Anda di halaman 1dari 126

EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU JAKARTA

PINTAR (KJP) DAN MANFAATNYA DALAM


MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
DI SDN BINTARO 08 PAGI
JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu


Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Tari Juniar
11160541000073

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tari Juniar


NIM : 11160541000073

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul


EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR
(KJP) DAN MANFAATNYA DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL DI SDN BINTARO 08 PAGI
JAKARTA SELATAN adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan
karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.
Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini
sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang
lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 4 Juni 2020

Tari Juniar
NIM. 11160541000073
EFEKTIVITAS PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP)
DAN MANFAATNYA DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL DI SDN BINTARO 08 PAGI
JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Tari Juniar
NIM. 11160541000073

Pembimbing

Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D.


NIP. 197103301998031004

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
ABSTRACT

Tari Juniar, NIM 11160541000073, The Effectiveness of the


Jakarta Smart Card Program (KJP) and Its Benefits in
Increasing Social Welfare in SDN Bintaro 08 Pagi South
Jakarta.
On the basis of weaknesses in development choices that are
dominated by economic growth models, awareness arises to
implement social development approaches that emphasize the
importance of improving the quality of human life, especially in
marginal groups that have not felt a part of the results of
economic growth. For this reason, the government is rolling out
the Jakarta Smart Card (KJP) program in an effort to encourage
people to have less access to education. The purpose of this study
was to find out how effective the KJP program was rolled out and
its benefits in improving social welfare at SDN Bintaro 08 Pagi
South Jakarta.
This study uses a quantitative approach to 65 research
respondents using nonprobability sampling techniques with the
type of purposive sampling. In testing the validity and reliability
of using IBM SPSS v.20 software. As for the presentation of data,
descriptive tests, and correlation tests using Microsoft Excel. The
results show that KJP has run effectively and provides benefits in
improving students' social welfare and the relationship both of
them is positive with a moderate category.
Keywords: Effectiveness, Jakarta Smart Card (KJP), Social
Welfare.

i
ABSTRAK

Tari Juniar, NIM 11160541000073, Efektivitas Program


Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Manfaatnya dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial di SDN Bintaro 08 Pagi
Jakarta Selatan.
Atas dasar kelemahan terhadap pilihan pembangunan yang
didominasi dengan model pertumbuhan ekonomi, timbul
kesadaran untuk mengimplemetasikan pendekatan pembangunan
sosial yang menekankan pada pentingnya peningkatan kualitas
hidup manusia, terutama pada kelompok masyarakat marginal
yang selama ini tidak merasakan bagian dari hasil pertumbuhan
ekonomi. Untuk itu, pemerintah menggulirkan program Kartu
Jakarta Pintar (KJP) dalam upaya mendorong masyarakat kurang
mempu memperoleh akses pendidikan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas program KJP
yang digulirkan tersebut dan manfaatnya dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial di SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta Selatan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 65
responden penelitian dengan menggunakan teknik nonprobability
sampling dengan jenis purposive sampling. Dalam pengujian
validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan software IBM
SPSS v.20. Sedangkan untuk penyajian data, uji deskriptif, dan uji
korelasi menggunakan bantuan Microsoft Excel. Hasilnya
menunjukan bahwa KJP telah berjalan dengan efektif dan
memberikan manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
siswa dan hubungan di antara keduanya bernilai positif dengan
kategori cukup.
Kata kunci: Efektivitas, Kartu Jakarta Pintar (KJP),
Kesejahteraan Sosial.

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin. Segala puji dan syukur atas


kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rizki dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi
dengan baik dan lancar di tengah wabah pandemi Corona. Skripsi
yang berjudul “Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar (KJP)
dan Manfaatnya dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial di
SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta Selatan” ini dibuat untuk diajukan
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos)
di Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa untuk sampai ke tahap ini terdapat
banyak pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan
pelajaran dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Bapak Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi sekaligus Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membimbing saya dalam memberikan saran dan motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Ibu Dr. Siti Napsiyah, MSW. selaku Wakil Dekan bidang
Akademik, Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku Wakil
Dekan bidang Administrasi Umum, dan Bapak Drs. Cecep

iii
Castrawijaya, MA. selaku Wakil Dekan bidang
Kemahasiswaan.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si. selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial dan Ibu Nunung Khoriyah, M.Ag.
selaku sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial, dan
seluruh jajaran dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pelajaran
berharga sebagai bekal di masa mendatang dari awal
perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini. Serta
seluruh pegawai Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang secara langsung dan tidak langsung telah
membantu penulis selama perkuliahan.
4. Ibu Jumiati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Bintaro 08 Pagi dan Ibu Esih Kurnaesih, S.Pd. selaku
Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bintaro 09 Pagi beserta
jajarannya yang telah memberikan izin dan membantu
jalannya proses penelitian.
5. Bapak Arbaih dan Ibu Maryati selaku kedua orang tua yang
telah membesarkan dan mendidik saya. Juga Senza Arsendy
selaku abang saya yang telah memberikan dukungan dan
motivasi sejak saya kecil. Serta keluarga besar saya yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
6. Nurleni Widiyanti dan Ayune Aurora selaku sahabat saya
yang telah memberikan dukungan dan semangat.
7. Tias Dewi Septiani, Rahmawati, Ghina Nadhifah, Dea
Defrilia, Maulida Farhani, Shifa Mutia, dan Luciana Dewita

iv
selaku teman seperjuangan atas segala kebaikan,
kebersamaan, dan dukungan yang diberikan selama
perkuliahan hingga ke depannya kelak.
8. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 atas kerja
sama dan kontribusinya selama perkuliahan.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung jalannya
perkuliahan hingga selesainya skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dan keterbatasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf dengan segala kerendahan hati dan sangat
menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti selanjutnya. Terima kasih.

Jakarta, 4 Juni 2020

Tari Juniar

v
DAFTAR ISI

ABSTRACT ................................................................................. i
ABSTRAK .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. ix
BAB I: PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ........................................................ 1

1. 2 Pembatasan Masalah ............................................... 8

1. 3 Rumusan Masalah .................................................... 9

1. 4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 9

1. 5 Tinjauan Kajian Terdahulu ................................... 10

1. 6 Sistematika Penulisan ........................................... 15

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA


2. 1 Landasan Teori ...................................................... 17

1. Teori Efektivitas ............................................... 17

2. Kartu Jakarta Pintar (KJP) ................................ 22

3. Benefit Incidence Analysis (BIA) ..................... 32

4. Teori Kesejahteraan Sosial ................................ 36

2. 2 Kerangka Pemikiran .............................................. 43

vi
BAB III: METODE PENELITIAN
3. 1 Populasi dan Sampel ............................................. 45

3. 2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................... 46

3. 3 Sumber Data .......................................................... 46

3. 4 Instrumen Penelitian ............................................. 47

3. 5 Teknik Pengumpulan Data .................................... 49

3. 6 Teknik Pengolahan Data ....................................... 52

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4. 1 Temuan Hasil Penelitian ....................................... 55

A. Profil Keluarga Penerima KJP ......................... 55

B. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................... 63

C. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data ........ 66

D. Tingkat Capaian Responden (TCR) ................. 70

E. Nilai Korelasi ................................................... 72

4. 2 Pembahasan ........................................................... 74

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN


5. 1 Kesimpulan ........................................................... 76

5. 2 Saran ..................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 80

LAMPIRAN .............................................................................. 85

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Jumlah Penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) .............. 6


Tabel 2. 1 Besaran Dana Penerima KJP ..................................... 29
Tabel 2. 2 Daftar Jenis Toko dan Macam Barang untuk Pengguna
KJP ............................................................................ 30
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Efektivitas
KJP ............................................................................ 48
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Manfaat KJP
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial ............... 49
Tabel 3. 3 Klasifikasi TCR ........................................................ 53
Tabel 3. 4 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ............... 54
Tabel 4. 1 Hasil Uji Validitas ..................................................... 64
Tabel 4. 2 Hasil Uji Reabilitas ................................................... 65
Tabel 4. 3 Hasil Uji Deskriptif ................................................... 66
Tabel 4. 4 Hasil Uji Korelasi Efektivitas KJP dan Kesejahteraan
Sosial ......................................................................... 72

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Efektifitas Program


Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Manfaatnya dlam
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial ........................... 44
Gambar 4. 1 Diagram Orang Tua Menurut Usia ....................... 57
Gambar 4. 2 Diagram Orang Tua Menurut Pendidikan
Terakhir .................................................................... 58
Gambar 4. 3 Diagram Orang Tua Menurut Pekerjaan ................ 59
Gambar 4. 4 Diagram Orang Tua Menurut Penghasilan ........... 60
Gambar 4. 5 Diagram Anak Menurut Jenis Kelamin ................. 61
Gambar 4. 6 Diagram Anak Menurut Usia ................................ 62
Gambar 4. 7 Diagram Anak Menurut Kelas .............................. 62
Gambar 4. 8 Diagram Anak Menurut Jangka Waktu Menerima
KJP ........................................................................ 63
Gambar 4. 9 Diagram Mean Efektivitas KJP ............................. 67
Gambar 4. 10 Diagram Mean Kesejahteraan Sosial .................. 68
Gambar 4. 11 Diagram Tingkat Capaian Responden (TCR)
Efektivitas KJP ...................................................... 70
Gambar 4. 12 Diagram Tingkat Capaian Responden (TCR)
Kesejahteraan Siswa ............................................. 71
Gambar 4. 13 Diagram Pencar Korelasi Antara Efektivitas KJP
dan Manfaatnya dalam Kesejahteraan Sosial ....... 72

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019,
menunjukan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia
mencapai 9,41% atau sekitar 25,14 juta orang
(www.bps.go.id). Sementara tingkat Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)1 tahun 2018 mencapai 71,39. Angka
kemiskinan ini menurun 0,25% dari tahun 2018. Sedangkan
IPM meningkat sebesar 0,82% dari tahun 2017.
Berbagai usaha-usaha sudah dan sedang dilakukan oleh
pemerintah untuk terus melakukan penekanan angka
kemiskinan dan peningkatan angka IPM di Indonesia, salah
satunya adalah meningkatkan pembangunan sosial untuk
mengimbangi pembangunan ekonomi. Pembangunan
ekonomi adalah pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi, meliputi produksi,
distribusi, hingga konsumsi. Pembangunan ekonomi saja
tanpa melibatkan pembangunan sosial berpotensi
menyebabkan ketimpangan karena pertumbuhan ekonomi
akhirnya hanya dinikmati oleh sebagian orang.
Atas dasar kelemahan terhadap pilihan pembangunan
yang didominasi dengan model pertumbuhan ekonomi,

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah ukuran ringkasan pencapaian


rata-rata dalam dimensi utama pembangunan manusia: kesehatan dan
harapan hidup, pendidikan dan standar hidup yang layak (undp.org).

1
2

timbul kesadaran untuk mengimplemetasikan pendekatan


pembangunan sosial yang menekankan pada pentingnya
peningkatan kualitas hidup manusia, terutama pada kelompok
masyarakat marginal yang selama ini tidak merasakan bagian
dari hasil pertumbuhan ekonomi. Berbeda dengan
pembangunan ekonomi, pembangunan sosial memiliki
lingkup yang luas, menyentuh hampir seluruh aspek
kehidupan masyarakat berupa program terencana,
terorganisasi, dan terpadu dalam bentuk pemberian
pelayanan, upaya perwujudan nilai-nilai kemanusiaan serta
pemberdayaan individu, kelompok, dan masyarakat. Guna
melakukan hal tersebut diperlukan bentuk intervensi sosial
dan pelayanan sosial yang terencana dan terarah.
Midgley (2005: 18) memandang pembangunan sosial
sebagai upaya pendekatan dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan sosial bekerja dengan cara
memadukan proses ekonomi dan sosial. Di dalam proses
pembangunan, pembangunan sosial akan gagal apabila tidak
didorong oleh pembangunan ekonomi dan pembangunan
ekonomi tanpa adanya dorongan pembangunan sosial yang
berupaya meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat
secara menyeluruh akan mengalami kegagalan juga.
Ketidakseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial
akan memunculkan distrorsi. Distorsi adalah keadaan dimana
pembangunan ekonomi tidak atau kurang berpengaruh pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3

Untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan


pembangunan sosial, pemerintah Indonesia membuat sistem
jaminan sosial. Melalui Undang-Undang Nomor 4 tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional negara
bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan sosial didefinisikan
sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa
kesejahteraan sosial merupakan tatanan masyarakat, di mana
tatanan masyarakat tersebut mencakup keseluruhan aspek
kehidupan.
Untuk menjamin keseluruhan aspek kehidupan
masyarakat diperlukan usaha-usaha struktural yang mampu
menjamin kehidupan masyarakat secara lebih jauh, salah
satunya adalah melalui pendidikan. Sebagaimana disabdakan
Rasulullah SAW. yang berbunyi,

Artinya: “Barangsiapa yang menghendaki kebaikan


di dunia maka dengan ilmu. Barangsiapa yang
menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu.
Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka
4

dengan ilmu” (HR. Bukhari dan Muslim)


(Hasbiyallah dan Sulhan, 2013).
Dengan demikian apabila seseorang ingin memperoleh
kebahagiaan dan kebaikan di dunia maupun akhirat, maka
kuncinya adalah dengan berilmu. Islam dalam ajarannya
mengajak umatnya agar berilmu, sebab ilmu dapat menuntun
umatnya menuju tujuan hidup. Hal ini sejalan juga dengan
firman Allah SWT. dalam Al Qur’an surat Al Mujadalah ayat
11 yang berbunyi,

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang


beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan” (Al-Qur’an dan Terjemahan,
2012: 542).
Melalui firmannya tersebut Allah SWT. berpesan kepada
seluruh umatnya untuk berilmu, sebab dengan ilmu setiap
orang akan mampu mengangkat derajat diri dan keluarganya.
Meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan berarti
mendorong keseluruhan aspeknya. Mempermudah setiap
orang memperoleh ilmu dengan memberikan dorongan akses
pendidikan. Seperti salah satunya negara yang memiliki janji
kemerdekaan “mencerdaskan kehidupan bangsa” dapat
diartikan bahwa setiap warga negara berkewajiban
memberikan pengajaran dan memiliki hak memperoleh
pengajaran.
5

