OLEH :
FITRIANI
105102083
FITRIANI
Abstrak
Remaja sebagai generasi muda merupakan asset nasional yang penting karena pada
pundaknya terletak tanggung jawab kelangsungan hidup bangsa. Permasalahan
remaja saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. ini disebabkan karena masih
rendahnya pengetahuan remaja tentang pendidikan seks. karena keingintahuan remaja
yang besar, dalam kondisi dimana teknologi informasi dan komunikasi begitu bebas
sehingga remaja mendapatkan informasi yang tidak benar. Maka hal tersebut akan
berpengaruh pada nilai kehidupan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMK
Prayatna-1 Medan. Desain penelitian ini adalah surve analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel 128 orang, yang terdiri dari 4 kelas, masing-masing
kelas I AP 1 = 31 orang, I AP 2 = 31 orang, II AP 1 = 32 orang dan II AP 2 = 34
orang. Pengambilan sampel dengan teknik Propotional stratified random sampling.
Analisis yang digunakan uji data katagorik chi-square test.Berdasarkan hasil uji Chi-
Square test diperoleh responden dengan pendidikan baik 88,3%, pendidikan kurang
11,7%, sedangkan perilaku yang positif 48,7% dan perilaku negatif 51,6%. Remaja
berperilaku baik 41,4%, baik berperilaku negatif 46,9%, pendidikan kurang
berperilaku positif 7%, pendidikan kurang perilaku negatif 4,7%. Dari hasil uji
statistik hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual diperoleh nilai p = 0,340
tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja. Dari hasil penelitian ini
disarankan kepada bidan agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam
memberikan penyuluhan tentang pendidikan seks kepada remaja.
Bismillahirrahmanirrahim
Tulis Ilmiah dengan judul ”Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu tuntutan untuk memenuhi salah
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga
kepada yang terhormat Bapak dr. Juliandi Harahap, MA selaku Pembimbing yang
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi
peneliti.
5. Seluruh Staf Dosen dan pegawai administrasi pada Program Studi D-IV
Ilmiah ini.
bantuan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
bersifat membangun dan mudah-mudahan tulisan ini dapat berguna bagi penulis
sendiri dan para pembaca khususnya, semoga segala budi baik dari orang-orang yang
peneliti sebut di atas mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.
(FITRIANI)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR SKEMA.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viiviii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 39
DAFTAR SKEMA
Halaman
Halaman
Lampiran 3. Kuesioner
A. Latar Belakang
Kelompok remaja adalah segmen yang besar dari populasi, keadaan ini
menunjukkan bahwa yang harus diperhatikan adalah kebutuhan remaja umur 10-24
diterima di sekolah dan status ketenagakerjaan, seperti halnya posisi mereka pada
besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1995
sekitar 1/5 dari penduduk dunia adalah remaja yang berumur 10-19 tahun. Sekitar 900
juta berada di negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 kelompok umur 10-19 tahun
adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
pada tahun 2009 jumlah remaja usia 10-19 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64%
dari jumlah penduduk Indonesia (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,
2009: 1).
hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang pendidikan
seks, remaja perempuan dan laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai
dewasa. Dalam hal ini, remaja berkembang kearah kematangan seksual. Sebagian
remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya. Seperti boleh atau tidak melakukan
pacaran, melakukan onani atau ciuman. Kebingungan ini akan menimbulkan suatu
perilaku seksual yang kurang sehat dikalangan remaja (Soetjiningsih, 2009: 45).
teknologi informasi dan komunikasi begitu bebas dewasa ini, maka kesempatan
remaja untuk memperoleh informasi terhadap berbagai hal termasuk masalah seks
sangat terbuka.
Masalahnya adalah tidak semua informasi yang benar dan tepat bagi kehidupan
remaja, jika kemudian remaja mendapatkan informasi yang tidak benar, maka hal
tersebut akan berpengaruh pada nilai kehidupan mereka (BKKBN, 2008: 28).
