQL untuk Sistem Informasi
Perpustakaan Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Raharjo, B., Heryanto, I., & K, E. R. (2014). Modul Pemrograman WEB (HTML, PHP, &
MySQL) Revisi Kedua. Bandung: Modula.
Sholihat, F. N., Samsudin, A., & Nugraha, M. G. (2017). Identifikasi Miskonsepsi dan
Penyebab Miskonsepsi Siswa Menggunakan Four-Tier Diagnostic Test pada Sub-
Materi Fluida Dinamik: Asas Kontinuitas. Jurnal Penelitian & Pengembangan
Pendidikan Fisika, 175-180.
Sumarsono, J. (2009). Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi & Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Gramedia Widiasrama Indonesia.
Suwarna, I. P. (2013). Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Mata Pelajaran Fisika
Melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi. Jakarta: FITK UIN
Jakarta.
75
Kompetensi Dasar : 3.5 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari.
Nama
No Jawaban hasil wawancara klinikal Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
Siswa/siswi
78
Nama
No Jawaban hasil wawancara klinikal Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
Siswa/siswi
Nilai Atas
Suhu merupakan tekanan panas
Suhu merupakan tekanan panas dan ada perpindahan panas. Alat pengukur suhu
1. Rafif menganggap bahwa suhu dan kalor itu
yaitu termometer. dan satuan internasional suhu adalah Kelvin.
sama.
Suhu adalah ukuran panas/dingin. Alat pengukur suhu yaitu termometer. dan
2. Wisnu Paham konsep
Satuan Internasional suhu adalah Kelvin.
Suhu adalah Derajat panas/dingin suatu benda. Alat pengukur suhu yaitu
3. Dimas B Paham konsep
termometer. dan satuan internasional suhu adalah Kelvin.
Nilai Tengah
Panas dan dingin. Alat pengukur suhu yaitu termometer. dan satuan internasional Satuan internasional suhu adalah
4. Azzahra
suhu adalah Celcius. Celcius.
Suhu adalah sesuatu yang dapat diukur yang mempunyai panas dan dingin. Alat
5. Laila Paham konsep
pengukur suhu yaitu termometer. dan satuan internasional suhu adalah Kelvin.
Menganggap bahwa suhu dan kalor itu
Suhu adalah suatu tolak ukur banyaknya kalor dalam suatu zat. Alat pengukur
6. Bani sama. dan satuan dari Kelvin
suhu yaitu termometer. dan satuan internasional suhu adalah oK
menggunakan lambang derajat (o)
Nilai Bawah
Menganggap bahwa suhu dan kalor itu
Cara menunjukan tingkat panas suatu benda. Alat pengukur suhu yaitu
7. Alfatan sama. Dan satuan internasional suhu
termometer. dan satuan internasional suhu adalah oC
adalah oC
Suhu adalah ukuran panas /dingin dari suatu tempat atau ruang. Alat pengukur Pengertian suhu ditinjau hanya dari
8. Pandu
suhu yaitu termometer. dan satuan internasional suhu adalah Kelvin. keadaan suatu tempat atau ruang.
Suhu adalah sesuatu yang dapat kita rasakan baik itu dingin ataupun panas. Alat Anggota tubuh dianggap sebagai acuan
9. Atar
pengukur suhu yaitu termometer. dan satuan internasional suhu adalah Kelvin. perasa perubahan suhu
Pertanyaan nomor 2:
Pada termometer skala celcius menunjukan angka 53 derajat, berapa kenaikan suhu air pada termometer skala Kelvin?
79
Pertanyaan nomor 3:
faktor apa yang menyebabkan sebuah batang bimetal jika dipanaskan akan melengkung ke salah satu sisi dan jika setelah itu
dilakukan pendinginan maka akan kembali melengkung tetapi ke arah sisi yang lainnya?
80
Pertanyaan nomor 4:
Apa yang dimaksud dengan kalor? Apakah yang menjadi ciri dalam suatu benda menerima /melepas kalor? hal apa yang terjadi jika
air sudah mendidih dipanaskan terus-menerus, suhunya naik atau tetap 100oC?
Jawaban konsep yang benar:
Energi yang ditransfer dari satu benda ke benda yang lain karena adanya perbedaan temperatur. Yang menjadi ciri dalam suatu benda
menerima /melepas kalor adalah Terdapat perubahan suhu. Kalor merupakan energi panas yang dapat mempengaruhi suhu suatu
benda, sehingga jika suatu benda menerima kalor maka suhunya akan naik tetapi jika benda tersebut melepaskan kalor maka suhunya
akan turun. Suhu air tetap karena kalor yang diterima air tidak untuk menaikan suhu tetapi digunakan untuk mengubah wujud zat cair
menjadi uap.
Nama Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
No Jawaban hasil wawancara klinikal
Siswa/siswi
Nilai Atas
Kalor merupakan perpindahan panas. yang menjadi ciri dalam suatu benda
Menganggap kalor sebagai peristiwa
1. Rafif menerima /melepas kalor mengalami perubahan wujud. jika air sudah mendidih
perpindahan panas.
dipanaskan terus-menerus, suhunya tetap karena titik didih air 100oC.