Sejak tahun 1994 pemerintah Indonesia mulai


mencanangkan program wajib belajar sebagai bentuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kemudian terus
belanjut pada tahun 1998 menjadi wajib belajar 9 tahun.
Hingga pada tahun 2005 menjadi wajib belajar 12 tahun.
Dalam mendukung program nasional wajib belajar 12 tahun,
pemerintah DKI Jakarta mengembangkan sistem jaminan
sosial Kartu Jakarta Pintar (KJP). Kartu Jakarta Pintar (KJP)
atau yang sekarang dikenal dengan Kartu Jakarta Pintar
(KJP) Plus adalah program strategis yang dibuat untuk
mendorong masyarakat kurang mampu dalam memperoleh
akses pendidikan. Dengan dibiayai penuh oleh APBD DKI
Jakarta program ini berlaku pada jenjang pendidikan Sekolah
Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Data Kemendikbud menunjukan bahwa Angka
Partisipasi Kasar (APK)2 di Jakarta masih bersifat fluktuatif.
Partisipasi tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi
keluarga. Dengan adanya Kartu Jakarta Pintar (KJP),
diharapkan pemerintah mampu meningkatkan angka
partisipasi sekolah, terutama untuk anak yang berasal dari
keluarga menegah-bawah. Untuk jangka panjang, melalui

2. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan persentase jumlah penduduk


yang sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan (berapapun usianya)
terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang sesuai dengan jenjang
pendidikan tersebut. APK menunjukan partisipasi penduduk yang sedang
mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK
digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan yang
diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk
untuk mengenyam pendidikan (statistik.jakarta.go.id).
6

program ini pemerintah DKI Jakarta berupaya meningkatkan


kualitas masyarakat dalam usaha penekanan jumlah
masyarakat miskin dan peningkatan IPM di Jakarta.
Dikenalkan sejak tahun 2012, Kartu Jakarta Pintar (KJP)
sudah memberikan manfaat ke banyak anak. Pada tahap 1
tahun 2019, penerima KJP ada sebanyak 860.397 siswa
(kjp.jakarta.go.id). Jumlah ini terdiri dari enam kota di
Jakarta seperti dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. 1 Jumlah Penerima Kartu Jakarta Pintar
(KJP)
Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah
Penerima Sekolah
Jakarta Barat 201.029 1.097
Jakarta Pusat 94.156 497
Jakarta Selatan 166.949 1.030
Jakarta Timur 239.420 1.395
Jakarta Utara 154.420 679
Kepulauan Seribu 4.423 26
Total 860.397 4.724
Sumber: kjp.jakarta.go.id
Hasil Survey Ekonomi Indonesia yang dilakukan
Organization for Economic Coorperation and Development
(OECD), menyebutkan bahwa Program Kartu Jakarta Pintar
(KJP) dapat membantu mengurangi angka kemiskinan
(oecd.org). Studi yang dilakukan Anisah dan Soesilowati juga
mengungkapkan bahwa Program Kartu Jakarta Pintar (KJP)
pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri
7

(SMAN) di Jakarta Selatan terbilang cukup efektif. Temuan


ini memberikan kesimpulan sementara bahwa Program Kartu
Jakarta Pintar (KJP) dianggap cukup berkontribusi
meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin dengan
meningkatkan partisipasi anak ke sekolah.
Sayangnya, studi tersebut hanya meneliti satu variabel
tentang bagaimana efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar
(KJP). Evaluasi yang dilakukan juga masih belum
memasukan indikator kesejahteraan dalam keberhasilan
Program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Maka, melalui penelitian
ini peneliti berusaha meningkatkan dan memasukkan
indikator kesejahteraan sebagai salah satu aspek dalam
keberhasilan Program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Tujuannya
adalah untuk melihat seberapa efektifnya Program Kartu
Jakarta Pintar (KJP) sebagai sebuah sistem jaminan sosial
dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat di
Jakarta.
Dengan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Efektivitas Program Kartu Jakarta Pintar (KJP)
dan Manfaatnya dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Sosial di SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta Selatan”. Alasan
dipilihnya Sekolah Dasar (SD) sebab sebagai garda terdepan
dalam jenjang pendidikan, SD merupakan pintu pertama yang
harus dilalui oleh setiap individu yang akan memperoleh
pendidikan. Sebagai langkah awal, SD merupakan masa-
masa tersulit dan terlama. Ketika para orang tua merasakan
8

anak dan keluarganya terbantu dengan adanya program KJP,


pada jenjang selanjutnya mereka tidak akan ragu untuk terus
menyekolahkan anaknya. Sehingga angka partisipasi sekolah
dan lebih jauh lagi IPM juga akan meningkat.

1.2 Pembatasan Masalah


Mengingat terbatasnya waktu, dana, dan agar penelitian
lebih berfokus dan mendalam, maka penulis merasa perlu
untuk membatasi penelitian ini. Adapun batasan dari
penelitian ini, yaitu:
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini yaitu anak penerima KJP
yang diwakilkan oleh orang tua/walinya di SDN Bintaro
08 Pagi Jakarta Selatan. Sementara objek yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah efektivitas program
Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan manfaatnya dalam
meningkatkan kesejahteraan sosial. Adapun dipilihnya
orang tua/wali murid sebagai subjek adalah dengan
mengingat bahwa murid sekolah dasar masih sangat
bergantung pemenuhan kebutuhannya kepada orang
tua/walinya. Sehingga orang tua/wali murid juga
bertanggung jawab terhadap program KJP yang diberikan
untuk mengatur penggunaannya dalam memenuhi
kebutuhan anak.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Bintaro 08 Pagi
Jakarta Selatan selama seminggu dimulai dari Senin, 20
9

April 2020 – Jum’at 25 April 2020. Adapun SDN Bintaro


08 Pagi Jakarta Selatan dipilih menjadi tempat penelitian
karena beberapa alasan. Pertama, SD tersebut menjadi
salah satu dari sedikitnya SD Negeri milik pemerintah
Jakarta yang berada di perbatasan antara Jakarta dengan
Tangerang Selatan. Kedua, jumlah penerima KJP di
sekolah tersebut relatif cukup banyak dengan jumlah
penerima 137 siswa dan belum pernah dilakukan studi
terkait manajemen proses kerja KJP. Ketiga, unsur
keterjangkauan, baik dari segi tenaga, efesiensi waktu
dan tidak menuntut dana penelitian lapangan yang lebih
besar di bandingkan tempat lain.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas,
maka peneliti mencoba membuat pertanyaan penelitian yang
akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
“Bagaimana efektivitas program Kartu Jakarta Pintar
(KJP) dan manfaatnya dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial di SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta
Selatan?”

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
 Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pandangan orang tua/wali murid
10

terhadap kelayakan dan efesiensi program


pemerintah di bidang pendidikan.
 Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas program Kartu Jakarta Pintar
(KJP) dan manfaatnya dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial di SDN Bintaro 08 Pagi Jakarta
Selatan.
2. Manfaat Penelitian
 Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai sumbangan pemikiran dan rujukan tambahan
bagi pengembangan disiplin ilmu Kesejahteraan
Sosial dan pemerintah dalam menentukan rancangan
program pembangunan.
 Secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah
menambah pengetahuan, pengalaman, dan praktik
dalam melakukan penelitian, khususnya mengenai
efektivitas program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan
manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan
sosial.

1.5 Tinjauan Kajian Terdahulu


Untuk menghindari plagiasi dan mendukung teori yang
dijelaskan sebelumnya, maka dalam penyusunan penelitian
ini peneliti juga melakukan tinjauan terhadap beberapa
penelitian terdahulu seputar Kartu Jakarta Pintar (KJP). Hal
ini juga dilakukan untuk membandingkan hasil penelitian
yang sudah ada dan penelitian yang akan dilakukan. Tinjauan
11

kajian penelitian ini mengambil lima variabel berbeda pada


setiap penelitian.
Dalam penelitian yang berjudul “Efektivitas Program
Kartu Jakarta Pintar Di SMKN 19 Jakarta”, Yuliana dan
Adeng (2017) hendak mengetahui sejauh mana efektivitas
program Kartu Jakarta Pintar (KJP) di tempat tersebut.
Sampel dalam penelitian ini ada sebanyak 50 siswa penerima
Kartu Jakarta Pintar (KJP) dengan teknik pengumpulan data
wawancara dan kuesioner. Indikator yang digunakan dalam
penelitian ini ada dua, yaitu ketepat sasaran dan ketepat
penggunaan. Hasilnya menunjukan bahwa ketepatsasaran
Kartu Jakarta Pintar (KJP) sudah efektif, tetapi ketepat
penggunaannya belum terlalu efektif. Belum maksimalnya
penggunaan ini ditunjukkan oleh hampir semua siswa
memiliki kendaraan bermotor. Hal ini disebabkan masih
minimnya pembayaran yang menggunakan Kartu Jakarta
Pintar (KJP).
Tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya,
penelitian selanjutnya juga melihat bagaimana KJP
diterapkan di sekolah. Dengan judul “Implementasi
Kebijakan Kartu Jakarta Pintar (KJP) pada Sekolah Dasar
Negeri (SD) di Jakarta Timur Wilayah II”, Yoani Mega
Pertiwi dan Aloysius Rengga (2016) hendak mengetahui
implementasi, faktor pendukung dan faktor penghambat
kebijakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan model deskriptif.
Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa implementasi yang
12

mencakup lima indikator yaitu; pertama, Kartu Jakarta Pintar


(KJP) belum mencapai tujuan dan maksudnya, terutama
dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Kedua,
sasaran Kartu Jakarta Pintar (KJP) belum mampu
menjangkau anak terlantar dan gelandangan, juga murid yang
terdaftar tidak presisi dengan data PPLS tahun 2011. Ketiga,
kurang terbukanya informasi mengenai Kartu Jakarta Pintar
(KJP) dari pihak sekolah. Keempat, rendahnya sistem
pengawasan dan pelaporan. Kelima, banyaknya pelanggaran
yang terjadi tetapi tidak disertai sanksi dari pihak sekolah.
Adapun faktor pendukung dan penghambat implementasi
tersebut di antaranya yaitu; pertama, komunikasi dari pihak
Kasi Kecamatan setempat seringkali tidak menghadiri
pertemuan sehingga menghambat informasi langsung kepada
pihak sekolah. Kedua, tenaga pengurus Kartu Jakarta Pintar
(KJP) di setiap sekolah tidak sebanding dengan jumlah
pendaftar. Hal ini berdampak pada terhambatnya sistem
administrasi. Ketiga, dengan adanya program Kartu Jakarta
Pintar (KJP) pelaksana kebijakan atau dalam hal ini sekolah
mengeluh karena bertambahnya pekerjaan mereka. Keempat,
tidak semua sekolah mengetahui dan paham keseluruhan
prosedur, persyaratan, hingga aturan Kartu Jakarta Pintar
(KJP).
Sementara dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi
Kebijakan Kartu Jakarta Pintar Tingkat SMA/SMK Negeri di
Jakarta Selatan”, Nadia (2015) hendak mengetahui
implementasi kebijakan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan faktor
13

penghambat dan pendukung dari kebijakan ini. Metode


penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sementara
pengumpula data yang digunakan yaitu wawancara dan
dokumen analisis.
Hasil penelitian evaluasi dari kebijakan Kartu Jakarta
Pintar menunjukan bahwa kebijakan Kartu Jakarta Pintar
untuk SMA dan SMK pada periode 2013-2014 belum
berhasil. Program ini dianggap tidak berhasil karena banyak
ditemukan perbedaan antara tujuan normatif dan situasi
empiris dalam masyarakat. Hal ini terjadi karena kendala
dalam implementasi Kartu Jakarta Pintar. Faktor-faktor yang
menjadi kendala tersebut antara lain yaitu; 1) kurangnya
sumber daya manusia dan keuangan untuk mendukung
Program Kartu Jakarta Pintar, 2) proses pemilihan penerima
Kartu Jakarta Pintar berdasarkan SKTM (Surat Keterangan
Tidak Mampu) menimbulkan beberapa kesalahpahaman
siswa sebagai penerima tidak kompeten, 3) distribusi
pendanaan Kartu Jakarta Pintar pada 2013-2014 mengalami
penundaan karena masih banyak sekolah yang mengajukan
Program Kartu Jakarta Pintar, 4) kurangnya pengawasan dari
sekolah atau dinas terkait.
Selanjutnya, penelitian kali ini membahas kepada
pengaruh dari adanya KJP. Pada penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP) terhadap
Motivasi Belajar Keluarga Miskin di SMP Negeri 50
Jakarta”, Laelatul Sa’diyah (2016) hendak mengetahui
tentang penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan
14

pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa


yang berasal dari keluarga miskin. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survey.
Dengan populasi siswa pengguna Kartu Jakarta Pintar (KJP)
di salah satu SMP di Jakarta ini memperoleh hasil penelitian
bahwa ada pengaruh antara penggunaan Kartu Jakarta Pintar
(KJP) terhadap motivasi belajar. Hasil hipotesis ini
menggunakan perbandingan t hitung dengan t tabel dengan
perolehan t hitung sebesar 2,217 > t tabel 1,669 dan nilai
signifikasi 0,030 < 0,05. Di mana hasil ini berarti Ha diterima
dan Ho ditolak.
Pendidikan seringkali dipandang sebagai salah satu alat
yang dapat mengangkat derajat individu atau kelompok untuk
mencapai kualitas hidup yang ideal. Hal ini kemudian
dijadikan Yustinus (2014) sebagai dasar dalam penelitian
yang berjudul “Inklusi Sosial dalam Program Kartu Jakarta
Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) di DKI Jakarta”,
ia hendak mengetahui bagaimana pelaksanaan kedua program
tersebut dalam mencapai kualitas hidup yang ideal. Penelitian
ini menggunakan metode interpretatif dengan menggunakan
data sekunder yakni berita-berita online yang memuat seputar
Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Adapun teori yang digunakan dalam analisa yaitu konsep
ekslusi dan inklusi sosial. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa kedua program Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu
Jakarta Pintar (KJP) sudah termasuk kebijakan yang iklusif.
Dimana dengan adanya kedua program ini masyarakat DKI
15

Jakarta dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang layak


dan mudah memperoleh akses pendidikan. Kedua program
ini juga membuat DKI Jakarta lebih sejahtera. Hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan pemerintah dalam
memberikan pemenuhan hak bagi warganya.
Setelah melihat kelima tinjauan terdahulu yang
dilakukan, maka melalui penelitian ini penulis akan
melakukan pembaharuan dengan membahas secara umum
proses kerja KJP secara lebih akurasi dan presisi. Selain itu,
juga menambahkan satu variabel kesejahteraan sosial untuk
melihat efek dan hubungan antar keduanya.