Medan merupakan salah satu sekolah menengah umum yang letaknya sangat
strategis. Dengan tersedianya teknologi dan komunikasi yang mudah terjangkau
seperti mudahnya mengakses internet, televisi, koran atau majalah yang dapat
memberikan pesan seksualitas kepada remaja SMK. Sehubungan dengan hal tersebut,
ada kekhawatiran siswa dan siswi berpacaran dan menonton film porno yang
mempertunjukkan aktifitas seksual tidak wajar. Selanjutnya data dari SMK Prayatna -
1 Medan dalam beberapa tahun ke belakang ditemukan seorang siswi keluar tanpa
alasan.
B. Perumusan Masalah
“Apakah ada hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMK
Prayatna-1 Medan?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pendidikan seks pada remaja di SMK Prayatna-1
Medan.
Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kebidanan
2. Pendidikan kebidanan
3. Tempat penelitian
A. Pendidikan Seks
Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran
orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan
pada remaja tentang resiko seks bebas, baik secara psikologis maupun emosional,
serta sosial, juga akan dapat membantu agar terhindar dari pelanggaran norma yang
sehingga ruang lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas dan lebih
difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks (BKKBN, 2009: 3).
Menurut BKKBN (2008: 10) seks berarti jenis kelamin, yaitu suatu sifat atau
ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan, sedangkan seksual berarti yang ada
berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media massa baik cetak maupun
elektronik termasuk didalamnya iklan, buku ataupun situs internet yang khusus
remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna susila, karena remaja canggung dan enggan
untuk bertanya pada orang yang tepat, semakin menguatkan alasan kenapa remaja
sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari
remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari
film porno, dan hanya 5% dari orang tua (Muzayyanah, 2010, ¶ 2).
menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk
ini idealnya diberikan pertama kali oleh orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di
Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan
Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif
yang tidak diharapkan seperti pelecehan seksual, kehamilan yang tidak direncanakan,
Tiap 15 juta remaja berumur 15 sampai 19 tahun melahirkan, ini adalah 1/5
dari jumlah kelahiran di dunia. Pertahun 1 juta sampai 4,4 juta remaja di negara
pengguguran yang tidak aman penyebab utama kematian pada perempuan umur 15-
remaja.
perilaku seksual.
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
Pada umumya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang
pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam hubungan
berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan
negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa
seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada setiap orang, selain itu
remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga
19).
dilihat dari penelitian WHO (1979) di enam belas negara Eropa yang hasilnya adalah:
Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain diajukan oleh Zelnik
dan Kim yang menyatakan bahwa remaja yang telah mendapatkan pendidikan seks
tidak cendrung melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah
mendapatkan pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang
Tumbuh ialah tahap perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh.
Tumbuh kembang remaja ialah tahap perubahan fisik dan psikologi remaja.
a. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan yang
c. Setiap anak memiliki ciri dan sifat yang khas, sehingga tidak ada dua anak yang
d. Tumbuh kembang pada masa remaja paling mencolok dan mudah diamati.
berbeda.
1) Remaja wanita mengalami pertumbuhan lebih cepat pada usia 10-13 tahun.
2) Remaja laki-laki mengalami pertumbuhan lebih cepat pada usia 13-15 tahun.
3) Usia ini disebut masa pertumbuhan yang cepat atau masa akil baliq.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja yaitu :
a. Faktor bawaan
Faktor bawaan adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar seseorang seperti
Beberapa hal perlu diketahui oleh remaja pada saat awal masa tumbuh
kembangnya, yaitu tentang seksualitas, pubertas, mimpi basah, menstruasi dan organ
reproduksi:
1. Seksualitas
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual
2. Pubertas
3. Mimpi basah
Mimpi basah adalah keluarnya sperma tanpa rangsangan pada saat tidur, dan
4. Menstruasi
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang banyak
mengandung pembuluh darah dari uterua melalui vagina secara periodik dan
berkala.
