Anda di halaman 1dari 148

PENERAPAN INOVASI POS KONSULTASI TERPADU

PENANGANAN MASALAH SOSIAL (POSKONSD PAMSOS)


OLEH ALUMNI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TINGKAT IV
APARATUR SIPIL NEGARA PADA DINAS SOSIAL
KABUPATEN LAHAT

SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


Pemerintahan dan salah satu syarat keulusan pada Program Sarjana
Terapan Ilmu Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Oleh

IZZAH SEANTIO
NPP. 30.0338

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PUBLIK
FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2023
ABSTRAK

Penelitian ini tentang Penerapan Inovasi Pos Konsultasi Terpadu


Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil
Negara pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat. Dilatar belakangi oleh
tingginya angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
pada Kabupaten Lahat sehingga alumni Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara berinisiatif menerapkan
inovasi dan perubahan sesuai bidang tugasnya guna mewujudkan
pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif dan efisien. Berdasarkan teori
inovasi The Public Sector Innovation Life penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis penerapan dan mengklasifikasikan faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam penerapan program inovasi Pos Konsultasi
Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh
alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur
Sipil Negara. penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik
triangulasi berupa pengumpulan data, reduksi data dan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan inovasi Pos Konsultasi
Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh
alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur
Sipil Negara sebagai tim inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat
menunjukkan hasil yang positif bagi masyarakat. Hasil positif tersebut
karena adanya dukungan dari Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lahat
sebagai stakeholder dan pelindung atas terlaksananya inovasi, inisiatif
Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur
Sipil Negara yang tergabung dalam tim inovasi dalam merancang dan
melaksanakan program inovasi secara baik, partisipasi masyarakat
dalam mendukung inovasi sehingga terwujudnya perubahan berupa
meningkatnya angka partisipasi masyarakat, penurunan angka
penerima bantuan sosial, berkurangnya jumlah pengangguran dan
peningkatan jumlah relawan/donatur.
Kata Kunci : Inovasi, Alumni Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV
ABSTRACT
This research is about Innovation of the Integrated Consultation Post for
Handling Social Problems (POSKONSD PAMSOS) by Level IV
Leadership Education and Training Alumni of the State Civil Apparatus at
the Lahat Regency Social Service. It is motivated by the high number of
Persons with Social Welfare Problems (PMKS) in Lahat District so that
alumni of Level IV Leadership Education and Training for State Civil
Apparatus take the initiative to implement innovations and changes
according to their field of work in order to realize more effective and
efficient implementation of activities. Based on the innovation theory of
The Public Sector Innovation Life, this study aims to analyze the
application and classify the supporting factors and inhibiting factors in the
implementation of the Integrated Consultation Post for Social Problems
Handling (POSKONSD PAMSOS) innovation program by Level IV
Leadership Education and Training alumni of the State Civil Apparatus.
This study uses a descriptive qualitative research method. Data collection
was carried out by observation, interview and documentation techniques.
Data analysis techniques using triangulation techniques in the form of
data collection, data reduction and conclusions. The results showed that
the innovation of the Integrated Consultation Post for Handling Social
Problems (POSKONSD PAMSOS) by alumni of the Level IV Leadership
Education and Training of the State Civil Apparatus as an innovation
team for the Lahat Regency Social Service showed positive results for
the community. This positive result was due to the support from the Head
of the Lahat District Social Service as a stakeholder and protector of the
implementation of innovation, the Level IV Leadership Education and
Training Alumni initiative for State Civil Apparatus who are members of
the innovation team in designing and implementing innovation programs
well, community participation in supporting innovation so that changes
are realized in the form of increasing community participation rates,
decreasing the number of recipients of social assistance, reducing the
number of unemployed and increasing the number of volunteers/donors.
Keywords: Innovation, Level IV Leadership Education and Training
Alumnus
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya

waktu yang telah ditentukan dengan judul “PENERAPAN INOVASI POS

KONSULTASI TERPADU PENANGANAN MASALAH SOSIAL

(POSKONSD PAMSOS) OLEH ALUMNI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPEMIMPINAN TINGKAT IV APARATUR SIPIL NEGARA PADA DINAS

SOSIAL KABUPATEN LAHAT”.

Skripsi ini disusun oleh peneliti dengan banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung, juga secara moril maupun materi. Peneliti

dengan apresiasi tinggi mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hadi Prabowo., MM selaku Rektor Institut Pemerintahan

Dalam Negeri.

2. Bapak Dr. Halilul Khairi., M.Si selaku Dekan Fakultas Manajemen

Pemerintahan.

3. Ibu Dr. Rizki Amalia, S.STP., M.AP selaku Ketua Program Studi

Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik.

4. Ibu Dr. Neni Alyani, SE, M.Pd selaku dosen pembimbing , atas segala

arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dra. Sri Hartati., M.Si selaku dosen Penguji I, atas segala

arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

ii
6. Ibu Ayu Widowati Johannes.,S.STP, M.Si selaku dosen Penguji II, atas

segala arahan dan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Segenap Dosen Pengajar, Pelatih, dan Pengasuh, serta seluruh

Civitas Akademika atas segala bimbingan dan ilmu yang diberikan

selama peneliti menempuh pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam

Negeri.

8. Pemerintah Daerah Kabupaten Lahat, Kepala Dinas Sosial Kabupaten

Lahat beserta jajaran yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan Skripsi.

9. Seluruh rekan-rekan Angkatan XXX khususnya kelas E3 yang

senantiasa menemani dalam suka dan duka sejak muda praja hingga

praja utama di Kampus Jatinangor dan Kampus Kalimantan Barat.

10. Seluruh rekan bimbingan, Aditya Rahman Syarif, Fazri Pohan, Joanna

Sihombing, dan Daniel buana yang telah membantu dan memberikan

motivasi dalam penyelesaian Skripsi ini.

11. Saudara-saudaraku Sokon, Sokab Sumatera Selatan XXX, Purna

Praja Kontingen Sumatera Selatan serta adik-adik Praja Kontingen

Sumatera Selatan.

12. Sokab Lahat yang selalu melindungi bersama selama 4 tahun masa

pendidikan saudariku Tiara dan Rafika.

13. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan yang tidak

dapat peneliti sebutkan satu per satu.

iii
Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari bahwa penelitian

ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman yang peneliti miliki. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi penyempurnaan

penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap agar skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Jatinangor, Maret 2023

Peneliti,

Izzah Seantio

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................v

DAFTAR TABEL..........................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................6

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................... 6

1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................8

2.1. Penelitian Sebelumnya..........................................................................8

2.2. Landasan Teoritis dan Legalistik............................................................15

2.2.1. Landasan Teoritis.........................................................................15

2.2.1.1. Teori Manajemen SDM Sektor Publik.............................15

2.2.1.2. Inovasi berdasarkan perspektif Aparatur Sipil Negara....20

2.2.1.3. Inovasi sebagai upaya peningkatan pelayanan Publik....21

2.2.1.4. Teori Inovasi The Public Sector Innovation Lifecycle......23

2.2.2. Landasan Legalistik.....................................................................34

2.2.2.1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara........................................................34

v
2.2.2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017

Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.................37

2.2.2.3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017

Tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur

Sipil Negara.....................................................................40

2.2.2.4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara

Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pelatihan

Kepemimpinan Pengawas...............................................41

2.2.2.5.Peraturan Bupati Lahat Nomor 49 Tahun 2021 Tentang

Nomenklatur Susunan Organisasi dan Uraian Tugas

dan Fungsi Di Lingkungan Dinas Sosial Kabupaten

Lahat...............................................................................42

2.3. Kerangka Pemikiran...............................................................................44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................47

3.1. Pendekatan Penelitian...........................................................................47

3.2. Operasional Konsep...............................................................................48

3.3. Sumber data dan Informan....................................................................49

3.3.1. Sumber Data Penelitian..............................................................49

3.3.2. Informan Penelitian.....................................................................51

3.4. Instrumen Penelitian..............................................................................52

vi
3.5. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................53

3.6. Teknik Analisis Data...............................................................................55

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian.................................................................56

3.7.1. Lokasi Penelitian..........................................................................56

3.7.2. Jadwal Penelitian.........................................................................56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................58

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................................58

4.1.1. Gambaran umum Kabupaten Lahat............................................58

4.1.1.1. Keadaan Geografis.......................................................58

4.1.1.2. Keadaan Demografis....................................................61

4.1.1.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi.......................................65

4.1.1.4. Keadaan Pemerintahan................................................66

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Sosial Kabupaten Lahat......................67

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Lahat..............................68

4.1.3.1. Visi Dinas Sosial Kabupaten Lahat................................68

4.1.3.2. Misi Dinas Sosial Kabupaten Lahat..............................68

4.1.4. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat...................70

4.1.5. Sumber Daya Dinas Sosial Kabupaten Lahat............................71

4.1.6. Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Lahat....................72

vii
4.2. Hasil dan Pembahasan..........................................................................79

4.2.1. Inovasi Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah

Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

Aparatur Sipil Negara Pada Dinas Sosial Kabupaten

Lahat..........................................................................................80

4.2.1.1. Identifikasi Masalah........................................................81

4.2.1.2. Membuat Proposal.........................................................93

4.2.1.3. Melaksanakan Inovasi....................................................97

4.2.1.4.Evaluasi Inovasi...............................................................100

4.2.1.5.Menyebarluaskan Inovasi...............................................102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................106

5.1. Kesimpulan.............................................................................................106

5.2. Saran .................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................xii

LAMPIRAN...................................................................................................xv

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan yang

Diikuti Oleh Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat tahun 2021......................................................2

Tabel 1.2. Data PMKS Kabupaten Lahat tahun 2021-2022.........................3

Tabel 2.1 Data perbandingan antara penelitian terdahulu

dan penelitian peneliti.................................................................8

Tabel 3.1. Operasional Konsep....................................................................49

Tabel 3.2 Data Sekunder Penelitian...........................................................50

Tabel 3.3. Data Informan (Narasumber) Sebagai Sumber Data..................52

Tabel 3.4. Jadwal Pelaksanaan Ujian Skripsi..............................................57

Tabel 4.1. Rincian Wilayah Administrasi Kabupaten Lahat………………….59

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk and Luas Daerah Perkecamatan

Kabuupaten Lahat Tahun 2021……………………………………62

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2021……63

Tabel 4.4. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat……………...70

Tabel 4.5. Komposisi Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2022……………………71

Tabel 4.6. Data PMKS Kabupaten Lahat Tahun 2021-2022………………...75

Tabel 4.7. Banyaknya Keluarga Fakir Miskin yang Mendapat

Pelayanan/Bantuan Kesejahteraan Sosial Tahun 2018-2022…..77

Tabel 4.8. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Lahat

ix
Tahun Anggaran 22018-2022………………………………………78

Tabel 4.9, Rekapitulasi Jumlah Desa dan Jenis PMKS/PPKS

Di 24 Kecamatan Tahun 2021……………………………………...86

Tabel 4.10.Rekapitulasi PMKS/PPKS Kabupaten Lahat Hingga

Hingga Tahun 2021…………………………………………………87

Tabel 4.11.Kriteria Isu Strategis Untuk Aksi Perubahan……………………...91

Tabel 4.12.Tim Inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun 2021………..93

Tabel 4.13.Pendukung kelengkapan Inovasi Dinas Sosial

Kabupaten Lahat tahun 2022………………………………………95

Tabel 4.14.Kegiatan POSKONSD PAMSOS di Desa Sukamerindu 2022....99

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran…………………………………………46

Gambar 4.1. Brosur Inovasi POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial

Kabupaten Lahat…………………………………………….104

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah rangkaian

proses kegiatan yang diawali dengan perencanaan, perekrutan, seleksi,

pengembangan, pemeliharan dan penggunaan sumber daya manusia

(SDM) dalam mencapai tujuan organisasi yang efektif. Diantara banyak

cara dalam meningkatkan kompetensi pegawai terdapat cara yang

sering digunakan organisasi terutama organisasi pemerintah yaitu

dengan cara pengembangan sumber daya manusia yang meliputi

pendidikan dan pelatihan atau diklat.

Jenjang diklat yang diikuti oleh Aparatur Sipil Negara salah

satunya adalah Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan tingkat IV atau

Diklatpim IV yang diselenggarakan sesuai peraturan Kepala Lembaga

Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2019. Penyelenggaraan diklat ini

bertujuan untuk membentuk kompetensi kepemimpinan Aparatur Sipil

Negara eselon IV yang mampu dalam membuat perencanaan dan

berinovasi serta mampu memimpin keberhasilan implementasi

perencanaan tersebut secara efektif dan efisien. Keterampilan dan

kompetensi pegawai dalam membuat perencanaan dan memimpin

1
2

keberhasilan tersebut akan menjadi indikator atau tolak ukur peserta

diklat dalam meraih kompetensi yang akan diharapkan dalam

penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat

IV.

Berdasarkan Hasil Data Kepegawaian yang peneliti dapatkan

pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat yang berjumlah sebanyak 18

pegawai terdapat data Aparatur Sipil Negara yang telah mengikuti

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagai berikut.

Tabel 1.1.
Data Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan yang Diikuti Oleh
Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun
2022

GOLONGAN PEGAWAI YANG MENGIKUTI DIKLATPIM IV


IV/b
IV/a 5
III/d
JUMLAH 5

Sumber : Data Umum Kepegawaian Dinas Sosial Kabupaten Lahat


Tahun 2022

Berdasarkan data diatas terdapat 5 Aparatur Sipil Negara yang

telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV hal

ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan dan pelatihan terhadap

Aparatur Sipil Negara sangat penting dilakukan. Namun dengan jumlah

tersebut pelaksanaan program inovasi Aparatur Sipil Negara pada

Dinas Sosial Kabupaten Lahat yang telah mengikuti Pendidikan dan


3

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV belum optimal. Hal ini berdasarkan

data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pada periode

2021-2022 sebagai berikut.

Tabel 1.2.
Data Sosial (PMKS) Kabupaten Lahat tahun 2021-2022

N
O PMKS 2021 2022
1. Anak Balita Terlantar 40 42
2. Anak Terlantar 121 123
3. Anak yang Berhadapan dengan Hukum 4 4
4. Anak Jalanan 2 2
5. Anak yang Disabilitas 134 134
Anak yang Menjadi Korban Tindak
6. - -
Kekerasan
Anak yang Membutuhkan Perlindungan
7. 30 5
Khusus
8. Lanjut Usia Terlantar 3848 4085
9. Penyandang Disabilitas 1550 1301
10. Tuna Susila 22 8
11. Gelandangan 3 3
12. Pengemis 1 1
13. Pemulung 49 49
14. Kelompok Minoritas - -
15. Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan 32 32
16. Orang dengan HIV/AIDS - -
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA 12 12
18. Korban Triffiking - -
19. Korban Tindak Kekerasan 3 3
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 47 47
21. Korban Bencana Alam 23 23
22. Korban Bencana Sosial 7 7
23. Perempuan Rawan Sosial - -
24. Fakir Miskin 677 658
25. Keluarga Bermasalah Sosial 120 110
26. Komunitas Adat Terpencil - -
4

Sumber : Data PMKS Dinas Sosial Kabupaten Lahat 2021-2022

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat di uraikan bahwa

Dinas Sosial Kabupaten Lahat masih menghadapi beberapa

permasalahan diantaranya masih penyerapan informasi kesejahteraan

sosial oleh masyarakat, jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS) yang masih tinggi setiap tahunnya serta permasalahan

lainnya.

Pelaksanaan pembangunan bidang sosial meliputi berbagai

pelayanan pemberdayaan sosial bagi anak terlantar, anak jalanan dan

santunan lansia terlantar, serta peningkatan pemberdayaan dan

dukungan keluarga miskin. Untuk keluarga miskin dalam bentuk

komunitas komersial, rehabilitasi dan perlindungan sosial, termasuk

peningkatan fasilitas pusat rehabilitasi dan panti asuhan, bantuan

tanggap darurat kepada para korban bencana.

Kegiatan penting lainnya yang dilaksanakan adalah Program

Keluarga Harapan (PKH) melalui pemberdayaan masyarakat adat

terpencil, upaya mendorong inklusi sosial, kemiskinan dan perlindungan

lingkungan, kelompok masyarakat lain di wilayahnya, serta menciptakan

keseimbangan sosial atau strata sosial yang merata di antara komunitas

lain.
5

Selain itu, permasalahan terkait pembangunan kesejahteraan

sosial masih menghadapi berbagai permasalahan sosial seperti Masih

terdapat Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang belum menerima bantuan

Program Keluarga Harapan (PKH), keterbatasan kemampuan secara

fisik penerima bantuan, bimbingan konsultasi kesejahteraan keluarga

belum terlaksana, kualitas beras yang tidak memenuhi standar beras

yang sehat, tidak adanya bantuan yang memadai berupa sandang dan

pangan, belum ada standar dan prosedur penyelenggaraan

penanggulangan bencana pada saat terjadinya bencana, pencegahan

peringatan dini, mitigasi untuk menghadapi ancaman dan resiko

bencana, peningkatan penanggulangan bencana daerah. Permasalahan

tersebut berpotensi dalam mempengaruhi stabilitas pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi yang akan berdampak langsung terhadap

beban sosial masyarakat dan pemerintah yang membutuhkan

pengeluaran anggaran pembangunan yang lebih besar.

Berdasarkan latar belakang tersebut bahwa inovasi Pos

Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD

PAMSOS) oleh alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan

Tingkat IV Aparatur Sipil Negara ini sangat dibutuhkan organisasi yaitu

Dinas Sosial dalam mencari pemecahan masalah secara cepat dan

tepat serta memberikan perubahan positif sehingga tujuan dari


6

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dapat tercapai.

Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian ilmiah mengenai inovasi Pos

Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) ini.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul: “PENERAPAN INOVASI POS KONSULTASI TERPADU

PENANGANAN MASALAH SOSIAL (POSKONSD PAMSOS) OLEH

ALUMNI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT

IV APARATUR SIPIL NEGARA PADA DINAS SOSIAL KABUPATEN

LAHAT”.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah pada penelitian ini yaitu

1. Bagaimana penerapan inovasi Pos Konsultasi Terpadu

Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh

Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menganalisa penerapan inovasi Pos

Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD

PAMSOS) oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan


7

Tingkat IV Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial Kabupaten

Lahat.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat

dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut untuk melihat

inovasi-inovasi yang akan bertambah terus sesuai dengan

perkembangan kondisi sosial masyarakat.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial dan kesetiakawanan sosial guna

mengurangi permasalahan kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Bagi Lembaga

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kerjasama antar Organisasi Perangkat Daerah yang

berkelanjutan dalam mengurangi angka permasalahan

kesejahteraan sosial pada masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya

Pada bahasan pokok penelitian ini membahas tentang penelitian

sebelumnya yang relevan dan berkaitan dengan tema penelitian peneliti.

Hasil dari kajian ini memberikan gambaran umum yang diperoleh dari

penelitian sebelumnya, lalu akan ditunjukkan perbedaan dan

persamaannya, peneliti akan menguraikan tiga penelitian terdahulu

sebagai pembanding dan referensi bagi penelitian ini.

Pertama, penelitian oleh (Ramadhany, Ridha.2018) dengan

judul Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV Pola Baru Pada Pusat Kajian Pendidikan dan

Pelatihan Aparatur (PKP2A) II LAN Makassar. Penelitian tersebut

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV pola baru pada Pusat Kajian Pendidikan dan

Pelatihan Aparatur (PKP2A) II LAN Makassar sudah cukup baik. Dimana

peneliti dapat melihat evaluasi dari aspek Input, Process dan Output.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh (Masdar, Andy Muhammad

Ilham Rusali. 2019) dengan judul Evaluasi Program Pendidikan dan

8
9

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV untuk Organisasi Perangkat Daerah

Dalam Mengembangkan Inovasi Pelayanan Publik. Penelitian tersebut

dengan menggunakan metode penelitian secara kualitatif deskriptif.