Kalor merupakan ukuran banyaknya panas. yang menjadi ciri dalam suatu benda
Menganggap kalor sebagai ukuran
2. Wisnu menerima /melepas kalor mengalami perubahan wujud. jika air sudah mendidih
banyaknya panas.
dipanaskan terus-menerus, suhunya tetap.
Kalor merupakan perubahan energy dari suhu tinggi ke suhu rendah. yang Ciri dalam suatu benda menerima
menjadi ciri dalam suatu benda menerima /melepas kalor akibat perubahan dari /melepas kalor akibat perubahan dari
3. Dimas B
partikel sempit ke partikel yang renggang atau sebaliknya. jika air sudah mendidih partikel sempit ke partikel yang
dipanaskan terus-menerus, suhunya tetap karena titik didih air 100oC. renggang
Nilai Tengah
82
Pertanyaan nomor 5:
83
Apakah suhu es dapat lebih rendah dari 0oC? Sebuah besi dengan massa 10 gram dan suatu alumunium dengan massa 10 kg. besi
dipanaskan sampai 100oC, alumunium dipanaskan sampai 10 . Mana yang membutuhkan kalor lebih besar besi atau alumunium?
Jawaban konsep yang benar:
Air membeku pada suhu 32 , 0 , dan 273 K. Namun itu semua tidak selalu terjadi. Para ilmuwan telah menemukan air cair
sedingin -40 di awan dan bahkan mendinginkan air hingga -42 di laboraturium. Jadi, suhu es dapat lebih rendah dari 0 . Alumunium
yang membutuhkan kalor lebih besar karena meninjau dari nilai kalor jenis ( c ) pada masing-masing zat. Alumunium memiliki nilai
kalor jenis zat sebesar 900 J/kg sedangkan besi sebesar 450 J/kg . Semakin besar kalor jenis benda, maka akan semakin lama
panas benda tersebut, dan berlaku sebaliknya. Kalor jenis alumunium lebih besar dari kalor jenis besi sehingga besi lebih cepat panas
dan tidak membutuhkan kalor banyak dibandingkan alumunium.
Nama Miskonsepsi yang terjadi pada
No Jawaban hasil wawancara klinikal
Siswa/siswi siswa
Nilai Atas
Menganggap bahwa suhu es bisa lebih
Bisa, asal didalamnya terdapat larutan lain seperti glukosa. Alumunium, karena
1. Rafif rendah jika ada tambahan zat terlarut
massanya lebih besar
lain.
2. Wisnu Bisa. Alumunium. Paham konsep
Menganggap tidak ada suhu lebih
3. Dimas B Tidak bisa, karena titik beku dari air hanyalah 0
rendah dari 0
Nilai Tengah
Menanggap bahwa massa yang
Bisa. Air biasa titik bekunya 0 , tergantung pada titik bekunya. Alumunium,
4. Azzahra berpengaruh pada sedikit banyaknya
karena massanya lebih besar
kalor yang dibutuhkan suatu benda
Menganggap titik beku es 0 sebagai
5. Laila Bisa, karena titik beku es maksimal 0 titik acuan maksimal zat cair
membeku
84
Pertanyaan nomor 6:
Gambarkan proses perubahan wujud dari zat padat, cair dan gas. Dan jelaskan proses perubahannya.
Jawaban konsep yang benar:
Nama
No Jawaban hasil wawancara klinikal Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
Siswa/siswi
Nilai Tengah
Nilai Bawah
87
Nama
No Jawaban hasil wawancara klinikal Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
Siswa/siswi
Pertanyaan nomor 7:
Sebuah gelas berisi air dingin dengan massa 200 gram pada suhu 20oC dicampurkan dengan air panas bermassa 100 gram pada suhu
80 . Jika gelas dianggap tidak menerima kalor, berapakah suhu campuran dari air panas dan air dingin?
Jawaban konsep yang benar:
88
( ) ( )
( ) ( )
( )
89
Pertanyaan nomor 8:
Sebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari proses perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi?
Jawaban konsep yang benar:
Konten
Range : sekitar 40% tuntas (rata-
Bagaimana hasil ulangan fisika rata) dan tergantung materi
6.
siswa di kelas XI?
92
Perhitungan skala
Subkonsep apa saja yang sering
9.
dimiskonsepsikan oleh siswa?
Penguasaan konsep kurang
Faktor penyebab miskonsepsi
10.
yang dialami siswa
NIP. 198911142015032004
94
Konten
Sekitar 50% tuntas
Bagaimana hasil ulangan fisika
6.
siswa di kelas XI?
95
Pemuaian gas
Subkonsep apa saja yang sering
9.
dimiskonsepsikan oleh siswa?
Pengetahuan dasar siswa yang
Faktor penyebab miskonsepsi dilihat langsung dari kehidupan
10. sehari-hari
yang dialami siswa
NIP. 198911142015032004
97
b.
c.
d.
e.
133
III.
IV.