5. Organ reproduksi
seminalis
seks tersebut, berpulang kepada setiap orang tua. Artinya, orang tua harus berusaha
mencari cara-cara yang khusus dan praktis tentang penyampaian pendidikan seks
sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, para remaja akan lebih menghargai
dan mengetahui hubungan seksual yang sebenarnya bila saatnya tiba nanti
E. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner seorang
terhadap stimulus (rangsangan) yang ada. Sedangkan seksual adalah rangsangan atau
dorongan yang timbul berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari
perilaku berkaitan dengan seks atau jenis kelamin, organ-organ seks dan hubungan
Perilaku seksual adalah tingkahlaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
(Soetjingsih,2009: 136) :
seksual.
Tipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari terjadinya
kehamilan. Tipe hubungan seksual model ini merupakan alternatif aktifitas seksual
Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali melakukan
dan puas. Pada sisi lain muncul perasaan cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa
dan perasaan bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang
merugikan remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja
mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual.
Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat,
agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Pemahaman yang benar
tentang seksualitas manusia sangat diperlukan khususnya untuk para remaja demi
perilaku seksualnya dimasa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak
G. Remaja
1. Pengertian
usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan,
defenisis remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang
berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa
remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa ( Widyastuti,
3. Ciri-ciri remaja
a. Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik dan
b. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, terjadi perubahan emosi tubuh, minat dan
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. Identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk mencari siapa diri, apa perannya dalam masyarakat, apakah ia
budaya yang bersifat negatif terhadap remaja, mengakibatkan orang dewasa tidak
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, remaja melihat dirinya dan orang
a. Remaja Awal
fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja sudah
mulai melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat
pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu
meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Tidak
jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktifitas non fisik untuk
melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya
komputer.
b. Remaja Menengah
Pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, yakni
adanya mimpi basah dan adanya menstruasi. Pada masa ini gairah seksual remaja
c. Remaja akhir
Pada masa ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh,
sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah
Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus
adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda. Hamil dan
melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang
menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti Sifilis, Gonore,
Herpes, Klamidia dan AIDS. Dari data yang ada menunjukkan bahwa usia penderita
Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuanlah korban utama dalam masalah ini.
Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi
terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang
hamil merupakan aib keluarga, mencoreng nama baik keluarga. Penghakiman sosial
ini tidak jarang membuat remaja putri diliputi perasaan bingung, cemas, malu dan
271).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Menurut Luanaigh dan Carlson (2008: 217), pendidikan seks dibutuhkan bagi
keputusan berdasarkan informasi yang telah mereka terima. Pendidikan seks yang
Pendidikan seks dapat dilihat sebagai peluang untuk mempengaruhi perilaku seksual
remaja.
Perilaku
Skema .3. 1
Kerangka Konsep
B. Hipotesa Penelitian
Ada hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di
A. Desain Penelitian
pendekatan Cross Sectional yaitu variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek
penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (Notoatmodjo, 2005: 47). Untuk
mengetahui hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di
1. Populasi
Perkantoran kelas I dan II di SMK Prayatna-1 Medan yang berjumlah 189 orang.
2. Sampel
kelas I.1 dan I.2 serta kelas II.1 dan II.2 di SMK Prayatna-1 Medan. Metode
Random Sampling yaitu populasi dibagi dalam strata (sub populasi) kemudian
menengah dan tahap akhir usia antara 15-19 tahun, laki-laki dan perempuan bersedia
menjadi responden.
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan panduan
n= N
1 + N (d )²
Keterangan:
N = Jumlah populasi
n= 189
1 + 189(0,05)²
n= 189
1,472
Maka berdasarkan rumus di atas, didapat jumlah sampel untuk penelitian ini
Tabel 4.1.