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV menghasilkan perubahan pola pikir dan

budaya kerja yang diterapkan oleh peserta khususnya pada pihak Dinas

Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

Malang dengan bekerja dan membuat perencanaan pedoman

pelaksanaan program, serta dapat mengintegrasikan seluruh pihak yang

terlibat (pihak internal dan pihak eksternal).

Ketiga, Penelitian oleh (Nursaifullah dan Arifin, Zulkifli. 2019)

dengan judul Efektifitas Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan (DIKLATPIM) IV Pada Badan Kepegawaian dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur (BKPSDMA)

Kabupaten Sinjai. Metode penelitian kualitatif deskriptif digunakan

dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

diklat manajemen Tingkat IV di Dinas Kepegawaian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Kabupaten Sinjai efektif karena peserta mampu

berkompeten dan mengikuti diklatpim Tingkat IV.


10

Berikut ini merupakan tabel perbandingan antara penelitian

terdahulu dan penelitian peneliti sebagai berikut.

Tabel 2.1.

Data perbandingan antara penelitian terdahulu dan penelitian peneliti

TAHUN DAN
NO
JUDUL METODE TEORI HASIL
PENELITI

1 2 3 4 5
1. Skripsi : Evaluasi Model Evaluasi Metode The Persamaan :

Penyelenggaraan IPO Public Sector 1. Menggunakan

Diklat PIM Tk. IV (Input,Process, Innovation pendekatan kualitatif

Pola Baru Pada Output/Outcome) Lifecycle dengan analisis

Pusat Kajian , (Bushnell, 1990) deskriptif


(OECD, 2020)
Pendidikan dan 2. Meneliti tentang

Pelatihan Aparatur Diklatpim tingkat IV

(PKP2A) II LAN Perbedaan :

Makassar 1. Lokus Penelitian

Ramadhany, Ridh, berbeda

2018 2. Fokus penelitian

terdahulu adalah

evaluasi

penyelenggaraan

diklatpim IV
11

1 2 3 4 5
sedangkan penelitian

peneliti

menggunakan teori

inovasi dalam

orientasi hasik

inovasi

3. Peneliti Terdahulu

menggunakan Model

Evaluasi IPO

sedangkan peneliti

menggunakan Teori

Inovasi

2. Skripsi : Evaluasi Model Interaktif Metode The Persamaan :

Program Diklat (Miles, Public Sector 1. Menggunakan

Kepemimpinan Huberman, Innovation pendekatan kualitatif

Tingkat IV untuk Saldana. 2014) Lifecycle dengan analisis

Organisasi deskriptif
(OECD, 2020)
Perangkat Daerah 2. Meneliti tentang

Dalam diklatpim IV

Mengembangkan terhadap inovasi

Inovasi Pelayanan yang dihasilkan

Publik Perbedaan :

(Masdar, Andy 1. Lokus penelitian


12

1 2 3 4 5
Muhammad Ilham berbeda dan lokus

Rusali. 2019) penelitian terdahulu

lebih luas

2. Fokus penelitian

terdahulu lebih

kearah pembahasan

program diklat

sedangkan peneliti

berfokus pada

output dari inovasi

oleh alumni diklatpim

IV

3. Penelitian terdahulu

menggunakan model

interaktif . .

sedangkan peneliti

menggunakan teori

inovasi
3. Jurnal : Efektifitas Model Kerangka Metode The Persamaan:
Pelaksanaan Konseptual Public Sector 1. Menggunakan
Pendidikan dan (Sumber: Perka Innovation pendekatan kualitatif
Pelatihan LAN No. 20 Lifecycle dengan analisis
Kepemimpinan Tahun 2015) deskriptif Meneliti
Diklatpim IV (OECD, 2020) tentang diklatpim IV
terhadap Inovasi
13

1 2 3 4 5
Kepegawaian dan yang dihasilkan

Pengembangan Perbedaan :

Sumber Daya 1. Lokus penelitian

Manusia Aparatur berbeda dan lokus

(BKPSDMA) penelitian terdahulu

Kabupaten Sinjai lebih luas.

(Nursaifullah dan 2. Fokus penelitian

Arifin, Zulkifli. terdahulu tentang

2019) efektifitas diklat

sedangkan fokus

peneliti membahas

tentang output yang

dihasilkan dari

inovasi oleh alumni

diklatpim IV

3. Peneliti terdahulu

menggunakan model

kerangka konseptual

sedangkan peneliti

menggunakan teori

inovasi.

Sumber : Data diolah Peneliti, 2023


14

Berdasarkan penelitian terdahulu yang sudah peneliti paparkan

pada tabel diatas, diperoleh data bahwa persamaan antara penelitian

terdahulu dan penelitan peneliti adalah sama dalam penggunaan

metode kualitatif dengan analisis deskriptif dan pokok bahasan

membahas tentang Pendidikan dan Pelatihan Tingkat IV. Sedangkan

dari segi perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian peneliti

adalah lokasi penelitian (Lokus) yang berbeda.

Adapun berbedaan lainnya seperti penelitian Ramadhany, Ridha

(2018) Fokus penelitiannya lebih ke arah evaluasi penyelenggaraan

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV sedangkan

penelitian peneliti berfokus pada output inovasi yang dihasilkan dari

diklatpim IV. Penelitian Masdar, Andy Muhammad Ilham Rusali (2019)

lebih membahas tentang program atau pelaksanaan Pendidikan dan

Pelatihan Tingkat IV serta penelitian Nursaifullah, dkk (2019) berfokus

pada efektifitas Pendidikan dan Pelatihan Tingkat IV sedangkan peneliti

membahas tentang output inovasi yang diterapkan oleh Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara.


15

2.2. Landasan Teoritis dan Legalistik

2.2.1. Landasan Teoritis

2.2.1.1. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik

Peran Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Organisasi Publik

terutama Organisasi Perangkat Daerah ditentukan melalui penataan

pelayanan publik. Peran ini menunjukkan pentingnya Manajemen

Sumber Daya Manusia (MSDM) yang efektif. Yang menjadi indikasi

khusus dan fokus kajian dalam hal ini adalah kemampuan manusia,

karena kemampuan manusia yang menjadi penggerak dalam

pelaksanaan kegiatan organisasi, mengarahkan sumber daya yang

tersedia serta teknologi dalam organisasi.

Dalam menjelaskan teori Manajemen Sumber Daya Manusia

(MSDM) tidak terlepas dari pengertian manajemen itu sendiri.

Manajemen didefinisikan oleh Koonds dan O’Donnel (1972) sebagai

getting things done through people. Selanjutnya dalam Wirman Syafri

(2014 : 8) menyebutkan bahwa Manajemen adalah pencapaian tujuan

organisasi melalui orang lain, bukan dilakukan oleh manajer itu sendiri,

dan dari definisi tersebut ini dapat dikatakan bahwa manusia merupakan

salah satu unsur pokok dalam pencapai tujuan organisasi. Keberhasilan

manajer mencapai tujuan organisasi, tergantung dari kemampuannya

menerapkan fungsi-fungsi manajemen.


16

Manajemen memiliki fungsi antara lain perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan. Fungsi ini akan baik

jika dijalankan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten

dalam melaksanakan fungsi tersebut dengan sesuai. Pengertian

Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) ini oleh Filippo (1976).

Kemudian dalam Wirman Syafri (2014 : 8) juga menjelaskan bahwa,

Personnel management is the planning organizing, directing, and


controlling of the procurement, development, compensation,
integration, and maintenance of the people for the purpose of
contributing to organizational, individual and societal goals

Manajemen personalia terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, serta pengawasan terhadap kegiatan

pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian,

pemeliharaan pegawai dalam rangka tercapainya berbagai tujuan

organisasi dan masyarakat. Pernyataan Fillipo (1976) tersebut

menyatakan persamaan antara istilah Manajemen Sumber Daya

Manusia (SDM) dengan manajemen personalia.

Adapun menurut Kiggundu (1989: 146) dalam Wirman Syafri

(2014: 10) Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu,

human resource management is the development and utilization


of personnel for the effective achievement of individual,
organizational, community, national, and international goals and
objectives.
17

Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan

penggunaan dan pengembangan pegawai dalam meraih tujuan dan

sasaran organisasi, individu dan masyarakat, komunitas, nasional dan

internasional.

Kemudian T. Hani Handoko (1995 : 4) dalam Wirman Syafri

(2014 :11) menyatakan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia

(SDM) adalah penarikan, seleksi dalam pengembangan, pemeliharaan

dan penggunaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mencapai tujuan

organisasi efektif.

Dari pendapat diatas, disimpulkan bahwa Manajemen Sumber

Daya Manusia (SDM) merupakan proses kegiatan berupa perencanaan,

perekrutan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan

sumber daya manusia dalam mencapai tujuan organisasi yang efektif.

Pendapat ahli tersebut menjelaskan bahwa manajemen sumber daya

manusia membahas tentang potensi antara atasan dan bawahan dalam

organisasi. Bawahan harus diperlakukan selayaknya pegawai yang

memiliki potensi untuk berkembang dan mengalami peningkatan yag

signifikan sesuai kepentingan organisasi. Setelah dikembangkan,

pimpinan berperan penting dalam menghadirkan suasana organisasi

yang nyaman dan kondusif dalam mengembangkan kompetensi dan

kemampuan pegawai.
18

Perspektif manajemen personalia berdasarkan New Public

Service merupakan contoh manajemen publik yang dikhususkan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang demokratis dan berkeadilan

sosial. Dalam hal ini, penyelenggaraan pelayanan harus mengutamakan

kepentingan publik dalam setiap penyelenggaraan pelayanan publik.

Kepentingan publik merupakan dasar yang paling penting untuk

merancang setiap program pelayanan publik.

Dari sudut pandang ini, penyelenggaraan pelayanan publik tidak

menekankan pada penggunaan teknik pengelolaan organisasi

kehidupan komersial, karena terdapat perbedaan orientasi antara

kehidupan komersial dan organisasi publik. sebagaimana dicatat

Denhardt & Denhardt (2003) dalam Wirman Syafri (2014:12)

mengatakan,

government shouldn’t run like a business; it should be run like a


democracy. both elected and appointed public servants are
acting on this principle and expressing renewed commitment to
such ideals as the public interest, the governance process, and
expanding democratic citizenship.

Pernyataan diatas menyatakan bahwa pelayanan publik tidak

dapat dijalankan selayaknya bisnis namun pelayanan publik harus

berprinsip demokrasi berkeadilan sosial yang mementingkan pada 1)

pelayanan lebih diarahkan pada warga negara (citizen), bukan pada

pelanggan (customer); 2) Seek the public interest; 3) Value citizenship


19

over entrepreneurship; 4) think strategically; 5) recognize that

accountability is not simple; 6) serve rahter than steer; dan 7) value

people, not just productivity. Denhardt & Denhardt (2003: 112) dalam

Wirman Syafri (2014 :12).

Dalam perspektif nilai, demokrasi berusaha dalam

mengikutsertakan setiap pihak yang memiliki kepentingan dalam

penyelesaian permasalahan pelayanan publik, sehingga setiap

kebijakan dan program pelayanan publik yang ada merupakan

kebijakan dan program yang telah disepakati bersama dalam

menciptakan keadilan sosial.

Dalam pelaksanaannya, fokusnya harus pada pelayanan publik

dan manajemen sumber daya manusia (SDM). Sistem pengelolaan

pelayanan publik dan sumber daya manusia (SDM) harus sesuai

dengan nilai-nilai demokrasi dan keadilan sosial. Pengembangan

sumber daya manusia mengkhususkan pada kemampuan untuk

memahami kepentingan warga dan masyarakat dengan melibatkan

masyarakat dalam menyelesaikan tugas-tugas publik. Setiap program

pengembangan tenaga kerja sektor publik menciptakan perangkat keras

atau sumber daya manusia dengan keterampilan untuk memecahkan

masalah pelayanan publik.


20

2.2.1.2. Inovasi berdasarkan perspektif Aparatur Sipil Negara

Definisi inovasi berdasarkan sudut pandang Aparatur Sipil

Negara mengacu pada pelayanan publik yaitu ASN sebagai pelayan

publik atau masyarakat mampu mengembangkan dan

mengimplementasikan ide baru yang diterapkan pada organisasi

pelayanan publik sebagai langkah untuk menambah kualitas nilai publik

dalam lingkup instansi dan masyarakat. Pengertian ini terdiri atas tiga

indikator penting yaitu, kebaruan, pengembangan dan implementasi

serta ekosistem yang menghasilkan nilai publik.

1. Kebaruan terdapat pada ide baru yang dihasilkan organisasi

pelayanan publik kemudian diterapkan. Kebaruan merupakan

konsep yang dapat diterapkan dan bersifat relatif terhadap

organisasi yang diadopsi. Tingkat kebaruan berbeda dari sudut

pandang yang digunakan seperti inovasi inkremental dan radikal.

2. Pengembangan dan inovasi membuktikan bahwa inovasi

merupakan proses yang harus diketahui oleh seluruh anggota

dalam organisasi dan masyarakat dengan berbagai bentuk untuk

mempengaruhi relasi, menjadi pembeda dari kreatifitas terhadap

ide-ide baru yang dikembangkan dan memiliki nilai manfaat.

3. Proses inovasi dalam ekosistem melibatkan berbagai pihak yang


21

saling terlibat dalam hubungan timbal balik dan kerjasama. Nilai

publik disini sebagai suatu proses dalam mengembangkan

inovasi dan mengimplementasikannya sebagai hasil yang

diharapkan dari inovasi pelayanan publik (Prabowo, 2022)

Berdasarkan pernyataan diatas, inovasi dalam organisasi

pemerintahan menekankan pada tiga indikator penting yaitu, kebaruan,

pengembangan dan implementasi serta ekosistem yang menghasilkan

nilai publik. Kebaruan dalam organisasi pemerintahan sangat

dibutuhkan seiring perkembangan zaman sebagai langkah dalam

pengoptimalisasi kegiatan didalam organisasi, untuk menghasilkan nilai

kebaruan ini Aparatur dalam pemerintahan membutuhkan

pengembangan dalam meningkatkan kompetensinya dalam bekerja

sehingga dengan adanya kebaruan dan peningkatan kompetensi

aparatur ini akan menghasilkan produk unggulan dalam pelayanan

publik.

2.2.1.3. Inovasi sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan


publik

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan tujuan utama

dan dasar dari reformasi birokrasi pemerintahan daerah. Harapan

masyarakat yang tinggi terhadap kualitas pelayanan publik semakin

tumbuh dan berkembang sejalan dengan pesatnya perkembangan


22

teknologi informasi. Pemerintah kota telah melakukan berbagai upaya

untuk mempercepat pelayanan, menyederhanakan proses dan

mekanisme pelayanan, serta meningkatkan kapasitas petugas

pelayanan. Hal ini dirasakan dengan meningkatnya kualitas pelayanan

publik perkotaan dari tahun ke tahun dan mendapat pengakuan di

masyarakat, namun masih belum dapat memenuhi semua kebutuhan

dan harapan masyarakat yang terus berkembang akibat pengaruh

globalisasi dan perkembangan teknologi.

Meningkatnya kualitas pelayanan publik berbanding lurus dengan

upaya pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan publik

dan melakukan inovasi sesuai dengan harapan masyarakat. Selain itu,

peningkatan kualitas pelayanan publik dilaksanakan sebagai bagian dari

kerjasama dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah

atau pelayanan publik untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat

berdasarkan keluhan dan permasalahan yang ada, dan keluhan

tersebut kemudian menjadi umpan balik positif dalam peningkatan

pelayanan publik. (Prabowo, 2022)

Berdasarkan uraian diatas, peningkatan kualitas pelayanan publik

sangat diperlukan organisasi pemerintah dalam membangun pelayanan

dan membangun kepercayaan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

prinsip reformasi birokrasi dimana terwujudnya kemudahan akses dalam

pelayanan khususnya pada pemerintah daerah, kondisi inilah yang


23

dibutuhkan pemerintah daerah saat ini dimana sistem informasi satu

arah dan saling terhubung satu sama lain sehingga terwujudnya

transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2.2.1.4. Teori Inovasi The Public Sector Innovation Lifecycle

Inovasi yang dimaksudkan pada teori ini adalah inovasi terhadap

ide baru yang berbeda dari sebelumnya berupa hasil pemikiran berupa

ide yang layak untuk diterapkan.

Langkah percobaan dalam proses inovasi dilakukan untuk

memastikan kelayakan inovasi yang diterapkan pada suatu wilayah.

Inovasi memiliki fase yang berbeda pada setiap tingkat percobaan

dalam tercapainya tujuan yang diinginkan berupa terlaksananya

pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat dan pemerintah.

1. Manfaat Penerapan Metode The Public Sector Innovation

Lifecycle Metode The Public sector Innovation Lifecycle adalah

inovasi bagi organisasi dalam mengukur kelemahan sistem dan

kekuatan sistem pelayanan publik, bagaimana inovasi diperlukan

dan dukungan yang diberikan terhadap inovasi yang dirancang.

Inovasi harus diperlakukan sebagai proses yang eksplisit. Jika

tidak dilakukan maka akan dikuasai oleh hal lain seperti seperti

hasrat individu, peristiwa eksternal yang muncul dalam pribadi

yaitu kebutuhan, niat dan tata kelola yang baik. Dalam peristiwa
24

ini, organisasi akan bereaksi dibandingkan membentuk inovasi

secara frontal dalam memenuhi kebutuhan.

Selain itu, permasalahan pelayanan publik dianggap sebagai

bisnis seperti pelayanan yang dirasa kurang dalam

menyelesaikan masalah serta data signifikan dalam melihat

peluang terhadap skema baru. Hal ini juga berkaitan dengan

pengaruh pembelajaran, waktu dan lainnya. permasalahan

terkadang bersifat eksplisit, kepedulian masyarakat dapa terlihat

dari tingkat kepuasan terhadap pelayanan publik namun hal lain

juga berpengaruh dilihat dari identifikasi masalah pada pola

perilaku pegawai secara bertahap. Pembelajaran perlu dilakukan

secara berkelanjutan agar menjadi unsur yang efektif dalam

mengidentifikasi masalah yang muncuI. Pembelajaran juga

sebagai proses yang terbuka dengan memanfaatkan berbagai

unsur, sumber dan sudut pandang yang sama dalam memahami

masalah. Kejelasan visi dalam melihat kemungkinan masalah

yang terjadi dan diidentifikasi dengan analisis perilaku pegawai

secara bertahap. Pembelajaran perlu dilakukan secara

berkelanjutan agar menjadi unsur yang efektif dalam

mengidentifikasi masalah yang muncuI dari pekerjaan pada saat

mengidentifikasi asal usul masalah muncul. Pembelajaran


25

menjadi proses yang transparan dengan memanfaatkan sumber

yang luas dan sudut pandang ahli berdasarkan persamaan data

yang tersedia.