Perpindahan kalor secara radiasi ditunjukkan oleh
gambar…
a. I dan II
b. I dan III
c. II dan III
d. II dan IV
e. III dan IV
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
Mengungkapkan
1*
kembali definisi suhu
Memahami Mengetahui sifat
konsep suhu, termometrik pada 2
sifat suatu benda 4 10.53
termometrik zat, Membandingkan
3*
dan alat ukurnya suhu benda tertentu
Menyebutkan satuan
4*
besaran pokok suhu
Menentukan titik
5*
didih air
Menuliskan besar
suhu skala Celcius ke 6*
Kelvin
Menerapkan
Menerapkan
pengukuran
hubungan antara
suhu dengan 7* 4 10.53
skala Celcius ke
berbagai macam
Fahrenheit
skala
Menggunakan
persamaan kalibrasi
termometer pada 8*
skala Celcius dengan
skala sembarang
Mengidentifikasi
9*
pemuaian zat padat
Mengidentifikasi
Menganalisis pemuaian zat padat
10
perbedaan yang pada kehidupan
terjadi pada zat sehari-hari
padat, cair, dan Menganalisis faktor
4 10.53
gas serta faktor- penyebab terjadinya
11
faktor yang pemuaian pada suatu
mempengaruhin benda
ya Menganalisis
koefisien muai
12*
panjang berbagai
jenis logam
Mendefinisikan kalor 13*
Menyebutkan ciri
proses perubahan 14*
kalor
Menganalisis Membandingkan
konsep kalor, suhu benda yang 15*
10 26.32
kalor jenis, dan menerima kalor
kapasitas kalor Mengidentifikasi
kejadian akibat 16*
pengaruh kalor
Mengidentifikasi
17*
proses menyerap
143
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
kalor
Menggunakan
persamaan kalor
untuk mengetahui
besar kalor yang 18
dibutuhkan dalam
menaikkan suhu
benda
Menunjukkan faktor
yang mempengaruhi
19
nilai kapasitas kalor
suatu zat
Membandingkan
kalor jenis suatu 20
benda
Membandingkan
kenaikan suhu sesuai 21*
kalor jenis zat
Menghitung kalor
22
jenis suatu zat
Mengidentifikasi
perubahan wujud zat
23*
Menganalisis menguap dan
pengaruh kalor mendidih
terhadap Menguraikan proses
24*
perubahan perubahan wujud zat
wujud zat serta Memberi contoh 4 10.53
penerapannya proses perubahan
25*
dalam wujud yang melepas
kehidupan kalor
sehari-hari Menghitung kalor
dari peristiwa 26*
perubahan zat
Menggunakan
persamaan kalor
untuk mnengetahui 27
suhu mula-mula
suatu zat
Menggunakan
persamaan kalor
Menerapkan
untuk mengetahui 28*
persamaan kalor
suhu akhir campuran
dan Asas Black
suatu zat 4 10.53
dalam
Mengidentifikasi
kehidupan
kalor akibat
sehari-hari
perubahan suhu 29
ketika benda
bersentuhan
Mengidentifikasi
kalor akibat
30*
perubahan suhu
ketika benda
144
Persentase
Tingkat Kognitif Jumlah
Indikator Indikator Soal (%)
C1 C2 C3 C4
bersentuhan
Membedakan
perpindahan kalor
31*
secara konduksi,
konveksi, dan radiasi
Menyelidiki
perpindahan kalor
32*
secara konduksi pada
kehidupan sehari-hari
Menentukan ilustrasi
33
contoh konveksi
Mengidentifikasi
Menyelidiki perpindahan kalor
34*
perpindahan secara konveksi pada
kalor secara kehidupan sehari-hari
8 21.05
konduksi, Mengidentifikasi
konveksi, dan perpindahan kalor
35*
radiasi secara konveksi
alami
Mengidentifikasi
perpindahan kalor 36*
secara radiasi
Mengidentifikasi
perpindahan kalor
37
secara radiasi pada
kehidupan sehari-hari
Menentukan ilustrasi
contoh peristiwa 38
radiasi
Jumlah 4 24 7 3 38 100.00
10. 63.2 18.4 7.89
100
Persentase 5% % % %
(*) : lulus uji reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran software anates
(26 soal)
145
Lembar Soal
SUHU DAN KALOR
PETUNJUK UMUM !
1. Tuliskan nama, kelas, dan nama sekolah pada lembar soal.
2. Jumlah soal sebanyak 26 butir pilihan ganda beralasan tertutup.
3. Setiap nomor soal terdiri dari 4 buah pertanyaan. Pertanyaan pertama berupa
pertanyaan soal. Pertanyaan kedua berupa pertanyaan tingkat keyakinan terhadap
pilihan jawaban. Pertanyaan ketiga berupa pertanyaan alasan yang mendukung
jawaban untuk pertanyaan pertama. Pertanyaan keempat berupa pertanyaan
tingkat keyakinan terhadap plihan alasan.
