Anda di halaman 1dari 65

HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL

PADA REMAJA DI SMK PRAYATNA-1 MEDAN

OLEH :

FITRIANI
105102083

KARYA TULIS ILMIAH

POGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011

FITRIANI

Hubungan Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja

vii + 40 hal + 8 tabel + 1 skema + 12 lampiran

Abstrak

Remaja sebagai generasi muda merupakan asset nasional yang penting karena pada
pundaknya terletak tanggung jawab kelangsungan hidup bangsa. Permasalahan
remaja saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. ini disebabkan karena masih
rendahnya pengetahuan remaja tentang pendidikan seks. karena keingintahuan remaja
yang besar, dalam kondisi dimana teknologi informasi dan komunikasi begitu bebas
sehingga remaja mendapatkan informasi yang tidak benar. Maka hal tersebut akan
berpengaruh pada nilai kehidupan mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMK
Prayatna-1 Medan. Desain penelitian ini adalah surve analitik dengan pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel 128 orang, yang terdiri dari 4 kelas, masing-masing
kelas I AP 1 = 31 orang, I AP 2 = 31 orang, II AP 1 = 32 orang dan II AP 2 = 34
orang. Pengambilan sampel dengan teknik Propotional stratified random sampling.
Analisis yang digunakan uji data katagorik chi-square test.Berdasarkan hasil uji Chi-
Square test diperoleh responden dengan pendidikan baik 88,3%, pendidikan kurang
11,7%, sedangkan perilaku yang positif 48,7% dan perilaku negatif 51,6%. Remaja
berperilaku baik 41,4%, baik berperilaku negatif 46,9%, pendidikan kurang
berperilaku positif 7%, pendidikan kurang perilaku negatif 4,7%. Dari hasil uji
statistik hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual diperoleh nilai p = 0,340
tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja. Dari hasil penelitian ini
disarankan kepada bidan agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam
memberikan penyuluhan tentang pendidikan seks kepada remaja.

Daftar Pustaka : 23 (2003-2010)


Kata Kunci : Pendidikan seks
Perilaku seksual pada remaja
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul ”Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual

pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011”

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu tuntutan untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D-IV Kebidanan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga

kepada yang terhormat Bapak dr. Juliandi Harahap, MA selaku Pembimbing yang

dengan penuh kesabaran dan kesungguhan telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih

penulis ucapkan kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes. selaku Dekan pada Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program Studi

D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.


3. dr. Juliandi Harahap, MA selaku pembimbing dalam penulisan Karya

Tulis ilmiah ini.

4. Bapak Setiawan, Skp. MNS. PhD selaku dosen pembimbing Akademik

peneliti.

5. Seluruh Staf Dosen dan pegawai administrasi pada Program Studi D-IV

Kebidanan Fakultas Keperawatan USU.

6. Orang tua, serta keluarga tercinta yang banyak menyumbangkan segala

bantuan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

7. Serta rekan-rekan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan USU seangkatan 2010 yang telah memberikan dorongan dan

bantuan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritikan yang

bersifat membangun dan mudah-mudahan tulisan ini dapat berguna bagi penulis

sendiri dan para pembaca khususnya, semoga segala budi baik dari orang-orang yang

peneliti sebut di atas mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Amin Ya Rabbal ’Alamin.


Medan, Juni 2011
Penulis

(FITRIANI)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR SKEMA.............................................................................................. v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viiviii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 4

BAB II TINJUAN PUSTAKA........................................................................... 5


A. Pendidikan Seks............................................................................... 5
B. Tujuan Pendidikan Seks ................................................................... 6
C. Manfaat Pendidikan Seks.................................................................. 8
D. Materi Pendidikan Seks.................................................................... 9
E. Pengertian Perilaku ....................................................................... 11
F. Perilaku Seksual.............................................................................. 11
G. Remaja............................................................................................. 13
H. Dampak Perilaku Seksual Remaja.................................................. 15

BAB III KERANGKA KONSEP........................................................................ 17


A. Kerangka konsep............................................................................. 17
B. Hipotesa........................................................................................... 17
C. Defenisi Operasional ...................................................................... 18
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 19
A. Desain Penelitian............................................................................. 19
B. Populasi dan Sampel........................................................................ 19
C. Tempat Penelitian ........................................................................... 21
D. Waktu Penelitian.............................................................................. 21
E. Etik Penelitian.................................................................................. 21
F. Alat Pengumpulan Data................................................................... 22
G. Uji Validitas dan Reliabilitas........................................................... 22
H. Prosedur Pengumpulan Data........................................................... 23
I. Analisa Data.................................................................................... 24

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 26


A. Hasil Penelitian................................................................................ 26
B. Pembahasan..................................................................................... 31

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 37


A. Kesimpulan...................................................................................... 37
B. Saran................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 39
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 3.1. Kerangka Konsep ………………………………………. 17


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3. 1. Defenisi Operasional……………………………………. 18

Tabel 4. 1. Proporsi jumlah sampel di SMK Prayatna-1 Medan

Sep 2010-Juni 2011…………………………………….. 21

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di SMK Prayatna-1

Medan tahun 2011……………………………………… 26

Tabel 5.2. Distribusi frekwensi Responden Tentang Pendidikan Seks

di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011………………… 27

Tabel 5.3. Materi tentang Pendidikan Seks…………………………. 28

Tabel 5.4. Distribusi frekwensi Responden Tentang Perilaku Seksual

di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011………………… 29

Tabel 5.5. Materi tentang Perilaku Seksual………………………… 29

Tabel 5.6. Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual pada

Remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011……….. 30


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden

Lampiran 2. Lembaran persetujuan menjadi responden

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Tabel Skor

Lampiran 5. Surat Pernyataan Content Validyty

Lampiran 6. Persetujuan Penelitian dari Program D-IV Bidan Pendidik


Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian dari SMK Prayatna-1 Medan

Lampiran 8. Lembaran Konsultasi

Lampiran 9. Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia

Lampiran 10. Daftar Riwayat Hidup


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelompok remaja adalah segmen yang besar dari populasi, keadaan ini

menunjukkan bahwa yang harus diperhatikan adalah kebutuhan remaja umur 10-24

tahun, kebutuhannya sangat bergantung pada beberapa karakteristik, disesuaikan

dengan karakteristik individu, misalnya umur, aktivitas seksual, pendidikan yang

diterima di sekolah dan status ketenagakerjaan, seperti halnya posisi mereka pada

umur-umur tersebut (Martaadisoebrata, Sastrawinata & Saifuddin, 2005: 318).

Data-data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang

besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1995

sekitar 1/5 dari penduduk dunia adalah remaja yang berumur 10-19 tahun. Sekitar 900

juta berada di negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara

berkembang yang mempunyai penduduk usia remaja cukup besar.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 kelompok umur 10-19 tahun

adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50% remaja laki-laki dan 49,1% remaja

perempuan (Soetjiningsih, 2009: 1).

Sedangkan berdasarkan Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2000-2025, BPS

(Biro Pusat Statistik), BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional)

pada tahun 2009 jumlah remaja usia 10-19 tahun terdapat sekitar 64 juta atau 28,64%
dari jumlah penduduk Indonesia (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional,

2009: 1).