2. Tahapan dalam Metode The Public Sector Innovation Lifecycle

Dalam tahapan metode ini dilakukan secara recycle atau terus

menerus yang dijelaskan oleh Observatory of Public Sector

Innovation (OECD, 2020). Menurut OECD (2020), terdapat The

Public Sector Innovation Lifecycle dengan 5 proses inovasi, yaitu

proses mengidentifikasi masalah, membuat proposal,

melaksanakan inovasi, evaluasi inovasi, serta menyebarluaskan

inovasi yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Identifikasi Masalah
Pada fase ini kami mengkaji dan memetakan di mana dan

bagaimana inovasi dibutuhkan. Kegiatan tersebut mencakup latar

belakang apa saja untuk berinovasi di sektor publik atau melihat

peluang yang dapat digunakan untuk mengembangkan atau

memperbarui ide baru mengatasi masalah model kerja yang

diharapkan.

Langkah pertama dalam memperkenalkan inovasi adalah

mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan masyarakat, yang

diawali dengan mencari permasalahan dalam pengaduan, laporan


26

penelitian, berita media dan pendataan. Ini adalah langkah yang

membantu untuk memahami gambaran yang lebih besar dari masalah

dan memahami praktiknya. Kebutuhan dan permasalahan tersebut

dapat diamati melalui fenomena yang terjadi di masyarakat atau

melalui penelitian yang mendalam sebelumnya. Kebutuhan adalah

barang atau jasa yang diinginkan orang dan yang pemenuhannya

dapat memberi orang kepuasan fisik dan emosional. Kebutuhan

masyarakat diperhitungkan, hanya satu kelompok yang boleh

berpartisipasi sehingga aparatur melihat hal-hal yang dibutuhkan

masyarakat dari sudut pandang yang berbeda.

b. Membuat Proposal

Pembuatan proposal adalah fase di mana ide-ide yang dipilih

dimodifikasi dan dianalisis, yang dapat diikuti dan didiskusikan oleh

anggota pejabat berwenang. Operasi mencakup segala sesuatu

setelah persetujuan, inovasi apa yang akan dilakukan dan dapat

dijadikan sebagai acuan untuk inovasi.

Mengembangkan proposisi melibatkan transformasi opsi yang

berpotensi mentah dan belum teruji menjadi model bisnis yang dapat

dievaluasi dan diimplementasikan. Ini membutuhkan pilihan yang

dipilih untuk dimatangkan, untuk mempelajari lebih lanjut tentang

manfaat relatif mereka dan apa yang mungkin diperlukan dari

penerapannya, agar dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.


27

Proposal yang baik membantu para pengambil keputusan yang

relevan (kadang-kadang proyek menganjurkan dirinya sendiri) untuk

memahami biaya dan manfaat dari tindakan dan biaya dan manfaat

dari kelambanan, tetapi kurang menjanjikan ketika mempertimbangkan

ketidakpastian yang terkait dengan implementasi, baik yang baru

maupun yang berbeda. Diidentifikasi 5 (lima) kriteria penting untuk

mengevaluasi kontribusi perangkat dan pendekatan dalam hal berikut

ini.

1. Membantu mendefinisikan dan mengartikulasikan parameter

dan kriteria proposal yang baik.

2. Apakah membuat penawaran membantu menentukan apa yang

memisahkan penawaran yang baik dari yang buruk? Apakah itu

membantu dengan gagasan tentang seperti apa saran yang

"buruk", atau setidaknya saran yang tidak sesuai dengan tujuan

dasarnya?

3. Membantu menyediakan intelijen bisnis untuk implementasi.

4. Apakah pembuatan proposal membantu mendapatkan

gambaran tentang apa saja yang ditemui selama proses

implementasi?

5. Menunjukkan kemungkinan konsekuensi. Apakah penyusunan

proposal membantu menyoroti dampak potensial dari proposal

dan dengan demikian memahami bagaimana hal itu dapat


28

ditanggapi, bagaimana hal itu dapat digabungkan dengan

inisiatif lain yang ada atau apa yang dapat dicapai?

c. Melaksanakan Inovasi

Fase ini merupakan alternatif pemecahan masalah dan ide

motivasi yang telah disepakati sebelumnya yang kemudian

diimplementasikan.

Implementasi inovasi dapat menentukan bottom line, apakah

inovasi tersebut bermanfaat atau tidak. Siklus hidup proyek

implementasi adalah mengubah inovasi menjadi kenyataan. Ini tentang

mewujudkan tujuan dari proposal yang dipilih sambil menghadapi

masalah yang tak terhindarkan yang muncul saat ide bertemu dengan

kenyataan. Eksekusi proyek membuat perbedaan antara rencana dan

hasil.

Proyek inovatif sangat sulit untuk diimplementasikan karena

inovasi melibatkan ketidakpastian dan kemungkinan terjadinya

kesalahan atau arah yang tidak terduga. Implementasi proyek yang

baik memastikan bahwa tujuan utama dan parameter proposal

terpenuhi tanpa menjadi kaku atau tidak dapat beradaptasi ketika

informasi baru dari proses implementasi masuk. Fase implementasi

proyek sangat penting untuk keberhasilan proyek, karena di sini niat


29

bertemu dengan kenyataan. Hal ini tidak harus terpisah dari fase

pengembangan penawaran, karena pengujian dan pembuatan

prototipe dapat mengaburkan implementasinya.

Manajemen proyek yang efektif untuk inisiatif inovasi

memerlukan kemampuan untuk memastikan pembelajaran

berkelanjutan melalui implementasi proyek karena ketidakpastian

tentang melakukan sesuatu yang baru berkurang, dan kemudian

bertindak berdasarkan apa yang dipelajari sesuai dengan tujuan atau

kebutuhan yang mendasarinya.

Lima kriteria telah diidentifikasi untuk membantu memilih alat

dan metode yang paling mungkin digunakan dalam implementasi

proyek (OECD, 2020), sebagai berikut.

1. Membantu dalam persiapan dan pelaksanaan pekerjaan

Sebagian besar implementasi proyek terkait dengan

manajemen proyek. Apakah pelaksanaan proyek

membantu penemuan memenuhi misi inti pelaksanaan,

yaitu. lakukan pekerjaan.

2. Mendukung integrasi pemahaman dan keahlian yang

berbeda, yaitu membantu menghubungkan ide,

pengalaman, dan pelajaran yang hanya mungkin dilakukan

dengan tim inovasi.

3. Berurusan dengan konteks yang kompleks dan berubah,


30

apakah proyek implementasi menyebabkan tim inovasi

beradaptasi dengan cepat atau berputar untuk merespons

kejutan dan umpan balik, atau mempelajari pelajaran baru

saat implementasi berlangsung.

4. Atasi silo birokrasi. Apakah proyek implementasi ini

membantu inovator keluar dari kantor dan keluar dari

organisasi? Apakah itu membantu inovasi mengalir melalui

pemerintah sehingga dapat berkembang.

5. Kemudahan Penggunaan dan Adopsi Pengguna Apakah

implementasi proyek membantu tim inovasi tetap berpusat

pada pengguna, yang memfasilitasi adopsi dan mencegah

kegagalan inovasi?

d. Evaluasi Inovasi

Kegiatan yang melibatkan pemantauan kemajuan inovasi dan

juga penerimaan inovasi di masyarakat atau tidak. Evaluasi proyek

adalah tentang memahami apakah inisiatif inovasi memberikan apa

yang dibutuhkan dan mengapa itu berhasil atau tidak. Sebuah proyek

inovasi dapat mengambil jalan yang tidak terduga, dan oleh karena itu

penilaian yang ketat yang hanya melihat apakah itu memberikan apa

yang dijanjikan mencegah pembelajaran yang diperlukan dan pasti

memberikan gambaran proses inovasi yang tidak adil.


31

Lima karakteristik membedakan alat dan metode yang paling

mungkin membantu dalam mengevaluasi proyek inovasi. Ini adalah

sebagai berikut.

1. Meningkatkan legitimasi. Apakah kriteria evaluasi dengan

tepat menggambarkan hasil dan efek yang diharapkan? Ini

dapat membantu orang lain melihat dengan jelas tujuan

dan ide proyek.

2. Menantang Asumsi dan Mendefinisikan Ulang Kesuksesan

Apakah penilaian menyebabkan orang lain

mempertimbangkan kembali kesuksesan dan

mempertanyakan kemampuan yang mendasarinya?

Melakukan sesuatu yang baru mungkin memerlukan

pemahaman yang berbeda tentang kesuksesan, yang juga

membutuhkan cara kerja yang baru untuk berhasil.

3. Merangsang cara kerja baru Apakah proyek penilaian ini

tidak hanya mengidentifikasi penilaian baru, tetapi juga

tindakan dan perilaku yang diperlukan untuk sukses?

4. Ciptakan pemahaman awal tentang dampak Apakah

evaluasi proyek memungkinkan tim untuk melihat

kesuksesan selama proyek dan bukan hanya di akhir?

Banyak inovasi memerlukan pengukuran berkelanjutan


32

untuk membuat keputusan tentang penskalaan atau

penghapusan proyek.

5. Menangkap faktor eksternal yang tidak diinginkan.

Mencoba sesuatu yang baru kemungkinan memiliki

konsekuensi yang tidak diinginkan yang mungkin tidak

ditangkap oleh metode penilaian tradisional.

e. Menyebarluaskan Inovasi

Pada tahap ini, perancang inovasi akan menggunakan apa

yang telah dipelajari untuk mendukung inovasi dan melihat bagaimana

inovasi diterapkan dengan cara lain. Kegiatannya meliputi diseminasi

inovasi seputar daerah yang menentukan kepada masyarakat dan

kepada pemerintah pusat dan daerah hingga lembaga internasional.

Fase menyebarluaskan inovasi adalah tentang menggunakan

apa yang telah dipelajari untuk proyek lain dan menerapkan inovasi

dengan cara lain. Inovasi pada dasarnya adalah proses yang sia-sia

(Potts, 2009) dan biaya percobaan dan eksperimen bisa tinggi,

terutama bila dilihat pada level satu proyek yang tidak mencapai hasil

yang diharapkan. Menyebarluaskan pelajaran yang dipetik dapat

membantu mengimbangi beberapa biaya dan memastikan bahwa

inovasi yang berhasil dapat dieksplorasi, ditingkatkan, atau diadaptasi

dengan semestinya.
33

Ide dan proyek inovatif yang sukses seringkali tidak

disebarluaskan secara sistematis ke tempat kerja sektor publik

lainnya, tetapi tetap terbengkalai dalam organisasi tempat mereka

dikembangkan. Beberapa inovator tidak memahami bahwa solusi

dapat berguna diterapkan di tempat lain, beberapa tidak memiliki

sumber daya untuk berbagi karya mereka dengan khalayak yang lebih

luas, dan beberapa tidak memiliki sumber daya untuk menemukan

karya inovatif orang lain.

Lima karakteristik membedakan alat dan metode yang paling

mungkin membantu dalam implementasi dan penskalaan proyek

inovasi. Ini adalah sebagai berikut.

1. Identifikasi atau tandai apa yang berhasil (dan apa yang

tidak). Pelajaran yang terfragmentasi membutuhkan

pelajaran yang terhubung dengan sesuatu. Apakah

pelajaran yang terfragmentasi ini membantu

mengidentifikasi inisiatif yang berhasil? Apakah itu

menyediakan tempat atau fokus sebagai titik masuk untuk

wawasan yang relevan?

2. Memberikan sekilas elemen misterius. Proyek inovasi

mengandung begitu banyak hal baru sehingga seringkali

sulit untuk mengartikulasikan semua pelajaran yang


34

relevan untuk orang lain.

3. Untuk memfasilitasi atau mendorong jaringan. Apakah alat

tersebut memfasilitasi atau mendorong hubungan antara

pemangku kepentingan proyek dan pihak lain yang ingin

mempelajari lebih lanjut?

4. Membantu berbagi dan penskalaan. Apakah desentralisasi

membantu berbagi pelajaran? Apakah itu akan membantu

meletakkan dasar bagi orang lain untuk mengukur

pelajaran yang paling relevan dan menjanjikan?

5. Mulailah menyesuaikan alih-alih hanya menyalin. Menyalin

inovasi secara langsung dari satu konteks ke konteks lain

pada dasarnya sulit, karena inovasi adalah tentang apa

yang baru dalam konteks itu. Jadi alih-alih segera

mencoba menerjemahkan inisiatif inovasi dari satu konteks

di mana ia mungkin berhasil ke konteks lain di mana

kondisinya mungkin berbeda, apakah inovasi membantu

memicu perubahan?

2.2.2. Landasan Legalistik

2.2.2.1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil


Negara

Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpian merupakan


35

Aparatur Sipil Negara yang telah memenuhi persyaratan dalam program

pengembangan bagi Aparatur Sipil Negara sebagai upaya pemerintah

dalam meningkatkan kompentensi dan kualitas pegawai sebagaimana

yang diatur dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) menyebutkan bahwa Pegawai ASN

terdiri atas :

a. PNS; dan
b. PPPK.

Adapun pengertian PNS dan PPPK yang dijelaskan pada pasal 7

ayat (1-2) bahwa :

1. PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a merupakan


Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai
secara nasional.
2. PPPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian
kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan
kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang
ini.

Untuk meningkatkan kompetensi PNS maka dilakukan

pengembangan PNS yang dijelaskan pada pasal 69 ayat (1-3) yang

berbunyi :

1. Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,


kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi
Pemerintahan.
2. Pengembangan karier PNS sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan
moralitas.
3. Kompetensi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
36

a. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi


pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman
bekerja secara teknis
b. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman
kepemimpinan; dan
c. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama,
suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

Adapun uraian lengkap terkait pengembangan kompetensi

dijelaskan dalam pasal 70 ayat (1-6) yang menyebutkan :

1. Mengembangkan kompetensi.
2. Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,
dan penataran.
3. Pengembangan Setiap pegawai ASN memiliki hak dan
kesempatan untuk kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dievaluasi oleh pejabat yang berwenang dan digunakan
sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan
pengembangan karier.
4. Dalam mengembangkan kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) setiap Instansi pemerintahan wajib
menyusun rencana pengembangan kompetensi
tahunan yang tertuang dalam rencana kerja
anggaran tahunan instansi masing-masing.
5. Dalam mengembangkan kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) PNS diberikan kesempatan untuk
melakukan praktik kerja di instansi lain di pusat dan
daerah dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun dan
pelaksanaanya dikoordinasikan oleh LAN dan BKN.
6. Selain pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui
pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun dan pelaksanaanya dikoordinasikan
oleh LAN dan BKN.

Pengembangan pegawai melalui mutasi juga dijelaskan dalam


37

pasal 73 ayat 1-7 yang berbunyi :

1. Setiap PNS dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu)


instansi daerah, antar-instansi daerah, antar instansi-pusat dan
instansi daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik
Indonesia di luar negeri.
2. Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat dan Instansi Daerah
pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
3. Mutasi PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan
oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala BKN.
4. Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri setelah memperoleh pertimbangan
kepala BKN.
5. Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke instansi pusat atau
sebaliknya, ditetapkan oleh kepala BKN.
6. Mutasi PNS antar instansi pusat ditetapkan kepala oleh kepala
BKN.
7. Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan
kepentingan.

Berdasarkan beberapa butiran pasal diatas dapat peneliti

simpulkan bahwa pengembangan kompetensi pegawai secara normatif

menurut Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan mutasi yang dapat

meningkatkan kompetensi teknis yang merupakan kompetensi yang

dapat diukur dari penguasaan terhadap sebuah keahlian tertentu,

kompetensi manajerial merupakan kompetensi yang dapat diukur dari

pelatihan manajemen ataupun pengalaman dalam memimpin serta gaya

dan kompetensi sosial kultural yaitu kompetensi yang lebih ke

pengalaman dalam berkehidupan sosial dalam masyarakat majemuk

dan wawasan kebangsaan yang dimiliki.


38

2.2.2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017 Tentang


Manajemen Pegawai Negeri Sipil

Setiap Pegawai Negeri Sipil memiliki hak dan kesempatan untuk

ikut serta dalam pengembangan kompetensi yang dapat dilihat dari

kinerja dan penilaian kompetensi pegawai negeri sipil. Berdasarkan hal

tersebut pengembangan kompetensi terdapat dalam Pasal 162 yang

menyebutkan bahwa: Pengembangan karir, pengembangan

kompetensi, pola karier, mutasi, promosi merupakan manajemen karier

PNS yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip Sistem Merit.

Pasal 203 Ayat 1-5 yang menyebutkan bahwa:

1. Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal


162 merupakan upaya untuk pemenuhan kebutuhan kompetensi
PNS dengan standar kompetensi jabatan dan rencana
pengembangan karier.
2. Pengembangan kompetensi sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) dilakukan pada tingkat :
a. Instansi, dan;
b. Nasional
3. Setiap PNS memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
diikutsertakan dalam pengembangan kompetensi sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1), dengan memperhatikan hasil penilaian
kinerja dan penilaian kompetensi PNS yang bersangkutan.
4. Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS sebagaimana
dimaksud pada Ayat (3) dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh)
jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 207 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam menyusun

kebutuhan serta rencana pengembangan kompetensi instansi

dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang atau pejabat Pembina

kepegawaian dalam instansi tersebut dengan melihat Kebutuhan dan


39

rencana pengembangan kompetensi tersebut meliputi :

a. Jenis kompetensi yang perlu dikembangkan;


b. Target pns yang akan dikembangkan kompetensinya;
c. Jenis dan jalur pengembangan kompetensi;
d. Penyelenggara pengembangan kompetensi;
e. Jadwal dan waktu pelaksanaan;
f. Kesesuaian pengembangan kompetensi dengan standar
kurikulum dari instansi pembina kompetensi.

Pasal 210 ayat (2) menyebutkan bahwa pengembangan

kompetensi dapat dilaksanakan dalam bentuk pendidikan serta

pelatihan. Berikutnya pasal 211 menjelaskan bahwa bentuk

pengembangan kompetensi berupa pendidikan dilaksanakan untuk

meningkatkan pengetahuan serta keahlian pegawai negeri sipil melalui

pendidikan formal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pendidikan sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal tersebut dapat dilakukan melalui memberikan tugas belajar

yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan standar kompetensi

jabatan serta pengembangan karir.

Pengembangan kompetensi melalui pelatihan dimuat dalam

pasal 212 yang menyebutkan bahwa pelatihan dilakukan dengan jalur

pelatihan klasikal dan non klasikal. Pelatihan klasikal adalah pelatihan

yang dilakukan dengan proses pembelajaran tatap muka di kelas yaitu

pelatihan, seminar, kursus dan penataran. Pelatihan non klasikal

adalah pelatihan yang dilakukan dalam bentuk pelatihan e-learning,

bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan


40

pertukaran antara pegawai negeri sipil antar instansi pemerintah

maupun dengan lembaga swasta yang bertujuan untuk dapat

meningkatkan keahlian serta pengalaman pegawai yang dapat

diterapkankan dalam organisasi pegawai tersebut.

Pelaksanaan pengembangan kompetensi menurut pasal 213

dapat dilaksanakan secara:

a. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan


bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki
akreditasi untuk melaksanakan pengembangan kompetensi
tertentu; atau
b. Bersama dengan lembaga kompetensi yang independen.
Pelaksanaan pengembangan kompetensi dapat dilakukan
secara mandiri atau melakukan kerja sama dengan lembaga
terakreditasi yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan
kompetensi aparatur.

2.2.2.3 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Standar

Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara

Peraturan ini menjelaskan bahwa setiap instansi pemerintahan

wajib untuk menyusun standar kompetensi jabatan aparatur negara.