4. Isi soal dengan membubuhkan tanda silang (X).
5. Kerjakanlah soal dengan jujur dan teliti.
Nama :
Kelas :
Sekolah :
suhu yang lebih sulit digunakan e. Karena pada suhu tersebut air
dalam perhitungan matematis dalam keadaan dingin
e. Sistem Internasional 4.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
menggunakan satuan derajat alasan :
suhu yang lebih stabil a. Yakin
dibandingkan derajat suhu yang b. Tidak yakin
lain
3.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan 5.1 Jika kenaikan suhu air pada
alasan : termometer skala Celcius adalah 53
a. Yakin derajat. Kenaikan suhu air pada
b. Tidak yakin termometer skala Kelvin adalah…
a. 236 K
4.1 Titik didih air pada tekanan 1 atm b. 326ºK
dalam skala oC adalah… c. 326 K
a. 0 oC d. 362ºK
o
b. 20 C e. 362 K
o
c. 40 C 5.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
d. 100 oC jawaban:
o
e. 120 C a. Yakin
4.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan b. Tidak yakin
jawaban: 5.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
a. Yakin a. Karena untuk mencari suhu
b. Tidak yakin pada skala Kelvin menggunakan
4.3 Alasan terhadap pilihan jawaban : rumus t + 273 K
a. Karena pada suhu tersebut air b. Karena untuk mencari suhu
sudah mulai mendidih pada skala Kelvin menggunakan
b. Karena pada suhu tersebut air rumus t + 273K
hanya menguap c. Karena untuk mencari suhu
c. Karena pada suhu tersebut air pada skala Kelvin menggunakan
hanya panas rumus t + 373 K
d. Karena pada suhu tersebut air d. Karena untuk mencari suhu
dalam keadaan normal suhu pada skala Kelvin menggunakan
ruang rumus t + 373K
148
d. b. Tidak yakin
e.
9.1 Perhatikan tabel panjang awal (l0)
7.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan dan koefisien muai panjang ( ) dari
alasan : berbagai jenis logam berikut :
a. Yakin l0
Jenis logam ( )
b. Tidak yakin (cm) ( )
1,1 10-
Baja 10 4 20
-
8.1 Perubahan yang terjadi jika sebatang 1,2 10
Besi 100 4 30
logam dipanaskan adalah…
1,6 10-
Tembaga 100 4 40
a. mencair dan sebagaian kecil
-
menguap 1,9 10
Kuningan 100 4 50
b. mengalami perubahan panjang 2,5 10-
Alumunium 100 4 60
c. mengalami perubahan suhu
Dari data pada tabel, logam yang
d. akan mencair
terpanjang setelah dipanaskan adalah
e. terbakar dan meleleh
jenis logam…
8.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
a. baja
jawaban:
b. besi
a. Yakin
c. tembaga
b. Tidak yakin
d. kuningan
8.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
e. alumunium
a. Sebatang logam ketika
9.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
dipanaskan maka akan mencair
jawaban:
b. Sebatang logam ketika
a. Yakin
dipanaskan maka akan menguap
b. Tidak yakin
c. Sebatang logam ketika
9.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
dipanaskan maka akan meleleh
a. ( )
d. Sebatang logam ketika
b. ( )
dipanaskan maka akan memuai
c. ( )
e. Sebatang logam ketika
d. ( )
dipanaskan maka akan terbakar
e. ( )
8.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
9.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
alasan :
alasan :
a. Yakin
150
12.1 Dua buah bola besi dimasukan ke (2) massa, (4) wujud,
dalam wadah yang berisi air yang Jika zat cair di panaskan mencapai
terus mendidih selama beberapa suhu 100oC, faktor yang tidak
saat. Jika bola A lebih besar dari berubah adalah…
pada bola B. Bola yang kalornya a. massa jenis
lebih tinggi adalah… b. massa
a. QA > QB c. suhu
b. QA < QB d. wujud
c. QA = QB e. volume
d. QA QB 13.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
e. QA QB jawaban:
12.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan a. Yakin
jawaban: b. Tidak yakin
a. Yakin 13.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
b. Tidak yakin a. Massa benda akan bernilai tetap,
12.3 Alasan terhadap pilihan jawaban : baik dalam keadaan tidak
a. sehingga kalor yang menerima kalor maupun
diserap bola B lebih tinggi menerima kalor
b. sehingga kalor yang b. Massa jenis akan bernilai tetap,
diserap bola A lebih rendah baik dalam keadaan tidak
c. sehingga kalor yang menerima kalor maupun
diserap kedua bola sama menerima kalor
d. sehingga kalor yang c. Volume akan bernilai tetap, baik
diserap bola B lebih tinggi dalam keadaan tidak menerima
e. sehingga kalor yang kalor maupun menerima kalor
diserap bola B lebih rendah d. Suhu akan bernilai tetap, baik
12.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan dalam keadaan tidak menerima
alasan : kalor maupun menerima kalor
a. Yakin e. Wujud zat akan bernilai tetap,
b. Tidak yakin baik dalam keadaan tidak
menerima kalor maupun
13.1 Perhatikan pernyataan berikut ini! menerima kalor
(1) massa jenis, (3) suhu, 13.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
(5) volume, alasan :
152
15.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan d. Karena titik didih tertinggi air
kalor, maka suhu campuran dari air 21.1 Perhatikan gambar berikut ini!