Proporsi jumlah sampel di SMK Prayatna-1 Medan
Sept 2010-Juni 2011
No. Kelas Populasi siswa Jumlah sampel
1 I AP 1 46 31,15 = 31 orang
2 I AP 2 46 31,15 = 31 orang
3 II AP 1 47 31,83 = 32 orang
4 II AP 2 50 33,86 = 34 orang
C. Tempat Penelitian
lokasi mudah dijangkau oleh peneliti, adanya populasi yang mencukupi untuk
dijadikan responden serta lokasi ini juga belum pernah ada penelitian yang sama
sebelumnya.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2010 sampai dengan
Sumatera Utara dan izin dari kepala SMK Prayatna-1 Medan. Ada beberapa hal yang
persetujuan untuk menjadi responden, dan ditanda tangani oleh responden. Dalam
penelitian ini responden tidak ada yang menolak untuk dilakukan penelitian,
inisial. Jawaban yang diberikan responden adalah jawaban sendiri tanpa dipengaruhi
diperoleh dari responden hanya untuk kepentingan penelitian (Hidayat, 2003: 42).
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
ukur kuesioner dengan bentuk soal tertutup. Setiap pertanyaan bila jawaban yang
benar nilainya 1 dan bila jawaban yang salah nilainya 0. Total nilai keseluruhan
sebanyak 15 yang dibagi dalam 2 kategori yaitu baik nilainya ≥ 50%, kurang nilainya
< 50%. Untuk mengukur perilaku seksual remaja terdiri dari 7 pertanyaan dibagi
dalam dua kategori yaitu perilaku negatif nilainya >3 dan perilaku positif nilainya ≤ 3
pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data
yang relevan dengan apa yang sedang diukur. Pada penelitian ini menggunakan
untuk uji reliabilitas, data dianalisis dengan uji cronbach’s alfa dan instrumen
diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang
Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6 maka instrumen dinyatakan
reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel
(Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk variabel pendidikan seks didapat nilai cronbach’s
alfa 0.985, sedangkan variabel perilaku seksual didapat nilai cronbach’s alfa 0.976.
untuk melakukan penelitian pada Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Akademik, peneliti mengantar surat
Kemudian setelah mendapat izin dari kepala SMK Prayatna-1 Medan, peneliti
penelitian ini kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi
subjek penelitian. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti
mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang dialami dengan jujur
dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan yang ada
I. Analisa Data
melakukan analisa dan melalui beberapa tahap, pertama editing untuk melakukan
pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi coding untuk
mempermudah analisa data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Setelah itu
mengentry data kedalam komputer dan dilakukan dalam pengolahan data dengan
terjadinya kesalahan.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel.
2. Analisa Bivariat
diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah
hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan
2
menggunakan uji data kategori Chi-Square Test ( X ) pada tingkat kemaknaannya
adalah 95% (p ≤ 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang
perhitungan Chi-Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil
dari nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada
A. Hasil Penelitian
Seksual pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan tahun 2011” yang dilaksanakan dari
tanggal 23 Maret sampai dengan 02 April 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 128
1. Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, kelas dan
urutan anak yang keberapa dalam keluarga, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
tahun (50,0%) dan paling sedikit umur 14 tahun (2,3%). Jenis kelamin responden
adalah perempuan sejumlah 128 orang (100%), oleh karena jurusan Administrasi
Perkantoran ini hanya diminati oleh perempuan. Kelas responden paling banyak
adalah kelas II AP 2 sejumlah 34 orang (26.6%) dan paling sedikit ada 2 kelas yaitu
urutannya di dalam keluarga lebih dari yang ke 2 paling banyak sejumlah 54 orang
(42,2%) dan paling sedikit anak yang urutan ke 2 di dalam rumah tangga sejumlah 28
orang (21,9%).