1.6 Sistematika Penulisan


Dalam penyusunan skripsi ini, penulis membahasnya
dengan membagi beberapa dan kemudian penulis bagi lagi
pada beberapa sub bab. Adapun perinciannya adalah sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar
belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan kajian
terdahulu, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini merupakan rangkaian teori yang
digunakan dalam penelitian ini. Teori
tersebut antara lain teori efektivitas,
16

kesejahteraan sosial, dan penjelasan


mengenai Kartu Jakarta Pintar (KJP).
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang cara-cara yang
akan dipergunakan dalam melakukan
penelitian, seperti penentuan populasi dan
pengambilan sampel, tempat dan waktu
penelitian, sumber data, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan
teknik pengolahan data.
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan inti yang
berisi temuan-temuan hasil penelitian dan
pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang
terdiri dari: kesimpulan dan saran. Pada
bagian akhir penulis juga menyertakan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran
yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


1. Teori Efektivitas
A. Pengertian Efektivitas
Efektivitas adalah korelasi antara output dan
tujuan, di mana ukuran efektivitas merupakan umpan
balik dari output. Organisasi dikatakan sudah
berjalan efektif apabila telah mencapai tujuan yang
ditetapkan. Padangan yang sama dikemukakan oleh
Mardiasmo dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik
mendefinisikan efektivitas sebagai hubungan antara
tujuan dan hasil yang didapatkan. Semakin besar
hasil yang didapatkan sesuai dengan sasaran, maka
kerja dari organisasi tersebut semakin efektif
(Mardiasmo, 2009:132).
Berdasarkan pendapat tersebut, terdapat
kesinambungan antar rangkaian tujuan yang
ditetapkan di awal dengan hasil yang didapatkan di
akhir. Apabila perolehan hasil yang didapatkan
sesuai atau bahkan melebihi target awal, maka kerja
dari organisasi dapat dikatakan sudah efektif. Begitu
pula sebaliknya, apabila perolehan hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan target awal, maka
kerja dari organisasi dapat dikatakan tidak efektif.

17
18

Untuk mendapatkan hasil yang efektif tersebut


diperlukan usaha-usaha manajerial yang baik dalam
menjalankan proses kerja dari organisasi. Seperti
yang dikemukakan oleh Bastian dalam Akuntasi
Sektor Publik: Suatu Pengantar sebagai pengukuran
dalam mengukur efektivitas adalah tingkat output,
kebijakan dan prosedur organisasi. (Bastian, 2006:
280).
Manajerial yang baik adalah ketika ada sebuah
kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
mendukung jalannya kerja organisasi. Kebijakan
dalam jalannya kerja organisasi merupakan pilar
utama yang mengatur cara-cara kerja. Sementara
prosedur merupakan penyambung antara kebijakan
dengan jalannya kerja. Prosedur mengatur bagaimana
mekanisme kerja dapat dilakukan. Kebijakan dan
prosedur ini merupakan komponen yang akan
mendorong pencapaian tujuan. Pendapat serupa juga
tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan
Soetopo dalam Perilaku Organisasi: Teori dan
Praktik di Bidang Pendidikan sebagai sebagai suatu
proses yang bekerja dengan komponen-komponen
yang dirancang dalam lembaga formal untuk
mencapai sebuah tujuan dengan tepat sasaran
(Soetopo, 2010: 51).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah
ketepatsasaran antar hubungan output dan tujuan, di
19

mana semakin besar sumbangan output yang


dihasilkan terhadap perolehan tujuan atau sasaran
yang ditentukan, maka proses kerja dalam organisasi
akan semakin efektif.

B. Ukuran Efektivitas
Dalam melakukan pengukuran sejauh mana
sebuah kerja dapat berjalan efektif, Soetopo (2010:
53) mengemukakan dua pendekatan dalam
membahas keefektian organisasi, yaitu:
1. Pendekatan “Goal Model of Organizational
Effectiveness” yaitu apabila organisasi telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka
organisasi tersebut dapat dikatakan efektif.
2. Pendekatan “System Resource Model of
Organization Effectiveness” yaitu apabila
organisasi telah memperoleh keuntungan dan
menggunakan sumber-sumber yang bermanfaat,
maka organisasi tersebut dapat dikatakan efektif
juga.
Kedua pendekatan tersebut apabila
diintegrasikan maka akan menjadi pendekatan yang
dapat meningkatkan keefektifan organisasi.
Organisasi dikatakan efektif apabila dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
dengan mendayagunakan sumber-sumber yang
bermanfaat.
20

Adapun dalam mengukur keefektifan organisasi


menurut Kreitner dan Kinicki (Soetopo, 2010: 57),
yaitu:
1. Pencapaian tujuan
Tujuan yang diperoleh banyak digunakan dalam
mengukur keefektifan organisasi. Hasil-hasil
atau output organisasi dijadikan skala
pengukuran dengan membandingkannya pada
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Tersedianya sumber daya
Organisasi dilihat efektif jika mempunyai aspek-
aspek seperti bahan mentah, pekerja, modal, dan
keahlian manajerial dan teknis.
3. Proses internal
Kriteria keefektifan ketiga mengarah kepada
pendekatan “sistem kesehatan”. Organisasi
dikatakan sebagai sistem kesehatan jika tata
informasi berjalan baik seperti adanya kepuasan
kerja, kepercayaan, loyalitas pegawai, dan
komitmen.
4. Kepuasan anggota
Organisasi bergantung pada orang dan sikap
terhadap hidupnya, sehingga kunci bagi
pengukuran keefektifan organisasi adalah
kepuasan.
21

Sementara menurut S.P. Siagian (1985: 32),


keefektifan organisasi dapat diukur dengan kriteria-
kriteria sebagai berikut:
a. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai, hal ini
dimaksudkan agar karyawan dalam melakukan
tugas mencapai sasaran dapat terarah.
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, seperti
diketahui bahwa strategi adalah sebuah jalan
dalam melakukan berbagai usaha untuk
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan.
c. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang
mantap, berkaitan dengan tujuan yang akan
dicapai dan strategi yang telah ditentukan artinya
kebijakan harus sanggup menjembatani tujuan-
tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan
operasional.
d. Perencanaan yang matang, pada dasarnya berarti
memutuskan dari sekarang apa yang dikerjakan
oleh organisasi untuk mencapai tujuan ke
depannya.
e. Penyusunan program yang tepat, suatu rencana
yang baik masih perlu dijabarkan dalam
program-program pelaksanaan yang tepat sebab
apabila tidak, para pelaksana akan kurang
memiliki pedoman bertindak dan bekerja.
f. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah
satu indikator efektivitas organisasi adalah
22

kemampuan bekerja secara produktif. Dengan


sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin
disediakan oleh organisasi.
g. Pelaksanaan yang efektif dan efisien,
bagaimanapun baiknya suatu program apabila
tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien
maka organisasi tersebut tidak akan mencapai
sasarannya, karena dengan pelaksanaan
organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang
bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang
tidak sempurna maka efektivitas organisasi
menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.

2. Kartu Jakarta Pintar (KJP)


Dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa, maka
prioritas penting yang harus dilakukan adalah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
warga negaranya. Dengan kualitas SDM yang baik,
setiap warga negara akan mampu bersaing di kancah
internasional. Memberikan perhatian lebih pada bidang
pendidikan dapat mendorong pembentukan kualitas SDM
yang baik. Kualitas pendidikan yang baik ataupun buruk
dapat berpengaruh pada perubahan dan dinamika
kehidupan seseorang itu sendiri. Pendidikan merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mendorong kualitas
23

SDM yang baik dalam sebuah program pembangunan.


Untuk itu, sangat penting memajukan bidang pendidikan
sebagai upaya peningkatan kesejahteraan.
Berbagai kebijakan dilakukan pemerintah untuk
mewujudkan pembangunan dalam bidang pendidikan,
antara lain program nasional wajib belajar. Provinsi DKI
Jakarta sebagai ibukota negara seringkali dijadikan
barometer dalam berbagai program pembangunan. DKI
Jakarta menjadikan pendidikan sebagai prioritas
pembangunan dengan melakukan berbagai program
untuk memajukan pendidikan. Melalui Peraturan
Gubernur Nomor 190 Tahun 2012, pemerintah DKI
Jakarta memberikan bantuan biaya pendidikan sebagai
program unggulan dan strategi dalam meningkatkan
kualitas SDM.
Kartu Jakarta Pintar atau dikenal juga Kartu Jakarta
Pintar Plus adalah program strategis untuk memberikan
akses bagi warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat
tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal
sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh
dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Tujuan kebijakan
ini antara lain:
1. Mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 tahun
2. Meningkatkan akses layanan pendidikan secara adil
dan merata
3. Menjamin kepastian mendapatkan layanan
pendidikan
24

4. Meningkatkan kualitas hasil pendidikan


(kjp.jakarta.go.id)
Sementara manfaat dan dampak positif yang
diharapkan dari siswa penerima KJP Plus, antara lain :
 Meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai dengan
21 tahun untuk mendapatkan layanan
pendidikan sampai tamat satuan pendidikan
menengah untuk mendukung pelaksanaan Pendidikan
Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12
Tahun.
 Meringankan biaya personal pendidikan.
 Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus
sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan
akibat kesulitan ekonomi.
 Mendorong siswa putus sekolah (drop out) atau anak
tidak sekolah agar mendapatkan layanan pendidikan
di sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)/Lembaga
Kursus dan Pelatihan (LKP) atau satuan pendidikan
nonformal lainnya.
 Meningkatkan pencapaian target Angka Partisipasi
Kasar Pendidikan Dasar dan Menengah
 Meningkatkan kesiapan siswa pendidikan menengah
maupun peserta pendidikan kesetaraan dan
kursus untuk memasuki pasar kerja atau melanjutkan
ke jenjang pendidikan tinggi.
(kjp.jakarta.go.id)
25

A. Sasaran dan Kriteria Penerima Penerima Kartu


Jakarta Pintar (KJP)
Peserta didik tidak mampu adalah peserta didik
pada jenjang satuan pendidikan sekolah dasar sampai
dengan menengah yang secara personal dinyatakan
tidak mampu baik secara materi maupun penghasilan
orang tuanya yang tidak memadai untuk memenuhi
kebutuhan dasar pendidikan. Kebutuhan dasar
pendidikan yang dimaksud mencakup : seragam,
sepatu, dan tas sekolah, biaya transportasi, makanan
serta biaya ekstrakurikuler. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka untuk kepentingan pemenuhan kriteria
program pemberian KJP Plus bagi peserta didik
SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs,
SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA Tahun Anggaran
2018 sebagai berikut :
1. Tidak merokok dan atau mengkonsumsi narkoba
2. Orang tua tidak memiliki penghasilan yang
memadai
3. Menggunakan angkutan umum
4. Daya beli untuk sepatu dan pakaian seragam
sekolah/pribadi rendah
5. Daya beli untuk buku, tas, dan alat tulis rendah
6. Daya beli untuk konsumsi makan/jajan rendah
7. Daya pemanfaatan internet rendah
26

8. Tidak dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler


yang berpotensi mengeluarkan biaya.
(kjp.jakarta.go.id)
Selain kriteria di atas, apabila kuota masih
tersedia, Kepala Satuan Pendidikan bersama dengan
Komite Sekolah dapat mengusulkan nama siswa lain
yang dianggap pantas dan berhak mendapatkan
Petunjuk Teknis Bantuan Biaya Personal Pendidikan
Melalui Kartu Jakarta Pintar 10 dana bantuan Biaya
Personal Pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Siswa yang orang tuanya terdaftar sebagai
Peserta PKH (Program Keluarga Harapan);
2. Siswa yang berasal dari Panti Sosial/Panti
Asuhan/ yang dikelola oleh Kementerian Sosial;
3. Siswa Yatim dan/atau Piatu;
4. Siswa yang berasal dari rumah tangga yang
memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM) dari Kelurahan;
5. Siswa korban musibah bencana alam;
6. Siswa terancam putus sekolah karena kesulitan
biaya, atau;
27

7. Pertimbangan lain (misalnya kelainan fisik,


korban musibah berkepanjangan dan siswa
berasal dari rumah tangga miskin dan memiliki
lebih dari 3 (tiga) orang bersaudara yang berusia
dibawah 18 tahun).
(kjp.jakarta.go.id)

B. Persyaratan Penerima Kartu Jakarta Pintar


(KJP)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada setiap
Tahun Anggaran, akan memberikan Bantuan Biaya
Personal Pendidikan bagi peserta didik
SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs,
SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA melalui Kartu
Jakarta Pintar dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Warga DKI Jakarta Berdomisili di DKI
JAKARTA yang dibuktikan dengan Kartu
Keluarga atau surat keterangan lain yang dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Membuat surat pernyataan tidak mampu/miskin
yang diketahui orang tua dan Ketua Rukun
Tetangga (RT) setempat.
3. Terdaftar dan masih aktif disalah satu satuan
pendidikan di Provinsi DKI Jakarta.
4. Diusulkan oleh sekolah yang telah
ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Kepala
Satuan Pelaksana Pendidikan
28

Kecamatan setempat yang selanjutnya diajukan


ke Suku Dinas/Dinas Pendidikan setempat.
5. Menandatangani lembar Fakta Integritas yang
telah disediakan.
(kjp.jakarta.go.id)
Berkas persyaratan calon penerima Kartu Jakarta
Pintar Plus tahun 2019 :
1. Surat Permohonan sebagai penerima bantuan
sosial (Bansos KJP Plus)
2. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak dari
orang tua/wali
3. Berita acara peninjauan lapangan
4. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak kepala
sekolah (bermaterai cukup)
5. Surat rekomendasi untuk mendapatkan SKTM
6. SKTM tahun 2019
7. Pernyataan ketaatan penggunaan bantuan sosial
biaya operasional pendidikan bagi peserta didik
dari keluarga tidak mampu melalui KJP Plus
8. Daftar calon penerima KJP Plus tahun 2019 ( di
tanda tangani Kepala Sekolah mengetahui
Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan
Format)
(kjp.jakarta.go.id)
29

C. Besaran Dana Penerima Kartu Jakarta Pintar


(KJP)
Kepada peserta didik yang menerima dana
bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui Kartu
Jakarta Pintar atau yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan berhak menerima bantuan dengan
besaran sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Besaran Dana Penerima KJP
Tambahan
Total
Spp Untuk
Alokasi
Jenjang Sekolah
Dana Per-
Swasta Per-
Bulan
Bulan
SD/MI/SDLB Rp 250.000 Rp 130.000
SMP/MTs/SMPLB Rp 300.000 Rp 170.000
SMA/MA/SMALB Rp 420.000 Rp 290.000
SMK Rp 450.000 Rp 240.000
PKBM Rp 300.000 -
Sumber: kjp.jakarta.go.id

D. Pemanfaatan Kartu Jakarta Pintar (KJP)


Adapun uang yang yang didapatkan dari Dana
KJP Plus hanya boleh digunakan untuk :
 Buku tulis.
 Buku gambar.
 Buku pelajaran.
 Alat tulis seperti pensil, pulpen, penghapus dan
rautan.
30