Permasalahan remaja yang saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan,

hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang pendidikan

seks, remaja perempuan dan laki-laki usia 14-19 tahun yang mengaku mempunyai

pasangan atau pacar pernah melakukan hubungan seksual pranikah masing-masing

mencapai 34,7% dan 30,9% (BKKBN, 2008: 1).

Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak kemasa

dewasa. Dalam hal ini, remaja berkembang kearah kematangan seksual. Sebagian

remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang apa yang boleh dilakukan

dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya. Seperti boleh atau tidak melakukan

pacaran, melakukan onani atau ciuman. Kebingungan ini akan menimbulkan suatu

perilaku seksual yang kurang sehat dikalangan remaja (Soetjiningsih, 2009: 45).

Mengingat keingintahuan remaja sangat besar, dalam kondisi dimana

teknologi informasi dan komunikasi begitu bebas dewasa ini, maka kesempatan

remaja untuk memperoleh informasi terhadap berbagai hal termasuk masalah seks

sangat terbuka.

Masalahnya adalah tidak semua informasi yang benar dan tepat bagi kehidupan

remaja, jika kemudian remaja mendapatkan informasi yang tidak benar, maka hal

tersebut akan berpengaruh pada nilai kehidupan mereka (BKKBN, 2008: 28).

Dari pengamatan awal peneliti, Sekolah Menengah Kejuruan Prayatna-1

Medan merupakan salah satu sekolah menengah umum yang letaknya sangat
strategis. Dengan tersedianya teknologi dan komunikasi yang mudah terjangkau

seperti mudahnya mengakses internet, televisi, koran atau majalah yang dapat

memberikan pesan seksualitas kepada remaja SMK. Sehubungan dengan hal tersebut,

ada kekhawatiran siswa dan siswi berpacaran dan menonton film porno yang

mempertunjukkan aktifitas seksual tidak wajar. Selanjutnya data dari SMK Prayatna -

1 Medan dalam beberapa tahun ke belakang ditemukan seorang siswi keluar tanpa

alasan.

Berdasarkan latar belakang di atas, selanjutnya penulis tertarik untuk meneliti

permasalahan tersebut dengan judul “Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku

Seksual pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011.“

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah

“Apakah ada hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMK

Prayatna-1 Medan?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada

remaja di SMK Prayatna-1 Medan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pendidikan seks pada remaja di SMK Prayatna-1

Medan.

b. Untuk mengetahui perilaku seksual pada remaja di SMK Prayatna-1

Medan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat antara lain :

1. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai intervensi

dalam melaksanakan asuhan kebidanan, menentukan pembinaan,

pengembangan pengetahuan tentang hubungan pendidikan seks dengan

perilaku seksual pada remaja.

2. Pendidikan kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan mahasiswa kebidanan terutama tentang hubungan pendidikan

seks dengan perilaku seksual pada remaja.

3. Tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi remaja

yang sedang menjalani pendidikan di SMK Prayatna-1 Medan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Seks

Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan

usia dan perkembangan anak hingga beranjak dewasa. Memberikan pengetahuan

pada remaja tentang resiko seks bebas, baik secara psikologis maupun emosional,

serta sosial, juga akan dapat membantu agar terhindar dari pelanggaran norma yang

berlaku (Ahmad, 2010, ¶ 5).

Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi,

sehingga ruang lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas dan lebih

difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks (BKKBN, 2009: 3).

Menurut BKKBN (2008: 10) seks berarti jenis kelamin, yaitu suatu sifat atau

ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan, sedangkan seksual berarti yang ada

hubungannya dengan seks atau yang muncul dari seks.

Para remaja memperoleh informasi mengenai seks dan seksualitas dari

berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media massa baik cetak maupun

elektronik termasuk didalamnya iklan, buku ataupun situs internet yang khusus

menyediakan informasi tentang seks (Faturrahman, 2010, ¶ 3).

Ketidakpekaan orang tua dan pendidik terhadap kondisi remaja menyebabkan

remaja sering terjatuh pada kegiatan tuna susila, karena remaja canggung dan enggan
untuk bertanya pada orang yang tepat, semakin menguatkan alasan kenapa remaja

sering bersikap tidak tepat terhadap organ reproduksinya. Data menunjukkan dari

remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapat informasi seputar seks dari teman, 35% dari

film porno, dan hanya 5% dari orang tua (Muzayyanah, 2010, ¶ 2).

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat

menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada

dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk

menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk

yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual

ini idealnya diberikan pertama kali oleh orang tuanya sendiri. Tetapi sayangnya di

Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan

permasalahan seksual (Admin, 2008, ¶ 13).

B. Tujuan Pendidikan Seks

Pendidikan seks merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak negatif

yang tidak diharapkan seperti pelecehan seksual, kehamilan yang tidak direncanakan,

aborsi, Penyakit Menular Seks (PMS) (Sarwono, 2010: 234).

Tiap 15 juta remaja berumur 15 sampai 19 tahun melahirkan, ini adalah 1/5

dari jumlah kelahiran di dunia. Pertahun 1 juta sampai 4,4 juta remaja di negara

berkembang menjalani pengguguran, komplikasi dari kehamilan, kelahiran bayi, dan

pengguguran yang tidak aman penyebab utama kematian pada perempuan umur 15-

19 tahun (Martaadisoebrata, Sastrawinata & saifuddin, 2005: 320).


Tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara lain

(Admin, 2008, ¶ 16),

1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan

proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada

remaja.

2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan

penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).

3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua

manifestasi yang bervariasi.

4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa

kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.

5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk

memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan

perilaku seksual.

6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar

individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu

kesehatan fisik dan mental.

7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan

eksplorasi seks yang berlebihan.

8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan

aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai

istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.


C. Manfaat Pendidikan Seks

Pada umumya orang menganggap bahwa pendidikan seks hanya berisi tentang

pemberian informasi alat kelamin dan berbagai macam posisi dalam hubungan

kelamin. Perlu diluruskan kembali pengertian pendidikan seks, pendidikan seks

berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah anggapan

negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa

seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada setiap orang, selain itu

remaja juga dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga

mereka dapat menghindarinya (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009:

19).

Perbedaan pandangan tentang perlunya pendidikan seks bagi remaja dapat

dilihat dari penelitian WHO (1979) di enam belas negara Eropa yang hasilnya adalah:

a. Lima negara mewajibkannya di setiap sekolah.

b. Enam negara menerima dan mensahkannya dengan undang-undang tetapi tidak

mengharuskannya disetiap sekolah.

c. Dua negara secara umum menerima pendidikan seks, tetapi tidak

mengukuhkannya dengan undang-undang.

d. Tiga negara tidak melarang, tetapi juga tidak mengembangkannya.

Pandangan yang mendukung pendidikan seks antara lain diajukan oleh Zelnik

dan Kim yang menyatakan bahwa remaja yang telah mendapatkan pendidikan seks

tidak cendrung melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah
mendapatkan pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang

tidak dikehendaki (Sarwono, 2010: 235).