2. Pendidikan Seks
dua yaitu baik dan kurang, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2
Distribusi Frekwensi Responden Tentang Pendidikan seks
di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
Pendidikan Seks f Persentase (%)
memiliki pendidikan seks yang baik sebanyak 113 orang (88,3%), sedangkan yang
jawaban tentang pertanyaan pendidikan seks dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.3
Materi Tentang Pendidikan Seks
No Materi tentang pendidikan seks Ya Tidak
f % f %
1 Etika masuk kamar orang tua 109 85,2 19 14,8
2 Perubahan yang terjadi pada masa pubertas 127 99,2 1 0,8
3 Informasi yang mendasar tentang seksual 102 80,5 25 19,5
4 Pengetahuan tentang alat kelamin remaja pria dan 120 93,8 8 6,2
wanita
5 Etika di depan umum 122 95,3 6 4,7
6 Manfaat pendidikan seks 91 71,1 37 29,8
7 Ijin berada di luar rumah dengan lawan jenis 13 10,2 115 89,8
8 Perlunya pendidikan seks bagi remaja 95 74,2 33 25,8
9 Nasehat orang tua dalam bergaul dengan lawan 125 97,7 3 2,3
jenis
10 Pembatasan diri dalam bergaul dengan lawan jenis 115 89,8 13 10,2
11 Seminar tentang materi kesehatan reproduksi 7 5,5 121 94,5
12 Informasi dari guru tentang proses menstruasi 120 93,8 8 6,2
13 Penjelasan dari guru tentang bahaya pengguguran 61 47,7 67 52,3
kandungan (aborsi)
14 Informasi tentang penyakit kelamin 86 67,2 42 32,8
15 Penjelasan orang tua tentang bahaya seks bebas 105 81,1 23 17,9
Dari tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa 99,2% responden sudah mengetahui
perubahan yang terjadi pada masa pubertas, informasi tersebut mereka peroleh baik
dari orang tua, guru, teman sebaya dan membaca buku. Sebanyak 94,5% dari
responden tidak pernah mengikuti seminar tentang materi kesehatan reproduksi (pada
dasarnya materi ini sangat dibutuhkan oleh remaja sekarang) karena dengan
mengikuti seminar tentang materi kesehatan reproduksi terutama di SMK Prayatna-1
Medan akan menambah wawasan dan pengetahuan remaja. Dengan demikian remaja
dapat membedakan efek baik dan efek buruk yang sangat mempengaruhi perilaku
3. Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah tingkahlaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
dengan lawan jenis maupun sesama jenis, yang dapat berdampak positif dan negatif,
Tabel 5.4
Distribusi Frekwensi Responden Tentang Perilaku Seksual Remaja
di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
Perilaku Seksual Remaja f Persentase (%)
Positif 62 48,4
Negatif 66 51,6
Jumlah 128 100
Pada tabel 5.4. di atas dapat dilihat mayoritas responden memiliki perilaku
seksual remaja yang negatif sejumlah 66 orang (51,6%), dan minoritas memiliki
perilaku seksual yang positif sejumlah 62 orang (48,4%). Adapun distribusi jawaban
dari responden tentang pertanyaan pendidikan seks yang diperoleh peneliti pada saat
Dari tabel 5.5. di atas 100% responden tidak pernah melakukan hubungan
intim, ini menandakan perilaku seksual responden baik, tetapi masih terdapat 96,1%
dari responden yang melakukan jalan bersama teman lawan jenis serta 78,2% sambil
melakukan pegangan tangan. Perilaku ini masih dalam batas yang sewajarnya, tetapi
dikhawatirkan dapat menjurus ke hal yang lebih negatif apabila responden tidak
Positif Negatif
f % f % f % 0,910
Baik 53 41,4 60 46,9 113 88,3
Kurang 9 7,0 6 4,7 15 11,7
Total 62 48,4 66 51,6 128 100
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5.6. di atas, maka dapat diketahui
bahwa remaja dengan pendidikan seks baik dan mempunyai perilaku seksual yang
seks baik tetapi mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 60 orang
(46,9%). Dan siswa yang mempunyai pendidikan seks yang kurang tetapi perilaku
seksnya kurang dan mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 6 orang
(4,7%).