panas dan air dingin tersebut
sebesar…
a. 50ºC Ujung dari batang logam di
b. 40ºC panaskan, sedangkan ujung lainnya
c. 30ºC di pegang akan terasa panas. Hal ini
d. 20ºC terjadi karena adanya aliran/
e. 10ºC pepindahan…
20.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan a. suhu panas
jawaban: b. kalor panas
a. Yakin c. kalor
b. Tidak yakin d. partikel
20.3 Alasan terhadap pilihan jawaban : e. massa
a. Karena untuk mencari suhu 21.2 Tingkat keyakinan terhadap pilihan
campuran menggunakan rumus jawaban:
a. Yakin
b. Karena untuk mencari suhu b. Tidak yakin
campuran menggunakan rumus 21.3 Alasan terhadap pilihan jawaban :
a. Karena pada ujung kiri logam
c. Karena untuk mencari suhu kelebihan kalor, maka kalor
campuran menggunakan rumus berpindah ke ujung lainnya dan
menyebabkan tangan merasakan
d. Karena untuk mencari suhu panas
campuran menggunakan rumus b. Konduksi kalor hanya terjadi
( ) jika ada perbedaan temperature
e. Karena untuk mencari suhu c. Karena kalor berpindah melalui
campuran menggunakan rumus zat perantara
20.4 Tingkat keyakinan terhadap pilihan dari yang panas ke yang dingin
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Siswa
1 A 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
2 B 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
3 C 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,0 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,0,1 0,1,0,1
4 D 0,1,0,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
5 E 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
6 F 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
7 G 0,1,0,1 0,0,0,1 1,1,1,0 0,0,0,0 1,1,1,1 0,0,0,1 0,0,0,1 1,1,1,1 0,0,1,1 1,1,1,1 0,1,0,0 0,1,0,1 0,1,0,1
8 H 0,1,0,1 0,0,0,0 1,1,1,0 0,0,0,1 0,0,1,0 0,0,0,0 1,0,0,0 1,0,1,0 1,1,1,1 0,1,1,1 1,0,0,0 0,1,0,1 1,1,1,0
9 I 0,0,0,0 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,0,0 1,0,0,1 1,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
10 J 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1
11 K 0,1,0,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,0,0 0,1,0,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1
12 L 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1
13 M 0,0,0,0 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 0,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,1 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 0,0,0,0 1,1,1,1
14 N 0,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1
15 O 0,1,0,0 0,0,0,1 1,1,0,0 0,0,0,0 0,1,0,1 0,0,0,0 0,0,0,0 0,1,0,1 0,0,0,0 0,1,0,1 0,0,0,0 0,1,0,1 1,0,0,0
16 P 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,0 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1
17 Q 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 0,1,0,1
18 R 0,1,0,1 0,0,0,1 0,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,0 1,1,1,1 0,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,0,1
19 S 0,0,0,0 0,1,1,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,0,0 1,0,1,1 1,0,1,0 0,1,1,0 1,1,1,0 0,0,0,0 1,1,1,1
20 T 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1
162
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Siswa
21 U 0,1,0,1 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,0,0 1,1,1,1 1,0,1,0 0,1,1,1 1,1,1,0 0,1,0,1 1,1,1,1
22 V 0,1,0,1 1,1,1,1 1,0,0,1 1,0,0,0 0,1,0,1 1,1,0,0 1,0,1,1 0,1,0,1 1,0,1,0 1,1,0,1 1,1,0,1 1,0,1,0 0,0,0,0
23 W 0,1,0,1 1,0,1,0 1,1,1,0 0,1,0,0 1,1,0,1 0,1,1,1 1,0,0,0 0,0,0,0 0,0,1,0 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,0,0 0,1,0,1
24 X 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1
25 Y 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,0 0,0,0,0 1,1,1,1 1,0,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,1 0,1,0,1
26 Z 0,1,0,0 0,1,0,1 1,1,1,0 0,1,0,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,0,0,0 0,1,0,0 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 0,1,0,1
27 AA 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
28 AB 0,1,0,1 0,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,0 0,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,1,1 0,1,0,1
29 AC 0,1,0,0 1,0,1,0 1,1,1,1 1,0,0,0 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,0,1,0 1,1,1,1 0,0,0,0
30 AD 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,0,0 0,1,1,1 1,0,1,1 0,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,0 0,0,0,0
31 AE 0,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 0,1,1,1
32 AF 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
33 AG 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
34 AH 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1
35 AI 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1
36 AJ 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1
37 AK 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1
38 AL 0,1,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
39 AM 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,0,0 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1