 Alat gambar seperti macam-macam penggaris,


pensil lwarna, spidol, cat/kertas warna, buku
dan atau kertas gambar dan jangka.
 Alat dan atau bahan praktik.
 Seragam sekolah dan kelengkapannya.
 Sepatu dan kaos kaki sekolah.
 Tas sekolah.
 Pakaian olahraga sekolah.
 Buku pelajaran penunjang.
 Kudapan bergizi.
 Kacamata sebagai alat bantu penglihatan.
 Alat bantu pendengaran.
 Kalkulator scientific.
 USB flashdisk sebagai alat simpan data.
 Seragam pramuka dan kelengkapannya.
 Pembayaran kegiatan ekstrakurikuler yang tidak
dibiayai oleh Biaya Operasional Pendidikan dan
Bantuan Operasional Sekolah.
 Komputer/Laptop
(kjp.jakarta.go.id)
Sementara daftar jenis toko dan macam barang
yang dapat dibeli dengan menggunakan Kartu Jakarta
Pintar Plus (KJP Plus) sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Daftar Jenis Toko dan Macam
Barang untuk Pengguna KJP
No. Jenis Toko & Keterangan
Penggunaan
1. Alat-alat Kesehatan Peralatan penunjang
31

No. Jenis Toko & Keterangan


Penggunaan
kesehatan
(perawatan
kesehatan gigi, alat
bantu pendengaran,
alat bantu berjalan,
dll).
Obat-obatan dan
2. Apotek/Toko Obat
vitamin.
Alat bantu
3. Optik pengelihatan
(kacamata).
Seragam, sepatu
Toko
4. sekolah, dan
Busana/Toko Sepatu
kelengkapannya.
Seragam, sepatu
5. Departement Store sekolah, dan
kelengkapannya.
Makanan dan
minuman bergizi.
6. Supermarket/Foodstore
Peralatan kebutuhan
sekolah.
Kebutuhan buku
siswa (buku tulis,
7. Toko Buku buku latihan soal,
buku gambar, buku
pelajaran).
Kebutuhan alat tulis
siswa (alat tulis, alat
8. Alat Tulis
gambar, alat dan
bahan praktik).
Seragam dan
peralatan olahraga
9. Kebutuhan Olah Raga yang menunjang
pelajaran olahraga
di sekolah.
Ekstra Kurikuler
10. Kegiatan yang tidak dibiayai
oleh BOP dan BOS
32

No. Jenis Toko & Keterangan


Penggunaan
11. Toko Komputer Komputer / Laptop
Sumber: kjp.jakarta.go.id

3. Teori Benefit Incidence Analysis (BIA)


A. Pengertian Benefit Incidence Analysis (BIA)
Analysis Incidence Analysis (BIA) adalah teknik
yang digunakan untuk menilai dampak distribusi
pengeluaran pemerintah untuk perawatan kesehatan,
atau lebih khusus sejauh mana kelompok sosial-
ekonomi yang berbeda mendapat manfaat dari
subsidi pemerintah (McIntyre dan Ataguba, 2011).
Sedangkan menurut Prihastanto (dalam Palupi,
2015:48), BIA adalah metode penelitian yang dipakai
untuk meneliti dampak dari kebijakan pajak atau
subsidi pemerintah terhadap distribusi pendapatan
dalam masyarakat. BIA menggambarkan
pengeluaran belanja masyarakat lintas individu yang
diperingkat menurut standar kehidupan mereka
(Aaron dan McGuire 1970; Brennan 1976; Meerman
1979; van de Walle dan Nead 1995). Tujuan
utamanya adalah untuk mengukur ketepatsasaran
program yang digulirkan.
Berdasarkan perkembangannya BIA banyak
dilakukan pada empat sektor yang sangat berkaitan
dengan aspek keadilan dan pemberantasan
33

kemiskinan, yaitu pendidikan, kesehatan, fasilitas air


bersih atau sanitasi, dan infrastruktur lainnya. Kedua
aspek tersebut digunakan untuk melihat keberhasilan
program yang digulirkan pemerintah dalam
meningkatkan pendapatan masyarakat. Sebagai
contohnya pada sektor pendIdikan untuk
menjelaskan tahapan dan kegunaan dari BIA.
Menurut Demery (dalam Palupi, 2015:49)
terdapat empat faktor yang mendasari kenapa BIA
terhadap anggaran pendidikan sebagai kasus yang
paling mudah untuk menjelaskan tentang BIA, yaitu
sebagai berikut:
1) Pendidikan adalah bantuan paling utama bagi
orang kelas bawah supaya mereka terbebas dari
lingkaran kemiskinan yang sebelumnya
mengurungnya. Dalam analisis ekonomi makro
dan mikro, pendidikan adalah aspek penting
dalam membasmi kemiskinan.
2) Belanja publik pendidikan khususnya pada
jenjang pendidikan dasar mampu mencapai
manfaat eksternal yang tinggi. Untuk itu setiap
pemerintah selalu mempersiapkan anggaran
penyelenggaraan pendidikan khususnya
pendidikan dasar di negaranya.
3) Pemerintah biasanya menyerahkan perbandingan
yang signifikan dari jumlah anggarannnya untuk
bidang pendidikan.
34

4) Data pengguna layanan pendidikan atau


kontribusi sekolah dari penduduk biasanya
masuk dalam elemen survei keluarga.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui
bahwa BIA adalah metode yang digunakan untuk
menganalisis efek dan pengaruh manfaat terhadap
adanya subsidi atau anggaran yang diberikan oleh
pemerintah terhadap program/kegiatan yang
menggunakan anggaran pemerintah. Melalui analisis
tersebut dapat diketahui bahwa anggaran yang
dipergunakan apakah sudah sesuai manfaat yang
diharapkan.

B. Langkah-langkah Benefit Incidence Analysis


(BIA)
Tiga langkah untuk mengukur BIA menurut
Demery (dalam Irawati, 2017: 29) sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah dari subsidi yang disediakan
oleh pemerintah.
Menghitung jumlah dari subsidi yang disediakan
oleh pemerintah yang berasal dari data resmi
pemerintah dan bukan merupakan rancangan
pengeluaran tetapi realisasi dari pengeluaran
pemerintah tersebut.
2. Mengidentifikasi penerima subsidi dari
pemerintah.
35

Mengidentifikasi penerima subsidi dari


pemerintah. Meskipun data untuk penerima
subsidi dapat diambil dari dinas terkait, tetapi
untuk melihat bagaimana subsidi didistribusikan
kepada golongan masyarakat (khususnya dalam
pendapatan atau pengeluaran) maka harus
didukung dengan survey terhadap sampel yang
telah ditentukan.
3. Menggolongkan dan mengurutkan masyarakat
berdasarkan pendapatan atau pengeluarannya.
Menggolongkan dan mengurutkan masyarakat
berdasarkan pendapatan atau pengeluarannya.
Penggolongan pendapatan atau pengeluaran ini
sangat penting dalam BIA karena menjadi
indikator kesejahteraan masyarakat yang akan
menentukan apakah subsidi pemerintah tersebut
diberikan kepada yang benar-benar
membutuhkan, yaitu masyarakat yang paling
miskin.
Berdasarkan uraian mengenai BIA dapat
diketahui bahwa BIA merupakan metode yang tepat
untuk menganalisis manfaat dari anggaran yang
diberikan oleh pemerintah. Melalui BIA dapat
diketahui ketepatan sasaran manfaat dari anggaran
yang diterima oleh masyarakat yang menerima
manfaat anggaran tersebut.
36

4. Teori Kesejahteraan Sosial


A. Pengertian Kesejahteraan Sosial
Menurut Midgley (Adi, 2013: 22) kesejahteraan
sosial adalah suatu keadaan dimana permasalahan
sosial yang terjadi dapat diatasi dengan baik; ketika
setiap individu mampu memenuhi kebutuhan dan
mendapatkan kesempatan secara maksimal.
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan
fungsi sosialnya.
Kesejahteraan sosial menurut Segal dan Brzuzy
(1998: 8) adalah kondisi atau kesejahteraan suatu
masyarakat. Kesejahteraan sosial tersebut meliputi
kesehatan, kondisi ekonomi, kebahagiaan, dan
kualitas hidup masyarakat. Sementara menurut
Friedlander (1968: 4) kesejahteraan sosial adalah
kegiatan terorganisir yang bertujuan membantu
menuju penyesuaian bersama antara individu dan
lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai melalui
penggunaan teknik dan metode yang dirancang untuk
memungkinkan individu, kelompok, dan masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
menyelesaikan masalah penyesuaian mereka
37

terhadap pola masyarakat yang berubah, dan melalui


tindakan kooperatif untuk meningkatkan kondisi
ekonomi dan sosial.
Selanjutnya menurut United Nation (Friedlander,
1968: 4) mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai
sistem layanan dan lembaga sosial terstruktur yang
disusun untuk membantu individu dan kelompok
dalam memperoleh standar kehidupan dan kesehatan
yang memuaskan, dan hubungan diri dan sosial yang
memungkinkan mereka dalam menumbuhkan
kapasitas penuh mereka dan untuk mempromosikan
kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan
keluarga dan masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
sosial merupakan suatu kondisi atau keadaan di mana
kehidupan manusia yang tecipta dapat dikelola
dengan baik dengan terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan yang dapat meningkatkan kualitas hidupa
masyarakat yang dirancang secara terorganisir.

B. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial


Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial, penyelenggaraan
kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi
38

kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi


rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, dan perlindungan sosial. Dalam menciptakan
kualitas hidup yang baik bagi masyarakatnya,
pemerintah sebagai badan negara memiliki
kewajiban untuk melaksanakannya, salah satunya
adalah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Dalam
pelaksanaannya BKKBN memiliki standar untuk
menetapkan tingkat kualitas hidup masyarakat
dengan membuat indikator keluarga sejahtera.
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras
dan seimbang antar anggota dan antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009). Tingkat
kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5
(lima) tahapan, yaitu:
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu
dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS
I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs).
39

2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)


Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I, tetapi tidak memenuhi
salah satu dari 8 (delapan) indikator Keluarga
Sejahtera II atau indikator ”kebutuhan
psikologis” (psychological needs) keluarga.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator
KS II, tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5
(lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III),
atau indikator ”kebutuhan pengembangan”
(develomental needs) dari keluarga.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS
II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator
Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus) atau
indikator ”aktualisasi diri” (self esteem)
keluarga.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi
keseluruhan dari 6 (enam) indikator tahapan KS
I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator
40

KS III, serta 2 (dua) indikator tahapan KS III


Plus.
(aplikasi.bkkbn.go.id)
Dalam menentukan golongan-golongan keluarga
sejahtera, terdapat empat tahapan indikator, yaitu:
1. Enam Indikator tahapan Keluarga Sejahtera I
(KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs), dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu:
 Pada umumnya anggota keluarga makan dua
kali sehari atau lebih.
 Anggota keluarga memiliki pakaian yang
berbeda untuk di rumah, bekerja/sekolah dan
bepergian.
 Rumah yang ditempati keluarga mempunyai
atap, lantai dan dinding yang baik.
 Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke
sarana kesehatan.
 Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi
ke sarana pelayanan kontrasepsi.
 Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
bersekolah.
2. Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II)
atau indikator ”kebutuhan psikologis”
(psychological needs) keluarga, dari 21 indikator
keluarga sejahtera yaitu:
41

 Pada umumnya anggota keluarga


melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
 Paling kurang sekali seminggu seluruh
anggota keluarga makan daging/ikan/telur.
 Seluruh anggota keluarga memperoleh
paling kurang satu stel pakaian baru dalam
setahun.
 Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk
setiap penghuni rumah.
 Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan
sehat sehingga dapat melaksanakan
tugas/fungsi masing-masing.
 Ada seorang atau lebih anggota keluarga
yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.
 Seluruh anggota keluarga umur 10 – 60
tahun bisa baca tulisan latin.
 Pasangan usia subur dengan anak dua atau
lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi.
3. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS III)
atau indikator ”kebutuhan pengembangan”
(develomental needs), dari 21 indikator keluarga
sejahtera yaitu:
 Keluarga berupaya meningkatkan
pengetahuan agama.
42

 Sebagian penghasilan keluarga ditabung


dalam bentuk uang atau barang.
 Kebiasaan keluarga makan bersama paling
kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk
berkomunikasi.
 Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal.
 Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/tv/internet.
4. Dua indikator Kelarga Sejahtera III Plus (KS III
Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self
esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:
 Keluarga secara teratur dengan suka rela
memberikan sumbangan materiil untuk
kegiatan sosial.
 Ada anggota keluarga yang aktif sebagai
pengurus perkumpulan sosial/yayasan/
institusi masyarakat.
(aplikasi.bkkbn.go.id)
43

2.1 Kerangka Pemikiran


Untuk melihat sejauh mana sebuah program sudah
berjalan efektif, maka pengukuran yang digunakan adalah
menggunakan nilai mean dan TCR yang didapatkan pada
masing-masing dimensi dalam setiap variabel. Dimensi
dalam variabel efektivitas dibuat berdasarkan jalannya proses
kerja dari KJP yaitu pendataan, sosialisasi, distribusi, dan
pemanfaatan.. Sedangkan dimensi pada variabel
kesejahteraan sosial dibuat berdasarkan indikator BKKBN
yang disesuaikan dengan penggunaan dana KJP yaitu
sandang dan pangan, keperluan sekolah, dan perilaku belajar,
akses terhadap sumber belajar, dan prestasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir
dalam penelitian digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
44

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Efektifitas


Program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Manfaatnya
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sementara sampel adalah beberapa unit kecil yang diambil
dari populasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu Sekolah
Dasar Negeri (SDN) Bintaro 08 Pagi, sementara sampel dari
penelitian ini yaitu siswa penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP)
di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bintaro 08 Pagi. Untuk
menentukan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
maka menggunakan rumus Slovin sebagai berikut,

n=

Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
e = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan
pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir

Jika seluruh penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) di


Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bintaro 08 Pagi berjumlah 137
dengan kesalahan error yang digunakan sebesar 0.1, maka

n=

45
46

= = 57,80 ~ 58 orang

Jadi, minimal responden yang harus dijadikan sampel


adalah 58 orang dari total 137 total populasi. Sementara
untuk uji coba validitas dan reabilitasnya akan diberikan
kepada 30 orang di luar perhitungan sampel penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN)
Bintaro 08 Pagi, Kelurahan Bintaro, Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan
selama dua minggu, mulai dari Senin, 20 April 2020 – Jum’at
25 April 2020.

3.3 Sumber Data


Sumber data merupakan cara bagaimana data didapatkan.
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari hasil
penelitian secara langsung. Data primer penelitian ini
penulis peroleh dari kuesioner yang disebarkan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
lain yang dilakukan dengan cara studi literature, artikel,
jurnal atau web site yang berkaitan dengan tema
penelitian. Pada penelitian ini penulis mendapatkan
sumber data sekunder dari website kjp.jakarta.go.id
47

berupa informasi-informasi terkait Kartu Jakarta Pintar


(KJP).