B. Pembahasan
yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 128
orang responden dengan jumlah pertanyaan pada variabel independen (pendidikan
seks) sejumlah 15 pertanyaan dan pada variabel dependen (perilaku seksual) sejumlah
seksual pada remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011. Data tersebut dijadikan
tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Pendidikan Seks
Dari 128 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, 121 orang
(94,5%) responden yang belum pernah mengikuti seminar tentang materi kesehatan
reproduksi. Namun diperoleh 127 orang (99,2%) responden yang telah mengetahui
tentang perubahan yang terjadi pada masa pubertas, ini mempunyai kaitan dengan
tersebut bersumber dari orang tua, guru, internet, teman sebaya dan membaca buku.
utamanya karena masalah seks merupakan masalah yang sangat pribadi. Namun disisi
lain banyak orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak
remaja mereka. Selain pihak orang tua yang masih belum terbuka tentang seks,
seks, orang tua juga sering kali kurang paham perihal masalah ini. Pengetahuan yang
terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana
b. Perilaku Seksual
yang menjawab pertanyaan tentang berhubungan intim 128 orang (100% tidak
melakukan) tapi remaja yang melakukan cium pipi ditemukan angka yang masih
tinggi 61 orang (47,7%) dan remaja yang melakukan pelukan dengan lawan jenisnya
41 orang (32,1%), perilaku ini bisa menjurus kearah yang lebih negatif apabila tidak
mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber, salah satunya dari orang tua.
Secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh beberapa
seksual akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas seksual pada usia-usia yang dini.
bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran tersebut tidak dapat disalurkan karena
adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-
undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama
agama yang berlaku, seperti seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual
sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan
karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang
dengan teknologi yang canggih sebagai contoh VCD, buku stensilan, foto, majalah,
internet, dan lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam
periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau yang
didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui
masalah seksual secara lengkap. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya
maupun karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai seks dengan
anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak
karena pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi
anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting.
sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang
pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak
berbahaya. Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja
yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan. Atau,
Sebagian besar responden memiliki pendidikan seks yang baik sebanyak 113
orang (88,3%), sedangkan yang memiliki pendidikan seks yang kurang sejumlah 15
orang (11,7%), mayoritas responden memiliki perilaku seksual remaja yang negatif
sejumlah 66 orang (51,6%), dan minoritas memiliki perilaku seksual yang positif
sejumlah 62 orang (48,4%). Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa remaja dengan
pendidikan seks baik dan mempunyai perilaku seksual yang positif berjumlah 53
orang (41,4%), sedangkan siswa yang mempunyai pendidikan seks baik tetapi
mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 60 orang (46,9%). Siswa yang
mempunyai pendidikan seks yang kurang tetapi perilaku seksualnya positif berjumlah
9 orang (7,0%), sedangkan siswa yang pendidikan seksnya kurang dan mempunyai
Dari hasil analisa statistik yang diatas pada tabel 5.6. dengan menggunakan
uji Chi-square menunjukkan hubungan tersebut tidak bermakna, dimana nilai p-value
0,340 (p ≥ 0,05) atau dengan rumus Pearson Chi Square pada nilai α =0,05 dan df =
1 didapat nilai p = 0,340 atau ≥ 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan seks dengan
Remaja pada umumnya saat memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang
memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu
bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi
yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan oleh orang tua tabu membicarakan seks,
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Evelyn dan
Suza (2010), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang
seks dan perilaku seksual remaja yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan
dengan perilaku seksual pada remaja yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
adanya pendidikan seks yang benar yang akan memberikan pengetahuan dan
mendidik remaja agar berperilaku yang baik dalam hal seksual sesuai dengan norma
agama, sosial dan kesusilaan sehingga remaja dapat menempatkan diri dan
mengendalikan diri dari perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab melalui
tindakan pencegahan seks bebas. Akan tetapi pendidikan seks tidak selalu membuat
remaja dapat bersikap positif atau negatif terhadap perilaku seksual, hal ini
tergantung dari watak atau keyakinan yang dimiliki oleh setiap remaja, hanya saja
untuk hal ini peran orang tua, dan sekolah untuk lebih menanamkan pendidikan seks
tersebut untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada setiap remaja dan
dimungkinkan karena tidak adanya pendidikan yang khusus tentang seks kepada
remaja, sehingga mereka hanya mendapatkan pendidikan dari media massa, yang
belum tentu bisa dikontrol oleh orang tua, kesimpulannya remaja hanya mengetahui
sedikit tentang pendidikan seks dan kebenarannya, sehingga mereka tidak dapat
membedakan perilaku yang baik dengan yang buruk yang dapat berefek positif dan
negatif.
dengan perilaku seksual pada remaja tidak mempunyai hubungan yang signifikan.