D. Materi Pendidikan Seks

Materi pendidikans seks sangat bervariasi dibicarakan dikalangan remaja

(BKKBN, 2008: 66) adalah sebagai berikut:

1. Tumbuh kembang remaja

Tumbuh ialah tahap perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh.

Tumbuh kembang remaja ialah tahap perubahan fisik dan psikologi remaja.

Prinsip tumbuh kembang remaja

a. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan yang

saling mempengaruhi secara timbal balik.

b. Tumbuh kembang mengikuti pola atau aturan tertentu dan berkesinambungan.

c. Setiap anak memiliki ciri dan sifat yang khas, sehingga tidak ada dua anak yang

persis sama, walaupun mereka kembar.

d. Tumbuh kembang pada masa remaja paling mencolok dan mudah diamati.

e. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan remaja laki-laki dan perempuan

berbeda.

1) Remaja wanita mengalami pertumbuhan lebih cepat pada usia 10-13 tahun.

2) Remaja laki-laki mengalami pertumbuhan lebih cepat pada usia 13-15 tahun.

3) Usia ini disebut masa pertumbuhan yang cepat atau masa akil baliq.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja yaitu :

a. Faktor bawaan

Faktor bawaan adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang

diturunkan dari kedua orang tuanya.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar seseorang seperti

lingkungan keluarga, sosial, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Beberapa hal perlu diketahui oleh remaja pada saat awal masa tumbuh

kembangnya, yaitu tentang seksualitas, pubertas, mimpi basah, menstruasi dan organ

reproduksi:

1. Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan perilaku seksual

maupun orientasi seksual.

2. Pubertas

Masa pubertas adalah masa di mana seseorang mengalami perubahan struktur

tubuh dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan psikis.

3. Mimpi basah

Mimpi basah adalah keluarnya sperma tanpa rangsangan pada saat tidur, dan

umumnya terjadi pada saat mimpi tentang seks.

4. Menstruasi
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium yang banyak

mengandung pembuluh darah dari uterua melalui vagina secara periodik dan

berkala.

5. Organ reproduksi

a. Organ Reproduksi Wanita adalah 1).Ovarium (indung telur). 2).Tuba falopi

(saluran telur). 3).Fimbrae (umbai-umbai). 4).Uterus (rahim). 5).Cervix Uteri

(leher rahim). 6).Vagina (lubang senggama).

b. Organ Reproduksi Laki-Laki adalah 1).Penis. 2).Glans. 3).Uretra. 4).Vas

deferens. 5).Epididimis. 6).Testis. 7).Scrotum. 8).Kelenjar prostat. 9).Vesikula

seminalis

Pada akhirnya, semua cara yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan

seks tersebut, berpulang kepada setiap orang tua. Artinya, orang tua harus berusaha

mencari cara-cara yang khusus dan praktis tentang penyampaian pendidikan seks

sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, para remaja akan lebih menghargai

dan mengetahui hubungan seksual yang sebenarnya bila saatnya tiba nanti

(Dianawati, 2006: 10).

E. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner seorang

ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara

perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) (Notoatmodjo, 2003: 119).


F. Perilaku Seksual

Perilaku dapat diartikan sebagai respon organisme atau respon seseorang

terhadap stimulus (rangsangan) yang ada. Sedangkan seksual adalah rangsangan atau

dorongan yang timbul berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari

dalam dirinya maupun dari luar dirinya (Notoatmodjo, 2007: 266).

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut perasaan, pikiran dan

perilaku berkaitan dengan seks atau jenis kelamin, organ-organ seks dan hubungan

antar jenis kelamin (BKKBN, 2008: 2).

Perilaku seksual adalah tingkahlaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik

dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Sarwono, 2010: 174).

Beberapa aktifitas seksual yang sering dijumpai pada remaja yaitu

(Soetjingsih,2009: 136) :

1. Masturbasi atau onani

Masturbasi merupakan suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat

genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan

seksual.

2. Percumbuan, seks oral dan seks anal

Tipe ini saat sekarang banyak dilakukan oleh remaja untuk menghindari terjadinya

kehamilan. Tipe hubungan seksual model ini merupakan alternatif aktifitas seksual

yang dianggap aman oleh remaja masa kini.


3. Hubungan seksual

Ada dua perasaan yang saling bertentangan saat remaja pertama kali melakukan

hubungan seksual. Pertama muncul perasaan nikmat, menyenangkan, indah, intim

dan puas. Pada sisi lain muncul perasaan cemas, tidak nyaman, khawatir, kecewa

dan perasaan bersalah. Dari hasil penelitian tampak bahwa remaja laki-laki yang

paling terbuka untuk menceritakan pengalaman hubungan seksualnya

dibandingkan dengan remaja perempuan.

Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja sangat

merugikan remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja

mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual.

Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : adat istiadat,

agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Pemahaman yang benar

tentang seksualitas manusia sangat diperlukan khususnya untuk para remaja demi

perilaku seksualnya dimasa dewasa sampai mereka menikah dan memiliki anak

(Soetjiningsih, 2009: 133).

G. Remaja

1. Pengertian

Menurut badan kesehatan dunia WHO (Word Health Organization) batasan

usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan,

defenisis remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang

berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Sementara itu BKKBN (Direktorat
Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10

sampai 21 tahun (BKKBN, 2008: 1).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,

emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode

masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa

remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa ( Widyastuti,

Rahmawati & Purnamaningrum, 2009: 11).

2. Tahapan perkembangan remaja

Menurut Widyastuti, Rahmawati dan Purnamaningrum (2009: 11) masa

remaja berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :

a. Masa remaja awal (usia 10-12 tahun)

b. Masa remaja menengah (usia 13-15 tahun)

c. Masa remaja akhir (usia 16-19 tahun)

3. Ciri-ciri remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja tersebut antara lain :

a. Masa remaja sebagai periode penting, karena terjadi perkembangan fisik dan

mental yang cepat.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa anak-anak ke

masa dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, terjadi perubahan emosi tubuh, minat dan

peran, perubahan nilai-nilai dan tanggung jawab.


d. Masa remaja sebagai usia bermasalah, karena kebanyakan remaja tidak

berpengalaman dalam mengatasi masalah dan karena remaja merasa sudah

mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri. Identitas diri yang dicari remaja

berupa usaha untuk mencari siapa diri, apa perannya dalam masyarakat, apakah ia

seorang anak atau dewasa.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, anggapan sterotipe

budaya yang bersifat negatif terhadap remaja, mengakibatkan orang dewasa tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, remaja melihat dirinya dan orang

lain sebagai mana yang mereka inginkan.

4. Fase perkembangan perilaku seksual remaja ( Soetjiningsih, 2009: 135)

a. Remaja Awal

Merupakan tahap awal/permulaan, remaja sudah mulai tampak ada perubahan

fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini remaja sudah

mulai melakukan onani karena telah seringkali terangsang secara seksual akibat

pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu

meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Tidak

jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktifitas non fisik untuk

melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya

yaitu dengan bentuk hubungan telepon, surat-menyurat atau menggunakan sarana

komputer.
b. Remaja Menengah

Pada masa ini remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh, yakni

adanya mimpi basah dan adanya menstruasi. Pada masa ini gairah seksual remaja

sudah mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan

mempergunakan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik.

c. Remaja akhir

Pada masa ini, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh,

sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah

jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

H. Dampak Perilaku Seksual Remaja

1. Kehamilan tidak diinginkan

Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan harus

terus melanjutkan kehamilannya. Konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil

adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda. Hamil dan

melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan yang

tidak jarang membawa kematian ibu.