Standar kompetensi jabatan ini adalah gambaran dari perilaku Aparatur

Sipil Negara dan gambaran apa yang dibutuhkan Aparatur Sipil Negara

tersebut untuk menunjang pekerjaanya. Penyusunan standar

kompetensi jabatan harus mencangkup kebutuhan teknis, kapabilitas,

manajemen dan persyaratan kerja. Standar ini juga harus mengacu


41

pada pangkat yang dimiliki Aparatur Sipil Negara tersebut. Peraturan ini

menjelaskan bahwa dalam bagian lampiran I, II, dan III dijelaskan

tentang standar jenis Kompetensi Apatur Sipil Negara yaitu sebagai

berikut:

1. Kompetensi Fungsional
Standar dari kompetensi ini adalah jenis pendidikan dan pelatihan
yang disesuaikan dengan jabatan yang dimiliki.

2. Kompetensi Manajerial
Standar kompetensi ini terdiri dari integritas, kerjasama,
komunikasi, orientasi pada hasil, pelayanan publik,
pengembangan diri, mengelola perubahan, dan pengambilan
keputusan.
3. Kompetensi Sosial Kultural
Standar kompetensi ini yaitu perekat pemersatu bangsa
maksudnya yaitu bagaimana seseorang yang menduduki jabatan
untuk dapat memiliki sikap toleransi, dan terbuka terhadap
kelompok maupun individu masyarakat. Ini juga berkaitan dengan
bagaimana seseorang Aparatur Sipil Negara dapat menjadi
perekat pemersatu bangsa.

Peneliti menarik kesimpulan dari bagian diatas bahwa

kompetensi manajerial merupakan salah satu jenis kompetensi dalam

standar kompetensi jabatan yang dibutuhkan oleh pegawai, sehingga

diperlukan pengembangan kompetensi manajerial agar ketika pegawai

tersebut ditempatkan pada jabatan baru yang memiliki persyaratan

kompetensi manajerial maka ia dapat mengembangkan kompetensi

yang ia miliki agar memenuhi persyaratan kompetensi jabatan tersebut.


42

2.2.2.4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15

Tahun 2019 Tentang Pelatihan Kepemimpinan Pengawas

Peraturan ini menjelaskan bahwa untuk memenuhi standar

kualifikasi pengawas dan mengembangkan kompetensi manajerial

pengawas, perlu didukung pelaksanaan pembinaan manajerial melalui

pelatihan manajemen terstruktur bagi pengawas. Pasal 21 menyatakan

bahwa keberlanjutan aksi perubahan dapat dijadikan sebagai bagian

dari evaluasi kinerja alumni.

Berdasarkan pasal 18 disebutkan bahwa peserta dinyatakan lulus

jika memperoleh kualifikasi paling rendah sebagai mana ayat (1) huruf c

yaitu baik (skor 70,01-80,0) serta peserta yang lulus pasca pelatihan

kepemimpinan pengawas akan dilakukan evaluasi berupa :

1. Evaluasi substansi

2. Evaluasi studi lapangan


3. Evaluasi Aksi perubahan

4. Evaluasi sikap perilaku.

Kemudian hasil evaluasi dilaksanakan oleh lembaga

penyelenggara Pelatihan Kepemimpinan Pengawas yang terkait secara

langsung dengan aksi perubahan.

2.2.2.5. Peraturan Bupati Lahat Nomor 49 Tahun 2021 Tentang

Nomenklatur Susunan Organisasi dan Uraian Tugas


43

Dan Fungsi Di Lingkungan Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Dinas Sosial Kabupaten Lahat merupakan unsur pemerintahan

daerah yang memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membantu

Bupati dalam membuat atau merumuskan suatu kebijakan,

mengkoordinasikan dan membantu kegiatan pemerintahan dalam

rangka urusan bidang sosial kemasyarakatan Kabupaten Lahat.

Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilaksanakan lebih

teratur dan terarah dengan membaginya kedalam bidang yang memiliki

tugas dan fungsi yang sesuai dengan kemampuan masing-masing

pegawai. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam koordinasi,

kesesuaian terhadap tugas dan fungsi serta agar tujuan dari organisasi

dapat tercapai dengan baik.

Pasal 4 ayat (1) menjelaskan bahwa tugas Kepala Dinas Sosial

adalah membantu Bupati dalam mengurus urusan pemerintahan di

wilayah Kabupaten dan bidang sosial. Dalam menjalankan tugasnya,

Kepala Dinas antara lain melakukan perencanaan strategi di bidang

rehabilitasi sosial, perlindungan dan asuransi sosial, pemberdayaan

sosial dan penanggulangan bencana. Selain itu, Kepala Dinas Sosial

bertanggung jawab mengendalikan aspek administrasi di lingkungan

dinas sosial, menggalakkan pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan

serta mengevaluasi pelaksanaan tugas sosial, menyampaikan laporan


44

hasil dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Selanjutnya pada pasal 8 menjelaskan bahwa Kepala Subbagian

Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas bertanggung jawab kepada

Sekretaris Dinas yang melaksanakan fungsi penyiapan dan

pelaksanaan urusan umum kepegawaian, tata persuratan, arsip,

pengelolaan inventaris negara, penyusunan laporan kinerja dan aset

serta pengendalian internal pemerintahan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan bagian yang digunakan untuk

memudahkan pelaksanaan penelitian. Dalam kerangka pemikiran

terdapat konsep berpikir dari peneliti mengenai bagaimana teori memiliki

hubungan dengan indikator yang telah diidentifikasi sebelumnya,

sehingga dapat dijelaskan secara teoritis, gambaran penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

Peneliti terlebih dahulu menganalisis dan mendeskripsikan

inovasi yang dirancang oleh Aparatur Sipil Negara alumni Pendidikan

dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV pada Dinas Sosial Kabupaten

Lahat sesuai perkembangan saat ini. Dalam menganalisis penerapan

Inovasi Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial

(POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan


45

Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat menggunakan teori (Nawawi 2011) dimana dalam

penerapan inovasi Aparatur Sipil Negara dapat dianalisis dalam dua

arah yaitu dari Aparatur Sipil Negara atau pegawai itu sendiri dan

organisasi penyelenggara pengembangan yaitu Dinas Sosial

Kabupaten Lahat.

Sesuai dengan fokus peneliti, maka peneliti menganalisis

Penerapan Inovasi Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah

Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan

Tingkat IV Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat.

Analisis tersebut dikaitkan dengan landasan legalistik serta

mengidentifikasi faktor eksternal dan internal pelaksanaan inovasi

Aparatur Sipil Negara berdasarkan analisis terhadap faktor pendukung

dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program inovasi yang

dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara Alumni Pendidikan dan

Pelatihan Tingkat IV. Adapun kerangka pemikiran yang telah peneliti

rancang untuk mempermudah penjelasan terkait analisis penelitian ini

pada gambar sebagai berikut.


46

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran
ACUAN NORMATIF
1. UU NOMOR 5 TAHUN 2014
2. PP NOMOR 11 TAHUN 2017
3. PERMENPANRB NOMOR 38 TAHUN 2017
4. PERKALAN NOMOR 15 TAHUN 2019
5. PERBUP LAHAT NOMOR 49 TAHUN 2021

PENERAPAN INOVASI POS KONSULTASI


UPAYA YANG TERPADU PENANGANAN MASALAH FAKTOR
DILAKUKAN SOSIAL (POSKONSD PAMSOS) OLEH PENGHAMBAT
ALUMNI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KEPEMIMPINAN TINGKAT IV APARATUR
SIPIL NEGARA PADA DINAS SOSIAL
KABUPATEN LAHAT

TEORI INOVASI BERDASARKAN METODE


THE PUBLIC SECTOR INNOVATION
LIFECYCLE (OECD,2020)
1. IDENTIFIKASI MASALAH
2. MEMBUAT PROPOSAL
3. MELAKSANAKAN INOVASI
4. EVALUASI INOVASI
5. MENYEBARLUASKAN INOVASI

PELAKSANAAN INOVASI POS KONSULTASI


TERPADU PENANGANAN MASALAH
47

Sumber : Data hasil olahan peneliti, 2023


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Menurut (Tersiana 2018) Pendekatan penelitian merupakan pola

pikir yang peneliti gunakan untuk menentukan pola penelitian. Dalam

penelitian sosial terdapat tiga macam pendekatan penelitian yaitu

kualitatif, kuantitatif dan campuran. Pendekatan penelitian dikategorikan

dalam bentuk pendekatan kualitatif, yaitu ditekankan dalam

pembentukan naratif atas deskripsi tentang objek yang diteliti dam

pendekatan kuantitatif, dengan fokus penekanan pada pendataan dan

numerik atau data angka terhadap fenomena permasalahan yang diteliti.

Metode penelitian yang diambil oleh peneliti pada penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif yang

dikemukakan oleh Hardani, dkk (2020) merupakan metode penelitian

yang hasilnya berupa data-data deskriptif ataupun perkataan informan

dan berbagai tingkah laku yang diamati. Sedangkan metode deskriptif

menurut pendapat Sugiyono (2016) merupakan metode yang digunakan

dengan menggambarkan berbagai fenomena yang ada. Metode ini

menguraikan gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penulisan

penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif


49

dengan pendekatan deskriptif untuk menganalisis penerapan inovasi

Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD

PAMSOS) yang dilaksanakan oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat dengan mendeskripsikan hasil penelitian secara lengkap

dan sistematis berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh sehingga peneliti dapat

menarik kesimpulan dari penelitian tersebut.

3.2. Operasional Konsep

Menurut (Sugiyono 2016) definisi operasional ialah penentuan

karakteristik yang hendak dipelajari sehingga menjadi variabel yang bisa

diukur. Jadi pengertian operasional adalah penentuan ruang lingkup

serta karakteristik suatu konsep yang menjadi dasar pembahasan suatu

karya ilmiah. Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan

bahwa operasional konsep merupakan suatu usaha untuk menjelaskan

dan menguraikan suatu konsep dalam suatu instrumen pengukuran.

Adapun operasional konsep disajikan dalam bentuk tabel sebagai

berikut:
50

Tabel 3.1.

Operasional Konsep

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR


1 2 3 4
Teori inovasi 1. Identifikasi Masalah
dengan metode Inovasi
2. Membuat Proposal
The Public Diselenggaraka
Sector n 3. Melaksanakan Inovasi

Innovation Oleh Organisasi 4. Evaluasi Inovasi


Lifecycle Pengelola 5. Menyebarluaskan
(OECD,2020) Inovasi

Sumber : Data Olahan Peneliti, 2023

3.3. Sumber data dan Informan

3.3.1. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian dibedakan menjadi dua yaitu,


1. Sumber data primer

Sumber data primer merupakan data yang didapatkan

peneliti secara langsung melalui survei langsung dilapangan

dengan cara wawancara atau observasi terhadap objek

penelitian.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh


51

peneliti secara tidak langsung berupa data melalui media sosial,

internet, ebook, koran dan sebagainya kemudian data tersebut

diolah peneliti sebagai bahan pendukung penelitian.

Berdasarkan dua sumber data tersebut, peneliti menggunakan sumber

data primer dan sumber data sekunder sebagai data pendukung dalam

penyelesaian penelitian tentang Penerapan Inovasi Pos Konsultasi Terpadu

Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) Oleh Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara

Pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat.

Tabel 3.2.
Data Sekunder Penelitian

INDIKATOR DATA YANG DIBUTUHKAN


1 2
Faktor yang mempengaruhi 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja

perilaku inovatif oleh organisasi Instansi Pemerintah (LAKIP)

pengelola 2. Laporan dan Evaluasi

Penyelenggaraan Pendidikan dan

Pelatihan

3. Rencana Kerja (RENJA)

4. Dokumen Aksi Perubahan

5. Laporan Inovasi Dinas Sosia

Kabupaten Lahat
52

Sumber : Data Olahan Peneliti 2023

3.3.2. Informan Penelitian

Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

yang didasarkan dengan pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan

studi kasus yang diteliti dan tujuan peneliti (Sugiyono, 2016). Informan

penelitian merupakan seseorang yang dipilih melalui pertimbangan dan

tujuan tertentu karena memiliki informasi penting terkait objek penelitian

maupun keadaan dan latar belakang penelitian yang dikaji serta untuk

mendukung penelitian agar hasilnya tidak subjektif. Informan penelitian

ini dipilih berdasarkan kriteria Aparatur Sipil Negara yang telah

mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV serta

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lahat sebagai Pemimpin Organisasi

Perangkat Daerah dan penanggungjawab atas terselenggaranya

kegiatan pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat. Adapun informan ataupun

sumber data yang akan diwawancarai oleh peneliti disajikan dalam

bentuk tabel sebagai berikut.


53

Tabel 3.3

Data Informan (Narasumber) Sebagai Sumber Data

LATIHAN
NO NAMA GOL JABATAN
JABATAN
1 2 3 4 5
1. Ekman Mulyadi, S.Sos IV/b Kepala Dinas PKA
2. H. Budi Utama, S.IP IV/a Sekretaris PIM IV
Penyuluh Sosial
3. H. Saifudin, SE IV/a PIM IV
Madya
Ahmad Hasdi, SE, Penyuluh Sosial
4. IV/a PIM IV
MAP Madya
H. Mulus Akbar, S.Ag, Penyuluh Sosial
5. IV/a PIM IV
MM Madya
Kasubbag
Wendy Eko Rialto,
6. III/d Program dan PIM IV
S.Kom, MM
Data

Sumber : Data Olahan Peneliti 2023

3.4. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif menurut Hardani dkk. (2020:116) yang

menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti

dalam penelitian metode kualitatif memiliki fungsi menentukan fokus

penelitiannya, mengumpulkan data yang bersangkutan, memilih sumber

data berupa informan, menganalisis data, dan menyusun kesimpulan

sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.


54

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian mengenai Penerapan Inovasi Pos Konsultasi

Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh

Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur

Sipil Negara Pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat teknik pengumpulan

data yang peneliti gunakan berupa teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi.

Menurut (Sugiyono 2016) ada empat jenis teknik untuk

menghimpun data diantaranya observasi, wawancara, dokumentasi, dan

gabungan/triangulasi. Dalam penelitian ini, peneliti menghimpun data

dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi

sebagaimana dijelaskan berikut:

1. Wawancara

Menurut Esterberg (Sugiyono, 2016), definisi wawancara

adalah bahwa wawancara adalah pertemuan antara dua orang yang

mencoba untuk bertukar informasi atau pengetahuan melalui tanya

jawab dengan cara yang memungkinkan makna terjalin bersama

dalam percakapan tertentu.

Menurut Esteberg (Sugiyono 2016), wawancara dalam

penelitian terbagi menjadi tiga jenis, yaitu wawancara terstruktur,

wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam


55

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi

terstruktur, artinya peneliti mendatangi responden (informan) dan

berkomunikasi secara langsung dengan informan, dimana peneliti

menanyakan pokok-pokok pertanyaan yang akan diajukan, tetapi

ketika peneliti merasa informasi atau data yang diperlukan tidak cukup,

maka pertanyaan berkembang.

2. Observasi

Menurut Marshall dalam (Sugiyono 2016) observasi adalah

dengan melaksanakan pengamatan, Peneliti dapat mempelajari perilaku

serta maksud mengenai hal yang terjadi. Kemudian, Spradley dalam

(Sugiyono 2016) menjelaskan bahwa objek observasi terdiri atas tiga

komponen yaitu:

a. Observasi partisipatif adalah metode pengumpulan data yang

mengumpulkan data penelitian melalui observasi dan observasi,

melibatkan partisipan dalam kehidupan sehari-hari informan.

b. Observasi tidak terstruktur, yaitu observasi yang dilakukan tanpa

instruksi observasi agar peserta dapat mengembangkan

observasinya sesuai dengan perkembangan di lapangan.

c. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan dengan

sekelompok pertanyaan yang diajukan sebagai subjek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi tidak


56

terstruktur sehingga pengamatan yang peneliti lakukan dilapangan nanti

dapat berkembang sesuai dengan perkembangan dan kondisi nyata

yang terjadi dilapangan.

3. Dokumentasi
Menurut (Sugiyono 2016) dokumentasi adalah catatan peristiwa

yang lalu, berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang. Yang dimaksud oleh Sugiyono dalam hal ini seperti buku-

buku, surat kabar, majalah, peraturan-peraturan dan sebagainya yang

berkaitan serta dapat digunakan untuk menunjang data penelitian.

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi dalam mengumpulkan

dokumen sekunder dan dokumen primer sebagaimana yang dijelaskan

oleh (Simangunsong 2017) yang menyatakan bahwa dokumen dalam

penelitian pemerintahan terbagi menjadi dua, yang pertama yaitu

dokumen sekunder seperti dokumen pemerintah pusat, dokumen

pemerintah daerah dan naskah akademis, yang kedua yaitu dokumen

primer merupakan dokumen yang diperoleh peneliti secara langsung

dalam pengambilan data secara wawancara.

3.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis triangulasi digunakan dalam penelitian ini yang

diawali dengan pengumpulan data kemudian reduksi data dan

kesimpulan yang bertujuan untuk pemilihan data sesuai dengan tujuan


57

utama penelitian. Untuk menyajikan data, peneliti menyajikannya dalam

bentuk uraian singkat yang dilanjutkan dengan tabel dan diagram untuk

mendapatkan pokok-pokok informasi yang diperoleh dan mencari solusi

dari permasalahan penelitian ini.

3.7. Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.7.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dinas Sosial Kabupaten

Lahat dengan tujuan untuk memperoleh kelengkapan data-data yang

diperlukan secara langsung dalam rangka menunjang kegiatan

penelitian ini.

3.7.2. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dalam

kalender akademik Institut Pemerintahan Dalam Negeri Tahun

2022/2023. Jadwal penelitian yang dilaksanakan disajikan dalam bentuk

tabel sebaai berikut.


58

Tabel 3.4
Jadwal Penelitian Pelaksanaan Skripsi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Lahat

Kabupaten Lahat merupakan kabupaten yang terbentuk berdasarkan

Undang-Undang UU No. 22 Tahun 1948 tentang Pembentukan Daerah-

daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan. Dalam

undang-undang tersebut pemerintah menetapkan wilayah Palembang,

Pagaralam, Banyuasin, Empat Lawang, Lahat, Muara Enim, Musi Banyuasin,

Musi Rawas, Musi Rawas Utara, Ogan Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan

Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Penukal Abab Lematang

Ilir, Lubuk Linggau, Prabumulih. Secara legalistik Lahat ditetapkan sebagai

Wilayah Provinsi Sumatera Selatan sejak ditetapkannya Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten

Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 20 Mei 1948.

4.1.1.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Lahat berada di bagian selatan pulau Sumatera dengan

posisi geografis 3,25° - 4,5° Lintang Selatan dan 102,37° - 103,45° Bujur

Timur. Kabupaten Lahat memiliki luas wilayah sebesar 4.361,83 km2 dan

59
60

wilayah administrasinya terbagi dalam 362 desa ,14 Kelurahan,dangan 22

kecamatan. Berikut adalah rincian wilayah administrasi Kabupaten Lahat :

Tabel 4.1.