A. Kesimpulan
SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
( 11,7% ).
orang (48,4% ) dan remaja yang perilaku seksual negatif atau kurang baik
3. Tidak ada hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja
B. Saran.
pengetahuan seks yang benar dari berbagai sumber informasi baik dari orang
tua, guru, media visual dan audio visual serta mengadakan diskusi ilmiah
diperlukan juga sosialisasi para tenaga kesehatan atau pakar dalam bidang
hidup yang sehat agar terhindar dari penyakit menular seksual dan terhindar
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di -
Tempat
Dengan Hormat,
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program D-IV Bidan Pendidik pada
Fakultas Keperawatan USU, saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan
Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011.
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data/informasi yang nyata dan akurat
dari saudara melalui pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini.
Saudara berhak untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun penelitian
ini sangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak
ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon
Kesediaan dan perhatian saudara sangat saya harapkan dan atas partisipasinya
saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
FITRIANI
Nim :10510208
Lampiran 2
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Studi
D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU dengan judul “Hubungan
Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di”SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011”
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu kebidanan.
Medan, 2011
Responden
( )
Lampiran 3
KUESIONER
I. IDENTITAS
Tgl. Pengumpulan Data:
No. Responden :
Umur /jenis Kelamin : Tahun/ Laki-Laki Perempuan
Kelas /Jurusan :
Anak ke :
Status orang tua : ayah ada tidak ada
Ibu ada tidak ada
Keterangan, jika tidak ada : 1. meninggal
: 2. bercerai
1. Anda diminta untuk mengisi kuesioner sesuai yang anda ketahui, tidak ada
penilaian dalam pengisian ini.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dan jujur dengan
cara membubuhi tanda check list() dan isilah jawaban pada titik-titik yang
telah disediakan, tanpa mencontoh jawaban orang lain.
3. Kuesioner ini hanya membahas tentang pendidikan seks, yakni pengetahuan
tentang pendidikan seks, dan perilaku seksual pada remaja.
A. Pendidikan Seks
No. Pertanyaan
1. Apakah anda di rumah pernah diberitahu jika masuk ke kamar orang tua
terlebih dahulu mengetuk pintu ?
a. Ya, siapakah yang memberitahunya?..................................................
b. Tidak
5. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang hal apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan di depan umum. Misalnya : tidak boleh
menggunakan pakaian minim / tipis saat berada diluar rumah?
a. Ya, dari mana/ siapa informasi tersebut?............................................
b. Tidak
12. Apakah guru anda pernah menjelaskan tentang proses terjadinya menstruasi
(perempuan) dan mimpi basah (laki-laki) yang terjadi pada saat akil balik
(dewasa)?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah guru anda pernah menjelaskan tentang bahaya aborsi (pengguguran
kandungan)?
a. Ya, sebutkan apa bahaya aborsi!........................................................
b. Tidak
15. Apakah orang tua anda pernah menjelaskan tentang bahaya seks bebas?
a. Ya, sebutkan apa bahayanya?............................................................
b. Tidak
B. Perilaku Seksual Remaja
TABEL SKOR
A. BIODATA
1. Nama : FITRIANI
2. Tempat/tanggal lahir : Aceh Tengah, 18 Oktober 1973
3. Agama : Islam
4. Anak ke : 5 dari 6 bersaudara
5. Alamat : Nunang Antara Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah
B. ORANG TUA
1. Ayah : H. Abdul Gani Latih
Pekerjaan : Pensiunan PNS
2. Ibu : Hj. Rasimah Kasim
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Alamat : Nunang Antara Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah
C. KELUARGA
1. Nama Suami : Zulhijjah Arsah
Pekerjaan : PNS
2. Nama Anak : Maulana Adzanullah
Tanggal Lahir : 14 Juli 1999