2. Penyakit menular seksual (PMS) / HIV/AIDS

Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks

menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti Sifilis, Gonore,

Herpes, Klamidia dan AIDS. Dari data yang ada menunjukkan bahwa usia penderita

HIV/AIDS paling banyak menyerang korban berusia antara 17 hingga 29 tahun.


3. Psikologis

Dampak lain dari perilaku seksual remaja adalah konsekuensi psikologis.

Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuanlah korban utama dalam masalah ini.

Kodrat untuk hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi

terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang

hamil merupakan aib keluarga, mencoreng nama baik keluarga. Penghakiman sosial

ini tidak jarang membuat remaja putri diliputi perasaan bingung, cemas, malu dan

bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya (Notoatmodjo, 2007:

271).
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Menurut Luanaigh dan Carlson (2008: 217), pendidikan seks dibutuhkan bagi

remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk membuat

keputusan berdasarkan informasi yang telah mereka terima. Pendidikan seks yang

benar dapat membantu menunda aktifitas seksual dan bukan mempercepatnya.

Pendidikan seks dapat dilihat sebagai peluang untuk mempengaruhi perilaku seksual

remaja.

Untuk memperjelas pernyataan diatas berikut ini digambarkan kerangka

konsep yang akan diteliti dalam penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku

Pendidikan seks Seksual Remaja

Skema .3. 1
Kerangka Konsep

B. Hipotesa Penelitian

Ada hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di

SMK Prayatna-1 Medan tahun 2011


C. Defenisi Operasional
Tabel 3. 1. Defenisi Operasional
N Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala
o Penelitian Operasional Ukur
1. Independen Remaja dapat Penyebaran Kuesioner 1. Baik Ordinal
memperoleh kuesioner berupa 15 2. Kurang
Pendidikan informasi dengan kriteria : soal
Seks mengenai seks - Baik bila
dan seksualitas responden
dari berbagai menjawab
sumber seperti ≥50% dari
teman sebaya, pertanyaan
media massa yang diberikan
cetak dan
elektronik - kurang bila
termasuk iklan, responden
buku dan situs menjawab
internet, orang < 50% dari
tua, guru dan pertanyaan
tenaga yang diberikan
kesehatan

2. Dependen Suatu kegiatan Penyebaran Kuesioner 1.Perilaku Ordinal


yang dilakukan kuesioner berupa 7 positif
Perilaku remaja mulai dengan kriteria : soal
Seksual dari perasaan - Perilaku positif
2.Perilaku
Remaja tertarik baik bila responden
dengan lawan menjawab ≤ 3 negatif
jenis maupun dari pertanyaan
dengan sesama yang diberikan
jenis, tentang
tindakan
seksualitas yang - Perilaku
berupa negatif bila
berkencan, responden
berciuman, menjawab >3
bermesraan, dari pertanyaan
sampai yang diberikan
melakukan
hubungan intim
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (Notoatmodjo, 2005: 47). Untuk

mengetahui hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di

SMK Prayatna-1 Medan tahun 2010-2011

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja jurusan Administrasi

Perkantoran kelas I dan II di SMK Prayatna-1 Medan yang berjumlah 189 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja jurusan Administrasi Perkantoran

kelas I.1 dan I.2 serta kelas II.1 dan II.2 di SMK Prayatna-1 Medan. Metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik Propotional Stratified

Random Sampling yaitu populasi dibagi dalam strata (sub populasi) kemudian

pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata (Nursalam, 2003: 98).

Subjek penelitian ditentukan dengan keriteria tertentu yaitu remaja tahap

menengah dan tahap akhir usia antara 15-19 tahun, laki-laki dan perempuan bersedia

menjadi responden.
Perhitungan besar sampel dilakukan dengan menggunakan panduan

(Nursalam, 2003: 96) dengan rumus sebagai berikut :

n= N

1 + N (d )²

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikansi (d= 0,05)

n= 189

1 + 189(0,05)²

n= 189

1,472

n= 128,39 = 128 orang

Maka berdasarkan rumus di atas, didapat jumlah sampel untuk penelitian ini

adalah berjumlah 128 orang.


Berdasarkan perhitungan proporsional tersebut maka jumlah sampel pada

setiap kelas dapat ditentukan sebagai berikut :

Tabel 4.1.
Proporsi jumlah sampel di SMK Prayatna-1 Medan
Sept 2010-Juni 2011
No. Kelas Populasi siswa Jumlah sampel

1 I AP 1 46 31,15 = 31 orang

2 I AP 2 46 31,15 = 31 orang

3 II AP 1 47 31,83 = 32 orang

4 II AP 2 50 33,86 = 34 orang

Total 189 128 orang

Sumber : Data siswa SMK Prayatna-1 Medan, 2010.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Prayatna-1 Medan dengan pertimbangan

lokasi mudah dijangkau oleh peneliti, adanya populasi yang mencukupi untuk

dijadikan responden serta lokasi ini juga belum pernah ada penelitian yang sama

sebelumnya.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan September tahun 2010 sampai dengan

bulan Juni tahun 2011


E. Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari institusi

pendidikan yaitu Program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Sumatera Utara dan izin dari kepala SMK Prayatna-1 Medan. Ada beberapa hal yang

berkaitan dengan permasalahan etik yaitu memberikan penjelasan kepada calon

responden penelitian tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian.

Peneliti akan membuat surat persetujuan penelitian (informed consent), yaitu

persetujuan untuk menjadi responden, dan ditanda tangani oleh responden. Dalam

penelitian ini responden tidak ada yang menolak untuk dilakukan penelitian,

kuesioner tidak dicantumkan nama responden (anomity), tetapi hanya menggunakan

inisial. Jawaban yang diberikan responden adalah jawaban sendiri tanpa dipengaruhi

oleh siapapun dan akan dijaga kerahasiaannya (confidentiality), data-data yang

diperoleh dari responden hanya untuk kepentingan penelitian (Hidayat, 2003: 42).

F. Alat Pengumpulan Data

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

ditujukan kepada remaja yang berisi 22 pertanyaan dalam bentuk Dichotomous

Choice (Notoatmodjo,2005: 124). Untuk mengukur pendidikan seks digunakan alat

ukur kuesioner dengan bentuk soal tertutup. Setiap pertanyaan bila jawaban yang

benar nilainya 1 dan bila jawaban yang salah nilainya 0. Total nilai keseluruhan

sebanyak 15 yang dibagi dalam 2 kategori yaitu baik nilainya ≥ 50%, kurang nilainya

< 50%. Untuk mengukur perilaku seksual remaja terdiri dari 7 pertanyaan dibagi
dalam dua kategori yaitu perilaku negatif nilainya >3 dan perilaku positif nilainya ≤ 3

(Hidayat, 2003: 39).