Rincian Wilayah Administrasi Kabupaten Lahat

NO KECAMATAN DESA/KELURAHAN
(1) (2) (3)
1. Gumay Ulu 10 Desa
2. Tanjung Tebat 14 Desa
3. Jarai 20 Desa/1 Kelurahan
4. Kikim Timur 32 Desa
5. Kikim Selatan 16 Desa
6. Kikim Barat 19 Desa
7. Kikim Tengah 9 Desa
8. Kota Agung 22 Desa
9. Lahat 19 Desa/17 Kelurahan
10. Merapi Selatan 11 Desa
11. Merapi Barat 19 Desa
12. Merapi Timur 13 Desa/1 Kelurahan
13. Mulak Ulu 16 Desa
14. Pajar Bulan 20 Desa
15. Muara Payang 7 Desa
16. Gumay Talang 15 Desa
17. Pulau Pinang 10 Desa
18. Tanjung Sakti Pumu 14 Desa
19. Tanjung Sakti Pumi 18 Desa
20. Pseksu 11 Desa
21. Suka Merindu 10 Desa
22. Pagar Gunung 21 Desa
Jumlah 362 Desa

Sumber: Bappeda Kabupaten Lahat 2022


61

Adapun batas wilayah Kabupaten Lahat adalah sebagai berikut :

Utara :Kabupaten Muara Enim dan kabupaten Musi Rawas

Timur :Kabupaten Muara Enim

Selatan :Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Pagar Alam

Barat :Kabupaten Empat Lawang

GAMBAR 4.1

Peta Kabupaten Lahat

Sumber: BPS Kabupaten Lahat tahun 2022


62

4.1.1.2 Keadaan Demografi

Kabupaten Lahat yang luasnya 4.361,83 Km 2, Kabupaten Lahat

pada tahun 2021 memiliki jumlah penduduk sebanyak 430.071 orang dengan

kepadatan penduduk sebesar 98,60 orang per Km 2, yang terdiri dari 220.015

orang penduduk laki-laki dan 210.056 orang penduduk perempuan.

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Lahat tahun 2018-2021

sebesar 1,47 persen. Sebagian besar penduduk terkonsentrasi di Kecamatan

Lahat sebesar 999,13 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Pseksu memiliki

jumlah penduduk terkecil yaitu 33,58 jiwa/km2. Berdasarkan kelompok umur,

struktur penduduk Kabupaten Lahat tergolong penduduk muda yaitu pada

kelompok usia 15-29 tahun. Rasio jenis kelamin Kabupaten Lahat pada tahun

2021 sebesar 104,74 persen artinya wilayah tersebut memiliki penduduk laki-

laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan Kabupaten

Lahat.
63

Tabel 4.2.

Jumlah Penduduk dan Luas Daerah Perkecamatan Kabupaten Lahat

Tahun 2021

Jumlah
2 Kepadatan
No Kecamatan Luas ( KM ) Penduduk
Penduduk (KM2)
(Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tanjung Sakti Pumi 271,00 16.820 62,07
2 Tanjung Sakti Pumu 229,59 14.520 63,24
3 Kota Agung 165,59 13.623 82,27
4 Mulak Ulu 171,84 12.572 115,95
5 Tanjung Tebat 82,72 8.820 106,62
6 Pulau Pinang 164,66 9.867 88,36
7 Pagar Gunung 105,51 12.949 122,73
8 Gumay Ulu 87,01 5.583 64,17
9 Jarai 167,52 20.512 122,45
10 Pajar Bulan 146,11 12.853 87,97
11 Muara Payang 37,50 8.904 237,44
12 Kikim Barat 272,00 17.898 65,80
13 Kikim Timur 564,45 31.994 56,68
14 Kikim Selatan 124,80 17.340 138,94
15 Kikim Tengah 265,60 10.046 37,82
16 Lahat 238,47 126.420 999,13
17 Pseksu 269,29 9.042 33,58
18 Gumay Talang 249,61 12.938 51,83
19 Merapi Barat 232,64 25.703 110,48
20 Merapi Timur 260,55 25.232 96,84
(1) (2) (3) (4) (5)
64

21 Merapi Selatan 200,14 8.389 41,92


22 Sukamerindu 55,23 8.046 145,68
Jumlah 2021 0 98,60
-4
2020 431.394 87,76

Sumber: Lahat dalam angka 2021

Tabel 4.3.

Jumlah Penduduk Berdasarakan Jenis Kelamin Tahun 2021

Penduduk Laju
NO Kecamatan Jumlah Pertumbuhan
Laki-Laki Perempuan Penduduk

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Tanjung Sakti
1 8.630 8.190 16.820 1.09
Pumi
Tanjung Sakti
2 7.508 7.012 14.520 0.89
Pumu
3 Kota Agung 7.081 6.542 13.623 1.23
4 Mulak Ulu 6.641 5.931 12.572 1.05
5 Tanjung Tebat 4.582 4.238 8.820 1.28
6 Pulau Pinang 5.139 4.728 9.867 2.17
7 Pagar Gunung 6.701 6.248 12.949 1.10
8 Gumay Ulu 3.028 2.555 5.583 1.09
9 Jarai 10.587 9.925 20.512 0.63
10 Pajar Bulan 6.638 6.215 12.853 1.03
11 Muara Payang 4.692 4.212 8.904 0.64
12 Kikim Barat 9.214 8.684 17.898 1.92
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
13 Kikim Timur 16.228 15.766 31.994 2.02
65

14 Kikim Selatan 8.857 8.483 17.340 1.54


15 Kikim Tengah 5.152 4.894 10.046 1.99
16 Lahat 63.616 62.804 126.420 0.95
17 Pseksu 4.651 4.391 9.042 1.25
18 Gumay Talang 6.633 6.305 12.938 2.72
19 Merapi Barat 13.206 12.497 25.703 2.57
20 Merapi Timur 12.794 12.438 25.232 2.07
21 Merapi Selatan 4.320 4.069 8.389 1.32
22 Sukamerindu 4.117 3.929 8.046 0.84
Jumlah -4 139,57 135,58 1.47
Sumber : Lahat Dalam Angka 2021

4.1.1.3 Keadaan Sosial dan Ekonomi

Berdasarkan kelompok umur 7-12 tahun, Angka Partisipasi Sekolah

Dasar (APS) Kabupaten Lahat tahun 2021 sebesar 98,28 persen, artinya 98

dari 100 penduduk umur 7-12 tahun bersekolah. Angka partisipasi sekolah

anak usia 13-15 tahun sebesar 92,57 persen, yang berarti 91 dari 100

penduduk usia 13-15 bersekolah pada usia 13-15 tahun. Selain itu, APS

penduduk usia 16-18 tahun sebesar 64,36 persen, yang berarti pada tahun

2021, dari setiap seratus penduduk usia 16-18 tahun, terdapat 66 penduduk

usia 16-18 tahun yang bersekolah.

Karena penduduk kabupaten Lahat masih tergolong penduduk muda,

hal ini berarti mereka biasanya berada pada usia sekolah. Sarana dan

prasarana pendidikan yang memadai sangat diperlukan untuk mencerdaskan


66

kehidupan masyarakat sesuai dengan pelaksanaan UUD 1945, terutama

terkait dengan keberhasilan program wajib belajar 9 tahun di sekolah dasar.

Pada tahun 2021, TK Kabupaten Lahat akan memiliki 4.383 siswa,

total 88 sekolah dan rasio siswa-guru 11,53 dengan tidak kurang dari 5,38

orang. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah adalah 17 (tujuh belas) yang dapat

menampung 1794 siswa dan 162 guru, dan rasio siswa-guru adalah

7,73. Pada tingkat SLTP terdiri dari 73 sekolah negeri dan 11 madrasah

tsanawiyah. Jumlah siswa dan sekolah SLTP sebanyak 21.211 orang dan

tenaga pengajar 2.002 orang. Kisaran sekolah di tingkat SMA terdiri dari 39

SMA dan 12 SMK. Pada tingkat SMU memiliki 18.340 siswa dan total 1.347

orang tenaga pengajar.

Terdapat 535 tenaga kesehatan dan 158 tenaga non kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan dan bersama dengan fasilitas kesehatan

yang ada diharapkan mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada

masyarakatnya. Indikator kesehatan mempengaruhi total 10 kasus di

Kabupaten Lahat pada tahun 2021, dengan 26.984 kasus, 12.923 kasus

infeksi usus (diare, demam, dll) dan 10.243 kasus malaria. Kabupaten Lahat

adalah wilayah dari suku dan agama yang berbeda. Tempat ibadah di

kawasan Kabupaten Lahat meliputi 871 tempat peribadahan, meliputi 623

masjid, 212 mushola, 28 gereja Protestan, 6 gereja Katolik, dan 2 pura.

Dalam hal agama, mayoritas Kabupaten Lahat adalah Muslim. Hal ini dapat

dilihat dengan paling besarnya jumlah rohaniawan yang ada di Kabupaten


67

Lahat, untuk agama Islam 2.221 rohaniawan,sedangkan Kristen 24

rohaniawan,Katolik 13 rohaniawan, dan 4 rohaniawan agama budha.

Laju pertumbuhan pendapatan kotor daerah Kabupaten Lahat dari

tahun 2018 hingga tahun 2021 menunjukkan peningkatan yang signifikan

dalam perkembangan ekonomi kotamadya.

4.1.1.4. Keadaan Pemerintahan

Wilayah dari Kabupaten Lahat terdiri dari 22 kecamatan, yaitu:

Kecamatan Tanjung Sakti Pumi, Tanjung Sakti Pumu, Kota Agung, Mulak

Ulu, Tanjung Tebat, Pulau Pinang, Pagar Gunung, Gumay Ulu, Jarai, Pajar

Bulan, Muara Payang, Kikim Barat, Kikim Timur, Kikim Selatan, Kikim

Tengah, Lahat, Pseksu, Gumay Talang, Merapi Barat, Merapi Timur, Merapi

Selatan, dan Sukamerindu.

Pemerintah Kabupaten Lahat memiliki visi dalam rangka membangun

Kabupaten Lahat kearah yang lebih baik yaitu: “Membangun Masyarakat

Kabupaten Lahat Yang lebih Berahlaq, Mandiri, Berkeadilan, Makmur dan

Sejahtera Serta Terciptanya Pembangunan Yang Berbasis Pemerataan

Berkelanjutan”. Untuk melaksankan visi tersebut makan dirumuskan ke

dalam 5 misi yaitu:

1. Untuk Menciptakan pemerintahan yang lebih bersih dan inovatif.

2. Untuk Meningkatkan pembangunan infrastruktur publik berbasis pada

pemerataan wilayah yang memadai dan efektif.


68

3. Untuk Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlaq,

sehat, cerdas, terampil, dan berkepribadian luhur.

4. Untuk Menumbuh kembangkan perekonomian rakyat menuju

kedaulatan sumber daya alam yang tersedia.

5. Untuk Memperkokoh kerukunan kehidupan beragama dan budaya

yang lestari.

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Organisasi dan Tata Kerja merupakan suatu hal yang penting di dalam

suatu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dengan adanya organisasi dan

tata kerja suatu organisasi menjadi lebih jelas dan tepat wewenang kerjanya.

Dapat di lihat berdasarkan Renstra Dinas Sosial kabupaten Lahat terdapat

tugas pokok dan fungsi struktur organisasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat,

yakni.

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat.

c. Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial.

d. Bidang Rehabilitasi Sosial.

e. Bidang Pemberdayaan Sosial.

f. Bidang Penanganan Fakir Miskin.


69

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Lahat

4.1.3.1. Visi Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Visi organisasi diharapkan dapat dijadikan sebagai keinginan serta

aspirasi masyarakat yang akan diwujudkan dalam prospektif jangka panjang,

dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan pencermatan jangka

Panjang, dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan pencermatan

lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal, kekuatan dan

kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman, tantangan dalam

pencapaian visi Dinas Sosial Kabupaten Lahat yaitu:

“Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Lahat yang berakhlak, mandiri,

berkeadilan, makmur dan sejahtera serta terselenggaranya

Pembangunan yang berbasis pemerataan berkelanjutan”.

4.1.3.2. Misi Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Misi adalah gambaran umum demi mewujudkan suatu visi. Misi

merupakan suatu kewajiban harus wajib dilakukan agar visi dari suatu

organisasi dapat tercapai dan sukses sesuai dengan visi yang telah

ditetapkan.

Misi Dinas Sosial Kabupaten Lahat adalah:

a. Menciptakan pemerintahan yang bersih dan inovatif.

b. Menciptakan pemerintahan infrastruktur publik berbasis pada

pemerataan wilayah yang memadai dan efektif.


70

c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang berahklak, sehat,

cerdas, terampil dan berkepribadian luhur.

d. Menumbuh kembangkan perekonomian rakyat menuju kedaulatan

sumber daya alam yang tersedia.

e. Memperkokoh kerukunan kehidupan beragama dan budaya yang

lestari.

Pelaksanaan misi yang merupakan sasaran pengembangan potensi

Dinas Sosial, sehingga dapat mewujudkan Kabupaten Lahat Bercahaya.


71

4.1.4. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Tabel 4.4

Struktur Organisasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Sumber: Renstra Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun 2019-2023


72

4.1.5. Sumber Daya Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Sumber daya manusia merupakan determinan penting dalam

mewujudkan visi dan misi Dinas Sosial Kabupaten Lahat. Visi dan misi tidak

akan tercapai tanpa didukung oleh tenaga yang memadai, karena

keterbatasan anggaran dan pengadaan pegawai, maka ada beberapa Kepala

Seksi yang saat ini belum memiliki jumlah staf yang memadai. Dinas Sosial

Kabupaten Lahat saat ini didukung oleh Pegawai Negeri Sipil berjumlah 34

orang pegawai aktif dan Tenaga Kerja Sukarela sebanyak 14 (empat belas)

orang.

Tabel 4.5

Komposisi Pegawai Dinas Sosial Kabupaten Lahat Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2022

GOLONGAN
NO PENDIDIKAN I II III IV JUMLAH

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 SD 1 - - - 1
2 SLTP - - - - -
3 SLTA - 5 5 - 10
4 Sarjana Muda/Akademi - 1 1 - 2
5 Strata I (S1) - - 13 3 16
6 Strata II (S2) - - 2 3 5
7 Strata III (S3) - - - - -
Jumlah 1 6 21 6 34
Sumber : Renstra Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun 2019-2023
73

4.1.6. Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Lahat

Gambaran Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Lahat selama Periode

Lima Tahun sebelumnya diperoleh dari dokumen laporaan akuntabilitas

kinerja instnasi pemerintah. Adapun dokumen-dokumen yang dimiliki Dinas

Sosial kabupaten Lahat antara lain berupa dokumen Renstra, Renja, RKT,

LKJIP, LPPD, Laporan Fisik dan Keuangan Dinas Sosial Kabupaten Lahat.

Pengukuran tingkat pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun

2022 dilakukan dengan membandingkan target terhadap pencapaian masing-

masing indikator kinerja. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut dapat

disimpulkan bahwa Dinas Sosial Kabupaten Lahat secara umum telah

berhasil mencapai keberhasilan pada tahun 2022 yang tercermin dari

pencapaian sebagian besar metrik yang ditetapkan sebagai sasaran

strategis.

Keberhasilan atau kegagalan program kegiatan selama periode lima

tahun kedepan dari tahun 2018 sampai dengan 2022 ditunjukan oleh

keberhasilan dalam mencapai indikator sasaran. Pembangunan di bidang

kesejahteraan sosial terus dilaksanakan untuk meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

yang meliputi :
74

1. Anak Balita Terlantar

2. Anak Terlantar (Usia 6-18 tahun)

3. Anak yang berhadapan dengan Hukum

4. Anak Jalanan

5. Anak dengan Kedisabilitasan (ADK) : Kelainan fisik/mental belum

berusia 18 tahun

6. Anak yang menjadi Korban Tindak Kekerasan atau diperlakukan

salah

7. Anak yang memerlukan Perlindungan Khusus

8. Lanjut Usia

9. Penyandang Disabilitas

10. Tuna Susila

11. Gelandangan

12. Pengemis

13. Pemulung

14. Kelompok Minoritas : Kelompok yang mengalami gangguan

keberfungsian sosialnya akibat diskriminasi dan marginalisasi yang

diterimanya sehingga karena keterbatasannya menyebabkan dirinya

rentan mengalami masalah sosial seperti gay, waria, lesbian.


75

15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan

16. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

17. Korban Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif Lainnya)

18. Korban Triffiking

19. Korban Tindak Kekerasan

20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS)

21. Korban Bencana Alam

22. Korban Bencana Sosial

23. Perempuan Rawan Sosial

24. Fakir Miskin

25. Keluarga Bermasalah Sosial

26. Komunitas Adat Terpencil

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah orang atau

kelompok orang yang karena kesulitan atau gangguan tidak mampu

menyelenggarakan kegiatan sosialnya sedemikian rupa sehingga

kebutuhannya (fisik, mental, sosial) tidak dapat terpenuhi secara

memadai/wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa

kemiskinan, penelantaran, kecacatan, strata sosial, keterbelakangan,

pengucilan dan perubahan lingkungan yang kurang mendukung (dari segi

pendidikan) seperti terjadinya bencana. Potensi dan Sumber Kesejahteraan

Sosial yang selanjutnya disebut PSKS adalah individu, keluarga, kelompok,


76

dan/atau masyarakat yang dapat ikut memelihara, menciptakan, mendukung,

dan memperkuat penyelenggaraan kepedulian sosial. Adapun data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Kabupaten Lahat pada

Tahun 2021 hingga Tahun 2022 sebagai berikut.

Tabel 4.6.

Data PMKS Kabupaten Lahat Tahun 2021-2022

N 202
O PMKS 2021 2
1. Anak Balita Terlantar 40 42
2. Anak Terlantar 121 123
3. Anak yang Berhadapan dengan Hukum 4 4
4. Anak Jalanan 2 2
5. Anak yang Disabilitas 134 134
Anak yang Menjadi Korban Tindak
6. - -
Kekerasan
Anak yang Membutuhkan Perlindungan
7. 30 5
Khusus
408
8. 3848
Lanjut Usia Terlantar 5
130
9. 1550
Penyandang Disabilitas 1
10. Tuna Susila 22 8
11. Gelandangan 3 3
12. Pengemis 1 1
13. Pemulung 49 49
14. Kelompok Minoritas - -
15. Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan 32 32
16. Orang dengan HIV/AIDS - -
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA 12 12
18. Korban Triffiking - -
19. Korban Tindak Kekerasan 3 3
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 47 47
21. Korban Bencana Alam 23 23
22. Korban Bencana Sosial 7 7
23. Perempuan Rawan Sosial - -
24. Fakir Miskin 677 658
25. Keluarga Bermasalah Sosial 120 110
26. Komunitas Adat Terpencil - -
77

Sumber : Buku Data PMKS Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun 2021-2022

Dinas Sosial Kabupaten Lahat masih menghadapi beberapa kendala

seperti rendahnya penerimaan informasi sosial di masyarakat dan

pertumbuhan PMKS yang setiap tahunnya masih tinggi. Pelaksanaan

pembangunan bidang sosial meliputi berbagai pelayanan pemberdayaan

sosial bagi anak terlantar, anak jalanan dan santunan lansia terlantar, serta

peningkatan pemberdayaan dan dukungan keluarga miskin. untuk keluarga

miskin dalam bentuk komunitas komersial yaitu kelompok usaha bersama,

rehabilitasi dan perlindungan sosial, termasuk perbaikan pusat rehabilitasi

dan panti asuhan, bantuan korban bencana.

Hal penting lainnya yang telah dilaksanakan adalah Program Keluarga

Harapan (PKH) melalui pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT),

upaya mendorong inklusi sosial, kemiskinan dan perlindungan lingkungan

kelompok masyarakat lain di wilayahnya, namun utamanya mencakup

kepedulian sosial sehingga mereka dapat hidup sejajar dengan masyarakat

di sekitarnya.
78

Tabel 4.7

Banyaknya Keluarga Fakir Miskin yang Mendapat Pelayanan/Bantuan

Kesejahteraan Sosial Tahun 2018-2022

Tahun Jumlah Kepala Keluarga/Jiwa


2018 5.724 KK
2019 5.629KK
2020 9.086 KK
2021 8.785 KK
2022 8.424 KK
Sumber : Dinas Sosial Kab Lahat Tahun 2022

Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun 2022 berhasil baik. Hal ini

dilihat capaian kinerjanya :

1. Jumlah Data, validasi dan verifikasi penerima Kartu Indonesia Sehat

(KIS) tahun 2022 adalah 8.424 KK dengan capaian 100%. Kegiatan ini

telah dilaksanakan secara maksimal dan sesuai target yang ditetapkan.