3.4 Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner. Kuesioner merupakan cara untuk
memperoleh data melalui formulir-formulir yang berisi
pernyataan-pernyataan yang diajukan secara tertulis dan
sudah terdapat pilihan jawaban. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Menurut
Sugiono (2016: 92), skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang dan sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Tujuan digunakannya skala
likert adalah untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
orang tua wali murid tentang efektifitas Kartu Jakarta Pintar
(KJP) dan manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan
sosial penerimanya.
Dalam melakukan pengambilan sampel menggunakan
teknik probability sampling dengan jenis random sampling.
Probability sampling adalah setiap unsur yang terdapat dalam
populasi memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Sementara random sampling adalah
teknik penarikan sampel secara acak tanpa kriteria tertentu.
48

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel


Efektivitas KJP
No. Indikator No. Item Jumlah
Item
Pendataan
1. Penerima KJP sesuai 1, 4 2
dengan persyaratan
2. Pendaftaran mudah 2, 3 2
dipahami dan dijalankan
Sosialisasi
3. Akses informasi 5, 6 2
mengenai KJP terbuka
4. Program sosialisasi KJP 7, 8 2
diketahui dan dipahami
Distribusi
5. Waktu pencairan dana 9, 10 2
KJP sesuai aturan
6. Besaran KJP yang 11, 12 2
diterima sesuai dengan
aturan
Pemanfaatan
7. Pemanfaatan KJP sesuai 13, 14 2
dengan tujuan
8. KJP dapat dimanfaatkan 15, 16 2
untuk memenuhi
kebutuhan siswa yang
menerima
49

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel


Manfaat KJP dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial
No. Indikator No. Item Jumlah
Item
Sandang dan Pangan
1. Peningkatan daya beli 17, 18, 6
pakaian dan makanan 19, 20,
siswa penerima KJP 21, 22
Keperluan Sekolah
2. Peningkatan daya beli 23, 24 2
keperluan sekolah siswa
penerima KJP
Perilaku Belajar, Akses terhadap Sumber Belajar, dan
Prestasi Belajar
3. Peningkatan perilaku dan 25, 26, 5
prestasi belajar siswa 27, 28, 29
penerima KJP

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Dalam menghimpun dan mengumpulkan data dalam
penelitian ini, penulis menggunakan kuesioner sebagai alat
bantu. Penulis akan memberikan sebuah daftar pertanyaan
dengan jawaban tertutup berupa butir-butir simbol jawaban
seperti SS/S/R/TS/STS yang memiliki arti Sangat
Setuju/Setuju/Ragu-ragy/Tidak Setuju/Sangat Tidak Setuju.
50

Dimana apabila kuesioner bermakna positif, maka Sangat


Setuju bernilai 5, Setuju bernilai 4, Ragu-ragu bernilai 3,
Tidak Setuju bernilai 2, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 1.
Sedangkan apabila kuesioner bermakna negatif, maka Sangat
Setuju bernilai 1, Setuju bernilai 2, Ragu-ragu bernilai 3,
Tidak Setuju bernilai 4, dan Sangat Tidak Setuju bernilai 5.
Kuesioner ini ditunjukkan untuk wali murid siswa Sekolah
Dasar Negeri (SDN) Bintaro 08 Pagi untuk memperoleh data
tentang efektifitas penggunaan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan
manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pendidikan.
Namun, sebelum kuesioner disebar, maka kuesioner
tersebut diuji terlebih dahulu validitas dan reabilitasnya.
Ukuran yang digunakan untuk menunjukan tingkat keabsahan
penelitian ini menggunakan teknik validitas konstruk
(construct validity). Rumus yang digunakan yaitu;
∑ ∑ ∑
=
√[ ∑ ][ ∑ ∑ ]

Keterangan:
n = Jumlah responden
X = Skor variabel (jawaban responden)
Y = Skor total dari variabel (jawaban responden)
Dimana apabila, r hitung > r tabel, berarti valid. Begitu
pula sebaliknya, r hitung < r tabel, berarti tidak valid.
Sementara reabilitas yang digunakan adalah uji internal
consistency dengan jenis alpha cronbach, sebab pada
51

kuesioner yang dibuat menggunakan skala likert. Rumus


yang digunakan yaitu:
a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan.


=
b. Menentukan nilai varians total.


=
c. Menentukan reliabilitas instrumen.

=[ ] [1 – ]

Keterangan:
n = Jumlah sampel
= Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑ = Total jawaban responden untuk setiap butir
pertanyaan
= Varians total
∑ = Jumlah varians butir
k = Jumlah butir pertanyaan
= Koefisien reliabilitas instrumen
52

3.6 Teknik Pengolahan Data


Penelitian ini memiliki alur pengolahan dan analisis data
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data. Pada tahap ini kuesioner yang telah
disebarkan melalui Google Form dan diisi oleh
responden akan terkumpul dalam suatu lembar kerja.
Lembar kerja ini berisi data-data yang termuat dalam
kuesioner seperti persetujuan menjadi responden,
identitas, serta jawaban dari pernyataan-pernyataan yang
tersedia.
2. Pengolahan data. Dalam tahap ini terdapat dua bagian
yaitu pengeditan data dan pengkodean data. Pengeditan
data adalah proses dimana jawaban dari responden akan
diperiksa. Apabila ada jawaban dari salah satu
pernyataan mengenai identitas yang rancu, maka
responden akan dihubungi kembali secara personal untuk
mengkonfirmasi data yang diisi sebelumnya. Sedangkan
pengkodean data adalah proses dimana setiap pernyataan
akan diberikan nilai tertentu sesuai dengan kategori
jawabannya. Tujuannya dilakukan kedua hal tersebut
adalah untuk merapihkan semua data yang didapat
sehingga akan memudahkannya dalam proses analisa.
3. Analisis data. Dalam tahap ini terdapat dua bagian yaitu
penyajian data dan uji statistik. Kedua proses ini
menggunakan bantuan dari Microsoft Excel. Dalam
proses penyajian data tahap pertama yang dilakukan
adalah menghitung data berdasarkan dimensi yang ada di
53

setiap variabel. Untuk melakukannya menggunakan


rumus di antaranya; SUM untuk menghitung
penjumlahan, IF untuk memberikan kode tertentu, dan
AVARAGE untuk mengitung nilai mean (rata-rata).
Selain itu untuk mengetahui Tingkat Capaian Responden
(TCR) maka menggunakan rumus sebagai berikut:

TCR = × 100

Setelah nilai TCR didapatkan, nilai tersebut akan


dimasukan dalam kriteria yang sudah ditentukan untuk
melihat perbandingan nilai yang didapatkan tiap dimensi
dalam variabel.
Tabel 3. 3 Klasifikasi TCR
No. Presentasi Pencapaian Kriteria
1. 90% - 100% Sangat Baik
2. 80% - 89% Baik
3. 65% - 79% Cukup
4. 55% - 64% Kurang Baik
5. 1% - 54% Tidak Baik
Sumber: Suharsimi (dalam Ermina, 2015)
Sedangkan uji statistiknya menggunakan uji
deskriptif dan korelasi. Berbeda pada penyajian data
yang menghitung berdasarkan dimensi dalam setiap
variabel, pada uji statistik menghitung berdasarkan nilai
keseluruhan pada dua variabel yang ada. Setelah itu data
disajikan dalam bentuk tabel dan diagram pencar. Hal ini
dilakukan untuk melihat bagaimana pergerakan
54

hubungan antara kedua variabel. Untuk mengukur


kekuatan hubungan antara kedua variabel, maka
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3. 4 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Sumber: Siregar (2017: 251)

4. Interpretasi data. Pada tahap ini data yang telah disajikan


akan diberikan penafsiran dan penjelasan makna yang
terkandung di dalam diagram atau tabel.
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Temuan Hasil Penelitian


1. Profil Keluarga Penerima Kartu Jakarta Pintar
(KJP)
Kartu Jakarta Pintar (KJP) adalah program strategis
pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan untuk
mendorong angka partisipasi sekolah dengan menyasar
keluarga yang berada di tingkat perekonomian menengah
ke bawah. Hal ini berarti setiap keluarga yang menerima
KJP memiliki kriteria yang sudah ditentukan seperti
sebagai berikut;
1. Siswa yang orang tuanya terdaftar sebagai Peserta
PKH (Program Keluarga Harapan);
2. Siswa yang berasal dari Panti Sosial/Panti Asuhan/
yang dikelola oleh Kementerian Sosial;
3. Siswa Yatim dan/atau Piatu;
4. Siswa yang berasal dari rumah tangga yang memiliki
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari
Kelurahan;
5. Siswa korban musibah bencana alam;
6. Siswa terancam putus sekolah karena kesulitan biaya,
atau;
7. Pertimbangan lain (misalnya kelainan fisik, korban
musibah berkepanjangan dan siswa berasal dari

55
56

rumah tangga miskin dan memiliki lebih dari 3 (tiga)


orang bersaudara yang berusia dibawah 18 tahun).
Untuk itu, dari total 65 responden penerima KJP
yang didapatkan, setiap keluarga akan diklasifikasikan
berdasarkan karakteristik tertentu untuk memberikan
gambaran bagaimana profil keluarga penerima KJP di
lapangan. Namun, pada pengklasifikasian ini perlu
ditekankan bahwa jumlah Ibu dan Ayah yang ditemukan
tidak sebanding, sebab hanya 60 orang anak yang masih
memiliki atau berada dalam asuhan ayahnya. Sisanya
sebanyak 4 orang anak sudah tidak memiliki ayah dan 1
orang anak sudah berpisah dari ayahnya.
57

A. Profil Orang Tua Penerima Kartu Jakarta Pintar


(KJP)
a. Karakteristik Orang Tua Menurut Usia
Gambar 4. 1 Diagram Orang Tua Menurut
Usia
Usia Ibu dan Ayah
Ibu Ayah
37%

26%
23%
22%
20% 20%
17%
13% 13%

8%

2%
0%

26 - 30 31 - 35 36 - 40 41 - 45 46 - 50 51- 55

Jika dilihat menurut usia, orang tua penerima


KJP didominasi oleh rentang usia 36 – 40 tahun
dengan jumlah Ibu sebesar 26% dan Ayah
sebesar 37%. Sementara presentase terendah
pada Ibu berada di rentang usia 50 – 55 tahun
dengan jumlah sebesar 2% dan Ayah berada di
rentang usia 26 – 30 tahun dengan jumlah
sebesar 0%. Ini menunjukan bahwa semua orang
tua penerima KJP berada di usia produktif (tidak
ada yang berusia > 64 tahun).
58

b. Karakteristik Orang Tua Menurut


Pendidikan Terakhir
Gambar 4. 2 Diagram Orang Tua Menurut
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Ibu dan Ayah
Ibu Ayah

Akademi/D 3%
1-D3 3%

SMA - 54%
sederajat 57%

SMP - 28%
sederajat 22%

SD - 15%
sederajat 18%

Berdasarkan pendidikannya, terlihat bahwa


sebagian besar orang tua penerima KJP
berpendidikan terakhir SMA-sederajat dengan
separuh lebih dari jumlah total yaitu Ibu sebesar
54% dan Ayah sebesar 57%. Sementara orang
tua dengan tingkat pendidikan sarjana tidak
ditemukan. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas
orang tua penerima KJP masih berpendidikan
rendah, sehingga berpengaruh pada kondisi
sosial ekonomi keluarganya.
59

c. Karakteristik Orang Tua Menurut Pekerjaan


Gambar 4. 3 Diagram Orang Tua
Menurut Pekerjaan
Pekerjaan Ibu dan Ayah
Ibu Ayah

Pegawai Swasta 11%


33%

Wiraswasta/Pedagang 5%
14%

Seniman 0%
2%

Buruh 8%
50%

Ibu Rumah Tangga 77%


0%

Tidak Bekerja 0%
2%

Jika dilihat dari status pekerjaan, paling


banyak Ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
yaitu sebesar 77%. Sementara Ayah, paling
banyak berprofesi sebagai buruh yaitu sebesar
50%. Profesi yang masuk ke dalam buruh ini di
antaranya supir ojek online dan pekerja
serabutan. Sementara jumlah terkecil pada status
pekerjaan Ibu adalah wiraswasta sebesar 5% dan
Ayah adalah tidak bekerja sebesar 2%.
60

d. Karakteristik Orang Tua Menurut


Penghasilan
Gambar 4. 4 Diagram Orang Tua
Menurut Penghasilan
Penghasilan Ibu dan Ayah Perbulan
Ibu Ayah

77%
Tidak Ada
11%

14%
Kurang dari 1.000.000
12%

Kisaran 1.000.001 - 6%
2.000.000 49%

Kisaran 2.000.001 – 2%
3.000.000 22%

Kisaran 3.000.001 – 2%
4.000.000 6%

Berdasarkan penghasilan yang didapatkan


orang tua perbulan, mayoritas Ibu (77%)
mengaku bahwa mereka tidak memiliki
penghasilan. Hal ini terjadi mengingat sebagian
besar Ibu memang bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Sementara untuk kelompok Ayah,
mayoritas (49%) memiliki pendapatan pada
kisaran 1.000.001 – 2.000.000. Dari data yang
didapatkan tidak ditemukan orang tua yang
61

memiliki pendapatan lebih dari 4.000.000 (di


atas UMR). Hal ini bisa disimpulkan bahwa
penerimaan KJP sudah tepat sasaran, di mana
keluarga yang menerima KJP merupakan
keluarga yang berada di tingkat perekonomian
menengah ke bawah, sehingga program KJP
yang dikeluarkan pemerintah dapat membantu
meringankan biaya pendidikan keluarga tersebut.