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrumen

pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data

yang relevan dengan apa yang sedang diukur. Pada penelitian ini menggunakan

Content Validity, dimana validitas dikonsultasikan kepada pembimbing dan disetujui

kuisioner tersebut digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Sedangkan

untuk uji reliabilitas, data dianalisis dengan uji cronbach’s alfa dan instrumen

diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria yang sama dengan responden yang

diteliti, kemudian jawaban responden akan diolah dengan menggunakan bantuan

program komputerisasi untuk mencari nilai koefisien reliabilitas cronbach’s alfa.

Dengan ketentuan apabila r hitung > r tabel (p) > 0.6 maka instrumen dinyatakan

reliabel, dan apabila r hitung < r tabel (p) < 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel

(Hidayat, 2007, hlm.115). Untuk variabel pendidikan seks didapat nilai cronbach’s

alfa 0.985, sedangkan variabel perilaku seksual didapat nilai cronbach’s alfa 0.976.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mengajukan permohonan izin

untuk melakukan penelitian pada Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas
Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Akademik, peneliti mengantar surat

izin tersebut kepada Kepala SMK Prayatna- 1 Medan.

Kemudian setelah mendapat izin dari kepala SMK Prayatna-1 Medan, peneliti

melaksanakan proses pengumpulan data dari responden. Peneliti menjelaskan tujuan

penelitian ini kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi

subjek penelitian. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti

mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani.

Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti

mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang dialami dengan jujur

dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan yang ada

dilembar kuesioner. Selanjutnya peneliti memberikan penilaian berdasarkan kriteria

yang disusun peneliti.

I. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti

melakukan analisa dan melalui beberapa tahap, pertama editing untuk melakukan

pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi coding untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya tabulating untuk

mempermudah analisa data yang dimasukkan kedalam bentuk tabel. Setelah itu

mengentry data kedalam komputer dan dilakukan dalam pengolahan data dengan

menggunakan tehnik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry


yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindari

terjadinya kesalahan.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel.

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel independen, yaitu : pendidikan seks dan variabel dependen,

yaitu : perilaku seksual pada remaja.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah

hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan
2
menggunakan uji data kategori Chi-Square Test ( X ) pada tingkat kemaknaannya

adalah 95% (p ≤ 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang

bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus. Melalui

perhitungan Chi-Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih kecil

dari nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada

hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku

Seksual pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan tahun 2011” yang dilaksanakan dari

tanggal 23 Maret sampai dengan 02 April 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 128

orang remaja, maka dapat disajikan hasilnya sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik dalam penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, kelas dan

urutan anak yang keberapa dalam keluarga, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Responden di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011

Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)


Umur
14 Tahun 3 2,3
15 Tahun 26 20,3
16 Tahun 64 50,0
17 Tahun 31 24,2
18 Tahun 4 3,2
Total 128 100
Jenis Kelamin
perempuan 128 100
Kelas
I AP 1 31 24,2
I AP 2 31 24,2
II AP 1 32 25
II AP 2 34 26,6
Total 128 100
Anak ke
Satu 46 35,9
Dua 28 21,9
>2 54 42,2
Total 128 100
Berdasarkan tabel 5.1. di atas sebagian besar umur responden adalah 16

tahun (50,0%) dan paling sedikit umur 14 tahun (2,3%). Jenis kelamin responden

adalah perempuan sejumlah 128 orang (100%), oleh karena jurusan Administrasi

Perkantoran ini hanya diminati oleh perempuan. Kelas responden paling banyak

adalah kelas II AP 2 sejumlah 34 orang (26.6%) dan paling sedikit ada 2 kelas yaitu

kelas I AP 1 dan kelas I AP 2 sejumlah 31 orang (24,2%). Jumlah anak yang

urutannya di dalam keluarga lebih dari yang ke 2 paling banyak sejumlah 54 orang

(42,2%) dan paling sedikit anak yang urutan ke 2 di dalam rumah tangga sejumlah 28

orang (21,9%).

2. Pendidikan Seks

Pendidikan seks adalah sekumpulan informasi yang diperoleh remaja untuk

mendapatkan pengetahuan mengenai kebutuhan nilai moral dalam membuat

keputusan berhubungan dengan pendidikan seks yang dapat dikategorikan menjadi

dua yaitu baik dan kurang, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2
Distribusi Frekwensi Responden Tentang Pendidikan seks
di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
Pendidikan Seks f Persentase (%)

Baik 113 88,3


Kurang 15 11,7

Jumlah 128 100


Berdasarkan tabel 5.2. di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

memiliki pendidikan seks yang baik sebanyak 113 orang (88,3%), sedangkan yang

memiliki pendidikan seks yang kurang sejumlah 15 orang (11,7%). Distribusi

jawaban tentang pertanyaan pendidikan seks dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.3
Materi Tentang Pendidikan Seks
No Materi tentang pendidikan seks Ya Tidak
f % f %
1 Etika masuk kamar orang tua 109 85,2 19 14,8
2 Perubahan yang terjadi pada masa pubertas 127 99,2 1 0,8
3 Informasi yang mendasar tentang seksual 102 80,5 25 19,5
4 Pengetahuan tentang alat kelamin remaja pria dan 120 93,8 8 6,2
wanita
5 Etika di depan umum 122 95,3 6 4,7
6 Manfaat pendidikan seks 91 71,1 37 29,8
7 Ijin berada di luar rumah dengan lawan jenis 13 10,2 115 89,8
8 Perlunya pendidikan seks bagi remaja 95 74,2 33 25,8
9 Nasehat orang tua dalam bergaul dengan lawan 125 97,7 3 2,3
jenis
10 Pembatasan diri dalam bergaul dengan lawan jenis 115 89,8 13 10,2
11 Seminar tentang materi kesehatan reproduksi 7 5,5 121 94,5
12 Informasi dari guru tentang proses menstruasi 120 93,8 8 6,2
13 Penjelasan dari guru tentang bahaya pengguguran 61 47,7 67 52,3
kandungan (aborsi)
14 Informasi tentang penyakit kelamin 86 67,2 42 32,8
15 Penjelasan orang tua tentang bahaya seks bebas 105 81,1 23 17,9

Dari tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa 99,2% responden sudah mengetahui

perubahan yang terjadi pada masa pubertas, informasi tersebut mereka peroleh baik

dari orang tua, guru, teman sebaya dan membaca buku. Sebanyak 94,5% dari

responden tidak pernah mengikuti seminar tentang materi kesehatan reproduksi (pada

dasarnya materi ini sangat dibutuhkan oleh remaja sekarang) karena dengan
mengikuti seminar tentang materi kesehatan reproduksi terutama di SMK Prayatna-1

Medan akan menambah wawasan dan pengetahuan remaja. Dengan demikian remaja

dapat membedakan efek baik dan efek buruk yang sangat mempengaruhi perilaku

remaja dalam pergaulan sehari-hari.

3. Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah tingkahlaku yang didorong oleh hasrat seksual, baik

dengan lawan jenis maupun sesama jenis, yang dapat berdampak positif dan negatif,

hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4
Distribusi Frekwensi Responden Tentang Perilaku Seksual Remaja
di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
Perilaku Seksual Remaja f Persentase (%)

Positif 62 48,4
Negatif 66 51,6
Jumlah 128 100

Pada tabel 5.4. di atas dapat dilihat mayoritas responden memiliki perilaku

seksual remaja yang negatif sejumlah 66 orang (51,6%), dan minoritas memiliki

perilaku seksual yang positif sejumlah 62 orang (48,4%). Adapun distribusi jawaban

dari responden tentang pertanyaan pendidikan seks yang diperoleh peneliti pada saat

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :


Tabel 5.5
Materi Tentang Perilaku Seksual
Materi tentang perilaku seksual Ya Tidak
No
f % f %
1 Jalan bersama 123 96,1 2 3,9
2 Berpegangan tangan 100 78,2 28 21,8
3 Mencium pipi 61 47,7 67 52,3
4 Berpelukan 41 32,1 87 67,9
5 Mencium bibir 23 17,9 105 82,1
6 Meraba bagian tubuh yang sensitif 4 3,2 124 96,8
7 Berhubungan intim 0 0 128 100

Dari tabel 5.5. di atas 100% responden tidak pernah melakukan hubungan

intim, ini menandakan perilaku seksual responden baik, tetapi masih terdapat 96,1%

dari responden yang melakukan jalan bersama teman lawan jenis serta 78,2% sambil

melakukan pegangan tangan. Perilaku ini masih dalam batas yang sewajarnya, tetapi

dikhawatirkan dapat menjurus ke hal yang lebih negatif apabila responden tidak

mempunyai pengetahuan untuk membentengi dirinya dalam pergaulan sekarang ini.

4. Hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual

Hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual menggambarkan

perilaku remaja, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


Tabel 5.6
Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual
pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011
Pendidikan seks Perilaku Seksual pada total P
Remaja

Positif Negatif

f % f % f % 0,910
Baik 53 41,4 60 46,9 113 88,3
Kurang 9 7,0 6 4,7 15 11,7
Total 62 48,4 66 51,6 128 100

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5.6. di atas, maka dapat diketahui

bahwa remaja dengan pendidikan seks baik dan mempunyai perilaku seksual yang

positif berjumlah 53 orang (41,4%), sedangkan siswa yang mempunyai pendidikan

seks baik tetapi mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 60 orang

(46,9%). Dan siswa yang mempunyai pendidikan seks yang kurang tetapi perilaku

seksualnya positif berjumlah 9 orang (7,0%), sedangkan siswa yang pendidikan

seksnya kurang dan mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 6 orang

(4,7%).

B. Pembahasan

1. Interpretasi hasil dan diskusi hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memperoleh data

yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 128
orang responden dengan jumlah pertanyaan pada variabel independen (pendidikan

seks) sejumlah 15 pertanyaan dan pada variabel dependen (perilaku seksual) sejumlah

7 buah pertanyaan untuk mengetahui hubungan pendidikan seks dengan perilaku

seksual pada remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011. Data tersebut dijadikan

tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan

sebagai berikut:

a. Pendidikan Seks

Dari 128 remaja yang menjadi responden dalam penelitian ini, 121 orang

(94,5%) responden yang belum pernah mengikuti seminar tentang materi kesehatan

reproduksi. Namun diperoleh 127 orang (99,2%) responden yang telah mengetahui

tentang perubahan yang terjadi pada masa pubertas, ini mempunyai kaitan dengan

seminar tentang materi kesehatan reproduksi, pengetahuan yang diperoleh remaja

tersebut bersumber dari orang tua, guru, internet, teman sebaya dan membaca buku.

Pendidikan seks di Indonesia seyogyanya tetap dimulai dari rumah. Alasan

utamanya karena masalah seks merupakan masalah yang sangat pribadi. Namun disisi

lain banyak orang tua yang kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan anak-anak

remaja mereka. Selain pihak orang tua yang masih belum terbuka tentang seks,

sehubungan dengan masih kuatnya berlaku tabu-tabuan sehubungan dengan masalah

seks, orang tua juga sering kali kurang paham perihal masalah ini. Pengetahuan yang
terbatas itulah yang menyebabkan orang tua kurang dapat berfungsi sebagaimana

sumber dalam pendidikan seks.

b. Perilaku Seksual

Perilaku seksual remaja sangat positif, di mana tidak terdapatnya remaja

yang menjawab pertanyaan tentang berhubungan intim 128 orang (100% tidak

melakukan) tapi remaja yang melakukan cium pipi ditemukan angka yang masih

tinggi 61 orang (47,7%) dan remaja yang melakukan pelukan dengan lawan jenisnya

41 orang (32,1%), perilaku ini bisa menjurus kearah yang lebih negatif apabila tidak

mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber, salah satunya dari orang tua.

Secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain : meningkatnya libido seksual, menurunnya usia kematangan

seksual akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas seksual pada usia-usia yang dini.

Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.

Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam

bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran tersebut tidak dapat disalurkan karena

adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-

undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama

semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan,

pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain). Tabu (larangan ) di mana norma-norma

agama yang berlaku, seperti seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual
sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan

untuk melanggar hal-hal tersebut. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat

karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang

dengan teknologi yang canggih sebagai contoh VCD, buku stensilan, foto, majalah,

internet, dan lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam

periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau yang

didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui

masalah seksual secara lengkap. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya

maupun karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai seks dengan

anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak

dengan anak dalam masalah ini.

Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah,

karena pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi

anak dan remaja secara intensif terutama di rumah dan di sekolah, makin penting.

Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu

sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang

pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak

berbahaya. Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja

yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan. Atau,

meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan hubungan

seksual bisa mencegah kehamilan.


c. Hubungan Pendidikan seks dengan Perilaku Seksual pada Remaja

Sebagian besar responden memiliki pendidikan seks yang baik sebanyak 113

orang (88,3%), sedangkan yang memiliki pendidikan seks yang kurang sejumlah 15

orang (11,7%), mayoritas responden memiliki perilaku seksual remaja yang negatif

sejumlah 66 orang (51,6%), dan minoritas memiliki perilaku seksual yang positif

sejumlah 62 orang (48,4%). Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa remaja dengan

pendidikan seks baik dan mempunyai perilaku seksual yang positif berjumlah 53

orang (41,4%), sedangkan siswa yang mempunyai pendidikan seks baik tetapi

mempunyai perilaku seksual yang negatif berjumlah 60 orang (46,9%). Siswa yang

mempunyai pendidikan seks yang kurang tetapi perilaku seksualnya positif berjumlah

9 orang (7,0%), sedangkan siswa yang pendidikan seksnya kurang dan mempunyai

perilaku seksual yang negatif berjumlah 6 orang (4,7%).

Dari hasil analisa statistik yang diatas pada tabel 5.6. dengan menggunakan

uji Chi-square menunjukkan hubungan tersebut tidak bermakna, dimana nilai p-value

0,340 (p ≥ 0,05) atau dengan rumus Pearson Chi Square pada nilai α =0,05 dan df =

1 didapat nilai p = 0,340 atau ≥ 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis penelitian menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan seks dengan

perilaku seksual pada remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011.