40 AN 0,1,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1
41 AO 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
42 AP 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
43 AQ 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,0 0,0,0,0 0,1,0,1 1,1,0,1 1,0,0,1 0,1,0,0 0,0,0,0 1,0,0,0 1,1,0,1 1,0,0,0 0,0,0,0
44 AR 0,1,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
45 AS 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 0,1,0,1
163
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Siswa
46 AT 0,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
47 AU 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1
48 AV 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 0,1,0,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
49 AW 0,1,0,1 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,1 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,0,0 1,1,1,1
50 AX 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,0 0,1,0,0 0,0,0,1 0,0,0,0 0,1,0,1 0,0,0,1 0,1,0,1 0,1,0,0 0,0,0,0 1,0,0,0 0,1,1,1
Nama
No. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
1 A 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
2 B 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1
3 C 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,1,1 0,1,1,1 1,1,0,1 0,1,1,1 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
4 D 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
5 E 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
6 F 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
7 G 0,0,0,1 0,0,0,1 0,1,0,1 0,0,0,1 0,0,1,0 0,0,1,1 0,0,1,0 1,1,0,1 1,1,0,1 1,0,0,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
8 H 0,1,0,1 0,1,0,0 0,1,0,0 1,1,1,0 0,1,0,1 0,0,0,0 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,0
9 I 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,1,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
10 J 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,0 0,1,0,1 0,1,0,0 1,1,0,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
11 K 1,1,1,1 0,0,1,0 1,1,0,1 1,1,0,0 0,0,0,0 1,0,0,1 1,1,1,1 0,0,0,1 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
12 L 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
13 M 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,0,0 1,1,0,0 1,1,1,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,0,0,1 1,1,0,1
14 N 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1
15 O 1,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0 1,0,0,0 1,0,0,0 0,0,0,0 1,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0 0,0,0,0
16 P 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,0,0,0 1,1,1,0 1,0,1,0 1,1,1,0 1,1,1,0 1,1,0,0 1,0,1,0 1,0,1,1
17 Q 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,0,0 0,1,1,1 1,1,1,1 1,0,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
164
Nama
No. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
18 R 0,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,0,0,0 1,1,1,0 1,0,0,0 1,0,1,0 0,0,0,0 1,1,0,1 1,0,0,1 1,0,1,1
19 S 1,1,1,1 0,1,1,1 0,0,0,0 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,1,0 1,0,0,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
20 T 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1
21 U 1,1,1,1 0,1,1,1 0,0,0,0 1,1,1,1 0,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,0,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
22 V 1,1,1,1 0,0,1,0 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,0,1,1 1,1,0,1 1,0,1,0 1,0,0,0 1,1,0,1 0,1,0,0 0,1,0,0 0,1,0,1
23 W 1,0,1,0 1,1,1,0 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,1,0 1,1,1,1 0,1,0,0 1,1,1,0 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1
24 X 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1 0,0,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1
25 Y 1,1,1,1 1,1,1,0 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 1,0,0,0 1,0,1,0 1,0,1,0 1,1,1,0 1,1,1,0 1,1,1,1 1,0,1,0 1,0,1,1
26 Z 1,0,1,0 0,1,1,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,1,0 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,1,0 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
27 AA 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
28 AB 1,1,1,1 0,0,0,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 0,0,0,0 1,1,0,1 0,1,0,1 0,1,0,0 1,1,1,1 1,0,1,0
29 AC 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,1,1 0,0,1,0 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1
30 AD 1,1,1,1 1,1,1,0 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 1,0,0,0 1,0,1,0 1,0,1,0 1,1,1,0 1,1,1,0 1,1,0,0 1,0,1,0 1,0,1,1
31 AE 1,1,1,0 1,1,1,1 0,1,1,1 0,1,0,0 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,0 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1
32 AF 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
33 AG 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
34 AH 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1