Tercapainya indikator ini karena didukung oleh Program Pemberdayaan

Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Kegiatan Pendataan, Validasi dan

Verifikasi Penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu

Kesejahteraan Sosial (KKS).


79

2. Terlaksananya pengembangan kebijakan tentang akses sarana dan

prasarana publik baik penyandang cacat, lansia pada tahun 2022

adalah 13 orang dan capaiannya 72,85%. Kategori selesai

3. Terlaksanaya pelayanan bimbingan konseling oleh Lembaga Konsultasi

Kesejahteraan Keluarga (LK3) Lahat tahun 2022 adalah 15 orang dan

capaiannya 72,85%. Kategori Selesai

4. Terlaksananya Operasi Pembersih Lingkungan dari Orang Gila dan

Pengemis tahun 2022 adalah 10 orang dan capaian 100%. Kategori

Selesai.

Tabel 4.8.

Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun

Anggaran 2018-2022

Sumber ; Renstra Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun 2019-2023


80

4.2. Hasil dan Pembahasan

Analisis terhadap hasil penelitian dan pembahasan akan di

deskripsikan dengan pembahasan sehingga dapat menjawab rumusan

masalah penelitian. Dalam bagian ini peneliti akan menyajikan analisis dan

deskripsi dari tiap indikator konsep peneliti dengan memadukan data primer

dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian ini.

Peneliti terlebih dahulu menganalisis bagaimana penerapan inovasi

Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD

PAMSOS) oleh Alumni Pendidkan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat dengan

menggunakan teori Inovasi dengan metode The Public Sector Innovation

Lifecycle (OECD 2020) dimana penerapan inovasi oleh Alumni Pendidikan

dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dapat dianalisis oleh tim inovasi

Aparatur Sipil Negara yang dibentuk oleh Dinas Sosial Tersebut berdasarkan

pertimbangan kekuatan dan kelemahan dalam pelayanan publik, kebutuhan

inovasi dan bagaimana mereka mendukung inovasi tersebut.

Dalam hal ini, organisasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat lebih responsif

daripada secara sadar menyesuaikan inovasi dengan kebutuhannya.

Organisasi penanggung jawab adalah Dinas Sosial Kabupaten Lahat.


81

Indikator dalam penerapan inovasi oleh Aparatur Sipil Negara Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Tingkat IV ini meliputi identifikasi masalah,

membuat proposal, melaksanakan inovasi, evaluasi inovasi, dan

menyebarluaskan inovasi.

4.2.1. Penerapan Inovasi Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah

Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara Pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat

Inovasi oleh Aparatur Sipil Negara Alumni Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV memberikan gambaran hasil Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV serta implementasi inovasi yang

dirancang oleh peserta yang telah mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV. Dinas Sosial Kabupaten Lahat selaku organisasi

penyelenggara pelaksanaan inovasi bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan dan perkembangan inovasi oleh Aparatur Sipil Negara tersebut.

Pada bagian ini dapat diketahui bagaimana kondisi pengembangan dan

penerapan inovasi yang telah dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV apakah penerapan

inovasi tersebut sudah berjalan dengan baik atau tidak. Gambaran tentang

bagaimana penerapan inovasi oleh Aparatur Sipil Negara Alumni Pendidikan

dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV pada Dinas Sosial yang dilakukan


82

akkan dijadikan dasar bagi peneliti dalam menyusun analisis alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dalam Perspektif Inovasi

Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat.

Peneliti menganalisis pengembangan dan penerapan inovasi oleh

Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV pada Dinas

Sosial Kabupaten Lahat dengan menggunakan teori Inovasi The Public

Sector Innovation Lifecycle dimana penerapan inovasi dapat dianalisis

melalui indikator identifikasi masalah, membuat proposal, melaksanakan

inovasi, evaluasi inovasi, dan menyebarluaskan inovasi. Indikator ini

dilakukan oleh organisasi penanggung jawab yaitu Dinas Sosial Kabupaten

Lahat.

4.2.1.1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses menyelidiki dan mengidentifikasi di

mana dan bagaimana inovasi dibutuhkan. Kegiatan tersebut meliputi latar

belakang penerapan inovasi di sektor publik atau mengidentifikasi peluang

yang dapat digunakan untuk mengembangkan ide atau inovasi baru dengan

menelaah masalah dalam model kerja yang diantisipasi. Identifikasi masalah

yang dimaksud dalam indikator ini adalah identifikasi masalah terhadap

inovasi yang dibutuhkan pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat. Sebagai

lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap masalah sosial

masyarakat maka Dinas Sosial Kabupaten Lahat harus mampu memahami


83

suatu persoalan dan tantangan terhadap masalah dengan menyediakan

layanan forum untuk masalah yang muncul, serta data kunci untuk

memahami model dan solusi.

Indikator ini digunakan sebagai sarana uuntuk memperluas kumpulan

orang yaitu Aparatur Sipil Negara untuk dapat membantu mengidentifikasi

masalah, menguji asumsi, dan membantu membingkai ulang masalah

dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Maka dari itu diperlukan

identifikasi masalah yang lebih mendalam untuk mendapatkan inovasi yang

dibutuhkan oleh masyarakat.

Penulis melakukan wawancara bersama Kepala Dinas Sosial

Kabupaten Lahat, mengatakan bahwa :

“Dalam melakukan proses identifikasi masalah terhadap suatu inovasi


yang digagas oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat IV dilakukan dalam bentuk kelompok tim aksi perubahan yang
saling bekerja sama dalam penerapan inovasi yang dibentuk yaitu
POSKONSD PAMSOS. Inovasi ini dibentuk berdasarkan pendapat
setiap anggota kelompok tim aksi perubahan (Aparatur Sipil Negara
alumni Pendidikan dan Pelatihan Tingkat IV), tokoh masyarakat, tokoh
agama, organisasi wanita, potensi sumber kesejahteraan sosial seperti
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Pekerja Sosial
Masyarakat/Karang Taruna. Dengan melakukan sosialisasi secara
langsung kepada masyarakat, tim aksi perubahan Dinas Sosial
Kabupaten Lahat berperan dalam memberikan sumbangsihnya dalam
penanganan masalah sosial dan kesejahteraan sosial.”
Senada dengan yang diungkapkan oleh Kepada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat, Pembina dan Penyuluh Sosial Madya pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat mengatakan bahwa :


84

“Sejak tahun 2021 jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial


semakin tidak rapi sehingga pengelolaannya mengalami kesulitan
karena data validasinya tidak berjalan dengan baik. Dari kondisi
tersebut tidak nampak hasil jumlah angka penurunannya dikarenakan
pencatatan pelaporan yang tidak tertib dan sumber daya manusianya
belum memiliki kemampuan dalam mengelola Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial serta anggaran yang belum sepenuhnya
memberikan kontribusi yang signifikan sehingga diperlukan sebuah
inovasi untuk diterapkan dalam penanganan masalah sosial dan
masalah kesejahteraan masyarakat dengan melibatkan masyarakat
secara langsung dan stakeholder di desa/kelurahan dengan
pembinaan dari Dinas Sosial Kabupaten Lahat yang bekerjasama
dengan OPD/Lembaga lainnya.”
Selanjutnya Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Lahat mengatakan

bahwa :

“Kabupaten Lahat saat ini sedang dihadapkan pada banyaknya


penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang secara rutin
ditangani dengan program-program rehabilitasi sosial, pemberdayaan
sosial, perlindungan sosial, dan jaminan sosial baik dari pemerintah,
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Lahat. Namun
belum bisa memberikan dampak yang signifikan. Beberapa program
bantuan sosial juga belum maksimal sehingga inovasi POSKONSD
PAMSOS dibutuhkan dalam penyelesaian masalah sosial dan
kesejahtraan masyarakat serta membangun inisiatif langsung
masyarakat untuk melakukan perubahan.”
Berdasarkan uraian hasil wawancara yang peneliti paparkan terkait

identifikasi masalah pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat, bahwa isu atau

permasalahan utama yang sedang dihadapi oleh Dinas Sosial Kabupaten

Lahat adalah Permasalahan Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat (PMKS).

Beberapa program seperti bantuan sosial belum berjalan maksimal,

kurangnya tertib administrasi dalam pelaporan jumlah PMKS dikarenakan

data validasi yang tidak berjalan dengan baik serta inisiatif masyarakat yang
85

masih rendah untuk melakukan perubahan sehingga dibutuhkan inovasi

berupa POSKONSD PAMSOS (Pos Pelayanan Konsultasi Terpadu

Penanganan Masalah Sosial) yang melibatkan masyarakat secara langsung

dan Dinas Sosial sebagai pembina dengan menjalin kerjasama antar

perangkat desa dan masyarakat.

Kabupaten Lahat terdiri dari 24 Kecamatan 362 Desa dan 17

Kelurahan, yang memiliki karakter permasalahan sosial yang berbeda-

beda.perbedaan tersebut menjadi khasanah perlunya penanganan masalah

sosial yang harus menyesuaikan kondisi setempat sehingga Penanganan

Penyandang Masalah Sosial menjadi mudah di pahami dan dilaksanakan.

Oleh karena itu data dasar kondisi masalah sosial yang perlu menjadi bahan

dalam melaksanakan program inovasi yang dilaksanakan oleh Alumni

peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV pada Dinas

Sosial Kabupaten Lahat. Terdapat 26 PMKS/PPKS (Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial-Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) sesuai

dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 tahun 2012 yang terdiri dari :

1. Anak Balita Terlantar.

2. Anak Terlantar.

3. Anak Berhadapan Dengan Hukum.

4. Anak Jalanan.

5. Anak Dengan Kedisabilitasan (ADK).

6. Anak yang menjadi korban tindak kekerasan/diperlakukan salah.


86

7. Anak yang memerlukan perlindungan khusus.

8. Lanjut Usia terlantar.

9. Penyandang Disabilitas.

10. Tuna Susila.

11. Gelandangan.

12. Pengemis.

13. Pemulung.

14. Kelompok Minoritas.

15. Bekas Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (BWPLP).

16. Orang Dengan HIV/AIDS.

17. Korban Penyalahgunaan NAPZA.

18. Korban Trafficking.

19. Korban tindak kekerasan.

20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial (PMBS).

21. Korban Bencana Alam.

22. Korban Bencana Sosial.

23. Perempuan Bermasalah Sosial Ekonomi.

24. Fakir Miskin.

25. Keluarga bermasalah sosial psikologis.

26. Komunitas Adat Terpencil (KAT)

Berdasarkan jenis-jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) tersebut terdapat rekapitulasi Jumlah desa berdasarkan jumlah dan


87

jenis PMKS pada Kabupaten Lahat tahun 2021. Adapun data tersebut

sebagai berikut.

Tabel 4.9.

Rekapitulasi Jumlah Desa dan Jenis PMKS di 24 Kecamatan Tahun 2021

JUMLAH
JUMLAH JUMLAH
NO KECAMATAN JENIS
DESA/KEL PMKS
PMKS
1 Lahat 29* 2.521 16
2 Lahat Selatan 10 393 3
3 Gumay Talang 15 2.825 7
4 Pulau Pinang 10 1.850 2
5 Gumay Ulu 10 1.182 2
6 Pseksu 11 2.416 3
7 Merapi Barat 19 3.022 12
8 Merapi Selatan 9 1.632 7
9 Merapi Timur 14* 2.453 9
10 Kikim Timur 32 3.074 3
11 Kikim Selatan 18 2.052 2
12 Kikim Tengah 9 1.677 5
13 Kikim Barat 19 2.365 3
14 Tanjung Tebat 14 1.254 3
15 Pagar Gunung 20 1.489 3
16 Kota Agung 22 2.080 5
17 Mulak Ulu 16 1.232 4
18 Mulak Sebingkai 10 393 4
19 Pajar Bulan 20 1.200 3
20 Jarai 21 3.038 3
21 Muara Payang 7 2.594 3
22 Sukamerindu 10 1.497 2
23 Tanjung Sakti Pumi 18 1.392 8
24 Tanjung Sakti Pumu 14 2.478 3
Jumlah 377 46.109
88

Sumber : Data PMKS Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun 2021

Berdasarkan rekapitulasi jumlah desa dan jenis PMKS/PPKS di 24

Kecamatan sampai dengan tahun 2021 pada Kabupaten Lahat terdapat

jumlah desa/kelurahan dengan total 377 desa/kelurahan dengan jumlah

PMKS/PPKS sebanyak 46.109 jiwa. Hal ini 1:10 dengan jumlah penduduk

kabupaten lahat pada tahun 2021 yaitu sebanyak 430.071 jiwa. Adapun

tempat pelaksanaan inovasi oleh Aparatur Sipil Negara Dinas Sosial

Kabupaten Lahat pada desa Sukamerindu dengan jumlah penduduk

sebanyak 8.046 jiwa dengan perbandingan PMKS sebanyak 1.497 atau 1 :

18 jiwa. Hal tersebut merupakan angka yang besar jika dibandingkan dengan

total penduduk kabupaten Lahat terhadap jumlah PMKS kabupaten Lahat.

Jumlah perbandingan yang lebih besar tersebut menjadi tantangan bagi tim

Inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat dalam mengatasi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial Kabupaten Lahat khususnya pada desa

Sukamerindu.

Tabel 4.10.

Rekapitulasi PMKS Kabupaten Lahat Tahun 2021-2022


89

NO PMKS 2021 2022


1 2 3 4
1. Anak Balita Terlantar 40 42
2. Anak Terlantar 121 123
3. Anak yang Berhadapan dengan Hukum 4 4
4. Anak Jalanan 2 2
5. Anak yang Disabilitas 134 134
6. Anak yang Menjadi Korban Tindak
- -
Kekerasan
Anak yang Membutuhkan Perlindungan
7. 30 5
Khusus
8. Lanjut Usia Terlantar 3848 4085
9. Penyandang Disabilitas 1550 1301
10. Tuna Susila 22 8
11. Gelandangan 3 3
1 2 3 4
12. Pengemis 1 1
13. Pemulung 49 49
14. Kelompok Minoritas - -
15. Bekas Warga Binaan Pemasyarakatan 32 32
16. Orang dengan HIV/AIDS - -
17. Korban Penyalahgunaan NAPZA 12 12
18. Korban Triffiking - -
19. Korban Tindak Kekerasan 3 3
20. Pekerja Migran Bermasalah Sosial 47 47
21. Korban Bencana Alam 23 23
22. Korban Bencana Sosial 7 7
23. Perempuan Rawan Sosial - -
24. Fakir Miskin 677 658
25. Keluarga Bermasalah Sosial 120 110
26. Komunitas Adat Terpencil - -
Sumber : Data PMKS Dinas Sosial.Kabupaten Lahat Tahun 2021-2022

Angka Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial/Pemerlu

Pelayanan Kesejahteraan Sosial akan menjadi tanggung jawab kita semua

untuk memberikan pelayanan melalui penyelenggaraan kesejateraan sosial


90

baik oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Keterbatasan

anggaran yang ada di daerah tidak bisa memberikan aksesibilitasi terhadap

masalah sosial secara menyeluruh/merata disetiap Kecamatan. Peran

lembaga-lembaga sosial hanya pada lembaga sosial yang menjadi

kewenangan provinsi, sedangkan yang menjadi kewenangan Kabupaten

seperti Panti Asuhan Anak non Asrama hanya beberapa yang ada dan

permasalahan sosial yang lainnya belum ada penangannya secara lembaga.

Disamping telah memiliki regulasi yang telah diberikan oleh Pemerintah

Pusat, seperti :

1. UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

2. UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;

3. PP Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial.

Kemudian Kabupaten Lahat juga telah memiliki Peraturan Daerah

Nomor 15 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Kabupaten Lahat.

Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) seperti Tenaga

Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)

membutuhkan revitalisasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

dalam bentuk pelatihan/penyelengaraan dalam peningkatan sumber daya

manusia. Kabupaten Lahat telah menggalakkan relawan Penyuluh Sosial

Masyarakat (PENSOSMAS). PSKS bisa menggerakan masyarakat di


91

Desa/Kelurahan untuk membentuk sebuah lembaga penanganan

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang berbasis masyarakat dan

media elektronik. Faktor penggerak masyarakat untuk berperan dalam

penanganan masalah sosial secara berkesinambungan terus ditumbuhkan.

Dapat disimpulkan beberapa isu permasalahan sosial di Kabupaten

Lahat, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial/Pemerlu Pelayanan

Sosial berjumlah 46.109 orang yang tergambar pada tabel 4.10. Kurang

maksimalnya tenaga kesejahteraan sosial (TKSK), pekerja sosial masyarakat

(PSM), Taruna Siaga Bencana (TAGANA) dalam penyelenggaraan dan

pembinaan/penyuluhan pada masyarakat PMKS/PPKS. Regulasi pendukung

pelayanan dan penyuluhan sosial masyarakat (PENSOSMAS) dimasa

pandemi belum berbasiskan media elektronik.

Menyikapi persoalan diatas, maka alumni Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV melakukan Inovasi dengan pendekatan ASTRID

(Aktual, Spesifik, Transformasi, Relevan, Inovatif dan Dapat dilakukan) untuk

menentukan isu strategis dan strategi pengambilan kebijakan sebagaimana

disajikan pada Tabel 4.11 pada halaman berikut ini.


92

Tabel 4.11.

Kriteria Isu Strategis untuk Aksi perubahan (ASTRID)

Dapat ∑
N Isu Strategis / Peringk
Aktual Spesifik Tranformas Relevan Inovatiff Diintervens Jumlah
o Masalah at
(15) (15) i (20) (15) (20) i (100%)
(15)
1 Penyandang 15 15 15 15 18 12 92 2
Masalah
Kesejahteraan
Sosial/Pemerlu
Pelayanan
Sosial
berjumlah
46.109
2 Kurang 15 15 18 15 20 15 98 1
maksimalnya
tenaga
kesejahteraan
sosial (TKSK),
pekerja sosial
masyarakat
(PSM), Taruna
Siaga Bencana
(TAGANA)
dalam
penyelenggara
an dan
pembinaan/pen
yuluhan pada
masyarakat
PMKS/PPKS

3 Regulasi
pendukung 15 15 15 15 20 10 90 3
93

pelayanan dan
penyuluhan
sosial
masyarakat
(PENSOSMAS
) dimasa
pandemi belum
mengunakan
media
elektronik
Kriteria Isu Strategis untuk Aksi Perubahan

Sumber : Dokumen Aksi Perubahan Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 isu

strategis yang menjadi permasalahan Dinas Sosial Kabupaten Lahat yaitu

Pertama Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial berjumlah 46.109 ribu

jiwa, Kedua, Kurang Maksimalnya Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK),

Pekerja Sosial Masyarakat(PSM), Taruna Siaga Bencana dalam

penyelenggaraan dan pembinaan/penyuluhan pada Masyarakat PMKS/PPKS

dan Ketiga, Regulasi pendukung pelayanan dan penyuluhan sosial

masyarakat (PENSOSMAS) di masa pandemi belum menggunakan media

Elektronik.

Berdasarkan tiga isu dengan Pendekatan ASTRID yang digunakan

oleh alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV, isu kedua

yaitu Kurang Maksimalnya Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK), Pekerja

Sosial Masyarakat(PSM), Taruna Siaga Bencana dalam penyelenggaraan

dan pembinaan/penyuluhan pada Masyarakat PMKS/PPKS menduduki


94

peringkat pertama dan menjadi perhatian khusus bagi alumni Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV sehingga dari permasalahan tersebut

diangkat menjadi sebuah inovasi pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat yaitu

POSKONSD PAMSOS yang berfokus pada penanganan PMKS melalui

program penyuluhan/pembinaan masyarakat penyandang masalah

kesejahteraan sosial PMKS pada Kabupaten Lahat.