Remaja pada umumnya saat memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang

memadai tentang seks dan selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu

bukan saja tidak bertambah, akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi
yang salah. Hal yang terakhir ini disebabkan oleh orang tua tabu membicarakan seks,

sehingga anak berpaling ke sumber-sumber yang tidak akurat, khususnya teman.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Evelyn dan

Suza (2010), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang

seks dan perilaku seksual remaja yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara persepsi tentang seks dan

perilaku seksual remaja.

Penelitian yang dilakukan peneliti yang berjudul hubungan pendidikan seks

dengan perilaku seksual pada remaja yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja.

Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan tersebut karena tidak

adanya pendidikan seks yang benar yang akan memberikan pengetahuan dan

mendidik remaja agar berperilaku yang baik dalam hal seksual sesuai dengan norma

agama, sosial dan kesusilaan sehingga remaja dapat menempatkan diri dan

mengendalikan diri dari perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab melalui

tindakan pencegahan seks bebas. Akan tetapi pendidikan seks tidak selalu membuat

remaja dapat bersikap positif atau negatif terhadap perilaku seksual, hal ini

tergantung dari watak atau keyakinan yang dimiliki oleh setiap remaja, hanya saja

untuk hal ini peran orang tua, dan sekolah untuk lebih menanamkan pendidikan seks

tersebut untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada setiap remaja dan

menanamkan pendidikan akhlak sehingga dapat membentengi remaja untuk tidak

bersikap kearah yang merugikan dirinya sendiri.


2. Keterbatasan penelitian

Tidak adanya hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual

dimungkinkan karena tidak adanya pendidikan yang khusus tentang seks kepada

remaja, sehingga mereka hanya mendapatkan pendidikan dari media massa, yang

belum tentu bisa dikontrol oleh orang tua, kesimpulannya remaja hanya mengetahui

sedikit tentang pendidikan seks dan kebenarannya, sehingga mereka tidak dapat

membedakan perilaku yang baik dengan yang buruk yang dapat berefek positif dan

negatif.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan

Dari hasil penelitian telah diketahui bahwa hubungan pendidikan seks

dengan perilaku seksual pada remaja tidak mempunyai hubungan yang signifikan.

Diharapkan berbagai institusi pendidikan dapat meningkatkan penyuluhan dibidang

pendidikan seks agar remaja berperilaku kearah yang lebih positif.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 128 orang remaja di

SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Remaja dengan pendidikan seks baik berjumlah 113 orang ( 88,3%),

sedangkan remaja dengan pendidikan seks yang kurang berjumlah 15 orang

( 11,7% ).

2. Remaja yang mempunyai perilaku seksual positif atau baik berjumlah 62

orang (48,4% ) dan remaja yang perilaku seksual negatif atau kurang baik

berjumlah 66 orang (51,6%).

3. Tidak ada hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual remaja

dengan nilai p value = 0,340 (p > 0,05).

B. Saran.

1. Kepada pelayanan kebidanan agar meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dalam memberikan penyuluhan tentang pendidikan seks pada remaja

2. Kepada pendidikan kebidanan agar mempersiapkan mahasiswa bidan dalam

memberikan penyuluhan tentang pendidikan seks pada remaja, sehingga


nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata baik dilapangan praktek

maupun dilapangan pekerjaan

3. Khususnya siswa SMK Prayatna-1 Medan, untuk dapat meningkatkan

pengetahuan seks yang benar dari berbagai sumber informasi baik dari orang

tua, guru, media visual dan audio visual serta mengadakan diskusi ilmiah

dengan mengikutsertakan berbagai kalangan seperti ulama untuk memberikan

berbagai pendidikan akhlak dan moral kepada siswa. Disamping itu

diperlukan juga sosialisasi para tenaga kesehatan atau pakar dalam bidang

kesehatan reproduksi untuk dapat menambah ilmu pengetahuan dan cara

hidup yang sehat agar terhindar dari penyakit menular seksual dan terhindar

dari perilaku seksual pranikah.


DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2008. ”Pendidikan Seksual Pada Remaja,” from


http://www.ilmupsikologi.com (dikutip tanggal 07 September 2010).
Ahmad. 2010. “Pendidikan Seks Pada Remaja,” from http://www. facebook.
com/topic. php? uid=71889089093&topic=8697 (dikutip tanggal 20 Oktober
2010).
BKKBN Prov. NAD. 2009. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pengelolaan Pusat
Informasi dan konseling Kesehatan reproduksi remaja (PIK-KKR),Tahun
Anggaran 2009, Jakarta.
2008. Proses belajar aktif Komunikasi, Informasi & Edukasi
(KIE) Kesehatan Reproduksi Remaja bagi anak-anak umur 11-15 tahun.
Tahun 2008, Jakarta.
2008. Tanya jawab kesehatan reproduksi remaja. Tahun
2008, Jakarta.
Dianawati, A. 2006. Pendidikan Seks untuk Remaja, Jakarta : Kawan Pustaka.
Evlyn, M., Suza. D. E. (2007) Hubungan antara persepsi tentang seks dan perilaku
seksual remaja di SMA 3 Medan. Jurnal Keperawatan, 2 (2) 1-7
Faturrahman. 2010. “Media Massa Berperan Beri Pendidikan Seks,” from
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/2010/9/18/56576/media-massa-
berperan-beri-pendidikan-seks (dikutip tanggal 29 Oktober 2010).
Hidayat, A.A. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta :
Salemba Medika.
2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data, Jakarta : Salemba
Medika.
Killingstone, P., & Cornellis, M. 2008. Sex and Love Guide to Teenagers, Jakarta :
Prestasi Pustaka.
Luanaigh, P., & Carlson, C. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa
Kebidanan, Jakarta: EGC.
Manik, M. Sitohang, N, A., & Asiah, N. 2010. Panduan Penulisan Karya Tulis
Ilmiyah. Medan: tidak dipublikasikan.
Martaadisubrata, D., Sastrawinata, R.S., & Saifuddin, A.B. (2005). Obstetric dan
Ginekologo Sosial, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Muzayyanah. N. 2008. “Dampak Perilaku Seks Bebas Bagi Kesehatan Remaja,” from
http://halalsehat.Com/index.php/Remaja-Sukses/DAMPAK-PERILAKU-
SEKS-BEBAS-BAGI-KESEHATAN-REMAJA-*.html (dikutip tanggal 18
september 2010).
Notoatmodjo. S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Jakarta : Salemba Medika.
Rianto, A. 2010. Pengolahan Dan Analisis Data Kesehatan, Yogjakarta : Muha
Medika.
Sarwono. SW. 2010. Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Soetjiningsih, 2009. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja & Permasalahannya,
Jakarta : Sagung Seto.
Widyastuti, Y., Rahmawati, A., & Purnamaningrum, Y.E. 2009. Kesehatan
Reproduksi, Yogyakarta : Fitramaya.
Lampiran 1

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di -
Tempat
Dengan Hormat,
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program D-IV Bidan Pendidik pada
Fakultas Keperawatan USU, saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan
Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di SMK Prayatna-1 Medan
Tahun 2011.
Untuk maksud tersebut saya memerlukan data/informasi yang nyata dan akurat

dari saudara melalui pengisian kuesioner yang akan saya lampirkan pada surat ini.