35 AI 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
36 AJ 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 0,0,0,1 0,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
37 AK 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
38 AL 1,1,1,1 1,1,0,0 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
39 AM 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,0 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
40 AN 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
41 AO 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1
42 AP 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
43 AQ 1,1,1,1 0,0,0,0 0,0,1,0 1,1,1,1 0,1,0,1 0,0,0,0 0,0,0,0 1,0,0,0 1,1,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,0 0,0,0,1
165
Nama
No. 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
44 AR 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
45 AS 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,1,1 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,0,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,0,0,0 1,1,1,1
46 AT 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 0,1,0,1 1,1,0,0 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1
47 AU 1,1,1,1 1,1,0,1 0,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,0,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1
48 AV 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1 0,0,1,1 1,0,0,1 0,1,0,1 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,1,1 0,1,0,1 1,1,1,1
49 AW 1,1,1,1 0,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,1,1 1,1,0,0 1,1,0,0 1,1,0,0 1,1,0,1 1,1,1,1 1,1,0,1 1,1,1,1
50 AX 0,0,1,1 0,1,0,1 0,0,0,0 0,0,1,0 1,0,0,0 0,0,1,1 0,0,1,0 1,1,0,0 1,0,0,0 0,1,0,0 0,0,0,0 0,0,1,1 0,0,0,1
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
1 A P PS PS P P PS P P P P PS P P
M PS P PS P M P P P P PS P P
2 B P P PS P P P P M P PS P P PS
M PS P PS PS PS P P P P P P P
3 C P PS PS PS PS PS M PS P PS M P P
M PS PS TP P P P P P P PS PS M
4 D P PS PS P P PS P P P P PS P P
TP PS P PS P TP P P P P PS M P
5 E P P P P P PS P P P P P P P
M PS P PS P P PS P P P PS M P
6 F P PS PS P P PS P PS P P PS P P
M PS P P P M P P P P PS P P
7 G TP TP M TP PS PS PS PS PS PS PS P P
M TP PS TP P TP TP P PS P TP M M
8 H M TP TP PS M TP TP P PS TP M P PS
M TP PS TP PS TP PS PS P PS PS M PS
166
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
9 I P P P P P PS P PS P PS P P P
TP PS P PS P TP PS P PS P P P P
10 J P PS P P M PS PS M TP PS M P P
P M P PS M PS P PS P PS P M P
11 K P PS PS PS TP PS P TP P PS P P P
TP PS P PS TP M PS P P P P M P
12 L P P TP P P PS P P PS P P P P
M PS PS P P TP P P PS P PS P PS
13 M P PS P P P PS PS PS PS PS P PS PS
TP TP P PS PS PS PS P TP P PS TP P
14 N P P PS P P M P PS P P PS M P
M M P PS P P P P P P PS P M
15 O PS TP TP TP PS PS TP PS TP TP TP TP TP
TP TP PS TP M TP TP M TP M TP M PS
16 P PS P M P PS PS PS PS PS PS PS PS PS
TP P PS PS P PS TP P P PS P P M
17 Q P P PS PS P PS PS P PS PS P P P
M P P PS P P P P P P PS PS M
18 R M P M P PS PS PS PS PS TP PS PS PS
M TP PS PS TP P TP TP TP P PS M PS
19 S P PS TP P PS P P PS PS PS M P P
TP PS P PS P P TP PS PS PS PS TP P
20 T P PS M P P PS P M P P PS P P
M P PS PS P M P P P P P M P
21 U P PS TP P PS PS P PS PS PS M P P
M TP P PS P P PS P PS PS PS M P
22 V P PS PS P M PS PS PS PS PS TP TP M
M P PS PS M PS PS M PS PS PS PS TP
23 W PS PS PS P P PS P TP PS PS P P M
M PS PS TP PS PS PS TP PS P PS TP M
24 X P PS PS P PS PS P M PS PS P P PS
M PS PS PS M P P P P P PS P P
167
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
25 Y P PS TP P PS PS PS PS PS PS P PS PS
TP P PS PS P PS TP P PS M P PS M
26 Z PS PS PS P P PS P PS PS PS P P P
TP M PS TP PS P PS TP TP P PS M M
27 AA P PS PS P P PS P P P P PS P P
M PS P PS P M P P P P PS P P
28 AB P TP M P P PS M TP PS M TP P PS
M PS PS PS P M PS PS P P PS P M
29 AC P PS PS P PS PS PS P P PS PS P P
TP PS P PS M PS P P P PS PS P TP
30 AD P PS TP P PS PS PS PS PS PS PS PS PS
TP P PS PS P PS TP PS PS PS PS TP TP
31 AE PS P PS TP PS P PS PS PS P P M P
M M P PS P PS P M P P PS M PS
32 AF P P PS P P PS P P P P P P P
M PS P PS P PS PS P P P PS M P
33 AG P PS TP P P PS P P PS P PS P P
M PS PS PS P PS P P P P PS P P
34 AH M P PS P M PS P P P PS P P PS
M PS P PS P TP PS P PS P PS P P
35 AI P PS PS P PS P P P P P PS P P
M PS P PS P PS P P P P PS P M
36 AJ P PS P P PS TP PS M P PS P P P
M PS P PS P P P P P P PS PS P
37 AK P PS PS P PS PS P PS P P PS P P
M PS P PS P TP P P P P P PS P
38 AL P PS M P P TP P P PS P P P P
M PS P P P P P P P P PS M P
39 AM P PS PS PS P PS P PS PS P P P P
M PS P PS P TP PS P P P PS P M
40 AN P PS P P P PS P PS P PS M P P
M PS P PS P PS PS P P P PS P P
168
Nama
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Siswa
41 AO P P P P P P PS M P PS PS P P
M PS P PS P P P P P P PS M P
42 AP P PS M P P P P M P P P P P
M P PS PS P M P P P P PS M P
43 AQ P TP PS P M TP TP PS PS PS P PS TP
M P PS TP M PS PS TP TP PS PS PS TP