4.2.1.2. Membuat Proposal

Pengajuan proposal adalah tahap modifikasi dan analisis hasil dari

subjek yang diidentifikasi dipilih untuk pemantauan dan pembahasan oleh

otoritas yang berwenang. Kegiatan ini mencakup segala hal setelah adanya

kesepakatan, inovasi apa yang akan dibuat dan dapat dijadikan acuan dalam

penerapan inovasi. Dalam penyusunan proposal inovasi ini terdapat anggota

tim inovasi yang berperan dalam pelaksanaan inovasi antara lain sebagai

berikut.

Tabel 4.12.

Tim Inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat Tahun 2021

JABATAN
NO NAMA/NIP JABATAN URAIAN TUGAS
DINAS
1 2 3 4 5
Pelindung : Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lahat
Pembina : Saifudin, SE (Penyuluh Sosial Madya)
1 H. Budi Utama,S.IP Sekretaris Ketua Memimpin dan
19750123200604101 mengendalikan jalannya
Inovasi POSKONSD
95

PAMSOS
Ahmad Hasdi, SE, Bidang administrasi,
Penyuluh
2 MAP Anggota membuat laporan kegiatan
Sosial Madya
196606021986031005 kepada Dinas Sosial
H. Mulus Akbar, S.Ag, Bidang administrasi,
Penyuluh
3 MM Anggota membuat laporan kegiatan
Sosial Madya
19720527200801101 kepada Dinas Sosial
Wendy Eko Rialto, Mengelola dan
Kasubbag
S.Kom, MM mengadministrasikan
4 Program dan Anggota
198211232009021100 keuangan POSKONSD
Data
2 PAMSOS

Sumber : Dokumen aksi perubahan tahun 2022

Tim penyusun inovasi sekaligus pembina dan penyuluh sosial madya,

menyatakan,

“Faktor utama lainnya dalam membuat proposal inovasi adalah


kepemimpinan dan Sumber Daya Manusia, kepemimpinan dengan visi
yang jelas dan penyiapan sumber daya manusia. Namun faktor
pelibatan semua pihak dan evaluasi secara rutin sebagai faktor yang
cukup berpengaruh terhadap penyusunan proposal inovasi yang akan
direncanakan.”

Selain pembentukan tim inovasi atau faktor Sumber Daya Manusia

dalam rancangan proposal inovasi ini juga berlandaskan asas hukum yang

berlaku antara lain yaitu.

1. Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Keejahteraan

Sosial

2. Undang-Undang No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir

Miskin

3. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

4. PP No. 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan


96

Sosial

5. Permenkes RI No.8 Tahun 2012 tentang pengelolaan data

terpadu kesejahteraan Sosial

6. Perda Lahat Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial Kabupaten Lahat.

Adapun rancangan pendukung dokumen kelengkapan inovasi ini

sebagai berikut.

Tabel 4.13

Dokumen pendukung Inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun 2022

Pelayanan Pos Konsultasi Terpadu


1 Nama Inovasi Penanganan Masalah Sosial (POSKONSD
PAMSOS)

2 Tahapan Inovasi Penerapan


3 Inisiator Inovasi OPD
4 Jenis Inovasi Non Digital
5 Bentuk Inovasi Pelayanan Publik
6 Covid-19 Non Covid-19
7 Waktu Uji Coba 13 September 2021
8 Waktu Implementasi 13 Oktober 2021 - Sekarang
9 Rancang Bangun dan Dalam penjelasan gambar diatas bahwa
Pokok Perubahan rancangan bangun dan pokok perubahan
yang Dilakukan yang dilakukan oleh tim inovasi perubahan
ini adalah melakukan strategi POSKONSD
97

PAMSOS, pelayanan konsultasi sebagai


strategi pos pelayanan dengan
memanfaatkan peran dan fungsi tenaga
kesejahteraan sosial kecamatan,
pendamping dan relawan, penyuluh sosial
serta segenap potensi sumber
kesejahteraan sosial untuk menggerakkan
potensi yang ada dalam masyarakat dalam
penanganan masalah sosial melalui kegiatan
POSKONSD PAMSOS. Strategi ini sebagai
inovasi membudidayakan masyarakat ramah
lingkungan, memperkuat solidaritas keluarga
dan mendukung fungsi-fungsi keluarga
(agama, sosial, cinta kasih, fungsi
1 2 3
perlindungan, fungsi ekonomi, fungsi
pendidikan, fungsi pelestarian lingkungan,
dan fungsi reproduksi).
Untuk penanganan masalah kesejahteraan
10 Tujuan Inovasi sosial adanya perubahan menjadi
masyarakat yang mandiri dan sejahtera
Tercapainya penanganan masalah
kesejahteraan sosial dan pembentukkan
11 Manfaat Inovasi
sikap komitmen kesetiakawanan sosial
disetiap desa maupun kelurahan
Dengan adanya POSKONSD PAMSOS
masyarakat bisa menangani masalah sosial
12 Hasil Inovasi yang ada dan diharapkan bisa membentuk
karakter kesetiakawanan sosial yang lebih
erat lagi dan terarah
Sumber : Laporan Inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat tahun 2022

Dalam penjelasan gambar diatas bahwa rancangan bangun dan pokok

perubahan yang dilakukan oleh tim inovasi perubahan ini adalah melakukan

strategi POSKONSD PAMSOS, pelayanan konsultasi sebagai strategi pos


98

pelayanan dengan memanfaatkan peran dan fungsi tenaga kesejahteraan

sosial kecamatan, pendamping dan relawan, penyuluh sosial serta segenap

potensi sumber kesejahteraan sosial untuk menggerakkan potensi yang ada

dalam masyarakat dalam penanganan masalah sosial melalui kegiatan

POSKONSD PAMSOS. Strategi ini sebagai inovasi membudidayakan

masyarakat ramah lingkungan, Memperkuat kohesi keluarga dan mendukung

fungsi keluarga (fungsi keagamaan, sosial, kasih sayang, perlindungan,

fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan lingkungan dan fungsi

reproduksi).

Hal ini dijelaskan pula oleh Penyuluh Sosial Madya selaku anggota

dalam tim inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat menyatakan bahwa,

“Dalam penyusunan proposal inovasi,kerjasama antara Dinas Sosial


Kabupaten Lahat dan masyarakat diperlukan dalam keberhasilan
pelaksanaan program inovasi dikarenakan masyarakat berperan
penting dalam perubahan itu sendiri, meningkatnya kemandirian dan
jiwa sosial masyarakat pada Kabupaten Lahat dan daerah
kecamatan/desa menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan inovasi
ini.”

Dengan demikian penyusunan proposal inovasi ini dapat berguna

sebagai rancangan inovasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan inovasi

dengan berdasarkan kelengkapan dokumen dan sumber hukum yang sesuai

dengan peraturan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan

pengesahan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lahat. Proposal inovasi ini juga

sebagai panduan bagi tim inovasi dan masyarakat yang dapat

mempermudah pelaksanaan inovasi secara sistematis dan tepat sasaran.


99

4.2.1.3. Melaksanakan Inovasi

Indikator ini merupakan langkah alternatif pemecahan masalah dan ide

inovatif yang disepakati kemudian diimplementasikan. Implementasi inovasi

dapat menentukan garis bawah apakah inovasi itu berguna atau tidak. Siklus

hidup proyek implementasi adalah mengubah inovasi menjadi kenyataan. Ini

juga tentang mewujudkan tujuan dari proposal yang dipilih sambil

menghadapi masalah yang tak terhindarkan yang muncul ketika ide bertemu

dengan kenyataan. Proyek inovatif sangat sulit untuk diimplementasikan

karena inovasi melibatkan ketidakpastian dan kemungkinan terjadinya

kesalahan atau arah yang tidak terduga.

Pada indikator ini Aparatur Sipil Negara alumni Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV yang tergabung dalam tim inovasi telah

melaksanakan inovasi yang telah dirancang sebelumnya dengan masa

percobaan dan pelaksanaan selama satu tahun.

Hal ini dijelaskan langsung oleh Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten

Lahat berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa,

“Pelaksanaan Inovasi POSKONSD PAMSOS yang dirancang oleh tim


inovasi telah dilaksanakan masa uji coba selama 1 bulan terhitung
semenjak tanggal 13 september 2021, diimplementasikan secara
langsung pada tanggal 13 oktober 2021 hingga sekarang berjalan dua
tahun dan disahkan langsung melalui keputusan Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Lahat pada tanggal 4 Agustus 2021”

Adapun tabel pelaksanan inovasi ini menunjukkan hasil yang positif

selama pelaksanaan dua tahun pelaksanaan dari tahun 2021 hingga tahun
100

2022 sebagai berikut.

Tabel 4.14

Kegiatan POSKONSD PAMSOS di Kabupaten Lahat Tahun 2021-2022

KENAIKAN
NO KEGIATAN 2021 2022 JUMLAH RATA-RATA
(%)
Partisipasi
1 102 orang 160 orang 262 orang 22 %
masyarakat
Penerima
2 2.146 orang 1.970 orang 4116 orang -4,3 %
bantuan sembako
Jumlah
3 1.637 orang 1.550 orang 1.630 orang -2,7 %
pengangguran
Jumlah
masyarakat yang
4 64 orang 89 orang 153 orang 16 %
menjadi
relawan/donatur
Sumber : Dokumen Tim Inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat
Tahun 2021-2022

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2021 sebanyak 102 orang dan pada tahun 2022 meningkat

sebanyak 160 orang dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 22 %.

Kemudian masyarakat yang menerima bantuan sembako mengalami


101

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada pada tahun 2021

sebanyak 2.146 orang dan pada tahun 2022 sebanyak 1970 orang dengan

persentase kenaikan rata-rata sebesar -4,3%. Jumlah pengangguran

masyarakat juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2021 sebanyak 1.637 orang dan tahun 2022 sebanyak 1.550

orang dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar -2,7%. Selanjutnya

masyarakat yang menjadi relawan/donatur juga mengalami peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 sebanyak 64 orang dan

pada tahun 2022 sebanyak 89 orang dengan persentase kenaikan rata-rata

sebesar 16%.

Kegiatan POSKONSD PAMSOS ini telah berjalan selama 2 tahun

dengan memberikan hasil yang positif terhadap Dinas Sosial Kabupaten

Lahat dan masyarakat Kabupaten Lahat. Perkembangan yang positif ini

tentunya tidak terlepas dari partisipasi masyarakat itu sendiri yang menerima

dengan baik inovasi POSKONSD PAMSOS yang dilaksanakan oleh Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat

4.2.1.4. Evaluasi Inovasi

Indikator ini melibatkan pemantauan kemajuan inovasi dan menilai

apakah inovasi tersebut dapat diterima di masyarakat atau tidak. Evaluasi

proyek adalah tentang memahami apakah inisiatif inovasi telah menghasilkan


102

apa yang dibutuhkan dan mengapa tidak. Evaluasi dapat bervariasi dalam

ruang lingkup, ruang lingkup dan bentuk, tetapi didefinisikan sebagai evaluasi

yang sistematis dan objektif terhadap proyek, program atau kebijakan yang

sedang berlangsung atau selesai, desain, implementasi dan hasilnya. Untuk

tim atau organisasi, evaluasi dapat menggambarkan perbedaan antara

keberhasilan dan kegagalan karena tanpa pemahaman formal mengapa

suatu proyek berhasil atau gagal, sulit untuk mengulang atau meniru.

Setelah mengalami masa uji coba dan pelaksanaan inovasi secara

langsung kepada masyarakat Kabupaten Lahat terdapat beberapa evaluasi

terhadap program inovasi yang dijalankan oleh tim inovasi dibawah naungan

dan tanggung jawab Dinas Sosial Kabupaten Lahat antara lain, menurut

pembina tim inovasi dan penyuluh sosial madya menyatakan,

“Pelaksanaan inovasi POSKONSD PAMSOS ini telah berjalan selama


dua tahun dengan satu bulan masa uji coba menunjukkan hasil yang
positif terhadap perubahan pola pikir masyarakat untuk berpikir lebih
kreatif dalam mengatasi permasalahan sosial dan kesejahteraan
masayarakat, hal ini ditandai dengan meningkatnya rasa solidaritas
antar masyarakat desa/kecamatan terhadap kondisi sekitar serta
perubahan mindset dalam berpikir secara mandiri dan rasional.
Kemudian angka partisipasi masyarakat, pengurangan penerima
bantuan dan jumlah pengangguran yang menurun menjadi indikator
keberhasilan inovasi.”

Adapun kekurangan selama pelaksanaan program inovasi

POSKONSD PAMSOS ini adalah terkendalanya penyediaan anggaran

terhadap kegiatan lanjutan dan pembaharuan terhadap pelaksanaan inovasi


103

serta kurangnya kerjasama antara Dinas Sosial dan Organisasi Perangkat

Daerah Kabupaten Lahat sehingga dalam urusan administrasi dan

pembiayaan diluar tanggungan Dinas Sosial masih mengalami kendala. Hal

ini disampaikan langsung anggota tim inovasi yang bertugas dalam

pengurusan administrasi keuangan POSKONSD PAMSOS yang

menyatakan,

“Program inovasi POSKONSD PAMSOS ini telah disosialisasikan dan


dilaksanakan secara langsung kepada masyarakat di tempat inovasi
berlangsung dengan membentuk kelompok kecil masyarakat dan di
dampingi oleh setiap anggota tim inovasi pada setiap kelompok
sebagai penyuluh/pembina masyarakat, selama pelaksanaan inovasi
ini telah berjalan sesuai tujuan yang telah dirancang. Namun ketika
pengajuan perpanjangan dan penambahan anggaran sebagai biaya
operasional pelaksanaan inovasi mengalami kendala sehingga
pelaksanaan sempat tertunda selama tiga bulan kemudian dilanjutkan
kembali setelah pencairan anggaran dilaksanakan.”

Berdasarkan hasil wawancara atas evaluasi pelaksanaan inovasi

POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial Kabupaten Lahat tersebut dapat

disimpulkan bahwa pelasanaan inovasi POSKONSD PAMSOS telah berjalan

selama dua tahun dengan masa uji coba selama satu bulan menunjukkan

hasil yang positif terhadap perubahan pola pikir masyarakat dan

meningkatnya solidaaritas antar masyarakat namun terdapat kekurangan

dalam hal dukungan berupa anggaran sehingga program inovasi sempat

terhenti tiga bulan kemudian dilanjutkan kembali setelah pencairan anggaran

dilaksanakan.

4.2.1.5. Menyebarluaskan Inovasi


104

Indikator ini merupakan fase dimana pengetahuan yang dipelajari

digunakan untuk proyek lain dan untuk melihat bagaimana inovasi

diimplementasikan dengan cara yang berbeda. Kegiatannya termasuk

menghubungi masyarakat di bidang yang ditugaskan inovasi. Sebuah proses

untuk mendorong difusi dalam ekosistem inovasi, komunitas pengetahuan

dapat dihubungkan melalui jaringan koordinasi dan kolaborasi yang efektif.

Proses penyebaran inovasi di bidang sosial dilakukan melalui surat undangan

terbuka kepada organisasi masyarakat yang berdampak positif terhadap

implementasi inovasi tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara bersama Pembina dan Penyuluh Sosial

Madya tim inovasi, menerangkan bahwa,

“Program inovasi ini dalam pelaksanaannya telah disebarluaskan dan


disosialisasikan kepada masyarakat Kabupaten Lahat di
kecamatan/desa yang masih mengalami permasalahan sosial dan
kesejahteraan sosial, beberapa kecamatan/desa yang disosialisasikan
program inovasi POSKONSD PAMSOS ini adalah desa Sukamerindu,
desa Kikim Timur, desa Merapi Barat dan Desa Merapi Timur dengan
mengundang perangkat desa terkait.”

Adapun menurut Penyuluh Sosial Madya selaku tim inovasi

mengungkapkan bahwa,

“Penyelenggaraan sosialisasi kepada masyarakat kepada perangkat


desa Sukamerindu, desa Kikim Timur, desa Merapi Barat dan desa
Merapi Timur ini bertujuan untuk memberikan pembinaan kepada
masyarakat yang terdata dalam PMKS dan penanaman mindset
berupa pemahaman dan motivasi dalam menangani permasalahan
sosial masyarakat dengan cara bekerjasama dengan Dinas Sosial
Kabupaten Lahat selaku penyelenggara kegiatan inovasi.”
105

Selain pelaksanaan sosialisasi dengan mengundang masyarakat dan

perangkat desa yang memiliki pengaruh penting terhadap keberhasilan

inovasi, tim inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat juga menyebarluaskan

Inovasi melalui media cetak yaitu brosur yang disebarkan dan dibagikan

secara langsung kepada masyarakat tempat pelasanaan inovasi

berlangsung. Adapun brosur Inovasi POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial

Kabupaten Lahat sebagai berikut.

Gambar 4.1.

Brosur Inovasi POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial Kabupaten Lahat


106

Brosur Inovasi POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial Kabupaten Lahat

ini merupakan brosur yang dibagikan langsung kepada masyarakat

Kabupaten Lahat yang mengalami masalah sosial atau Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS). Brosur ini berupa kuisioner data masyarakat

yang terdiri atas Nama PMKS/PPKS, Jenis Kelamin, Umur, Status Dalam

Keluarga, Alamat, dan Nomor PMKS/PPKS (diisi oleh panitia tim inovasi

Dinas Sosial Kabupaten Lahat). Masyarakat yang telah menerima dan

mengisi identitas diri pada brosur ini dapat melampirkan brosur ini kepada

Pos Konsultasi terdekat pada desa/kecamatan kemudian tim inovasi Dinas

Sosial akan memberikan bimbingan berupa konseling kemudian hasil

konseling akan menjadi saran bagi masyarakat yang mengalami

permasalahan sosial untuk di proses lebih lanjut.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan inovasi telah disebarluaskan dan disosialisasikan kepada

masyarakat Kabupaten Lahat baik secara paparan langsung ataupun melalui

media cetak/brosur.
107
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Penerapan Inovasi Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah

Sosial (POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara menunjukkan hasil

yang positif. Hal ini ditandai dengan adanya dukungan dari Kepala

Dinas Sosial Kabupaten Lahat sebagai Stakeholder, inisiatif Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dalam

menerapkan inovasi. Kemudian partisipasi masyarakat secara aktif

dan antusias dalam menyambut inovasi ditandai dengan

meningkatnya angka partisipasi masyarakat, penurunan angka

penerima bantuan sosial kepada masyarakat dan peningkatan

relawan/donatur yang memberikan sumbangsih langsung dalam

mendukung pelaksanaan inovasi. Namun, terdapat beberapa

kekurangan dalam penerapan inovasi seperti, terbatasnya anggaran

dan kurangnya kerjasama antar OPD/Lembaga lainnya. Sehingga

Alumni Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur

Sipil Negara memberikan solusi berupa penanaman mindset dan nilai

106
107

kesetiakawanan sosial pada masyarakat sehingga penekanan

terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dapat terus

berlanjut.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bab

sebelumnya yang diperoleh melalui hasil wawancara dan observasi secara

langsung, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat

dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut untuk melihat inovasi-

inovasi yang akan bertambah terus sesuai dengan perkembangan

kondisi sosial masyarakat.

2. Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil penelitian dapat

menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial dan kesetiakawanan sosial guna mengurangi

permasalahan kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Bagi Lembaga

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

kerjasama antar Organisasi Perangkat Daerah yang berkelanjutan

dalam mengurangi angka permasalahan kesejahteraan sosial pada


108

masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-Buku

Hadi Prabowo, Dadang Suwanda. 2022. Inovasi Pelayanan Pada Organisasi


Publik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hardani, dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Kalangan:
CV. Pustaka Ilmu.
Nawawi, Hadari. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Nurdin, Ismail. 2020. Manajemen Strategis Sektor Publik. Pasuruan: CV.


Penerbit Qiara Media.
Prabowo, Hadi.dkk. 2022. Inovasi Pelayanan Pada Organisasi
Publik.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Simangunsong, Fernandes. 2017. Metodologi Penelitian Pemerintahan.


Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RB. Bandung:
Alfabeta.
Syafri, Wirman. 2014. Manajemen Suber Daya Manusia Dalam Organisasi
Publik. Jatinangor: IPDN PRESS.
Tersiana, A. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

2. Penelitian-Penelitian

Abdullah, M. (2018). Pola Pengembangan Kompetensi Kepemimpinan Bagi


Aparatur Pemerintah dalam Menghadapi Tantangan Global (Studi
Kasus Pada Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Di
KESDM). Jurnal Wacana Kinerja: Kajian Praktis-Akademis Kinerja Dan
Administrasi Pelayanan Publik, 21(1).
Arifin, Z. (2019). Efektifitas Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan (Diklatpim) IV Pada Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur (BKPSDA)
Kabupaten Sinjai. Jurnal Ilmiah Administrasita', 10(2), 106-119.

xii
Dilengan, Sunaryo. 2022. Strategi Pengembangan Kompetensi Pegawai
Negeri Sipil. Skripsi pada program studi manajemen sumber daya
manusia sektor publik.
Ibrahim, I. (2018). The Effect of New Pattern of Level IV Leadership Training
and Education Policy Implementation on Leadership Competence of
Supervisory Officials in Gorontalo Provincial Government. Jurnal
Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, 8(2), 165-172.
Moeheriono, M. (2004). Dampak Pendidikan dan Pelatihan Diklatpim
IV/ADUM (Administrasi Umum) terhadap Kinerja Pegawai Dinas
Perindustrian dan Perdagangan di Provinsi Jawa Timur. Widya Journal
of Management and Accounting, 4(1).
Muktar, Imam Khoirul. 2019. "Proses Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV." Studi pada Bidang Pengembangan
Kompetensi dan Fasilitasi Profesi Badan Kepegawaian Daerah Kota
Malang.
Murdiastuti, H., Suhariadi, F., & Sugiarti, D. R. (2021). Perilaku Inovatif
Aparatur Sipil Negara: Sebuah Studi Pustaka Perilaku Inovatif Aparatur
Sipil Negara : Sebuah Studi Pustaka The Innovative Behavior Of State
Civil Apparatus : A Literature Review.

Putri, Lusy Riadina. Inovasi Pelayanan Publik Melalui Aplikasi Smart Campus
Database (SDDB) Di Kampus Institut Pemerintahan Dalam
Negeri. Jurnal Teknologi dan Komunikasi Pemerintahan, 2021, 3.2: 1-
15.
Ramadhany, Ridha. 2018. "Evaluasi Penyelenggaraan Diklatpim Tk.IV Pola
Baru Pada Pusat Kajian Pendidikan Dan Pelatihan Aparatur (PKP2A)
II LAN Makassar." Skripsi Pada Program Studi Ilmu Administrasi
Publik Konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia.
Tarigan, R., & Sadad, A. Analisis Inovasi Pelayanan Pegawai menggunakan
Aplikasi Sistem Elektronik Layanan ASN dan Informasi Satu Pintu
(SELAIS) Dikantor Regional XII Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, 8(2), 1-14

3. Peraturan Perundang-Undangan

Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

xiii
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 38 Tahun 2017 Tentang Standar Kompetensi Jabatan
Aparatur Sipil Negara
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2019 Tentang
Pelatihan Kepemimpinan Pengawas
Peraturan Bupati Lahat Nomor 49 Tahun 2021 Tentang Nomenklatur
Susunan Organisasi , dan Uraian Tugas dan Fungsi Di Lingkungan
Dinas Sosial Kabupaten Lahat

xiv
LAMPIRAN

Lampiran I

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara ini dilakukan guna mendapatkan informasi terkait

penerapan inovasi Pos Konsultasi Terpadu Penanganan Masalah Sosial

(POSKONSD PAMSOS) oleh Alumni Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara pada Dinas Sosial

Kabupaten Lahat. Didalam wawancara ini terdapat beberapa pertanyaan

yang diajukan kepada beberapa informan dalam rangka mendapatkan

informasi penting dan valid sebagai data pendukung skripsi yaitu Alumni

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Aparatur Sipil Negara

pada Dinas Sosial Kabupaten Lahat. Adapun data informan dalam pedoman

wawancara ini pada tabel sebagai berikut.

xv
INFORMAN
NO KODE
NAMA JABATAN
1 2 3 4
Kepala Dinas Sosial
1 Ekman Mulyadi, S.Sos I1
Kabupaten Lahat
Penyuluh Sosial Madya
2 Saifudin, SE Dinas Sosial Kabupaten I2
Lahat/Pembina
Sekretaris Dinas Sosial
3 H. Budi Utama, S.IP 13
Kabupaten Lahat
Analis Kebijakan Dinas
4 Ahmad Hasdi, SE I4
Sosial Kabupaten Lahat
Penyuluh Sosial Dinas
5 H. Mulus Akbar, S.Ag, MM I5
Sosial Kabupaten Lahat
6 Wendy Eko Rialto, S.Kom,MM Kasubbag Program dan Data I6

xvi
KONSEP DIMENSI INDIKATOR PERTANYAAN INFOMAN
1 2 3 4 5
1. Bagaimana proses
identifikasi masalah
sebelum inovasi
1. Identifikasi
diterapkan ? I2, I3, I4
Masalah
2. Mengapa inovasi
penting untuk
dilakukan ?
1. Bagaimana
pengaruh proposal
2. Membuat I1, I2
terhadap
Proposal
keberhasilan
penerapan inovasi ?
1. Apakah inovasi telah
dilaksanakan?
2. Bagaimana
I1, I2
3. Melaksanakan pelaksanaan
Inovasi inovasi?
3. Bagaimana hasil
Teori inovasi selama pelaksanaan
dengan inovasi?
Inovasi
metode The 1. Bagaimana evaluasi
Diselenggaraka
Public selama inovasi
n Oleh
Innovation dilaksanakan?
Organisasi
Lifecycle
Pengelola 2. Kekurangan apa
(OECD,2020
) yang didapatkan
4. Evaluasi Inovasi selama pelaksanaan I4,I5, I6
inovasi ?
3. Bagaimana cara
mengatasi
kekurangan selama
penerapan inovasi?
1. Apakah inovasi telah
disebarluaskan
kepada
masyarakat ?
2. Bagaimana
5. Menyebarluaska penyebarluasan
I2,I5
n Inovasi inovasi dilakukan?
3. Bagaimana respon
masyarakat
terhadap inovasi
yang
disebarluaskan?

NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR PERTANY


1 2 3 4 5

xvii
1. Bagaimana proses identifik
1. Identifikasi Masalah sebelum inovasi diterapkan ?
2. Mengapa inovasi penting u
1. Bagaimana pengaruh prop
2. Membuat Proposal
keberhasilan penerapan inov
Teori inovasi 1. Apakah inovasi telah dilaks
dengan 3. Melaksanakan Inovasi 2. Bagaimana pelaksanaan in
metode The Inovasi 3. Bagaimana hasil selama p
Public Diselenggarakan 1. Bagaimana evaluasi selam
Innovation Oleh Organisasi 2. Kekurangan apa yang dida
Lifecycle Pengelola
4. Evaluasi Inovasi pelaksanaan inovasi ?
(OECD,2020
) 3. Bagaimana cara mengatas
penerapan inovasi?
1. Apakah inovasi telah diseb
masyarakat ?
5. Menyebarluaskan Inovasi 2. Bagaimana penyebarluasa
3. Bagaimana respon masyar
inovasi yang disebarluaskan?

DAFTAR WAWANCARA

A. Narasumber 1

Nama : Ekman Mulyadi, S.Sos


Jabatan : Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lahat
Tanggal : 11 Januari 2023

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pengaruh proposal Proposal yang dirancang dan diajukan oleh
terhadap keberhasilan tim inovasi Dinas Sosial Kabupaten Lahat
penerapan inovasi ? kepada Kepala Dinas Sosial kabupaten
Lahat berisi program yang baik dalam
menekan angka PMKS pada Kabupaten
Lahat, sehingga Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Lahat sangat mendukung
keberhasilan berjalannya program tersebut
yang melibatkan masyarakat secara
langsung dalam membuat aksi perubahan
pada daerahnya
2 Apakah inovasi telah Inovasi telah dilaksanakan selama kurang

xviii
dilaksanakan? lebih 2 tahun hingga sekarang dengan
membawa perubahan terutama pada
kondisi sosial masyarakat dan
meningkatnya jiwa kesetiakawanan sosial
sehingga dengan berjalannya inovasi ini
peran serta masyarakat semakin
meningkat
3 Bagaimana pelaksanaan Pelaksanaan inovasi telah memberikan
inovasi? perubahan yang baik dalam mengatasi
permasalahan sosial namun peningkatan
program inovasi juga diperlukan agar tidak
hanya sebagian permasalahan dapat
ditangani namun semua permasalahan
dapat dituntaskan bersama
4 Bagaimana hasil selama Hasil inovasi menjadi indikator utama
pelaksanaan inovasi? dalam menghasilkan perubahan-
perubahan yang lebih baik untuk mencapai
kondisi masyarakat yang makmur dan
sejahtera

B. Narasumber 2

Nama : Saifudin, SE
Jabatan : Penyuluh Sosial Madya Dinas Sosial Kabupaten Lahat/Pembina
Tanggal : 13 Januari 2023

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana proses identifikasi Dalam mengidentifikasi masalah yang
masalah sebelum inovasi terjadi pada Kabupaten Lahat kami
diterapkan ? sebagai tim inovasi melihat fenomena
yang dominan terjadi dan segera butuh
penanganan yang tepat sehingga
penyelesaian PMKS pada Kabupaten
Lahat menjadi masalah utama yang
harus dituntaskan pada masyarakat
Kabupaten Lahar sehingga terbentuklah
inovasi POSKONSD PAMSOS yang
diselenggarakan oleh tim inovasi

xix
Diklatpim IV pada Dinas Sosial
Kabupaten Lahat
2 Mengapa inovasi penting untuk Inovasi POSKONSD PAMSOS ini penting
dilakukan ? dilakukan sebagai upaya Dinas Sosial
Kabupaten Lahat dalam mengatasi
PMKS di Kabupaten Lahat yang masih
marak terjadi dan butuh penanganan
yang lebih intensif
3 Bagaimana pengaruh proposal Penyusunan proposal yang baik memiliki
terhadap keberhasilan dampak yang besar terhadap
penerapan inovasi ? keberhasilan program inovasi yang akan
dijalankan
4 Apakah inovasi telah Inovasi telah dilaksanakan selama
dilaksanakan? kurang lebih dua tahun hingga sekarang
5 Bagaimana pelaksanaan Inovasi telah dilaksanakan dengan hasil
inovasi? yang baik berupa pengurangan angka
kemiskinan, angka pengangguran dan
meningkatnya jiwa sosial masyarakat
6 Bagaimana hasil selama Hasil pelaksanan berupa meningkatnya
pelaksanaan inovasi? partisipasi masyarakat dan berkurangnya
permasalahan kesejahteraan sosial
masyarakat
7 Apakah inovasi telah Inovasi telah disebarluaskan melalui
disebarluaskan kepada sosialisasi, penyebaran brosur and media
masyarakat ? cetak lainnya
8 Bagaimana penyebarluasan Penyebarluasan dilakukan dengan cara
inovasi dilakukan? mengajak dan memberikan pemahaman
langsung kepada masyarakat
9 Bagaimana respon masyarakat Masyarakat memberikan respon yang
terhadap inovasi yang positif dan menerima dengan penuh
disebarluaskan? antusias

C. Narasumber 3

Nama : H. Budi Utama, S.IP


Jabatan : Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Lahat
Tanggal : 15 Januari 2023

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana proses identifikasi Proses identifikasi masalah dilakukan
masalah sebelum inovasi dengan cara bertukar pendapat dan
diterapkan ? saling memberikan aspirasi positif yang
bertujuan untuk menekankan angka
PMKS pada Kabupaten Lahat

xx
2 Mengapa inovasi penting untuk Inovasi ini dilakukan sebagai langkah
dilakukan ? Dinas Sosial dan tim Inovasi Diklatpim IV
khususnya dalam memberikan kontribusi
penuh terhadap perubahan masyarakat
menuju masyarakat yang makmur dan
sejahtera

D. Narasumber 4

Nama : Ahmad Hasdi, SE


Jabatan : Analis Kebijakan Dinas Sosial Kabupaten Lahat
Tanggal : 15 Januari 2023

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana proses identifikasi Identifikasi masalah sebelum
masalah sebelum inovasi diterapkannya inovasi ini membutuhkan
diterapkan ? pertimbangan yang matang sehingga
banyak hal yang harus diperhitungkan dari
segi kondisi ekonomi, sosial dan budaya
masyarakat pada Kabupaten Lahat dan
faktor penghalang utama adalah pola pikir
masyarakat yang rendah sehingga
diperlukan penanaman mindset berupa
konseling agar permasalahan utama yang
dibahas yaitu PMKS dapat teratasi dengan
mudah
2 Mengapa inovasi penting untuk Inovasi penting dilakukan mengingat
dilakukan ? jumlah permasalahan sosial masyarakat
Kabupaten Lahat yang semakin meningkat
setiap tahunnya sehingga butuhnya
perubahan dari Dinas Sosial khususnya
sebagai lembaga yang menangani
masalah sosial
3 Bagaimana evaluasi selama Selama pelaksanaan inovasi mendapatkan
inovasi dilaksanakan? hasil yang positif terhadap perubahan
4 Kekurangan apa yang Selama pelaksanaan inovasi terdapat
didapatkan selama beberapa kekurangan yaitu berupa
pelaksanaan inovasi ? kurangnya anggaran yang memadai untuk
memperluas jangkauan inovasi dalam
penyelesaian masalah sosial masyarakat
sehingga hanya beberapa jenis PMKS
yang dapat ditangani serta kurangnya
kerjasama antar OPD/lembaga dan pihak
ketiga dalam pelaksanaan program inovasi

xxi
5 Bagaimana cara mengatasi Dalam mengatasi kekurangan tersebut tim
kekurangan selama penerapan inovasi selalu berupaya untuk mencari
inovasi? sponsor/lembaga yang membantu Dinas
Sosial untuk bekerjasama dalam
penanganan PMKS dan mengajak serta
masyarakat untuk aktif dalam pelaksanaan
program inovasi

E. Narasumber 5

Nama : H. Mulus Akbar, S.Ag, MM


Jabatan : Penyuluh Sosial Dinas Sosial Kabupaten Lahat
Tanggal : 17 Januari 2023

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana evaluasi selama Selama pelaksanaan inovasi tim inovasi
inovasi dilaksanakan? Dinas Sosial Kabupaten Lahat selalu
berbenah terhadap kekurangan selama
pelaksanaan seperti kurangnya anggaran
yang tersedia, sarana dan prasarana yang
masih minim, serta kerjasama yang harus
ditingkatkan kembali agar efektifitas dan
manfaat inovasi dapat dirasakan oleh
masyarakat banyak
2 Kekurangan apa yang Kekurangan selama pelaksanaan inovasi
didapatkan selama yaitu berupa kurangnya kerjasama antar OPD
pelaksanaan inovasi ? dan pihak ketiga/swasta, anggaran yang
terbatas sehingga pelaksanaan sempat
terhambat selama 3 bulan
3 Bagaimana cara mengatasi Adapun cara mengatasi kekurangan tersebut
kekurangan selama yaitu tim inovasi mengajukan proposal
penerapan inovasi? kepada lembaga yang membantu
pelaksanaan inovasi serta melalukan
sosialisasi berupa pentingnya dalam
meningkatkan kepedulian antar sesama
masyarakat
4 Apakah inovasi telah Inovasi telah disebarluaskan kepada seluruh
disebarluaskan kepada masyarakat di Kabupaten Lahat
masyarakat ?
5 Bagaimana penyebarluasan Penyebarluasan inovasi dilakukan dengan
inovasi dilakukan? cara sosialisasi langsung kepada masyarakat,
melalui media cetak/brosur yang
disebarluaskan kepada seluruh masyarakat di

xxii
Kabupaten Lahat
6 Bagaimana respon Masyarakat merespon baik inovasi yang
masyarakat terhadap ditandai dengan banyaknya peran serta
inovasi yang masyarakat yang aktif dalam keberhasilan
disebarluaskan? inovasi ini

F. Narasumber 6

Nama : Wendi Eko Rialto, S.Kom, MM


Jabatan : Kasubbag Program dan Data
Tanggal : 17 Januari 2023

No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana evaluasi selama Tim inovasi melalukan beberapa evaluasi
inovasi dilaksanakan? yang diantaranya adalah program
POSKONSD PAMSOS ini membuutuhkan
lebih banyak dukungan langsung secara
anggaran dan operasional sehingga
jangkauan atas manfaat dari program
inovasi dapat dirasakan sepenuhnya oleh
masyarakat
2 Kekurangan apa yang Selama pelaksanaan inovasi tentunya
didapatkan selama terdapat kekurangan yang tidak adpat
pelaksanaan inovasi ? hindari seperti kurangnya anggaran untuk
pengembangan inovasi sehingga inovasi
dapat memberikan banyak manfaat bagi
masyarakat. Kemudian kerjasama dengan
Lembaga/OPD pada Pemerintah Kabupaten
Lahat masih kurang sehingga diharapkan
kedepannya dapat lebih ditingkatkan
kembali
3 Adapun cara mengatasi kekurangan dalam
pelaksanaan ini adalah dengan
mempromosikan kembali program inovasi
Bagaimana cara mengatasi
serta manfaat dan kinerja selama
kekurangan selama
penerapan inovasi sehingga banyak
penerapan inovasi?
lembaga dan masyarakat yang tertarik untuk
memberikan bantuan berupa sumbangsih
secara langsung maupun tidak langsung.

xxiii
Lampiran II

NO KEGIATAN

xxiv
1.

Wawancara bersama Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lahat


selaku pelindung dalam pelaksanaan Program Inovasi
POSKONSD PAMSOS
2.

Wawancara bersama Pembina sekaligus penyuluh sosial madya


tim Inovasi POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial Kabupaten Lahat

xxv
3.

Wawancara bersama Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Lahat

selaku Ketua Pelaksana Tim Inovasi POSKONSD PAMSOS

4.

Wawancara bersama Staf Program dan Data Tim Inovasi


POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial Kabupaten Lahat.

xxvi
5.

Pelaksanaan monitoring dan sosialisasi Program Inovasi

POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial Kabupaten Lahat oleh

anggota tim Inovasi sekaligus Penyuluh Sosial Madya Dinas

Sosial Kabupaten Lahat

xxvii
6.

Anggota Tim Inovasi POSKONSD PAMSOS Dinas Sosial

Kabupaten Lahat bersama masyarakat desa Sukamerindu

Kabupaten Lahat

Lampiran III

xxviii
xxix
xxx
xxxi
xxxii

Anda mungkin juga menyukai