B. Profil Anak Penerima Kartu Jakarta Pintar


(KJP)
a. Karakteristik Anak Menurut Jenis Kelamin
Gambar 4. 5 Diagram Anak Menurut Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin Anak

Perempuan 48%

Laki-laki 52%

Apabila ditelisik berdasarkan jenis kelamin


anak penerima KJP, terlihat bahwa jumlah laki-
laki lebih besar 2% dibandingkan dengan jumlah
perempuan.
62

b. Karakteristik Anak Menurut Usia dan Kelas


Gambar 4. 6 Diagram Anak Menurut Usia
Usia Anak

25%

20%
18%

14% 14%

6%
3%

7 8 9 10 11 12 13

Gambar 4. 7 Diagram Anak Menurut Kelas


Kelas Anak
23%
22%
20%

15%
12%

8%

1 2 3 4 5 6

Berdasarkan diagram di atas, tampak bahwa


jumlah anak penerima KJP paling besar berada
di usia 11 tahun sebesar 25% dan terkecil berada
63

pada usia 7 tahun sebesar 3%. Sementara


berdasarkan tingkatan kelas anak penerima KJP,
paling banyak berada pada tingkat kelas 2
sebesar 23%, disusul dengan kelas 4 sebesar
22%, dan kelas 6 sebesar 20%.

c. Karakteristik Jangka Waktu Menerima Kartu


Jakarta Pintar (KJP)
Gambar 4. 8 Diagram Anak Menurut Jangka
Waktu Menerima KJP
Jangka Waktu Menerima KJP

26% 26%
23%

18%

5%
2%

0-1 1-2 2-3 3-4 4-5 5-6

Berdasarkan jangka waktu menerima KJP,


didominasi pada 0-1 tahun dan 1-2 tahun dengan
jumlah masing-masing 26%. Sementara jangka
waktu terkecil berada pada 4-5 tahun sebesar 2%.

2. Uji Validitas dan Realiabilitas


Sebelum kuesioner disebar kepada responden
penelitian, kuesioner harus diuji coba terdahulu. Uji coba
64

yang dilakukan ada dua jenis yaitu, uji validitas dan uji
reabilitas. Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk
mengukur tingkat keabsahan nilai pada setiap item
kuesioner. Sementara uji reabilitas adalah uji yang
digunakan untuk mengukur ketetapan nilai kuesioner.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan program
IBM SPSS v.20. dan dilakukan kepada 30 orang
responden uji coba.
Adapun suatu item instrumen penelitian dapat
dikatakan valid apabila hasil nilai r hitung > r tabel.
Nilai r tabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu
0,361. Sedangkan untuk dapat dikatakan reliabel apabila
nilai alpha > 0,70.
Tabel 4. 1 Hasil Uji Validitas

No Item r Hitung r Tabel Keterangan

1 .581** 0,361 Valid


2 .565** 0,361 Valid
3 .441* 0,361 Valid
4 .537** 0,361 Valid
5 .565** 0,361 Valid
6 0,278 0,361 Tidak Valid
7 0,296 0,361 Tidak Valid
8 0,324 0,361 Tidak Valid
9 .466** 0,361 Valid
10 .596** 0,361 Valid
11 0,020 0,361 Tidak Valid
12 .474** 0,361 Valid
13 .666** 0,361 Valid
14 .655** 0,361 Valid
15 .434* 0,361 Valid
16 .709** 0,361 Valid
65

No Item r Hitung r Tabel Keterangan

17 .691** 0,361 Valid


18 .769** 0,361 Valid
19 .814** 0,361 Valid
20 .814** 0,361 Valid
21 .818** 0,361 Valid
22 .818** 0,361 Valid
23 .643** 0,361 Valid
24 .658** 0,361 Valid
25 .535** 0,361 Valid
26 .734** 0,361 Valid
27 .678** 0,361 Valid
28 .744** 0,361 Valid
29 .684** 0,361 Valid

Berdasarkan tabel hasil pengujian di atas, terlihat


bahwa hasil uji validitas yang telah dilakukan
menunjukan hanya 25 item kuesioner yang memiliki nilai
r hitung > r tabel atau valid. Sementara 4 sisanya
memiliki nilai r hitung < r tabel atau tidak valid.

Tabel 4. 2 Hasil Uji Reabilitas


Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha N of Items
0,977 29

Sementara hasil uji reabilitasnya menunjukan bahwa


nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,977. Hal ini berarti
nilai tersebut > 7,00 sehingga dapat dikatakan kuesioner
penelitian ini stabil dan konsisten untuk digunakan
berulangkali.
66

3. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data


Tabel 4. 3 Hasil Uji Deskriptif
Efektivitas
KJP Kesejahteraan Sosial

Mean 63,30 Mean 53,61

Berdasarkan perhitungan nilai mean atau nilai rata-


rata di atas yang menggunakan pembagian seluruh
jumlah sampel, menunjukan bahwa mean variabel
efektivitas KJP sebesar 63,30 dan kesejahteraan sosial
sebesar 53,61. Nilai pada variabel efektivitas KJP lebih
besar daripada variabel kesejahteraan sosial. Hal ini
disebabkan jumlah item instrumen pada keduanya
memang tidak sebanding, variabel efektivitas ada 16 item
dan variabel kesejahteraan ada 11 item.
Selanjutnya untuk mengetahui secara lebih rinci
kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam jalannya
proses KJP dan manfaatnya dalam kesejahteraan sosial,
maka diambil nilai mean dari masing-masing dimensi
yang ada dalam setiap variabel. Perhitungan nilai mean
ini berdasarkan jumlah item yang ada pada tiap dimensi
dalam variabel dengan rentang skor 1-5.
67

A. Efektivitas Kartu Jakarta Pintar (KJP)


Gambar 4. 9 Diagram Mean Efektivitas KJP
Mean Efektivitas KJP
4.11 4.08
3.96

3.68

Pendataan Sosialisasi Distribusi Pemanfaatan

Dengan asumsi apabila nilai mean yang sudah


melebihi setengah dari skor nilai mean terbesar atau
2,5, maka dianggap sudah baik. Berdasarkan gambar
di atas, terlihat bahwa nilai mean (nilai rata-rata)
terbesar pada variabel efektivitas berada di dimensi
distribusi dengan jumlah 4,11 dan terkecil berada di
dimensi sosialisasi dengan jumlah 3,68. Sehingga
nilai tersebut menunjukan bahwa pada penelitian ini
KJP sudah berjalan dengan efektif.
68

B. Kesejahteraan Sosial
Gambar 4. 10 Diagram Mean Kesejahteraan
Sosial
Mean Kesejahteraan Sosial
4.59

4.16
3.89

Sandang dan Keperluan Sekolah Perilaku Belajar,


Pangan Akses terhadap
Sumber Belajar,
dan Prestasi
Belajar

Sama seperti sebelumnya, dengan asumsi apabila


nilai yang sudah melebihi setengah dari skor nilai
terbesar atau 2,5, maka dianggap sudah baik.
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa nilai
mean pada variabel kesejahteraan terbesar berada di
dimensi keperluan sekolah dengan jumlah 4,59 dan
terkecil berada di dimensi perilaku belajar, akses
terhadap sumber belajar, dan prestasi belajar dengan
jumlah 3,89. Sehingga nilai tersebut menunjukan
bahwa pada penelitian ini KJP sudah memberikan
manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan sosial
bagi penerimanya.
Tetapi, nilai dari perilaku belajar, akses terhadap
sumber belajar, dan prestasi belajar yang
mendapatkan hasil tidak sebaik dimensi lainnya juga
69

bisa berarti dua hal, program KJP yang digulirkan


mungkin tidak cukup untuk memotivasi sasaran
program atau sasaran program memang sudah
mencapai tujuan program yang ditentukan. Penelitian
ini masuk ke dalam kasus kedua dimana hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor jenjang pendidikan yang
masih dasar.
Anak-anak yang berada di Sekolah Dasar (SD)
masih berada dalam asuhan orang tua yang ketat.
Dengan segala keperluan dan kebutuhan yang masih
sangat diperhatikan, anak akan cenderung mengikuti
perintah orang tuanya, sehingga hal tersebut juga
berpengaruh terhadap pendidikan anak. Bimbingan
orang tua mampu membantu anak rajin datang ke
sekolah dan mengerjakan tugas-tugasnya.
70

4. Tingkat Capaian Respoden (TCR)


Gambar 4. 11 Diagram Tingkat Capaian Responden
(TCR) Efektivitas KJP
Efektivitas KJP

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

55%
48%
46% 46%

31%
29%
22% 22% 23%
20%
18%
12%
9% 9%
5% 5%
0% 0% 0% 0%

Pendataan Sosialisasi Distribusi Pemanfaatan

Berdasarkan hasil Tingkat Capaian Responden


(TCR) pada variabel efektivitas KJP, menunjukan bahwa
kategori “baik” hampir mendominasi semua dimensi.
Hanya pada dimensi sosialisasi yang didominasi oleh
kategori “cukup baik” sebesar 48%. Selain itu, dari
diagram tersebut juga menunjukan bagian dimen yang
menonjol adalah pemanfaatan. Hal ini terlihat dari tidak
adanya kategori “tidak baik” dan “kurang baik”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel efektivitas
KJP memperoleh kategori TCR “baik”.
71

Gambar 4. 12 Diagram Tingkat Capaian Responden


(TCR) Kesejahteraan Siswa
Manfaat KJP dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Sosial

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

62%

48%
43% 42%
38%
34%

17%
9%
6%
0% 0% 0% 0% 2% 0%

Sandang dan Pangan Keperluan Sekolah Perilaku Belajar,


Akses terhadap
Sumber Belajar, dan
Prestasi Belajar

Pada variabel manfaat KJP dalam meningkatkan


kesejahteraan, menunjukan bahwa tidak terdapat dimensi
yang memiliki kategori “kurang baik” dan dua dimensi
yang memiliki kategori “tidak baik” yaitu sandang dan
pangan sebesar 6% dan perilaku belajar, akses terhadap
sumber daya, dan prestasi belajar sebesar 2%. Pada
variabel ini dimensi keperluan sekolah terlihat lebih
menonjol sebab didominasi oleh kategori “sangat baik”
sebesar 62%. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan
dana KJP lebih diarahkan kepada pembelian barang-
barang untuk sekolah anak. Sehingga dapat disimpulkan
72

bahwa variabel kesejahteraan sosial memperoleh kategori


TCR “baik”.

5. Nilai Korelasi
Tabel 4. 4 Hasil Uji Korelasi Efektivitas KJP dan
Kesejahteraan Sosial
Efektivitas KJP dan
KJP Kesejahteraan
Sosial
Efektivitas KJP 1
KJP dan Kesejahteraan 0,51 1
Sosial

Gambar 4. 13 Diagram Pencar Korelasi Antara


Efektivitas KJP dan Manfaatnya dalam
Kesejahteraan Sosial
Korelasi antara Efektivitas KJP dan
Kesejahteraan Sosial
Manfaat KJP dalam Kesejahteraan Sosial

80

70

60

50

40

30
30 40 50 60 70 80
Efektivitas KJP

Dalam kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi


berada di antara -1 dan 1. Nilai negatif menandakan arah
73

korelasi negatif sempurna atau bertolak belakang antara


variabel X dan Y, sehingga apabila variabel X naik, maka
variabel Y turun. Sedangkan nilai positif menandakan
arah korelasi positif sempurna atau hubungan searah,
sehingga apabila variabel X naik, maka variabel Y juga
naik. Dari Tabel. 11 di atas, terlihat bahwa nilai koefisien
korelasi antara efektivitas KJP dan kesejahteraan sosial
sebesar 0,51. Berdasarkan kriteria kekuatan hubungan
menurut Siregar, maka hubungan antara efektivitas KJP
dan kesejahteraan sosial masuk dalam kriteria cukup.
Selain itu, nilai tersebut juga memiliki makna hubungan
positif.
Hubungan positif ini terjadi jika variabel efektivitas
KJP mengalami peningkatan, maka variabel
kesejahteraan sosial juga akan mengalami peningkatan.
Diasumsikan apabila hal tersebut terjadi maka titik-titik
dalam diagram pencar akan membentuk sebuah garis
lurus dari sudut kiri bawah menuju ke kanan atas.
Namun, titik-titik yang terlihat pada Gambar. 13 tidak
menunjukan pola yang konsisten, sebab titik-titik tersebut
selalu bergerak ke kanan atau garis efektivitas, tetapi
tidak selalu bergerak ke atas atau garis kesejahteraan.
Kedua hasil ini bisa terjadi karena faktor-faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan tidak semuanya mampu
ditanggung oleh KJP. KJP memang menanggung beban-
beban yang sekiranya dapat membantu anak dalam
memperoleh sumber-sumber pendidikan seperti
74

pembelian buku dan alat tulis, seragam, belajar


tambahan, dan makanan-makanan bergizi yang dapat
mendorong pertumbuhan anak. Namun, keluarga
penerima KJP pun harus memilih salah satu di antaranya,
mereka tidak bisa mendapatkan itu semua sebab uang
yang didapatkan tidak mencukupi.

4.2 Pembahasan
Penelitian ini membagi dua variabel penelitian ke dalam
dimensi-dimensi berdasarkan proses kerja dari KJP dan
kesejahteraan sosial. Hal ini sejalan seperti yang
dikemukakan Soetopo bahwa manajerial yang baik
merupakan suatu proses yang bekerja dengan komponen-
komponen yang dirancang dalam lembaga formal untuk
mencapai sebuah tujuan dengan tepat sasaran (Soetopo, 2010:
51). Dari data yang didapatkan, baik melalui ukuran
pemusatan dan penyebaran data yang dilihat dari nilai mean
maupun nilai TCR, variabel efektivitas KJP pada tiap
dimensinya yang terdiri dari pendataan, sosialisasi, distribusi,
dan pemanfaatan menunjukan hasil yang baik. Begitu juga
pada variabel kesejahteraan sosial yang terdiri dari sandang
dan pangan, keperluan sekolah, dan perilaku belajar, akses
terhadap sumber belajar, dan prestasi belajar menunjukan
hasil yang baik.
Sebagaimana pengertian dari efektivitas sendiri
merupakan korelasi antara output dan tujuan, di mana ukuran
efektivitas merupakan umpan balik dari output. Sehingga
75

melalui pengukuran kedua variabel tersebut dapat dikatakan


bahwa program KJP sudah berjalan efektif dan mencapai
tujuan. Selain itu, temuan pada penghasilan orang tua
penerima KJP yang menunjukan bahwa sebagian besar
berpenghasilan di bawah UMR juga mendukung
ketepatsasaran program yang digulirkan telah efektif.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) memiliki standar dan indikator dalam menentukan
keluarga sejahtera. Disesuaikan dengan aturan pemanfaatan
dana KJP yang didapatkan, setidaknya mampu membantu
keluarga penerimanya dalam membeli kebutuhan makanan
bergizi, pakaian, dan memperoleh akses pendidikan dengan
gratis. Meskipun memang tidak dapat membantu secara
keseluruhan upaya peningkatan kesejahteraan sosial
berdasarkan indikator dari BKKBN, tetapi usaha yang
dilakukan oleh KJP sudah cukup berhasil.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang
memberikan gambaran bagaimana efektivitas KJP dan
manfaatnya dalam meningkatkan kesejahteraan sosial serta
hubungan antar keduanya. Pengukuran ini dilakukan dengan
membagi kedua variabel penelitian ke dalam dimensi-
dimensi tertentu. Variabel efektivitas berdasarkan proses
kerja dari KJP yang terdiri dari pendataan, sosialisasi,
distribusi, dan pemanfaatan. Sedangkan variabel
kesejahteraan sosial berdasarkan indikator keluarga sejahtera
menurut BKKBN yang disesuaikan dengan tanggungan
penggunaan KJP yang terdiri dari sandang dan pangan,
keperluan sekolah sebesar dan perilaku belajar, akses
terhadap sumber belajar, dan prestasi belajar. Penelitian ini
dilaksanakan kepada 65 sampel penerima KJP di SDN
Bintaro 08 Pagi. Berdasarkan data dari hasil penelitian, maka
terdapat beberapa poin kesimpulan sebagai berikut:
1. Orang tua murid penerima KJP paling banyak
berdasarkan; usia berada di rentang 36 – 40 tahun dengan
ibu sebesar 26% dan ayah sebesar 37%, pendidikan
berada di jenjang SMA – sederajat dengan ibu sebesar
54% dan ayah 57%, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah

76
77

tangga sebesar 77% dan ayah sebagai buruh sebesar 50%,


ibu yang tidak memiliki penghasilan sebesar 77% dan
ayah berpengasilan Rp. 1.000.001 – 2.000.000 sebesar
49%.
2. Anak penerima KJP berjenis kelamin perempuan sebesar
40% dan laki-laki sebesar 52%. Berdasarkan usia paling
banyak berada di usia 11 tahun sebesar 25%, tingkatan
kelas berada di kelas 2 sebesar 23%, dan jangka waktu
menerima KJP 0-1 tahun dan 1-2 tahun sebesar 26%.
3. Nilai mean kedua variabel sudah menujukan hasil yang
baik, hal ini terlihat dari nilai yang didapatkan sudah
melebihi setengah dari skor nilai mean terbesar atau 2,5.
Pada variabel efektivitas KJP dengan dimensi pendataan
sebesar 3,96, sosialisasi sebesar 3,68, distribusi sebesar
4,11, dan pemanfaatan sebesar 4,08. Sedangkan pada
variabel kesejahteraan sosial dengan dimensi dimensi
sandang dan pangan sebesar 4,11, keperluan sekolah
sebesar 4,59, dan perilaku belajar, akses terhadap sumber
belajar, dan prestasi belajar sebesar 3,89.
4. Nilai TCR “baik” hampir mendominasi variabel
efektivitas KJP dengan dimensi pendataan sebesar 46%,
distribusi sebesar 46%, dan pemanfaatan sebesar 55%,
hanya pada dimensi sosialisasi yang didominasi oleh
“cukup baik” sebesar 48%. Sedangkan pada variabel KJP
dan kesejahteraan, dimensi sandang dan pangan
didominasi kategori “baik” sebesar 43%, keperluan
sekolah kategori “sangat baik” sebesar 62%, dan perilaku
78

belajar, akses terhadap sumber belajar, dan prestasi


belajar kategori “cukup baik” sebesar 48%.
5. Nilai korelasi antara hubungan efektivitas KJP dan
kesejahteraan sosial bernilai 0,50. Hal ini berarti
hubungan antar keduanya bermakna positif atau terjadi
hubungan peningkatan antar keduanya.
Dari kelima poin tersebut, disimpulkan secara umum
bahwa menurut pandangan orang tua/wali murid, proses kerja
KJP telah berjalan secara efektif. Selain itu, KJP juga telah
memberikan manfaat dalam meringankan beban personal
pendidikan dan pemenuhannya sebagai upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial bagi penerimanya.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada
beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya dan sistem kerja dari
KJP. Saran ini terbagi menjadi saran teoritis dan saran praktis
sebagai berikut:
1. Saran Teoritis
 Dengan keterbatasan penelitian yang dilakukan di
tengah wabah pandemi, maka penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memasukan metode observasi
langsung, dokumentasi, dan wawancara kepada
responden penelitian agar mendapatkan informasi
yang lebih dalam.
79

 Dapat meneliti lebih jauh proses kerja dari saran dan


pengaduan yang dilakukan oleh para penerima KJP
kepada lembaga terkait.
2. Saran Praktis
 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai
penyelenggara program KJP meningkatkan
sosialisasi yang aktif dan masif, baik kepada antar
institusi maupun institusi dengan individu atau
penerima KJP.
 Memastikan KJP bukan hanya meningkatkan akses
pendidikan, tetapi juga kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Bastian, Indra. 2006. Akuntasi Sektor Publik: Suatu Pengantar.


Jakarta: Erlangga.

Friedlander, Walter A. 1968. Introduction to Social Welfare. New


Jersey: Prentice-Hall.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Midgley, James. 2005. Pembangunan Sosial: Perspektif


Pembangunan dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta:
Diperta Islam Depag RI.

Segal, Elizabeth A. dan Stephanie Brzuzy. 1998. Social Welfare


Policy, Programs, and Practice. USA: F.E Peacock.

Siregar, Syofian. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif:


Dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual &
SPSS. Jakarta: Kencana.

Soetopo, Hendyat. 2010. Perilaku Organisasi: Teori dan Praktik


di Bidang Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suharto, Edi. 2013. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di


Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal
Bidang Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

80
81

Suharto, Edi. 2015. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis


Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung:
Alfabeta.

JURNAL

Anisah dan Etty Soesilowati. 2017. Efektivitas Program Kartu


Jakarta Pintar Tingkat Sekolah Menengah Atas Negeri di
Kecamatan Pesanggrahan. Juga dapat diunduh pada
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/efficient/article/vi
ew/27218/11900 (14 Januari 2020).

Mamonto, Novan., Sumampouw, Ismail., dan Gustaf Undap.


2018. Implementasi Pembangunan Infrastruktur Desa
Dalam Penggunaan Dana Desa Tahun 2017 (Studi) Desa
Ongkaw II Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa
Selatan. Volume 1 No.1 Tahun 2018.

McIntyre, Di dan John E. Ataguba. 2011. How to Do ( or Not to


Do)... a Benefit Incidence Analysis. Juga dapat diunduh
pada
https://academic.oup.com/heapol/article/26/2/174/592398
(9 Juni 2020).

Pertiwi, Yoani Mega dan Aloysius Rengga. 2016. Implementasi


Kebijakan Kartu Jakarta Pintar (KJP) pada Sekolah
Dasar Negeri (SD) di Jakarta Timur Wilayah II. Juga
dapat dinduh pada
82

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/
12199 (14 Januari 2020).

Ruman, Yustinus Suhardi. 2014. Inklusi Sosial dalam Program


Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar
(KJP) di DKI Jakarta. Juga dapat diunduh pada
https://media.neliti.com/media/publications/166909-ID-
inklusi-sosial-dalam-program-kartu-jakar.pdf (14 Januari
2020).

Sari, Anna Yuliana Antika dan Adeng Hudaya. 2017. Efektivitas


Program Kartu Jakarta Pintar di SMK N 19 Jakarta. Juga
dapat diunduh pada
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/RDJE/article/
download/1979/1514 (14 Januari 2020).

Hasbiyallah dan Sulhan. 2013. Hadist Tarbawi: Hadist di


Sekolah dan Madrasah. Juga dapat diunduh pada
http://digilib.uinsgd.ac.id/10984/1/hadits%20tarbawi.pdf
(14 Januari 2020).

Suripto, Nadia Fakhrunnisa. 2015. Evaluasi Kebijakan Kartu


Jakarta Pintar Tingkat SMA/SMK Negeri di Jakarta
Selatan. Juga dapat diunduh pada
https://media.neliti.com/media/publications/106975-ID-
evaluasi-kebijakan-kartu-jakarta-pintar.pdf (14 Januari
2020).
83

MODUL

OECD. 2018. Survey Economy OECD Indonesia. Juga dapat


diunduh pada
http://www.oecd.org/economy/surveys/Indonesia-2018-
OECD-economic-survey-overview-Bahasa.pdf (14
Januari 2020).

World Bank. Analyzing Health Equity: Who Benefits from Health


Sector Subsidies? Benefit Incidence Analysis. Juga dapat
diunduh pada
http://pubdocs.worldbank.org/en/956021503325811004/H
ealthEquityCh14.pdf (8 Juni 2020).

SKRIPSI

Ermina. 2015. Analisis Kepuasan Penumpang dalam


Menggunakan Jasa Transportasi Po. Sari Kencana. Juga
dapat diunduh pada
https://media.neliti.com/media/publications/24306-ID-
analisis-kepuasan-penumpang-dalam-menggunakan-jasa-
transportasi-po-sari-kencana.pdf (14 Juni 2020).

Sa’diyah, Laelatul. 2016. Pengaruh Penggunaan Kartu Jakarta


Pintar (KJP) terhadap Motivasi Belajar Keluarga Miskin
di SMP Negeri 50 Jakarta. Juga dapat diunduh pada
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/
34355/1/LAELATUL%20SA%27DIYAH (14 Januari
2020).
84

Palupi, Dian. 2015. Analisis Pembagian Manfaat (Benefit


Incidence Analysis) pada Realisasi Anggaran Belanja
Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan di Kabupaten
Kebumen Tahun 2012. Juga dapat diunduh pada
https://eprints.uny.ac.id/29726/1/Dian%20Palupi_104042
44043.pdf) 8 Juni 2020.

WEBSITE

www.kjp.jakarta.go.id (14 November 2019)

www.bkkbn.go.id (14 November 2019)

www.bps.go.id (14 November 2019)


LAMPIRAN

85
1. Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal Skripsi
2. Surat Pembimbing Skripsi
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Diizinkannya Penelitian
5. Waktu Penelitian

Tahun 2019 - 2020


Novembe
Kegiatan Januari April Mei
r
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Pengajuan
judul
b. Penyusunan
proposal
c. Seminar
proposal
d. Pengajuan
dosen
pembimbing
e. Pengajuan
izin
penelitian
f. Pembuatan
instrumen
serta uji
validitas dan
reliabilitas
2. Pelaksanaan
a. Pengumpula
n data
b. Analisa data
3. Penyusunan
a. Penulisan
laporan
b. Ujian skripsi
6. Kuesioner Penelitian

LEMBAR PERIZINAN
Efektivitas Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Manfaatnya dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Sosial di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Bintaro 08 Pagi

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saya Tari Juniar, mahasiswi program studi Kesejahteraan Sosial,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah bermaksud melaksanakan penelitian yang berjudul
“Efektivitas Pelayanan Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Manfaatnya
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial” sebagai tugas akhir
(skripsi). Untuk itu, saya mohon kepada Bapak/Ibu selaku
orangtua/wali murid penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) agar dapat
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban Bapak/Ibu
dalam kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya, sehingga kejujuran
Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini akan sangat saya hargai.
Jika ada yang ingin Bapak/Ibu tanyakan terkait penelitian,
Bapak/Ibu dapat mengontak saya melalui 081293086881. Terima kasih
banyak atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu untuk peran sertanya
dalam studi saya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Hormat Saya,

Tari Juniar
EFEKTIVITAS KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) DAN
MANFAATNYA DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Biodata Orangtua/Wali Penerima KJP


Isilah data di bawah ini dengan data diri orang tua/wali dari anak
yang menerima KJP!
1. Data Ayah
Nama :
Usia :
Alamat :

Pendidikan Terakhir : Tidak bersekolah


SD-sederajat
SMP-sederajat
SMA-sederajat
Akademi/D1-D3
Sarjana/Lebih
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pegawai BUMN
Pegawai Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Petani
Pensiunan
Buruh
Tidak Bekerja
Lainnya
Penghasilan Perbulan : Kurang dari 1.000.000
Kisaran 1.000.001 –
2.000.000
Kisaran 2.000.001 –
3.000.000
Kisaran 3.000.001 –
4.000.000
Lebih dari 4.000.000
2. Data Ibu
Nama :
Usia :
Alamat :

Pendidikan Terakhir : Tidak bersekolah


SD-sederajat
SMP-sederajat
SMA-sederajat
Akademi/D1-D3
Sarjana/Lebih
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pegawai BUMN
Pegawai Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Petani
Pensiunan
Buruh
Tidak Bekerja
Lainnya
Penghasilan Perbulan : Kurang dari 1.000.000
Kisaran 1.000.001 –
2.000.000
Kisaran 2.000.001 –
3.000.000
Kisaran 3.000.001 –
4.000.000
Lebih dari 4.000.000
3. Data Wali
(Lewati jika anak masih ditanggung orangtua dan tidak
memiliki orangtua pengganti)
Nama :
Usia :
Alamat :

Pendidikan Terakhir : Tidak bersekolah


SD-sederajat
SMP-sederajat
SMA-sederajat
Akademi/D1-D3
Sarjana/Lebih
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Pegawai BUMN
Pegawai Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Petani
Pensiunan
Buruh
Tidak Bekerja
Lainnya
Hubungan Keluarga : Orangtua
Wali
Penghasilan Perbulan : Kurang dari 1.000.000
Kisaran 1.000.001 –
2.000.000
Kisaran 2.000.001 –
3.000.000
Kisaran 3.000.001 –
4.000.000
Lebih dari 4.000.000

2. Biodata Anak Penerima KJP


Isilah data di bawah ini dengan data diri anak yang menerima
KJP!
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Sekarang Kelas : 1 2 3
4 5 6
Memperoleh KJP Sejak : 1 2 3
Kelas 4 5 6

C. Kuesioner Penelitian
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang tersedia, bila
ada pernyataan yang kurang dimengerti, silahkan hubungi
081293086881 (Tari).
Keterangan:
1. Sangat setuju SS
2. Setuju S
3. Ragu-ragu RG
4. Tidak setuju TS
5. Sangat tidak setuju STS

No. Pernyataan SS S RG TS STS


Implementasi Kartu Jakarta Pintar (KJP)
A. Pendataan
Anak saya
memenuhi syarat-
1.
syarat sebagai
penerima KJP
Saya kesulitan untuk
memenuhi berkas-
berkas atau
2.
persyaratan yang
dibutuhkan untuk
menerima KJP
No. Pernyataan SS S RG TS STS
Biaya yang harus
dikeluarkan untuk
memenuhi
persyaratan
penerima KJP
3. (seperti biaya
fotocopy keperluan
persyaratan,
pembuatan SKTM,
dll) mahal dan tidak
terjangkau
Kami menerima KJP
karena kondisi
4.
perekonomian
keluarga kami
B. Sosialisasi
5. Akses terhadap
informasi mengenai
KJP kurang terbuka
6. Saya mendapatkan
informasi tentang
KJP melalui media
massa (berita,
website KJP,
internet, dll)
7. Saya mendapatkan
informasi tentang
KJP melalui teman
sesama penerima
KJP
8. Saya mendapatkan
informasi tentang
KJP melalui guru
dan staff sekolah
lainnya
C. Distribusi
9. Dana KJP selalu cair
tepat waktu sesuai
dengan prosedur
10. Saya menerima uang
KJP setiap sebulan
sekali
11. Jumlah uang yang
saya terima dari KJP
sudah sesuai dengan
besaran KJP
12. Ada pemotongan
dana KJP yang
dilakukan oleh pihak
sekolah atau pihak
lainnya
D. Pemanfaatan
13. Saya memanfaatkan
KJP sesuai dengan
aturan yang berlaku
14. KJP saya gunakan
untuk membantu
anak saya dalam
bersekolah
15. Uang KJP belum
cukup untuk
memenuhi
kebutuhan anak saya
16. Saya mudah
menggunakan KJP
karena sudah banyak
toko yang menerima
pembayaran dengan
KJP
Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kesejahteraan Sosial
A. Sandang dan Pangan
Dengan adanya
17. bantuan KJP, anak
saya lebih mudah
membeli baju baru
18. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih rutin
makan daging sapi
19. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih rutin
makan daging ayam
20. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih rutin
makan ikan
21. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih rutin
minum susu
22. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih rutin
makan telur
B. Keperluan Sekolah
23. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih mudah
membeli buku
pelajaran, buku tulis,
dan alat tulis lainnya
24. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih mudah
membeli seragam
sekolah, sepatu, dan
perlengkapan lainnya
C. Perilaku Belajar, Akses terhadap Sumber Belajar, dan
Prestasi Belajar
25. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya lebih sering
datang ke sekolah
26. Dengan adanya
bantuan KJP,
motivasi belajar
anak saya meningkat
27. Dengan adanya
bantuan KJP,
prestasi belajar anak
saya meningkat
28. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya dapat
memperoleh
kesempatan belajar
di luar sekolah
(bimbingan belajar
tambahan, les
renang, dll)
29. Dengan adanya
bantuan KJP, anak
saya menjadi lebih
siap dalam
memperoleh
pendidikan jenjang
berikutnya
Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang saya isi adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan. Saya memberikan izin kepada
peneliti untuk menggunakan data yang saya berikan untuk
kepentingan studi.