Saudara berhak untuk berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini, namun penelitian

ini sangat berdampak terhadap kemajuan dalam bidang kebidanan bila semua pihak

ikut berpartisipasi. Bila saudara setuju terlibat dalam penelitian ini, mohon

menandatangani lembaran persetujuan menjadi responden yang telah disediakan dan

mohon menjawab pertanyaan dalam kuesioner dengan sejujurnya.

Kesediaan dan perhatian saudara sangat saya harapkan dan atas partisipasinya
saya ucapkan terima kasih.
Peneliti

FITRIANI
Nim :10510208
Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya bersedia

untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Program Studi

D-IV Bidan Pendidik pada Fakultas Keperawatan USU dengan judul “Hubungan

Pendidikan Seks Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di”SMK Prayatna-1 Medan

Tahun 2011”

Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu kebidanan.

Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga dapat


dipergunakan seperlunya.

Medan, 2011

Responden

( )
Lampiran 3

KUESIONER

HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU SEKSUAL


PADA REMAJA DI SMK PRAYATNA-1 MEDAN
TAHUN 2011

I. IDENTITAS
Tgl. Pengumpulan Data:
No. Responden :
Umur /jenis Kelamin : Tahun/ Laki-Laki Perempuan
Kelas /Jurusan :
Anak ke :
Status orang tua : ayah ada tidak ada
Ibu ada tidak ada
Keterangan, jika tidak ada : 1. meninggal
: 2. bercerai

II. PETUNJUK PENGISIAN

1. Anda diminta untuk mengisi kuesioner sesuai yang anda ketahui, tidak ada
penilaian dalam pengisian ini.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dan jujur dengan
cara membubuhi tanda check list() dan isilah jawaban pada titik-titik yang
telah disediakan, tanpa mencontoh jawaban orang lain.
3. Kuesioner ini hanya membahas tentang pendidikan seks, yakni pengetahuan
tentang pendidikan seks, dan perilaku seksual pada remaja.
A. Pendidikan Seks

No. Pertanyaan
1. Apakah anda di rumah pernah diberitahu jika masuk ke kamar orang tua
terlebih dahulu mengetuk pintu ?
a. Ya, siapakah yang memberitahunya?..................................................
b. Tidak

2. Pernahkah anda diberitahu tentang perubahan yang terjadi pada masa


pubertas. Misalnya : pada anak wanita pembesaran payudara dan pada anak
laki-laki pembesaran suara ?
a. Ya, siapakah yang memberitahunya?..................................................
b. Tidak

3. Apakah anda pernah mendapatkan informasi mendasar tentang


permasalahan seksual. Misalnya : proses tubuh seperti proses terjadinya
kehamilan dan kelahiran ?
a. Ya, dari mana/ siapa informasi tersebut?...........................................
b. Tidak

4. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang organ reproduksi dan


fungsinya. Misalnya: vagina berfungsi sebagai saluran keluarnya
menstruasi dan penis selain sebagai saluran buang air kecil juga berfungsi
sebagai saluran keluarnya sperma.
a. Ya, dari mana/ siapa informasi tersebut?.........................................
b. Tidak

5. Apakah anda pernah mendapat informasi tentang hal apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan di depan umum. Misalnya : tidak boleh
menggunakan pakaian minim / tipis saat berada diluar rumah?
a. Ya, dari mana/ siapa informasi tersebut?............................................
b. Tidak

6. Apakah pendidikan seks dapat mencegah terjadinya perilaku seks bebas?


a. Ya, apakah alasannya?.........................................................................
b. Tidak
7. Apakah anda diijinkan berada diluar rumah dengan teman lawan jenis
setiap hari ?
a. Ya, siapakah yang mengizinkannya?..................................................
b. Tidak
8. Menurut anda apakah pendidikan seks harus diketahui oleh setiap remaja?
a. Ya, apa alasannya?.............................................................................
b. Tidak
9. Apakah orang tua anda selalu menasehati anda dalam bergaul dengan
lawan jenis?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda membatasi diri dalam bergaul dengan lawan jenis?.
a. Ya, apa alasannya?..............................................................................
b. Tidak
11. Apakah anda pernah mengikuti seminar tentang kesehatan reproduksi?
a. Ya, apakah topiknya?..........................................................................
b. Tidak

12. Apakah guru anda pernah menjelaskan tentang proses terjadinya menstruasi
(perempuan) dan mimpi basah (laki-laki) yang terjadi pada saat akil balik
(dewasa)?
a. Ya
b. Tidak
13. Apakah guru anda pernah menjelaskan tentang bahaya aborsi (pengguguran
kandungan)?
a. Ya, sebutkan apa bahaya aborsi!........................................................
b. Tidak

14. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang penyakit kelamin?


a. Ya, dari mana/ siapa informasi tersebut?...........................................
b. Tidak

15. Apakah orang tua anda pernah menjelaskan tentang bahaya seks bebas?
a. Ya, sebutkan apa bahayanya?............................................................
b. Tidak
B. Perilaku Seksual Remaja

No. Perilaku yang pernah anda lakukan bersama


pacar/pasangan tetap maupun tidak tetap adalah Ya Tidak
sebagai berikut :
1. Berjalan-jalan bersama teman
2. Berpegangan tangan
3. Mencium pipi
4. Berpelukan
5. Mencium bibir
6. Meraba bagian tubuh yang sensitif
7. Berhubungan intim
Lampiran 4

TABEL SKOR

Variabel yang No urut Bobot/Skor


No Katagori
diteliti pertanyaan Ya Tidak
1. Pendidikan Seks 1 1 0 Skor : 0- 15
2 1 0 Baik : skor ≥ 50 %
3 1 0 Kurang : skor < 50 %
4 1 0
5 1 0
6 1 0
7 1 0
8 1 0
9 1 0
10 1 0
11 1 0
12 1 0
13 1 0
14 1 0
15 1 0

2. Perilaku Seksual 1 1 0 Skor : 0-50


Pada remaja 2 2 0
3 3 0 Perilaku positif ≤ 3
4 6 0
5 8 0 Perilaku negatif > 3
6 10 0
7 20 0
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA
1. Nama : FITRIANI
2. Tempat/tanggal lahir : Aceh Tengah, 18 Oktober 1973
3. Agama : Islam
4. Anak ke : 5 dari 6 bersaudara
5. Alamat : Nunang Antara Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah

6. Riwayat Pendidikan : MIN I Bebesen Tahun 1986


MTsN I Takengon Tahun 1989
SPK Muhammadiyah B. Aceh Tahun 1993
PPB A Muhammadiyah B. Aceh Tahun 1994
AKBID Muhammadiyah B. Aceh Tahun 2008
D-IV Bidan Pendidik Fak. Kep. USU Tahun
2011

7. Tempat Tugas : Staf pada AKBID PEMKAB. Aceh Tengah

B. ORANG TUA
1. Ayah : H. Abdul Gani Latih
Pekerjaan : Pensiunan PNS
2. Ibu : Hj. Rasimah Kasim
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Alamat : Nunang Antara Kecamatan Bebesen
Kabupaten Aceh Tengah

C. KELUARGA
1. Nama Suami : Zulhijjah Arsah
Pekerjaan : PNS
2. Nama Anak : Maulana Adzanullah
Tanggal Lahir : 14 Juli 1999

Anda mungkin juga menyukai