44 AR P PS M P P PS P P PS P P P P
M PS P P P P P P PS P PS M P
45 AS P P PS P P PS M PS PS PS M PS P
M PS P PS P P P P P PS P M M
46 AT P P M M PS P P PS P P P M P
M M P PS P PS P M P P PS M P
47 AU P PS M P P PS P P PS P P P P
M PS P P P TP P P PS P PS PS P
48 AV P P P PS P PS PS M PS P P M P
M PS P PS M M PS P P P P P P
49 AW P PS P P P P PS PS PS PS P PS P
M TP P PS M PS PS P TP P PS TP P
50 AX PS M TP PS PS PS PS PS PS TP TP PS TP
M P PS TP TP TP M TP M TP TP PS PS
Keterangan :
P = Paham Konsep; PS = Paham Sebagian; M = Miskonsepsi; TP = Tidak Paham Konsep
169
Keterangan :
= jumlah jawaban yang termasuk ke dalam kategori pemahaman
= jumlah keseluruhan soal yang dijawab
Kategori
Tidak
Butir Paham Skor total
Paham Konsep Miskonsepsi Paham
Soal Sebagian
Konsep
50
1 1 2 38 76 0 0 11 22 50
2 9 18 5 10 29 58 7 14 50
3 31 62 0 0 19 38 0 0 50
4 5 10 0 0 37 74 8 16 50
5 34 68 8 16 5 10 3 6 50
6 14 28 8 16 17 34 11 22 50
7 25 50 1 2 17 34 7 14 50
8 36 72 4 8 5 10 5 10 50
9 31 62 1 2 12 24 6 12 50
10 37 74 2 4 10 20 1 2 50
11 10 20 0 0 37 74 3 6 50
12 17 34 19 38 9 18 5 10 50
13 28 56 12 24 6 12 4 8 50
14 40 80 3 6 6 12 1 2 50
15 15 30 1 2 29 58 5 10 50
16 9 18 10 20 22 44 9 18 50
17 39 78 1 2 7 14 3 6 50
18 27 54 5 10 17 34 1 2 50
19 8 16 1 2 37 74 4 8 50
20 28 56 3 6 16 32 3 6 50
21 15 30 8 16 24 48 3 6 50
22 21 42 0 0 27 54 2 4 50
23 20 40 1 2 25 50 4 8 50
24 24 48 7 14 15 30 4 8 50
25 35 70 4 8 9 18 2 4 50
26 35 70 2 4 10 20 3 6 50
Keterangan :
= jumlah keseluruhan siswa yang termasuk ke dalam kategori pemahaman
= nilai maksimum, yaitu frekuensi seluruh siswa dikali dengan banyaknya soal, maka
Kategori
Jumlah Paham Tidak Paham
Paham Konsep Miskonsepsi
Soal Sebagian Konsep
Keterangan :
= jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada kelompok (tertentu)
Contoh perhitungan pada butir soal nomor 1:
% Kel. Tinggi =
% Kel. Sedang =
173
% Kel. Rendah =
∑
Mean =
175
SD =
√∑ (
∑
) √ ( )
√ √
= 18,22659783
Batas kelompok rendah – sedang adalah : 60,55004464 – 18,22659783 = 42,32344682
Batas kelompok tinggi – sedang adalah : 60,55004464 + 18,22659783 = 78,77664247
Penentuan jumlah sampel menggunakan Nomogram Harry King dengan taraf kesalahan
10%,
1. Kelompok tinggi ( )
2. Kelompok sedang (
3. Kelompok rendah ( )
182
Petunjuk Pengisian :
1. Angket ini terdiri dari 19 butir pertanyaan yang dikembangkan dari Computer
Usability Satisfaction Questionnairres (Lewis, 1993). Perhatikan baik-baik setiap
butir pernyataan dalam kaitannya dengan tes diagnostik four tier test berbantuan
website
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom sesuai dengan pendapat Anda sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya
3. Penilaian menggunakan Likert Rating dengan rentang:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RG = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
4. Alamat media web yang ditinjau : http://fourtierdiagnostic.co.nf
5. Angket ini tidak berpengaruh pada nilai, sehingga mohon bantuannya untuk
mengisi dengan benar.
Computer usability satisfaction questionnaires J.R Lewis
Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RG TS STS
1. Secara keseluruhan, saya merasa puas dengan
kemudahan penggunaan website ini.
2. Cara penggunaan website ini sangat simple.
3. Saya dapat menyelesaikan tugas saya dengan
efektif ketika menggunakan website ini
4. Saya dapat dengan cepat menyelesaikan
pekerjaan saya menggunakan website ini
5. Saya dapat menyelesaikan tugas saya dengan
efisien ketika menggunakan website ini
6. Saya merasa nyaman menggunakan website
ini
7. Website ini sangat mudah dipelajari
8. Saya yakin saya akan lebih produktif ketika
menggunakan website ini
9. Jika terjadi error, website ini memberikan
pesan pemberitahuan tentang langkah yang
saya lakukan untuk mengatasi masalah
10. Kapanpun saya melakukan kesalahan, saya
dapat kembali dan pulih dengan cepat
11. Informasi yang disediakan website ini sangat
jelas
12. Mudah untuk menemukan informasi yang saya
butuhkan
13. Informasi yang diberikan oleh website ini
187
Jawaban
No. Pertanyaan
SS S RG TS STS
sangat mudah dipahami
14. Infromasi yang diberikan sangat efektif dalam
membantu menyelesaikan pekerjaan saya
15. Tata letak informasi yang terdapat di layer
monitor sangat jelas
16. Tampilan website sangat memudahkan
17. Saya suka menggunakan tampilan website
semacam ini
18. Website ini memberikan semua fungsi dan
kapabilitas yang saya perlukan
19. Secara keseluruhan, saya sangat puas dengan
kinerja website ini
Atas perhatian dan kerja sama dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Depok,
Nama Siswa/i
…………………………………
NIS.
188
Skala Alternatif
No, Pernyataan F F(N) %
(N) Jawaban
Skala Alternatif
No, Pernyataan F F(N) %
(N) Jawaban
Skala Alternatif
No, Pernyataan F F(N) %
(N) Jawaban
Skala Alternatif
No, Pernyataan F F(N) %
(N) Jawaban
2. Interface untuk
login admin atau
siswa
5. Mengelola
tampilan web
7. Masuk ke akun
209
9. Selesai
mengerjakan tes
210