Nama :
No. HP. :

Tanda Tangan

( )
7. Tabulasi Data Penelitian

X
R X1 X2 X3 X4
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15 B16
R1 4 2 4 4 3 4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 4
R2 5 4 2 5 3 2 2 5 3 3 3 3 3 5 3 4
R3 5 5 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 5
R4 5 4 2 5 3 2 2 5 3 3 3 3 3 4 3 4
R5 5 4 4 4 4 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4
R6 4 4 3 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4
R7 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R8 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4
R9 5 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 5
R10 4 2 3 5 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 2 4
R11 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
R12 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4
R13 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
R14 5 2 4 4 2 2 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5
R15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R16 5 4 3 5 2 5 4 5 5 5 5 4 5 5 1 5
R17 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4
R18 5 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
R19 5 4 4 5 2 4 4 4 4 4 4 2 5 5 1 3
R20 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R21 5 4 3 4 3 2 2 4 4 4 3 4 5 5 3 4
R22 4 4 4 4 4 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4
R23 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5
R24 5 4 2 5 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 2 4
R25 5 5 5 5 5 4 1 5 5 5 4 5 5 5 5 5
R26 5 4 3 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5
R27 5 5 5 5 5 4 1 5 5 5 4 5 5 5 5 5
R28 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4
R29 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R30 5 1 1 5 1 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5
R31 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5
R32 5 3 4 4 3 3 2 4 5 5 4 4 5 4 3 5
R33 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4
R34 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R35 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R36 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5
R37 4 3 4 4 4 2 2 5 5 5 4 4 4 4 2 5
R38 4 4 3 5 4 2 3 5 4 5 5 5 5 5 2 4
R39 4 4 4 5 5 2 4 4 4 4 4 5 4 4 3 5
R40 5 2 2 5 4 2 2 4 4 4 4 4 5 5 4 2
R41 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R42 4 2 2 4 2 4 4 4 4 4 2 2 4 5 2 5
R43 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4
R44 5 4 2 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 2 5
R45 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4
R46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
R47 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
R48 4 2 2 4 2 4 4 4 5 5 4 4 4 5 2 4
R49 4 2 2 5 3 3 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4
R50 5 4 4 5 4 2 2 5 4 5 4 4 5 5 4 4
R51 4 2 2 4 2 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 2
R52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R53 4 4 4 4 2 2 2 4 5 5 4 4 4 4 3 4
R54 4 4 2 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4
R55 5 2 1 4 2 4 5 4 4 2 4 4 5 5 4 4
R56 4 4 2 4 4 2 2 5 4 4 4 4 5 5 2 4
R57 4 4 2 4 2 4 5 5 5 5 4 4 5 5 1 5
R58 4 3 3 4 3 4 3 5 4 4 3 4 4 5 2 5
R59 5 1 1 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5
R60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5
R61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R62 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 5 3 5
R63 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 2 5
R64 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 1 5
R65 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 2 4
Y
R Y1 Y2 Y3
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13
R1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R3 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4
R4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
R5 4 4 4 3 5 4 5 5 4 4 4 3 4
R6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4
R7 3 5 5 3 5 4 5 5 4 4 4 3 4
R8 2 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5
R9 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
R10 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5
R11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R12 2 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4
R13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
R14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 4
R15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R17 4 4 4 4 4 4 5 5 2 4 3 4 4
R18 2 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 2 5
R19 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 2 4
R20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R21 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 3
R22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R23 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5
R24 3 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 3 4
R25 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5
R26 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5
R27 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5
R28 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 4
R29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R30 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
R31 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 3 5
R32 5 5 5 4 4 3 5 5 3 3 3 4 4
R33 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 3 5
R34 4 2 2 2 2 2 4 4 2 4 4 3 4
R35 4 4 2 2 2 2 4 4 2 4 4 4 4
R36 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 3 5
R37 4 4 4 4 4 3 5 5 3 3 3 4 4
R38 3 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 4
R39 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 4 4
R40 2 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 2 5
R41 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R42 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 3 5
R43 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
R44 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R45 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4
R46 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R47 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5
R48 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4
R49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R50 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 2 4
R51 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
R52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R53 4 4 4 4 3 3 4 5 3 3 2 4 4
R54 2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4
R55 5 5 4 4 5 4 5 5 1 4 4 2 5
R56 4 4 5 4 5 4 5 5 2 4 4 2 4
R57 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 2 3
R58 3 2 3 2 3 3 5 5 5 4 4 3 4
R59 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R60 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
R61 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
R62 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 2 3
R63 2 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5
R64 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
R65 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
8. Nilai Mean

X SUM MEAN
X1 15,83077 3,96
X2 14,73846 3,68
X3 16,43077 4,11
X4 16,30769 4,08

Y SUM MEAN
Y1 24,96923 4,16
Y2 9,184615 4,59
Y3 19,46154 3,89
9. Tingkat Capaian Responden (TCR)

Tingkat Capaian Responden (TCR) Efektivitas KJP


X1 X2 X3 X4
R Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
R1 70% Cukup Baik 80% Baik 70% Cukup Baik 80% Baik
R2 80% Baik 60% Kurang Baik 60% Kurang Baik 75% Cukup Baik
R3 95% Sangat Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R4 80% Baik 60% Kurang Baik 60% Kurang Baik 70% Cukup Baik
R5 85% Baik 65% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R6 75% Cukup Baik 95% Sangat Baik 100% Sangat Baik 85% Baik
R7 80% Baik 50% Tidak Baik 80% Baik 80% Baik
R8 95% Sangat Baik 80% Baik 85% Baik 90% Sangat Baik
R9 90% Sangat Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R10 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik 75% Cukup Baik
R11 75% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik 70% Cukup Baik
R12 90% Sangat Baik 85% Baik 90% Sangat Baik 85% Baik
R13 75% Cukup Baik 65% Cukup Baik 75% Cukup Baik 80% Baik
R14 75% Cukup Baik 70% Cukup Baik 90% Sangat Baik 95% Sangat Baik
R15 80% Baik 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R16 85% Baik 80% Baik 95% Sangat Baik 80% Baik
R17 85% Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 85% Baik
R18 90% Sangat Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 85% Baik
R19 90% Sangat Baik 70% Cukup Baik 70% Cukup Baik 70% Cukup Baik
R20 60% Kurang Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R21 80% Baik 55% Kurang Baik 75% Cukup Baik 85% Baik
R22 80% Baik 65% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R23 80% Baik 85% Baik 80% Baik 95% Sangat Baik
R24 80% Baik 90% Sangat Baik 90% Sangat Baik 80% Baik
R25 100% Sangat Baik 75% Cukup Baik 95% Sangat Baik 100% Sangat Baik
R26 85% Baik 85% Baik 95% Sangat Baik 95% Sangat Baik
R27 100% Sangat Baik 75% Cukup Baik 95% Sangat Baik 100% Sangat Baik
R28 85% Baik 80% Baik 65% Cukup Baik 80% Baik
R29 85% Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R30 60% Kurang Baik 70% Cukup Baik 85% Baik 90% Sangat Baik
R31 80% Baik 75% Cukup Baik 75% Cukup Baik 90% Sangat Baik
R32 80% Baik 60% Kurang Baik 90% Sangat Baik 85% Baik
R33 100% Sangat Baik 85% Baik 100% Sangat Baik 90% Sangat Baik
R34 80% Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R35 80% Baik 60% Kurang Baik 80% Baik 80% Baik
R36 90% Sangat Baik 95% Sangat Baik 95% Sangat Baik 90% Sangat Baik
R37 75% Cukup Baik 65% Cukup Baik 90% Sangat Baik 75% Cukup Baik
R38 80% Baik 70% Cukup Baik 95% Sangat Baik 80% Baik
R39 85% Baik 75% Cukup Baik 85% Baik 80% Baik
R40 70% Cukup Baik 60% Kurang Baik 80% Baik 80% Baik
R41 60% Kurang Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R42 60% Kurang Baik 70% Cukup Baik 60% Kurang Baik 80% Baik
R43 75% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik 65% Cukup Baik
R44 80% Baik 90% Sangat Baik 95% Sangat Baik 85% Baik
R45 80% Baik 70% Cukup Baik 70% Cukup Baik 70% Cukup Baik
R46 80% Baik 80% Baik 80% Baik 90% Sangat Baik
R47 80% Baik 70% Cukup Baik 80% Baik 70% Cukup Baik
R48 60% Kurang Baik 70% Cukup Baik 90% Sangat Baik 75% Cukup Baik
R49 65% Cukup Baik 70% Cukup Baik 75% Cukup Baik 80% Baik
R50 90% Sangat Baik 65% Cukup Baik 85% Baik 90% Sangat Baik
R51 60% Kurang Baik 50% Tidak Baik 70% Cukup Baik 70% Cukup Baik
R52 80% Baik 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R53 80% Baik 50% Tidak Baik 90% Sangat Baik 75% Cukup Baik
R54 75% Cukup Baik 75% Cukup Baik 80% Baik 65% Cukup Baik
R55 60% Kurang Baik 75% Cukup Baik 70% Cukup Baik 90% Sangat Baik
R56 70% Cukup Baik 65% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R57 70% Cukup Baik 80% Baik 90% Sangat Baik 80% Baik
R58 70% Cukup Baik 75% Cukup Baik 75% Cukup Baik 80% Baik
R59 60% Kurang Baik 95% Sangat Baik 95% Sangat Baik 80% Baik
R60 80% Baik 80% Baik 85% Baik 90% Sangat Baik
R61 80% Baik 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R62 85% Baik 75% Cukup Baik 75% Cukup Baik 90% Sangat Baik
R63 90% Sangat Baik 85% Baik 85% Baik 85% Baik
R64 90% Sangat Baik 95% Sangat Baik 95% Sangat Baik 80% Baik
R65 85% Baik 80% Baik 90% Sangat Baik 70% Cukup Baik
Total 79% Baik 74% Baik 82% Baik 82% Baik
Tingkat Capaian Responden (TCR) KJP dan Kesejahteraan Sosial
Y1 Y2 Y3
R Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
R1 80% Baik 80% Baik 76% Cukup Baik
R2 80% Baik 80% Baik 76% Cukup Baik
R3 90% Sangat Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R4 80% Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R5 80% Baik 100% Sangat Baik 76% Cukup Baik
R6 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 84% Baik
R7 83% Baik 100% Sangat Baik 76% Cukup Baik
R8 73% Cukup Baik 100% Sangat Baik 84% Baik
R9 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R10 80% Baik 90% Sangat Baik 84% Baik
R11 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R12 90% Sangat Baik 100% Sangat Baik 76% Cukup Baik
R13 80% Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R14 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R15 80% Baik 80% Baik 76% Cukup Baik
R16 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik
R17 80% Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R18 73% Cukup Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R19 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R20 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R21 83% Baik 100% Sangat Baik 72% Cukup Baik
R22 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R23 97% Sangat Baik 100% Sangat Baik 88% Baik
R24 77% Cukup Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R25 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 88% Baik
R26 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 92% Sangat Baik
R27 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 88% Baik
R28 47% Tidak Baik 80% Baik 48% Tidak Baik
R29 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R30 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 88% Baik
R31 90% Sangat Baik 100% Sangat Baik 88% Baik
R32 87% Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R33 80% Baik 100% Sangat Baik 92% Sangat Baik
R34 47% Tidak Baik 80% Baik 68% Cukup Baik
R35 53% Tidak Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R36 93% Sangat Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R37 77% Cukup Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R38 93% Sangat Baik 100% Sangat Baik 76% Cukup Baik
R39 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 76% Cukup Baik
R40 73% Cukup Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R41 73% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R42 90% Sangat Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R43 83% Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R44 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik
R45 80% Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R46 73% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R47 73% Cukup Baik 80% Baik 80% Baik
R48 97% Sangat Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R49 80% Baik 80% Baik 76% Cukup Baik
R50 83% Baik 80% Baik 80% Baik
R51 80% Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R52 80% Baik 80% Baik 80% Baik
R53 73% Cukup Baik 90% Sangat Baik 64% Cukup Baik
R54 73% Cukup Baik 90% Sangat Baik 72% Cukup Baik
R55 90% Sangat Baik 100% Sangat Baik 64% Cukup Baik
R56 87% Baik 100% Sangat Baik 64% Cukup Baik
R57 83% Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R58 53% Tidak Baik 100% Sangat Baik 80% Baik
R59 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik
R60 83% Baik 80% Baik 80% Baik
R61 80% Baik 80% Baik 72% Cukup Baik
R62 97% Sangat Baik 100% Sangat Baik 68% Cukup Baik
R63 70% Cukup Baik 100% Sangat Baik 84% Baik
R64 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik 100% Sangat Baik
R65 80% Baik 80% Baik 76% Cukup Baik
Total 83% Baik 92% Sangat Baik 78% Baik

Anda mungkin juga menyukai